1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Organisasi kesehatan dunia WHO (2013) mencatat terdapat 7,6 juta kasus (13%) penderita kanker yang meninggal dunia. Jenis kanker yang menjadi penyebab kematian terbesar adalah kanker paru (1,37 juta kematian/tahun), kanker lambung (736.000 kematian/tahun), kanker hati (695.000 kematian/tahun), kanker kolon (608.000 kematian/tahun), kanker payudara (458.000 kematian/tahun), dan kanker serviks (275.000 kematian/tahun). Diperkirakan pada tahun 2030 kematian yang diakibatkan karena kanker akan meningkat menjadi 13,1 juta kasus. Sekitar 70% dari semua kasus kematian akibat kanker terjadi di negara miskin dan berkembang termasuk Indonesia.
Kanker payudara merupakan kanker yang paling sering terjadi pada wanita di Indonesia. Berdasarkan data Kemenkes (2013), kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh RS di Indonesia (16,85%). Hal ini sesuai dengan estimasi WHO bahwa diperkirakan angka kejadian kanker payudara di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 48.998 (30,5%) kasus dengan insidensi ASR (Age- standardised rate) sebesar 40,3/100.000 wanita per tahun dan tingkat mortalitas 19.750 (21,5%) kasus dengan indeks ASR 16,6/100.000 wanita per tahun (IARC, 2012).
Beberapa studi epidemiologi mengenai penyabab kanker menyimpulkan adanya hubungan antara kejadian kanker dengan makanan (Anonim, 1996 dalam Sumardika, 2010). Peningkatan 100 gr konsumsi sayur dan buah setiap hari dapat menurunkan insidensi kanker sebesar 19% (Veer, 2000). Namun beberapa penelitian mengenai hubungan antara nutrisi yang terkandung dalam bahan makanan dengan kejadian kanker payudara menunjukkan hasil yang berbeda – beda. Sebuah studi systematic review dan meta-analysis menyimpulkan bahwa pemilihan
menu diet yang sehat dengan konsumsi tinggi sayuran, rendah daging merah dan olahannya (Brennan et al., 2010), tinggi buah-buahan dan kombinasi buah dan sayur (Aune et al., 2012), kombinasi sayur, buah, dan kacang – kacangan (Butler et al., 2010) mampu menurunkan resiko kejadian kanker payudara. Selain itu beberapa penelitian menyimpulkan bahwa konsumsi kelompok sayuran tertentu mampu menurunkan angka kejadian kanker payudara pada wanita seperti peningkatan konsumsi sayuran kelompok cruciferous (Boggs et al., 2010; Suzuki et al., 2013) dan sayuran tinggi karotenoid (Boggs et al., 2010). Namun penelitian lain mengemukakan bahwa peningkatan konsumsi sayur dan buah tidak memberikan efek yang signifikan terhadap penurunan resiko kanker payudara (Smith-Warner et al., 2001; Gils et al., 2005; Suzuki et al., 2013;
Masala et al., 2012).
Sayur dan buah mengandung banyak senyawa bioaktif seperti antioksidan, serat, dan fitokimia yang berpotensi untuk dijadikan sebagai agen antikanker (AICR, 2007). Antioksidan terdiri dari karotenoid, vitamin C, vitamin E, dan senyawa fenol. Antioksidan mampu menghambat proses
oksidatif seperti karsinogenesis, metabolisme karsinogen, dan proliferasi sel. Selain itu antioksidan juga mampu meningkatkan sistem imunitas tubuh (Dorgan et al., 1998).
Salah satu tanaman yang banyak ditemukan di Indonesia dan berpotensi sebagai tanaman yang memiliki aktivitas antikanker adalah daun singkong (Manihot esculenta). Hal ini dikarenakan daun singkong memiliki kandungan senyawa antioksidan dan senyawa glukosida sianogenik. Menurut FAO (1990) daun singkong memiliki kandungan retinol yang tinggi sebesar 1970 µg RE (retinol equivalent) dan vitamin C sebesar 311 mg setiap 100 g. Studi eksperimental menunjukkan bahwa vitamin A dan turunannya (retinoid) memiliki peranan yang penting dalam mengatur pertumbuhan, diferensiasi, dan apoptosis sel normal dan sel yang ganas (Kristal, 2004 dalam Cui et al., 2008). Selain itu daun singkong juga mengandung banyak senyawa karotenoid yaitu β-karoten (Iglesias et al., 1997; Ortega-Flores et al., 2003 dalam Carvalho et al., 2012). β- karoten mampu meningkatkan sistem imunitas dan menurunkan resiko kanker dan penyakit kardiovaskuler (Tanaka et al., 2012)
Daun singkong juga mengandung senyawa glukosida sianogenik berupa linamarin yang berdasarkan beberapa penelitian juga memiliki aktivitas antikanker. Penelitian yang dilakukan oleh Idibie et al. (2007) menunjukkan bahwa linamarin yang diekstrak dari umbi singkong memberikan efek sitotoksik pada sel kanker HL-60. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Yusuf et al. (2006) dengan menggunakan ekstrak daun singkong pada sel kanker ovarium (Caov-3) dan sel kanker serviks (HeLa) yang dibandingkan dengan ekstrak linamarin yang dijual secara
komersial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak air daun singkong memiliki aktivitas antikanker yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan linamarin komersial. Nilai IC50 ekstrak air daun singkong adalah 38 µg/ml dan 57 µg/ml sedangkan IC50 linamarin komersial adalah 150 µg/ml dan 210 µg/ml untuk sel kanker Caov-3 dan HeLa. Penelitian ini menunjukkan bahwa linamarin memiliki efek sitotoksik terhadap kedua sel kanker tersebut.
Melihat besarnya angka penderita kanker payudara di dunia dan adanya tren peningkatan yang signifikan serta berdasarkan data yang menunjukkan bahwa terdapat zat antikanker pada daun singkong tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk melihat aktivitas antikanker daun singkong mentah dan rebus pada sel kanker payudara MCF-7.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana aktivitas antikanker ekstrak air daun singkong mentah terhadap penghambatan pertumbuhan sel kanker MCF-7?
2. Bagaimana aktivitas antikanker ekstrak air daun singkong rebus terhadap penghambatan pertumbuhan sel kanker MCF-7?
3. Bagaimana perbedaan aktivitas antikanker ekstrak air daun singkong mentah dan rebus terhadap penghambatan pertumbuhan sel kanker MCF-7?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Mengetahui aktivitas antikanker ekstrak air daun singkong terhadap sel MCF-7 secara in vitro.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui aktivitas antikanker ekstrak air daun singkong mentah terhadap sel kanker payudara MCF-7.
b. Mengetahui aktivitas antikanker ekstrak air daun singkong rebus terhadap sel kanker payudara MCF-7.
c. Mengetahui perbedaan aktivitas antikanker ekstrak air daun singkong mentah dan rebus pada sel kanker payudara MCF-7.
D. Manfaat penelitian
1. Menambah informasi mengenai aktivitas antikanker daun singkong terhadap sel kanker payudara MCF-7.
2. Sebagai dasar ilmiah untuk penelitian lebih lanjut mengenai zat antikanker pada daun singkong.
E. Keaslian Penelitian
1. Penelitian Yusuf (2006) mengenai sifat antikanker linamarin dari ekstrak daun singkong secara in vitro pada sel kanker serviks HeLa dan sel kanker ovarium Caov-3. Daun singkong diekstrak dengan pelarut air. Efek sitotoksik linamarin ditentukan dengan metode MTT. Kontrol positif menggunakan Tamoxifen dan Etoposide. Kedua sel kanker menunjukkan kematian sel yang signifikan. Sel kanker serviks HeLa
menunjukkan nilai IC50 sebesar 57 µg/ml sedangkan sel kanker ovarium Caov-3 sebesar 38 µg/ml. Penelitian yang akan dilakukan menggunakan pelarut air dengan metode infundasi dan aktivitas antikanker diujikan pada sel kanker MCF-7.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmat et al. (2003) mengenai aktivitas antioksidan pada Diplazium esculentum (tanaman paku), Manihot utillisima (tanaman singkong), dan Sauropous androgynous (tanaman
katuk) dan efek sitotoksik ekstrak etanolnya pada beberapa cell line.
Ekstraksi bahan uji dilakukan dengan pelarut organik dan air. Aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode Ferric Thiocyanate (FTC) dan Thiobarbituric acid (TBA). Sedangkan uji sitotoksisitas dilakukan
dengan metode MTT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol Sauropous androgynous dan Manihot utillisima dengan nilai IC50
sebesar 53,33 µg/ml dan 52,49 µg/ml. Penelitian yang akan dilakukan menggunakan ekstrak air Manihot esculenta.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Widowati et al. (2008) mengenai aktivitas antioksidan dan antikanker pada buah merah. Penelitian aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode 1,1-diphenyl-2- picryhydrazyl (DPPH) sedangkan aktivitas antikankernya diujikan secara in vitro kepada sel kanker payudara T-47D. Ekstrak buah merah dibagi menjadi empat fraksi. Pembagian ini dilakukan berdasarkan retention factor (Rf) dan hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi
nomor dua menunjukkan aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dari β karoten. Fraksi nomor dua juga memiliki aktivitas antikanker yang lebih tinggi daripada dexorubisin. Penelitian yang akan dilakukan
menggunakan ekstrak air daun singkong mentah dan rebus sedangkan aktivitas antikankernya diujikan melalui metode MTT. Sel kanker yang digunakan adalah MCF-7.
Berdasarkan paparan ketiga penelitian yang telah dilakukan sebelumnya maka penelitian ini ditujukan untuk mengetahui aktivitas antikanker ekstrak air daun singkong mentah dan rebus pada sel kanker MCF-7. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan perlakuan perebusan dan tidak pada daun singkong kemudian dilakukan infundasi dan uji aktivitas antikanker dilakukan dengan metode MTT.