i Universitas Kristen Maranatha Abstrak
Tujuan dari penelitian ini untuk memperoleh gambaran mengenai derajat
motivasi prososial pada Perawat Bagian Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah “X”
di Kabupaten Subang. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan karakteristik yang telah ditentukan oleh peneliti dari populasi sasaran. Sampel dalam penelitian ini adalah perawat bagian rawat inap yang berusia 21-34 tahun, sudah bekerja selama 3-5 tahun yang berjumlah 34 orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan teknik survey.
Alat ukur yang digunakan bersifat semi proyektif, berupa kuesioner-skenario. Alat ukur ini merupakan modifikasi dari alat ukur yang disusun oleh Ivena Susan, 2005. Pengujian validitas pada alat ukur ini menggunakan content validity dan pengujian reliabilitasnya menggunakan interrater reliability.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data 18 orang (52,9%) Perawat Rawat Inap memiliki derajat motivasi prososial yang kuat, dan 16 orang (47,1%) Perawat Rawat Inap memiliki derajat motivasi prososial yang lemah.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mengajukan saran bagi peneliti selanjutnya agar dilakukan penelitian mengenai kontribusi elemen-elemen motivasi prososial terhadap derajat motivasi prososial dan melakukan wawancara terhadap setiap responden untuk melengkapi kuesioner. Selain itu bagi pihak Rumah Sakit Umum
Daerah “X” Kabupaten Subang diharapkan untuk memberikan pembekalan atau pelatihan-pelatihan yang mampu menumbuhkan kepekaan perawat terhadap situasi yang membutuhkan pertolongan.
v Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ………i
KATA PENGANTAR ………..ii
DAFTAR ISI ……….v
DAFTAR TABEL….………..……….x
DAFTAR BAGAN ………...xi
DAFTAR LAMPIRAN ………...xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ………...…..1
1.2Identifikasi Masalah ………..…….7
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ………...………7
1.3.1 Maksud Penelitian ………...………….7
1.3.2 Tujuan Penelitian ………..………7
1.4 Kegunaan Penelitian ………...………7
1.4.1 Kegunaan Ilmiah ………...………...7
vi Universitas Kristen Maranatha
1.5 Kerangka Pemikiran ………..………9
1.6Asumsi ……….18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Pengertian Tingkah Laku Prososial………....19
2.2 Motivasi Prososial……….………....22
2.2.1 Aspek-aspek Motivasi Prososial……….22
2.2.1.1 Aspek Kognitif………..22
2.2.1.2 Aspek Afektif……….25
2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Prososial………….……….27
2.2.2.1 Faktor Individual……….………27
2.1.2.2 Faktor Lingkungan……….………….31 2.3 Empati……….…………35 2.4 Masa Dewasa Awal ………...37
2.4.1 Perkembangan Fisik Dewasa Awal………...……...39
2.4.2 Perkembangan Kognitif Masa Dewasa Awal………...…………..40
2.4.3 Social Perspective Taking……….41
vii Universitas Kristen Maranatha
2.5.2 Keperawatan Sebagai Profesi………...44
2.5.3 Perawat Rawat Inap………46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ……….…..48 3.2 Bagan Prosedur Penelitian……….48 3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ……….……….48
3.3.1 Variabel Penelitian ………...48
3.3.2 Definisi Operasional ………..48
3.4 Alat Ukur ……….….50
3.4.1 Alat Ukur Motivasi Prososial ………50
3.4.2 Sistem Penelitian ………...51
3.4.3 Data Pribadi dan Data Penunjang………..54
3.4.4 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur………...55
3.4.4.1 Validitas Alat Ukur………..…55 3.4.4.2 Reliabilitas Alat Ukur………..…….…..56 3.5 Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel………..56 3.5.1 Populasi Sasaran ………...56
viii Universitas Kristen Maranatha 3.5.3 Teknik Pengambilan Sampel ……….56
3.6 Teknik Analisis Data ………...57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Responden ………...58
4.1.1 Usia ………...58
4.1.2 Jenis Kelamin ………59
4.1.3 Alasan Menjadi Perawat……….59
4.2 Hasil Penelitian ………...60
4.3 Pembahasan ………..…64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ………..………71
5.2 Saran ……….72
5.2.1 Saran Bagi Penelitian Lanjutan ……….72
5.2.2 Saran Guna Laksana ………..73
DAFTAR PUSTAKA ………...……….74
DAFTAR RUJUKAN ………75
ix Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL
Tabel 4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia………57
Tabel 4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin……….58
Tabel 4.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Alasan Menjadi Perawat …………58
Tabel 4.2.1 Gambaran Derajat Motivasi Prososial Responden………..59
Tabel 4.2.2.1 Tabulasi Silang Derajat Motivasi Prososial Berdasarkan Aspek
Kognitif………59
Tabel 4.2.2.2 Tabulasi Silang Derajat Motivasi Prososial Berdasarkan Aspek
Afektif………..60
Tabel 4.2.3.1 Tabulasi Silang antara Aspek Kognitif dengan Elemen Persepsi Tentang
Situasi……….…………61
Tabel 4.2.3.2 Tabulasi Silang antara Aspek Kognitif dengan Elemen Nilai
Prososial………..…………61
Tabel 4.2.3.3 Tabulasi Silang antara Aspek Kognitif dengan Elemen Perspektif
Sosial……….…………..62
Tabel 4.2.3.4 Tabulasi Silang antara Aspek Afektif dengan Elemen Kemampuan
Empati……….…………63
Tabel 4.2.3.5 Tabulasi Silang antara Aspek Afektif dengan Elemen Afek
x Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pikir………17
xi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I : Kuesioner Skenario Motivasi Prososial
LAMPIRAN II : Data Penunjang
LAMPIRAN III : Sistem Penilaian Alat Ukur Motivasi Prososial
LAMPIRAN IV : Hasil Pengambilan Data
LAMPIRAN IV.1 : Hasil Pengambilan Data (Elemen Motivasi Prososial)
LAMPIRAN IV.2 : Hasil Pengambilan Data (Aspek Motivasi Prososial)
LAMPIRAN IV.3 : Hasil Pengambilan Data (Derajat Motivasi Prososial)
LAMPIRAN V : Hasil Interratter Reliability
LAMPIRAN VI : Hasil Tabulasi Silang Derajat Motivasi Prososial dan
Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Motivasi Prososial
1 Universitas Kristen Maranatha BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Seiring perkembangan zaman dan teknologi, terjadi perubahan pola hidup
masyarakat. Perubahan pola hidup ini tidak selalu bersifat positif, ada beberapa
pola hidup yang bersifat negatif, misalnya pola tidur yang tidak teratur, jarang
berolah raga dan pola makan sembarangan. Hal ini menyebabkan semakin banyak
penyakit yang berkembang di masyarakat, misalnya meningkatnya penyakit
jantung dan pembuluh darah, serta penyakit infeksi menular yang mematikan.
Semua ini membuat masyarakat semakin sadar akan pentingnya kesehatan dan
pelayanan kesehatan (Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Bangungan Instalasi
Rawat Inap, 2006).
Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam
meningkatkan derajat kesehatan. Keberhasilan sistem pelayanan kesehatan
tergantung dari berbagai komponen yang masuk dalam pelayanan kesehatan
diantaranya perawat, dokter dan karyawan rumah sakit lainnya yang saling
menunjang satu sama lain. Sistem ini akan memberikan kualitas pelayanan
kesehatan yang efektif dengan melihat nilai-nilai yang ada di masyarakat (Alimul,
Aziz. 2007).
Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang
dapat dilaksanakan oleh tenaga keperawatan dalam meningkatkan derajat
2 Universitas Kristen Maranatha dilakukan oleh tenaga perawat (Alimul, Aziz. 2007). Tenaga perawat terdiri dari
tenaga perawat rawat jalan dan rawat inap. Tenaga perawat rawat jalan memiliki
intensitas berinteraksi dengan pasien lebih sedikit dibandingkan perawat rawat
inap. Perawat rawat inap akan berinteraksi lebih sering karena bertugas untuk
mengawasi pasien dan membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan
dasar selama dirawat di rumah sakit. Tugas-tugas perawat untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasar pasien antara lain memberi makan, obat, mengontrol
dan mengganti infus, mengobservasi pasien dan memandikan pasien atau
membantunya ke kamar mandi.
Selain membutuhkan pengetahuan dan keterampilan, sebagian seorang
perawat bagian rawat inap juga dituntut untuk memiliki kesabaran, mampu
berempati dan memiliki kesadaran serta keinginan untuk menolong orang lain,
yang bahkan kadang-kadang harus menyampingkan kepentingan pribadinya.
Kesediaan seorang perawat bagian rawat inap untuk bertahan dan terus membantu
melayani pasien-pasiennya dalam proses kesembuhan merupakan wujud perilaku
prososial yang didasari oleh motivasi prososial. Motivasi prososial adalah sesuatu
yang ada dalam diri manusia yang menggerakkan dan mengarahkan tingkah laku
demi kepentingan orang lain (Hoffman dalam Eisenberg, 1982). Tujuan akhir
yang ingin dicapai adalah membantu orang lain, bukan untuk tujuan yang lain
seperti pemenuhan kebutuhan diri atau tujuan untuk perolehan imbalan dalam
bentuk apa pun.
Motivasi prososial dapat dilihat melalui dua aspek yaitu aspek kognitif dan
3 Universitas Kristen Maranatha menginternalisasi nilai menolong dalam diri setiap individu dan kemampuan
untuk melihat situasi dari sudut pandang orang yang membutuhkan bantuan.
Aspek kognitif terdiri dari tiga elemen yaitu persepsi tentang situasi, nilai
prososial dan perspektif sosial. Aspek kedua dari motivasi prososial adalah aspek
afektif, yaitu kepekaan diri individu untuk turut merasakan apa yang dirasakan
oleh orang yang membutuhkan bantuan. Aspek ini terdiri dari dua elemen yaitu
elemen kemampuan empati dan afek positif.
Dari beberapa jenis lembaga pelayanan kesehatan peneliti tertarik untuk
meneliti rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu institusi yang merupakan lembaga
kesehatan yang fasilitasnya cukup dalam memberikan berbagai tingkat pelayanan
kesehatan (Alimul, Aziz. 2007). Rumah sakit merupakan salah satu sarana yang
menyediakan dan memberikan layanan kesehatan yang meliputi berbagai masalah
kesehatan kepada masyarakat.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) ”X” Kabupaten Subang merupakan
satu-satunya rumah sakit pemerintah yang ada di Kabupaten Subang. Saat ini
RSUD ”X” Kabupaten Subang sedang dalam proses pengembangan yang
mendukung tercapainya masyarakat Subang sehat, dengan meningkatkan
kemampuan baik manajerial, fungsi pelayanan dan fleksibilitas pengelolaan
keuangan yang dimiliki RSUD ”X” Kabupaten Subang ke depan. Peningkatan
kemampuan ini akan lebih diarahkan pada peningkatan kualitas pelayanan yang
mampu memenuhi harapan seluruh masyarakat, terutama masyarakat Kota
4 Universitas Kristen Maranatha dapat menjadi rumah sakit pilihan dan terpercaya
(http://harian-ciereng.blogspot.com/).
RSUD ”X” Kabupaten Subang yang sedang dalam proses peningkatan
pelayanan kesehatan termasuk di dalamnya adalah peningkatan pelayanan
keperawatan. Dari dua jenis tenaga keperawatan yang ada, peneliti tertarik untuk
meneliti tenaga perawat rawat inap karena tenaga perawat rawat inap lebih sering
berinteraksi dengan pasien selama masa perawatan pasien di rumah sakit hingga
kesembuhannya. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Keperawatan
RSUD “X” Kabupaten Subang bulan Maret 2010, jumlah tenaga keperawatan
bagian rawat inap adalah 120 orang. Saat ini RSUD “X” Kabupaten Subang yang
terdiri dari 10 ruangan rawat inap mengalami kekurangan jumlah perawat
sebanyak 26 orang.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap sepuluh orang
perawat bagian rawat inap di RSUD “X” Kabupaten Subang terdapat beragam
persepsi tentang situasi, nilai prososial, perspektif sosial, kemampuan empati dan
afek positif yang dimiliki masing-masing perawat bagian rawat inap RSUD “X”
Kabupaten Subang, yang membuat derajat motivasi prososialnya berbeda-beda.
Empat orang (40%) perawat bagian rawat inap mengatakan bahwa pasien
adalah individu yang perlu ditolong kesehatannya yang sangat membutuhkan
bantuan, tindakan, motivasi, support dan bantuan dari perawat Dalam
memberikan pertolongan, perawat melihat bahwa pasien tersebut sebagai keluarga
atau saudara sendiri. Menurutnya membantu orang lain adalah ibadah sehingga
5 Universitas Kristen Maranatha mereka juga turut merasakan sedih atau iba ketika melihat keadaan pasien yang
sedang sakit. Dalam hal ini, perawat sudah mampu untuk mempersepsi situasi
yang membutuhkan pertolongan, lalu didorong oleh nilai-nilai moral dalam diri
untuk memberikan pertolongan memunculkan perasaan-perasaan senang atau
bangga ketika berhasil menolong.
Sedangkan dua orang (20%) perawat bagian rawat inap lainnya
mengatakan bahwa pasien adalah individu yang membutuhkan pelayanan dari
perawat, mereka menganggap bahwa ini sudah menjadi kewajibannya. Walaupun
mereka merasa ini menjadi kewajiban namun mereka tetap merasa iba ketika
melihat pasien yang tidak berdaya di tempat tidur. Perawat sudah mampu
mempersepsikan situasi pasien yang membutuhkan pertolongan dan menghayati
perasaan pasien tersebut.
Dua (20%) perawat bagian rawat inap mengatakan jika ada pasien yang
memanggilnya maka ia akan segera datang menghampiri pasien dan memberikan
bantuan yang dibutuhkan. Hal tersebut dilakukannya karena memang sudah
menjadi tugas seorang perawat seperti itu. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa
sebetulnya ia bukanlah orang yang mudah tersentuh, ketika melihat pasien yang
sedang sakit. Perasaannya biasa saja karena pasien tersebut adalah orang lain yang
tidak begitu dikenal. Dalam hal ini, perawat hanya mampu mempersepsikan
situasi pasien yang membutuhkan bantuan, hal tersebut semata-mata adalah
kewajibannya.
Seorang (10%) perawat rawat inap lainnya mengatakan bahwa sudah
6 Universitas Kristen Maranatha pelayanan kesehatan kepada pasien. Ia memahami bagaimana kondisi
pasien-pasien yang sedang sakit dan mengharapkan bantuan darinya dalam proses
kesembuhan. Ia juga mengetahui bagaimana para pasien tersebut beranggapan
bahwa perawat dapat menolongnya, namun ia bukan orang yang mudah tersentuh
ketika melihat kondisi pasien yang sedang sakit atau cukup memprihatinkan.
Dalam hal ini perawat sudah mampu mempersepsikan situasi pasien yang
membutuhkan pertolongan dan mampu untuk memahami situasi kesulitan pasien
dari sudut pandang pasien tersebut.
Seorang (10%) perawat lainnya mengatakan bahwa dirinya cukup mampu
untuk turut merasakan apa yang dirasakan oleh pasien yang sakit. Ia turut merasa
sedih dan iba ketika melihat pasien-pasien yang dirawat. Namun ia kurang peka
terhadap keadaan pasien yang sedang membutuhkan bantuan, jika bukan pasien
itu sendiri yang langsung meminta bantuannya, kadang-kadang ia tidak
memberikan pertolongan secara spontan. Dalam hal ini, perawat kurang mampu
untuk memaknakan situasi pasien yang membutuhkan bantuan. Namun ketika
sedang berhadapan dengan pasien, perawat mampu untuk ikut menghayati
perasaan pasien dan mampu memunculkan perasaan-perasaan positif.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 10 orang perawat bagian rawat
inap RSUD “X” Kabupaten Subang diketahui terdapat beranekaragam derajat
motivasi prososial. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti derajat motivasi
prososial yang dimiliki oleh perawat bagian rawat inap RSUD “X” Kabupaten
7 Universitas Kristen Maranatha
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka peneliti ingin
mengetahui: Bagaimana derajat motivasi prososial pada perawat bagian rawat
inap di Rumah Sakit Umum Daerah “X” Kabupaten Subang.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai
derajat motivasi prososial pada perawat bagian rawat inap di Rumah Sakit Umum
Daerah “X” Kabupaten Subang.
1.3.2 Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui derajat motivasi prososial
berdasarkan aspek kognitif dan afektifnya, serta kaitannya dengan faktor-faktor
yang mempengaruhi motivasi prososial pada perawat bagian rawat inap di Rumah
Sakit Umum Daerah “X” Kabupaten Subang.
1.4Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoritis
a. Sebagai bahan referensi bagi bidang psikologi khususnya bidang
Psikologi Sosial mengenai kajian motivasi prososial pada perawat
bagian rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah ”X” Kabupaten
8 Universitas Kristen Maranatha b. Diharapkan dapat memberikan masukan bagi peneliti lain yang
berminat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai derajat motivasi
prososial pada perawat bagian rawat inap.
1.4.2 Kegunaan Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada perawat
bagian rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah “X” Kabupaten
Subang mengenai derajat motivasi prososial perawat bagian rawat inap
Rumah Sakit Umum Daerah “X” Kabupaten Subang, sebagai bahan
evaluasi diri sehingga mereka dapat lebih memahami diri sendiri dan
menjalankan tugasnya sesuai dengan yang diharapkan.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak
Rumah Sakit Umum Daerah “X” Kabupaten Subang mengenai derajat
motivasi prososial pada perawat bagian rawat inap Rumah Sakit
Umum “X” Kabupaten Subang, sebagai bahan pertimbangan bagi
pihak Rumah Sakit Umum Daerah “X” Kabupaten Subang dalam
memberikan pembekalan atau pelatihan yang diperlukan bagi perawat
rawat inap dalam rangka melaksanakan tugas-tugasnya.
1.5Kerangka Pemikiran
Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix yang
berarti merawat atau memelihara. Harlley Cit ANA (2000) menjelaskan
9 Universitas Kristen Maranatha atau memelihara, membantu dan melindungi seseorang karena sakit, injury dan
proses penuaan. Perawat adalah individu yang diharapkan mampu memberikan
pertolongan kepada siapa pun tanpa membeda-bedakan status sosialnya dan
memiliki jiwa sosial untuk menolong orang lain tanpa pamrih.
Perawat bagian rawat inap bertugas untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasar pasien. Observasi yang dilakukan perawat terhadap kondisi
pasien mendorong perawat untuk melakukan tindakan yang tepat sesuai batas
kewenangan perawat. Kesediaan perawat bagian rawat inap untuk bertahan dan
terus membantu melayani pasien-pasiennya dalam proses kesembuhan merupakan
wujud perilaku prososial yang didasari oleh motivasi prososial.
Menurut Hofmann (dalam Eisenberg, 1982), motivasi prososial adalah
sesuatu yang ada dalam diri manusia yang menggerakkan dan mengarahkan
tingkah laku demi kepentingan orang lain. Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah
membantu orang lain, bukan untuk tujuan yang lain seperti pemenuhan kebutuhan
diri atau tujuan untuk memperoleh imbalan dalam bentuk apa pun. Motivasi
prososial itu sendiri merupakan dorongan, keinginan yang ada dan dimunculkan
dalam diri seseorang untuk menolong, berbagi, bertingkah laku lainnya, yang
memiliki tujuan dan bersifat sukarela (Eisenberg,1982).
Menurut Hoffman (Konradt, 1985), motivasi prososial terdiri dari dua
aspek, yakni aspek kognitif dan afektif. Aspek kognitif adalah kemampuan
berpikir untuk mempersepsi, menginternalisasi nilai menolong dalam diri setiap
10 Universitas Kristen Maranatha membutuhkan bantuan. Aspek Kognitif terdiri dari tiga elemen, yaitu persepsi
tentang situasi, nilai prososial, dan perspektif sosial.
Elemen pertama dari aspek kognitif adalah persepsi tentang situasi yaitu
pemaknaan perawat bagian rawat inap mengenai situasi yang tepat untuk
memberikan bantuan. Ketika seorang pasien mengalami kesulitan untuk bangun
dan pergi ke kamar mandi, maka perawat bagian rawat inap mempersepsi keadaan
tersebut sebagai situasi yang memerlukan bantuan. Elemen kedua dari aspek
kognitif adalah nilai prososial yaitu nilai menolong yang dimiliki oleh perawat
bagian rawat inap. Nilai menolong tersebut adalah ketika perawat bagian rawat
inap menyadari bahwa sudah menjadi kewajiban moralnya sebagai perawat untuk
membantu pasien.
Elemen terakhir dari aspek kognitif adalah persepektif sosial. Perspektif
sosial adalah kemampuan perawat bagian rawat inap dalam memahami situasi dari
sudut pandang pasien. Perawat bagian rawat inap memahami perasaan pasien
yang akan kecewa dan sedih ketika perawat tidak dapat memberikan pertolongan
seperti yang diharapkan.
Aspek lain dari motivasi prososial adalah aspek afeksi, merupakan
kepekaan diri perawat bagian rawat inap untuk turut merasakan apa yang
dirasakan oleh pasien yang membutuhkan bantuan. Aspek afektif terdiri dari
kemampuan empati dan afek positif. Kemampuan empati merupakan kemampuan
perawat bagian rawat inap dalam merasakan apa yang dirasakan oleh pasien,
seperti rasa sakit, sedih atau bingung atas penyakitnya. Perawat bagian rawat inap
11 Universitas Kristen Maranatha perawat turut merasakan perasaan pasien tersebut. Elemen kedua dari aspek
afektif adalah afek positif, yang menggambarkan bentuk-bentuk perasaan seperti
sedih, iba, terharu, kasihan yang muncul jika berhadapan dengan kondisi pasien,
yang selanjutnya akan mendorong perawat untuk memberikan pertolongan.
Menurut Hoffman (dalam Eisenberg, 1982), motivasi prososial juga
terbentuk secara individual karena pembentukannya dipengaruhi oleh pengalaman
sosialisasi individu, oleh karena itu terdapat perbedaan motivasi pada individu,
antara lain dalam kekuatannya. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi derajat
motivasi prososial, yaitu faktor individual dan faktor lingkungan. Faktor
individual terdiri dari usia, jenis kelamin, perkembangan kognitif dan ciri-ciri
kepribadian, sedangkan faktor lingkungan terdiri dari pola asuh orang tua dan
lingkungan sebagai wadah sosialisasi.
Faktor individual seperti usia akan mempengaruhi derajat motivasi
prososial pada perawat bagian rawat inap dan saling berhubungan dengan faktor
perkembangan kognitif. Perawat bagian rawat inap yang berusia 21-34 tahun
termasuk dalam tahap perkembangan dewasa awal (Santrock, 2002). Pada masa
dewasa awal menurut Selman perkembangan social perspective taking lebih
mendalam dan berorientasi kepada masyarakat. Social perspective taking
merujuk pada bagaimana dan seakurat apa individu melakukan penilaian tentang
apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh orang lain (Steinberg, 2002). Perawat
bagian rawat inap diharapkan sudah dapat memikirkan dan merasakan apa yang
dirasakan oleh orang lain, sehingga dapat memahami dan memaknakan situasi apa
12 Universitas Kristen Maranatha Faktor lain yang mempengaruhi motivasi prososial adalah jenis kelamin.
Dalam penelitiannya, Raven-Rubin (dalam Eisenberg, 1982) menunjukkan bahwa
motivasi prososial pada perempuan lebih kuat, namun dalam hal tindakan
prososialnya perempuan lebih lemah dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini
dijelaskan dengan adanya kecenderungan wanita lebih terikat pada nilai-nilai
kemanusiaan dan berada pada pihak yang menerima bantuan, sedangkan laki-laki
memiliki perilaku sosialnya lebih tinggi dan memposisikan dirinya sebagai
pemberi bantuan. Oleh karena itu, perawat perempuan bagian rawat inap
diharapkan memiliki motivasi prososial yang lebih kuat dibandingkan dengan
perawat laki-laki bagian rawat inap.
Faktor lainnya yang juga mempengaruhi motivasi prososial adalah
ciri-ciri kepribadian. Eisenberg & Hand (1979) menemukan hubungan yang signifikan
antara keramahan dan pemberian bantuan baik secara spontan maupun diminta.
Perawat bagian rawat inap yang ekstrovert akan bersikap lebih ramah dan lebih
tertarik dengan keadaan sekitarnya, sehingga ia lebih mampu mempersepsikan
situasi pasien yang mebutuhkan bantuan. Persepsi tersebut yang selanjutnya akan
membangkitkan nila-nilai prososial yang dimilikinya. Perawat bagian rawat inap
juga akan mampu untuk memahami dan menghayati situasi pasien yang
membutuhkan bantuan, sehingga memunculkan rasa iba, sedih dan kasihan.
Perasaan-perasaan ini lah yang selanjutnya akan mendorong perawat bagian rawat
inap untuk memberikan pertolongan. Oleh karena itu, perawat bagian rawat inap
13 Universitas Kristen Maranatha Sebaliknya individu yang introvert akan menutup diri dan kurang
tertarik dengan keadaan lingkungan sekitarnya. Hal ini membuat perawat bagian
rawat inap kesulitan untuk memahami dan menghayati situasi pasien yang
membutuhkan bantuan dan membangkitkan nilai-nilai prososial yang dimilikinya.
Perawat bagian rawat inap juga kurang mampu memunculkan perasaan-perasaan
iba untuk memberikan bantuan kepada pasien. Sehingga perawat bagian rawat
inap yang introvert memiliki motivasi prososial yang lemah.
Selain itu, motivasi prososial dipengaruhi juga oleh pola asuh orang tua.
Hoffman secara konsisten dalam tiga dekade (1963, 1975, 1982) mengemukakan
bahwa motivasi prososial pada anak dipengaruhi oleh bagaimana orang tua
membantu memunculkan motif tersebut. Orang tua berperan sebagai model
tingkah laku prososial. Anak akan mengobservasi perilaku orang tua dan anak
akan menirunya.
Seorang perawat bagian rawat inap yang memperoleh modeling dari orang
tuanya atau figur signifikan lainnya dan reinforcement untuk tindakan menolong
diharapkan lebih peka terhadap lingkungan di sekitarnya yang membutuhkan
pertolongan. Misalnya sejak kecil ia melihat orangtuanya yang suka membantu
tetangga yang sedang kesulitan, ia juga diajarkan untuk tidak pamrih mengulurkan
bantuan kepada orang lain yang membutuhkan. Selain itu, apabila setelah ia
memberikan bantuan biasanya ia akan memperoleh pujian. Perawat yang peka
untuk melihat situasi yang membutuhkan petolongan, diharapkan juga sudah
memiliki nilai-nilai prososial di dalam dirinya, sehingga mampu memahami dan
14 Universitas Kristen Maranatha Melalui kepekaan tersebut akan timbul perasaan-perasaan seperti sedih, iba atau
kasihan yang akan mendorong perawat untuk memberikan pertolongan. Oleh
karena itu, perawat bagian rawat inap dengan pola asuh yang memberikan
modeling dan reinforcement untuk menolong orang lain akan memiliki motivasi
prososial yang kuat.
Sebaliknya perawat bagian rawat inap yang kurang mendapatkan modeling
dari orang tuanya membuat perawat sulit untuk peka terhadap situasi yang
memerlukan pertolongan. Kurangnya reinforcement dari orang tua juga akan
membuat perawat menganggap bahwa tindakan menolong bukan lah sesuatu yang
penting. Mereka juga kurang memiliki rasa iba, sedih atau kasihan. Sehingga
perawat bagian rawat inap yang kurang memperoleh modeling dan reinforcement
akan memiliki motivasi prososial yang lemah.
Faktor lingkungan lainnya yang adalah lingkungan sebagai wadah
sosialisasi. Perkembangan motivasi prososial yang didasari oleh empati
dipengaruhi oleh interaksi antara faktor kepribadian dan faktor lingkungan. Aspek
kognisi dan afeksi dalam diri dapat meningkat, selain beriringan dengan usia,
dapat juga ditingkatkan melalui latihan-latihan yang terarah dalam proses
sosialisasi (Eisenberg, 1982).
Perawat bagian rawat inap RSUD “X” Kabupaten Subang memiliki
tuntutan tugas di rumah sakit untuk bekerja secara sukarela memberikan
pertolongan kepada para pasien yang dirawat. Selain itu, hubungan yang baik
dengan teman sejawat, dokter, maupun karyawan rumah sakit lainnya serta
15 Universitas Kristen Maranatha memahami suatu situasi yang membutuhkan pertolongan dan mengembangkan
nilai-nilai prososial di dalam dirinya. Perawat bagian rawat inap akan semakin
mampu untuk memahami dan menghayati apa yang dirasakan oleh pasien
sehingga membangkitkan perasaa-perasaan iba, sedih atau kasihan. Hal ini akan
membangkitkan keinginan perawat bagian rawat inap untuk memberikan
pertolongan sehingga perawat memiliki motivasi prososial yang kuat.
Sebaliknya seorang perawat bagian rawat inap RSUD “X” Kabupaten
Subang yang kurang mendapat dukungan dari teman sejawat, dokter atau
karyawan rumah sakit lainnya akan kurang peka dalam memahami situasi yang
membutuhkan pertolongan. Mereka akan menganggap bahwa tindakan menolong
itu adalah buang-buang waktu saja. Kurang mampunya perawat bagian rawat inap
untuk memahami dan menghayati apa yang dirasakan oleh pasien sehingga
kurang mampu untuk membangkitkan perasaan-perasaan sedih, iba atau kasihan.
Perawat bagian rawat inap yang kurang mendapat kesempatan atau dukungan dari
tempat kerjanya akan memiliki motivasi prososial.
Perawat bagian rawat inap yang usianya sudah memasuki tahap
perkembangan kognitif dewasa awal yang mana kemampuan perspektif taking
sudah semakin mendalam, memiliki ciri-ciri kepribadian yang ekstrovert,
memperoleh modeling dan reinforcement dari orang tua atau figur signifikan
lainnya, serta memperoleh kesempatan dari lingkungan untuk menolong orang
lain akan lebih peka terhadap situasi yang membutuhkan pertolongan. Dengan
demikian perawat ini akan memiliki motivasi prososial yang kuat. Sebaliknya
16 Universitas Kristen Maranatha kognitif dewasa awal namun kemampuan perspektif taking belum mendalam,
memiliki ciri-ciri kepribadian yang introvert, tidak memperoleh modeling dan
reinforcement dari orang tua atau figure signifikan lainnya, serta kurang
memperoleh kesempatan dari lingkungan untuk menolong orang lain menjadi
tidak peka terhadap situasi yang membutuhkan pertolongan. Dengan begitu
perawat ini akan memiliki motivasi prososial yang lemah.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat digambarkan dengan skema
17 Universitas Kristen Maranatha Skema 1.1 Kerangka Pikir
Faktor individual 1. Usia
2. Jenis kelamin 3. Perkembangan
kognitif
4. Ciri-ciri kepribadian
Faktor lingkungan 1. Pola asuh orang
tua
2. Lingkungan sebagai wadah sosialisasi
Perawat bagian rawat inap RSUD “X” Kota Subang
Motivasi prososial
Kuat
Lemah
Aspek kognitif : 1. Persepsi tentang
situasi
2. Nilai prososial 3. Perspektif social
Aspek afektif
18 Universitas Kristen Maranatha
1.6Asumsi
Dari bagan di atas didapatkan asumsi sebagai berikut:
Perawat bagian rawat inap Rumah Sakit Umum “X” Kabupaten Subang
dapat memiliki motivasi prososial berbeda-beda.
Derajat motivasi prososial pada perawat rawat inap Rumah Sakit Umum
“X” Kabupaten Subang dapat dilihat dari dua aspek yaitu aspek kognitif
(terdiri dari persepsi terhadap situasi, nilai prososial dan perspektif
prososial ) dan aspek afektif (terdiri dari kemampuan empati dan afek
positif ).
Derajat motivasi prososial pada perawat rawat inap Rumah Sakit Umum
“X” Kabupaten Subang dipengaruhi oleh faktor individual (usia, jenis
kelamin dan perkembangan kognitif) dan faktor lingkungan (pola asuh
71 Universitas Kristen Maranatha BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data mengenai derajat motivasi prososial pada
Perawat Bagian Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah “X” Kabupaten
Subang, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Derajat motivasi prososial pada Perawat Bagian Rawat Inap di Rumah
Sakit Umum Daerah “X” Kabupaten Subang menyebar hampir merata
terdiri dari motivasi prososial yang kuat dan motivasi prososial yang
lemah.
2. Perawat Bagian Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah “X”
Kabupaten Subang dengan derajat motivasi prososial yang kuat memiliki
aspek kognitif yang kuat namun memiliki aspek afektif yang lemah.
3. Perawat Bagian Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah “X”
Kabupaten Subang dengan derajat motivasi prososial yang lemah memiliki
aspek kognitif dan aspek afektif yang lemah.
4. Perawat Bagian Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah “X”
Kabupaten Subang yang memiliki derajat aspek kognitif yang kuat
memiliki derajat yang kuat pada elemen nilai prososial dan elemen
perspektif sosial, namun derajat yang lemah pada elemen persepsi
72 Universitas Kristen Maranatha 5. Perawat Bagian Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah “X”
Kabupaten Subang yang memiliki derajat aspek afektif yang kuat memiliki
derajat yang kuat pada kedua elemennya yaitu elemen kemampuan empati
dan elemen afek positif yang kuat.
6. Perawat Bagian Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah “X”
Kabupaten Subang dengan aspek kognitif yang lemah memiliki derajat
yang lemah pada elemen persepsi terhadap situasi dan elemen perspektif
sosial namun derajat yang kuat elemen nilai prososialnya.
7. Perawat Bagian Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah “X”
Kabupaten Subang yang memiliki derajat aspek afektif yang lemah
memiliki derajat yang lemah pada kedua elemennya yaitu elemen
kemampuan empati dan elemen afek positif.
8. Faktor individual seperti usia, jenis kelamin dan perkembangan kognitif
dapat mempengaruhi derajat motivasi prososial pada Perawat Bagian
Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah “X” Kabupaten Subang.
9. Faktor lingkungan seperti lingkungan keluarga, teman dan pasien dapat
mempengaruhi derajat motivasi prososial pada Perawat Bagian Rawat Inap
di Rumah Sakit Umum Daerah “X” Kabupaten Subang.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Penelititan Lanjutan
a. Melakukan penelitian mengenai kontribusi antara elemen-elemen
73 Universitas Kristen Maranatha Perawat Bagian Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah “X”
Kabupaten Subang.
b. Oleh karena keterbatasan data yang diperoleh dari kuesioner, untuk
itu perlu dilakukan wawancara untuk melengkapi data yang
diperoleh dari kuesioner tersebut.
c. Di dalam data penunjang harus terdapat unsur-unsur modeling dan
reinforcement.
5.2.2 Saran Guna Laksana
a. Dengan mempertimbangkan hasil penelitian derajat motivasi
prososial pada perawat bagian rawat inap Rumah Sakit Umum
“X”, perawat yang memiliki derajat motivasi prososial yang lemah
sebenarnya memiliki nilai-nilai menolong dalam dirinya namun
terdapat kelemahan yang menonjol elemen persepsi terhadap
situasi, perspektif social, kemampuan empati dan afek positif. Oleh
karena itu, pihak Rumah Sakit Umum Daerah “X” disarankan
untuk memberikan pembekalan atau pelatihan-pelatihan, misalnya
sensitivity training yang mampu menumbuhkan kepekaan terhadap
74 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medica.
Bar-Tal. 1976. Pro-Behavior Theory and Research. New York: John Wiley.
Eisenberg, Nancy. 1982. The Development of Pro-Behavior. New York: Academic Press.
Graziano, Anthony, Michael L. Raulin. 2000. Research Methods: A Process of
Inquiry fourth edition. Boston: Allyn and Bacon.
Nazir., Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Santrock, John W. 2002. Life Span Development edisi kelima jilid 2. Jakarta: Erlangga
Siegel., Sidney. 1997. Statistik Nonparametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Singarimbun, Masri. 1983. Metode Penelitian dan Survei cetakan ke-3. Jakarta: PT.Gramedia
75 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN
Pidada, Sri Utari. 1988. Peranan Lingkungan Kepramukaan Mengembangkan
Motif Prososial Anggota Pramuka. Tesis: Bandung: Program Pasca
Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran.
Jessica, Maria. 2006. Studi Deskriptif Mengenai Motif Prososial Pada Mahasiswa
Prodi Keperawatan Bandung. Skripsi: Bandung: Program Sarjana
Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Susan, Ivena. 2005. Survey Motif Prososial Pada Anggota Palang Merah Remaja
Di 3 SLTPN Kecamatan Cicendo Bandung. Skripsi: Bandung: Program
Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha
Siska. 2009. Studi Deskriptif Mengenai Derajat Motivasi Prososial pada Ketua Lingkungan di Paroki “X” kota Bandung. Skripsi: Bandung: Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha
2006. Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Bangunan Instalasi Rawat Inap.