• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN,SIKAP,DAN TINDAKAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU TERHADAP COVID-19 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN,SIKAP,DAN TINDAKAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU TERHADAP COVID-19 SKRIPSI"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

RUTH YOHANNA 170100203

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh :

RUTH YOHANNA 170100203

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Gambaran Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Terhadap COVID- 19

Nama Mahasiswa : Ruth Yohanna Nomor Induk (NIM) : 170100203

Program Studi : Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Komisi Penguji dan diterima sebagai

bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran pada Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas

Kedokter an Universitas Sumatera Utara

Pembimbing

Dr.dr. Iqbal Pahlevi Adeputra Nasution, Sp.BA(K) NIP.197307212009121001

Ketua Penguji Anggota Penguji

Dr. dr. Muara Panusunan Lubis, Dr. dr. Supriatmo, M.Ked (Ped),

M. Ked (OG), Sp.OG(K) Sp.A(K) NIP.197510232008121001 NIP.196508211991011001

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya skripsi yang berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Terhadap COVID-19” yang merupakan salah satu syarat memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah turut serta membantu penulis dalam menyelesaikan laporan akhir hasil penelitian ini, diantaranya:

1. Kepada Prof.Dr. dr. Aldy S. Rambe, Sp. S (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Kepada Dosen Pembimbing dalam penulisan penelitian ini, Dr.dr. Iqbal Pahlevi Adeputra Nasution,Sp.BA(K), yang dengan sepenuh hati telah meluangkan segenap waktu untuk bimbingan dan memberikan arahan dan masukanbagipenulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Kepada Dosen Penguji dalam penulisan penelitian ini, Dr. dr. Muara Panusunan Lubis,M. Ked (OG), Sp.OG(K) selaku Ketua Penguji dan Dr. dr.

Supriatmo, M.Ked (Ped), Sp.A(K) selaku Anggota Penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini.

4. Kepada seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas bimbingan selama perkuliahan hingga penyelesaian studi dan juga penulisan skripsi ini.

5. Kepada seluruh responden yang telah sukarela meluangkan waktunya mengisi kuesioner yang telah disediakan sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

6. Kepada orang tua penulis, Ayahanda Agus Harlen dan Ibunda Destiar Tuty Anna Manalu , yang senantiasa mendoakan, mendukung, dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(5)

7.Kepada adik penulis, Daniel dan Erin, yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

8. Kepada teman-teman kuliah penulis terutama Subhika Laksmi ,Erika Duma, Enda Agustina, Sarah Indriani, Ignasia Fernanda, Ayu Betty, dan Agnesia Yosephine

yang telah sangat banyak membantu dalam memberikan dukungan semangat, saran, kritik, dan bantuan teknis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada kelompok kecil yang turut menguatkan dalam doa dan bimbingan dalam pengerjaan skripsi Kak Yustry, Kak Novita, Sarah Simanjuntak, Ayu

Hutagaol, Rama, dan Petra.

10.Kepada rekan-rekan mahasiswa FK USU tahun angkatan 2017 yang lain yang telah memberi saran, kritik, dukungan moril dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan hasil penelitian ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan laporan hasil penelitian ini di kemudian hari.

Medan, Desember 2020

Ruth Yohanna

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi... iv

Daftar Tabel ... viii

Daftar Gambar ... x

Daftar Singkatan... xi

Abstrak ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. COVID-19………... 6

2.1.1 Definisi dan Etiologi……….. 6

2.1.2 Epidemiologi………. 6

2.1.3 Karakteristik dan Taksonomi………... 7

2.1.4 Struktur SARS-CoV-2……….. 8

2.1.5 Cara Penularan……….. 10

2.1.6 Faktor resiko………. 11

2.1.7 Patogenesis………... 12

2.1.8 Manifestasi Klinis………. 16

2.1.9. Pemeriksaan Laboratorium ... 19

2.1.10. Pemeriksaan Radiologi ... 19

2.1.11. Diagnosis ... 20

(7)

2.1.12. Definisi Kasus... 20

2.1.12.1 Pasien dalam Pengawasan (PDP) ... 20

2.1.12.2 Orang Dalam Pemantauan (ODP)... 21

2.1.12.3 Orang Tanpa Gejala (OTG)………. 21

2.1.13 Definisi Kontak ... 21

2.1.14 Pengobatan ... 22

2.1.15 Pencegahan ... 22

2.1.15.1 Pencegahan Level Individu ... 23

2.1.15.2 Pencegahan Level Masyarakat ... 24

2.2 Pengetahuan ... 25

2.2.1 Definisi Pengetahuan ... 25

2.2.2 Tingkatan Pengetahuan ... 26

2.2.3 Pengukuran Pengetahuan ... 27

2.3. Sikap ... 28

2.3.1 Pengertian Sikap ... 28

2.3.2 Komponen Sikap ... 28

2.3.3 Tingkatan Sikap ... 28

2.3.4 Pengukuran sikap ... 29

2.4. Tindakan ... 29

2.4.1 Tingkatan Tindakan ... 30

2.5. Kerangka Teori... 31

2.6. Kerangka Konsep ... 32

BAB III. METODE PENELITIAN ... 33

3.1 Rancangan Penelitian ... 33

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 33

(8)

3.2.1 Waktu Penelitian ... 33

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 33

3.3.1 Populasi Penelitian ... 33

3.3.2 Sampel Penelitian ... 34

3.3.2.1 Kriteria Inklusi ... 34

3.3.2.2 Kriteria Eksklusi... 34

3.3.3 Cara Sampling ... 34

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 37

3.4.1 Data Primer ... 37

3.4.2 Data Sekunder ... 37

3.5 Instrumen Penelitian... 37

3.5.1 Data Demografi ... 37

3.5.2 Kuesioner Pengetahuan COVID-19 ... 38

3.5.3 Kuesioner Sikap terhadap COVID-19 ... 39

3.5.4 Kuesioner Tindakan Terhadap COVID-19 ... 40

3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 41

3.7 Definisi Operasional... 44

3.8 Metode Pengolahan Data ... 45

3.9 Analisis Data ... 46

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 47

4.1. Deskripsi Pengumpulan Data Penelitian ... 47

4.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 47

4.3. Hasil Analisis Data ... 50

4.3.1. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tentang COVID-19 ... 50

(9)

4.3.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Sikap

Terhadap COVID-19 ... 55

4.3.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Tindakan Terhadap COVID-19 ... 56

4.3.4 Distribusi Frekuensi Sumber Informasi COVID-19 ... 59

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

5.1 Kesimpulan ... 60

5.2 Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62

LAMPIRAN ... 67

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 3.1 Total Populasi Mahasiswa

S1 Fakultas Kedokteran USU ... 33

3.2 Perhitungan jumlah sampel minimal di setiap angkatan ... 36

3.3 Perhitungan Pengetahuan dengan skala Guttman ... 38

3.4 Perhitungan Sikap dengan Skala Likert ... 39

3.5 Perhitungan Tindakan dengan Skala Likert ... 40

3.6 Skor Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 42

4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 48

4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia ... 48

4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Angkatan ... 49

4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Diri Menderita COVID-19 ... 49

4.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Pengetahuan Responden Tentang COVID-19 ... 51

4.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tentang COVID-19 ... 55

4.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Sikap Mahasiswa Terhadap COVID-19 ... 56

4.8 Distribusi Frekuensi Jawaban Tindakan Responden Terhadap COVID-19 ... 57

4.9 Distribusi Frekuensi Tingkat Tindakan Responden Terhadap COVID-19 ... 58

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 2.1 Struktur genom SARS-CoV, MERS-CoV,

dan SARS-CoV-2……… 8

2.2 Struktur Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV 2) ………. 10

2.3 Siklus hidup SARS-CoV-2 di dalam sel……….. 14

2.4 Patogenesis COVID-19……… 15

2.5 Kerangka Teori Penelitian………. 31

2.6 Kerangka Konsep Penelitian……….. 32

(12)

DAFTAR SINGKATAN

ARDS : Acute Respiratory Distress Syndrome ACE2 : Angiotensin Converting Enzyme 2 AIDS : Acquired Immune Deficiency Syndrome APD : Alat Pelindung Diri

CDC : Center for Disease Control and Prevention COVID-19 : Coronavirus Disease 2019

CRP : C-Reactive Protein

FiO2 : Fraction of Inspired Oxygen

FK USU : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara HIV : Human Immunodeficiency Virus

IFNγ : Interferon gamma IL-6 : Interleukin 6

IP-10 : Interferon gamma-induced protein 10 MCP-1 : Monocyte Chemoattractant Protein 1

MERS-CoV : Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus PaO2 : Tekanan parsial oksigen

RdRP : RNA-dependent RNA Polymerase RNA : Ribonucleic Acid

SARS-CoV : Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus SARS-CoV-2 : Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 TMPRSS2 : Transmembrane Protease Serine 2

(13)

ABSTRAK

Latar belakang: COVID-19 adalah masalah yang sedang dihadapi di lebih dari 200 negara di dunia. Indonesia juga terkena dampak buruk dari COVID-19,di mana tingkat kematiannya mencapai 6,55% pada akhir Mei 2020.Menanggapi hal ini, Pemerintah Indonesia membuat kebjiakan dan aturan-aturan untuk mengendalikan dan mencegah COVID-19. Untuk menjamin keberhasilan dalam pengendalian dan pencegahan COVID-19, kepatuhan masyarakat sangatlah penting, yang sebagian besar dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, dan praktik mereka terhadap COVID-19.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan,sikap,dan tindakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terhadap COVID-19. Metode: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan rancangan cross-sectional . Data penelitian ini menggunakan data primer dengan cara pengisian kuesioner oleh mahasiswa FK USU. Sampel penelitian ini berjumlah 90 orang. Teknik Sampel yang digunakan adalah Stratified random sampling. Data penelitian dianalisis menggunakan komputerisasi. Hasil: Tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU tentang COVID-19 tergolong baik (98,9%), tingkat sikap terhadap pencegahan COVID-19 tergolong baik (100%), tingkat tindakan terhadap pencegahan COVID-19 tergolong baik (85,6%). Kesimpulan: Secara keseluruhan,tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan mahasiswa FK USU terhadap COVID-19 berada pada kategori baik.

Kata kunci : Pengetahuan,Sikap,Tindakan,COVID-19

(14)

ABSTRACT

Background: COVID-19 is a problem that is being faced in more than 200 countries in the world.

Indonesia is also adversely affected by COVID-19, where the death rate reached 6.55% at the end of May 2020. Responding to this, the Government of Indonesia made policies and regulations to control and prevent COVID-19. To ensure success in controlling and preventing COVID-19, community compliance is very important, which is largely influenced by their knowledge, attitudes, and practices towards COVID-19. Objective: to determine the level of knowledge, attitudes and practice of medical students of Universitas Sumatera Utara towards COVID-19 Pandemic. Method: This study uses a descriptive study with a cross-sectional design. The data of this study used primary data by filling out questionnaires by USU FK students. The sample of this study was 88 people. The sampling technique used is stratified random sampling. Research data were analyzed using computerization.Results:The level of knowledge of USU medical students about COVID-19 is classified good(98,9%), the level of attitude of USU medical students toward COVID-19 prevention is classified good(100,0%), and the level of practice of USU medical students toward COVID-19 prevention is classified good(85,6%). Conlusion: Overall, the level of knowledge, attitude, and practice of USU medical students toward COVID-19 are in the good category.

Keywords: Knowledge, Attitudes, practice, COVID-19

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pada Desember 2019, serangkaian kasus pneumonia yang penyebabnya tidak diketahui muncul di Wuhan, Cina. Kasus-kasus tersebut muncul dengan presentasi klinis yang sangat menyerupai pneumonia virus. Sebagian besar pasien pada kasus tersebut bekerja dan tinggal di sekitar pasar grosir makanan laut Huanan di Wuhan,Cina. Pada tahap awal pneumonia ini, gejala infeksi pernapasan akut parah terjadi.Beberapa pasien kemudian mengalami gangguan pernapasan akut (ARDS), gagal pernapasan akut, dan komplikasi serius lainnya. (Chen et al., 2020; Huang et al., 2020)

Sejak 31 desember hingga 2 Januari 2020 kasus ini meningkat pesat, ditandai dengan dilaporkannya sebanyak 41 kasus. Tidak sampai satu bulan,penyakit ini telah menyebar di berbagai provinsi lain di China, Thailand, Jepang, dan Korea Selatan.

(Huang et al., 2020) Pada 7 Januari 2020, sebuah coronavirus baru diidentifikasi oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok (CDC) dari sampel usap tenggorokkan pasien dan selanjutnya diberi nama 2019-nCoV oleh WHO. (Chen et al., 2020) Namun, pada 11 Februari 2020 WHO mengubah nama virus tersebut menjadi Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) dan menyebut penyakit yang disebabkan oleh virus tersebut sebagai COVID-19 (WHO.2020)

SARS-CoV-2 adalah virus RNA beruntai tunggal positif yang berasal dari keluarga Coronaviridae. Virus lain dari keluarga yang sama yaitu Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus (SARS-CoV), yang muncul pada 2002, dan Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV), yang dilaporkan pada

(16)

2012. (Ramphul and Mejias, 2020) Penularan SARS-CoV-2 dari orang ke orang dapat terjadi terutama melalui kontak langsung atau percikan (droplets) yang disebarkan dari orang yang terinfeksi SARS-CoV-2 yang batuk atau bersin. (Rothan and Byrareddy, 2020) Masa inkubasi COVID-19 ( waktu antara paparan virus hingga timbulnya gejala) adalah rata-rata 5-6 hari, namun bisa sampai 14 hari.

(WHO.2020) Gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, batuk kering, dan kelelahan. (WHO.2020)

Pada tanggal 2 Maret 2020, 64 negara di luar Cina telah melaporkan 8.774 kasus yang dikonfirmasi COVID-19 dengan 128 kematian, serta penularan komunitas yang signifikan terjadi di beberapa negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia dan kemudian COVID-19 dinyatakan sebagai pandemi global oleh WHO pada 11 Maret 2020 (WHO 2020). Hingga kini,18 Mei 2020, berdasarkan laporan WHO, telah dilaporakan 4.525.497 kasus yang dikonfirmasi secara global dan 307.395 kematian , didistribusikan sebagai berikut: wilayah Pasifik Barat 167.546 kasus dan 6.730 kematian,wilayah Eropa 1.870.545 kasus dan 165.951 kematian, wilayah Asia Tenggara 134.531 kasus dan 4.351 kematian,wilayah Mediterania Timur 326.568 kasus dan 9.841 kematian, wilayah Amerika 1.966 .932 kasus dan 118.799 kematian dan di wilayah Afrika 58. 663 kasus dan 1.710 kematian (WHO 2020)

COVID-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020 sejumlah dua kasus. Terbukti bahwa pasien konfirmasi COVID-19 di Indonesia berawal dari suatu acara di Jakarta dimana penderita kontak dengan seorang warga Negara asing (WNA) asal Jepang yang tinggal di Malaysia. Setelah pertemuan tersebut penderita mengeluhkan demam,batuk,dan sesak napas. (WHO 2020) Data hingga 18 Mei 2020 menunjukkan kasus yang terkonfirmasi berjumlah 17.514 kasus dan 1.148 kasus kematian,yang tersebar di 32 Provinsi di Indonesia ,termasuk provinsi Sumatera Utara dengan 224 kasus positif COVID-19 dan 26 kasus kematian (Kemenkes RI.2020) .

(17)

Semakin meningkatnya kasus COVID-19 yang terkonfirmasi di Indonesia membuat pemerintah Indonesia menetapkan kebijakan dan aturan-aturan untuk melakukan pengendalian dan pencegahan COVID-19 di Indonesia. (Kemenkes RI.2020) Untuk menjamin keberhasilan dalam pengendalian dan pencegahan COVID-19, kepatuhan masyarakat terhadap kebijakan dan aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dalam rangka pengendalian dan pencegahan COVID-19 sangatlah penting,yang sebagian besar dipengaruhi oleh pengetahuan,sikap,dan tindakan mereka terhadap COVID-19. (Zhong et al., 2020)

Mahasiswa kedokteran merupakan bagian dari masyarakat tersebut. Selain itu, mahasiswa kedokteran juga merupakan calon tenaga kesehatan yang nantinya akan berhadapan langsung dengan pasien COVID-19 di layanan primer. Oleh karena itu,adanya pengetahuan yang baik mengenai COVID-19 (definisi, etiologi,factor resiko, manifestasi klinis,cara penularan,penegakkan diagnosis, dan pencegahan) sangatlah penting bagi mahasiswa kedokteran. Selain,itu sikap dan tindakan yang baik terhadap COVID-19 juga diperlukan oleh mahasiswa kedokteran. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan,maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan,sikap, dan tindakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terhadap COVID-19.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarakan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara terhadap COVID-19?”

(18)

1.3. TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 TUJUAN UMUM

untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan,sikap,dan tindakan mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara terhadap COVID-19 1.3.2 TUJUAN KHUSUS

1. Mengetahui karakteristik subjek penelitian

2. Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa fakultas kedokteran Universitas SumateraUtara mengenai definisi,etiologi,epidemiologi,faktor resiko,diagno- sis,cara penularan dan pencegahan COVID-19

3. Mengetahui sikap mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara terhadap pencegahan COVID-19

4. Untuk mengetahui tindakan pencegahan terhadap COVID-19 yang dilakukan mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara selama pandemi COVID-19

1.4 MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi Bidang Penelitian

Hasil penelitian ini diharapakan dapat dijadikan sebagai dasar, pedoman dan sumber data bagi pihak yang berkepentingan untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait COVID-19

2. Bagi Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk melakukan strategi dalam edukasi mengenai COVID-19 kepada mahasiswa FK USU.

(19)

2. Bagi Mahasiswa dan Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa dan mahasiswi mengenai COVID-19 dan menumbuhkan sikap dan tindakan yang baik terhadap pencegahan COVID-19

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini juga bermanfaat bagi peneliti untuk meningkatkan kemampuan di bidang penelitian dan meningkatkan pengetahuan mengenai COVID-19.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. COVID-19

2.1.1. Definisi dan Etiologi

Penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh sebuah coronavirus baru yang bernama Severe Acute Repiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2; sebelumnya disebut 2019-nCoV) (WHO.2020)

2.1.2. Epidemiologi

Kasus pertama COVID-19 dilaporkan pada bulan Desember 2019 di Wuhan.

Semenjak laporan kasus pertama tersebut,terjadi peningkatan kasus COVID-19 yang dilaporkan kepada WHO. Infeksi awalnya mulai menyebar dari pasar grosir makanan laut Huanan di Wuhan, Cina, sementara rute infeksi dari kasus pertama masih belum jelas. Jumlah kasus yang dikonfirmasi di Cina tumbuh hingga pertengahan Februari 2020. Kemudian, jumlah kasus baru setiap hari di Cina mulai berkurang dari akhir Februari 2020. Peningkatan kasus yang tiba-tiba di Cina pada 17 Februari disebabkan oleh perubahan kriteria diagnostik COVID-19. (Ahn et al., 2020) Hingga 18 Mei 2020 , kasus COVID-19 terus dilaporkan secara global pada 213 negara termasuk Indonesia.Berdasarkan data yang dilaporkan oleh WHO, terdapat 4.618.821 kasus COVID-19 yang telah dikonfirmasi dengan 311. 847 kematian. Pada tahap awal penyebaran COVID-19 secara global, kasus-kasus yang diidentifikasi di luar Cina sebagian besar adalah pelancong yang terinfeksi di Cina dan kemudian melakukan perjalanan ke daerah di luar Cina. (WHO.2020)

(21)

Kasus COVID-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020 sejumlah dua kasus. Hingga kini,18 Mei 2020, kasus yang terkonfirmasi berjumlah 17.514 kasus dan 1.148 kasus kematian, yang tersebar di 32 Provinsi di Indonesia ,termasuk provinsi Sumatera Utara dengan 224 kasus positif COVID-19 dan 26 kasus kematian (Kemenkes RI.2020) .

2.1.3. Karakteristik dan Taksonomi

Coronavirus merupakan virus RNA beruntai tunggal positif yang memilki amplop dan diameternya berukuran 80-220 nm. Amplop Coronavirus berbentuk seperti mahkota dan memiliki spikes yang panjangnya 20-nm. Coronavirus dapat menyebabkan penyakit pada hewan dan manusia. Coronavirus juga merupakan pembawa genom terbesar di antara virus-virus RNA lainnya. (Park, 2020)

Coronavirus adalah anggota dari subfamili Coronavirinae di dalam keluarga Coronaviridae dan ordo Nidovirales. Subfamili Coronavirinae terbagi menjadi 4 jenis yaitu alphacoronavirus, betacoronavirus, gammacoronavirus, dan deltacoronavirus.

Sejauh ini, terdapat 6 coronavirus yang diketahui telah menyebabkan penyakit pada manusia yaitu dua dari jenis alphacoronavirus (HCoV 229E and NL63) dan empat dari jenis betacoronavirus (HCoV OC43, HKU1, SARS-CoV, and MERS-CoV).

(Brooks et al., 2013)

Pengurutan keseluruhan genom dari SARS-CoV-2 menunjukkan bahwa SARS- CoV-2 adalah sebuah betacoronavirus yang baru yang berbeda dari SARS-CoV.

Urutan nukleotida dari SARS-CoV-2 menunjukkan 79,0% dan 51,8% kemiripan dengan SARS-CoV dan MERS-CoV. SARS-CoV-2 juga terkait erat dengan bat- origin SARS-like coronavirus (batSL-CoVZC45) dengan 87,6% -89% kemiripan . Berdasarkan data pengurutan genom virus, kelelawar dianggap menjadi reservoir SARS-CoV-2,tetapi host perantara belum diketahui.(Park, 2020)

(22)

SARS-CoV-2 masuk ke sel inang melalui pengikatan protein spike dengan reseptor sel inang. Beberapa studi menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 berikatan dengan reseptor angiotensin converting enzyme 2 (ACE2) ,sama seperti yang dilakukan oleh SARS-CoV. SARS-CoV-2 pertama kali diisolasi dari sampel bronchoalveolar lavage. RNA SARS-CoV-2 juga terdeteksi pada di dalam swab nasofaring dan tenggorokan serta darah, tinja, urin, dan air liur.(Park, 2020)

Gambar 2.1 Struktur genom SARS-CoV, MERS-CoV, dan SARS-CoV-2.

(Li et al., 2020)

2.1.4. Struktur SARS-CoV-2

Secara struktural, SARS-CoV-2 memiliki empat protein struktural utama yaitu Glikoprotein S ( Spike Glycoprotein), Glikoprotein E (Small Envelope Glycoprotein), Glikoprotein M ( membrane Glycoprotein), dan protein N (Nucleocapsid protein), dan juga beberapa protein tambahan.

(23)

Glikoprotein S adalah protein transmembran dengan berat molekul sekitar 150 kDa yang ditemukan di bagian luar virus. Protein S membentuk homotrimer yang menonjol di permukaan virus dan memfasilitasi pengikatan virus beramplop ke sel inang oleh daya tarik enzim pengonversi angiotensin 2 (ACE2) yang diekspresikan dalam sel saluran pernapasan bawah.

Protein N adalah komponen struktural coronavirus yang melokalisir di regio endoplasma-Golgi,yang secara struktural terikat pada bahan asam nukleat virus.

Karena protein N terikat pada RNA, protein N terlibat dalam proses yang terkait dengan genom virus, siklus replikasi virus, dan respons seluler sel inang terhadap infeksi virus

Protein E merupakan protein terkecil dalam struktur SARS-CoV-2. Protein E berperan dalam produksi dan pematangan virus.

Protein M merupakan protein yang paling terstruktur secara struktural dan berperan dalam menentukan bentuk amplop virus. Protein ini dapat mengikat semua protein struktural lainnya. Pengikatan dengan protein M membantu menstabilkan protein N dan mendorong penyelesaian perakitan virus dengan menstabilkan kompleks RNA protein N di dalam virion internal.

Protein M merupakan protein yang paling terstruktur secara struktural dan berperan dalam menentukan bentuk amplop virus. Protein ini dapat mengikat semua protein struktural lainnya. Pengikatan dengan protein M membantu menstabilkan protein N dan mendorong penyelesaian perakitan virus dengan menstabilkan kompleks RNA protein N di dalam virion internal (Astuti and Ysrafil, 2020)

(24)

Gambar 2.2 Struktur Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV 2) .

(Astuti and Ysrafil, 2020)

2.1.5. Cara Penularan

Virus COVID-19 dapat ditularkan dari orang ke orang terutama melalui tetesan/percikan (droplets) pernapasan.Penularan melalui tetesan/percikan (droplets) terjadi ketika seseorang berada dalam kontak dekat (dalam jarak 1m) dengan penderita COVID-19 yang memiliki gejala pernapasan seperti batuk atau bersin sehingga mukosa mulut dan hidung atau konjungtiva mata beresiko terkena tetesan/percikan (droplet) pernapasan yang berpotensi menyebabkan infeksi.

Penularan juga dapat terjadi melalui benda di lingkungan sekitar orang yang terinfeksi (fomites). Tetesan atau percikan (droplet) dari penderita COVID-19 dapat mendarat di benda dan permukaan sekitar,seperti meja, gagang pintu dan pegangan tangga.Seseorang dapat terinfeksi dengan menyentuh benda atau permukaan ini, kemudian menyentuh mata, hidung atau mulut mereka.

(25)

Penularan melalui udara dapat mungkin terjadi dalam keadaan dan pengaturan tertentu di mana prosedur atau perawatan pendukung yang menghasilkan aerosol dilakukan; yaitu, intubasi endotrakeal, bronkoskopi, penyedotan terbuka, pemberian pengobatan nebulisasi, ventilasi manual sebelum intubasi, ventilasi tekanan positif non-invasif, trakeostomi, dan resusitasi kardio pulmoner. (WHO.2020)

2.1.6. Faktor resiko

Orang yang tinggal atau bepergian di daerah di mana virus COVID-19 bersirkulasi sangat mungkin berisiko terinfeksi. Mereka yang terinfeksi adalah orang- orang yang dalam 14 hari sebelum muncul gejala melakukan perjalanan dari negara atau wilayah terjangkit, atau yang kontak erat, seperti anggota keluarga, rekan kerja atau tenaga medis yang merawat pasien sebelum mereka tahu pasien tersebut terinfeksi COVID-19.(Kemenkes RI.2020)

Berdasarkan CDC (2020), terdapat orang-orang yang beresiko tinggi mengalami COVID-19 dengan tingkat yang parah yaitu:

 Orang-orang berusia 65 tahun ke atas

 Orang yang tinggal di panti jompo atau fasilitas perawatan dalam jangka panjang

 Orang-orang dari segala usia dengan kondisi medis yang mendasarinya, terutama jika tidak dikontrol dengan baik, termasuk:

-Penderita penyakit paru kronis atau asma sedang hingga berat -orang yang memiliki kondisi jantung yang serius -Orang yang immunocompromised (orang yang menjalani pengobatan kanker, merokok, transplantasi oragan atau sumsum tulang, defisiensi imun, HIV atau AIDS yang tidak terkontrol dengan baik, dan penggunaan

(26)

kortikosteroid yang berkepanjangan dan obat obatan lainnya yang melemahkan kekebalan tubuh)

 Orang dengan obesitas yang parah (indeks massa tubuh [BMI]= 40 atau lebih tinggi)

 Penderita diabetes

 Penderita penyakit ginjal kronis yang menjalani dialysis

 Penderita penyakit hati

2.1.7. Patogenesis

SARS-CoV 2 menyerang sel manusia melalui reseptor angiotensin converting enzyme II (ACE2). Sel-sel pada saluran napas yang melapisi alveoli (sel alveolar tipe II) memiliki ekspresi ACE2 dan menjadi sel target utama selama infeksi SARS-CoV- 2 pada manusia.(Zou et al., 2020) Selain itu SARS-CoV-2 juga membutuhkan TMPRSS2 untuk memproses protein spike dengan baik dan memfasilitasi pemasukan sel inang.(Tay et al., 2020) Pada amplop spike virus SARS-CoV 2 terdapat glikoprotein (glikoprotein S ) yang akan berikatan dengan reseptor selular berupa ACE2. Setelah pengikatan ke reseptor, terjadi perubahan bentuk dalam protein S yang memfasilitasi fusi amplop virus dengan membran sel melalui jalur endosom.

Kemudian SARS-CoV-2 masuk dan melepaskan genom RNA ke dalam sitoplasma sel. Di dalam sel, terjadi duplikasi materi genetik dan sintesis protein-protein yang dibutuhkan virus.Genom RNA virus akan diterjemahkan menjadi dua poliprotein (pp1a dan pp1ab) dan protein struktural. Selanjutnya, genom virus akan mulai untuk bereplikasi. Protein virus dan genom RNA kemudian dirakit menjadi virion di retikulum endoplasma dan Golgi dan kemudian diangkut melalui vesikel dan dilepaskan keluar dari sel. (Susilo et al., 2020 ,Shereen et al., 2020)

(27)

Infeksi SARS-CoV-2 dan adanya penghancuran sel paru-paru memicu respons imun lokal merekrut makrofag dan monosit yang merespons infeksi, melepaskan sitokin, dan respons imun sel T dan B yang adaptif.Dalam respon imun yang sehat, peradangan awal menarik sel T spesifik virus ke tempat infeksi, di mana mereka dapat menyingkirkan sel yang terinfeksi sebelum virus menyebar. Antibodi yang menetralisasi pada individu-individu ini dapat memblokir infeksi virus, dan makrofag alveolar mengenali virus yang dinetralkan dan sel yang mengalami apoptosis lalu membersihkannya dengan fagositosis. Secara keseluruhan, proses-proses ini menyebabkan pembersihan virus dan kerusakan paru-paru yang minimal, menghasilkan pemulihan. (Tay et al., 2020)

Namun, dalam beberapa kasus, respons imun yang disfungsional terjadi, yang dapat menyebabkan penyakit paru-paru yang parah dan bahkan menyebabkan patologi sistemik. Ketika SARS-CoV-2 menginfeksi sel-sel yang mengekspresikan reseptor permukaan angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) dan TMPRSS2, replikasi aktif dan pelepasan virus menyebabkan sel inang mengalami pyroptosis dan melepaskan pola molekul yang terkait dengan adanya kerusakan, termasuk ATP, asam nukleat dan ASC oligomers. Hal ini kemudian dikenali oleh sel epitel , sel endotel dan makrofag alveolar yang bersebelahan, yang memicu pembentukan sitokin dan kemokin pro inflamasi (termasuk IL-6, IP-10, protein inflamasi makrofag 1α (MIP1α), MIP1β, dan MCP1).Protein-protein ini menarik monosit, makrofag, dan sel T ke lokasi infeksi, mendorong peradangan lebih lanjut (dengan penambahan IFNγ yang diproduksi oleh sel T) dan membentuk loop umpan balik pro-inflamasi. Pada respon imun yang cacat ini dapat menyebabkan akumulasi sel imun lebih lanjut di paru-paru, yang menyebabkannya kelebihan produksi sitokin pro-inflamasi, yang akhirnya merusak infrastruktur paru-paru. Badai sitokin yang dihasilkan bersirkulasi ke organ lain, yang menyebabkan kerusakan multi-organ. Selain itu, antibodi non- netralisasi yang diproduksi oleh sel B dapat meningkatkan infeksi SARS-CoV-2

(28)

melalui peningkatan yang tergantung pada antibodi, yang memperburuk kerusakan organ lebih lanjut. (Tay et al., 2020)

Gambar 2.3 Siklus hidup SARS-CoV-2 di dalam sel.

(Shereen et al.2020)

(29)

Gambar 2.4 Patogenesis COVID-19 (Tay et al., 2020)

(30)

2.1.8. Manifestasi Klinis

Masa inkubasi COVID-19 ( waktu antara paparan virus hingga timbulnya gejala) adalah rata-rata 5-6 hari, namun bisa sampai 14 hari. (WHO.2020) Terdapat berbagai gejala yang dilaporkan pada penderita COVID-19. Gejala tersebut dilaporkan mulai dari gejala ringan hingga gejala berat, dengan beberapa kasus bahkan mengakibatkan kematian (CDC.2020) Gejala utama COVID-19 yaitu demam, batuk kering dan sulit bernapas atau sesak.Gejala tambahan lainnya yaitu nyeri kepala, nyeri otot, lemas, diare dan batuk darah.( PDPI.2020) Pasien dengan gejala ringan dilaporkan pulih setelah 1 minggu sementara kasus yang parah dilaporkan mengalami kegagalan pernapasan progresif karena kerusakan alveolar dari virus, yang dapat menyebabkan kematian (Adhikari et al., 2020) Pada pasien COVID-19 yang memiliki komorbiditas (mis., hipertensi, penyakit paru obstruktif kronik, diabetes, penyakit kardiovaskular) dapat terjadi perburukan menjadi Acute Respiratory distress syndrome (ARDS), syok septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan disfungsi koagulasi, bahkan mengarah pada kematian. (Huang et al., 2020)

Terdapat beberapa klasifikasi klinis pada COVID-19 (PDPI.2020) a. Tidak berkomplikasi

Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang muncul berupa gejala yang tidak spesifik. Gejala utama tetap muncul seperti demam, batuk, dapat disertai dengan nyeri tenggorok,kongesti hidung, malaise, sakit kepala, dan nyeri otot. Pada beberapa kasus ditemui tidak disertai dengan demam dan gejala relatif ringan. Pada kondisi ini pasien tidak memiliki gejala komplikasi diantaranya dehidrasi, sepsis atau napas pendek.

(31)

b. Pneumonia ringan

Demam,batuk sesak yang merupakan gejala utama dapat muncul.Namun tidak ada tanda pneumonia berat. Pada anak-anak dengan pneumonia tidak berat ditandai dengan batuk atau susah bernapas atau tampak sesak disertai napas cepat atau takipneu tanpa adanya tanda pneumonia berat.

c. Pneumonia berat

Pada pasien dewasa yang mengalami pneumonia berat dapat ditandai dengan adanya gejala berupa demam atau adanya kecurigaan infeksi saluran napas.Selain itu juga muncul tanda takipnea (frekuensi napas>30x/menit), distress pernapasan berat atau saturasi oksigen <90%

Terdapat kriteria definisi Severe Community-acquired Pneumonia (CAP) menurut Diseases Society of America/American Thoracic Society untuk menentukan pneumonia berat

Jika terdapat salah satu kriteria mayor atau ≥ 3 kriteria minor

Kriteria minor Frekuensi napas ≥ 30x/menit

Rasio Pa02/FiO2 ≤ 250 Infiltrat multilobular Penurunan kesadaran Uremia (BUN) ≥ 20 mg/dL Leukopenia (<4000 cell/mikrol) Trombositopenia

(<100.000/microliter) Hipotermia (<360C)

Hipotensi perlu resusitasi cairan agresif

(32)

Kriteria mayor Syok septik membutuhkan vasopressor

Gagal napas membutuhkan ventilasi mekanik

Pada pasien anak-anak yang mengalami pneumonia berat dapat ditandai dengan adanya gejala batuk atau tampak sesak yang disertai adanya salah satu kondisi berikut:

- Sianosis central atau SpO2 <90%

- Distress napas berat (retraksi dada berat)

- Pneumonia dengan tanda bahaya (tidak mau menyusu atau minum; letargi atau penurunan kesadaran; atau kejang)

d. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)

Onset acute respiratory distress Syndrome (ARDS) dapat terjadi baru atau merupakan perburukan gejala respirasi dalam 1 minggu setelah diketahui kondisi klinis.

e. Sepsis

Sepsis merupakan suatu kondisi respons disregulasi tubuh terhadap suspek infeksi atau infeksi yang terbukti dengan disertai disfungsi organ. Tanda disfungsi organ,yaitu perubahan status mental,susah bernapas atau frekuensi napas cepat, saturasi oksigen rendah, keluaran urin berkurang, frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, akral dingin atau tekanan darah rendah, kulit mottling atau terdapat bukti laboratorium koagulopati, trombositopenia,asidosis, tinggi laktat atau hiperbilirubinemia.

(33)

f. Syok septik

Definisi syok septik yaitu hipotensi persisten setelah resusitasi volum adekuat sehingga diperlukan vasopressor untuk mempertahankan MAP ≥ 65 mmHg dan serum laktat > 2 mmol/L.

2.1.9. Pemeriksaan Laboratorium

Limfopenia merupakan temuan laboratorium yang paling umum pada COVID-19 dan ditemukan pada 83% pasien yang dirawat inap. Neutrofilia, peningkatan kadar alanin aminotransferase serum dan aspartat aminotransferase, peningkatan laktat dehidrogenase, CRP tinggi, dan kadar ferritin yang tinggi dapat ditemukan pada penderita COVID-19 yang mungkin terkait dengan keparahan penyakit yang lebih besar. Peningkatan D-dimer dan limfopenia juga dapat ditemukan pada penderita COVID-19 dan telah dikaitkan dengan kematian.Prokalsitonin biasanya normal pada saat masuk rumah sakit, tetapi dapat meningkat pada pasien COVID-19 yang dirawat di ICU . Pasien dengan penyakit kritis memiliki tingkat penanda inflamasi plasma yang tinggi , menunjukkan potensi disregulasi kekebalan. (CDC.2020)

2.1.10. Pemeriksaan Radiologi

Pada pencitraan dapat menunjukkan gambaran opasitas bilateral, konsolidasi subsegmental, lobar atau kolaps paru atau nodul,dan tampilan groundglass.Pada stage awal, terlihat bayangan multiple plak kecil dengan perubahan intertisial yang jelas menunjukkan di perifer paru dan kemudian berkembang menjadi bayangan multiple ground-glass dan infiltrate di kedua paru. Pada kasus berat, dapat ditemukan konsolidasi paru bahkan “white-lung” dan efusi pleura (jarang) (PDPI.2020)

(34)

2.1.11. Diagnosis

Diagnosis COVID-19 ditegakkan dengan mendeteksi RNA SARS-CoV-2 dengan tes amplifikasi asam nukleat (NAATs), terutama malalui tes Real-Time reverse transcription Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) yang menggunakan spesimen saluran napas atas dan bawah.Spesimen saluran napas atas dapat diperoleh melalui swab pada nasofaring dan orofaringeal,sedangkan spesimen saluran napas bawah dapat diperoleh melalui pengambilan sputum,aspirat endotrakeal, atau bronchoalveolar lavage (BAL).Tes dikatakan positif (konfirmasi SARS-CoV-2) bila rRT-PCR positif pada minimal dua target genom (N, E, S, atau RdRP) yang spesifik SARS-CoV-2; ATAU rRT-PCR positif betacoronavirus, ditunjang dengan hasil sequencing sebagian atau seluruh genom virus yang sesuai dengan SARS-CoV 2. (WHO.2020)

2.1.12. Definisi Kasus

2.1.12.1 Pasien dalam Pengawasan (PDP)

Seseorang dengan lnfeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu demam (≥38°C) atau riwayat demam; disertai salah satu gejala/tanda penyakit pernapasan seperti: batuk/ sesak nafas/ sakit tenggorokan/ pilek/ /pneumonia ringan hingga berat.

DAN

tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan DAN

pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala, memenuhi salah satu kriteria berikut:

a. Memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di luar negeri yang melaporkan transmisi lokal

b. Memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di area transmisi lokal di Indonesia

(35)

(Kemenkes RI, 2020)

2.1.12.2 Orang Dalam Pemantauan (ODP)

Seseorang yang mengalami demam ((≥38°C) atau riwayat demam; atau gejala gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit tenggorokan/batuk.

DAN

tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan.

DAN

pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala, memenuhi salah satu kriteria berikut:

a. Memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di luar negeri yang melaporkan transmisi lokal

b. Memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di area transmisi lokal di Indonesia (Kemenkes RI, 2020)

2.1.12.3 Orang Tanpa Gejala (OTG)

Seseorang yang tidak bergejala dan memiliki risiko tertular dari orang konfirmasi COVID-19. Orang tanpa gejala (OTG) merupakan kontak erat dengan kasus konfirmasi COVID-19.(Kemenkes RI, 2020)

2.1.13 Definisi Kontak

Kontak Erat adalah seseorang yang melakukan kontak fisik atau berada dalam ruangan atau berkunjung (dalam jarak 1 meter dengan kasus pasien dalam pengawasan atau konfirmasi) dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala. (Kemenkes RI, 2020)

Yang termasuk kontak erat adalah:

(36)

a. Petugas kesehatan yang memeriksa,merawat,mengantar,dan membersihkan ruangan di tempat perawatan kasus tanpa menggunakan APD yang sesuai standar

b. Orang yang berada dalam suatu ruangan yang sama dengan kasus (termasuk tempat kerja,kelas,rumah,acara besar) dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala

c. Orang yang berpergian bersama ( radius 1 meter) dengan segala jenis alat angkut/kendaraan dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala (Kemenkes RI, 2020)

2.1.14. Pengobatan

Saat ini belum ada bukti yang merekomendasikan pengobatan anti-COVID-19 yang spesifik untuk pasien terkonfirmasi COVID-19.(WHO.2020) Tidak ada obat atau terapi lain yang saat ini disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) untuk mencegah atau mengobati COVID-19 (CDC.2020). Namun,banyak uji klinis sedang dilakukan atas kandidat-kandidat obat antivirus. Terapi anti-COVID-19 yang masih diteliti hanya dapat digunakan dalam uji acak terkendali yang disetujui.(WHO.2020) Penatalaksanaan COVID-19 terutama berdasarkan pada terapi simptomatik dan suportif untuk mencegah kegagalan pernapasan termasuk pemberian oksigen tambahan dan dukungan ventilasi mekanis bila terdapat indikasi.(Pascarella et al., 2020)

2.1.15. Pencegahan

Saat ini masih belum ada vaksin untuk mencegah infeksi COVID-19.(PDPI.2020) Vaksin untuk mencegah infeksi COVID-19 sedang dalam tahap pengembangan/uji coba.(Kemenkes.2020) Pencegahan terbaik adalah menghindari paparan virus penyebab. (CDC.2020)

(37)

2.1.15.1. Pencegahan Level Individu

1. Mengupayakan kebersihan personal dan rumah

Terdapat beberapa prinsip yang perlu diikuti untuk membantu mencegah COVID-19, yaitu menjaga kebersihan diri/personal dan rumah dengan cara:

a. Mencuci tangan lebih sering dengan sabun dan air setidaknya 20 detik atau menggunakan pembersih tangan berbasis alcohol (hand sanitizer),sesampainya di rumah atau tempat bekerja,setelah membersihkan kotoran hidung,batuk atau bersin dan ketika makan atau mengantarkan makanan

b. Menghindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang belum dicuci

c. Tidak berjabat tangan

d. Mengindari interaksi fisik dekat dengan orang yang memiliki gejala sakit e. Menutupi mulut saat batuk dan bersin dengan lengan atas bagian dalam atau

dengan tisu lalu langsung membuang tisu ke tempat sampah dan segera mencuci tangan

f. Segera mengganti baju/mandi sesampainya di rumah setelah berpergian g. Membersihkan dan memberikan desinfektan secara berkala pada benda-benda

yang sering disentuh dan pada permukaan rumah dan perabot (meja, kursi, dan lainlain),gagang pintu, dan lain-lain.

h. Menggunakan masker dengan benar hingga menutupi mulut dan hidung ketika sakit atau saat sedang keluar rumah.

2. Peningkatan Imunitas Diri dan Mengendalikan Komorbid

Dalam melawan penyakit COVID-19,menjaga sistem imunitas diri merupakan hal yang penting,terutama untuk mengendalikan penyakit penyerta (komorbid).

(38)

Terdapat beberapa hal yang dapat meningkatkan imunitas diri pada orang yang terpapar COVID-19,yaitu sebagai berikut:

a. Konsumsi gizi seimbang b. Aktifitas fisik/senam ringan c. Istirahat cukup

d. Suplemen vitamin e. Tidak merokok

f.Mengendalikan komorbid (misal diabetes mellitus, hipertensi, kanker).

2.1.15.2. Pencegahan Level Masyarakat

1. Pembatasan interaksi fisik dan pembatasan social (Physical Contact/Physical Distancing dan Social Distancing)

Pembatasan sosial adalah pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah. Pembatasan sosial ini dilakukan oleh semua orang di wilayah yang diduga terinfeksi penyakit. Pembatasan sosial berskala besar bertujuan untuk mencegah meluasnya penyebaran penyakit di wilayah tertentu. Pembatasan sosial berskala besar paling sedikit meliputi: meliburkan sekolah dan tempat kerja; pembatasan kegiatan keagamaan; dan/atau pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum. Selain itu, pembatasan social juga dilakukan dengan meminta masyarakat untuk mengurangi interaksi sosialnya dengan tetap tinggal di dalam rumah maupun pembatasan penggunaan transportasi publik.

Pembatasan sosial dalam hal ini adalah jaga jarak fisik (physical distancing), yang dapat dilakukan dengan cara:

1. Tidak berdekatan atau kontak fisik dengan orang mengatur jarak minimal 1 meter, tidak bersalaman, tidak berpelukan dan berciuman.

2. Hindari penggunaan transportasi publik (seperti kereta, bus, dan angkot) yang tidak perlu, sebisa mungkin hindari jam sibuk ketika berpergian.

(39)

3. Bekerja dari rumah (Work From Home), jika memungkinkan dan kantor memberlakukan ini.

4. Tidak berkumpul massal di kerumunan dan fasilitas umum.

5. Menghindari bepergian ke luar kota/luar negeri termasuk ke tempat-tempat wisata.

6.Menghindari berkumpul dengan teman dan keluarga, termasuk berkunjung/bersilaturahmi tatap muka dan menunda kegiatan bersama.

Menghubungi mereka dengan telepon,internet, dan media social

7. Menggunakan telepon atau layanan online untuk menghubungi dokter atau fasilitas lainnya.

8. Jika sakit, tidak mengunjungi orang tua/lanjut usia. Jika tinggal satu rumah dengan mereka, maka menghindari interaksi langsung dengan mereka.

9. Untuk sementara waktu, anak sebaiknya bermain sendiri di rumah.

10. Untuk sementara waktu, dapat melaksanakan ibadah di rumah.

2. Menerapkan Etika Batuk dan Bersin Menerapkan etika batuk dan bersin meliputi:

1. Jika terpaksa harus bepergian, saat batuk dan bersin gunakan tisu lalu langsung buang tisu ke tempat sampah dan segera cuci tangan.

2. Jika tidak ada tisu, saat batuk dan bersin tutupi dengan lengan atas bagian dalam. (Kemenkes RI.2020)

2.2 PENGETAHUAN

2.2.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.Pengindraan terjadi melalui

(40)

pancaindra manusia,yakni indra penglihatan,pendengaran,penciuman,rasa,dan raba.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). (Notoatmodjo, 2014)

2.2.2. Tingkatan Pengetahuan

Tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif mencakup 6 tingkatan, yaitu : 1. Tahu

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.Oleh sebab itu,tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dapat menyebutkan,menguraikan,mendefinisikan,menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek tertentu dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya) yang nyata dalam suatu

(41)

kehidupan. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum- hukum,rumus,metode,prinsip,dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen ,tetapi masih didalam satu struktur organisasi,dan masih ada kaitannya satu sama lain.Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,seperti menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya .

5. Sintesis

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.Misalnya,dapat menyusun, dapat merencanakan,dapat meringkaskan,dapat menyesuaikan,dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan- rumusan yang telah ada.

5.Evaluasi

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri,atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. (Notoatmodjo, 2014)

2.2.3 Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek atau responden.

(42)

2.3. SIKAP

2.3.1 Pengertian Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari sesorang terhadap suatu stimulus atau objek.Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

2.3.2. Komponen Sikap

Menurut Allport (1954) dalam notoatmodjo (2014) , sikap mempunyai tiga komponen pokok :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh, pengetahuan,pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting,

2.3.3. Tingkatan Sikap

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu :

1.Menerima

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

(43)

2.Merespons

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,terlepas dari pekerjaan itu benar atau sala,adalah bahwa orang menrima ide tersebut.

3.Menghargai

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4.Bertanggung Jawab

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi. (Notoatmodjo, 2014)

2.3.4 Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek.Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis,kemudian ditanyakan pendapat responden.

2.4 TINDAKAN

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).

Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan factor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.

(44)

2.4.1 Tingkatan tindakan

Praktik atau tindakan mempunyai mempunyai beberapa tingkatan:

1.Respons terpimpin

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh merupakan indicator praktik tingkat pertama.

2. Mekanisme

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat kedua.

3.Adopsi

Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

Artinya,tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. (Notoatmodjo, 2014)

(45)

2.5 KERANGKA TEORI

Gambar 2.5 Kerangka teori penelitian.

SARS-COV-2

COVID-19 (Coronavirus Disease 2019)

Coronavirus

Coronaviridae

Jenis lainnya : 1.SARS-CoV 2.MERS-CoV

Cara penularan Karakteristik

Patogenesis

Pengobatan

Manifestasi klinis Pencegahan

Epidemiologi

Penegakkan diagnosis Faktor resiko

=Tingkat pengetahuan,sikap,dan tindakan

(46)

2.6 KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan secara skematis pada skema 2.6. sebagai berikut :

Skema 2.6. Kerangka konsep penelitian.

Variabel Independen

Variabel Dependen Mahasiswa FK USU:

-Tingkat Pengetahuan -Sikap

-Tindakan

COVID-19

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan pendekatan cross sectional (potong lintang), dimana pengambilan data hanya dilakukan sekali saja. ( Sastroasmoro & Ismael,2017) Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terhadap COVID-19.

3.2. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada rentang waktu Agustus 2020 – selesai.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran USU angkatan 2017, 2018, dan 2019 yang jumlahnya dapat dilihat di dalam tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1 Total Populasi Mahasiswa S1 Fakultas Kedokteran USU

No. Angkatan Jumlah mahasiswa

1. 2017 255

2. 2018 255

3. 2019 249

Total Populasi 759

(48)

Sumber:Direktori Mahasiswa USU

Dari table 3.1 tersebut diketahui bahwa jumlah populasi dalam penelitian ini berjumlah 759 orang

3.3.2. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa fakultas Kedokteran USU angkatan 2017,2018,dan 2019 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang ditentukan sebagai berikut:

3.3.2.1 Kriteria Inklusi

1.Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU angkatan 2017-2019 yang aktif dan tidak sedang mengambil cuti akademik

2.Bersedia mengikuti penelitian dengan mengisi kuesioner online melalui google form setelah penjelasan atau informed consent

3.3.2.2. Kriteria Eksklusi

1.Responden tidak mengisi kuesioner dengan lengkap 3.3.3. Cara Sampling

Besar sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel slovin sebagai berikut :

(49)

Keterangan : n : Jumlah Sampel

N :Jumlah Populasi mahasiswa FK USU

e : tingkat batas toleransi kesalahan (margin of error 10%) Perhitungan Besar Sampel :

n = 759 1+759 (0,1)2 n = 759 8,59 n = 88,35≈ 88

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik Stratified Proportional Sampling ¸ yang mana sampel dalam penelitian ini dibagi rata dalam setiap pembagian angkatan pada mahasiswa fakultas kedokteran USU

Penentuan jumlah sampel mahasiswa FK USU disetiap angkatan ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Masturoh dan Anggita, 2018):

ni = Ni X n N

(50)

Keterangan :

Ni : Jumlah populasi pada setiap angkatan n : Jumlah sampel dikeseluruhan populasi N : Jumlah populasi seluruhnya

ni : Jumlah sampel pada setiap angkatan

Berdasarkan rumus tersebut maka dapat dihitung sampel mahasiswa yang terpilih di setiap angkatan dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut :

Tabel 3.2. Perhitungan jumlah sampel di setiap angkatan.

Berdasarkan tabel 3.2 di atas diketahui bahwa jumlah mahasiswa Fakultas Kedokteran USU yang dijadikan sampel dalam penelitian ini ialah dari angkatan 2017 sebanyak 30 orang, kemudian dari angkatan 2018 sebanyak 30 orang, dan dari angkatan 2019 sebanyak 28 orang, sehingga jumlah sampel dalam penelitian sebanyak 88 orang.

Sistem pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu kuesioner disebar kepada setiap mahasiswa fakultas kedokteran USU angkatan 2017,2018,2019 kemudian kuesioner- kuesioner yang telah diisi dilakukan pemilihan acak dengan undian sampai jumlah sampel yang dibutuhkan setiap angkatan tercukupi.

Perhitungan jumlah sampel penelitian

Angkatan Populasi Penarikan sampel Jumlah

sampel

2017 255 255 𝑥 88

759

30

2018 255 255 𝑥 88

759

30

2019 249 249 𝑥 88

759

28

Total 759 Jumlah total sampel 88

(51)

3.4. METODE PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua cara berdasarkan jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu :

3.4.1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan memberikan kuesioner kepada responden. Kuesioner berisi beberapa pertanyaan terkait COVID-19 untuk menilai tingkat pengetahuan,sikap dan tindakan.Kuesioner penelitian ini menggunakan kuesioner yang telah disusun sesuai dengan rumusan permasalahan yang diteliti. Bagi calon responden yang bersedia menjadi responden diminta untuk menandatangani informed consent.

3.4.2. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder berasal dari data yang didapatkan dari Direktori Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU yang berupa jumlah mahasiswa.

3.5. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen berupa kuesioner sebagai alat bantu dalam pengumpulan data yang terdiri dari 4 bagian yaitu data demografi, kuesioner pengetahuan,sikap,dan tindakan terhadap COVID-19.

3.5.1 Data Demografi

Kuesioner data demografi memberikan data mengenai responden meliputi: nama , usia, angkatan, riwayat diri/keluarga menderita COVID-19, dan sumber informasi COVID-19. Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui karakteristik responden.

(52)

3.5.2. Kuesioner Pengetahuan COVID-19

Kuesioner pengetahuan COVID-19 terdiri dari 17 pertanyaan mengenai definisi, etiologi, epidemiologi, cara penularan, factor resiko, manifestasi klinis, diagnosis, pengobatan, dan pencegahan COVID-19. Metode pengukuran pengetahuan dilakukan menggunakan kuesioner dengan skala Guttman. Skala Guttman digunakan untuk mendapatkan jawaban atau hasil yang tegas terhadap sesuatu permasalahan yang ditanyakan (Sugiyono,2013).Adapun perhitungan pengetahuan dengan skala Guttman seperti yang tercantum pada table 3.3 berikut :

Tabel 3.3. Perhitungan Pengetahuan dengan skala Guttman.

Jumlah pertanyaan 17

Jumlah jawaban 3 ( Ya,Tidak, Tidak Tahu)

Skor tertinggi Jawaban yang benar diberi poin 2 Skor terendah Jawaban yang salah diberi nilai 1

dan tidak tahu diberi poin 0 Jumlah skor terendah Skoring terendah x Jumlah

pertanyaan

= 0 x 17

= 0

Jumlah skor tertinggi Skoring tertinggi x Jumlah pertanyaan

= 2 x 17

= 34

Kategori (K) 3 (Baik,Cukup,Kurang)

Range ( R) Jumlah skor tertinggi- Jumlah

skor terendah

= 34 – 0

= 34

Interval (I) Range (R) ÷ Kategori (K)

= 34 ÷ 3

= 11,3

= 11

Berdasarkan perhitungan tersebut maka diperoleh kriteria penilaian pengetahuan sebagai berikut :

(53)

 Skor 24- 34 = Baik

 Skor 13 - 23 = Cukup

Skor <13 = Kurang

3.5.3 Kuesioner Sikap terhadap COVID-19

Kuesioner sikap terhadap COVID-19 terdiri dari 7 pertanyaan favorable yang mengandung jawaban-jawaban yang positif mengenai sikap responden terhadap COVID-19. Metode pengukuran sikap dilakukan menggunakan kuesioner dengan skala Likert. Adapun perhitungan sikap dengan skala Likert seperti yang tercantum pada tabel 3.4 berikut :

Tabel 3.4. Perhitungan Sikap dengan Skala Likert.

Jumlah Pertanyaan 10

Jumlah Jawaban 4 ( Sangat setuju (SS) , Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS) Skor setiap jawaban dari

petanyaan favorable

Sangat Setuju (SS) : diberi poin 4 Setuju (S) : diberi poin 3 Tidak Setuju (TS) : diberi poin 2 Sangat Tidak Setuju : diberi poin 1 Jumlah skor terendah Skoring terendah x Jumlah pertanyaan

= 1 x10

= 10

Jumlah Skor tertinggi Skoring tertinggi x Jumlah pertanyaan

= 4 x 10

= 40

Kategori (K) 3 ( Baik , Cukup, Kurang )

Range (R) Jumlah skor tertinggi- Jumlah skor terendah

= 40 – 10

= 30

Interval (I) Range (R) ÷ Kategori (K)

= 30÷ 3

= 10

(54)

Berdasarkan perhitungan tersebut maka diperoleh kriteria penilaian sikap sebagai berikut :

 Skor 31 - 40 = Baik

 Skor 21 - 30 = Cukup

Skor <21 = Kurang

3.5.4 Kuesioner Tindakan terhadap COVID-19

Kuesioner tindakan terhadap COVID-19 terdiri dari 15 pertanyaan positif (No.1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,14,15,16) dan 1 pertanyaan negative (No.13). Metode pengukuran tindakan dilakukan menggunakan kuesioner dengan skala Likert. Adapun perhitungan tindakan dengan skala Likert seperti yang tercantum pada table 3.5 berikut :

Tabel 3.5. Perhitungan Tindakan dengan Skala Likert.

Jumlah Pertanyaan 15

Jumlah Jawaban 4 ( Selalu, Sering, Kadang – Kadang, Tidak Pernah )

Skor setiap jawaban dari pertanyaan positif

Selalu : 4 Sering : 3 Kadang-Kadang : 2 Tidak Pernah : 1 Skor setiap jawaban dari pertanyaan

negatif

Selalu : 1 Sering : 2 Kadang-Kadang : 3 Tidak Pernah : 4

Jumlah skor terendah Skoring terendah x Jumlah pertanyaan

= 1 x 15

Gambar

Gambar 2.1  Struktur genom SARS-CoV, MERS-CoV, dan SARS-CoV-2.
Gambar 2.2  Struktur Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2   (SARS-CoV 2) .
Gambar 2.3 Siklus hidup SARS-CoV-2 di dalam sel.
Gambar 2.4  Patogenesis COVID-19  (Tay et al., 2020)
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Pada pasien konfirmasi Covid-19 dengan gejala klinis berat memberikan hasil profil imunologi yang berbeda dengan kasus klinis berat yang ditemukan hitung

• Penderita COVID-19 tanpa gejala dan gejala ringan secara umum tidak memerlukan perawatan di Rumah Sakit, cukup melakukan isolasi mandiri di rumah/safe house. • Penderita

Secara umum syarat seorang pasien Covid-19 untuk dapat melakukan isoman adalah jika yang bersangkutan terkonfirmasi Covid-19 tanpa gejala ataupun bergejala ringan.. Pasien

Halaman mengisi jawaban Konsultasi digunakan user untuk membantu mencari diagnosa atau solusi dari gejala yang dialami pasien mereka dengan cara sistem

Bagi pasien terkonfirmasi COVID-19 tanpa gejala (asimptomatik) dan gejala ringan yang tidak dapat memenuhi syarat klinis dan syarat rumah untuk dilakukan isolasi mandiri

Pada laporan kasus ini, kami melaporkan seorang pasien COVID-19 yang datang dengan presentasi GI tanpa gejala respiratorik di Rumah Sakit Pusat Rujukan COVID-19

Adanya pemberian sosialisasi/penyuluhan mengenai pandemi COVID-19 kepada masyarakat, agar masyarakat mengetahui apa sebenarnya pandemi COVID-19 mulai dari penyebarannya,

Kasus misdiagnosis dan ko-infeksi antara infeksi dengue dengan COVID-19 telah banyak dilaporkan karena adanya kemiripan antara gejala klinis yang muncul pada kedua penyakit