• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN IBU PAKAI SABUN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA USIA BULAN DI DESA RUMBIO WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAMPAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN IBU PAKAI SABUN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA USIA BULAN DI DESA RUMBIO WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAMPAR"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN IBU PAKAI SABUN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA USIA 12-23 BULAN DI DESA

RUMBIO WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAMPAR

Ns. Apriza, M.Kep

Dosen S1 Keperawatan STIKesTuankuTambusai Riau

ABSTRACT

The incidence of diarrhea in children under five in the world reached 1 billion cases per year, with a death toll of about 6 million people, mostly in developing countries one of which occurred in Indonesia. The purpose of this study was to relationship mother handwashing with soap incidence of diarrhea in children aged 12-23 months in the village health center Rumbio working area Kampar 2013. The design used in this research is analytic survey with cross sectional approach, which studies the relationship behavior mother hand washing with soap incidence of diarrhea in children aged 12-23 months. The population in this study are all mothers who have 12-month old toddler, using simple random sampling method as many as 186 people. Data collection was done in two ways using the primary data and secondary data. Analysis of the data used univariate and bivariate is. The results of the bivariate analysis is known to have a significant relationship between maternal handwashing with soap incidence of diarrhea in children aged 12-23 months with p value = 0.001 or p <0.05. Therefore, it is expected to related parties in order to educate the public, especially mothers who have children aged 12-23 months to further improve handwashing with soap.

DaftarBacaan : 18 ( 2001 – 2012 )

Keywords : Behaviorh and washing with soap, incidence of diarrhea

PENDAHULUAN

Salah satu strategi pembangunan kesehatan nasional untuk mewujudkan Indonesia sehat adalah Miillenium Development Goals (MDGs) yang merupakan sebuah paket berisi delapan tujuan utama yang mempunyai batas waktu tahun 2015 dengan target yang sangat teratur. Salah satu targetnya adalah menurunkan angka kematian anak

dan meningkatkan kesehatan ibu (Pradipta, 2011).

Angka kesakitan dan kematian masih terhitung tinggi, penyebab utamanya adalah penyakit infeksi.

Penyakit infeksi juga terjadi pada balita, penyakit infeksi yang terjadi pada balita bila tidak ditangani dengan baik akan berdampak negatif pada anak dikemudian hari. Penyakit yang sering terjadi pada balita diantaranya diare. Diare adalah suatu

(2)

kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI, 2011)

Data WHO (2010)

menunjukkan angka kejadian diare pada anak balita di dunia mencapai 1 miliar kasus tiap tahun, dengan korban meninggal sekitar 6 juta jiwa yang sebagian besar terjadi di negara berkembang. Kematian diare pada balita dinegara berkembang diperkirakan meningkat dari 2,9 juta kematian pada tahun 2004 menjadi 4,5 juta kematian pada tahun 2011.

Anak balita di Indonesia dilaporkan mengalami diare sebanyak 1-2 episode pertahun (Depkes, 2003). Berdasarkan survey demografi kesehatan Indonesia tahun 2007prevalensi diare pada anak balita di Indonesia laki-laki 14,8%

dan perempuan 11,5 %. Berdasarkan

umur, prevalensi

diaretertinggiadalahpadaanakumur 12-23 bulan, diikutiumur 6-11 bulandanumur 24-45 bulan, karenaanakmulaiaktifbermaindanberi sikoterkenainfeksi (SDKI, 2007)

Berdasarkan data dari Dinas Provinsi Riau pada tahun 2010, angka kejadian diare di Provinsi Riau sebanyak 84.634, tahun 2011 sebanyak 87.660 orang dan pada tahun 2012 diare menempati urutan pertama dari sepuluh besar penyakit pada pasien rawat inap di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau (DinasKesehatanPropinsi Riau 2010).

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menekan angka kesakitan dan kematian yang disebabkan Diare, khususnya pada anak balita. Program lingkungan sehat, perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat serta

penyehatan air dan sanitasi, namun kasus diare masih terhitung tinggi.

Sehingga pada tahun 2010 Depkes mencoba menerapkan strategi baru untuk menurunkan kejadian diare melalui Program cuci tangan pakai sabun. Perilaku cuci tangan pakai sabun merupakan perilaku yang belum biasa dilakukan sehari-hari oleh masyarakat pada umumnya.

Data dari survei baseline yang dilakukan oleh Environmental Services Program (ESP-USAID) pada tahun 2006 menunjukkan bahwa perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) pada waktu-waktu kritis sangat rendah yaitu: sebelum makan 14,3%, sesudah buang air besar 11,7%, setelah menceboki bayi 8,9%, sebelum menyuapi anak 7,4%

dan sebelum menyiapkan makanan 6%. Sedangkan jalur utama penularan berbagai penyakit adalah melalui tangan yang terkontaminasi bakteri, virus atau telur cacing yang menyebabkan diare dan berbagai penyakit ataupun kecacingan. Hasil kajian dari Curtiss dan Cairmcross (2003), menunjukkan bahwa mencuci tangan dengan sabun dapat mengurangi penyakit-penyakit yang berkaitan dengan diare sampai 42- 47% (Widya, 2010).

Berdasarkan

surveypendahuluan yang dilakukanpeneliti di Desa Rumbio Wilayah kerja Puskesmas Kampar, kondisi lingkungan di Desa Rumbio masih kurang baik, pemanfaatan jamban secara bersamaan, banyak ibu yang membuang kotoran anaknya di sembarangan tempat dan air minum yang di konsumsi berasal dari

sungai. Dari hasil

wawancaraterhadap10 orang ibu yang memilikianak, 9 orang ibu (90%) mengatakan bahwa mereka tidak cuci tangan pakai sabun setelah

(3)

buang air besar dan setelah mencebok bayi, tidak cuci tangan pakai sabun sebelum menyuapi anak, dan tidak cuci tangan pakai sabun sebelum makan. Dari fenomena diatas,

penelititertarikmelakukanpenelitianm engenai ’’hubungan perilaku Cuci Tangan Ibu Pakai Sabundengan kejadian diare pada balita usia 12-23 bulan di Desa Rumbio Wilayah Kerja Puskesmas Kampartahun 2013”.

METODE PENELITIAN

Desainpenelitianini adalah survey Analitikdenganrancangan crosssectional. Populasi pada penelitianiniadalahseluruhibu yang mempunyaianak balitayang ada di Desa Rumbio tahun 2013 yang berjumlah 358 orang dengan jumlah

sampel 186

orang.Teknikpengambilansampeladal ahaccidental sampling, bentuk pertanyaan dichotomous choicedan skala

likert.Penelitianinidilaksanakandi Desa Rumbio Wilayah Kerja Puskesmas Kampar Tahun 2013 pada tanggal 25-30 September 2013.

Alatukur yang

digunakanadalahkuesioner.Pengump ulan data menggunakan data primer

danpengolahan data

menggunakankomputerisasi yang meliputiediting, coding, scoringdancleaning.Analisa data dilakukandengan

analisaunivariatdananalisabivariat:

HASIL PENELITIAN Penelitiantentang

hubunganperilaku cuci tangan ibu pakai sabun dengan kejadian diare pada balita usia 12-23 bulan di Desa Rumbio wilayah kerja Puskesmas

Kampar Tahun 2013

inidilakukanpadatanggal 25sampai

30 September

2013denganjumlahrespondensebanya k186 orang. Data yang diambilpadapenelitianinimeliputiperi laku cuci tangan ibu sebagai variabelindependendankejadian diare pada balita usia 12-23 bulan sebagai variabel dependen. Dari Penyebarankuesionerdidapatkanhasil sebagaiberikut :

Analisa Univariat 1. UmurResponden

Tabel4.1 : DistribusiFrekuensiRespondenBerdasarkanumur ibu Di Desa Rumbio wilayah kerja Puskesmas Kampar Tahun 2013

No Usia F (%)

1 16-25tahun 68 36,5

2 26-35 tahun 98 52,7

3 36-45 tahun 20 10,8

Jumlah 186 100

Sumber : Penyebaran kuesioner

Berdasarkantabel 4.1 di atasdapatdilihatbahwasebagi anbesarresponden

berada pada rentang umur 26-35 tahun yaitusebanyak98responden (52,7%).

(4)

2. PekerjaanResponden

Tabel4.2 : DistribusiFrekuensiRespondenBerdasarkanpekerjaan Di Desa Rumbio wilayah kerja Puskesmas Kampar Tahun 2013

No Pekerjaan F (%)

1 Bekerja 119 64

2 TidakBekerja ( IRT ) 67 36

Jumlah 186 100

Sumber : Penyebaran kuesioner

Dari tabel 4.2 di atasdapatdilihatbahwasebagi

an besar responden bekerja yaitu 119 orang (64%).

3. Pendidikan Responden

Tabel4.3 :DistribusiFrekuensiRespondenBerdasarkanpendidikan Ibu Di Desa Rumbio wilayah kerja Puskesmas Kampar Tahun 2013

No Pendidikan F (%)

1 Dasar ( SD dan SMP 129 69,4

2 Lanjutan ( SMA dan Perguruan Tinggi ) 57 30,6

Jumlah 186 100

Sumber : Penyebaran kuesioner

Berdasarkantabel 4.3 di atasdapatdilihatbahwasebagi anbesarresponden

berpendidikan dasar yaitu 129 orang (69,4%).

4. Perilaku cuci tangan ibu pakai sabun

Tabel 4.4 Distribusifrekuensiresponden berdasarkanPerilaku cuci tangan ibu pakai sabundi Desa Rumbio Wilayah Kerja Puskesmas Kampar

No Perilaku Cuci Tangan Ibu Pakai Sabun

F (%)

1 Positif 80 43

2 Negatif 106 57

Jumlah 186 100

Sumber : Penyebaran kuesioner

Dari tabel4.4

dapatdilihatbahwasebagian besar

respondenmemilikiperilaku

negatif tentang cuci tangan pakai sabun yaitu sebanyak106 orang (57%).

(5)

5. Kejadian Diare

Tabel 4.5: DistribusiFrekuensikejadian Diare pada balita usia 12-23 bulan di Desa Rumbio Wilayah KerjaPuskesmasKampar Tahun 2013

No Kejadian Diare F (%)

1 Ya 102 54,8

2 Tidak 84 45,2

Jumlah 186 100

Sumber : Penyebaran kuesioner

Dari

tabel4.5dapatdilihatbahwaseb agian besar balita mengalami

diare yaitusebanyak102 orang (54,8%).

AnalisaBivariat

AnalisaBivariatadalahanalisaunt ukmelihathubunganantaravariabelindep endendanvariabeldependen.Uji yang dilakukanadalahujiChi

Squaredenganketentuan pvalue<

0,05maka Ho ditolakartinyakedua

variabelsecarastatistikmenunjukka nhubungan yang bermakna, apabilapvalue>0,05

makadapatdisimpulkanbahwa Ho diterima,

artinyakeduavariabeltersebuttidak menunjukkanhubungan yang signifikan

Tabel4.6 :HasilPengamatanHubungan perilaku cuci tangan ibu pakai sabun dengan kejadian diare pada balita usia 12-23 bulan di desa Rumbio Tahun 2013

Sumber : Penyebaran kuesioner

Berdasarkan tabel 4.4diatas didapatkan nilai p Value = 0,001 (p

< 0,05) artinyaadahubungan yang signifikanantaraperilaku cuci tangan ibu pakai sabun dengan

kejadian diare pada balita usia 12- 23 bulan di Desa Rumbio Tahun 2013. Artinya ibu yang memiliki perilaku tidak cuci tangan pakai sabun memiliki angka kejadian

Perilaku cuci tangan

ibu pakai sabun

Kejadian Diare

P. Value Ya Tidak Total

N % N % p value

N %

0,001

Positif 29 15,6 51 27,40,001 80 61,4

Negatif 73 39,2 33 17,8 106 38,6

Total 102 54,8 84 45,2 186 100

(6)

diare tinggi yaitu 73 orang (39,2), dan ibu yang memilikiperilaku cuci tangan pakai sabun memiliki angka

kejadian diare rendah yaitu 29 orang (15,6%).

PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti tentang hubungan perilaku cuci tangan ibu pakai sabundengan kejadian diare pada balita usia 12- 23 bulan di Desa Rumbio Wilayah Kerja Puskesmas Kampartahun 2013.

Setelahdilakukanpenyebarankuesio nerdata

tersebutdianalisissecaraunivariatdan bivariat,

makadiperolehhasilsebagaiberikut:

1. Perilaku Cuci Tangan Ibu PakaiSabundi

DesaRumbiowilayahkerjaPusk esmas Kampar Tahun 2013

Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai Perilaku Cuci Tangan Ibu Pakai Sabundapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku negatif tentang cuci tangan pakai sabun yaitu sebanyak 106 orang (57%).

Potter&perry (2005), mengatakan

perilakuakanterbentukberdasarkan

proses, begitu pula

padaperilakukesehatan.

Perilakuakanditunjukkandengankey akinan yang dimiliki.

Keyakinanitudipengaruhiolehlatarb elakangintelektualdanpengetahuan yang dimiliki.

Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) menurut Depkes RI (2009) merupakan perilaku sehat dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi

bersih dan memutuskan mata rantai kuman yang telah terbukti secara ilmiah dapat mencegah penyebaran penyakit-penyakit menular seperti diare, ISPA dan Flu Burung, bahkan disarankan untuk mencegah penularan virus H1N1.

Menurut peneliti perilaku ibu yang negatif tentang cuci tangan pakai sabun dipengaruhi oleh faktorpendidikanibu.Dari hasil penelitian dapat di ketahui sebagian besar ibu berpendidikan dasar (SD dan SMP) yaitu sebanyak 129 orang (69,4%). Tinggi rendanya pendidikan ibu erat kaitannya dengan perilaku terhadap cuci tangan pakai sabun. Dengan pendidikan yang rendah maka pengetahuan ibu akan berkurang dan hal ini akan mempengaruhi perilaku ibu dalam melakukan sesuatu pekerjaan.

Hasilpenelitianinisesuaidenga npenelitianReni Septiana tahun 2011 Di KelurahanTarokDipo Wilayah

KerjaPuskesmasGugukPanjangBuk

ittinggiTahun 2009

didapatkanperilaku ibu negatif tentang cuci tangan pakai sabun yaitu sebanyak 73 %.

2. Kejadian Diare pada Balita Usia 12-23 bulan di Desa Rumbio wilayah kerja Puskesmas Kampar tahun 2013.

Kejadian Diare pada Balita Usia 12-23 bulan di Desa Rumbio dapatdiketahui bahwa sebagian besar responden balita usia 12-23

(7)

bulan mengalami diare yaitu sebanyak 102 orang (54,8%),

MenurutDepkes RI (2005), Diare pada balita adalah suatu kondisi dimana balita atau bayi buang air besar dengan konsistensi cair atau setengahbcair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari.

Astuti (2008),

mengatakantingkah laku sangat erat kaitannyadenganpandangan yang adadalamdiriseseorang, apabila seseorangberpandanganbaikdalams uatuhalmakatingkahlakuseseorang juga akanbaik dan sebaliknya apabila

seseorangberpandanganburukdalam suatuhalmakatingkahlakuseseorang juga akanburuk.

Menurut peneliti, kejadian diare pada balita terjadi karena faktor pengalaman yang dialami ibupada anaksebelumnya. Ketika ibu mempunyaipengalaman ketika tidak mencuci tangan pakai sabun pada

anaksebelumnyatidakterjadiganggu ankesehatansepertidiaremakaakanm empengaruhiibuuntuk tidak melakukan cuci tangan pakai sabun.

Hasilpenelitianinisesuaidenga npenelitianyang

dilakukanolehReniSeptina yang menyatakansebagian besar balitamengalami diareyaitu (62 %).

3. Hubungan Perilaku cuci tangan ibu pakai sabun dengan kejadian diare pada balita usia 12-23 bulan di desa Rumbio Tahun 2013

Berdasarkanhasilanalisisbiv ariatHubungan Perilaku cuci tangan ibu pakai sabun dengan kejadian

diare pada balita usia 12-23 bulan di desa Rumbio Tahun 2013denganjumlah responden 186 orang

dapatdilihatbahwadarihasilpenelitia ndiketahuisebagian besar responden

memiliki perilaku

negatiftentangcuci tangan pakai sabun pada balita usia 12-23 bulansebanyak106orang (57%) dansebagian besar balita mengalami diare yaitusebanyak102orang (54,8%).

HasilujistatistiktentanghubunganPe rilaku cuci tangan ibu pakai sabun dengan kejadian diare pada balita usia 12-23 bulan dengan nilai p <

0,000sehingga Ho ditolak, makadapatdisimpulkanbahwaadahu bungan yang signifikan antara Perilaku cuci tangan ibu pakai sabun dengan kejadian diare pada balita usia 12-23 bulan

Menurut peneliti, terjadi diare pada balita disebabkan oleh beberapa hal:

1. Anggapan ibu yang salah.

Ibu menganggaapbahwacuci tangan pakai sabun tidak ada hubungannya dengan kejadian diare

pada anaknya, hal

iniakanmengubahprilakuibuuntuk tidak mencuci tangan pakai sabun.

2. Pengalaman Ibu

Jikapengalamanibubaik

atau tidak

terjadigangguankesehatansepertidia

re pada

saatanaksebelumnyamakaibuakanm engulangilagiprilakuburuktersebutk epadaanakselanjutnya.

3. Pekerjaan ibu.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian ibu bekerja (64%). Ketika ibu pulang dari kerja dan melihat anaknya menangis, maka ibu tidak sempat

(8)

untuk mencuci tangan untuk mengambil anaknya.

4. Berdasarkan hasil analisis kuesioner, didapatkan bahwa 54,8% ibu jarang mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar, 55,9% ibu tidak pernah mencuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan makanan, 46,2% ibu jarang mencuci tangan dengan sabun sebelum menyuapi anak, 53,2% ibu kadang-kadang mencuci tangan dengan sabun sesudah membuang kotoran anak, 51,6% ibu kadang-kadang mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, 56,9% ibu kadang-kadang mencuci tangan dengan sabun setelah buang sampah, 54,8% ibu selalu mencuci tangan dengan sabun setelah berkebun, 63,4% ibu kadang-kadang mencuci tangan dengan sabun setelah memasak, 61,8% ibu tidak pernah mencuci tangan dengan sabun setelah pulang dari kerja, dan 54,3% ibu jarang mencuci tangan dengan sabun setelah menggunakan fasilitas umum (WC).

Hasilpenelitianinisejalandeng anpenelitiansartika tahun 2011, didapatkankesimpulan bahwa ada hubungan signifikan antara perilaku cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare pada balita dengan nilai p value0,001 < α (0,05), dimana ibu yang berperilaku negatif mengalami diare pada balita.

KESIMPULAN

Setelahdilakukanpenelitianme ngenaihubunganperilaku cuci tangan ibu pakai sabun dengan kejadian diare pada balita usia 12- 23 bulan di desa Rumbio

wilayahkerjaPuskesmasKampar Tahun

2013denganjumlahsampel106orang ibu yang mempunyaibayiusia12- 23bulanmakadapatdiambilkesimpul ansebagaiberikut :

1. SebagianIbumempunyaiperilaku negatif tentang cuci tangan pakai sabun

2. SebagianIbu mengalami kejadian diare pada Balita di desa Rumbio

3. Terdapathubunganperilaku cuci tangan ibu pakai sabun dengan kejadian diare pada balita usia 12-23 bulan di desa Rumbio.

DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, E. (2001). Biostatistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat.

Jakarta: EGC

Depkes RI. (2011). Buku saku diare.

Jakarta: Depertemen Kesehatan

Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar.

(2012). Laporan data kesakitan diare tahun 2012 Hidayat, A, A. (2007). Metode

Penelitian dan Teknik Analisis Data. Jakarta:

Salemba Medika

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Pedoman dan Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Edisi Kedua.

Jakarta: Salemba Medika

(9)

Notoatmodjo, S. (2006). Perilaku manusia. Edisi Revisi.

Yogyakarta: Andi Offset (2008).Metodologi Penelitian

Kesehatan. Edisi Revisi.

Jakarta: Rineka Cipta

(2005).Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi.

Jakarta: Rineka Cipta

Profil Kesehatan Provinsi Riau.

(2011). Penderiita diare Di Provinsi Riau. http://profil Kesehatan Provinsi Riau.com/2013/001/Penderiit a diaredi Provinsi Riau//.html. diperoleh tanggal 19 mei 2013

Puskesmas Kampar (2012), Jumlah penderita diare di Wilayah Kerja Puskesmas Kampar Setiadi. (2007). Konsep dan

Penulisan Riset

Keperawatan. Yogyakarta:

Graha Ilmu

Suriadi. (2006). Asuhan keperawatan anak. Jakarta: Sagung seto SDKI. (2007). Buletin diare. http:

//SDKI/2011/001/data diare di Indonesia//.html. diperoleh tanggal 3 september 2013 Tietjen. (2012). Manfaat cuci tangan

pakai sabun. Dari http://makalahku.co.id.

diperoleh tanggal 4 september 2013

Utami. (2010). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan cuci tangan pada

masyarakat. Dari

http://adobereader.wordpress.

diperoleh tanggal 3 september 2013

Umar. (2004). Pencegahan diare pada balita. Dari http://diarepunyaku.wordpres s. diperoleh tanggal 1 september 2013

Pradipta. (2011). Peran mahasiswa

kedokteran dalam

pencapaian MDGs. Dari http://ranyaterus.com.diperole h tanggal 4 september 2013 Warman. (2011). Hubungan faktor

lingkungan, faktor ekonomi dan pengetahuan ibu dengan kejadian diare akut pada

balita. Dari

http://yayanakhyor.wordpress . diperoleh tanggal 4 september 2013

Referensi

Dokumen terkait

Teluk Pelita merupakan lokasi dengan tutupan karang hidup yang lebih baik. dibandingkan dengan 3

Atau wanita menjadi sekretaris khusus bagi seorang direktur yang karena alasan kegiatan mereka sering berkhalwat (berduaan), atau menjadi penari yang merangsang nafsu

didasarkan pada paham marxisme-komunisme. Demokrasi rakyat mencita- citakan kehidupan yang tidak mengenal kelas sosial. Manusia dibebaskan dari keterikatannya kepada pemilikan

 Umpan balik adalah jenis tertentu dari aliran pesan komunikasi, bahwa informasi yang disampaikan menggambarkan kinerja sistem pada titik sebelumnya dalam waktu untuk

Tindakan perataan laba (Income Smoothing) adalah suatu sarana yang dapat digunakan manajemen untuk mengurangi fluktuasi pelaporan penghasilan dan memanipulasi

8 Dari pendapat tersebut dapat disim- pulkan OPAC merupakan suatu sistem temu balik informasi yang berbasis teknologi in- formasi dan dapat digunakan oleh

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkah, rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir ini dengan baik untuk memenuhi

Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak untuk memperoleh keadilan dengan mengajukan permohonan, pengaduan, dan gugatan, baik dalam perkara pidana, perdata, maupun