• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUDIDAYA BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) DI LAHAN BEKAS GALIAN C DI DESA CIBEUREUM WETAN KECAMATAN CIMALAKA KABUPATEN SUMEDANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BUDIDAYA BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) DI LAHAN BEKAS GALIAN C DI DESA CIBEUREUM WETAN KECAMATAN CIMALAKA KABUPATEN SUMEDANG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BUDIDAYA BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) DI LAHAN BEKAS GALIAN C DI DESA CIBEUREUM WETAN KECAMATAN CIMALAKA

KABUPATEN SUMEDANG

1Novi Novilasari (novi_novilasari@yahoo.com) 2Nedi Sunaedi (nedi_pdil@yahoo.com)

Program Studi Pendidikan Geografi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi ABSTRACT

Based on the research results , it is evident that the vast vacant land for cultivation of crops where there is a dragon fruit at the foot of Mount Tampomas with a land area of about ± 20 acres , there are several factors that support the suitability of land including the land where the former excavation C can only be planted by the dragon fruit plant matter this was evident after the dragon fruit farmers tried growing other crops and plants such results can not last long . Farmer group Tampomas been shown to support the development of dragon fruit cultivation since the first reclamation and planting dragon fruit in the former quarry C is chairman of the farmers' group . Knowledge and skills possessed by the dragon fruit farmers for generations obtained without any extension of the local government . The limiting factor in the development of dragon fruit cultivation including land tenure , land purchased by farmers difficult because employers prefer to allow excavation to buy vacant land former excavation is expensive , poles made of concrete and dragon fruit seedlings. Potential the former quarry C is used as a place for the cultivation of dragon fruit is able to meet the market demand for high dragon fruit easy it is evident from the respondents to market their crops in Indonesia are still rare because the dragon fruit cultivation this to be a significant opportunity for the respondents . Of abundant harvests and high market demand will dragon fruit respondents could reap substantial benefits , it is proven to increase their income.

Keyword : Dragon Fruit Cultivation, the Land Former Qaurry C

(2)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Salah satu upaya untuk mengembalikan produktifitas tanah bekas lahan galian dapat dialihfungsikan sebagai lahan budidaya tanaman. Tanaman yang bisa ditanam dan dibudidayakan di lahan bekas galian C di Desa Cibeureum Wetan Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang adalah tanaman gamal dan buah naga. Hal ini ditunjang oleh letak geografis yang menunjang untuk menanam tanaman buah naga.

Letak geografis Desa Cibeureum Wetan Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang sangat bagus untuk menanam buah naga yaitu dengan curah hujan 2000 s/d 2500 Mm, meniliki suhu rata-rata 230-310C, ketinggian tanah dari permukaan laut berkisar antara 500-600 mdl, serta memiliki tekstur dan warna tanah yang bagus. Potensi sumberdaya manusia di Desa Cibeureum Wetan Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang terdiri dari 3.896 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki 1.997 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 1.899 jiwa dan 80% penduduk di Desa Cibeureum Wetan Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang masih bersifat produktif. Sehingga sangat menunjang sekali untuk budidaya tanaman buah naga di lahan tersebut.

Buah naga atau dragon fruit atau tangloy diklasifikasikan sebagai buah eksotik di Indonesia karena harganya cukup mahal, sekitar Rp. 20.000 ke atas per kilogram dan ketersediaanya masih langka. Buah ini juga dipromosikan sebagai buah yang dapat menurunkan kolesterol, gula darah, mencegah kanker usus, dan sebagai bahan kosmetik.

Budidaya buah naga di Desa Cibeureum Wetan ini mulai dikembangkan sejak tahun 2004 lalu. Lahan disini cocok, pohon naga tumbuh subur disini, dan suhu di daerah ini sangat menunjang, ketika siang terik matahari sangat dibutuhkan dan ketika malam dingin membuat tumbuhan buah naga cepat berkembang. Luas lahan yang ditanami buah naga ini sekitar 6 ha dengan 48 ribu pohon buah naga. Sampai saat ini hampir semua buah naga yang beredar di pasaran Indonesia adalah buah impor dan tidak sampai 1% produksi dalam negeri. Dengan adanya budidaya buah naga di Desa Cibeureum Wetan Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang sedikit demi sedikit dapat menggantikan produksi impor Buah Naga.

(3)

Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah 1). untuk mengetahui faktor yang mendukung dan menghambat pengembangan budidaya Buah Naga di lahan bekas galian C di Desa Cibeureum Wetan Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang. 2).

untuk mengetahui potensi budidaya Buah Naga di lahan bekas galian C di Desa Cibeureum Wetan Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang.

METODE PENELITIAN

Sehubungan dengan masalah yang penulis teliti dan masalah yang terjadi pada masa sekarang, maka metode yang penulis gunakan yaitu metode deskriftif kuantitatif yaitu mengolah data dan mengimplenmasikan data yang berbentuk angka dan dengan menghitung yang bersifat metematik (Sumaatmadja, 1988 : 115). Penggunaan metode deskriptif kuantitatif ini diarahkan untuk mengungkapkan data tentang budidaya Buah Naga (Hylocereus costaricensis) di Lahan Bekas Galian C di Desa Cibeureum Wetan Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang

PEMBAHASAN

Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Budidaya Buah Naga di Lahan Bekas Galian C

Faktor Pendukung Budidaya Buah Naga

Terdapat Lahan Kosong yang Luas Bekas Galian C

Lahan (land) adalah bagian dari permukaan bumi yang meliputi faktor biotik dan faktor abiotik (Rafi’I, 1990:9). Budidaya buah naga skala besar untuk tujuan komersial sebaiknya dilakukan di lahan luas (Hardjadinata, 2012:42). Menurut hasil jawaban dari responden di kaki gunung Tampomas terdapat lahan kosong terbuka yang terabaikan bekas galian C terhampar luas sekitar ± 12 hektar, lahan yang sudah direklamasi dan ditanami buah naga oleh para petani hanya 6 hektar, dan lahan yang masih digali sekitar

± 18 hektar. Jadi lahan kosong yang luas terbukti sebagai salah satu faktor pendukung yang sangat menunjang untuk tempat membudidayakan.

Kesesuaian Lahan

Syarat tumbuh tanaman buah naga sama halnya dengan tanaman kaktus atau tanaman gurun pasir lainnya. Lantaran berasal dari daerah gurun pasir yang panas dan

(4)

kering maka buah naga umumnya tumbuh baik di dataran rendah hingga menengah.buah naga berdaging putih tumbuh baik pada ketinggian < 300 m dpl, sedangkan buah naga super merah tumbuh baik pada ketinggian 0-1.000 m dpl.

Sementara buah naga kulit kuning berdaging putih lebih menyukai daerah dingin dengan ketinggian lokasi di atas 800 m dpl.

Tanaman buah naga lebih menyukai kondisi kering dibandingkan basah (lembap) dengan curah hujan yang rendah, yaitu berkisar 720 mm/tahun. Buah naga masih dapat tumbuh pada curah hujan yang tinggi (sekitar 1.000-1.300 mm/tahun), tetapi rentan terkena penyakit busuk akar dan batang. Hal ini disebabkan tanaman buah naga tidak tahan genangan air.

Tanaman buah naga juga membutuhkan penyinaran cahaya matahari penuh. Oleh karena itu, lokasi penanaman buah naga sebaiknya di lahan terbuka tanpa naungan.

Lahan terbuka juga memberikan sirkulasi udara yang baik bagi pertumbuhan tanaman.

Suhu udara ideal berkisar 260-360 C.

Kondisi tanah yang disukai adalah tanah yang gembur, porous, serta banyak mengandung bahan organik dan hara. Hindari tanah yang mengandung logam berat dan garam. Keasaman tanah (pH) berkisar pada pH 6-7. Tanah masam (pH < 3,5) mengakibatkan akar tanaman menjadi pendek dan rusak. Akibatnya, akar tidak mampu menyerap hara dengan baik sehingga tanaman kekurangan hara dan akhirnya pertumbuhan tanaman terhambat.

Meskipun tahan terhadap kekeringan, bukan berarti tanaman buah naga tidak memerlukan air. Air merupakan kebutuhan vital bagi tanaman buah naga. Oleh karena itu, air harus tersedia dengan baik. Hindari lokasi yang mudah tergenang saat hujan deras. Sebab tanaman buah naga termasuk tanaman yang sensitif terhadap kelebihan air.

Genangan air atau kelebihan air pada tanah mengakibatkan kelembapan tanah tinggi sehingga akar tanaman mudah busuk dan terserang penyakit. (Hardjadinata, 2010:28)

Menurut data yang saya peroleh dari Profil Desa Cibeureum Wetan Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang tahun 2011, ketinggian Desa Cibeureum Wetan berkisar antara 500-600 m dpl. Sedangkan curah hujan di Desa Cibeureum Wetan berkisar antara 2.000 mm/tahun. Suhu udara rata-rata harian di Desa Cibeureum Wetan berkisar antara 230-310 C.

(5)

Sedangkan menurut data yang saya peroleh dari responden, sudah pernah ada yang mengukur kondisi lahan di Desa Cibeureum Wetan terutama lahan yang berada disekitar kaki Gunung Tampomas. Hasil dari penelitian yang mereka peroleh antara lain sebagai berikut, setelah direklamasi tanah yang ada di lahan bekas galian itu menjadi subur dan mengandung bahan organik, derajat keasaman tanah pH yaitu sekitar (6-6,8).

Terdapat Kelompok Tani

Kelompok tani “Simpay Tampomas” yang terdapat di Desa Cibeureum Wetan sangat mendukung terhadap pengembangan budidaya Buah Naga di lahan bekas galian C. Menurut jawaban responden Kelompok Tani Ternak “Simpay Tampomas”

merupakan faktor pendukung dalam pengembangan Buah Naga di lahan bekas galian C di Desa Cibeureum Wetan, hal ini terbukti dilihat dari ketua kelompok tani ternak

“Simpay Tampomas” adalah Uha Juhari. Uha Juhari adalah warga masyarakat Desa Cibeureum Wetan yang sangat peduli dengan lingkungannya yang sudah rusak akibat eksploitasi batu dan pasir sehingga beliau berjuang sendiri untuk mereklamasi lahan- lahan yang sudah tidak produktif menjadi produktif kembali.

Pengetahuan dan Keterampilan Petani tentang Budidaya Buah Naga

Pengetahuan merupakan salah satu aspek penting dalam melakukan suatu aktifitas atau pekerjaan. Pengetahuan berkenaan dengan kemampuan seseorang tentang jenis aktifitas yang ditekuninya. Semakin tinggi pengetahuan seseorang, diharapkan makin tinggi pula penghayatan dan kreatifitas orang tersebut dalam pekerjaannya.

Adapun usaha yang dilakukan oleh responden dalam budidaya Buah aga dapat dilihat dari sumber responden memperoleh pengetahuan dan keterampilan mengenai pembudidayaan, penanaman, dan pemeliharaan.

Sebanyak 5 responden atau 20% asal pengetahuan dan keterampilan pembudidayaan buah naga diperoleh dari pengalaman sendiri, dan 20 responden atau 80% mengakui asal pengetahuan dan keterampilan pembudidayaan buah naga diperoleh dari kelompok tani.

(6)

Faktor Penghambat Budidaya Buah Naga Kepemilikan Lahan

Lahan merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan pertanian, khususnya dalam mengembangkan budidaya buah naga di lahan bekas galian C. Disamping itu juga sebagai sumber penghasil utama serta modal petani dalam memenuhi kebutuhan hidup. Sebagaimana kita pahami bersama, bahwa di wilayah pedesaan taraf hidup petani antara lain ditentukan oleh luas lahan dan pendapatan dari usaha tani tersebut. Luas lahan di Desa Cibeureum Wetan mencapai 394 ha. bahwa luas lahan budidaya buah naga yang dikelola responden sedikit. Hal ini diakibatkan oleh sulitnya para responden dalam membeli/menyewa lahan bekas galian C pada pengusaha pertambangan batu dan pasir. Selain itu faktor penghambat petani dalam kepemilikan lahan adalah harga lahan yang sekarang ini semakin mahal yaitu sekitar Rp.300.000,- per bata. Adapun status lahan yang digarap oleh para petani buah naga di Desa Cibeureum Wetan adalah lahan milik mereka sendiri.

Memerlukan Modal yang Besar

Modal usaha merupakan masalah yang sangat penting. Oleh karena itu, petani perlu memperhatikannya khususnya upaya untuk lebih mengenal permasalahan yang timbul dan cara untuk mengatasinya. Untuk biaya pengolahan atau pemeliharaan tanaman buah naga, dimana penghasilan yang petani peroleh dari hasil penjualan panen, tentu saja dari hasil penjualan tersebut tidak semuanya digunakan untuk pemeliharaan tanaman buah naga, akan tetapi sebagian besar dipakai untuk kebutuhan hidup sehari- hari. Oleh karena itu modal yang dimiliki petani untuk biaya pengolahan dan pemeliharaan tanaman buah naga kurang mencukupi. Hal ini terbukti dari jawaban responden yang penulis wawancarai mengenai kendala permodalan yang di alami responden dalam usaha pengembangan budidaya buah naga. sebanyak 64% petani buah naga memperoleh sumber permodalan dari modal sendiri, selebihnya menggunakan modal patungan dan bantuan dari Dinas Pertanian. Namun tidak ada seorangpun yang memperoleh dan menggunakan dana dari hasil pinjaman bank pemerintah.

Hal ini disebabkan karena prosedur yang harus ditempuh oleh petani buah naga untuk memperoleh pinjaman dirasa sulit. Banyak responden yang mengatakan bahwa permohonan ijin untuk meminjam dana sering berbelit-belit, banyak birokrasi yang

(7)

harus ditempuh. sebanyak 80% responden menyatakan kesulitan dalam memperoleh modal pinjaman dari perbankan.

Lahan dan tiang panjatan adalah aspek yang sangat memerlukan modal yang cukup besar dalam mengembangkan budidaya tanaman buah naga yang dirasakan oleh petani buah naga di Desa Cibeureum Wetan. Harga lahan bekas galian C ini berkisar antara Rp.300.000 per bata dan itupun sulit untuk didapat oleh petani buah naga di Desa Cibeureum Wetan. Sedangkan untuk tiang panjatan yang terbuat dari beton berkisar antara Rp.50.000 per tiang.

Potensi lahan bekas galian C untuk budidaya buah naga di Desa Cibeureum Wetan Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang

Memenuhi Permintaan Pasar akan Kebutuhan Buah Naga

Budidaya buah naga yang dilakukan oleh petani buah naga di lahan bekas galian C ini mempunyai prospek yang bagus, hal ini terlihat dari keberhasilan para petani dalam mereklamasi lahan bekas galian C sehingga lahan dapat produktif kembali dan membantu usaha pelestarian lingkungan hidup. Berdasarkan jawaban responden pemasaran untuk buah naga berdaging merah masih terbuka lebar karena jumlah pasokan masih terbatas dan yang membudidayakan buah naga di Indonesia masih jarang, sedangkan permintaan pasar akan buah naga sangat tinggi. Hal ini disebabkan oleh jenis buah naga yang ditanam oleh responden adalah buah naga yang berdaging super merah, mereka memilih menanam buah naga super merah rasa buah naga super merah karena buah naga super merah lebih manis di bandingkan dengan buah naga yang berdaging putih yang agak masam.

Selain itu teknik pengembangan budidaya buah naga di Desa Cibeureum Wetan adalah dengan teknik budidaya organik. Hal ini ditunjang karena banyaknya pupuk kandang yang berasal dari kotoran kambing etawa. Mengenai hasil panen tidak semua petani menjualnya, karena ada sebagian buah naga yang berbobot kurang dari 300 g, buah yang berbobot kurang dari 300 g biasanya tidak laku dipasaran, ada salah seorang responden yang kemudian menampung buah naga yang tidak laku dipasaran dan mencoba mengolah buah naga menjadi makanan atau minuman yang lebih menarik sehingga tetap bisa menguntungkan.

(8)

Adapun produk olahan dari buah naga yang dikembangkan oleh sebagian petani buah naga yaitu, es krim buah naga, wajit atau dodol buah naga, dan bolu buah naga.

Meningkatkan Pendapatan Petani

Lahan bekas galian C yang dimanfaatkan untuk budidaya buah naga terbukti dapat meningkatkan pendapatan para petani buah naga. Hal ini terlihat pada hasil panen yang cukup melimpah dan permintaan pasar yang cukup tinggi. Mayoritas sebanyak 72% menyatakan pendapatannya meningkat. Dengan demikian, usaha budidaya buah naga di lahan bekas galian C dapat meningkatkan pendapatan petani buah naga di Desa Cibeureum Wetan

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan, maka penelitian ini dapat disimpulkan.

Simpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasannya, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat

Faktor-faktor yang dapat mendukung pengembangan buah naga di Desa Cibeureum Wetan Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang adalah :

Lahan kosong yang luas di kaki Gunung Tampomas merupakan salah satu faktor yang menunjang untuk membudidayakan tanaman buah naga.

Kesesuaian lahan daerah penelitian yang menunjang syarat tumbuh baik tanaman buah naga.

Terdapat kelompok tani ternak yang dideri nama “Simpay Tampomas” yang diketuai oleh Uha Juhari. Uha Juhari adalah seorang warga masyarakat Desa Cibeureum Wetan yang peduli terhadap lingkungannya yang rusak akibat eksploitasi galian C, dan beliau berhasil mereklamasi lahan bekas galian C sehingga lahan tersebut bisa dimanfaatkan untuk pengembangan budidaya buah naga.

Pengetahuan dan keterampilan petani dalam budidaya buah naga sebagian besar diperoleh secara turun temurun dan dari pengalaman mereka sendiri. Hal ini terbukti

(9)

pada keberhasilan para petani dalam membudidayakan buah naga dengan tanpa adanya penyuluhan dari instansi pemerintah setempat.

Faktor-faktor yang dapat menghambat dalam pengembangan Budidaya Buah Naga di lahan bekas galian C di Desa Cibeureum Wetan adalah :

Kepemilikan lahan, lahan yang dimiliki oleh petani buah naga di Desa Cibeureum Wetan adalah milik mereka sendiri. Tetapi mereka tidak bisa memperluas lahan yang mereka punya, hal ini disebabkan karena pengusaha tambang tidak mau menjual lahan bekas galian C tersebut, mereka lebih memilih lahannya dibiarkan begitu saja daripada menjualnya kepada para petani. Kalaupun ada pengusaha yang menjual lahan bekas galian C tersebut pasti harga yang ditawarkan kepada petani cukup mahal.

Modal yang cukup besar yang harus dikeluarkan oleh petani adalah modal untuk membeli lahan dan tiang panjatan beton. Harga lahan berkisar antara Rp 300.000 ke atas per bata, dan harga jual tiang beton berkisar antara Rp 50.000 ke atas per 1 tiang panjatan.

Potensi lahan bekas galian C untuk budidaya buah naga:

Bisa memenuhi permintaan pasar, sampai saat ini buah naga yang beredar di pasaran Indonesia adalah buah impor dan tidak sampai 1% produksi dalam negeri.

Dengan adanya budidaya buah naga di lahan bekas galian C di Desa Cibeureum Wetan sedikit demi sedikit bisa menggantikan produksi impor buah naga.

Bisa meningkatkan pendapatan petani, dari hasil panen yang melimpah dan permintaan pasar akan buah naga yang tinggi para petani bisa meraup untung yang besar sehingga dapat meningkatkan pendapatannya.

Saran - Saran

Berdasarkan pertimbangan dari hasil penelitian, dapat dikemukakan saran sebagai berikut :

Sebuah kebijakan pemerintah yang diambil untuk mengawasi segala kemungkinan yang akan terjadi pada lingkungan dan masyarakat yang ada di sekitar daerah penambangan.

Pihak pengelola galian, supaya memperhatikan ekosistem lokasi penggaliannya, supaya bekas galian tersebut dikelola terlebih dahulu agar tidak gersang yaitu dengan

(10)

cara penanaman pohon berkayu yang dapat menyerap air ataupun dengan membuat kolam ikan di bekas galian tersebut.

Untuk meringankan beban yang dikeluhan oleh para petani, sebaiknya pengelola dan pengusaha bisa menjual lahan bekas galian C tersebut agar dapat direklamasi untuk pengembangan budidaya buah naga. Dan saran bagi pemerintah dan Dinas Pertanian Kabupaten Sumedang sebaiknya memberikan kredit khusus kepada para petani buah naga dengan syarat yang ringan dan mudah.

Gambar 1. Tanaman Buah Naga

Daftar Pustaka

Arsyad, Sitanala. 2000. Konservasi Tanah dan Air.Bogor: Institut Pertanian Bogor Press.

Arsyad, Sitanala dan Ernan Rustiadi (Editor). 2012. Penyelamatan Tanah, Air, dan Lingkungan. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Hardjadinata, Sinatra. 2012. Budidaya Buah Naga Super Red Secara Organik. Jakarta:

Penebar Swadaya.

Rafi’i, Suryatna. 1990. Ilmu Tanah. Bandung: Bina Cipta.

Sunaedi, Nedi. 2011. Modul Kuliah Konservasi dan Reklamasi Lahan. Tasikmalaya:

Program Studi Pendidikan Geografi FKIP UNSIL.

Sukandarrumidi. 2009. Bahan Galian Industri. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Gambar

Gambar 1. Tanaman Buah Naga

Referensi

Dokumen terkait

Kecerdasan Daeng Pamatte memang harus diakui; lewat tangan “dinginnyalah” masyarakat Makassar bisa mengetahui asal usul leluhur mereka melalui Aksara Lontara. Namun sosok

Manajemen keuangan adalah salah satu fungsi operasional yg berkaitan dgn pengelolaan keuangan yg pada dasarnya dapat dilakukan oleh individu, perusahaan

Untuk mengetahui besarnya pengaruh dari variabel-variabel maka digunakan metode regresi linier berganda yaitu suatu alat ukur mengenai hubungan yang terjadi antara variabel

1. Prabowo, MBA, Ph.D, sebagai dosen pembimbing I atas segala yang telah diberikan baik kritik, saran, petunjuk, pengarahan, dan kesabarannya dalam membimbing,

Saya mengesahkan bahawa satu Jawatankuasa Peperiksaan Tesis telah berjumpa pada 8 Ogos 2012 untuk menjalankan peperiksaan akhir bagi Nurul Nadia Binti Ibrahim bagi menilai tesis

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa vitalitas Amphiprion oscellaris yang hidup dilingkungan akuarium buatan dengan kondisi lingkungan perairan yang ideal tidak dipengaruhi

Profil lereng terumbu di stasiun pemijahan ikan terumbu di barat Pulau Karya (BKAR) lebih homogen dengan elevasi dari kedalaman 30 m yang mencapai 40°. Tanda

Festival tari Saman merupakan bagian dari upaya pewarisan yang telah dilakukan. Dengan adanya festival secara otomatis ada pelatihan yang dilakukan oleh para pelatih