• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LKS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS VIII-2 SMP NEGERI 35 MEDAN TAHUN AJARAN 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LKS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS VIII-2 SMP NEGERI 35 MEDAN TAHUN AJARAN 2012/2013."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LKS MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS VIII-2 SMP NEGERI 35 MEDAN

TAHUN AJARAN 2012/2013

Oleh:

Wes Waruwu NIM 409111087

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa

yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dengan

izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada

Bapak Drs. Syafari, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi dan ketua jurusan

Matematika FMIPA Unimed yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan

arahan dan bimbingan berupa ilmu dan kasih sayang sejak awal sampai selesainya

penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak

Dr. W. Rajagukguk, M.Pd, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si dan Ibu Dra. Katrina

Samosir, M.Pd selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran–

saran mulai perencanaan penelitian sampai selesai penyusunan skripsi ini. Terima

kasih juga kepada Bapak Drs. Zul Amry, M.Si selaku dosen Pembimbing

Akademik dan ketua Prodi Pendidikan Matematika FMIPA Unimed yang telah

memberikan bimbingan dan saran–saran dalam perkuliahan, Bapak Prof. Dr. Ibnu

Hajar, M.Si selaku Rektor Unimed, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D selaku

Dekan FMIPA Unimed, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, selaku sekretaris jurusan

Matematika FMIPA Unimed dan seluruh Bapak, Ibu dosen beserta staf pegawai

jurusan matematika FMIPA Unimed yang sudah membantu dan memberikan

kelancaran selama penyusunan skripsi ini.

Terima kasih juga kepada Kepala Sekolah SMP Negeri 35 Medan, Ibu

Juniati, S.Pd, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan

penelitian, guru bidang studi Matematika Dra. Dewi Ratna dan para guru SMP

Negeri 35 Medan beserta siswa – siswi kelas VIII-2 yang telah membantu penulis

dalam melaksanakan penelitian.

Teristimewa kepada Ayahanda tercinta Sangkot Waruwu, dan Ibunda yang

tersayang Ratna Hutagalung yang telah begitu banyak memberikan kasih sayang,

doa, motivasi dan semangat, serta dukungan moral dan material yang tak ternilai

(4)

doa dan motivasi, semangat serta dukungan moral kepada penulis dalam

menyelesaikan studi di Unimed serta seluruh keluarga yang tak hentinya

memberikan doa, dukungan, semangat dan kasih sayangnya kepada penulis dalam

menyelesaikan studi.

Ucapan terima kasih juga kepada sahabat-sahabat seperjuangan yang

selalu memberi semangat dan dukungan yaitu Immanuel Panjaitan, Marihot

Sianturi, Reynold Sinambela dan semua anggota IKBKM yang tidak dapat saya

sebutkan namanya satu persatu. Begitu juga dengan sahabat-sahabat saya,

Ardianto, Suprianto, Rainojum, Teddy, Fretty, Desi, Charleli, Siska, Imam, Duty,

Reni dan semua teman–teman sekelas Matematika Reguler Dik B’09 yang tidak

bisa penulis sebutkan satu persatu yang senantiasa mendukung dan menemani

penulis dalam suka maupun duka, dalam tawa maupun tangis. Terima kasih juga

kepada teman-teman TOURING 2013 serta kawan – kawan PPLT Unimed 2012

di SMA/SMK Bersama Berastagi yang selalu memberi dukungan dan berbagi

pengalaman bersama penulis.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kelemahan baik dari segi isi

maupun tata bahasa, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya

skripsiini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan kita.

Medan, Juli 2013

Penulis,

(5)

iii

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LKS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS VIII-2

SMP NEGERI 35 MEDAN TAHUN AJARAN 2012/2013

Wes Waruwu (NIM 409111087) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 35 Medan dengan menggunakan LKS melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi garis singgung lingkaran.Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjekpenelitian adalah siswa kelas VIII-2 SMP Negeri 35 Medan sebanyak 40 siswa. Objek penelitian ini adalah keseluruhan proses pembelajaran dengan menggunakan LKS melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi panjang garis singgung lingkaran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tes Kemampuan Pemecahan Masalah dan Pedoman Observasi Pelaksanaan Pembelajaran. Tes yang diberikan berbentuk uraian yang terlebih dahulu sudah divalidasi oleh bantuan dua validator, yaitu seorang dosen matematika Unimed dan seorang guru matematika SMP Negeri 35 Medan.

Untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam memecahkan masalah maka diberikan tes awal dan diperoleh skor rata-rata siswa 27,25 atau dalam kategori sangat rendah serta belum ada siswa yang mencapai persentase setiap langkah pemecahan masalah lebih besar dari 70% atau yang mencapai ketuntasan pemecahan masalah. Setelah diberikan tindakan pada siklus I, maka diberikan Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I. Dari hasil tes diperoleh skor rata-rata siswa 57,6 atau dalam kategori sedang serta siswa yang tuntas dalam memecahkan masalah sebanyak 19 siswa (47,5%). Karena persentase ketuntasan pemecahan masalah belum tercapai maka pemberian tindakan dilanjutkan pada siklus II. Setelah diberikan tindakan pada siklus II, maka diberikan Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II. Dari hasil tes diperoleh skor rata-rata siswa 68,6 atau dalam kategori tinggi serta siswa yang tuntas dalam memecahkan masalah sebanyak 35 siswa (87,5%) atau persentase ketuntasan pemecahan masalah telah tercapai. Dari siklus I ke siklus II diperoleh peningkatan banyak siswa yang mencapai ketuntasan pemecahan masalah sebanyak 16 siswa (40%) dan skor rata-rata meningkat sebesar 9,0.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar viii

Daftar Tabel ix

Daftar Lampiran x

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 5

1.3. Batasan Masalah 5

1.4. Rumusan Masalah 6

1.5. Tujuan Penelitian 6

1.6. Manfaat Penelitian 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7

2.1. Kajian Teoritis 7

2.1.1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika 7

2.1.2. Masalah dalam Matematika 11

2.1.3. Pemecahan Masalah Matematika 13

2.1.4. Implementasi Pemecahan Masalah pada Pembelajaran Matematika 17 2.1.5. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 18 2.1.6. Alat Evaluasi Kemampuan Pemecahan Masalah 20

2.1.7. LKS 21

2.1.8. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 25

2.1.9. Uraian Materi Garis Singgung Lingkaran 31

2.2. Kerangka Konseptual 36

2.3. Hipotesis Tindakan 37

BAB III METODE PENELITIAN 38

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 38

3.2. Jenis Penelitian 38

3.3. Subjek dan Objek Penelitian 38

3.3.1. Subjek Penelitian 38

3.3.2. Objek Penelitian 38

3.4. Prosedur Penelitian 39

(7)

vii

3.5.1. Observasi 44

3.5.2. Uji Kemampuan Pemecahan Masalah 44

3.5.3. Dokumentasi 44

3.6. Alat Pengumpul Data 44

3.6.1. Pedoman Observasi 44

3.6.2. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 44

3.7. Teknik Analisis Data 45

3.7.1. Reduksi Data 45

3.7.2. Paparan Data 46

3.7.3. Penarikan Kesimpulan 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 51

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian 51

4.1.1. Deskripsi Hasil Tes Awal 51

4.1.2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I 53 4.1.2.1. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus I 53

4.1.2.2. Deskripsi Hasil Observasi Siklus I 55

4.1.2.3. Deskripsi Hasil Refleksi Siklus I 56

4.1.3. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II 62 4.1.3.1. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus II 62 4.1.3.2. Deskripsi Hasil Observasi Siklus II 64

4.1.3.3. Deskripsi Hasil Refleksi Siklus II 65

4.2. Diskusi Hasil Penelitian 66

4.2.1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa 66 4.2.2. Kemampuan Peneliti Mengelola Pembelajaran 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 71

5.1. Kesimpulan 71

5.2. Saran 71

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Garis Singgung Lingkaran 31

Gambar 2.2. Garis Singgung Lingkaran dari Satu Titik di Luar Lingkaran 32

Gambar 2.3. Garis Singgung Lingkaran dari Satu Titik di Luar Lingkaran 32

Gambar 2.4. Garis Singgung Persekutuan Luar Lingkaran 33

Gambar 2.5. Garis Singgung Persekutuan Dalam Lingkaran 35

Gambar 3.1. Alur Tahapan Penelitian Tindakan Kelas 43

Gambar 4.1. Persentase Penguasaan Langkah-Langkah Pemecahan Masalah Kelas VIII-2 SMP Negeri 35 Medan Berdasarkan

Tes Awal 53

Gambar 4.2. Persentase Penguasaan Langkah-Langkah Pemecahan Masalah

Kelas VIII-2 SMP Negeri 35 Medan Berdasarkan TKPM I 55

Gambar 4.3. Persentase Penguasaan Langkah-Langkah Pemecahan Masalah

Kelas VIII-2 SMP Negeri 35 Medan Berdasarkan TKPM II 64

Gambar 4.4. Skor Rata-Rata Kemampuan Pemecahan Masalah Tiap Tes 67

Gambar 4.5. Ketuntasan Siswa Memecahkan Masalah Secara Klasikal 67

Gambar 4.6. Persentase KPM Siswa Kelas VIII-2 SMP Negeri 35 Medan

(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Tujuan siswa belajar matematika bukan sekedar untuk mendapatkan nilai

tinggi dalam ujian, namun tujuan yang paling utama adalah siswa mampu

memecahkan masalah matematika, sehingga nantinya mereka mampu berpikir

kritis, logis dan sistematis dalam memecahkan masalah kehidupan yang

dihadapinya. Daniel dan David (2008: 221) menyatakan bahwa: “Matematika juga

merupakan “kendaraan” utama untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis

dan keterampilan kognitif yang lebih tinggi pada anak-anak”. Selanjutnya Holmes

(dalam Wardhani dkk, 2010: 20) menyatakan bahwa: “orang yang terampil

memecahkan masalah akan mampu berpacu dengan kebutuhan hidupnya, menjadi

pekerja yang lebih produktif, dan memahami isu-isu kompleks yang berkaitan

dengan masyarakat global”. Dengan demikian berpikir logis serta terampil

memecahkan masalah merupakan hal yang sangat perlu dimiliki oleh siswa agar

menjadi manusia yang siap untuk menyongsong masa depan.

Freudenthal (dalam Wijaya, 2012: 20) tidak menempatkan matematika

sebagai suatu produk jadi, melainkan sebagai suatu bentuk aktivitas atau proses.

Namun secara umum pembelajaran matematika yang selama ini diterapkan lebih

mengutamakan hasil daripada proses pembelajaran, prioritas belajar siswa saat ini

lebih dimotivasi karena ingin lulus dalam ujian akhir nasioanal atau UAN. Trianto

(2011: 90) menyatakan bahwa: “Sebagian besar siswa kurang mampu

menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan

tersebut akan dimanfaatkan/diaplikasikan pada situasi baru”. Situasi baru ini bisa

saja dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari, sehingga guru perlu mengaitkan

materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa, karena belajar akan lebih

bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajari bukan sekedar

(10)

Diperlukan pembelajaran matematika yang bisa menghadirkan situasi

belajar bermakna bagi siswa. Untuk menghadirkan situasi belajar bermakna maka

guru harus merancang suatu pembelajaran bermakna. Pembelajaran bermakna

merupakan suatu proses mengkaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan

yang terdapat dalam struktur kognitif seorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta,

konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan dingat

siswa. Menurut Suparno (dalam Rudy, 2011) “pembelajaran bermakna adalah

suatu proses pembelajaran dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur

pengertian yang sudah dipunyai seorang yang sedang dalam proses”. Dengan

pembelajaran bermakna maka siswa memperoleh informasi yang bermakna. Jika

pengetahuan yang diperoleh siswa bermakna maka siswa akan mudah

menerapkan pengetahuan tersebut untuk memperoleh pengetahuan selanjutnya.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Freudenthal (dalam Wijaya, 2012: 3)

Suatu ilmu pengetahuan akan sulit untuk kita terapkan jika ilmu pengetahuan tersebut tidak bermakana bagi kita. Kebermaknaan ilmu pengetahuan juga menjadi aspek utama dalam proses belajar. Proses belajar akan terjadi jika pengetahuan yang dipelajari bermakna bagi pembelajar.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan seorang guru

matematika kelas VIII SMP Negeri 35 Medan menyatakan bahwa “proses

pembelajaran yang sering saya lakukan adalah menyampaikan materi pelajaran

kepada siswa, kemudian memberikan soal-soal dalam bentuk pilihan ganda atau

uraian singkat agar siswa lebih memahami materi tersebut”. Memberikan soal

kepada siswa belum tentu membuat siswa lebih paham tentang materi itu, karena

siswa belum tentu dapat memaknai apa yang disampaikan oleh guru. Jika proses

pembelajaran seperti itu terus dilakukan maka siswa akan cenderung

menempatkan matematika sebagai objek bukan sebagai alat. Wijaya (2012: 11)

menyatakan bahwa “menempatkan matematika sebagai objek berarti

menempatkan matematika sebagai tujuan akhir pendidikan dengan kemampuan

melakukan matematika sebagai fokus utama pembelajaran”. Disamping siswa

mampu melakukan matematika siswa juga harus mampu menggunakan pola

(11)

3

menunjukkan bahwa siswa tidak hanya bekerja dalam matematika, tetapi siswa

harus dapat bekerja dengan matematika melalui proses berpikir matematis.

Untuk membantu siswa menggunakan matematika sebagai alat, guru

dapat menggunakan LKS sebagai alat bantu dalam pembelajaran matematika.

Menurut Tiranto (2011: 222) “LKS adalah panduan siswa yang digunakan untuk

melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah”. Dengan memberikan

LKS kepada siswa maka siswa dilatih menggunakan matematika sebagai alat atau

media untuk memecahkan masalah dan sekaligus menciptakan situasi belajar

bermakna bagi siswa. Disamping itu guru juga dapat menggunakan LKS untuk

mempermudah penanaman konsep matematika kepada siswa melalui kegiatan

penyelidikan dan penemuan. Dengan demikian, pembelajaran matematika dengan

menggunakan LKS akan membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan,

menerapakan pengetahuan, melatih keterampilan, dan memproses sendiri dalam

memecahkan masalah matematika.

Guru dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif dalam

pembelajaran tersebut. Menurut Trianto (2011: 56) “Siswa akan lebih mudah

menemukan dan memahami kosep yang sulit jika mereka saling berdikusi dengan

temannya”. Dikusi yang terjadi dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan

untuk memperkenalkan keterkaitan antara ide-ide yang dimiliki siswa dan

mengorganisasikan pengetahuannya kembali. Melalui diskusi, keterkaitan skema

siswa akan menjadi lebih kuat sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan

masalah matematika menjadi lebih baik.

Slavin (2005: 143) menyatakan bahwa “Salah satu tipe model

pembelajaran kooperatif adalah Student Team Achievment Division (STAD) yang merupakan metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan

merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru

menggunakan pendekatan kooperatif”. Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD

siswa di dalam kelas dibagi beberapa kelompok heterogen yang terdiri dari 4

sampai 5 orang. Siswa mendiskusikan bahan belajar berupa LKS dan

mengerjakan soal kuis secara individual. Guru membuat skor perkembangan

(12)

perlu memberikan reward. STAD mengarahkan siswa belajar dengan cara mengkonstruksi berbagai pengetahuan yang diperoleh dari belajar sendiri dan

sharing memecahkan masalah matematika.

Guru matematika kelas VIII SMP Negeri 35 Medan juga menyatakan

bahwa

Selama ini siswa terbiasa diajarkan dengan metode pembelajaran langsung dan soal-soal yang diberikan kepada siswa cenderung soal yang dapat diselesaikan melalui prosedur yang sudah ada. Pengetahuan dasar matematika siswa masih tergolong rendah, sehingga berdampak pada materi pelajaran yang akan dipelajari selanjutnya. Saya jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusya menyelesaikan masalah matematika. Saya tidak menguasai banyak model maupun metode pembelajaran yang ada.

Berdasarkan pernyataan tersebut yang menjadi salah satu masalah

utama adalah siswa tidak dibelajarkan mengenai langkah penyelesaian masalah

matematika dan soal yang diberikan adalah soal yang dapat diselesaikan melalui

prosedur yang sudah ada. Dari hal tersebut muncul indikasi bahwa kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa masih tergolong rendah. Pernyataan ini

dikuatkan melalui tes awal yang dilakukan peneliti kepada siswa kelas VIII-2

SMP Negeri 35 Medan. Hasil tes awal menunjukkan bahwa siswa hanya dapat

menyelesaiakan soal yang dapat diselesaikan melalui prosedur yang ada. Tetapi

ketika soal tersebut dibuat dalam bentuk masalah kontekstual, tidak seorang pun

siswa dapat menyelesaikannya dengan tepat.

Menurut Polya (dalam Daniel dan David, 2008: 234) strategi dalam

pemecahan masalah terdiri dari empat langkah yaitu; 1) Memahami dan

merepresentasikan masalah, 2) Memilih dan merencanakan solusi, 3)

Melaksanakan rencana, 4) Mengevaluasi hasil. Tidak setiap soal bisa dikatakan

masalah, menurut Notoatmojo (2005: 39) “ Suatu masalah biasanya memuat

situasi yang dapat mendorong seseorang untuk menyelesaikannya, akan tetapi

tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya”.

Jika suatu soal diberikan kepada siswa dan dia langsung dapat menyelesaikan soal

(13)

5

Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk

malakukan penelitian dengan judul upaya meningkatan kemampuan pemecahan

masalah matematika dengan menggunakan LKS melalui model pembelajaran

kooperatif tipe STAD siswa kelas VIII-2 SMP Negeri 35 Medan Tahun Ajaran

2012/2013.

1.2. Identifikasi Masalah

1. Siswa tidak tahu tujuan dari belajar matematika.

2. Siswa menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang

membosankan.

3. Siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari

dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan

dimanfaatkan/diaplikasikan pada situasi baru.

4. Siswa sulit menyelesaiakan soal dalam bentuk cerita.

5. Guru terbiasa menggunakan model pembelajaran konvensional dalam

pembelajaran matematika.

1.3. Batasan Masalah

Untuk mengarahkan penelitian ini sehingga lebih spesifik dan terfokus,

melihat luasnya cakupan masalah, keterbatasan waktu, dana, tenaga, teori serta

mengingat pentingnya kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajran

matematika maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada penerapan

pembelajaran matematika dengan menggunakan LKS melalui model pembelajaran

kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa kelas VIII-2 SMP Negeri 35 Medan pada materi panjang garis

(14)

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah yang akan

dibahas dalam penelitian ini adalah apakah pembelajaran dengan menggunakan

LKS melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII-2 SMP Negeri 35 Medan pada

materi garis singgung lingkaran?

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitan ini dilaksanakan adalah meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII-2 SMP Negeri 35 Medan.

1.6. Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah

1. Bagi sekolah tempat penelitian, sebagai bahan pertimbangan dalam

pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran matematika di

sekolah.

2. Bagi guru, meningkatkan pengetahuan guru dalam melaksanakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan LKS.

3. Bagi peneliti, menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan

keilmuan.

4. Bagi peserta didik, memberikan kompetensi yang baik dan meningkatkan

daya pikir kreatif serta kritis melalui model pembelajaran kooperatif tipe

(15)

71 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan hasil observasi dapat diambil

kesimpulan bahwa pembelajaran dengan menggunakan LKS melalui model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa kelas VIII-2 SMP Negeri 35 Medan, dimana

peningkatan diperoleh setelah dilaksanakannya siklus siklus I dan siklus II. Pada

tes awal, diperoleh rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah 27,25 dalam

kategori sangat rendah dan tidak ada siswa yang tuntas dalam memecahkan

masalah. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I diperoleh rata-rata skor

kemampuan pemecahan masalah 57,6 dalam kategori sedang dengan 19 siswa

atau 47,5% dari seluruh siswa telah tuntas dalam memecahkan masalah.

Selanjutnya setelah dilakukan tindakan pada siklus II diperoleh rata-rata skor

kemampuan pemecahan masalah 68,6 dalam kategori tinggi dengan 35 siswa atau

87,5% dari seluruh siswa telah mampu memecahkan masalah.

5.2. Saran

Dengan melihat hasil penelitian ini penulis mengajukan beberapa saran

sebagai berikut:

1. Kepada guru, khusunya guru matematika pembelajaran dengan

menggunakan LKS melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD

dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa, khususnya pada materi garis

singgung lingakaran dan perlu diuji coba untuk materi yang lain.

2. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini

hanya dilakukan di kelas VIII-2 SMP Negeri 35 Medan Tahun Ajaran

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Agus, Nuniek Avianti. 2007. Mudah Belajar Matematika 2: untuk kelas VIII Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Arikunto, Suharsimi; Suhardjono dan Supardi. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Akasara.

Daniel dan David. 2008. Teknik Mengajar Matematika. Jakarta : PT Bumi Aksara

Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

_________. 2004. Petunjuk Teknis Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/PP/2004 tentang Penilaian Perkembangan Anak Didik SMP. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

_________. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas.

Gustina, Gina. 2012. Pengembangan LKS Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing dengan Menggunakan Materi Lokal Pada Materi Hidrolisi Garam. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara

Hamzah. 2007. Model Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Akasara

Irwan.

http://ironerozanie.wordpress.com/2010/03/03/realistic-mathematic-education-rme-atau-pembelajaran-matematika-realistik-pmr/. (diakses tanggal

23 Februari 2013)

Jacob, C. 2012. Matematika Sebagai PemecahanMasalah. Bandung: FPMIPA UPI

Jhonstone dan Shauaili. (http://reenha-trisnawati.blogspot.com diaskses pada tanggal 24 Maret 2013)

Jihad, Asep. 2008. Pengembangan Kurikulum Matematika. Yogyakarta: Multi Presindo.

(17)

73

Notoatmojo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Rudy. 2011. Pembelajaran Bermakna (Meaningfull Learning). http://rudy-unesa.blogspot.com/2011/02/pembelajaran-bermakna-meaningfull.html (Diakses tanggal 29 April 2013)

Shadiq, Fadjar. 2004. Penalaran, Pemecahan Masalah dan Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika. http://www.fadjarp3g@wordpress.com (Diakses tanggal 15 Februari 2013)

_____________. Kemahiran Matematika. http://www.fadjarp3g@wordpress.com (diakses tanggal 15 Februari 2013)

Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Sobel dan Maletsky. 2004. Mengajar Matematika: Sebuah Buku Sumber Alat Peraga, Aktivitas, dan Strategi untuk Guru Matematika SD, SMP, SMA. Jakarta: Erlangga.

Sumarno. hhtp://educare.e.fkipunla.net/index.php?option.com (akses 14 Februari 2013)

Tim penyusun. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendikan Nasional.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Turmudi. 2008. Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika Berparadigma Eksploratif dan Inovatif. Jakarta: Leuser Citra Pustaka

Uno, Hamzah B. 2007. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: PT Bumi Aksara

Wardhani, dkk. 2010. Penilaian Hasil Belajar Matematika Aspek Pemahaman Konsep, Penalaran-Komunikasi, Pemecahan Masalah di SMP. Yogyakarta: PPPPTK

Widyatini. 2008. Penerapan Pendekatan Kooperatif STAD dalam Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta: PPPPTK

Wijaya, Ariyadi. 2012. Pendidikan Matematika Realistik: Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta : Graha Ilmu

Yamin, Martinis. 2003. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jambi: Gaung Persada Press.

Referensi

Dokumen terkait

Jalan Kolonel Wahid

Terhadap calon penyedia yang mendaftar pada paket Pengadaan Makan Satwa K-9 Dit Sabhara Polda Sumsel Ta.2015, tidak ada yang mengupload / memasukan penawaran sehingga

Manusia tidak kuasa untuk mengekang kebebasan individu sesama manusia, karena perbuatan apapun yang dilakukan oleh manusia hanya Allah yang dapat menilai apakah perbuatan tersebut

Sistem JPKM ini merupakan sistem asuransi bagi keluarga mampu sehingga kedepan diharapkan akan mengurangi beban Pemerintah daerah Kabupaten Polewali Mandar di bidang kesehatan

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Ranikmae (dala m Rakhmawan,A., dkk., 2015, hlm. 145) “Pembelajaran akan memperoleh hasil yang baik, jika pembelajaran tersebut

13 Saya berusaha mengetahui jenis pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi keahlian 14 Saya merasa perlu bertanya pada. karyawan/pekerja tentang lowongan pekerjaan 15

Melihat hal yang tidak menguntungkan terhadap diri Amir Hasan, Sunan Muria selalu menanamkan jiwa kedisiplinan dengan mengajarkan dasar-dasar agama Islam yang kuat, namun Amir

Dalam pengangkatan dan pengangkatan kembali staf medis agar dibuat aturan apa dan bagaimana peran dan tugas sub komite kredensial, komite medis, ketua Kelompok Staf Medis