• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN LITERASI INFORMASI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA DALAM PENELUSURAN INFORMASI SKRIPSI OLEH : RAHMAD RIGA SUHENDRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PELAKSANAAN LITERASI INFORMASI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA DALAM PENELUSURAN INFORMASI SKRIPSI OLEH : RAHMAD RIGA SUHENDRI"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN LITERASI INFORMASI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA DALAM

PENELUSURAN INFORMASI

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Informasi (S.S.I) dalam bidang Ilmu

Perpustakaan dan Informasi

OLEH :

RAHMAD RIGA SUHENDRI 170723048

DEPARTEMEN PERPUSTAKAAN DAN SAINS INFORMASI FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya ini adalah karya orisinal dan belum pernah disajikan sebagai suatu tulisan untuk memperoleh suatu kualifikasi tertentu atau dimuat pada publikasi media lain. Penulis membedakan dengan jelas antara pendapat atau gagasan penulisan dengan pendapat atau gagasan yang bukan berasal dari penulis dengan mencantumkan tanda kutip.

Medan, 2019 Penulis,

Rahmad Riga Suhendri NIM: 170723048

(5)

ABSTRAK

Suhendri, Rahmad Riga. 2019 Pelaksanaan Literasi Informasi pada Mahasiswa Universitas Methodist Indonesia dalam penelusuran informasi:

Departemen Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pelaksanaan literasi informasi pada mahasiswa Universitas Methodist Indonesia dalam penelusuran informasi berdasarkan model empowering 8TM. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa Pengguna Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia, peneliti dan peneliti selanjutnya.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa yang tercatat sebagai pemustaka di Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia yang berjumlah 6328 orang. Penentuan sampel menggunakan rumus slovin, terhitung sebanyak 98 orang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling. Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Pelaksanaan literasi informasi pada mahasiswa Universitas Methodist Indonesia dalam penelusuran informasi dengan menggunakan model empowering 8TM adalah sebagai berikut: Pengguna Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia dalam mengidentifikasi kebutuhan informasi (identify) sebanyak 50,6%, Pengguna Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia dalam mengeksplorasi sumber dan informasi yang sesuai dengan topik (explore) sebanyak 66,3%, Pengguna Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia dalam menyeleksi dan merekam informasi yang relevan (select) sebanyak 37%, pengguna Perpustakaan Methodist Indonesia dalam memilih dan membedakan mana informasi yang sesuai dengan kebutuhan (organise) sebanyak 46,3%, Pengguna Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia dalam menciptakan suatu karya dari informasi yang diperoleh (create) sebanyak 48,7%, Pengguna Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia dalam mempresentasikan Karya yang telah di tulis (present) sebanyak 53,4%, Pengguna Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia dalam memberi atau menerima penilaian terhadap karya yang telah di tulis (assess) sebanyak 56,65% dan Pengguna Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia dalam menerapkan karya yang telah di tulis dalam kehidupan sehari-hari (apply) sebanyak 48,5%.

Kata Kunci: Literasi informasi, empowering 8TM

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Literasi Informasi Pada Mahasiswa Universitas Methodist Indonesia Dalam Penelusuran Informasi”. Skripsi ini disusun sebagai persyaratan kelulusan pada Program Studi Ilmu Perpustakaan dan informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rangkaian kata terindah kepada Ayahanda tercinta Supratman dan Ibunda tersayang Desmarayeni yang telah memberikan segenap jiwa dan raga agar penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dan merampungkan jenjang studi setahap demi setahap sampai saat ini. Dan buat ketiga saudara dan saudari kandung penulis Ilham Suhendra Desman, Kurnia Sukma Sari dan Farhan Syaifullah yang telah memberi dukungan moral kepada penulis.

Dalam penyusunan kertas karya ini penulis banyak mendapat saran, dorongan, bimbingan serta keterangan-keterangan dari berbagai pihak yang merupakan pengalaman yang tidak dapat diukur secara materi, namun dapat membukakan mata penulis bahwa sesungguhnya pengalaman dan pengetahuan tersebut adalah guru yang terbaik bagi penulis. Oleh karena itu dengan segala hormat dan kerendahan hati perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Budi Agustono, MS., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Eva Rabita, M.Hum selaku Ketua Jurusan Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara arahan dan masukan kepada peneliti dalam penelitian skripsi ini.

3. Ibu Laila Hadri Nasution, S.Sos, M.P., selaku Sekretaris Program studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya.

(7)

4. Bapak Drs. Dirmansyah, M.A., selaku Dosen Pembimbing saya yang telah meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan, bimbingan dan bantuan dari awal hingga selesainya skripsi.

5. Bapak Ishak, S.S, M. Hum., selaku Dosen Penguji I saya, yang telah memberikan banyak arahan dan masukan kepada peneliti dalam penelitian skripsi ini.

6. Ibu Hotlan Siahaan, S.Sos, M.I.Kom., selaku Dosen Penguji II saya, yang telah memberikan banyak arahan dan masukan kepada peneliti dalam penelitian skripsi ini.

7. Seluruh staf pengajar program studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu dan mendidik penulis selama masa perkuliahan.

8. Ibu Rugun Damanik S.E selaku Kepala Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia beserta seluruh staf pegawai yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian dan mengumpulkan data sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Om Zulnaidi, SS, M.Hum dan Uwo Ermiati, SS. yang telah membina dan membantu penulis baik dari segi moral maupun materil dalam pengerjaan tugas akhir ini.

10. Untuk sahabat dan teman terbaik penulis Sofy Ayu Fadillah, Helmi Daini, Ibnu Khaira, Rafika Herman, I Made Suka Arsana, Mifta, Azra Aulia Ulfa, Muhammad Fachri dan Nur Ashra Taibah yang selalu memberi semangat dan bantuan dalam pengerjaan skripsi ini.

11. Seluruh teman-teman Ekstensi Ilmu Perpustakaan dan Informasi angkatan 2017 yang telah memberi semangat dan motivasi.

12. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan banyak bantuan, semangat dan arahan yang positif.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan yang dibuat baik sengaja maupun tidak sengaja, dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan dan wawasan serta pengalaman yang penulis

(8)

menutup diri terhadap segala saran dan kritik serta masukan yang bersifat kontruktif bagi diri penulis.

Akhir kata semoga dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, institusi pendidikan dan masyarakat luas, Amin.

Medan, 2019 Penulis,

Rahmad Riga Suhendri NIM. 170723048

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

2.1 Literasi Informasi ... 6

2.1.1 Pengertian Literasi Informasi... 6

2.1.2 Tujuan Literasi Informasi ... 8

2.1.3 Manfaat Literasi Informasi ... 9

2.2 Keterampilan Literasi Informasi... 12

2.3 Komponen Literasi Informasi... 13

2.4 Standar Literasi Informasi Di Perguruan Tinggi ... 16

2.5 Model - Model Literasi Informasi ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

3.1 Metode Penelitian ... 23

3.2 Lokasi Penelitian ... 24

3.3 Populasi dan Sampel... 24

3.3.1 Populasi ... 24

3.3.2 Sampel ... 24

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 25

3.5 Jenis Dan Sumber Data ... 26

3.6 Kisi-Kisi Kuesioner ... 26

3.7 Analisis data ... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 28

4.1 Gambaran Umum Responden... 28

4.2 Analisis Deskriptif ... 29

4.2.1 Tingkat Literasi Informasi Pengguna Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia ... 29

4.2.1.1 Pengguna Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia dalam mengidentifikasi informasi (Identify) ... 29

4.2.1.2 Pengguna Perpustakaan Universitas Methodist Indonesi dalam mengeksplorasi informasi (Explore) ... 33 4.2.1.3 Pengguna Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia dalam

(10)

4.2.1.4 Pengguna Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia dalam

Mengorganisasi infromasi (Organise) ... 40

4.1.2.5 Pengguna Perpustakaan Universitas Indonesia dalam menciptakan Informasi (Creat) ... 44

4.2.1.6 Pengguna Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia dalam menyajikan/mempresentasikan Informasi (Present) ... 48

4.2.1.7 Pengguna Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia dalam menilai informasi (Assess) ... 52

4.2.1.8 Pengguna Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia dalam mengaplikasikan Informasi (Apply) ... 54

4.3 Rangkuman Hasil Penelitian ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

5.1 Kesimpulan ... 64

5.2 Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68

Lampiran 1 ... 70

Lampiran 2 ... 76

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Big 6 Model ... 18 Gambar 2. Model Empowering 8 ... 20 Gambar 3. Diagram Literasi Informasi Pengguna Perpustakaan Universitas

Methodist Indonesia ... 62

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komponen Empowering 8TM ... 21

Tabel 3. 1 Kisi-Kisi Kuesioner 26

Tabel 4. 1: Menentukan Topik dan Subjek 30

Tabel 4. 2: Menggunakan Strategi Penelusuran Boolean Operator (AND, OR dan NOT) ... 31

Tabel 4. 3: Memilih Bentuk Informasi ... 32

Tabel 4. 4: Memilih Sumber Informasi ... 33

Tabel 4. 5: Memilih Mesin Pencari (Search Engine) ... 34

Tabel 4. 6: Melakukan Studi Lapangan/ Wawancara ... 35

Tabel 4. 7: Mengevaluasi Strategi Penelusuran ... 37

Tabel 4. 8: Mencatat informasi yang relevan dengan Membuat Table, Grafik atau Garis ... 38

Tabel 4. 9: Mengevaluasi Informasi yang Telah diperoleh... 39

Tabel 4. 10: Mendapatkan Informasi yang Sesuai dengan ... 40

Tabel 4. 11: Menyusun Informasi ... 42

Tabel 4. 12: Menyortir informasi ... 42

Tabel 4. 13: Menulis Sebuah Karya ... 44

Tabel 4. 14: Penentuan Langkah yang dilakukan ... 45

Tabel 4. 15: Memahami Arti Kepemilikan Intektual/Hak Cipta... 47

Tabel 4. 16: Mempresentasikan Hasil Karya ... 48

Tabel 4. 17: Menyebarluaskan Hasil Karya ... 49

Tabel 4. 18: Menyajikan Hasil Karya ... 51

Tabel 4. 19: Memilih Saran dan Kritik yang Membangun ... 52

Tabel 4. 20: Merefleksikan Hasil Karya ... 53

Tabel 4. 21: Menerapkan Hasil Karya ... 54

Tabel 4. 22: Mengaplikasikan Pengetahuan yang di Peroleh ... 55

Tabel 4. 23 Rangkuman Hasil Penelitian ... 57

(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Informasi adalah kebutuhan yang harus dipenuhi setiap orang, karena informasi sudah menjadi kebutuhan utama setiap individu terutama dalam dunia pendidikan. Salah satunya dalam dunia perguruan tinggi, mahasiswa dituntut untuk memperoleh informasi berupa bahan-bahan yang berhubungan dengan perkuliahan untuk mendukung dan menunjang kegiatan perkuliahan mereka atau dengan kata lain mengembangkan dan memperluas materi secara mandiri. Ketika mencari informasi yang cepat, tepat dan relevan maka seorang mahasiswa harus memiliki kemampuan dalam memperoleh informasi tersebut.

Kemampuan untuk mendapatkan informasi dalam pemenuhan kebutuhan informasi tidak muncul dengan sendirinya, sehingga kemampuan untuk mendapatkan informasi adalah kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Tingkat kemampuan yang berbeda inilah yang menentukan seberapa baik hasil dari analisis informasi yang ditemukan atau produk informasi yang dihasilkan. Kemampuan untuk mengidentifikasi, mencari, menemukan, mengevaluasi, dan memanfaatkan informasi secara efektif yang disebut dengan literasi informasi.

Untuk menjadi information literate, seseorang harus mampu untuk menempatkan, mengevaluasi dan menggunakan informasi dengan efektif. Standar literasi menyediakan suatu mekanisme untuk membantu mahasiswa menjadi

(14)

Sampai saat ini peneliti mengetahui terdapat beberapa model literasi informasi, diantaranya yaitu: The Big 6 Skill, The Seven Pillars of Information Literacy, Empowering Eight (E8), Bruce’s Seven Faces of Information Literacy, McKinsey Model.

Berdasarkan beberapa model literasi di atas, peneliti memilih model Empowering 8 sebagai alat untuk mengukur kemampuan mahasiswa dalam menelusur informasi. Model Empowering 8 memiliki delapan tahapan yaitu:

mengidentifikasi masalah (identifity), mengeksplorasi informasi (explore), memilih informasi (select), mengorganisasi informasi (organise), menciptakan sebuah karya (creat), mempresentasikan hasil karya (present), menilai masukan yang diberikan Audience (assess), dan menerapkan informasi tersebut kedalam kehidupan sehari hari (apply). Alasan peneliti memilih model Empowering 8 karena terdapat kelebihan dari model Empowering 8 dengan model- model literasi lainnya, yaitu pada tahapan assess (penilaian) dan apply (penerapan), karena pada tahapan ini dapat merefleksikan apa yang telah dicapai dengan kendala atau kesulitan yang akan dihadapi.

Perpustakaan perguruan tinggi merupakan pusat sumber informasi yang sering disebut sebagai jantung perguruan tinggi. Perumpamaan sebagai sebuah jantung bagi instansi pendidikan tinggi (perguruan tinggi) yang bermakna keberadaan perpustakaan diperlukan dan memiliki peranan penting untuk menunjang tercapainya Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan dan pengajaran, pusat penelitian dan informasi, serta pengabdian pada masyarakat.

(15)

Sebagai pusat sumber informasi, perpustakaan perguruan tinggi harus menyediakan berbagai koleksi yang sesuai dengan kebutuhan informasi sivitas akademika yaitu mahasiswa, dosen, karyawan. Tetapi terkadang pengguna dalam hal ini mahasiswa tidak mampu menemukan sumber informasi yang dibutuhkannya, baik koleksi tercetak maupun digital. Hal tersebut terjadi karena kurangnya literasi informasi. Oleh sebab itu, pengguna perpustakaan diharapkan mempunyai keterampilan tersebut agar dapat menggunakan dan memanfaatkan berbagai fasilitas perpustakaan dengan efektif.

Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia adalah salah satu perpustakaan perguruan tinggi swasta yang menjadi salah satu contoh yang baik bagi perpustakaan perguruan tinggi swasta lainnya karena Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia pernah menjadi perpustakaan swasta terbaik di Provinsi Sumatera Utara. Keberadaan Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia menjadi penunjang kemajuan akademik mahasiswanya karena Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia menyediakan berbagai kebutuhan bahan pustaka baik tercetak maupun non tercetak. Perpustakaan Methodist Indonesia memiliki 17978 judul koleksi dan 27129 eksemplar untuk memenuhi kebutuhan 6328 mahasiswa, selain itu Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia juga melanggan jurnal online untuk memenuhi kebutuhan informasi mahasiswa. Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia memberikan layanan internet berupa wifi bagi pengunjungnya untuk menunjang proses pencarian informasi yang dilakukan oleh pemustaka.

(16)

Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan di Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia, terlihat mahasiswa belum literate informasi, disebabkan karena kurang memiliki keterampilan dan kemampuan dalam menelusur informasi. Hal ini menunjukkan mahasiswa mengalami kesulitan ketika harus menemukan informasi dengan tepat. Sehingga dalam beberapa kali mahasiswa tersebut mengetikkan kata kunci tidak langsung mendapatkan informasi yang dicari. Hal ini mengindikasikan bahwa mahasiswa belum mengerti bagaimana memformulasikan kata kunci dengan baik atau merumuskan masalah dalam pencarian informasi yang dibutuhkan. Dan hal ini sangat berkaitan dengan kemampuan literasi informasi yang di miliki. Dilatar belakangi hal tersebut, peneliti berkeinginan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan dan ketepatan mahasiswa dalam menelusur informasi. Sehingga peneliti memilih judul penelitian, “Pelaksanaan Literasi Informasi Pada Mahasiswa Universitas Methodist Indonesia Dalam Penelusuran Informasi”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Pelaksanaan Literasi Informasi Pada Mahasiswa Universitas Methodist Indonesia Dalam Penelusuran Informasi” berdasarkan model empowering 8TM?.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui pelaksanaan literasi informasi pada mahasiswa Universitas Methodist Indonesia dalam penelusuran informasi berdasarkan model empowering 8TM.

(17)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Bagi Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia, hasil penelitian ini dapat dijadikan barometer terhadap sejauh mana kompetensi literasi informasi yang dimiliki oleh mahasiswa Universitas Methodist Indonesia.

2. Perkembangan ilmu pengetahuan, untuk menambah khasanah dalam bidang ilmu perpustakaan khususnya pada bidang literasi informasi.

3. Peneliti selanjutnya, sebagai bahan rujukan tambahan dalam melakukan penelitian selanjutnya di bidang literasi informasi.

4. Peneliti, untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang literasi informasi.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian hanya dikhususkan pada Pelaksanaan literasi informasi pada mahasiswa Universitas Methodist Indonesia dalam penelusuran informasi berdasarkan model empowering 8TM diantaranya: 1) mengidentifikasi topik: 2) eksplorasi informasi; 3) memilih informasi; 4) mengorganisasikan informasi; 5) penciptaan informasi; 6) presentasi; 7) penilaian:

dan 8) penerapan.

(18)

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Literasi Informasi

2.1.1 Pengertian Literasi Informasi

Information literacy (Literasi Informasi) disebut juga dengan keberaksaraan informasi atau melek informasi. Dalam bidang ilmu perpustakaan dan informasi, Information literacy sering dikaitkan dengan kemampuan mengakses dan memanfaatkan secara benar informasi yang tersedia. Istilah literasi informasi dicetuskan pertama kali oleh seorang berkebangsaan Amerika yang bernama Paul Zurkowski. Dia adalah seorang presiden atau pemimpin American Information Industri Association (AIIA) pada tahun 1974. Sebuah proposal merekomendasikan tentang dimulainya sebuah Program Nasional untuk pencapaian masyarakat yang melek informasi pada masa yang akan datang yang telah diprediksikan U.S The National Commission on Libraries and Information Science (NCLIS) di Amerika Serikat.

Menurut Boeriswati (2012, 650), “Information literacy is the awareness and skills to identify, locate, evaluate, organize, create, use and communicate information to solve or resolve problems”. Literasi informasi adalah kesadaran dan kemampuan untuk mengidentifikasi, menemukan, mengevaluasi, mengatur, membuat, menggunakan dan mengkomunikasikan informasi untuk memecahkan atau menyelesaikan masalah.

Hal senada juga dikemukakan Chartered Institute of Library and Information Professional (CILIP 2005, 2) sebagai berikut “information literacy

(19)

knowing when and why you need information, where to find it, and how to evaluate, use and communicate it in an ethical manner”. Kemampuan seseorang untuk mengetahui kapan dan mengapa informasi dibutuhkan, dimana menemukan informasi tersebut, bagaimana mengevaluasi informasi yang dapat, menggunakannya serta mengkomunikasikannya secara etis.

Menurut Verzosa (2009) Literasi informasi dapat diartikan sebagai berikut:

“Kemampuan untuk mengakses dan mengevaluasi informasi secara efektif untuk memecahkan masalah dan membuat keputusan. Seseorang yang memiliki literasi informasi adalah orang yang tahu bagaimana belajar untuk belajar (learning how to learn) karena mereka biasa tahu bagaimana informasi itu dikelola, cara menemukan, dan menggunakan informasi sesuai dengan etika yang berlaku”.

Menurut Dictionary for library and information science oleh Reitz (2004, 356) literasi informasi sebagai berikut:

“Skill in finding the information one needs, including and understanding of how libraries are organized, familiarity with resource they provide (including information formats and automated search tools), and knowledge of commonly used techniques. The concept also includes the skill required to critically evaluate information contents and employ it effectively, as well as understanding of the technological infrastructure on which information transmission is based, including its social, and cultural context and impact”.

Penulisan tersebut dapat dipahami bahwa literasi informasi adalah kemampauan dalam menemukan informasi yang dibutuhkan, termasuk pemahaman bagaimana bahan perpustakaan diatur, akrab dengan sumber yang tersedia (termasuk format informasi dan alat penelusuran otomatis) dan ilmu pengetahuan dari teknik yang biasa digunakan. Konsep tersebut dapat mencakup kemampuan yang dibutuhkan untuk mengevaluasi isi informasi dengan kritis dan

(20)

menggunakannya secara efektif, contoh pemahaman terhadap perangkat teknologi sebagai dasar penyampaian informasi, termasuk bidang sosial, politik, konteks budaya dan dampaknya.

Berdasarkan pendapat yang sudah dipaparkan tersebut, dapat dijelaskan bahwa literasi informasi adalah serangkaian kemampuan yang dibutuhkan seorang individu dalam mengenali kebutuhan informasi, mengidentifikasi kebutuhan informasi, mencari informasi yang dibutuhkan, menemukan informasi, mengevaluasi informasi yang telah ditemukan, mengorganisasikan dan menggunakan informasi secara efektif dan efisien.

2.1.2 Tujuan Literasi Informasi

Literasi informasi merupakan kemampuan yang sangat penting untuk dimiliki oleh semua lapisan masyarakat. Literasi informasi akan mempermudah masyarakat dalam melakukan pencarian informasi, dan kemudahan dalam melakukan berbagai hal yang berhubungan dengan informasi.

Menurut pendapat Al Hamidy (2012, 2-3) tujuan literasi informasi adalah membantu seseorang dalam memenuhi kebutuhan informasinya baik untuk kehidupan pribadi (pendidikan, kesehatan, pekerjaan) maupun lingkungan masyarakat. Literasi informasi akan memudahkan seseorang untuk belajar secara mandiri dan berinteraksi dengan berbagai informasi dimanapun berada.

Sedangkan pendapat menurut Diao Ai Lien yang dikutip oleh Wiyanti (2012, 1) Adapun tujuan dari Literasi Informasi adalah:

a. Mengenali kebutuhan informasi;

b. Dapat menentukan cakupan informasi yang dibutuhan;

c. Mengakses informasi yang dibutuhkan secara efisien;

d. Mengevaluasi informasi beserta sumbernya;

e. Mengintegrasikan informasi yang diseleksi ke dalam pengetahuan yang sudah ada;

(21)

f. Menggunakan informasi secara efektif untuk mencapai suatu tujuan;

g. mengakses dan menggunakan informasi secara etis dan legal;

h. Menyadari pentingnya literasi informasi untuk pembelajaran seumur hidup dan mandiri.

Melengkapi pendapat di atas menurut Doyle yang dikutip oleh Wijetuge (2005, 33) menyatakan bahwa dengan memiliki kemampuan literasi informasi maka seorang individu akan mampu:

a. Menentukan informasi yang akurat dan lengkap yang akan menjadi dasar dalam membuat keputusan;

b. Menentukan batasan informasi yang dibutuhkan;

c. Memformulasikan kebutuhan informasi;

d. Mengidentifikasi sumber informasi potensial;

e. Mengembangkan strategi penelusuran yang sukses;

f. Mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien;

g. Mengevaluasi informasi;

h. Mengorganisasikan informasi;

i. Menggabungkan informasi yang dipilih menjadi dasar pengetahuan seseorang;

j. Menggunakan informasi secara efektif untuk mencapai tujuan tertentu.

Berdasarkan tujuan yang diuraikan tersebut, maka literasi informasi memiliki tujuan dalam membantu seseorang dalam memenuhi kebutuhan informasinya baik untuk kebutuhan pribadi (pendidikan, kesehatan, pekerjaan) maupun lingkungan masyarakat.

2.1.3 Manfaat Literasi Informasi

Literasi informasi dibutuhkan di era globalisasi informasi agar memiliki kemampuan untuk menggunakan informasi dan teknologi komunikasi dan aplikasinya untuk mengakses dan membuat informasi. Dengan adanya literasi informasi dapat memudahkan dalam melakukan berbagai hal yang berhubungan dengan kegiatan informasi. Menurut Gunawan (2008, 3) “Literasi informasi bermanfaat dalam persaingan di era globalisasi informasi sehingga pintar saja

(22)

tidak cukup tetapi yang utama adalah kemampuan dalam belajar secara terus- menerus”.

Menurut Adam (2009, 1) terdapat beberapa manfaat literasi informasi yaitu:

1. Membantu dalam pengambilan keputusan

Peran literasi informasi dapat membatu pemecahan masalah suatu persoalan. Dalam mengambil keputusan untuk memecahkan masalah, seseorang harus memiliki informasi yang cukup untuk dapat mengambil sebuah keputusan.

2. Menjadi manusia pembelajar di era ekonomi pengetahuan

Kemampuan literasi informasi memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan seseorang untuk menjadi manusia pembelajar. Dengan memiliki keterampilan dalam mencari, menemukan, mengevaluasi dan menggunakan informasi, maka seseorang akan dapat melakukan pembelajaran secara mandiri.

3. Menciptakan pengetahuan baru

Berdasarkan pemahaman literasi informasi maka akan terciptalah pengetahuan baru. Seseorang yang memiliki literasi informasi akan mampu memilih informasi mana yang benar dan mana yang salah sehingga tidak mudah saja percaya dengan informasi yang diperoleh.

Sedangkan pendapat menurut Hancock (2004, 1) manfaat literasi informasi meliputi:

1. Untuk Pelajar

Dengan literasi informasi, pelajar memiliki peran yang aktif dalam proses belajar mengajar dan dituntut untuk belajar secara mandiri.

Sedangkan pengajar hanya akan menjadi fasilitator. Mahasiswa tidak akan tergantung kepada pengajar karena dapat belajar secara mandiri dengan kemampuan literasi informasi yang dimiliki. Hal ini dapat dilihat dari penampilan dan kegiatan mereka di lingkungan belajar.

Pelajar yang melek informasi merupakan konsumen yang potensial dari sumber-sumber informasi. Mahasiswa yang literat juga akan berusaha belajar mengenai berbagai sumber daya informasi dan cara penggunaan sumber-sumber informasi, serta akan menjadi lebih kritis ketika menggunakan sumber informasi.

2. Untuk Masyarakat

Literasi informasi bagi masyarakat sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam lingkungan pekerjaan. Masyarakat yang literat mengetahui cara menggunakan informasi untuk mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam membuat keputusan misalnya saat mencari bisnis atau mengelola bisnis dan berbagi informasi dengan orang lain.

(23)

3. Untuk Pekerja

Kemampuan menghitung dan membaca belum cukup dalam dunia pekerjaan saat ini dan di masa mendatang. Perusahaan menuntut kepada setiap pekerja untuk memiliki kemampuan lebih, apalagi dalam era global ini, informasi dapat dikirim dalam hitungan detik dengan jumlah yang besar. Ledakan informasi saat ini mengharuskan adanya pemilihan dan pengevaluasian terhadap informasi yang ada. Oleh sebab itu, pekerja harus mampu menyortir dan mengevaluasi informasi yang diperoleh. Bagi pekerja, dengan memiliki literasi informasi akan mendukung dalam melaksanakan pekerjaan, memecahkan berbagai masalah terhadap pekerjaan yang dihadapi dan dalam membuat kebijakan.

Melengkapi pendapat di atas Prasetiawan (2011, 3) menyatakan manfaat dari literasi informasi antara lain:

1. Literasi informasi membekali individu dengan ketrampilan untuk pembelajaran seumur hidup (lifelong learning).

2. Literasi informasi tidak sekedar mengetahui cara menggunakan komputer/ internet.

3. Literasi informasi membantu pengguna memanfaatkan informasi relevan sebagai sarana decision making (pengambilan keputusan).

4. Literasi informasi memungkinkan untuk mengkritisi daya guna informasi.

5. Literasi informasi mendorong kita untuk berpikir kritis dan kreatif (critical & creative thinking).

Berdasarkan beberapa pendapat yang dipaparkan diatas dapat diketahui bahwa era globalisasi informasi, literasi informasi bermanfaat bagi setiap individu, baik pelajar, masyarakat, maupun pekerja. Literasi informasi yang dimiliki setiap individu akan membekali keterampilan untuk pembelajaran seumur hidup dengan mengetahui penggunaan teknologi informasi sehingga memungkinkan terciptanya sebuah pengetahuan baru dan membantu seseorang dalam mengambil keputusan-keputusan dengan berpikir secara kritis dan kreatif ketika menghadapi berbagai masalah maupun ketika membuat suatu kebijakan agar mampu bertahan dalam persaingan.

(24)

2.2 Keterampilan Literasi Informasi

Literasi informasi merupakan kemampuan yang sangat diperlukan dalam memenuhi kebutuhan seseorang. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut terdapat beberapa kriteria dalam literasi informasi. Menurut Shapiro yang dikutip Pendit (2007, 7) bahwa terdapat 7 (tujuh) keterampilan yang dibutuhkan dalam era digital yaitu:

1. Tool literacy: kemampuan memahami dan menggunakan teknologi informasi secara konseptual dan praktikal, termasuk di dalamnya kemampuan menggunakan perangkat lunak, keras, multimedia yang relevan dengan bidang kerja atau studi.

2. Resources literacy: kemampuan memahami bentuk, format, lokasi, dan cara mendapatkan sumber daya informasi terutama jaringan informasi yang terus berkembang.

3. Social structural literacy: pemahaman tentang bagaimana informasi dihasilkan oleh berbagai pihak di dalam sebuah masyarakat.

4. Research literacy: yaitu kemampuan menggunakan peralatan berbasis teknologi informasi sebagai alat riset.

5. Publishing literacy: kemampuan untuk menyusun dan menerbitkan publikasi dan ide ilmiah ke kalangan masyarakat dengan memanfaatkan komputer dan internet.

6. Emerging technology literacy: kemampuan yang memungkinkan seseorang untuk terus menerus menyesuaikan diri dan mengikuti perkembangan tekhnologi dan bersama-sama dengan komunitasnya ikut menentukan arah pemanfaatan tekhnologi informasi untuk kepentingan pengembangan ilmu.

7. Critical literacy: kemampuan melakukan evaluasi secara kritis terhadap untung rugi menggunakan teknologi telematika dalam kegiatan ilmiah.

Menurut Arga (2009, 6) Dalam mendefinisikan literasi informasi sebagai istilah yang diterapkan keterampilan-keterampilan informasi untuk memecahkan masalah, yang terdiri dari tujuh keterampilan yang harus dimiliki yaitu:

1. Mengidentifikasi kebutuhan informasi, yaitu kemampuan seseorang, mahasiswa dalam mengatahui bahwa pengetahuan yamg milikinya tentang suatu subjek/topik tertentu adalah tidak cukup. Namun oleh sebab itu, dia tidak sadar sekelilingnya ada banyak sumber-sumber yang tersedia dan dapat memanfaatkannya untuk menyelesaikan suatu masalah yang hadapinya.

(25)

2. Menentukan strategi pencarian, yaitu suatu proses sebelum pencarian yang dengannya seseorang mampu mengorganisir data yang telah diketahuinya ke dalam beberapa kategori atau subjek, mengidentifikasi sumber yang berpotensi tentang bahan tambahan.

3. Mengumpulkan sumber yaitu kemampuan seorang dalam melakukan proses pengumpulka berbagai informasi yang diperlukan baik dalam bentuk tercetak maupun non tercetak, online, dan komputerisasi, interview dari para ahli, permohonan dokumen pemerintah yang sesuai, konsultan dengan para pustakawan dan pakar yang lain utuk saran tentang sumber diperlukan.

4. Menilai dan memahami informasi yaitu sebuah proses mengorganisir dan menyaring.

5. Menerjemahkan informasi melibatkan analisis, sintesa, evaluasi dan pengorganisakan data yang terdeteksi untuk digunakan dan menarik kesimpulan dari semua yang berkaitan.

6. Mengkomunikasikan informasi, yang berbagai informasi dengan cara memanfaatkn orang lain dari pertanyaan riset baik dari laporan, poster, grafik.

7. Mengevaluasi produk prosesnya, yaitu melakukan evaluasi terhadap produk dan proses penelitian yang sedang dilakukan.

Dari uraian tersebut keterampilan yang harus dimiliki oleh seseorang dalam memperoleh informasi adalah dengan memahami informasi, mengidentifikasi informasi yang akan dicari, menetapkan strategi yang informasi akan dicari, mencari dan mengumpulkan sumber, memahami informasi yang didapatkan, menganalisis informasi, mengkomunikasikan informasi tersebut kepada orang lain dan mengevaluasi hasil informasi.

2.3 Komponen Literasi Informasi

Menurut Bhandary (2003) ada beberapa literasi yang dapat mendukung literasi informasi, yaitu:

- Literasi Perpustakaan (Library literacy). Literasi perpustakaan membantu seseorang menjadi pengguna mandiri perpustakaan dan mampu untuk menetapkan, menempatkan, mengambil dan menemukan kembali informasi dari perpustakaan.

- Literasi Visual (Visual literacy), diartikan sebagai kemampuan untuk memahami dan menggunakan gambar, termasuk kemampuan untuk

(26)

berfikir, belajar dan menjelaskan istilah yang digambarkan. Visual Literacy dibedakan menjadi 3 yaitu:

a. Pembelajaran visual (Visual learning): kemampuan dalam mengakuisisi dan mengkonstruksi pengetahuan yang merupakan hasil interaksi dengan fenomena visual.

b. Pemikiran visual (Visual thinking): kemampuan untuk mengorganisasikan citra mental pada hal-hal seputar bentuk, garis, warna, tekstur, dan komposisi.

c. Komunikasi visual (Visual communication): kemampuan menggunakan symbol visual untuk mengekspresikan gagasan dan menyampaikan makna.

- Literasi Media (Media literacy), didefenisikan sebagai kemampuan untuk memperoleh, menganalisis dan menghasilkan informasi untuk hasil yang spesifik. Misalnya untuk masyarakat memerlukan keterampilan melek media agar mampu mensikapi keberadaan media dengan lebih kritis dan bijaksana.

- Literasi Komputer (Computer literacy), Komputer merupakan alat yang dapat memfasilitasi dan memperluas kemampuan manusia dalam mempelajari dan memproses informasi. Contoh yang paling nyata adalah penggunaan computer secara luas dalam dunia pendidikan sekarang ini dapat dikatakan bahwa komputer telah menjadi bagian integral dari pendidikan. Competer literacy yaitu kemampuan untuk menciptakan dan memanipulasi dokumen dan data menggunakan perangkat lunak pengolah kata, pangkalan data dan sebagainya. Literasi computer juga dapat diartikan akrab dengan perangkat komputer dan mampu menciptakan dan memanipulasi dokumen, serta akrab dengan email dan internet.

- Literasi Digital (Digital Literacy), yaitu suatu keahlian yang berkaitan dengan penguasaan sumber dan perangkat digital. Mereka yang mampu mengejar dan menguasai perangkat-perangkat digital mutakhir dicitrakan sebagai penggenggam masa depan, dan sebaliknya yang tertinggal akan semakin sempit kesempatannya untuk meraih kemajuan. 6. Literasi Jaringan (Network literacy) adalah kemampuan untuk dapat mengakses, menempatkan dan menggunakan informasi dalam dunia berjejaring misalnya internet, pengguna harus menguasai keahlian ini.

Menurut Sukaesih (2013) Literasi informasi juga mempunyai empat komponen dasar dalam konteks informasi yaitu determine of information needs, access of information, store and find back information.

1. Menentukan kebutuhan informasi Langkah pertama yang harus dilakukan sebelum penelusuran informasi adalah mendefenisikan dan menentukan kebutuhan informasi. Menyadari kebutuhan informasi merupakan satu kepekaan terhadap informasi bahwa informasi dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah baik di tempat kerja,

(27)

memahami kebutuhan bermasyarakat, mengatasi masalah kesehatan serta menjalankan berlangsungnya kehidupan. Oleh karena itu, menyadari akan kebutuhan informasi merupakan komponen pertama dalam literasi informasi.

2. Mengakses dan Mengevaluasi Informasi Keterampilan ini dibutuhkan untuk mencari informasi yang kondisinya bergantung pada konteks dimana seseorang tersebut melakukan penelusuran dan jenis sumber informasi yang dibutuhkan. Seseorang dikatakan melek informasi adalah orang yang dapat mengakses informasi serta mampu mengevaluasi informasi yang diperolehnya tersebut secara efektif, efisien dan etis. Literasi informasi berhubungan dengan kemampuan dalam menggunakan teknologi informasi akan tetapi dengan kompetensi dan cakupan yang berbeda. Meningkatnya kemampuan seseorang dalam menggunakan teknologi informasi akan mendukung kemampuan literasi informasi.

3. Menyimpan dan Menemukan Kembali Informasi Manusia harus dapat selalu menghargai betapa pentingnya menyimpan informasi dan menemukannya kembali ketika diperlukan. Seseorang yang melek informasi dalam hal ini juga adalah orang yang dapat menggunakan berbagai macam media untuk membawa informasi dengan memberikan pengaruh yang baik, sehingga mereka dapat menemukan kembali dan memperbaharui ketika dibutuhkan.

4. Pemanfaatan Informasi secara Efektif dan sesuai Etika Penggunaan inforamsi secara efektif meliputi kemampuan berfikir secara kritis dan dapat memecahkan masalah. Tujuan dari literasi informasi adalah untuk memungkinkan seseorang untuk menciptakan dan menggunakan pengetahuan sehingga pada akhirnya kembali dapat mewujudkan information literacy.

Komponen literasi informasi yang telah dijelaskan di atas merupakan bentuk-bentuk literasi yang mendukung tercapainya tujuan dari literasi informasi itu sendiri. Komponen tersebut sangat dibutuhkan dan akhirnya akan saling mendukung untuk tercapainya literasi informasi.

(28)

2.4 Standar Literasi Informasi Di Perguruan Tinggi

Standar ini dikaji oleh Komite Standar ACRL dan disetujui oleh Dewan Direksi Association of College and Research Libraries (ACRL) pada 18 Januari 2000. ACRL telah mengeluarkan lima standar literasi informasi dalam dunia perguruan tinggi dan kelima standar tersebut memiliki 22 indikator. Standar literasi ini berisi daftar sejumlah kemampuan yang digunakan dalam menentukan kemampuan seseorang dalam memahami informasi. Dalam standar ini terdapat cara bagaimana mahasiswa dapat berinteraksi dengan informasi. Standar ini juga digunakan oleh fakultas, pustakawan, dan staf lainnya dalam mengembangkan metode untuk mengukur pembelajaran mahasiswa sesuai dengan misi institusi tersebut. Standar kompetensi literasi informasi dari ACRL (2000, 8) tersebut yaitu:

1. Mahasiswa yang literat informasi mampu menentukan jenis dan sifat informasi yang dibutuhkan.

a. Mahasiswa mendefinisikan dan menyampaikan kebutuhan informasinya.

b. Mahasiswa mengidentifikasi berbagai jenis dan bentuk sumber informasi yang potensial.

c. Mahasiswa mempertimbangkan biaya dan keuntungan yang diperoleh dari informasi yang dibutuhkan.

d. Mahasiswa mengevaluasi kembali sifat dan batasan informasi yang dibutuhkan.

2. Mahasiswa yang literat informasi mengakses kebutuhan informasi secara efektif dan efisien.

a. Mahasiswa memilih metode penelitian dan sistem temu kembali informasi yang paling tepat untuk mengakses informasi yang dibutuhkan.

b. Mahasiswa membangun dan menerapkan strategi penelusuran yang efektif.

c. Mahasiswa melakukan sistem temu kembali secara online atau pribadi dengan menggunakan berbagai metode.

d. Mahasiswa memperbaiki strategi penelusuran jika diperlukan.

e. Mahasiswa mengutip, mencatat dan mengolah informasi dan sumbersumbernya.

(29)

3. Mahasiswa yang literat mengevaluasi informasi dan sumber-sumber secara kritis dan menjadikan informasi yang dipilih sebagai dasar pengetahuan.

a. Meringkas ide utama yang dikutip dari informasi yang dikumpulkan.

b. Mahasiswa menentukan dan menerapkan kriteria awal untuk mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya.

c. Mahasiswa mampu mensintesis ide utama untuk membangun konsep baru.

d. Mahasiswa membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan lama untuk menentukan nilah tambah, kontradiksi, atau karakteristik informasi unik lainnya dari informasi.

e. Mahasiswa menentukan apakah pengetahuan baru memberi dampak terhadap sistem nilai individu dan mengambil langkah-langkah untuk menyatukan perbedaan.

f. Mahasiswa menentukan bila query perlu direvisi.

4. Mahasiswa yang literat menggunakan dan mengkomunikasikan informasi dengan efektif dan efisien.

a. Mahasiswa menerapkan informasi baru dan yang lama untuk merencanakan dan menciptakan hasil.

b. Mahasiswa merevisi proses pengembangan untuk hasil.

c. Mahasiswa mengkomunikasikan hasil secara efektif kepada orang lain.

5. Mahasiswa yang literat informasi memahami isu ekonomi, hukum dan sosial sekitar penggunaan dan pengaksesan informasi secara etis dan hukum

a. Mahasiswa memahami isu-isu ekonomi, hukum dan aspek sosial mengenai informasi dan teknologi informasi.

b. Mahasiswa mematuhi hukum, peraturan, kebijakan intitusi, dan etika yang berhubungan dengan pengaksesan dan penggunaan sumber informasi.

c. Mahasiswa mengetahui penggunaan sumber-sumber informasi dalam mengkomunikasikan informasi.

2.5 Model - Model Literasi Informasi 1. The Big6

Sebuah model yang cukup terkenal dan digunakan banyak sekolah adalah Big6 yang dikembangkan oleh Michael B.Eisenberg and Robert E. Berkowitz dari Amerika Serikat. Enam langkah ini adalah:

a. Penentuan tugas atau masalah b. Strategi pencarian informasi

c. Pencarian sumber informasi yang diperlukan

(30)

e. Pengintegrasian informasi yang diperoleh dari sumber-sumber tersebut f. Pengevaluasian terhadap hasil informasi yang diperoleh dan proses

pemecahan masalahnya.

Model Big 6™ sangat populer bukan saja di Amerika Serikat tapi juga di Negara-negara yang sudah menyadari pentingnya implementasi literasi informasi dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah. Selain itu kedua pengembangnya secara aktif dan berkelanjutan mengembangkan model ini dengan mengeluarkan terbitan-terbitan yang bermanfaat bagi pemakainya.

Gambar 1. Big 6 Model

Sumber: http://www.howdesign.com/wp-content/uploads/2014/big6.gif 2. Sconul Seven Pillars

McKinney (2012,112) menyatakan “Model literasi seven pilar dikembangkan oleh society of college national and university library (SCONUL) dan diluncurkan pada tahun 1999 yang kemudian diperbarui dan diperluas pada tahun 2011 untuk merespon perubahan dalam lingkungan informasi”.

Menurut Siregar (2010, 22) Model ini terdiri Tujuh Pilar dengan keterampilan yaitu:

(31)

1. Mengenal kebutuhan informasi

2. Membedakan cara mengatasi kesenjangan, mengetahui sumber informasi 3. Membangun strategi untuk menentukan lokasi informasi

4. Menentukan lokasi dan akses informasi

5. Membandingkan dan mengevaluasi informasi yang diperoleh dari sumber yang berbeda

6. Mengorganisir, menerapkan dan mengkomunikasikan informasi ke orang lain dengan cara yang sesuai dengan situasi

7. Menyatukan dan membangun atas informasi yang ada dan mendukung penciptaan ilmu baru.

3. Model The ACRL

Menurut pendapat Hasugian (2008, 38) Standar kompetensi literasi informasi untuk pendidikan tinggi pernah dilakukan oleh Association of College & Research Libraries Standards Committee dan hasilnya juga diakui oleh Tlie Board of Directors of the Association of College and Research Libraries (ACRL) dan pada sauatu pertemuan yang diselenggarakan oleh American Library Asociation di San Antonio, Texas (Association of College and Research Libraries, 2000). Standar berfokus pada kebutuhan mahasiswa di pendidikan tinggi.

4. Model Australian and New Zealand Institute for Information Literacy (2004)

Menurut Bachtar (2009, 108) Model Australian and New Zealand Institute for Information Literacy (2004) terdiri dari enam standar kemampuan bagi orang yang literasi informasi, yaitu:

1. Mengenali informasi yang dibutuhkan dan menentukan sifat dan cakupannya.

2. Menemukan informasi secara efektif dan efisien.

3. Mengevaluasi informasi dan proses pencarian informasi secara kritis.

4. Mengelola informasi yang terkumpul atau didapatkan.

5. Menggunakan informasi baru dan terdahulu untuk membuat konsep baru atau menciptakan pemahaman baru.

6. Menggunakan informasi dengan memahami nilai budaya, etika, ekonomi, hukum, dan sosial seputar penggunaan informasi.

(32)

5. Empowering 8TM

Model Empowering 8TM (E-8) adalah sebuah model pemecahan masalah untuk model pembelajaran berbasis sumber belajar. E-8 dikembangkan pada bulan November 2004 dalam International Workshop on Information Skills for Learning di University of Colombo, Sri Lanka. Kegiatan ini didukung oleh International Federation of Library Association/Action for Development through Library Programme (IFLA/ALP) dan National Institute of Library and Information Science (NILIS) di University of Colombo. Model literasi informasi ini dikembangkan oleh orang-orang Asia untuk orang Asia dan dianggap sebagai model yang merefleksikan kondisi orang-orang Asia. Berisi 8 langkah Literasi Informasi yang terdiri dari: identify, Explore, Select, Organize, Create, Present, Assess, and Apply.

Gambar 2. Model Empowering 8

Sumber : Sri Lanka Journal of Librarianship & Information Management, 2005

(33)

Pada penelitian ini, peneliti berpedoman pada salah satu model literasi informasi yaitu model empowering 8TM seperti yang dapat dilihat pada tabel 1 komponen Empowering 8TM sebagai berikut:

Tabel 2.1 Komponen Empowering 8TM No. Komponen Indikator

1 Identifikasi - Mendefenisikan topik atau subjek

- Menentukan dan memahami sasaran penyajian - Mimilih format yang relevan untuk produk akhir - Mengidentifikasi kata kunci

- Merencanakan strategi penelusuran

- Mengidentifikasi berbagai jenis sumber informasi dimana dapat ditemukan

2 Ekplorasi - Menentukan lokasi sumber yang sesuai dengan topik

- Menggunakan mesin pencari (search engine) - Menemukan informasi yang sesuai dengan topik

melakukan wawancara, kunjungan lapangan 3 Memilih - Memilih informasi yang relevan

- Menentukan sumber mana saja yang terlalu mudah, sukar atau sesuai

- Mencatat informasi yang relevan dengan cara membuat catatan atau membuat pengorganisasian visual seperti chart, grafik, bagan, ringkasan

- Mengidentifikasi tahap-tahap dalam proses mengumpulkan sitiran yang sesuai

4 Mengorganisir - Memilah informasi dengan membedakan fakta, pendapat dan hayalan

- Mengecek ada atau tidaknya bias dalam sumber - Mengatur informasi yang diperoleh dalam urutan

yang logis

- Menggunakan pengorganisasian visual

- Membandingkan atau membuat kontras informasi yang diperoleh

5 Menciptakan - Menyusun informasi sesuai dengan pendapat dalam cara yang bermakna

- Merevisi dan menyunting sendiri atau bersama pembimbing finalisasi format bibliographi

- Membuat daftar pustaka

6 Presentasi - Mempraktekkan aktivitas penyajian

(34)

sesuai

- Memaparkan informasi dalam format yang tepat sesuai dengan hadirin

- Menyusun dan menggunakan peralatan yang sesuai 7 Penilaian - Menerima masukan dari orang lain

- Merefleksikan seberapa jauh keberhasilan

- Menentukan apakah membutuhkan keterampilan baru

8 Penerapkan - Menggunakan informasi

- Menggunakan masukan untuk keperluan pembelajaran/aktivitas berikutnya

Sumber : Annual National Conference on Library & Information Science organized by the Sri Lanka Library Associatin 29 Juni 2005

Berdasarkan pendapat yang diuraikan di atas diketahui bahwa model Empeworing 8TM terdiri dari delapan tahapan yaitu mengidentifikasi masalah yang meliputi identifikasi topik, audien, format informasi, kata kunci, strategi penelusuran dan sumber sumber informasi; eksplorasi meliputi kegiatan dalam memilih dan menemukan sumber informasi yang sesuai dengan topik yang dapat dilakukan dengan interview; memilih informasi yang relevan; mengorganisir informasi meliputi menyusun informasi secara logis; menciptakan informasi yang dapat dilakukan dengan menciptakan informasi sendiri, merevisi dan membuat daftar bibliografi; menyajikan yaitu menyebarkan informasi yang diperoleh kepada peserta; menaksir yaitu menerima masukan dari orang lain dan menentukan apa yang terbaik dimasa yang akan datang; terakhir menerapkan yaitu menerapkan informasi tersebut dalam berbagai situasi misal pendidikan, pekerjaan, dan lain-lain.

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif karena penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan literasi informasi pada mahasiswa di Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia.

Tujuan dari penelitian deskriptif untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat mengenai fakta-fakta dan karakteristik dari populasi atau mengenai bidang yang diteliti.

Menurut Hikmawati (2017) penelitian deskriptif merupakan penelitian bukan eksperimen, karena tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” tentang sesuatu variabel, gejala, atau keadaan. Memang ada kalanya dalam penelitian mungkin juga membuktikan dugaan tetapi tidak terlalu lazim. Umumya bahwa penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis.

Berdasarkan pengertian yang telah dipaparkan menurut Hikmawati (2017, 89) teknik analisis data penelitian deskriptif yang bersifat statistik adalah dengan analisis data dengan teknik statistik deskriptif. Statistik deksriptif yaitu dilakukan dengan tujuan mendeskripsikan keadaan data hasil penelitian tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku umum bagi populasi.

(36)

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia yang beralamat di Jl. Hang Tuah, No.8 Madras Hulu, Medan Polonia, Kota Medan, Sumatera Utara 20151.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah objek atau sumber data yang dibutuhkan dalam suatu penelitian. Menurut Sugiyono (2006, 55) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa yang tercatat sebagai pemustaka di Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia yang berjumlah 6328 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dianggap dapat mewakili populasi sebagaian dari sumber data. Menurut Sugiyono (2006, 56), “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”

Salah satu syarat dalam penarikan sampel adalah bahwa sampel itu harus representative, artinya harus mewakili populasi, sebab sampel adalah cerminan populasi. Sifat dan karakteristik populasi harus tergambar dalam sampel (Sanjaya 2013, 228). Sampel ditetapkan dengan tujuan mempermudah peneliti dalam menyelesaikan penelitiannya.

Untuk mengetahui jumlah sampel dari penelitian ini, peneliti menggunakan rumus Slovin:

(37)

Keterangan

n = Ukuran sampel N = Ukuran Populasi

e = Kelonggaran atau ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir 10 %.

Maka diperoleh sampel pada penelitian ini yaitu 98 orang. Teknik sampling yang digunakan menentukan sampel adalah aksidental sampling.

Menurut Sugiyono (2002, 77) “aksidental sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dan dapat digunakan sebagai sampel bila orang tersebut memenuhi kriteria”.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian

1. Pengamatan, yaitu mengadakan pengamatan awal terhadap mahasiswa Universitas Methodist Indonesia.

(38)

2. Kuesioner, yaitu pengumpulan data dengan cara memberikan daftar pertanyaan (kuesioner) untuk diisi oleh responden.

3. Studi kepustakaan dan dokumen melalui buku, jurnal, majalah, artikel lepas, laporan tahunan dan dokumen lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

3.5 Jenis Dan Sumber Data

Jenis dan sumber data penelitian ini adalah:

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden melalui kuesioner.

2. Data sekunder, yaitu data yang bersumber dari buku, jurnal, majalah, laporan tahunan dan dokumen lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.

3.6 Kisi-Kisi Kuesioner

Kuesioner adalah menyebarkan kepada sejumlah pengguna perpustakaan yang menjadi responden atau sampel dalam penelitian. Adapun kisi-kisi kuesioner penelitian untuk mahasiswa Universitas Methodist Indonesia adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 1 Kisi-Kisi Kuesioner

Variabel Indikator Item Pertanyaan

Literasi informasi mahasiswa

Identifikasi topik 1, 2, 3 Eksplorasi informasi 4,5,6 Memilih informasi 7,8,9 Mengorganisasikan informasi 10,11,12 Menciptakan informasi 13,14,15

Presentasi 16,17,18

Penilaian 19,20

Penerapan 21,22

(39)

3.7 Analisis data

Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah dengan metode deskriptif kuantitatif. Metode ini dilakukan dengan cara penyajian data dengan tabulasi dan frekuensi serta perhitungan dan persentase yang diperoleh dari jawaban pernyataan responden. Perhitungan persentase menggunakan tafsiran data dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

P = Persentase

f = Jumlah jawaban yang diperoleh n = Sampel (jumlah responden)

Penafsiran data dan hasil distribusi terhadap jawaban kuesioner dilakukan dengan menggunakan pedoman penafsiran data yang dikemukakan oleh Arikunto (2005, 57) sebagai berikut:

0,00% : Tidak ada

1,00% - 24,99% : Sebagian kecil 25,00% - 49,99% : Hampir setengahnya

50,00% : Setengahnya

50,01% - 74,99% : Sebagian besar 75,00% - 99,99% : Pada umumnya

100% : Seluruhnya

(40)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada responden yang dilakukan di Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia. Pada penelitian ini kuesioner disebarkan kepada responden sebanyak 98 orang responden dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden untuk dijawab oleh responden. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan literasi informasi pada mahasiswa Universitas Methodist Indonesia dalam penelusuran informasi dengan mengacu pada salah satu model literasi informasi yaitu model Empowering 8. Model empowering 8 memiliki 8 tahapan diantaranya: 1) mengidentifikasi topik: 2) eksplorasi informasi; 3) memilih informasi; 4) mengorganisasikan informasi; 5) penciptaan informasi; 6) presentasi; 7) penilaian: dan 8) penerapan.

4.1 Gambaran Umum Responden

Sesuai dengan pembahasan pada bab sebelumnya, yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Methodist Indonesia sekaligus menjadi pengguna di Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia yaitu sebanyak 6328 populasi dengan sampel sebanyak 98 orang mahasiswa Universitas Methodist Indonesia yang menjadi pengguna perpustakaan. Hasil dan pembahasan akan diuraikan pada bab ini berdasarkan data yang diperoleh dari jawaban pengguna perpustakaan yang berasal dari penyebaran kuesioner.

(41)

4.2 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah cara menganalisis dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

4.2.1 Tingkat Literasi Informasi Pengguna Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia

Kegiatan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan literasi informasi yang dilakukan oleh Pengguna Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia yang diukur dengan menggunakan metode Empowering 8, yang meliputi mengidentifikasi masalah (identifity), mengeksplorasi informasi (explore), memilih informasi (select), mengorganisasi informasi (organise), menciptakan sebuah karya (creat), mempresentasikan hasil karya (present), menilai masukan yang diberikan Audience (assess) , dan menerapkan informasi tersebut kedalam kehidupan sehari- hari (apply).

4.2.1.1 Pengguna Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia dalam mengidentifikasi informasi (Identify)

Pengguna Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia dalam mengidentifikasi informasi dapat dilihat pada tabel 4.1:

(42)

Tabel 4. 1: Menentukan Topik dan Subjek

No. Pertanyaan Kategori Jawaban f Presentase (%) 1

Sebelum mencari atau menelusur informasi melalui internet, apakah saudra menentukan topik atau subjeknya terlebih dahulu?

a. Selalu 52 53

b. Sering 28 28,6

c. kadang- kadang 13 13,3

d. tidak pernah 5 5,1

Jumlah total 98 100

Keterangan: f = Frekuensi

Berdasarkan dari data Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar pengguna (53%) Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia menyatakan selalu menentukan topik atau subjek terlebih dahulu sebelum mencari dan menelusur informasi di internet. Kemudian hampir setengahnya (28,6%) Pengguna Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia sering menentukan topik atau subjek terlebih dahulu sebelum mencari dan menelusur informasi di internet.

Lalu sebagian kecil (13,3%) Pengguna Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia menyatakan kadang- kadang menentukan topik atau subjek terlebih dahulu sebelum mencari dan menelusur informasi di internet. Dan sebagian kecil (5,1%) Pengguna Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia menyatakan tidak pernah menentukan topik dan subjek sebelum menelusur informasi di internet.

Berdasarkan data yang telah disebutkan dapat diinterpresentasikan bahwa sebagian besar 52 responden rata-rata (53%) menjawab selalu menentukan topik dan subjek sebelum mencari atau menelusur informasi melalui internet. Dari data yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa mahasiswa di Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia selalu menentukan topik dan subjek sebelum

(43)

mencari atau menelusur informasi melalui internet. Dari data tersebut juga dapat dilihat hanya sebagian kecil (5,1%) mahasiswa yang tidak pernah menetukan topik dan subjek sebelum mencari atau menelusur informasi melalui internet.

Tabel 4. 2: Menggunakan Strategi Penelusuran Boolean Operator (AND, OR dan NOT)

No. Pertanyaan Kategori Jawaban f Presentase (%)

2

Sebelum mencarai atau menelusur informasi di internet, apakah saudara menggunakan strategi penelusuran Boolean operator (AND,OR dan NOT)?

a. selalu 5 5,1

b. sering 18 18,4

c. kadang- kadang 52 53 d. tidak pernah 23 23,5

Jumlah total 98 100

Keterangan: f = Frekuensi

Berdasarkan dari data Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar (53%) Pengguna Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia menyatakan kadang-kadang mencari atau menelusur informasi melalui internet menggunakan strategi penelusuran Boolean Operator (AND, OR dan NOT). Kemudian, sebagian kecil (23,5%) Pengguna Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia menyatakan tidak pernah mencari atau menelusur informasi melalui internet, menggunakan strategi penelusuran Boolean Operator (AND, OR dan NOT). Lalu, sebagian kecil (18,4%) Pengguna Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia sering mencari atau menelusur informasi melalui internet, menggunakan strategi penelusuran Boolean Operator (AND, OR dan NOT), dan sebagian kecil (5,1%) Pengguna Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia menyatakan selalu mencari atau menelusur informasi melalui internet, menggunakan strategi

(44)

Berdasarkan data yang telah disebutkan dapat diinterpresentasikan bahwa sebagian besar 52 responden rata-rata (53%) menjawab kadang-kadang menggunakan strategi penelusuran Boolean Operator (AND, OR dan NOT) sebelum mencari atau menelusur informasi di internet. Dari data yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa mahasiswa di Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia kadang-kadang menggunakan strategi penelusuran Boolean Operator (AND, OR dan NOT) sebelum mencari atau menelusur informasi di internet. Dari data tersebut juga dapat dilihat hanya sebagian kecil (5,1%) mahasiswa yang selalu menggunakan strategi penelusuran Boolean Operator (AND, OR dan NOT) sebelum mencari atau menelusur informasi di internet.

Tabel 4. 3: Memilih Bentuk Informasi

No. Pertanyaan Kategori Jawaban f Presentase (%) 3

Ketika mencari informasi, dalam bentuk apakah informasi yang saudara pilih?

a. Elektronik/digital 45 45,9

b. Tercetak 17 17,3

c. Audio/visual 8 8,2

d. Bentuk a,b dan c 28 28,6

Jumlah total 98 100

Keterangan: f = Frekuensi

Berdasarkan dari data Tabel 4.3 dapat di ketahui bahwa hampir setengah (45,9%) Pengguna Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia menyatakan menggunakan hanya memilih bentuk elektronik/ digital ketika mencari informasi, selanjutnya sebagian kecil (17,3%) Pengguna Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia menyatakan menggunakan bentuk tercetak dalam mencari informasi, dan sebagian kecil (8,2%) penguna Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia menggunkan bentuk audio/visual dan hampir setengahnya (28,6%) Pengguna

(45)

Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia memilih menggunakan bentuk ketiganya (elektonik/digital, tercetak, audio/visual).

Berdasarkan data yang telah disebutkan dapat diinterpresentasikan bahwa hampir setengah 45 responden rata-rata (45,9%) memilih bentuk elektronik/

digital ketika mencari informasi. Dari data yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa mahasiswa di Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia memilih bentuk elektronik/ digital ketika mencari informasi. Dari data tersebut juga dapat dilihat hanya sebagian kecil (8,2%) mahasiswa yang memilih bentuk audio/visual ketika mencari informasi.

4.2.1.2 Pengguna Perpustakaan Universitas Methodist Indonesi dalam mengeksplorasi informasi (Explore)

Pengguna Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia dalam mengeksplorasi informasi diukur dengan pertanyaan berikut:

Tabel 4. 4: Memilih Sumber Informasi yang Sesuai dengan Topik

No. Pertanyaan Kategori Jawaban f Presentase (%)

4

Ketika saudara mencari informasi, apakah saudara selalu menemukan sumber informasi yang sesuai dengan topik yang saudara inginkan?

a. Selalu 21 21,4

b. Sering 58 59,2

c. kadang- kadang 19 19,4

d. tidak pernah 0 0

Jumlah total 98 100

Keterangan: f = Frekuensi

Berdasarkan dari data Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar (59,2%) Pengguna Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia menyatakan sering menemukan sumber informasi yang sesuai dengan topik yang diinginkan, kemudian, sebagian kecil (21,4%) Pengguna Perpustakaan Universitas Methodist

(46)

Indonesia menyatakan selalu menemukan sumber informasi yang sesuai dengan topik yang diinginkan. Lalu sebagian kecil (19,4%) Pengguna Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia menyatakan kadang-kadang menemukan sumber informasi yang sesuai dengan topik yang diinginkan, dan tidak pernah (0%) pengguna Perpustakaan Methodist Indonesia mengatakan tidak pernah menemukan sumber informasi yang sesuai dengan topik yang diinginkan.

Berdasarkan data yang telah disebutkan dapat diinterpresentasikan bahwa sebagian besar 58 responden rata-rata (59,2%) menyatakan sering menemukan sumber informasi yang sesuai dengan topik yang diinginkan. Dari data yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa mahasiswa di Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia menyatakan sering menemukan sumber informasi yang sesuai dengan topik yang diinginkan. Dari data tersebut juga dapat dilihat tidak pernah (0%) mahasiswa yang mengatakan tidak pernah menemukan sumber informasi yang sesuai dengan topik yang diinginkan.

Tabel 4. 5: Memilih Mesin Pencari (Search Engine)

No. Pertanyaan Kategori Jawaban f Presentase (%) 5

Mesin pencari (search engine) apa yang sering saudara gunakan dalam mencari informasi?

a. Google 84 85,7

b. Yahoo 1 1

c. Google scolar 5 5,1

d. Wikipedia 8 8,2

Jumlah total 98 100

Keterangan: f = Frekuensi

Berdasarkan dari data Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa pada umumnya (85,7%) Pengguna Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia menyatakan menggunakan mesin pencari (search engine) Google dalam menelusur informasi di internet. Kemudian, sebagian kecil (1%) Pengguna Perpustakaan Universitas

Gambar

Gambar 1. Big 6 Model
Gambar 2. Model Empowering 8
Tabel 2.1 Komponen Empowering 8 TM No.  Komponen  Indikator
Tabel 3. 1 Kisi-Kisi Kuesioner
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi penggunaan internet sebagai bagian komunikasi pemasaran produk pertanian, mempelajari pengetahuan Pemasar Online

Berpedoman kepada kondisi tersebut, maka penulis ingin meneliti lebih jauh dari sisi praktis di BPSK tentang mekanisme penyelesaian sengketa pada BPSK yang

Hasil Pembahasan promosi dilakukan agar mudah sales promotion eksekutif, melakukan Penyajian produk, kecepatan (speed) promotion, seberapa cepat agar dipahami oleh

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA siswa kelas VII SMP Negeri 11 Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017 antara pembelajaran menggunakan

19:45 HATI YANG MEMILIH DUNIA TERBALIK AWAS BANYAK COPET BINTANG DI HATIKU SEPUTAR INDONESIA. AWAS

Untuk dapat mendukung keberhasilan pemasaran produk semen pada unit perdagangan bahan bangunan Koperasi Warga Semen Gresik yang pada akhirnya akan berdampak terhadap

Lumbung Padi Jie Brothers.; (2) Jumlah aktiva tetap, pada hasil pengujian hipotesis secara parsial (uji t) pada tingkat signifikansi 95% ( ∝ =0.05) menunjukkan bahwa jumlah

Terdapat beberapa jenis peminjaman bahasa iaitu peminjaman tulen, peminjaman maksud, peminjaman kacukan, peminjaman pemerian, peminjaman berpindah, peminjaman dialek dan