• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Istilah atau nama museum sudah sangat dikenal oleh rakyat Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Istilah atau nama museum sudah sangat dikenal oleh rakyat Indonesia"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Istilah atau nama museum sudah sangat dikenal oleh rakyat Indonesia termasuk oleh rakyat yang ada di Sumatera Utara. Secara umum mereka sudah mengetahui bahwa museum merupakan tempat menyimpan atau memamerkan benda-benda kuno peninggalan masa lalu.

Sekarang ini sudah ada bentuk atau jenis museum baru yang disebut

“Museum Terbuka”. Nama museum terbuka merupakan sesuatu yang baru khususnya bagi masyarakat yang berdomisili di Provinsi Sumatera Utara.

Museum terbuka merupakan hal yang baru di Indonesia dan di Sumatera Utara istilah museum terbuka diperkenalkan oleh Sitor Situmorang dalam bukunya Pemikiran Orang Batak yang berbunyai; “ jika kita hendak mengawetkan warisan budaya kuno Batak Toba, jelaslah bahwa pulau Samosir seolah sendirinya sudah tersedia sebagai museum terbuka”.

Jika Pulau Samosir merupakan salah satu contoh Museum Terbuka maka dapatlah diketahui adanya beberapa unsur yang melekat yaitu: (1) adanya unsur budaya, contohnya adat-istiadat, kepercayaan, upacara adat/ritual adat, seni dll, (2) adanya unsur alam, yakni pemandangan Danau Toba dan alam sekitarnya, (3) adanya unsur benda-benda peninggalan masa lalu yang masuk dalam kategori cagar budaya, misalnya rumah teradisional etnis Batak Toba, (4) adanya unsur

(2)

sosial budaya masyarakat dalam hal ini adalah nilai-nilai sosial dan budaya Batak Toba, (5) adanya unsur daya tarik wisata, kesemua unsur-unsur yang ada akan menjadi daya tarik wisata tersendiri bagi para wisatawan.

Keberadaan Museum Terbuka di Sumatera Utara masih merupakan

“misteri”. Mengapa demikian? Hal ini tidak lain karena Museum Terbuka belum dikenal dan tidak populer walau sebenarnya ada.

Hampir semua penduduk di Sumatera Utara merasa asing dengan nama Museum Terbuka, bahkan petugas Perpustakaan Wilayah di Brigjend Katamso Medan juga tidak tahu akan nama Museum Terbuka. Hal ini diketahui saat penulis mencari buku/jurnal/majalah tentang Museum Terbuka dan mereka balik bertanya; “Pak apa ada Nuseum Terbuka?” isi dialog ini makin memperkuat bahwa Museum Terbuka belum dikenal di Sumatera Utara.

Ketidaktahuan petugas perpustakaan tersebut tentang

Gambar 1.1 : Tugu Lumbini, di Kabupaten Karo.(koleksi pribadi)

Gbr 1.2 Pagoda di dalam Taman Alam Lumbini, koleksi pribadi

(3)

Museum Terbuka diperkuat lagi oleh pendapat beberapa warga Sumatera Utara yang penulis temui di Taman Alam Lumbini saat melakukan pra riset.

Disengaja atau tidak sebenarnya sudah menjadi kewajiban Pemerintah Daerah untuk menemukan sekaligus memperkenalkan Museum Terbuka kepada semua lapisan masyarakat Sumatera Utara khususnya dan seluruh rakyat Indonesia pada umumnya. Lalu munculah pertanyaan; mengapa hal ini terjadi? Untuk menjawab ini bukanlah semudah membalikan telapak tangan, karena akan melibatkan berbagai pihak terkait mulai dari Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Pariwisata, pelaku industri pariwisata, para ahli di bidang Museum maupun Museum Terbuka, dan juga pihak-pihak terkait lainnya.

Setelah melakukan pra riset ke Taman Alam Lumbini di kabupaten Karo maka penulis menduga bahwa taman tersebut merupakan salah salah satu contoh dari Museum Terbuka di Sumatera Utara.

Gbr 1.3 Patung Budha di salah satu sisi halaman taman, sumber gambar.

koleksi pribadi

(4)

Dugaan penulis didukung dengan adanya beberapa unsur yang ada di taman tersebut. Adapun unsur-unsur tersebut antara lain adalah: (a) bentuk bangunan;

model bangunan memiliki ciri-ciri tersendiri yang diadopsi dari negara Thailand yang di Indonesia belum ada sebelumnya, (b) adanya berbagai jenis patung di halaman taman tersebut, (c) adanya lingkungan alam di sekitar taman, (d) sebagai tempat ibadah bagi umat yang beragama Budha, (e) adanya pengelolaan atau manajemen atas Taman Alam Lumbini. Walau sudah memiliki ciri-ciri sebagai museum terbuka tetapi hal ini masih harus dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikannya.

Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Pulau Sumatera, Indonesia yang terletak pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100° Bujur Timur, dengan luas daratan 71.680 km²

Medan adalah ibu kota Provinsi Sumatera Utara dan juga merupakan pusat kantor pemerintahan dan pusat bisnis karena Medan adalah kota terbesar ke-3 di Indonesia.

Dikelilingi dengan sumber daya alam tropis yang kaya, Sumatera Utara memiliki panorama spektakuler, Bukit Barisan yang terbentang dari Aceh hingga ujung pulau Sumatera, hutan hujan tropis di Taman Nasional Gunung Leuser dan Danau Toba, danau terbesar di dunia yang merupakan danau vulkanik dengan ukuran panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer. Di tengah danau ini terdapat sebuah pulau vulkanik yaitu Pulau Samosir yang berada pada ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut.

(5)

Danau Toba sejak lama menjadi daerah tujuan wisata penting di Sumatera Utara selain Bukit Lawang dan Nias, bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.

Letaknya yang relatif dekat dengan Malaysia dan Singapura membuat propinsi ini menjadi tujuan yang populer bagi wisatawan mancanegara.

Sumatera Utara terus berkembang sebagai Daerah Tujuan Wisata (DTW) olah raga alternatif, seperti arung jeram, kayak arus deras, selancar, sepeda gunung, menyelam dan lainnya. (sumber: www.northsumatratourism.info)

Provinsi Sumatera Utara terbagi dalam 33 kabupaten dan kota serta banyak terdapat bangunan atau benda-benda peninggalan bersejarah yang menurut UU No: 5 Tahun 1992 dan UU No: 11 Tahun 2010 disebut dengan Benda Cagar Budaya dengan demikian maka Provinsi ini banyak memiliki potensi Museum Terbuka.

Saat ini Pemerintah Provinsi Sumatera Utara disengaja atau tidak sepertinya masih belum mampu mengelola dengan baik Museum Terbuka yang ada di provinsi ini, padahal potensi ini dapat mendorong dan menggairahkan industri pariwisata.

Pengertian Museum Terbuka secara baku belum ada di Indonesia. Yang ada adalah pengertian museum. Pengertian museum menurut ICOM (Internasional Council Of Museums) sebagaimana dikutip M. Amir Sutarga, museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani

(6)

masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, yang mengumpulkan, merawat, mengkomunikasikan dan memamerkan, untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan kesenangan, bukti-bukti material manusia dan lingkungannya, ( Sutarga,1991,3).

Dalam PP No. 19 tahun 1995 tentang Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya, BAB I pasal 1 ayat 1 disebutkan museum adalah lembaga , tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa.

Sejauh ini di Sumatera Utara dan bahkan mungkin di Indonesia belum ada buku yang secara khusus membicarakan tentang Museum Terbuka.

Cecep Sukmana RS dalam Studi Tugas Akhir yang berjudul Museum Seni

& Budaya Jawa Barat pada BAB II Tinjauan Terhadap Museum memberikan pengertian Museum Terbuka. Menurutnya;” Museum Terbuka adalah museum yang mengambil tempat pameran di alam terbuka dan hanya memanfaatkan bangunan untuk administrasi, service dan gedung penyimpanan”, (Cecep; 2006;9).

Dengan berpedoman kepada Taman Alam Lumbini sebagai contoh Museum Terbuka maka saya berpendapat Museum Terbuka adalah museum yang keberadannya di tempat terbuka, adanya perpaduan unsur-unsur buatan atau ciptaan manusia dan unsur-unsur ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

Museum Terbuka sebagai obyek wisata yang baru memiliki potensi dan peluang yang besar untuk berkembang. Hal ini karena obyek ini memiliki

(7)

kelebihan-kelebihan antara lain: (1) tidak ada gedung atau ruangan khusus;

museum terbuka tidak memiliki gedung khusus dan jika ada gedung maka gedung tersebut menjadi bagian ataupun koleksi dari museum terbuka, (2) berada di alam terbuka; keberadaan museum terbuka adalah di tempat terbuka dengan demikian tempat museum ini bukan di dalam gedung tetapi di tempat terbuka, (3) berkaitan dengan benda atau bangunan peninggalan masa lalu; museum terbuka tidak dapat dipisahkan dengan benda-benda ataupun bangunan peningalan pada masa lalu yang kalau menurut UU No. 5 Thn 1992 Tentang Benda Cagar Budaya dan UU No. 11 Thn 2010 Tentang Cagar Budaya usia benda ataupun bangunan berusia sekurang-kurangnya 50 tahun, (4) adanya perpaduan antara buatan manusia dengan buatan Tuhan; contoh koleksi Museum Terbuka hasil ciptaan manusia adalah batu nisan, patung, bangunan rumah dll dan contoh buatan Tuhan antara lain laut, hutan, danau, dll.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini ada 3 yaitu:

1) Bagaimanakah bentuk Museum Terbuka di Sumatera Utara?

2) Bagaimanakah pengelolaan Museum Terbuka?

3) Bagaimanakah fungsi Museum Terbuka?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1) Untuk mendeskripsikan bentuk Museum Terbuka, 2) Untuk mendeskripsikan pengelolaan Museum Terbuka,

(8)

3) Untuk mendeskripsikan peran Museum Terbuka, 1.3. Fokus Penelitian

Menurut Spradley sebagaimana dikutip Sugiyono fokus penelitian merupakan domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi sosial, (Sugiyono, 2011,209). Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian ini adalah:

1) Bentuk Museum Terbuka, 2) Pengelolaan Museum Terbuka,

3) Fungsi Museum Terbuka; Fungsi Museum Terbuka: sebagai tempat pendidikan, sebagai tempat penelitian, sebagai tempat pelestarian dan sebagai tempat rekreasi dan manfaat sosial budaya: sebagai sumber pendapatan bagi Pemerintah daerah, masyarakat, sebagai salah satu penyedia lapangan pekerjaan, dll.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini nantinya diharapkan dapat bermanfaat secara akademik dan juga secara praktis. Secara akademik penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu permuseuman. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran kepada pihak pelaku industri pariwisata dalam mengembangkan industri pariwisata.

Gambar

Gambar 1.1 : Tugu Lumbini, di Kabupaten Karo.(koleksi pribadi)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan permasalahan diatas, maka dibutuhkan suatu media yang dapat memberikan informasi lengkap mengenai benda dan objek bersejarah di museum gedung sate dan membantu peran

Sama halnya dengan mahasiswa yang menjadi relawan di Solo Mengajar, ternyata tidak semua mahasiswa menunjukkan perilaku prososial yang tinggi atau memiliki perilaku prososial

Suatu wacana dikatakan memiliki bentuk koherensi jika memiliki sifat serasi, runtut (sistematis), dan logis pada setiap proposisi (kalimat) yang dikandungnya. Keberadaan unsur-unsur

holder) perusahaan.. 2) Tim Manajemen Halal: Manajemen Puncak harus menetapkan Tim Manajemen Halal yang mencakup semua bagian yang terlibat dalam aktivitas kritis dan

Keberadaan Sahabat Museum Konperensi Asia Afrika adalah dapat menjadi daya tarik bagi pengunjung museum, karena selain sebagai media komunikasi dengan

Manfaat teoritis, secara umum diharapkan pembahasan tentang kepemimpinan Majelis Sinode Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat XX dalam sisitem presbiterial dapat

Kebudayaan yang menjadi ciri khas dari masing-masing suku bangsa ini memiliki fungsi tersendiri bagi masyarakatnya.Kesenian Ketoprak misalnya yang dimiliki etnis

Christie menyatakan (1999) beberapa prasasti yang ditemukan di Dieng yang sekarang menjadi koleksi Museum Nasional antara lain, prasasti Dieng III yang ditulis