• Tidak ada hasil yang ditemukan

16/9/2020 à 15/9/2021 Tingkat, kualitas, daerah dan jenis pelayanan, teknis operasional persampahan (Buku Bab 4)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "16/9/2020 à 15/9/2021 Tingkat, kualitas, daerah dan jenis pelayanan, teknis operasional persampahan (Buku Bab 4)"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

16/9/2020 à 15/9/2021

Tingkat, kualitas, daerah dan jenis pelayanan, teknis operasional persampahan (Buku Bab 4)

23/9/2020 à 22/9/2021

Teknik operasional: pewadahan, pemilahan, dan pengumpulan sampah (Buku Bab 4) Latihan (Asisten) Kebutuhan pewadahan, pengumpulan, dan TPS

30/9/2010 à 29/9/2021

Teknik operasional: pemindahan dan pengangkutan sampah (Buku bab 4) Latihan (Asisten): Kebutuhan pengangkutan dan optimasi kebutuhan RIL - IL3104

21/10/2010 à 20/10/2021

Karakteristik dan Proses Termal (Buku bab 5)

(2)

Acuan Buku: Pengelolaan Sampah Terpadu Edisi Kedua ITB Press, 2018

Sudah bisa di akses via: https://itb-ac.academia.edu/EnriDamanhuri

(3)

Enri Damanhuri - September 2020 3

Enri Damanhuri

enri.damanhuri@gmail.com

SERI KULIAH PENGELOLAAN SAMPAH

Buku Acuan: Pengelolaan Sampah Terpadu Edisi Kedua - ITB Press, 2018

Bab 4

Teknik Operasional Penanganan Sampah

1. Pelayanan

2. Pewadahan dan Pengumpulan 3. Pemindahan dan Pengangkutan

Seri kuliah ini ditujukan bagi mahasiswa Teknik Lingkungan dan sejenis di Indonesia serta mereka yang berminat.

Tidak untuk dipublikasikan secara komersial Bandung, September 2020

Enri Damanhuri 3

(4)

• Tingkat penanganan

• Daerah pelayanan

• Tingkat pelayanan

• Jenis pelayanan

• Kualitas pelayanan

• Frekuesi pelayanan

(5)

Umum : Sistem

Sistem pengelolaan-penanganan sampah:

• sebuah kesatuan sistem yang bersifat terpadu, ditujukan untuk menangani sisa sampah setelah melalui proses 3R

• bukan berarti menunggu adanya 3R dulu, lalu sistem pengelolaan sampah baru difungsikan

Sistem skala kota:

• Tugas pemerintah Kota, sebagai satu tugas utamanya sebagai bentuk pelayanan yang merupakan bagian dari infrastruktur kota tersebut.

• sistem yang kompleks, dan tidak dapat disejajarkan atau disederhanakan begitu saja, misalnya dengan penanganan sampah daerah perdesaan.

Pasal 5 UU-18/2008: Pemerintah (dan Pemerintah Daerah) bertugas menjamin

terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan sesuai

dengan tujuan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

(6)

Kelompok stakeholders

Swadaya masyarakat: dari sumber sampai ke tempat pengumpulan, atau ke TPA:

• di kota: dilaksanakan oleh RT/RW, Desa/Kelurahan, mengumpulkan sampah dari bak sampah di di rumah-rumah, diangkut dengan sarana yang disiapkan sendiri oleh masyarakat, menuju ke TPS.

• di permukiman teratur: developer bertindak sebagai pengelola Pemerintah daerah:

• oleh sebuah institusi di bawah kendali pemerintah kota (Dinas Lingkungan Hidup), atau oleh swasta yang ditunjuk oleh pemerintah kota

• tugas: mengangkut sampah dari TPS menuju TPA.

• truk sampah milik pengelola kota atau kabupaten

• umumnya anggaran belum mampu menangani seluruh sampah yang dihasilkan

• bila lebih dari satu kota/kabupaten: pemerintah provinsi sebagai pengelola regional Informal:

• karena kebutuhan ekonomi, ikut berperan serta dalam penanganan sampah kota.

• sampah sebagai sumber daya ekonomi untuk didaur-ulang.

• melibatkan bank sampah, pemulung, tukang loak, lapak, bandar, dan industri daur-ulang

(7)

Tingkat penanganan - pelayanan

Berdasarkan arus pergerakan sampah:

• penanganan sampah tingkat sumber

• penanganan sampah tingkat kawasan

• penanganan sampah tingkat kota.

Dalam perkembangannya:

• penanganan sampah daerah perdesaan

• penanganan sampah regional: melayani beberapa kabupaten à difasilitasi oleh UU- 18/2008.

Tingkat penanganan

Daerah pelayanan

Tingkat pelayanan

Jenis pelayanan

Kualitas pelayanan

Frekuesi pelayanan

(8)

Penanganan tingkat sumber

• bersifat individual, dilakukan sendiri oleh penghasil sampah

• tergantung pada karakter, kebiasaan dan cara pandang penghasil sampah, berbentuk individu atau kelompok individu, atau bentuk institusi misalnya RT/RW, kantor, hotel.

• relatif homogen (rumah tinggal), atau heterogen (pedagang kaki lima di tempat umum)

• tergantung tingkat kesadaran masing-masing individu.

• peran serta masyarakat penghasil sampah dominan à penanganan sampah berbasiskan masyarakat

Catatan:

• diharapkan menerapkan 3R minimasi sampah

• dilakukan sejak sampah belum terbentuk: menghemat penggunaan bahan, membatasi konsumsi, memilih bahan yang mengandung sedikit sampah

• memilah sampah menurut jenisnya

• pengomposan sampah dapat diterapkan di sumber (rumah tangga, kantor, sekolah)

Tingkat penanganan

Daerah pelayanan

Tingkat pelayanan

Jenis pelayanan

Kualitas pelayanan

Frekuesi pelayanan

(9)

Penanganan tingkat kawasan

• bersifat komunal, melayani sebagian atau keseluruhan sampah yang ada dalam kawasa

• bersifat heterogen, berasal dari sumber-sumber yang berbed

saling berinteraksi stakeholder yang berasal dari tingkat sumber dengan tingkat kota

• tergantung level kesadaran kelompok pembentuk tingkat kawasan, misalnya RT, RW, kelurahan,………..

• terdiri dari individu-individu yang mungkin pemahaman berbeda à peran organisasi pengelola dan stakeholder penentu lain (Ketua RT, Ketua RW, Lurah, atau LSM) yang mengorganisir

• peran serta masyarakat akan relatif lebih sulit dibangun à peran aktif pengelola kota sangat menentukan, sebagai bagian sistem kota

Catatan:

• pengelola kawasan harus mendorong upaya minimasi sampah yang akan diangkut ke TPA

• pengelola harus mampu melayani masyarakat yang berada dalam daerah pelayanan

• lokasi TPS dapat difungsikan misalnya sebagai TPS-3R

• sampah dikelompokkan menjadi sampah basah (bahan baku kompos), sampah kering (bahan daur ulang), dan sampah berbahaya

• insinerator skala kecil tidak direkomendasi

Tingkat penanganan

Daerah pelayanan

Tingkat pelayanan

Jenis pelayanan

Kualitas pelayanan

Frekuesi pelayanan

(10)

Penanganan tingkat kota

• dilakukan oleh pengelola kebersihan kota, baik oleh Pemerintah Daerah, atau oleh institusi lain yang ditunjuk

• bertugas melayani sebagian atau seluruh wilayah kota.

• pengelolaan sampah diposisikan sebagai bagian dari infrastruktur perkotaan

• dapat berupa Perusahaan Dinas, Unit Pelayanan Teknis (UPTD) atau sebagai Seksi

• bila dilaksanakan oleh pihak ketiga/swasta, kontrol kualitas tetap di bawah kendali Pemerintah Daerah

ciri khas dari level ini: bertujuan agar kota itu terlihat bersih, area wajah sebuah kota lebih diprioritaska Catatan:

• sumber sampah seperti jalan protokol, taman kota, instansi penting, pusat perdagangan, dilayani dengan sistem langsung (door-to-door), sampah langsung dikumpulkan dan diangkut oleh truk sampah ke TPA

• keberhasilan daur-ulang tergantung pada pemilahan sampah dari sumber, pada wadah komunal, pada sarana pengumpul dan pengangkut

terdapat kemungkinan penjualan produk daur-ulang, namun tetap dengan pendekatan non-profit-center, untuk mengurangi sampah ke TPA

• sarana di tingkat kawasan atau TPS biasanya berfungsi sebagai pengumpulan sampah berkatagori B3 dari kegiatan rumah tangga, untuk ditangani lebih lanjut

• konsep penanganan sampah di TPA harus bertumpu pada beberapa prinsip keterpaduan

Tingkat penanganan

Daerah pelayanan

Tingkat pelayanan

Jenis pelayanan

Kualitas pelayanan

Frekuesi pelayanan

(11)

Penanganan tingkat perdesaan dan regional

Tingkat penanganan

Daerah pelayanan

Tingkat pelayanan

Jenis pelayanan

Kualitas pelayanan

Frekuesi pelayanan

Tingkat perdesaan:

• lebih fleksibel dibanding tingkat kota, karena ketersediaan daya dukung lingkungan

• lebih bersifat individual

• sistem yang diterapkan di kota belum tentu sesuai dengan karakter perdesaan

• yang menjadi persoalan, penggunaan plastik tambah lama tambah banyak

• perlu pemantauan dan bantuan arahan teknis dari Peme Kabupaten agar mampu menangani sampahnya dengan baik

Tingkat regional:

• bila dua atau lebih Pemerintah Kabupaten mempunyai satu sistem pengelolaan sampah, umumnya TPA bersama

• Pemerintah Provinsi diharapkan menjadi coordinator, termasuk pola pendanaan

• masing-masing Kabupaten bertugas membawa (mengangkut) sampah sendiri ke TPA yang dikelola Provinsi

• Pemerintah Provinsi membentuk pengelolaan TPA-regional

• Contoh: Bandung Raya, Provonsi Yogyakarta, Denpasar dan Kabupaten di sekitarnya

(12)

Daerah pelayanan

• daerah yang berada dalam tanggung jawab pengelola sebuah kota, paling tidak sampah di daerah tersebut diangkut menuju pengolahan atau pemrosesan akhir

• tidak semua penghasil sampah dapat dilayani secara langsung, misal truk

pengangkut sulit mencapai daerah tersebut. Diharapkan di titik-titik tersebut dilayani secara komunal, atau diarahkan penanganan secara mandiri, sehingga seluruh kota terlayani

• tugas pemerintah kota tetap memberikan penyuluhan tentang penanganan sampah yang baik

• pengembangan daerah pelayanan diarahkan dengan menerapkan model “rumah tumbuh”, yaitu pengembangan ke wilayah yang berdekatan atau berbatasan

langsung dengan wilayah yang telah mendapat pelayanan

• pemilihan prioritas penanganan dapat dibantu dengan pembobotan

Tingkat penanganan

Daerah pelayanan

Tingkat pelayanan

Jenis pelayanan

Kualitas pelayanan

Frekuesi pelayanan

(13)

Enri Damanhuri - September 2020 13

Pembobotan daerah pelayanan

Tabel

Skala kepentingan SNI 19-2454-2002)

No. Parameter Bobot Nilai

Kerawanan Potensi Ekonomi Sanitasi

1 Fungsi dan nilai daerah : 3

a. Daerah di jalan protokol/pusat kota 3 4

b. Daerah komersial 3 5

c. Daerah perumahan teratur 4 4

d. Daerah industry 2 4

e. Jalan, taman, dan hutan kota 3 1

f. Daerah perumahan tidak teratur, selokan 5 1

2 Kepadatan penduduk : 3

a. > 50 jiwa/ha < 100 jiwa/ha (rendah) 1 4 b. > 100 jiwa/ha < 300 jiwa/ha (sedang) 3 3

c. > 300 jiwa/ha (tinggi) 5 1

3 Daerah pelayanan : 3

a. Yang sudah dilayani 5 4

b. Yang dekat dengan yang sudah dilayani 3 3

c. Yang jauh dari daerah pelayanan 1 1

4 Kondisi lingkungan : 2

a. Baik (sampah dikelola, lingkungan

bersih) 1 4

b. Sedang (sampah dikelola, lingkungan

kotor) 2 3

c. Buruk (sampah tidak dikelola, lingkungan

kotor) 3 2

d. Buruk sekali (sampah tidak dikelola, lingkungan sangat kotor), daerah

endemis penyakit menular 4 1

5 Tingkatan pendapatan penduduk : 2

a. Rendah 5 1

b. Sedang 3 3

c. Tinggi 1 5

6 Topografi : 1

a. Datar/rata (kemiringan < 5% 2 4

b. Bergelombang (kemiringan 5-15%) 3 3

c. Berbukit/curam (kemiringan > 15%) 3 1

Daerah kepadatan rendah: memiliki daya dukung lingkungan lebih tinggi à dapat menerapkan penanganan sampah

setempat

Daerah kepadatan di atas 50 jiwa/ha:

prioritas pelayanan. Bila menerapkan pola penanganan sampah setempat

(mandiri) potensi gangguan lingkungan.

Prioritas daerah pelayanan dimulai dari daerah pusat kota, daerah komersial, permukiman dengan kepadatan tinggi, daerah permukiman baru, kawasan strategis atau kawasan andalan.

Tingkat penanganan

Daerah pelayanan

Tingkat pelayanan

Jenis pelayanan

Kualitas pelayanan

Frekuesi pelayanan

(14)

Tingkat pelayanan

• kemampuan pengelola kota untuk menyediakan pelayanan kebersihan kepada masyarakat, baik secara kuantitas maupun kualitas.

• indikator, yaitu:

• jumlah penduduk kota dan sarana lain yang memperoleh pelayanan dari sistem

• timbulan sampah yang dapat dikelola oleh pengelola sampah tingkat kota.

• keterbatasan sumber daya à belum dilakukan 100%, misal saat ini baru 40%

• ke depan à direncanakan berdasarkan kondisi serta kemampuan sistem i

• misal dalam 5 tahun ke depan diproyeksikan menjadi 50%,

• dalam 10 tahun diproyeksikan menjadi 75%. Namun sistem yang baik adalah pelayanan 100% dengan jenis dan kualitas minimum

• daerah jalan protokol, pasar, rumah sakit, hotel, taman kota, perkantoran, dan fasilitas umum prioiritas utama. Sebaiknya pelayanan 100%

Tingkat penanganan

Daerah pelayanan

Tingkat pelayanan

Jenis pelayanan

Kualitas pelayanan

Frekuesi pelayanan

(15)

Jenis dan kualitas pelayanan

Jenis pelayanan:

• Pelayanan langsung: sampah dikumpulkan dan diangkut langsung untuk dibawa ke pemrosesan akhir.

• Pelayanan tidak langsung: sampah dikumpulkan untuk dibawa ke lokasi transfer, selanjutnya diangkut ke pemrosesan akhir.

Kualitas pelayanan:

• Pelayanan secara individu: artinya sampah dikumpulkan langsung dari sumber

• Pelayanan secara komunal: penghasil sampah membawa sampahnya ke titik pengumpulan bersama (komunal)

Frekuensi pengumpulan dan pengangkutan:

• terkait sistem pelayanan

• sampah basah dianjurkan diangkut paling tidak 2 hari sekali

• sampah kering dapat 2 kali seminggu.

Tingkat penanganan

Daerah pelayanan

Tingkat pelayanan

Jenis pelayanan

Kualitas pelayanan

Frekuesi pelayanan

(16)

Sistem berbasis

masyarakat Sistem berbasis

institusi Sumber

sampah Sistem

Pewadahan Sistem

Pengumpulan Sistem

Pemindahan Sistem

Pengangkutan Sistem Buangan

SISTEM PENANGANAN SAMPAH DI INDONESIA

Rumah

Kantor Pasar Sosial Pendidikan Industri Taman-Jalan

(17)

Enri Damanhuri

enri.damanhuri@gmail.com

SERI KULIAH PENGELOLAAN SAMPAH

Buku Acuan: Pengelolaan Sampah Terpadu Edisi Kedua - ITB Press, 2018

Bab 4

Teknik Operasional Penanganan Sampah

1. Pelayanan

2. Pewadahan dan Pengumpulan 3. Pemindahan dan Pengangkutan

Seri kuliah ini ditujukan bagi mahasiswa Teknik Lingkungan dan sejenis di Indonesia serta mereka yang berminat.

Tidak untuk dipublikasikan secara komersial Bandung, Juli 2020

Silahkan dikutip dengan menyebutkan sumbernya

(18)

Umum : Teknik operasional

Penanganan sampah:

(a) pewadahan, (b) pengumpulan, (c) pemindahan, (d) pengangkutan, (e) pengolahan, dan

(f) penyingkiran sampah

Pewadahan:

kegiatan menampung sampah dalam suatu wadah individual atau komunal dengan mempertimbangkan komposisi sampah.

Pengumpulan:

• bila kegiatannya mengumpulkan dari sumber langsung diangkut ke tempat

pengolahan sampah atau ke TPA (tanpa melalui TPS) à pengumpulan (dan sekaligus pengangkutan) secara langsung (door-to-door)

• bila kegiatannya membawa sampah ke TPS terlebih dahulu, lalu dari TPS dengan transportasi lain diangkut ke pengolahan atau ke TPA

à pengumpulan secara tidak langsung

(19)

Penanganan sampah:

(a) pewadahan, (b) pengumpulan, (c) pemindahan, (d) pengangkutan, (e) pengolahan, dan

(f) penyingkiran sampah

Pemindahan:

kegiatan memindahkan sampah di TPS dari moda pengumpulan ke moda pengangkutan, untuk diangkut ke tempat pengolahan atau ke TPA.

Pengangkutan:

• kegiatan membawa sampah dari sumber langsung menuju ke tempat pengolahan sampah atau ke TPA (tanpa melalui TPS). Dalam hal ini telah terjadi kegiatan pengumpulan dan kegiatan pengangkutan secara langsung; atau

• kegiatan membawa sampah yang telah terkumpul (pengumpulan tidak langsung) di TPS untuk dibawa ke pengolahan atau ke TPA.

Umum : Teknik operasional

(20)

Penanganan sampah:

(a) pewadahan, (b) pengumpulan, (c) pemindahan, (d) pengangkutan, (e) pengolahan, dan

(f) penyingkiran sampah Penyingkiran/pengurukan:

proses pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sampah ke media lingkungan secara aman dengan menggunakan teknologi lahan-pengurukan yang dilakukan di TPA

Pengolahan:

kegiatan mengubah karakteristik, komposisi, dan/atau jumlah sampah

TPA:

• tempat pemrosesan akhir (final disposal): kegiatan utamanya bisa

pengurukan (tanpa residu), atau insinerasi (dengan residu sekitar 10-15%)

• selain pengurukan, bisa kegiatan lain: pengomposan, transfer limbah B3

Umum : Teknik operasional

(21)

Pewadahan Pengumpulan Pemindahan Pengangkutan Kantong plastik, kertas

30L, bin 40L, kontainer C-90 (90L), atau

kontainer C-120 (120L).

Gerobak sampah (maks 1m3), beca sampah, motor sampah, pick-up terbuka,

compactor truck

Kontainer atau bangunan transfer, minimum 10m2, paling tidak untuk kontainer atau pengumpul sampah menunggu truk pengangkut.

Dianjurkan: compactor truck yang berfungsi sebagai pengumpul sampah;

atau dump truck atau arm-roll-truck untuk kontainer-hela.

- Bak permanen tidak dianjurkan;

- Penempatan di halaman, mudah dijangkau petugas dan/atau dikeluarkan pada jam/hari

tertentu;

- Bahan: plastik, fiber;

- Sangat disarankan wadah terpisah untuk pemilahan

- Umur teknis 3 tahun;

- Frekuensi

pengumpulan 1-2 hari.

-Pengumpulan dari rumah ke rumah;

-Bisa bersifat pelayanan individual atau komunal;

-Bahan rangka baja/kayu;

-Umur teknis 3 tahun;

-Bisa sistem komunal atau semi komunal.

- Tempat pemindahan sampah dari moda pengumpul dan moda pengangkut,

- Bukan tempat menyimpan sampah secara permanen - Bahan: baja, batu-bata,

beton;

- Bila memungkinkan dilengkapi kantor administrasi, tempat penyimpanan peralatan, perlengkapan ringan, dan garasi truk;

- Umur: ± 20 tahun.

- Pengangkutan sampah dari titik transfer ke fasilitas pemrosesan sampah;

- Dianjurkan: compactor truck yang berfungsi sebagai pengumpul sampah;

- Mekanisme hidrolik untuk mempercepat proses pembongkaran sampah;

- Umur: 5 tahun;

- Perlu fasilitas bengkel terpusat.

Ringkasan

pewadahan,

pengumpulan,

pengangkutan

(22)

Tingkat pewadahan

Tingkat-1:

• menampung sampah langsung dari sumbernya

• diletakkan di tempat-tempat yang terlihat dan mudah dicapai misal di dapur, di ruang kerja. Jenis wadah tidak statis, mudah diangkat dan dibawa ke wadah tingkat-2.

Tingkat-2:

• pengumpul sementara, menampung sampah dari Tingkat-1 maupun langsung dari sumber.

• diletakkan di luar kantor, sekolah, rumah, atau tepi jalan atau dalam ruang yang disediakan, seperti dalam apartemen bertingkat.

• sebagai titik temu antara sumber sampah dan sistem pengumpul, seharunya tidak bersifat permanen.

Pada kenyataannya, banyak dijumpai dalam bentuk bak sampah permanen di depan rumah, menambah waktu operasi pengosongan. Di beberapa kota dijumpai berupa kantong plastik yang digantungkan di pagar rumah.

Tingkat-3:

• wadah sentral, bervolume besar, menampung sampah dari Tingkat-2

• sebaiknya terbuat dari konstruksi khusus, ditempatkan sesuai sistem pengangkutan.

• wadah sebaiknya kuat dan tahan terhadap korosi, kedap air, tidak mengeluarkan bau, tidak dimasuki serangga dan binatang, dengan kapasitas sesuai yang akan ditampung.

• Wadah sampah level ini dikenal sebagai tempat penampungan sementara (TPS)

(23)

Pola umum pengumpulan

(24)

Pola dan karakteristik pewadahan sampah

(SNI 19-2454-2002)

No. Karakteristik Individual Komunal

1. Bentuk/Jenis Kotak, silinder, kontainer, bin (tong), semua bertutup, dan kantong plastik.

Kotak, silinder, kontainer, bin (tong), semua bertutup.

2. Sifat Ringan, mudah dipindahkan, dan mudah dikosongkan. Ringan, mudah dipindahkan, dan mudah dikosongkan.

3. Bahan Logam, plastik, fiberglass (GRP), kayu, bambu, rotan, kertas.

Logam, plastik, fibreglass (GRP), kayu, bambu, rotan.

4. Volume Pemukiman dan toko kecil 10–40 lt.

Pinggir jalan dan taman = 30–40 lt.

Untuk pemukiman dan pasar = 100–1000 lt.

5. Pengadaan Pribadi, instansi, pengelola. Instansi, pengelola

(25)

Contoh wadah - penggunaan

(SNI 19-2454-2002)

No. Wadah Kapasitas Pelayanan Umur Keterangan

1 Kantong 10-40 L 1 KK 2-3 hari Individu

2 Bin 40 L 1 KK 2-3 tahun Individu

3 Kontainer C-90 90 L 1 KK 2-3 tahun Individu

3 Kontainer C120 120 L 2-3 KK Toko

4 Kontainer C-240 240 L 4-6 KK 2-3 tahun Pertokoan, pasar, ...

5 Kontainer 1 m3 80 KK 2-3 tahun Komunal

6 Kontainer 500 L 40 KK 2-3 tahun Komunal

7 Bin 30-40 L Pejalan kaki, taman 2-3 tahun Komunal

(26)

Bin 40 L Kontainer C-90 /C-120 Wadah di fasilitas umum

Bak sampah permanen

Kontainer baja Kontainer baja untuk armroll truck

Contoh

beragam

wadah sampah

(27)

Pola pengumpulan sampah

Kepengolahan atau ke TPA Sumber

sampah

Pengumpul/

pengangkut dari sumber

Pola individual langsung

Ke pengolahan atau ke TPA Sumber membawa sampahnya masing2

Ke truk pengumpul-pengangkut

Truk pada jadwal tertentu atau dengan bunyi-bunyian menunggu di mulut jalan

Pola komunal langsung

(28)

Ke pengolahan atau ke TPA Sumber

sampah

Pengumpul TPS

dari sumber

Pengangkut

Pola individual tidak langsung

Ke pengolahan atau ke TPA

Sumber membawa sampahnya masing2 ke pengumpul

Pengumpul pada jadwal tertentu atau dengan bunyi-

bunyian menungu di titik tertentu

TPS Pengangkut

Pola komunal tidak langsung

Pola pengumpulan sampah

(29)

Pola komunal tidak langsung Bandung 1987-an

bel-kliningan

Pola komunal langsung Taipei 2015-an

Jenis dan kualitas pelayanan pengumpulan

(30)

Pola individual langsung (door-to-door):

• pengumpulan sampah dilakukan dari rumah ke rumah dengan alat pengumpul sekaligus pengangkut seperti truk sampah, dikenal sebagai pelayanan door- to-door.

• sampah yang terkumpul kemudian langsung diangkut ke pengolahan atau ke TPA

• kondisi jalan harus cukup lebar dan operasi tidak mengganggu pemakai jalan lainnya.

• biasanya digunakan bila jumlah timbulan sampah > 0,3 m

3

/hari, biasanya daerah layanan adalah pertokoan, daerah elite dan jalan protokol.

Pola individual tidak langsung:

sampah dari tiap-tiap sumber akan dikumpulkan, biasanya di Indonesia menggunakan pengumpul sejenis gerobak sampah atau motor sampah (lihat Gambar 4.7a). Kendaraan pengumpul kemudian membawa sampah tersebut ke TPS. Di TPS sampah kemudian dipindahkan ke truk pengangkut, untuk diangkut ke pengolah atau ke TPA. Dibutuhkan organisasi pengelola pengumpulan sampah (biasanya RT/RW) dengan sistem pengendaliannya.

Jenis dan kualitas pelayanan pengumpulan

(31)

Pola komunal tidak langsung:

• petugas pengumpul tidak masuk ke gang karena tidak dapat dilalui oleh gerobak atau kendaraan pengumpul lainnya.

• petugas pengumpul akan memberi tanda misalnya lonceng (digunakan di kota Bandung sekitar tahun 1980-an) bila datang, atau dengan kesepakatn jadwal tertentu.

• kendaraan pengumpul kemudian membawa sampah tersebut ke TPS.

• di TPS sampah dipindahkan ke truk pengangkut, untuk diangkut ke pengolah atau ke TPA

• TPS dapat pula berfungsi sebagai lokasi pemrosesan skala kawasan (TPS-3R atau TPST)

Pola komunal langsung:

• petugas pengumpul-pengangkut tidak masuk ke gang, hanya akan memberi tanda bila sarana pengangkut ini

datang, misal dengan bunyi-bunyian.

• sampah dari sumber diangkut oleh masing-masing penghasil sampah menuju titik pengumpulan, truk sampah telah menunggu di titik tersebut

• truk melanjutkan perjalanannya menuju titik berikutnya.

Jenis dan kualitas pelayanan pengumpulan

(32)

Bin 40L,

Atau kantong 30L

Compactor truck

Dump truck Arm roll truck

Becak sampah,

gerobak sampah Transfer depo Container (bila lahan sulit)

Truk compactor

Khususnya untuk kota besar-metropolitan Kontainer C-90

Individual tidak

langsung

Individual langsung

Pola penanganan sampah

permukiman teratur versi

SNI 19-2454-2002

(33)

Bin 40L,

Atau kantong 30L

Compactor truck

Arm roll truck

Gerobak, beca sampah

dsb

Transfer depo Container (bila lahan sulit)

Untuk kota besar dan metropolitan Bak sampah (permanen,

tidak dianjurkan)

Dump truck

Komunal tidak langsung

Komunal langsung

Pola penanganan sampah

permukiman teratur versi

SNI 19-2454-2002

(34)

(a) (b)

(c)

(d)

(e)

(f)

Contoh sarana pengumpul sampah

(a) Penyapuan jalan dengan kontainer 120 L (C-120) (b) gerobak sampah (c) sepeda sampah (d) sepeda motor dengan bak terbuka (e) sepeda motor dengan bak tertutup

• Bila tidak bermesin, kapasitas maksimal 1,0 m3, sebaiknya hanya digunakan untuk daerah datar.

• permukiman: 1 hari, 2 hari atau maksimal 3 hari sekali, semakin besar persentase organik, semakin sering

• pasar dan daerah kopmersial: 2-3 kali sehari

• jadwal pengumpulan diatur agar tidak mengganggu aktivitas masyarakat: sebelum jam 7.00, jam 10.00 – 15.00, atau sesudah jam 17.00.

• pengumpulan sampah terpilah:

(a) warna gerobak berbeda

(b) pengaturan jadwal: organik paling tidak 2 hari sekali, non-organik dapat lebih lama

(c) menggunakan gerobak dengan 2 kompartemen terpisah;

Pengumpulan sampah

(35)

• pengumpulan langsung: daerah permukiman teratur, jalan dapat dilalui truk, wadah 6-10 m3.

• truk dapat dilengkapi alat pengangkat wadah otomatis (lifting unit), terutama di titik komunal, daerah protokol, pasar, pusat perbelanjaan, pusat perkantoran, rumah susun, hotel, dan restoran besar;

• pengumpul gerobak: 2 petugas, kapasitas maksimum 1 m3, satu hari untuk 2 trip, melayani sekitar 1.000 penduduk, radius pelayanan tidak lebih dari 1 km.

• pengumpulan langsung dengan truk:

kapasitas 6 m3, petugas 2 orang, wadah berupa tong atau kontainer maksimum 120 liter, melayani sekitar 10.000 penduduk;

• Rasio personil penyapuan: 1 orang petugas untuk 1 km jalan.

Klasifikasi Jalan Frekuensi - Jalan pusat kota area perbelanjaan 3 kali/hari - Jalan di area pasar, jalan utama pusat kota 3 kali/hari - Jalan pusat kota area perbelanjaan 2 kali/hari - Jalan kolektor pusat kota 2 hari sekali - Jalan pinggir kota pusat perbelanjaan 2 hari sekali - Jalan pemukiman pendapatan tinggi 2 hari sekali - Jalan pemukiman pendapatan rendah 2 hari sekali

Frekuensi penyapuan (SNI 19-2454-2002)

Pengumpulan sampah

(36)

Jenis bangunan yang akan dilayani:

• rumah tinggal yang tidak bertingkat;

• apartemen sampai 7 tingkat); dan

• apartemen lebih dari 7 tingkat.

Pengumpulan sampah

• bangunan apartemen lebih dari 7 tingkat dilengkapi dengan pengumpulan sampah di tiap tingkat (chute waste).

• sampah dibungkus plastik, dijatuhkan dari masing-masing lantai ke kontainer pengumpul di lantai dasar, biasanya berkapasitas 240 L (C-240)

• cara lain: penghuni mengumpulkan sampahnya pada kontainer yang tersedia di masing-masing laintai. Pengelola apartemen rutin akan membawa kontainer tersebut. ke lantai dasar, dikumpulkan pada kontainer C-240;

• atau penghuni membawa sendiri sampahnya ke kontainer di lantai dasar (C-240);

• kontainer C-240 setiap hari dipindahkan oleh pengelola apartemen ke pinggir jalan (sistem curb), menunggu diangkut oleh truk pengumpul-pengangkut.

• perlu kepastian jadwal pengumpulan. Sistem pemindahan dari kontainer ke truk pengumpul umumnya mekanis, sehingga kontainer harus standar.

di negara industri

Sampah dibungkus plastik

Chute waste

Lantai Lantai

atas

chute waste

kontainer C240

(37)

Cara lain:

• pada area permukiman yang terdiri dari beberapa bangunan apartemen bertingkat tinggi, masing-masing apartemen dilengkapi dengan cerobong sampah. Sampah yang terkumpul di lantai dasar dari masing-masing bangunan dikumpulkan menggunakan transport pneumatik (sistem perpipaan bawah tanah), disedot menuju pusat pengumpul sampah, atau pusat pengolah sampah

• bila pengelolaan sampah di daerah tersebut telah mengenal sistem pemilahan berdasarkan jenis sampahnya, maka masing-masing kontainer yang berisi sampah sejenis, sesuai jadwal pengumpulan akan diletakkan di pinggir jalan.

• dengan menggunakan kendaraan pengumpul yang berbeda, atau kendaraan yang sama tetapi dengan jadwal pengumpulan yang berbeda, sampah diangkut menuju ke pengolahan

• sampah bervolume besar (sepeda, kasur, mebel, TV, kulkas, limbah B3): biasanya secara mandiri dibawa oleh penghasil ke lokasi TPS, dan dimasukkan sendiri ke masing-masing kontainer terpisah, atau ke ruangan khusus limbah B3.

• yang berminat dengan barang bekas tersebut (kecuali sampah mengandung B3) secara gratis dapat mengambilnya untuk digunakan kembali.

• barang-barang tersebut sesuai jadwal yang ditentukan, diangkut ke tempat pemrosesan lebih lanjut sesuai jenisnya oleh pengelola sampah kota.

Pengumpulan sampah

di negara industri

(38)

Jenis dan kualitas pelayanan pengumpulan

[FAHAMI BAIK-BAIK] Pelayanan sistem persampahan di Indonesia:

a. Pelayanan individual secara langsung.

b. Pelayanan komunal secara langsung.

c. Pelayanan individual secara tidak langsung.

d. Pelayanan komunal secara tidak langsung.

e. Penyapuan jalan dan taman

(39)

Enri Damanhuri - September 2020 39

Enri Damanhuri

enri.damanhuri@gmail.com

SERI KULIAH PENGELOLAAN SAMPAH

Buku Acuan: Pengelolaan Sampah Terpadu Edisi Kedua - ITB Press, 2018

Bab 4

Teknik Operasional Penanganan Sampah

1. Pelayanan

2. Pewadahan dan Pengumpulan 3. Pemindahan dan Pengangkutan

Seri kuliah ini ditujukan bagi mahasiswa Teknik Lingkungan dan sejenis di Indonesia serta mereka yang berminat.

Tidak untuk dipublikasikan secara komersial Bandung, Juli 2020

Enri Damanhuri 39

(40)

Fasilitas Pemindahan

Tempat penampungan sementara (TPS):

tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan atau tempat pengolahan sampah. Tidak ada kegiatan pemilahan dan pengolahan

Tempat pengolahan sampah 3R (TPS-3R): (MRF = material recovery facility)

tempat kegiatan pengumpulan, pemilahan, pendauran ulang sampah skala kawasan.

Fasilitas yang dikelola oleh masyarakat (berbasis masyarakat), atau Pemda

Tempat pengolahan sampah terpadu (TPST): (ITF = intermediate treatment facility):

tempat pengumpulan, pemilahan, dauran ulang, pengolahan dan pemrosesan akhir, skala pelayanan kota, dioperasikan Pemda atau fihak ketiga. Bisa identik dengan MRF.

Stasiun peralihan antara (SPA):

sarana pemindahan dari alat angkut kecil ke alat angkut lebih besar, untuk kota yang

memiliki lokasi TPA berjarak lebih dari 25 km, dilengkapi fasilitas reduksi volume

(pengepres - pemadatan). Dikelola PemDa atau fihak ketiga

(41)

No. Uraian Transfer Tipe I

(Transfer Depo) Transfer Tipe II Transfer Tipe III

1 Luas lahan ≥ 200 m2 60 - 200 m2 10 - 20 m2

2 Fungsi - Tempat bertemu alat

pengumpul dan pengangkut sebelum pemindahan.

- Tempat menyimpanan alat2 - Bengkel sederhana

- Kantor pengendali.

- Tempat pemilahan.

- Tempat pengomposan.

- Tempat bertemu alat pengumpul dan

pengangkutan sebelum pemindahan.

- Tempat parkir gerobak.

- Tempat pemilahan.

- Tempat bertemu alat kumpul dan kontainer (6-10 m3).

- Lokasi kontainer komunal (1- 10 m3).

- Sulit melakukan pemilahan.

3 Daerah Pemakai

Baik untuk daerah yang mudah mendapat lahan.

Daerah yang sulit mendapat lahan kosong, daerah protokol.

Tipe pemindahan (transfer)

(SNI 19-2454-2002)

(42)

Transfer Tipe I (transfer depo) atau transfer station:

• fasilitas ideal, sulit dibangun karena keterbatasan lahan.

• terdiri dari kantor, tempat penampungan/pemuatan sampah,

• pelataran parkir,

• penyimpanan peralatan.

• minimal luas 200 m

2

.

Transfer Tipe III fasilitas minimum:

• keberadaan bisa menimbulkan masalah estetika bila sampah tidak segera terangkut.

• bila kota tidak mampu menyediakan, penghasil sampah menyediakan sendiri, kadang di sembarang tempat

• bila lokasinya berada di area banjir, sampah akan terbawa air

Tipe pemindahan (transfer)

(SNI 19-2454-2002)

(43)

Enri Damanhuri - September 2020 43

Bak sampah permanen:

• banyak dijumpai dibangun permanen

• berbagai ukuran, perannya menampung sampah dari rumah, dari pasar dsb dan bersifat komunal.

• petugas memindahkan sampah ke kontainer di truk untuk diangkut ke TPA.

Kontainer besar volume 6 – 10 m3:

• diletakkan di pinggir jalan, tidak mengganggu lalu lintas.

• butuh landasan permanen, untuk meletakkan kontainer.

• kadang kontainer diletakkan begitu saja di lahan tersedia.

• masyarakat dekat dengan sarana ini belum tentu bersedia menerima.

• harus memperhitungkan kemudahan operasi truk

Tipe pemindahan (transfer)

(a) Transfer depo dengan pelataran yang

memungkinkan gerobak menuang sampah dari atas.

Kontainer di pelataran bawah.

(b) Truk pada transfer depo sedang memuat kontainer yang terisi sampah

(c) TPS/transfer depo yang tidak dilengkapi pelataran penuang sampah di atasnya

(d) Stasiun peralihan antara (Cakung, Jakarta) yang berfungsi memindahkan sampah dari truk pengangkut ke kontainer kapasitas besar yang dilengkapi kompaksi untuk dibawa ke TPA

(44)

Pemindahan yang baik

Penghasil secara invidu membawa sampahnya ke kontainer fasilitas kota dan melemparkannya langsung ke kontainer terbuka.

Atau petugas pengumpul sampah dari RT/RW membawa sampahnya ke lokasi kontainer dengan gerobak sampah, atau dengan motor-sampah, atau dengan pick-up. Tanpa menunggu ada tidaknya kontainer yang mungkin sedang digunakan untuk mengangkut sampah ke TPA, petugas tsb. menuangkan sampah di pelataran di lokasi kontainer.

Kondisi ini mengakibatkan TPS menjadi terlihat ‘jorok’, karena belum sesuainya waktu kedatangan pengumpul dengan pengangkut.

2

Saat sampah akan diangkut, sampah dimasukkan dengan melempar ke kontainer menggunakan skop. Biasanya seorang petugas berada di atas kontainer untuk mengatur sampah di dalam kontainer, dan sekaligus melakukan ‘pemulungan’

komponen sampah yang mempunyai nilai jual.

Dalam banyak kasus, pemindahan sampah dari pelataran ke atas kontainer dilakukan dengan cara yang sama sekali tidak higienis dan tidak sistematis. Petugas di bawah melemparkan sampah dengan alat seadanya ke atas. Petugas di atas truk menerima, menuangkan dan sekalaigus menginjak-injak agar kontainer mampu memuat sampah lebih banyak. Setelah dirasa cukup penuh, petugas menutup bagian atas kontainer tsb. dengan jaring mencegah sampah berjatuhan selama perjalannya ke pemrosesan akhir.

1

2

3

4

1

Pemindahan di Indonesia

(45)

Pengangkutan

Jenis peralatan Konstruksi/bahan Kelebihan Kelemahan Catatan

Truk biasa, terbuka

Bak konstruksi kayu atau plat besi

Harga relatif murah.

Perawatan relatif lebih mudah/murah.

Kurang higienis.

Estetika kurang.

Waktu operasi lebih lama.

Banyak dipakai di Indonesia.

Diperlukan tenaga lebih banyak.

Dump

Truck/tipper truck

Bak plat baja. Dump truck dengan peninggian bak pengangkut.

Tidak diperlukan banyak tenaga kerja saat bongkar.

Pengoperasian lebih efisien dan efektif dibanding truk biasa.

Perawatan lebih sulit.

Kurang higienis.

Estetitka kurang.

Lebih mudah

berkarat. Seperti bak terbuka: sulit untuk pemuatan.

Banyak dipakai di Indonesia.

Arm roll truck Truk untuk mengangkut kontainer secara hidrolis

Praktis dan cepat dalam pengoperasian. Tidak diperlukan tenaga kerja yang banyak. Estetika lebih bersih dan sehat.

Penempatan lebih fleksibel.

Hidrolis sering rusak.

Harga relatif mahal.

Biaya perawatan lebih mahal. Diperlukan area penempatan, dan muat.

Cocok pada lokasi-lokasi dengan produksi sampah yang relatif banyak. Metode HCS yg banyak diterapkan di kota besar di Indonesia.

(46)

Pengangkutan

Jenis peralatan Konstruksi/bahan Kelebihan Kelemahan Catatan

Compactor truck Truk dilengkapi dengan alat pemadat sampah

Truk yang memang didesain untuk sampah. Volume sampah terangkut lebih banyak. Lebih bersih dan higienis. Estetika baik.

Praktis dalam operasi. Tidak diperlukan banyak tenaga kerja.

Harga relatif mahal.

Biaya investasi dan pemeliharaan lebih mahal. Waktu

pengumpulan lama bila untuk sistem door to door.

Beberapa kota besar punya (terbatas). Standar umum di negara maju. Cocok untuk kumpul dan angkut secara individu maupun komunal.

Multi loader Truk untuk

mengangkat/membawa kontainer-kontainer secara hidrolis.

Praktis dan cepat dalam pengoperasian. Tidak diperlukan banyak tenaga kerja. Penempatan lebih fleksibel.

Hidrolis sering rusak.

Diperlukan area) untuk penempatan dan

muat.

Cocok pada lokasi-lokasi dengan produksi sampah yang relatif banyak. Pernah digunakan di Makassar.

Truck with crane Truk dilengkapi dengan alat pengangkat sampah.

Tidak memerlukan banyak tenaga untuk menaikkan sampah ke truk. Cocok untuk angkut sampah yang besar (bulky waste).

Hidrolis sering rusak.

Sulit digunakan di daerah yang jalannya sempit dan tidak teratur.

Telah digunakan di DKI Jakarta.

(47)

Dump truck:

• truk pengangkut sampah yang dilengkapi dengan penutup kontainer;

• dianjurkan, karena lebih mudah dalam pembongkaran sampah di tujuan.

Truk terbuka:

• hanya sebagai pengangkut sampah, tanpa ada perlakuan lain;

• perlu penutupan timbunan sampah di truk agar sampah tidak beterbangan;

• tidak dianjurkan kecuali bila dana terbatas.

Pengangkutan

(48)

Arm-roll truck, roll-on truck:

• truk pengangkut yang dilengkapi mesin pengangkat kontainer;

• dianjurkan untuk daerah pasar dan sumber sampah besar lainnya;

Pengangkutan

Roll-on truck

(49)

Compactor truck:

• truk pengumpul dan sekaligus pengangkut yang dapat memadatkan sampah sehingga dapat menampung banyak sampah;

• standar truk pengumpul-pengangkut di negara maju (door-to-door)

• di Indonesia: di kota-kota besar dan metropolitan.

Pengangkutan

(50)

Trailer dumptruck Multi-loader

Multi-loader:

Disamping itu, kadangkala penanganan sampah membutuhkan perlakuan khusus, dengan alat angkut yang secara khusus disesuaikan kebutuhan:

• sampah yang akan didaur-ulang: botol, kertas, dsb.;

• sampah yang bervolume besar, seperti mebel, batang pohon, puing bangunan, yang biasa digunakan di negara maju;

• lumpur hasil pengolahan limbah cair;

• limbah berbahaya.

Pengangkutan

(51)

• bila digunakan truk non-standard, bila truk terbuka, harus dilengkapi penutup sampah, minimal dengan jaring;

• tinggi bak maksimum 1,6 m;

• sebaiknya ada alat ungkit;

• kapasitas disesuaikan kondisi/kelas jalan ;

• dasar kontainer dilengkapi penampung air sampah.

Penentuan rute pengangkutan:

• lebar jalan yang akan dilalui;

• peraturan lalu lintas yang berlaku;

• waktu-waktu padat.

Pengangkutan - operasional

• menggunakan rute pengangkutan yang sependek mungkin dan dengan hambatan yang sekecil mungkin;

• menggunakan kendaraan angkut dengan daya angkut yang semaksimal mungkin;

• menggunakan kendaraan angkut yang hemat bahan bakar;

• dapat memanfaatkan waktu kerja

semaksimal dengan meningkatkan jumlah beban kerja, meningkatkan ritasi

pengangkutan.

(52)

Pemero- sesan/TPA

Pool TPS/TD

Pola pengangkutan tidak langsung (mengambil sampah dari TPS)

Pemero- sesan/TPA Pool

Sumber Sampah

Pola pengangkutan langsung (mengambil sampah dari sumber)

Pengangkutan - operasional

• truk keluar pool menuju ke jalur pengumpulan

• truk menuju setiap rumah yang akan dilayani,

• pekerja mengambil sampah, mengisi bak truk sampah penuh;

• setelah penuh, truk menuju ke TPA;

• truk kembali ke jalur pelayanan berikut sampai shift terakhir, kemudian kembali ke pool.

• kendaraan keluar dari pool, menuju TPS

• dari TPS sampah tersebut diangkut ke TPA

• dari TPA truk kembali ke TPS untuk ritasi berikut.

• selesai ritasi akhir, truk kembali ke pool.

(53)

Sistem pengosongan kontainer CARA 1

Sistem pengosongan kontainer CARA 2

modifikasi dari Tchobanoglous dkk. (1993)

Pola pengangkutan

Sistem kontainer berpindah (HCS)

Sistem kontainer berpindah (HCS) 1. Sistem kontainer berpindah

hauled container system (HCS) 2. Sistem container tetap

stationary container system (SCS)

(54)

Sistem pengosongan kontainer CARA-3

Sistem kontainer tetap

Pola pengangkutan

modifikasi dari Tchobanoglous dkk. (1993) Sistem container tetap (SCS)

Sistem kontainer berpindah (HCS)

(55)

Sistem berbasis

masyarakat Sistem berbasis

institusi Sumber

sampah Sistem

Pewadahan Sistem

Pengumpulan Sistem

Pemindahan Sistem

Pengangkutan Sistem Buangan

SISTEM PENANGANAN SAMPAH DI INDONESIA

Rumah

Kantor Pasar Sosial Pendidikan Industri Taman-Jalan

(56)

Pola umum pengumpulan

(57)

Pola pengumpulan sampah

Kepengolahan atau ke TPA Sumber

sampah

Pengumpul/

pengangkut dari sumber

Pola individual langsung

Ke pengolahan atau ke TPA Sumber membawa sampahnya masing2

Ke truk pengumpul-pengangkut

Truk pada jadwal tertentu atau dengan bunyi-bunyian menunggu di mulut jalan

Pola komunal langsung

(58)

Ke pengolahan atau ke TPA Sumber

sampah

Pengumpul TPS

dari sumber

Pengangkut

Pola individual tidak langsung

Ke pengolahan atau ke TPA

Sumber membawa sampahnya masing2 ke pengumpul

Pengumpul pada jadwal tertentu atau dengan bunyi-

bunyian menungu di titik tertentu

TPS Pengangkut

Pola komunal tidak langsung

Pola pengumpulan sampah

(59)

Pemero- sesan/TPA

Pool TPS/TD

Pola pengangkutan tidak langsung (mengambil sampah dari TPS)

Pemero- sesan/TPA Pool

Sumber Sampah

Pola pengangkutan langsung (mengambil sampah dari sumber)

Pengangkutan - operasional

• truk keluar pool menuju ke jalur pengumpulan

• truk menuju setiap rumah yang akan dilayani,

• pekerja mengambil sampah, mengisi bak truk sampah penuh;

• setelah penuh, truk menuju ke TPA;

• truk kembali ke jalur pelayanan berikut sampai shift terakhir, kemudian kembali ke pool.

• kendaraan keluar dari pool, menuju TPS

• dari TPS sampah tersebut diangkut ke TPA

• dari TPA truk kembali ke TPS untuk ritasi berikut.

• selesai ritasi akhir, truk kembali ke pool.

(60)

Jenis dan kualitas pelayanan pengumpulan

[FAHAMI BAIK-BAIK] Pelayanan sistem persampahan di Indonesia:

a. Pelayanan individual secara langsung.

b. Pelayanan komunal secara langsung.

c. Pelayanan individual secara tidak langsung.

d. Pelayanan komunal secara tidak langsung.

e. Penyapuan jalan dan taman

(61)

Pemindahan yang baik

Penghasil secara invidu membawa sampahnya ke kontainer fasilitas kota dan melemparkannya langsung ke kontainer terbuka.

Atau petugas pengumpul sampah dari RT/RW membawa sampahnya ke lokasi kontainer dengan gerobak sampah, atau dengan motor-sampah, atau dengan pick-up. Tanpa menunggu ada tidaknya kontainer yang mungkin sedang digunakan untuk mengangkut sampah ke TPA, petugas tsb. menuangkan sampah di pelataran di lokasi kontainer.

Kondisi ini mengakibatkan TPS menjadi terlihat ‘jorok’, karena belum sesuainya waktu kedatangan pengumpul dengan pengangkut.

2

Saat sampah akan diangkut, sampah dimasukkan dengan melempar ke kontainer menggunakan skop. Biasanya seorang petugas berada di atas kontainer untuk mengatur sampah di dalam kontainer, dan sekaligus melakukan ‘pemulungan’

komponen sampah yang mempunyai nilai jual.

Dalam banyak kasus, pemindahan sampah dari pelataran ke atas kontainer dilakukan dengan cara yang sama sekali tidak higienis dan tidak sistematis. Petugas di bawah melemparkan sampah dengan alat seadanya ke atas. Petugas di atas truk menerima, menuangkan dan sekalaigus menginjak-injak agar kontainer mampu memuat sampah lebih banyak. Setelah dirasa cukup penuh, petugas menutup bagian atas kontainer tsb. dengan jaring mencegah sampah berjatuhan selama perjalannya ke pemrosesan akhir.

1

2

3

4

1

Pemindahan di Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya guru mengelompokkan peserta didik menurut ZPD-nya (level perkembangan peserta didik berdasarkan hasil belajar sebelumnya). Setelah tanya jawab berlangsung

FORMAT PEMBUKAAN REKENING BAGI SISWA PENERIMA BSM TAHAP 1(BRITAMA) UNIT SOOKO KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN PONOROGO.

Usman dkk., (2016:187) dalam penelitiannya menyatakan bahwa proses pemberian motivasi kepada siswa dapat menentukan hasil belajar, untuk meningkatkan motivasi siswa dalam

[r]

1) Melaksanakan aktivitas guru dan siswa dengan maksimal, jika pada siklus I masih banyak langkah-langkah pembelajaran yang belum dilanksanakan, maka pada siklus

koordinasi motorik halus Anak belum mampu Mengkombinasikan warna krayon dalam melukis alat- alat kebersihan sehingga masih membutuhkan arahan guru. 2 Fajar

Di sepanjang sungai, kami menemukan kodok dan katak yang jumlahnya sangat sedikit jika dibandingkan dengan ekspedisi-ekspedisi sebelumnya.. Saya sedikit kecewa untuk temuan

Berdasarkan penelitian in vitro efek inhibisi alfa glukosidase daun Benalu Kersen yang telah dilakukan sebelumnya, penulis melakukan uji efek penurunan kadar