viii ABSTRAK
SKEMA KOGNITIF SISWA DAN PERUBAHANNYA MELALUI ASIMILASI DAN AKOMODASI TENTANG SUHU DAN KALOR
Yovita Klaudia. 2016.Skema Kognitif Siswa Dan Perubahannya Melalui Asimilasi Dan Akomodasi Tentang Suhu dan Kalor. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas sanata Dharma. Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengungkap (1) skema awal pemahaman siswa, dan (2) perubahan pemahaman siswa melalui similasi dan akomodasi tentang materi suhu dan kalor. Menurut Piaget, perubahan skema kognitif seseorang terjadi melalui proses asimilasi dan akomodasi sebagai akibat beradaptasi dengan lingkungan. Asimilasi adalah usaha untuk memahami sesuatu yang baru dengan mencocokkannya dengan apa yang sudah diketahui, sedangkan akomodasi diartikan sebagai proses memodifikasi struktur kognitif sebagai hasil dari pengalaman yang tidak dapat diasimilasikan ke dalam struktur kognitif yang sudah ada. Metodologi penelitian ini adalah menggunakan metode wawancara yang bersifat bebas dan klinis pada lima orang siswa yang dipilih secara acak dan bersifat sukarela.
ABSTRACT
STUDENT COGNITIVE SCHEME AND ITS CHANGE THROUGH ACCOMMODATION AND ASSIMILATION REGARDING
TEMPERATURE AND HEAT
Klaudia, Yovita. 2016. Student Cognitive Scheme and Its Change through Accomodation and Asimilation regarding Temperature and Heat. An Undergraduate Thesis.Physics Education Study Program.Faculty of Teacher Training and Education.Sanata Dharma University.Yogyakarta.
This research was a qualitative and descriptive research which aimed to identify (1) the initial scheme of student comprehension, and (2) the student comprehension change through accommodation and assimilation regarding temperature and heat subject. According to Piaget, the cognitive scheme change of somebody happened through the process of accommodation and assimilation as the result of environment adaptation. Assimilation was the attempt to understand a new thing by comparing what had been known while accommodation was the process of modifying the cognitive structure as the result of experience that could not be assimilated into the present cognitive structure. The methodology of this research was an independent and clinical interview method for five students chosen randomly and voluntary.
i
SKEMA KOGNITIF SISWA DAN PERUBAHANNYA MELALUI ASIMILASI DAN AKOMODASI TENTANG SUHU DAN KALOR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh : Yovita Klaudia NIM : 121424020
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
HALAMAN PERSEMBAHAN
“ karena itu Aku berkata kepadamu: apasajayang kamu minta dan
doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu
akan diberikan kepadamu.”
Skripsi ini ku persembahkan untuk:
Tuhan Yesus dan Bunda Maria
Serta
Orang tua, kakak, adik yang sangat kubanggakan dan ku sayangi:
Bapak Videlis Galdus
Mama Yustina Setia
Kakak Yuvenjustus Amadatu dan Baptista Plagni
Adik Romana Edit Teresa dan Yakobus Galti Maryono
vii ABSTRAK
SKEMA KOGNITIF SISWA DAN PERUBAHANNYA MELALUI ASIMILASI DAN AKOMODASI TENTANG SUHU DAN KALOR
Yovita Klaudia. 2016.Skema Kognitif Siswa Dan Perubahannya Melalui Asimilasi Dan Akomodasi Tentang Suhu dan Kalor. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas sanata Dharma. Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengungkap (1) skema awal pemahaman siswa, dan (2) perubahan pemahaman siswa melalui similasi dan akomodasi tentang materi suhu dan kalor. Menurut Piaget, perubahan skema kognitif seseorang terjadi melalui proses asimilasi dan akomodasi sebagai akibat beradaptasi dengan lingkungan. Asimilasi adalah usaha untuk memahami sesuatu yang baru dengan mencocokkannya dengan apa yang sudah diketahui, sedangkan akomodasi diartikan sebagai proses memodifikasi struktur kognitif sebagai hasil dari pengalaman yang tidak dapat diasimilasikan ke dalam struktur kognitif yang sudah ada. Metodologi penelitian ini adalah menggunakan metode wawancara yang bersifat bebas dan klinis pada lima orang siswa yang dipilih secara acak dan bersifat sukarela.
Berdasarkan data dan analisis penelitian dapatditunjukkanbahwa secara umum kelima siswa memiliki skema awal pengetahuan yang berbeda mengenai konsep suhu dan kalor. Setelah diberi stimulus atau perlakuan baik berupa ilustrasi, contoh-contoh, demontrasi dan pertanyaan berupa konfirmasi, partisipan mengembangkan ataupun mengubah pemahaman awalnya menjadi pemahaman yang baik dan benar.
ABSTRACT
STUDENT COGNITIVE SCHEME AND ITS CHANGE THROUGH ACCOMMODATION AND ASSIMILATION REGARDING
TEMPERATURE AND HEAT
Klaudia, Yovita. 2016. Student Cognitive Scheme and Its Change through Accomodation and Asimilation regarding Temperature and Heat. An Undergraduate Thesis.Physics Education Study Program.Faculty of Teacher Training and Education.Sanata Dharma University.Yogyakarta.
This research was a qualitative and descriptive research which aimed to identify (1) the initial scheme of student comprehension, and (2) the student comprehension change through accommodation and assimilation regarding temperature and heat subject. According to Piaget, the cognitive scheme change of somebody happened through the process of accommodation and assimilation as the result of environment adaptation. Assimilation was the attempt to understand a new thing by comparing what had been known while accommodation was the process of modifying the cognitive structure as the result of experience that could not be assimilated into the present cognitive structure. The methodology of this research was an independent and clinical interview method for five students chosen randomly and voluntary.
Based on the research data and analysis, it indicated that generally those students had a different initial scheme of knowledge regarding temperature and heat concept. After given stimulus or treatment such as illustrations, examples, demonstrations, and questions in the form of confirmation, the students could improve or turn their initial understanding into a correct and good understanding. Keywords: accommodation, assimilation, stimulus, cognitive scheme, clinical
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Yesus Kristus dan Bunda Maria yang telah melimpahkan berkat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul” Skema Kognitif Siswa
dan Perubahannya Melalui Akomodasi dan Asimilasi tentang Suhu dan Kalor”.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari peran serta dari berbagai pihak yang mendukung dan membantu sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaiakan. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs.Tarsisis Sarkim, M.Ed., Ph.D yang telah meluangkan waktu,
tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
2. Dr. Ignnatius Edi Santoso, M.S, selaku ketua Program Studi Pendidikan Fisika yang telah memberi dukungan dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini
4. Siswa-siswi yang telah bersedia menjadi partisipan dalam penelitina ini : Andy, Elke, monik, Indry, Melly
5. Kedua orang tua Bapak Videlis dan Mama Yustina, yang selalu memberikan cinta, kasih sayang, motifasi dan doa selama penulis menempuh pendidikan 6. Kaka dan adik tercinta : Yuvenjustus, Baptista, Romana, Maryono yang
telah banyak memberikan hiburan, motifasi dan doa selama penulis menempuh pendidikan
7. Sahabat-sahabat terbaik saya Hermana dan Beatrix serta kakak, adik di
Yogyakarta yang tidak sempat disebutkan namanya satu per satu yang selalu memberikan penulis motivasi, pengalaman, keceriaan dan selalu ada setiap
suka duka penulis selama menempuh pendidikan,
8. Beatrix Elvi, Anastasia Uci, Ratnasari Lisa yang telah berjuang bersama-sama selama proses penyusunan skrispsi ini : terimakasih untuk perjuangan
dan suka dukanya selama ini
9. Teman-teman PPL di SMP Sedayu Yogyakarta angkatan 2012 atas kebersamaannya : Ita, Gita, david, Okta, Bebi, Bela, Seno, Sinta, Jawa,
David, Regin, Galih
10.Teman-teman KKN kelompok 50 periode ke 51. Terimakasih atas
kebersamaan, suka duka, yang tak akan pernah penulis lupakan: Heni, Sefin, Rika, Rina, Maria, Ayu, Albert, Jalu, Sigit, Justis
11.Teman-teman pendidikan Fisika 2012 atas kebersamaan dan cerita yang kita
xi
12.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah bersedia membagi ilmu selama penulis menempuh pendidikan
Yogyakarta, 9 Juni 2016
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii
HALAMAN PENGESAHAN...iii
HALAMAN PERSEMBAHAN...iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH………vi
ABSTRAK...vii
ABSTRACT...viii
KATA PENGANTAR...ix
DAFTAR ISI...xi
DAFTAR PETA KONSEP ...xiii
DAFTAR TABEL...xiv
DAFTAR LAMPIRAN...xv
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1
B. Rumusan Masalah...2
C. Tujuan Penelitian...2
D. Manfaat Penelitian...2
E. Batasan Masalah...3
BAB II. LANDASAN TEORI A. Konstruktivisme Piaget...4
B. Skema Kognitif...5
C. Perubahan Skema Kognitif 1. Asimilasi...6
xiii
3. Ekuilibrasi...7
D. Deskripsi materi 1. Suhu...7
2. Kalor ...8
3. Teori Kinetik Menjelaskan Kalor Sebagai Perpindahan E………...9
4. Kalor Jenis ...9
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian...11
B. Partisipan Penelitian...11
C. Desain Penelitian ...12
D. Waktu dan Tempat Peneli…………...12
E. Pengembangan Kemampuan Melaksanakan wawan……...12
F. Metode Pengumpul Data……...12
G. Instrumen Penelitian...13
H. Metode Analisis Data...14
BAB IV. DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian...16
B. Analisis dan Pembahasan 1. Pemahaman Awal siswa...………...16
2. Perubahan Pemahaman Siswa Secara Asimilasi...23
3. Perubahan Pemahaman Siswa Secara Akomodasi...28
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...51
B. Saran ...51
DAFTAR PUSTAKA...53
DAFTAR PETA KONSEP
Peta konsep1. Skema Awal Pemahaman Siswa 1...18
Peta konsep 2. Skema Awal Pemahaman siswa 3...19
Peta konsep 3. Skema Awal Pemahaman Siswa 4...20
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pemahaman Awal Siswa 4 dan Perubahannya Melalui
Asimilasi Pada Konsep Kalor...23
Tabel 2. Pemahaman Awal Siswa 2 dan Perubahannya Melalui Akomodasi Pada
Konsep Pengaruh Pembagian Massa dan Volume Terhadap Perubahan Suhu...28
Tabel 3. Pemahaman Awal Siswa 3 dan Perubahannya Melalui Akomodasi Pada
Konsep Kalor ...35
Tabel 4. Pemahaman Awal Siswa 5 dan Perubahannya MelaluiAkomodasi Pada Konsep Kalor ...39
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Transkrip Wawancara Siswa 1...54
Lampiran 2. Transkrip Wawancara Siswa 2 ...60
Lampiran 3. Transkrip Wawancara Siswa 3...71
Lmapiran 4. Transkrip Wawancara Siswa 4...81
Lampiran 5. Transkrip Wawancara Siswa 5...93
Lampiran 6. Jawaban Tes Siswa 1...94
Lampiran 7. Jawaban Tes Siswa 2...102
Lampiran 8. Jawaban Tes Siswa 3 ...109
Lampiran 9. Jawaban Tes Siswa 4 ...206
Lampiran 10. Jawaban Tes Siswa 5 ...213
1 BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fisika sangat berperan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini dikarenakan Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam (sains) yang mempelajari fenomena alam yang sistematis (Gedgrave, 2009). Dalam mempelajari fisika, perlu melibatkan indra untuk pengamatan dan melakukan proses kognisi untuk dapat membangun pengetahuan. Namun, berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman peneliti selama menjalankan Program Pengalaman Lapangan (PPL) ditemukan beberapa siswa mengalami kesulitan membangun pemahaman tentang fenomena fisika. Hal ini terjadi karena mempelajari materi fisika melibatkan banyak konsep, teori, hukum, dan persamaan-persamaan matematis.
memfasilitasi pemahaman siswa dalam mengungkapkan skema kognitif dan perubahannya mengenai Suhu dan Kalor. Pemilihan materi suhu dan kalor karena siswa sulit memahami perbedaan anatar suhu dan kalor
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan kasus diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana skema kognitif awal siswa pada materi Suhu dan Kalor? 2. Bagaimana terjadinya perubahan skema kognitif siswa pada materi
suhu dan kalor?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untukmengetahui skema kognitif awal siswa dan untuk mengetahui terjadinya perubahan skema kognitif siswa pada materi Suhu dan Kalor
D. Manfaat penelitian
1. Bagi pendidikan di Indonesia :
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dengan meningkatnya keefektifan pembelajaran Fisika
2. Untuk para guru
3 3. Bagi peneliti :
Sebagai seorang calon guru, penelitian dapat mengasah kemampuan memahami cara berpikir siswa sehingga kelak dapat menjadi pendidik yang berkualitas.
E. Batasan masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah:
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konstruktivisme Piaget.
Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah bentukan (konstruksi) kita sendiri yang sedang menekuninya ( Battencourt, 1989; Mathews, 1994; Piaget, 1971 dalam Suparno, 2007: 8). Proses pembentukan ini berjalan terus menerus setiap kali mengadakan reorganisasi karena adanya suatu pemahaman yang baru. Piaget dalam teorinya menegaskan bahwa seorang anak akan membangun pengetahuan kognitifnya. Pengetahuan yang dibangun oleh seorang anak sebagai hasil interaksinya dengan pengalaman dan objek yang dihadapi. Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif melalui kegiatan berpikir seseorang (Bettencourt dalam Suparno, 2007: 8).
5 B. Skema Kognitif
Seorang anak dilahirkan dengan sedikit refleks yang terorganisir, seperti menyedot, melihat, menanggapi, dan memegang. Teori menegaskan bahwa potensi untuk bertindak dengan cara-cara tertentu itu disebut sebagai skema (skema; jamak: skemata) (Hergenhahn & Olson, 2009: 314).
Piaget dalam teorinya mendefenisikan skema sebagai balok bangunan utama berpikir (Woolfolk, 2009: 51). Skema adalah suatu struktur mental atau kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinsikan lingkungan sekitarnya. Suatu skema dapat dianggap sebagai elemen dalam struktur kognitif seseorang. Skema bukanlah benda nyata yang dapat dilihat, melainkan suatu rangkaian proses dalam sistem kesadaran orang. Oleh karena itu, skema tidak mempunyai bentuk fisis dan tidak dapat dilihat (Wadswort dalam Suparno, 2001: 20).
C. Perubahan Skema Kognitif
Adapun tahap-tahap tersebut adalah: 1. Asimilasi
Asimilasi adalah proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Asimilasi melibatkan usaha untuk memahami sesuatu yang baru dengan mencocokannya dengan apa yang sudah diketahui. Proses asimilasi ini berjalan terus. Menurut Wadswoorth (dalam Suparno 1997:31) asimilasi tidak menyebabkan perubahan atau pergantian skema, melainkan mengembangkan skema.
Jadi dapat disimpulkan bahwa asimilasi sebagai respon terhadap lingkungan fisik sesuai dengan struktur kognitif yang sudah ada. Asimilasi merujuk pada jenis kesesuaian antara struktur kognitif dan lingkungan fisik (Hergenhahn & Olson,2009: 486).
2. Akomodasi
7
Dengan demikian akomodasi dapat diartikan sebagai proses momedifikasi struktur kognitif sebagai hasil dari pengalaman yang tidak dapat diasimilasikan ke dalam struktur kognitif yang sudah ada (Hergenhahn & Olson, 2009: 485)
3. Ekuilibrasi
Proses asimilasi dan akomodasi mendasari pertumbuhan dan perkembangan kognitif. Agar terjadi keseimbangan, maka kedua proses tersebut selayaknya berlangsung secara paralel. Saat dimana proses asimilasi dan akomodasi mengalami keseimbangan dinamakan ekuilibrium, sedangkan disekuilibrium adalah ketidakseimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Proses yang bergerak dari kondisi disekuilibrium ke ekuilibrium dinamakan ekuilibrasi.
Ekuilibrasi adalah pengaturan diri secara mekanis untuk mengatur keseimbangan proses asimlasi dan atau akomodasi (Suparno, 1997). Ekuilibrasi membuat seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya (skema).
D. Deskripsi Materi 1. Suhu
Sebuah balok besi lebih panjang ketika dalam keadaan panas ketimbang ketika dingin (Giancoli, 1997: 450). Alat yang digunakan untuk mengukur suhu secara kuantitatif adalah termometer.
2. Kalor
Kalor adalah energi yang dipindahkan dari suatu obyek ke obyek lain karena perbedaan temperatur (Giancoli, 2014: 485). Satuan SI untuk kalor adalah joule. Satuan kalor yang umum yang dipakai adalah kalori. 1 kalori didefenisikan sebagai banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikan suhu 1 gram air sehingga suhnya naik 10C. Bila airnya 1 kg dan dipanaskan sehingga suhunya naik 10C, maka banyaknya panas disebut 1 Kkal. (Suparno, 2009: 33).
Kalor mengalir dari suatu bagian sistem ke bagian sistem yang lain atau dari satu sistem ke sistem lain karena perbedaan temperatur (Zemansky & Dittman, 1986). Kalor mengalir dari suatu benda yang bersuhu lebih tinggi ke benda lain yang bersuhu rendah (Giancoli, 1999: 489). Aliran panas tersebut merupakan transfer atau perpindahan tenaga kinetik getaran dari suatu atom ke atom yang lain disebelahnya karena tumbukan (Soedojo, 1999: 69).
Bila suatu benda yang massanya m dipanaskan sehingga perubahan suhunya , maka banyaknya panas yang diperlukan adalah :
9
Dimana c adalah sebuah karaketeristik kuantitas dari material yang disebut kalor jenis
3. Teori kinetik menjelaskan kalor sebagai perpindahan energi
Teori kinetik menjelaskan bahwa, zat disusun oleh partike-partikel yang sangat kecil yang selalu bergerak. Dalam benda panas, partikel-partikel bergerak lebih cepat dan karena itu memiliki energi yang lebih besar daripada partikel dalam benda dingin.
Ketika benda panas menyentuh benda dingin, partikel dalam benda panas menabrak partikel dalam benda dingin. Tabrakan-tabrakan ini memindahkan energi ke partikel-partikel benda dingin, sehingga akibat tabrakan tersebut energi dalam partikel- partikel benda dingin bertambah sehingga suhunya naik. Pada keadaan tertentu, ketika partikel-partikel dalam benda dingin lebih energetik, partike-partikel ini kembali memindahkan energinya ke partikel-partikel benda panas hingga mencapai suhu yang sama. Pada keadaan ini benda dikatakan mencapai kesetimbangan termal(thermal Equilbrium). Dapat dikatakan bahwa dua
sistem berada dalam kesetimbangan termal jika dan hanya jika memiliki suhu yang sama (Sears & Zemansky, 2000: 459).
4. Kalor jenis
c =
(2)
(Kanginan, 2002: 29).
Satuan SI kalor jenis dinyatakan dalam J/kg.C0(unit SI yang sesuai) atau kkal/kg.C0 (Giancoli, 2004: 486).
11 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitiaan
Jenis Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan skema kognitif awal siswa dan perubahannya. Menurut Bogdan dan Taylor (2011: 22) penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
B. Partisipan Penelitian
saling mengenal antara partisipan dan peneliti karena penelitian ini membutuhkan keterbukaan dari partisipan.
C. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian studi kasus. Studi kasus merupakan suatu penelitian yang mendetail dari subyek, keadaan, atau kejadian khusus. Studi kasus mudah untuk dilakukan dan tidak perlu menggeneralisasi apapun (Suparno, 2014: 136).
D. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bualan Maret - Mei 2016. Tempat dilaksanakan wawancara adalah di asrama Putri dan di rumah partisipan sendiri diluar jam pelajaran disekolah.
E. Pengembangan Kemampuan Melaksanakan Wawancara
Mempertajam pertanyaan wawancara, dilakukan tahap uji coba wawancara kepada beberapa partisipan sebelum pengambilan data. Latihan dilakukan kepada 2 orang partisipan. Hasil wawancara dari dua orang partisipan ini dimasukkan dalam data penelitian
F. Metode Pengumpulan Data
13
klinis artinya, dalam proses wawancara peneliti mengembangkan pertanyaan yang berpedoman dari pemikiran siswa. Menurut White and Gunstone (1993: 85) the quality of the understanding will depend on the proportions of the different types of knowledge. Interview is the most
direct method, among all the probes, of assesising a persons’s
understanding. Its purpose is to bring forth as much as possible of what
the persons knows about the concep, for that knowledge to be analysed to
yield measures or impressions of the peson’s understanding.
Sebelum melakukan wawancara, partisipan mengerjakan soal tes konseptual terkait materi suhu dan kalor. Soal-soal yang diberikan berpedoman pada indikator pencapaian materi yang sudah disiapkan sebelumnya.
Selama kegiatan wawancara, peneliti memberi perlakuan kepada partisipan terhadap bagian materi yang susah dipahami. Pemberian perlakuan diharapkan dapat mengubah pemahaman yang salah dari partisipan menjadi pemahaman yang benar melalui tahap asimilasi, akomodasi hingga mencapai tahap ekuilibrasi. Kegiatan wawancara antara peneliti dan partisipan, direkam menggunakan recorder agar tidak kehilangan data selama wawancara.
G. Instrumen Penelitian
1. Soal
Model soal yang digunakan adalah model soal konseptual berbentuk multiple choice (pilihan berganda) yang dapat mengungkap pemahaman
awal partisipan. Soal dibuat berdasarkan indikator pemahaman pada konsep suhu dan kalor, kalor jenis, pengaruh pembagian massa dan volume terhadap perubahan suhu.
2. Wawancara
Selain instrumen soal tes konseptual, instrumen lain yang digunakan adalah peneliti itu sendiri dengan menggunakan metode wawancara yang bersifat bebas dan klinis. Wawancara bertujuan untuk mengkonfirmasi hasil tes siswa dan mengungkap proses perubahan skema kognitif.
H. Metode Analisis Data
15
Data hasil wawancara yang direkam menggunakan recorder, selanjutnya dianalisis untuk mengungkapkan skema awal pemahaman partisipan dan perubahannya dengan tahapan sebagai berikut :
1. Transkrip hasil wawancara
Hasil rekaman wawancara ditulis menjadi bentuk dialog tertulis untuk mempermudah identifikasi pemahaman siswa.
2. Dari transkrip wawancara, peneliti mendeskripikan pemahaman awal masing-masing partisipan dalam bentuk peta konsep. Proses perubahan pemahaman partisipan dideskripsikan dalam tabel proses perubahan pemahaman yang disertai bukti percakapan wawancara. Pendeskripsian ini dibuat untuk masing-masing partisipan hanya pada indikator yang menunjukan terjadinya perubahan pemahaman baik secara asimilasi maupun secara akomodasi. Selain itu, pada tabel juga, peneliti memberikan keterangan yang berisi tanggapan mengenai pemahaman partisipan dan bentuk perlakuan yang diberikan
BAB IV
DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN
A. Data
Data penelitian disajikan dalam bentuk transkrip wawancara (lampiran 1, lampiran 2, lampiran 3, lampiran 4, dan lampiran 5)
B. Analisis dan pembahasaan
Penelitian dilakukan pada 5 orang siswa kelas X yang dipilih secara acak dan bersifat sukarela. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode wawancara yang bersifat bebas dan klinis. Melalui wawancara peneliti dapat mengetahui skema awal pengetahuan siswa dan perubahannya melalui tahap asimilasi, akomodasi hingga mencapai tahap ekuilibrasi setelah diberi perlakuan. Skema awal dan perubahan skema siswa pada materi Suhu dan Kalor berdasarkan hasil wawancara adalah sebagai berikut:
1. Pemahaman awal siswa
17
konsep adalah suatu bagan skematis untuk menggambarkan suatu pengertian konseptual seseorang dalam suatu rangkaian pernyataan.
Peta konsep dalam penelitian ini digunakan untuk mempresentasikan semua indikator yang termasuk dalam konsep Suhu dan Kalor. Berdasarkan peta konsep tersebut peneliti dapat mengetahui gambaran dan struktur awal pemahaman siswa.
1.1 Skema Awal Pemahaman Partisipan ke 1
Merupakan merupakan
Diukur dengan dipengaruhi oleh
Berpindah dari Mengakibatkan perubahan suhu ke dari
Tergantung Menjadi
Suhu Kalor
Naik turunnya udara
Termometer er
Perpindahan panas
Sistem Lingkungan
Suhu Panas
19
1.2 Skema Awal Pemahaman siswa ke 3 menyatakan banyaknya
Mempengaruhi Tidak mempengaruhi satuan
Untuk persamaan lambang
Suhu Kalor
Mengitung kalor
mcΔt
Joule Kalor jenis
1.3 Skema Awal Pemahaman Siswake 4
Merupakan Menyatakan
Mengakibatkan perubahan berupa Untuk menaikan
Tidak dipengaruhi oleh Berpindah dari
Lambang ke
Suhu Kalor
Panas atau
dingin Panas
Energi
Benda panas
Benda dingin Kalor jenis
C
21 1.4 Skema awal pemahaman siswa 5
Berdasarkan skala
Dapat dinyatakan dengan
Nilai kalor jenis kecil
Tdk dipengaruhi oleh
Merupakan merupakan
Mempengaruhi perubahan Mengakibatkan perubahan
menyatakan nilai kalor jenis besar
Suhu Kalor
Ukuran panas /dingin
Suatu benda Termometer
F R C
Sesuatu yang mengalirkan suhu
Panas Dingi
Pembagian massa dan volume
Kalor jenis Kenaikan
suhu besar
Keempat peta konsep diatas masing-masing mempresentasikan pemahaman awal partisipan ke 1, 3, 4, dan 5. Pengungkapan skema awal partisipan tersebut sebagai hasil dari wawancara klinis antara peneliti dan partisipan. Berdasarkan skema pemahaman siswa diatas terlihat bahwa kelima partisipan memiliki skema awal pengetahuan yang berbeda-beda mengenai konsep Suhu dan Kalor.
Menurut partisipan ke 4 dan ke 5 Suhu menyatakan panas atau dinginnya suatu benda atau suatu ruang sedangkan menurut partisipan ke 1 Suhu adalah naik turunya udara. Partisipan ke 3 tidak dapat mendefenisikan Suhu, tetapi menjelaskan bahwa suhu di gunakan untuk menghitung Kalor. Mengenai konsep Kalor, menurut partisipan ke 5 Kalor merupakan sesuatu yang dapat mengalirkan Suhu, menurut partisipan ke 4 Kalor berupa energi, dan menyatakan panas. Menurut partisipan ke 1 Kalor merupakan perpindahan panas, sedangkan partisipan ke 3 tidak dapat mendefenisikan Kalor. Partisipan ke 4 dan ke 5 dapat menjelaskan bahwa kalor dapat mempengaruhi perubahan suhu, sedangkan partisipan ke 3 menjelaskan bahwa Kalor tidak mempengaruhi perubahan Suhu
23
menurut partisipan ke 5 Kalor berpindah dari sistem kelingungkungan atau dari lingkungan ke sistem tergantung pada Suhu.
Secara umum keempat partisipan tidak dapat mendefenisikan pengertian kalor jenis. Menurut partisipan ke 5 kalor jenis akan mempengaruhi suhu dimana jika nilai kalor jenis kecil kenaikan suhunya lebih cepat, tetapi jika nilai kalor jenis besar kenaikan suhunya akan lebih lama. Menurut partisipan ke 4 kalor jenis dilambangkan c, berfungsi untuk kenaikan suhu sedangkan menurut partisipan ke 3 kalor jenis dilambangkan c, menyatakan banyaknya kalor dan akan mempengaruhi kalor. Menurut partisipan ke 4 dan ke 5 pembagian massa dan volume tidak mempengaruhi perubahan suhu
2. Perubahan Pemahaman Siswa Melalui Asimilasi.
[image:41.595.83.517.236.759.2]2.1 Perubahan Pemahaman Siswa ke 4
Tabel 1.Pemahaman Awal Siswa ke 4 dan Perubahannya Melalui Asimilasi Pada Konsep Kalor
Pemahaman Siswa Keterangan
Pemahaman awal:
Kalor menyatakan panas
I : suhu itu ya...suhu...suhu itu panas atau dingin. Bingung..suhu itu
panas atau dinginnya suatu benda
atau ruangan. Sedangkan kalor
itu juga kan panas.
Atau..mungkin kalo suhu itukan
bisa panas bisa dingin,
sedangkan kalor itu cuman
panasnya doang. Bedanya disitu
(lampiran halaman 74)
partisipan kalor adalah panas
Peneliti memberikan ilustrasi (*) tentang dua buah gelas yang berisi air panas dan air dingin kemudian dituangkan jadi satu digelas C
P : kalo air dimasing-masing gelas
tadi dituangkan jadi satu digelas
C menurut kamu suhu air digelas
C nanti gimana ?
I : yang dingin mendapat panas
sedangkan yang panas
melepaskan panas. Jadi nanti
airnya hangat
P : owww,,nanti airnya jadi
hangat..kok bisa jadi hangat ya?
I : ya karna....karna panas. Yang
dingin menyerap kalor dari yang
panas dan yang panas melepas
kalor. Jadinya suhunya dari
Berdasarkan jawaban partisipan menunjukan bahwa partisipan cukup memahami bahwa akibat ada kalor terjadi perubahan suhu, dimana benda yang bersuhu lebih tinggi akan melepaskan kalor dan benda yang bersuhu lebih rendah akan menyerap kalor dari benda yang bersuhu lebih tinggi
25 rendah ketinggi , dari tinggi
kerendah. Digabung jadi hangat
(lampiran halaman 75) P : kok es bisa mencair ya?
i : ia karena ia dapat panas dari
lingkungan
P : ow gitu...yang menerima panas
siapa yang memberi panas sipa?
I : yang memberi panas lingkungan
yang menerima panas es, sehingga
esnya mencair
P : panasnya berpindah darimana
kemana?
i : dari lingkungan sekitarnya ke es
(lampiran halaman 76)
Berdasarkan jawaban siswa menujukan bahwa siswa sudah memahami bahwa salah satu akibat perpindahan panas adalah terjadi perubahan wujud. Tetapi siswa belum memahami bahwa panas yang berpindah adalah kalor
Berdasarkan contoh kasus es yang mencair, peneliti menanyakan ada kalor dalam peristiwa es mencair
P : ada kalor ga disitu? I : ia ada..panasnya itukan
(lampiran halaman 76)
Peneliti meminta partisipan untuk menyimpulkan pengertian kalor
P : kalo gitu kalor menurut kamu
apa?
i : kalor itu panas. Tapi panasnya itu
berpindah dari benda bersuhu
tinggi ke benda bersuhu rendah
(lampiran halaman 77)
27
terjadi perubahan suhu, karena benda yang bersuhu lebih tinggi akan melepaskan kalor sedangkan benda yang bersuhu lebih rendah akan menyerap kalor. Pemahaman siswa ini sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa kalor mengalir dari suatu bagian sistem ke bagian sistem yang lain atau dari satu sistem ke sistem lain karena perbedan temperatur (Zemansky & Dittman, 1986). Kalor mengalir dari suatu benda yang bersuhu lebih tinggi ke benda lain yang bersuhu rendah (Giancoli,1999: 489). Konsep yang dijelaskan partisipan tersebut hanya menjelaskan sebab dan akibat dari kalor, tetapi belum mendefenisikan pengertian kalor.
Perlakuan yang diberikan selanjutnya adalah memberikan contoh fenomena es mencair, kemudian diberikan pertanyaan mengapa es bisa mencair. Menurut siswa es mencair karena dipengaruhi oleh panas dari lingkungan. Kemudian peneliti menanyakan kembali apakah ada kalor dalam peritiwa tersebut dan menurut siswa ada yaitu panas. Berdasarkan jawaban siswa tersebut, kemudian peneliti meminta siswa untuk menyimpulkan pengertian kalor. Menurut siswa kalor adalah panas yang berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah.
tidak mengubah pemahaman awalnya. Pemahaman awal partisipan menjelaskan bahwa kalor adalah panas, kemudian setelah diberi perlakuan berupa ilustrasi (*), dan fenomena (*) kemudian siswa mengembangkan pengertian awalnya bahwa kalor adalah panas yang mengalir dari benda bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah
Berdasarkan hasil analisis data menunjukan bahwa perubahan pemahaman secara asimilasi dialami oleh siswa ke 4. Siswa tersebut mengalami perubahan pemahaman secara asimilasi mengenai konsep kalor
[image:46.595.87.514.223.744.2]3. Perubahan Pemahaman Siswa Secara Akomodasi 3.1 Perubahan Pemahaman Siswa ke 2
Tabel 2. Pemahaman Awal Siswa ke 2 dan Perubahannya Melalui Akomodasi Pada Konsep Pengaruh Pembagian Massa dan Volume Terhadap
Perubahan Suhu
Pemahaman Siswa Keterangan
Pemahaman awal:
pembagian massa dan volume mempengaruhi perubahan suhu p : oo,,karna sama-sama panas ya.
29 Nah..kita liat jawaban
kamu disini. Suhu air di
gelas A dan B sama-sama
30 derajat. berapa suhu air
di gelas X apabila volume
air yang dipindahkan dari
gelas A lebih besar dari
volume air yang di
pindahkan dari gelas B.
nah jawaban kamu adalah
suhu air di gelas X adalah
60 derajat.kok bisa?
B : ia nambahin mb
(lampiran halaman 61)
terhadap perubahan suhu. Menurut siswa jika ada dua buah gelas A dan B masing-masing diisi dengan suhu air yang berbeda kemudian air di kedua gelas tersebut dituangkan jadi satu dengan volume air yang dituangkan dari salah satu gelas adalah setengah dari gelas yang lainnya maka suhu air campurannya adalah jumlahan dari suhu air mula atau dua kali suhu air mula-mula.
Peneliti memberi ilustrasi (*) tentang gelas A dan B yang diisi dengan suhu dan volume air yang sama kemudian dituangan jadi satu di gelas C dimana volume air yang dipindahkan dari gelas A hanya setengah dari volume air yang dipindahkan dari gelas B
P : saya berikan contoh lagi.
misalnya suhu air digelas ini
(gls A) 60 derajat dan yang
ini juga (gls B) 60 derajat.
kemudian dituangkan kesini
(gls X). Volume air yang
dipindahkan dari gelas A
hanya setengah dari gelas B.
Nah pertanyaannya suhu air
di sini (gls C) gimana?
B : 60
(lampiran halaman 62)
partisipan berbeda dengan pemahaman awalnya. Menurut siswa suhu air di gelas C tetap sama dengan suhu air ketika di gelas A dan B
Peneliti memberikan ilustrasi yang sama seperti ilustrasi (*) tetapi berkaitan dengan pembagian massa
P : kalo dengan massa
berpengaruh ga?misalnya
massa dari A cuman
setengah massa dari B,
maka suhu di C gimana?
Dengan catatan suhu A dan
B tadi sama 60 derajat
B : sama
(lampiran halaman 62)
Dari kutipan wawancara disamping menujukan bahwa partisipan sudah memahami jika pembagian massa tidak mempengaruhi perubahan suhu.
Peneliti memberikan pertanyaan berupa pertanyaan untuk menyimpulkan
P : kalo gitu pembagian massa dan volume berpengaruh
ga?
B : seharusnya berpengaruh
31 siih
(lampiran halaman 62)
terhadap perubahan suhu.
Peneliti memberikan demonstrasi (*) tentang gelas A dan B yang masing-masing diisi dengan teh dengan suhu dan volume yang sama. Kemudian dituangkan jadi satu digelas C dengan volume teh yang dituangkan dari gelas A hanya setengah dari gelas B
P : bingung ya..kita buat percobaan ya (buat
demonstrasi). Segelas teh
panas dari gelas A
dituangkan setengahnya ke
wadah C. Kemudian
segelas teh panas dari
gelas B di tuangkan
seluruhnya ke wadah C .
menurut kamu suhu air
disini (wadah C) gimana?
B : nambah panas
(lampiran halaman 62)
Menurut partisipan suhu air teh campuran di gelas C adalah semakin panas daripada ketika di gelas A dan di gelas B
P : coba disentuh airnya..lalu
dibandingkan dengan
wadah sumber teh tadi
B : sama mb
(lampiran halaman 63)
Berdasarkan jawaban partisipan kemudian peneliti meminta siswa untuk menyimpulkan pengaruh pembagian massa dan volume terhadap perubahan suhu
P : kalo gitu menurut kamu pembagian massa dan
volume itu berpengaruh ga
terhadap perubahan suhu?
B : ga mb
(lampiran halaman 63)
Pemahaman awal siswa menjelaskan jika pembagian massa dan volume mempengaruhi perubahan suhu. Hal ini terbukti dari percakapan wawancara partisipan dengan peneliti :
―p : oo,,karna sama-sama panas ya.Nah..kita liat jawaban kamu disini.
Suhu air di gelas A dan B sama-sama 30 derajat. berapa suhu air di
gelas X apabila volume air yang dipindahkan dari gelas A lebih besar
dari volume air yang dipindahkan dari gelas B . nah jawaban kamu
adalah suhu air di gelas X adalah 60 derajat.kok bisa?
33
Pertanyaan peneliti dalam kutipan wawancara di atas merupakan pertanyaan konfirmasi atas jawaban siswa pada soal test. Menanggapi pemahaman awal siswa yang belum benar tersebut, peneliti memberikan ilustrasi (*)tentang gelas A dan B yang diisi dengan suhu dan volume air yang sama kemudian dituangan jadi satu di gelas C dimana volume air yang dipindahkan dari gelas A hanya setengah dari volume air yang dipindahkan dari gelas B. Menurut siswa suhu air campuran adalah tetap sama dengan suhu air ketika berada pada masing-masing wadah. Jawaban ini berbeda dengan pemahaman awal siswa, dimana pemahan awalnya menjelaskan jika besar suhu air campuran adalah jumlahan dari suhu air mula-mula. Selanjutnya, peneliti memberikan ilustrasi tentang pengaruh pembagian massa. Berdasarkan jawaban siswa menunjukan jika pembagian massa tidak mempengaruhi perubahan suhu, terbukti dari percakapan:
P : kalo dengan massa berpengaruh ga?misalnya massa dari A cuman
setengah massa dari B, maka suhu di C gimana? Dengan catatan suhu A
dan B tadi sama 60 derajat
B : sama
―B : seharusnya berpengaruh siih‖
Selanjutnya adalah peneliti memberikan perlakuan berupa sebuah demonstrasi tentang dua buah gelas yaitu gelas A dan B yang berisi teh dengan suhu dan volume yang sama. Kemudian, peneliti memberikan pertanyaan mengenai pendapat partisipan mengenai suhu campuran di gelas C ketika volume teh yang dituangkan dari gelas A hanya setengah dari volume dari gelas B. Menurut siswa suhu air teh campurannya adalah lebih panas dari suhu teh ketika di gelas A dan B. Tahap selanjutnya peneliti menuangkan teh dari gelas A dan B dimana volume teh yang dituangkan dari gelas A hanya setengah dari volume gelas B. Peneliti meminta siswa untuk menyentuh teh campuran. Menurut siswa suhu teh campuran adalah sama dengan suhu teh ketika berada di gelas A dan B. Berdasarkan demonstrasi tersebut, partisipan dapat menyimpulkan bahwa pembagian massa dan volume tidak mempengaruhi perubahan suhu.
Serangkaian proses perubahan pemahaman siswa dari pemahaman awal yang salah hingga membentuk pemahaman baru yang benar menunjukan terjadinya proses akomodasi hingga mencapai titik kesetimbangannya. Adapun terjadi ketidak setimbangan pemahaman partisipan adalah ketika muncul keragu-raguan partisipan untuk memberikan defenisi pengaruh pembagian massa dan volume. Hal ini
ditunjukan dengan jawaban partsipan ―B : seharusnya berpengaruh siih‖
dari pertanyaan ―P: kalo gitu pembagian massa dan volume berpengaruh
35
hingga mencapai titik keseimbangannya yang ditandai dengan percakapan ―P : kalo gitu menurut kamu pembagian massa dan volume itu berpengaruh ga terhadap perubahan suhu?‖ dan partsispan menjawab ―B : ga mb
[image:53.595.87.512.196.765.2]3.2Perubahan Pemahaman Siswa ke 3
Tabel 3. Pemahaman Awal Siswa ke 3 dan Perubahannya Melalui Akomodasi Pada Konsep Kalor
Pemahaman Siswa Keterangan
Pemahaman awal :
Kalor merupakan pemberi perubahan pada suhu
M : kalor itu pemberi
perubahan pada suhu
(lampiran halaman 67)
Berdasarkan kutipan wawancara siswa disamping, kalor didefenisikan sebagai pemberi perubahan pada suhu. Dari defenisi ini menunjukan bahwa siswa sudah cukup memahami bahwa akibat ada kalor terjadi perubahan suhu
Peneliti memberikan ilustrasi (*) tentang dua buah gelasyang masing-masing berisi air panas dan air dingin P: kalo ada dua buah gelas A
dan B. Masing-masing diisi
air panas dan air
dingin.masing –masing gelas
ini punya kalor ga?
M : punya
P : oww punya
M : ga maksudnya pas disatuin
baru punya kalor
(lampiran halaman 69)
suhu air yang berbeda, akan terdapat kalor ketika air dikedua gelas tersebut digabungkan jadi satu
Pernyataan yang diberikan siswa belum meyakinkan peneliti, bahwa kalor terjadi hanya jika dua buah benda yang berbeda suhu digabungkan jadi satu
Peneliti memberikan pertanyaan konfirmasi atas jawaban siswa mengenai ilustrasi dua buah gelas yang berisi air panas dan air dingin P : kalornya itu hasil
penggabungannya atau apa?
M : kalor itukan perpindahan
panas
(lampiran halaman 70)
Pada tahap ini siswa sudah dapat menjelaskan bahwa kalor adalah perpindahan panas.
Peneliti memberikan ilustrasi (**) tentang dua buah gelas yang berisi air panas dan air dingin kemudian dituangkan jadi satu
37 ada gelas A dan gelas B.
Gelas A diisi air bersuhu
lebih itnggi daripada gelas
B. Kemudian dituangkan jadi
satu. Suhu campurannya
gimana?
M : hangat
(lampiran halaman 70)
bahwa apakah suhu hangat tersebut juga dipengaruhi oleh kalor
P : dipengaruhi oleh kalor juga
ga?
M : ia. Yang buat dia hangat
(lampiran halaman 71)
Berdasarkan jawaban siswa tersebut, menunjukan bahwa siswa sudah memamahami jika kalor adalah perpindahan panas dan akibat adanya kalor adalah terjadi perubahan suhu
Peneliti meminta siswa untuk menyimpulkan pengertian kalor P : kalo gitu kalor menurut
kamu apa?
M : kayak panas yang
berpindah dari suhu tinggi
kesuhu rendah
Pemahaman awal siswa menjelaskan bahwa kalor adalah pemberi perubahan pada suhu. Berdasarkan jawaban siswa tersebut peneliti meminta siswa untuk menjelaskan maksud dari kalor pemberi perubahan pada suhu. Siswa mengaku tidak tahu. Peneliti menyimpulkan bahwa pengetahuan siswa merupakan sekedar pengetahuan hafalan atau sekedar menjawab. Peneliti memberikan sebuah ilustrasi tentang dua buah gelas yang masing-masing berisi air panas dan air dingin. Menurut siswa, pada ilutrasi tersebut terdapat kalor saat benda tersebut disatukan. Berdasarkan jawaban partisipan tersebut, peneliti menanyakan apakah kalornya itu hasil penggabungannya. Menurut pemahaman siswa kalornya itu adalah perpindahan panas. Berdasarkan Pernyataan yang diberikan siswa menunjukan bahwa siswa sudah memahami jika kalor adalah perpindahan panas. kalor hanya terjadi jika dua buah benda yang berbeda suhu didekatkan satu sama lain atau digabungkan menjadi satu.
39
Serangkaian proses peroses perubahan pemahaman siswa di atas menunjukan terjadi proses akomodasi. Dikatakan akomodasi karena partisipan mengubah pemahaman awal dan membangun pengetahuan baru karena mendapat perlakuan berupa dua buah ilustrasi
[image:57.595.89.510.207.752.2]3.1 Perubahan Pemahaman Siswa ke 5
Tabel 4. Pemahaman Awal Siswa 5 dan Perubahannya Melalui Akomodasi Pada Konsep Kalor
Pemahaman Siswa Keterangan
Pemahaman awal :
Kalor adalah sesuatu yang dapat menyalurkan panas
A : kalor...kalor itu gimana
ya....jelasinnya susah
e...misalnya dari panas kalo di
pindah itu dapat menyalurkan
panas
(lampiran halaman 81)
Berdasarkan jawaban siswa menunjukan bahwa siswa belum memiliki konsep yang jelas mengenai pengertian kalor
Peneliti memberi sebuah ilustrasi:
Gelas A diisi air panas dan gelas B diisi air dingin. Kemudian diberikan pertanyaan apakah pada masing-masing gelas ini punya kalor atau tidak.
yaitu gelas A dan gelas B. Gelas
A berisi air panas dan gelas B
berisi air dingin. Pada masing—
masing gelas ini punya kalor ga?
A: punya, dimasing-masing gelas
(lampiran halaman 82)
peneliti meminta siswa untuk mengkonfirmasi jawaban yang pertama kali dijelaskannya bahwa, kalor itu sesuatu yang dapat menyalurkan panas
p : tadi dipenjelasan kamu, kalor
itu sesuatu yang menyalurkan
panas, nah pada masing-masing
ini juga punya kalor. Jadi
sebenarnya kalor itu sesuatu yang
dapat menyalurkan atau sesuatu
yang terdapat disini?
A : yang mengalir. Kalo berpindah
trus hilang gitu ga mungkin. Tapi
dia mengalir ke yang lebih rendah
(lampiran halaman 82)
Pada tahap ini, siswa sudah dapat menyebutkan bahwa kalor itu adalah sesuatu yang dapat mengalir
Peneliti menanyakan kembali pengertian kalor
P : kalo gitu kalor menurut kamu apa?
A : apa ya..sesuatu yang dapat
41 mengalir dan melepaskan.
Gimana ya..membahasakannya
susah e...dah lupa
(lampiran halaman 82)
kalor merupakan sesuatu yang mengalir.
Tetapi siswa belum menjelaskan bahwa kalor yang berpindah itu berupa energi
peneliti menanyakan kepada siswa mengenai satuan dari kalor
P : satuan dari kalor apa?
A : joule
(lampiran halaman 83)
berdasrkan kutipan wawancara disamping menunjukan bahwa siswa sudah dapat menyebutkan satuan dari kalor
Peneliti meminta siswa untuk menyebutkan besaran fisika lain yang satuannya joule
P : besaran fisika lain yang satuannya joule ada ga?
A : ada
P : misalnya apa?
A : yang di listrik-listrik itu..
P : misalnya besaran apa tentang
listrik?
A : lupa
(lampiran halaman 83)
Peneliti menanyakan pada materi usaha dan energi yang memilki satuan joule
P : kalo materi usah dan energi?
A : usaha
(lampiran halaman 84)
Pada tahap ini, peneliti meminta siswa untuk menyebutkan persamaan usaha dan energi sehingga dapat menentukan satuannya masing-masing
P : kalo energi tadi apa?
A : kgm2/s2
P : kalo gitu satuan usaha apa? A : (sambil menulis ), W = f x s
Nm = kgm/s2.m
= kg m2/s2
(lampiran halaman 86)
Berdasarkan jawaban siswa menunjukan bahwa, siswa sudah dapat menyebutkan satuan dari usaha dan energi, tetapi masih belum dapat menyebutkan bahwa kg m2/s2 sama dengan joule
43 P : nama lain dari joule tadi apa? A : seingatku mb kg m2/s2.
(lampiran halaman 87)
Berdasarkan jawaban siswa, peneliti menanyakan tentang antara besaran usaha dan energi yang sama dengan besaran kalor P : jadi gimana menurut kamu kalor
itu sma dengan usaha atau
energi?
A : (terlihat bingung). Kalo
menurutku sih energi itu sama
dengan kalor bukan usaha
P : kan satuannya sama?
A : iya kan ga mungkin usaha yang
berpindah
(lampiran halaman 87)
Berdasarkan kutipan wawancara disamping menunjukan bahwa, siswa sudah memiliki pemahaman jika kalor itu sama energi bukan sama dengan usaha, namun alasan tersebut tidak disertai alasan yang benar
peneliti meminta siswa untuk menyimpulkan pengertian kalor
P : jadi menurut kamu kalor itu apa? A : energi yang berpindah dari suhu
yang tingggi ke suhu yang rendah
(lampiran halaman 87)
panas. Untuk mengubah pemahaman siswa tersebut, peneliti memberikan pertanyaan pengecoh melalui ilustrasi jika dua buah gelas A dan B masing-masing diberi air panas dan air dingin, pada masing-masing gelas tersebut punya kalor atau tidak dan menurut siswa pada dua buah gelas terdapat kalor yaitu pada masing-masing gelas A dan B. Berdasarkan jawaban tersebut, peneliti meminta siswa untuk mengkonfirmasi jawaban semula, yang mana menurut pemahaman awal siswa menjelaskan bahwa kalor merupakan sesuatu yang menyalurkan panas sedangkan pemahaman keduanya bahwa kalor adalah sesuatu yang terdapat pada suatu sistem. Perlakuan berupa pertanyaan konformasi yang diberikan memfasilitasi terjadinya perubahan pemahan pada siswa. Menurut siswa kalor adalah sesuatu yang mengalir. Berdasarkan jawaban tersebut, peneliti meminta siswa untuk menyimpulkan pengertian kalor dan siswa menyimpulkan bahwa kalor adalah sesuatu yang dapat mengalir.
45
energi. Dengan menggunakan persamaan matematis partisipan memberikan jawaban bahwa satuan dari usaha dan energi adalah kg m2/s2.Selanjutnya, peneliti meminta partisipan untuk menyebutkan nama lain dari joule dan menurut partisipan nama lain dari joule adalah kg m2/s2.. Membantu pemahaman partisipan untuk mengarah pada jawaban yang benar, kemudian berupa pertanyaan peneliti menanyakan besaran apa antara usaha dan energi yang sama dengan kalor dan menurut siswa adalah usaha. Jawaban yang diberikan siswa belum meyakinkan peneliti jika siswa sudah memahami dengan baik bahwa kalor itu berupa energi. Kemudian peneliti menanyakan kepada siswa mengapa kalor sama dengan energi bukan sama dengan usaha. Menurut siswa karena tidak mungkin usaha yang berpindah. Berdasarkan jawaban tersebut peneliti meminta siswa untuk menyimpulkan pengertian kalor. Menurut siswa kalor adalah energi yang berpindah dari benda bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah.
[image:63.595.85.514.233.635.2]lain karena perbedaan temperatur, maka tahap selanjutnya peneliti berusaha untuk memberikan perlakuan dengan meminta siswa menyebutkan satuan dari kalor dan menyebutkan besaran fisika lain yang satuannya sama dengan satuan dari besaran kalor. Sebagai hasilnya partisipan dapat menyebutkan bahwa kalor sama dengan energi. Adanya usaha dari siswa untuk mengubah pemahaman awal yang salah menjadi pemahman baru yang benar menujukan bahwa terjadi proses akomodasi hingga mencapai titik keseimbangan atau ekuilibrium.
Tabel 5. Pemahaman Awal Siswa ke 5 dan Perubahannya Melalui Akomodasi Pada Konsep Arah Perpindahan Kalor
Pemahaman Siswa Keterangan
Pemahaman awal :
Kalor tidak hanya berpindah dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah, tetapi juga berpindah dari benda bersuhu rendah ke benda bersuhu tinggi
P ; kalo gitu kalor itu selalu
mengalir dari benda bersuhu
tinggi kebenda bersuhu rendah
ga?
Berdasarkan jawaban yang di kemukakan siswa, menunjukan bahwa partisipan belum memiliki pemahaman yang benar mengenai konsep arah perpindahan kalor
47 A : ya,,bersuhu rendah juga beri,
tapi kecil, kayaknya
(lampiran halaman 88)
P : kalo kamu mamanaskan air kalornya berpindah dari mana
kemana?
A : dari api ke air
P : apinya bersuhu gimana? A : tinggi
P : kalo air suhunya gimana?
A : bersuhu rendah
P : Kalo gitu kalor berpindah dari
mana kemana?
A : dari api bersuhu tingi ke air
yang bersuhu rendah
(lampiran halaman 88)
Peneliti memberikan lagi pertanyaan kepada siswa
P : ada ga kalornya berpindah dari
air ke apinya?
A: ga
(lampiran halaman 88)
P : kok ga ada?kan tadi kamu bilang kalor juga berpindah
dari benda bersuhu rendah ke
beda bersuu tinggi. Tapi
kalornya kecil. Jadi yang
benrnya yang mana?
A : iya berarti dari api, airnya ga
beri.
(lampiran halaman 88)
Peneliti meminta siswa untuk menyimpulkan arah perpindahan kalor
P : kalo gitu kalor berpindah dari
mana kemana?
A : kalor berpindah dari yang
bersuhu tinggi ke yang bersuhu
rendah
(lampiran halaman 89)
49
bersuhu lebih tinggi ke benda bersuhu lebih rendah. Peneliti memberikan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari tentang memanaskan air menggunakan api. Menurut siswa, ketika memanaskan air menggunakan api kalor berpindah dari api ke air. Dengan pertanyaan, peneliti menanyakan apakah mungkin kalornya berpindah dari air ke api, dan menurut siswa pada contoh tersebut kalor hanya berpindah dari api ke air. Berdasarkan jawaban tersebut, peneliti mengkonfirmasi pernyataan awal siswa bahwa kalor tidak hanya berpindah dari benda bersuhu lebih tenggi ke benda bersuhu lebih rendah, tetapi juga berpindah dari benda bersuhu lebih rendah ke benda bersuhu lebih tinggi. Jawaban siswa dari pertanyaan konfirmasi tersebut bahwa kalor hanya berpindah dari api ke air. Melalui ilustrasi tersebut, siswa mengubah pemahamannya bahwa kalor hanya berpindah dari benda bersuhu yang lebih tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah.
kalor tidak mengalir dari air ke api tetapi hanya mengalir dari api ke air. Pemahaman tersebut mencapai titik keseimbangannya ketika siswa dapat menjelaskan bahwa kalor berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah.
51 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Skema awal pemahaman kelima siswa mengenai konsep suhu dan kalor berbeda-beda.
2. Perubahan pemahaman siswa dapat terjadi melalui proses asimilasi dan akomodasi.
3. Perubahan pemahaman secara asimilasi dialami oleh siswa ke 4. Siswa tersebut mengalami perubahan pemahaman mengenai konsep kalor 4. Perubahan pemahaman secara akomodasi dialami oleh siswa ke 2, 3, dan
5. Siswa ke 2 mengalami perubahan pemahaman secara akomodasi mengenai konsep pengaruh pembagian massa dan volume terhadap perubahan suhu. Siswa ke 3 mengalami perubahan pemahaman secara akomodasi mengenai konsep kalor. Sedangkan siswa ke 5 mengalami perubahan pemahaman secara akomodasi mengenai konsep kalor dan konsep arah perpindahan kalor
B. Saran
kasus yang memungkinkan akan memfasilitasi terjadinya perubahan pemahaman
2. Pembelajaran Fisika di sekolah tidak hanya berupa belajar rumus, tetapi juga harus diimbangi dengan pengetahuan konsep
53
Daftar Pustaka
Berg, Van Euwe. 1991. Miskonsepsi Fisika dan remidiasi, sebuah pengantar berdasarkan lokakarya yang diselenggarakan di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, 7-10 Agustus 1990. Salatiga: Universitas Kristen Satya Waacana
Heryanto. 2012. Teori yang melandasi pembelajaran konstruktivistik.. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131656343/TEORI%20KONSTRUKTIVIS TIK.pdf. Diunduh pada sabtu, 7 November 2015 pukul 11.30 WIB.
Isabel, Gedgrave. 2009. Modern Teaching Of Physics. Global Media Giancoli, D.C. 1999. Fisika Edisi kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Giancoli, D.C. 2014. Fisika Edisi ketujuh Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Hugh D. Young & Roger A. Freedman. 2000. Fisika Universitas Edisi kesepuluh Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Kanginan, Marten. 2002. Fisika untuk SMA kelas X Semester 2. Jakarta: Erlangga Khairani, Makmun. 2013. Psikologi Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo
M. Irham and N. A Wiyani. 2014. Psikologi pendidikan Teori dan aplikasi dalam Proses Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Suparno, Paul. 2009. Pengantar Termofisika. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
Suparno, paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Slavin, R. 2008. Psikologi Pendidikan, Teori dan Praktik Edisi 8 Jilid 1.Jakarta: Indeks
Suparno, Paul. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
Soedojo, Peter. 1999. Fisika Dasar. Yogyakarta: Andi
Suparno, Paul. 2014. Metode Penelitian Pendidikan IPA. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
White, R and Gunstone, R. 1993. Probing Understanding. Basingstoke: Burgess Science Press
Lampiran 1
Transkrip wawancara siswa 1 Keterangan:
P: peneliti
E: partisipan
E : partisipan P: peneliti Partisipan A
P : kita mulai aja ya dek wancaranya. E : ia mb
P : ok baik. Elke pernah mendengar kata suhu dan kalor ga? E : ia pernah kak.
P : menurut elke suhu itu apa?
E : suhu itu ya...apa ya...aku lupa belajar mb P: ia sepengetahuan elke aja
E : suhu itu karna naik turunnya udara gitu loo....hahahaha...gimana yaa... P : naik turunnya udara itu maskudnya seperti apa ?
E : apa ya...misalnya pada pagi hari itu sekitar 20 derajat, tetapi ketika udah sampai siang hari suhunya itu naik sampai 30 derajat
P : 20 derajat dan 30 derajat itu menunjukan apanya?
55 P : contohnya kayak gimana itu?
E : emmm...misalnya ..aku bingung mebahasakannya mb..haha, misalnya suhu badan orang itu brapa gitu, dan itu diketahui dengan menggunakan
termometer
P : emang di termometer itu langsung ada keterangan kalo suhunya sekian gitu ya dek?
E : ia mb kaya gitu..misanya kalo sakit suhunya badannya naik jadi brapa gitu dibandingkan dengan suhhu ketika dia masih sehat
P : ia ya..langsung ditulis suhunya barapa gitu ?
E: emm,,,iya mb,,,kok bingung ...ia kalo ga salah mba...bentar mb..
Ia kan mb.atau gmana mb..mislanya gini khan mba (sambil menggambar termometer dan perubahan skala termometer ketika suhu badan orang naik dari suhu normalnya).
P: nah itu kamu sudah menggambar termometeryna. Coba kamu jelaskan
E: ya kalo misalnya badan orang tersebut lagi sakit suhu badannya naik dari yang biasanya. Misal 30 derajat itu naiknya. suhu normalnya 27. Berarti mengalami kenaikan 3 derajat.
P: yang menunnjukan suhunya apa? E : termometernya mb
P : kalo ada termometer berarti menunjukan suhunya gitu ya?
E: hmmmmm,...gimana ya mb,bingung membahasakannya mb ..iya bukan termometer yang menunjukan suhunya mb..tapi angka ditermometernya itu P : nah kalo gitu sesuai gambar elke yang itu,,..coba elke jelaskan pengertian
suhu
E : suhu adalah naik turunnya suhu di suatu ruangan. P: naik turun yang dimasudkan seperti apa?
P : berarti semua perubahan dari yang suhunya dingin atau suhunya panas namanya suhu gitu ya?
E : ya..hahahha...kok malah jadi bingung mb,,akibat ga belajar iki.. P : terus gimana?
E : suhu itu panas dinginnya mb...bukan naiknya turunnya itu.. P : coba diulang suhu itu apa?
E : panas dinginnya suat benda atau ruangan.
P : emm..gitu ya...kalau kalor itu apa? Sama ga atau beda dengan suhu?
E : beda mb..kalo kalor itu panasnya..apa ya....kalor itu perpindahan panas dari suatu benda ke lingkungan sekitarnya.
P : kok bisa berpindah ya...
E : hahahahhaa....soalnya tu.hmmmmm..ga belajar sih mb. Pokoknya bepindah aja,,entah dari suatu beda kelingkungan atau dari lingkungan ke suatu benda. P : kok bisa gitu lo..dari lingkungan ke benda atau dari benda ke lingkungan.. E : ia bisa..yaitu ada kalor jenis dan suhunya
P : suhunya yang kamu maksudkan itu seperti apa?
E : ya suhunya pada waktu itu..apa suhu lingkungannya atau suhu bendanya pada waktu itu.
P : suhunya pada waktu itu seperti apa biar terjadi perpindahan panas? E : misalkan kalo bendanya itu panas terus lingkunganny itu suhunya lebih
dingin, jadikan lama kelamaan bendanya itu bisa jadi dingin P : kok bisa jadi dingin ya bendanya..panasnya kemana? E : panasnya itu keluar dari bendanya itu ke lingkungan itu P: terus suhu lingkungannya ?
57
A P : nah kok bisa jadi 40 derajat..10 derajatnya kemana? E : berbaur kelingkunga mb
P : jadi suhu lingkungannya gimana? E : tetapminus 10..
P : 10 dari 50 tadi kemana? E : keluar mb,,
P : coba digambar (menggambar proses sistem lingkungan dan benda yang suhunya berbeda)
Coba dijelaskan
E : jadinya suhu bendanya tu berkurang karena dia melepaskan kalor keruangan P : si benda melepaskan kalor, terus siapa yag menerima kalor dari benda? E : lingkungan sekitar mb.
P : lingkungan sekitar tadi mempunyai suhu 10 derajat. Tapi kanapa kok tidak memberikan kalornya kepada benda?
E : karena lebih dingin dari suhu benda mb
P : gitu ya,,berarti kalo salah satu antara dua buah benda suhun lebih dingin, maka ketika tejadi peripindahaan panas dari suatu benda yang bersuhu lebih panas, benda yang bersuhu lebih dingin akan tetap sama gitu?
E : ia gimana ya mb..kayak gitu..
P: dulu waktu kecil kalo ibu-ibu sering mendinginkan air digelas dibuat dengan cara meletakan gelas air panas tersebut kedalam wadah berisi air dingin..ingat ga??
P : suhu air diawadah dan digelas jadinya gimana?
E : suhu air digelas berkurang mb, sedangkan air diwadah sudah berbaur jadi rodok
hangat sih
P: yang bebaur itu apa?
E : suhu panas dari gelas sehingga air diwadah tersebut rodok hangat juga sih
B P : kalo gitu pada contoh tadi, air yag bersuhu minus 10 derajat jadinya gimana? E : hahhaa...ia salah mb yg tadi..suhunya jadi naik mb
P : ada kalor ga?
E : ada kalornya mb. Pans yang berpindah dari gelas pans tadi ke wadahnya. P : bisa ga kalo kalornya itu berpindah dari wadah ke gelas tadi?
E : ia bisa sja mb..kalau wadahnya bersuhu lebih panas dari air digelas tadi P : kalo gitu kalor menurut kamu apa?
E : perpindahan panas mb
P : mengapa terjadi perpindahan panas? E : karena suhu berbeda
P : perpindahannya dari mana kemana?
59
E : dari benda panas ke benda dingin, benda dingin yooo.ia pindah.haahaha.. P : kalo suhu antar kedua benda sama –sama 40 derajat gimana?
E : tidak mengalami perpindahan kalor mb.kan suhunya sama. P : kalo gitu hubungan antar suhu dan kalor itu seperti apa?
E : ya kalor itukan perpindahan panas karena ada perbedaan suhu, kalo ga ada perbedaan suhunya ya tidak tejadi perpindahan panas
P : kalo tadi sudah mendefenisikan pengertian suhu dan kalor serta hubungan antara keduanya, nah kalau kalor jenis pernah dengar ga?
E : pernah mba, ka