UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LKS MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS VIII-2 SMP NEGERI 35 MEDAN
TAHUN AJARAN 2012/2013
Oleh:
Wes Waruwu NIM 409111087
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dengan
izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada
Bapak Drs. Syafari, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi dan ketua jurusan
Matematika FMIPA Unimed yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan
arahan dan bimbingan berupa ilmu dan kasih sayang sejak awal sampai selesainya
penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak
Dr. W. Rajagukguk, M.Pd, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si dan Ibu Dra. Katrina
Samosir, M.Pd selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran–
saran mulai perencanaan penelitian sampai selesai penyusunan skripsi ini. Terima
kasih juga kepada Bapak Drs. Zul Amry, M.Si selaku dosen Pembimbing
Akademik dan ketua Prodi Pendidikan Matematika FMIPA Unimed yang telah
memberikan bimbingan dan saran–saran dalam perkuliahan, Bapak Prof. Dr. Ibnu
Hajar, M.Si selaku Rektor Unimed, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D selaku
Dekan FMIPA Unimed, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, selaku sekretaris jurusan
Matematika FMIPA Unimed dan seluruh Bapak, Ibu dosen beserta staf pegawai
jurusan matematika FMIPA Unimed yang sudah membantu dan memberikan
kelancaran selama penyusunan skripsi ini.
Terima kasih juga kepada Kepala Sekolah SMP Negeri 35 Medan, Ibu
Juniati, S.Pd, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian, guru bidang studi Matematika Dra. Dewi Ratna dan para guru SMP
Negeri 35 Medan beserta siswa – siswi kelas VIII-2 yang telah membantu penulis
dalam melaksanakan penelitian.
Teristimewa kepada Ayahanda tercinta Sangkot Waruwu, dan Ibunda yang
tersayang Ratna Hutagalung yang telah begitu banyak memberikan kasih sayang,
doa, motivasi dan semangat, serta dukungan moral dan material yang tak ternilai
doa dan motivasi, semangat serta dukungan moral kepada penulis dalam
menyelesaikan studi di Unimed serta seluruh keluarga yang tak hentinya
memberikan doa, dukungan, semangat dan kasih sayangnya kepada penulis dalam
menyelesaikan studi.
Ucapan terima kasih juga kepada sahabat-sahabat seperjuangan yang
selalu memberi semangat dan dukungan yaitu Immanuel Panjaitan, Marihot
Sianturi, Reynold Sinambela dan semua anggota IKBKM yang tidak dapat saya
sebutkan namanya satu persatu. Begitu juga dengan sahabat-sahabat saya,
Ardianto, Suprianto, Rainojum, Teddy, Fretty, Desi, Charleli, Siska, Imam, Duty,
Reni dan semua teman–teman sekelas Matematika Reguler Dik B’09 yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu yang senantiasa mendukung dan menemani
penulis dalam suka maupun duka, dalam tawa maupun tangis. Terima kasih juga
kepada teman-teman TOURING 2013 serta kawan – kawan PPLT Unimed 2012
di SMA/SMK Bersama Berastagi yang selalu memberi dukungan dan berbagi
pengalaman bersama penulis.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kelemahan baik dari segi isi
maupun tata bahasa, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya
skripsiini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan kita.
Medan, Juli 2013
Penulis,
iii
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LKS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS VIII-2
SMP NEGERI 35 MEDAN TAHUN AJARAN 2012/2013
Wes Waruwu (NIM 409111087) ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 35 Medan dengan menggunakan LKS melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi garis singgung lingkaran.Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjekpenelitian adalah siswa kelas VIII-2 SMP Negeri 35 Medan sebanyak 40 siswa. Objek penelitian ini adalah keseluruhan proses pembelajaran dengan menggunakan LKS melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi panjang garis singgung lingkaran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tes Kemampuan Pemecahan Masalah dan Pedoman Observasi Pelaksanaan Pembelajaran. Tes yang diberikan berbentuk uraian yang terlebih dahulu sudah divalidasi oleh bantuan dua validator, yaitu seorang dosen matematika Unimed dan seorang guru matematika SMP Negeri 35 Medan.
Untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam memecahkan masalah maka diberikan tes awal dan diperoleh skor rata-rata siswa 27,25 atau dalam kategori sangat rendah serta belum ada siswa yang mencapai persentase setiap langkah pemecahan masalah lebih besar dari 70% atau yang mencapai ketuntasan pemecahan masalah. Setelah diberikan tindakan pada siklus I, maka diberikan Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I. Dari hasil tes diperoleh skor rata-rata siswa 57,6 atau dalam kategori sedang serta siswa yang tuntas dalam memecahkan masalah sebanyak 19 siswa (47,5%). Karena persentase ketuntasan pemecahan masalah belum tercapai maka pemberian tindakan dilanjutkan pada siklus II. Setelah diberikan tindakan pada siklus II, maka diberikan Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II. Dari hasil tes diperoleh skor rata-rata siswa 68,6 atau dalam kategori tinggi serta siswa yang tuntas dalam memecahkan masalah sebanyak 35 siswa (87,5%) atau persentase ketuntasan pemecahan masalah telah tercapai. Dari siklus I ke siklus II diperoleh peningkatan banyak siswa yang mencapai ketuntasan pemecahan masalah sebanyak 16 siswa (40%) dan skor rata-rata meningkat sebesar 9,0.
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vi
Daftar Gambar viii
Daftar Tabel ix
Daftar Lampiran x
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Identifikasi Masalah 5
1.3. Batasan Masalah 5
1.4. Rumusan Masalah 6
1.5. Tujuan Penelitian 6
1.6. Manfaat Penelitian 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA 7
2.1. Kajian Teoritis 7
2.1.1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika 7
2.1.2. Masalah dalam Matematika 11
2.1.3. Pemecahan Masalah Matematika 13
2.1.4. Implementasi Pemecahan Masalah pada Pembelajaran Matematika 17 2.1.5. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 18 2.1.6. Alat Evaluasi Kemampuan Pemecahan Masalah 20
2.1.7. LKS 21
2.1.8. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 25
2.1.9. Uraian Materi Garis Singgung Lingkaran 31
2.2. Kerangka Konseptual 36
2.3. Hipotesis Tindakan 37
BAB III METODE PENELITIAN 38
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 38
3.2. Jenis Penelitian 38
3.3. Subjek dan Objek Penelitian 38
3.3.1. Subjek Penelitian 38
3.3.2. Objek Penelitian 38
3.4. Prosedur Penelitian 39
vii
3.5.1. Observasi 44
3.5.2. Uji Kemampuan Pemecahan Masalah 44
3.5.3. Dokumentasi 44
3.6. Alat Pengumpul Data 44
3.6.1. Pedoman Observasi 44
3.6.2. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 44
3.7. Teknik Analisis Data 45
3.7.1. Reduksi Data 45
3.7.2. Paparan Data 46
3.7.3. Penarikan Kesimpulan 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 51
4.1. Deskripsi Hasil Penelitian 51
4.1.1. Deskripsi Hasil Tes Awal 51
4.1.2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I 53 4.1.2.1. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus I 53
4.1.2.2. Deskripsi Hasil Observasi Siklus I 55
4.1.2.3. Deskripsi Hasil Refleksi Siklus I 56
4.1.3. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II 62 4.1.3.1. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus II 62 4.1.3.2. Deskripsi Hasil Observasi Siklus II 64
4.1.3.3. Deskripsi Hasil Refleksi Siklus II 65
4.2. Diskusi Hasil Penelitian 66
4.2.1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa 66 4.2.2. Kemampuan Peneliti Mengelola Pembelajaran 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 71
5.1. Kesimpulan 71
5.2. Saran 71
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Garis Singgung Lingkaran 31
Gambar 2.2. Garis Singgung Lingkaran dari Satu Titik di Luar Lingkaran 32
Gambar 2.3. Garis Singgung Lingkaran dari Satu Titik di Luar Lingkaran 32
Gambar 2.4. Garis Singgung Persekutuan Luar Lingkaran 33
Gambar 2.5. Garis Singgung Persekutuan Dalam Lingkaran 35
Gambar 3.1. Alur Tahapan Penelitian Tindakan Kelas 43
Gambar 4.1. Persentase Penguasaan Langkah-Langkah Pemecahan Masalah Kelas VIII-2 SMP Negeri 35 Medan Berdasarkan
Tes Awal 53
Gambar 4.2. Persentase Penguasaan Langkah-Langkah Pemecahan Masalah
Kelas VIII-2 SMP Negeri 35 Medan Berdasarkan TKPM I 55
Gambar 4.3. Persentase Penguasaan Langkah-Langkah Pemecahan Masalah
Kelas VIII-2 SMP Negeri 35 Medan Berdasarkan TKPM II 64
Gambar 4.4. Skor Rata-Rata Kemampuan Pemecahan Masalah Tiap Tes 67
Gambar 4.5. Ketuntasan Siswa Memecahkan Masalah Secara Klasikal 67
Gambar 4.6. Persentase KPM Siswa Kelas VIII-2 SMP Negeri 35 Medan
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Tujuan siswa belajar matematika bukan sekedar untuk mendapatkan nilai
tinggi dalam ujian, namun tujuan yang paling utama adalah siswa mampu
memecahkan masalah matematika, sehingga nantinya mereka mampu berpikir
kritis, logis dan sistematis dalam memecahkan masalah kehidupan yang
dihadapinya. Daniel dan David (2008: 221) menyatakan bahwa: “Matematika juga
merupakan “kendaraan” utama untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis
dan keterampilan kognitif yang lebih tinggi pada anak-anak”. Selanjutnya Holmes
(dalam Wardhani dkk, 2010: 20) menyatakan bahwa: “orang yang terampil
memecahkan masalah akan mampu berpacu dengan kebutuhan hidupnya, menjadi
pekerja yang lebih produktif, dan memahami isu-isu kompleks yang berkaitan
dengan masyarakat global”. Dengan demikian berpikir logis serta terampil
memecahkan masalah merupakan hal yang sangat perlu dimiliki oleh siswa agar
menjadi manusia yang siap untuk menyongsong masa depan.
Freudenthal (dalam Wijaya, 2012: 20) tidak menempatkan matematika
sebagai suatu produk jadi, melainkan sebagai suatu bentuk aktivitas atau proses.
Namun secara umum pembelajaran matematika yang selama ini diterapkan lebih
mengutamakan hasil daripada proses pembelajaran, prioritas belajar siswa saat ini
lebih dimotivasi karena ingin lulus dalam ujian akhir nasioanal atau UAN. Trianto
(2011: 90) menyatakan bahwa: “Sebagian besar siswa kurang mampu
menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan
tersebut akan dimanfaatkan/diaplikasikan pada situasi baru”. Situasi baru ini bisa
saja dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari, sehingga guru perlu mengaitkan
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa, karena belajar akan lebih
bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajari bukan sekedar
Diperlukan pembelajaran matematika yang bisa menghadirkan situasi
belajar bermakna bagi siswa. Untuk menghadirkan situasi belajar bermakna maka
guru harus merancang suatu pembelajaran bermakna. Pembelajaran bermakna
merupakan suatu proses mengkaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan
yang terdapat dalam struktur kognitif seorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta,
konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan dingat
siswa. Menurut Suparno (dalam Rudy, 2011) “pembelajaran bermakna adalah
suatu proses pembelajaran dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur
pengertian yang sudah dipunyai seorang yang sedang dalam proses”. Dengan
pembelajaran bermakna maka siswa memperoleh informasi yang bermakna. Jika
pengetahuan yang diperoleh siswa bermakna maka siswa akan mudah
menerapkan pengetahuan tersebut untuk memperoleh pengetahuan selanjutnya.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Freudenthal (dalam Wijaya, 2012: 3)
Suatu ilmu pengetahuan akan sulit untuk kita terapkan jika ilmu pengetahuan tersebut tidak bermakana bagi kita. Kebermaknaan ilmu pengetahuan juga menjadi aspek utama dalam proses belajar. Proses belajar akan terjadi jika pengetahuan yang dipelajari bermakna bagi pembelajar.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan seorang guru
matematika kelas VIII SMP Negeri 35 Medan menyatakan bahwa “proses
pembelajaran yang sering saya lakukan adalah menyampaikan materi pelajaran
kepada siswa, kemudian memberikan soal-soal dalam bentuk pilihan ganda atau
uraian singkat agar siswa lebih memahami materi tersebut”. Memberikan soal
kepada siswa belum tentu membuat siswa lebih paham tentang materi itu, karena
siswa belum tentu dapat memaknai apa yang disampaikan oleh guru. Jika proses
pembelajaran seperti itu terus dilakukan maka siswa akan cenderung
menempatkan matematika sebagai objek bukan sebagai alat. Wijaya (2012: 11)
menyatakan bahwa “menempatkan matematika sebagai objek berarti
menempatkan matematika sebagai tujuan akhir pendidikan dengan kemampuan
melakukan matematika sebagai fokus utama pembelajaran”. Disamping siswa
mampu melakukan matematika siswa juga harus mampu menggunakan pola
3
menunjukkan bahwa siswa tidak hanya bekerja dalam matematika, tetapi siswa
harus dapat bekerja dengan matematika melalui proses berpikir matematis.
Untuk membantu siswa menggunakan matematika sebagai alat, guru
dapat menggunakan LKS sebagai alat bantu dalam pembelajaran matematika.
Menurut Tiranto (2011: 222) “LKS adalah panduan siswa yang digunakan untuk
melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah”. Dengan memberikan
LKS kepada siswa maka siswa dilatih menggunakan matematika sebagai alat atau
media untuk memecahkan masalah dan sekaligus menciptakan situasi belajar
bermakna bagi siswa. Disamping itu guru juga dapat menggunakan LKS untuk
mempermudah penanaman konsep matematika kepada siswa melalui kegiatan
penyelidikan dan penemuan. Dengan demikian, pembelajaran matematika dengan
menggunakan LKS akan membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan,
menerapakan pengetahuan, melatih keterampilan, dan memproses sendiri dalam
memecahkan masalah matematika.
Guru dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif dalam
pembelajaran tersebut. Menurut Trianto (2011: 56) “Siswa akan lebih mudah
menemukan dan memahami kosep yang sulit jika mereka saling berdikusi dengan
temannya”. Dikusi yang terjadi dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan
untuk memperkenalkan keterkaitan antara ide-ide yang dimiliki siswa dan
mengorganisasikan pengetahuannya kembali. Melalui diskusi, keterkaitan skema
siswa akan menjadi lebih kuat sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah matematika menjadi lebih baik.
Slavin (2005: 143) menyatakan bahwa “Salah satu tipe model
pembelajaran kooperatif adalah Student Team Achievment Division (STAD) yang merupakan metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan
merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru
menggunakan pendekatan kooperatif”. Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD
siswa di dalam kelas dibagi beberapa kelompok heterogen yang terdiri dari 4
sampai 5 orang. Siswa mendiskusikan bahan belajar berupa LKS dan
mengerjakan soal kuis secara individual. Guru membuat skor perkembangan
perlu memberikan reward. STAD mengarahkan siswa belajar dengan cara mengkonstruksi berbagai pengetahuan yang diperoleh dari belajar sendiri dan
sharing memecahkan masalah matematika.
Guru matematika kelas VIII SMP Negeri 35 Medan juga menyatakan
bahwa
Selama ini siswa terbiasa diajarkan dengan metode pembelajaran langsung dan soal-soal yang diberikan kepada siswa cenderung soal yang dapat diselesaikan melalui prosedur yang sudah ada. Pengetahuan dasar matematika siswa masih tergolong rendah, sehingga berdampak pada materi pelajaran yang akan dipelajari selanjutnya. Saya jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusya menyelesaikan masalah matematika. Saya tidak menguasai banyak model maupun metode pembelajaran yang ada.
Berdasarkan pernyataan tersebut yang menjadi salah satu masalah
utama adalah siswa tidak dibelajarkan mengenai langkah penyelesaian masalah
matematika dan soal yang diberikan adalah soal yang dapat diselesaikan melalui
prosedur yang sudah ada. Dari hal tersebut muncul indikasi bahwa kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa masih tergolong rendah. Pernyataan ini
dikuatkan melalui tes awal yang dilakukan peneliti kepada siswa kelas VIII-2
SMP Negeri 35 Medan. Hasil tes awal menunjukkan bahwa siswa hanya dapat
menyelesaiakan soal yang dapat diselesaikan melalui prosedur yang ada. Tetapi
ketika soal tersebut dibuat dalam bentuk masalah kontekstual, tidak seorang pun
siswa dapat menyelesaikannya dengan tepat.
Menurut Polya (dalam Daniel dan David, 2008: 234) strategi dalam
pemecahan masalah terdiri dari empat langkah yaitu; 1) Memahami dan
merepresentasikan masalah, 2) Memilih dan merencanakan solusi, 3)
Melaksanakan rencana, 4) Mengevaluasi hasil. Tidak setiap soal bisa dikatakan
masalah, menurut Notoatmojo (2005: 39) “ Suatu masalah biasanya memuat
situasi yang dapat mendorong seseorang untuk menyelesaikannya, akan tetapi
tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya”.
Jika suatu soal diberikan kepada siswa dan dia langsung dapat menyelesaikan soal
5
Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk
malakukan penelitian dengan judul upaya meningkatan kemampuan pemecahan
masalah matematika dengan menggunakan LKS melalui model pembelajaran
kooperatif tipe STAD siswa kelas VIII-2 SMP Negeri 35 Medan Tahun Ajaran
2012/2013.
1.2. Identifikasi Masalah
1. Siswa tidak tahu tujuan dari belajar matematika.
2. Siswa menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang
membosankan.
3. Siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari
dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan
dimanfaatkan/diaplikasikan pada situasi baru.
4. Siswa sulit menyelesaiakan soal dalam bentuk cerita.
5. Guru terbiasa menggunakan model pembelajaran konvensional dalam
pembelajaran matematika.
1.3. Batasan Masalah
Untuk mengarahkan penelitian ini sehingga lebih spesifik dan terfokus,
melihat luasnya cakupan masalah, keterbatasan waktu, dana, tenaga, teori serta
mengingat pentingnya kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajran
matematika maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada penerapan
pembelajaran matematika dengan menggunakan LKS melalui model pembelajaran
kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa kelas VIII-2 SMP Negeri 35 Medan pada materi panjang garis
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah yang akan
dibahas dalam penelitian ini adalah apakah pembelajaran dengan menggunakan
LKS melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII-2 SMP Negeri 35 Medan pada
materi garis singgung lingkaran?
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitan ini dilaksanakan adalah meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII-2 SMP Negeri 35 Medan.
1.6. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah
1. Bagi sekolah tempat penelitian, sebagai bahan pertimbangan dalam
pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran matematika di
sekolah.
2. Bagi guru, meningkatkan pengetahuan guru dalam melaksanakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan LKS.
3. Bagi peneliti, menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan
keilmuan.
4. Bagi peserta didik, memberikan kompetensi yang baik dan meningkatkan
daya pikir kreatif serta kritis melalui model pembelajaran kooperatif tipe
71 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan hasil observasi dapat diambil
kesimpulan bahwa pembelajaran dengan menggunakan LKS melalui model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa kelas VIII-2 SMP Negeri 35 Medan, dimana
peningkatan diperoleh setelah dilaksanakannya siklus siklus I dan siklus II. Pada
tes awal, diperoleh rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah 27,25 dalam
kategori sangat rendah dan tidak ada siswa yang tuntas dalam memecahkan
masalah. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I diperoleh rata-rata skor
kemampuan pemecahan masalah 57,6 dalam kategori sedang dengan 19 siswa
atau 47,5% dari seluruh siswa telah tuntas dalam memecahkan masalah.
Selanjutnya setelah dilakukan tindakan pada siklus II diperoleh rata-rata skor
kemampuan pemecahan masalah 68,6 dalam kategori tinggi dengan 35 siswa atau
87,5% dari seluruh siswa telah mampu memecahkan masalah.
5.2. Saran
Dengan melihat hasil penelitian ini penulis mengajukan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Kepada guru, khusunya guru matematika pembelajaran dengan
menggunakan LKS melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa, khususnya pada materi garis
singgung lingakaran dan perlu diuji coba untuk materi yang lain.
2. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini
hanya dilakukan di kelas VIII-2 SMP Negeri 35 Medan Tahun Ajaran
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Agus, Nuniek Avianti. 2007. Mudah Belajar Matematika 2: untuk kelas VIII Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Arikunto, Suharsimi; Suhardjono dan Supardi. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Akasara.
Daniel dan David. 2008. Teknik Mengajar Matematika. Jakarta : PT Bumi Aksara
Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
_________. 2004. Petunjuk Teknis Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/PP/2004 tentang Penilaian Perkembangan Anak Didik SMP. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
_________. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas.
Gustina, Gina. 2012. Pengembangan LKS Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing dengan Menggunakan Materi Lokal Pada Materi Hidrolisi Garam. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara
Hamzah. 2007. Model Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Akasara
Irwan.
http://ironerozanie.wordpress.com/2010/03/03/realistic-mathematic-education-rme-atau-pembelajaran-matematika-realistik-pmr/. (diakses tanggal
23 Februari 2013)
Jacob, C. 2012. Matematika Sebagai PemecahanMasalah. Bandung: FPMIPA UPI
Jhonstone dan Shauaili. (http://reenha-trisnawati.blogspot.com diaskses pada tanggal 24 Maret 2013)
Jihad, Asep. 2008. Pengembangan Kurikulum Matematika. Yogyakarta: Multi Presindo.
73
Notoatmojo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Rudy. 2011. Pembelajaran Bermakna (Meaningfull Learning). http://rudy-unesa.blogspot.com/2011/02/pembelajaran-bermakna-meaningfull.html (Diakses tanggal 29 April 2013)
Shadiq, Fadjar. 2004. Penalaran, Pemecahan Masalah dan Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika. http://www.fadjarp3g@wordpress.com (Diakses tanggal 15 Februari 2013)
_____________. Kemahiran Matematika. http://www.fadjarp3g@wordpress.com (diakses tanggal 15 Februari 2013)
Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Sobel dan Maletsky. 2004. Mengajar Matematika: Sebuah Buku Sumber Alat Peraga, Aktivitas, dan Strategi untuk Guru Matematika SD, SMP, SMA. Jakarta: Erlangga.
Sumarno. hhtp://educare.e.fkipunla.net/index.php?option.com (akses 14 Februari 2013)
Tim penyusun. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendikan Nasional.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Turmudi. 2008. Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika Berparadigma Eksploratif dan Inovatif. Jakarta: Leuser Citra Pustaka
Uno, Hamzah B. 2007. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: PT Bumi Aksara
Wardhani, dkk. 2010. Penilaian Hasil Belajar Matematika Aspek Pemahaman Konsep, Penalaran-Komunikasi, Pemecahan Masalah di SMP. Yogyakarta: PPPPTK
Widyatini. 2008. Penerapan Pendekatan Kooperatif STAD dalam Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta: PPPPTK
Wijaya, Ariyadi. 2012. Pendidikan Matematika Realistik: Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta : Graha Ilmu
Yamin, Martinis. 2003. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jambi: Gaung Persada Press.