• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Pengecualian Praktek Monopoli Yang Dilakukan Oleh Bumn Menurut Pasal 51 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Pengecualian Praktek Monopoli Yang Dilakukan Oleh Bumn Menurut Pasal 51 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pasca krisis moneter 1998, pemerintah giat melakukan privatisasi dan

mengakhiri berbagai praktek persaingan tidak sehat. Fungsi regulasi usaha

dipisahkan dari Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya disebut BUMN). Sebagai

akibatnya, banyak BUMN yang terancam gulung tikar, tetapi beberapa BUMN

lain berhasil memperkokoh posisi bisnisnya. Dengan mengelola berbagai produksi

BUMN, pemerintah mempunyai tujuan untuk mencegah monopoli pasar atas

barang dan jasa publik oleh perusahaan swasta yang kuat. Karena, apabila terjadi

monopoli pasar atas barang dan jasa yang memenuhi hajat hidup orang banyak,

maka dapat dipastikan bahwa rakyat kecil yang akan menjadi korban sebagai

akibat dari tingkat harga yang cenderung meningkat.

Pasal 51 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek

Monopoli Dan Persaingan Tidak Sehat (selanjutnya disebut Undang-Undang No.

5 Tahun 1999), menyebutkan monopoli dan atau pemusatan kegiatan yang

berkaitan dengan produksi dan atau pemasaran barang atau jasa yang menguasai

hajat hidup orang banyak serta cabang-cabang produksi yang penting bagi negara

diatur dengan undang-undang dan diselengarakan oleh Badan Usaha Milik Negara

dan atau badan atau lembaga yang dibentuk atau ditunjuk oleh Pemerintah.

Mencermati Pasal 51 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 ini, dapat kita

temukan keterkaitan yang sangat erat dengan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia 1945 (selanjutnya disebut Undang-Undang Dasar 1945) Pasal

(2)

penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh

negara. Oleh sebab itu, tentunya sebelum membahas lebih lanjut tentang Pasal 51

Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 ini, seharusnya kita harus memahami Pasal 33

ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945. Ada 2 (dua) hal yang ditekankan dalam

pasal tersebut.1 Hal yang pertama merupakan pengertian cabang-cabang produksi

yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak, hal ini berarti

penghasilan barang dan jasa yang dirasakan vital bagi kehidupan manusia dalam

kurun waktu tertentu, sedangkan di dalam kurun waktu bersangkutan pasokannya

terbatas, sehingga pemasoknya dapat menentukan harga dan syarat-syarat

perdagangan lainnya yang merugikan rakyat banyak demi keuntungan

pribadinya.2

Hal yang ke dua adalah pengertian “dikuasai oleh negara” yang berarti

penguasaan dalam arti yang luas, yaitu mencakup pengertian kepemilikan dalam

arti publik dan sekaligus perdata, termasuk pula kekuasaan dalam mengendalikan

dan mengelola bidang-bidang usaha itu secara langsung oleh pemerintah atau

aparat-aparat pemerintahan yang dibebani dengan tugas khusus.3

Sesuai dengan pengertian dari Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945

tersebut, maka dapat kita ketahui bahwa pemerintah mempunyai tugas menjaga

perkonomian negara Indonesia, terutama dalam hal menjaga faktor-faktor

produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak agar dapat disalurkan kepada

1

Ningrum Natasya Sirait, Hukum Persaingan di Indonesia UU No. 5/1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Medan: Pustaka Bangsa Press, 2004), hlm. 231.

2

Adi Fadli, “Cabang Produksi yang Tak Berhajat”, http://timpakul.web.id/cabang-produksi-yang-tak-berhajat/ (diakses pada tanggal 07 Juli 2012).

3

(3)

rakyat tanpa ada monopoli dari pihak swasta, yang juga dapat kita lihat dengan

jelas dalam tujuan Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 yaitu: 4

1. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional

sebagai salah satu upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat;

2. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui persaingan usaha yang sehat

sehingga terjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi

pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil;

3. Mencegah praktek monopoli, dan atau persaingan usaha tidak sehat yang

ditimbulkan oleh pelaku usaha; dan

4. Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.

Membaca tujuan dari Undang-Undang No.5 Tahun 1999 ini dapat dilihat

bahwa pemerintah telah melakukan suatu perbuatan administrasi negara dalam

kegiatan ekonomi yang bersifat yuridis yaitu pengaturan monopoli dan tindak

usaha yang tidak sehat yang berkaitan dengan produksi dan pemasaran atas barang

dan atau jasa. Akan tetapi dalam hal yang menguasai hajat hidup orang banyak

serta cabang produksi yang penting bagi negara sebagai mana di maksud dalam

Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 terdapat pengecualian terhadap negara,

yaitu negara diperbolehkan untuk melakukan monopoli. Sebagaimana diatur

secara khusus dalam Pasal 51 Undang-Undang No.5 Tahun 1999.

Negara dalam hal melakukan monopoli, memberikan hak kepada BUMN

dan atau badan atau lembaga yang dibentuk atau ditunjuk oleh Pemerintah. Dalam

praktiknya BUMN paling sering mendapat mandat untuk melakukan monopoli.

Hal ini karena BUMN adalah badan usaha yang modalnya baik seluruhnya

4

(4)

maupun sebagian secara langsung memperoleh penyertaan modal dari kekayaan

negara yang dipisahkan.

Komisi Pengawas Persaingan Usaha menilai sebagian besar BUMN

merasa bebas dari hukum persaingan. Pelaku usaha plat merah itu cenderung

berlindung dibalik Pasal 51 UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Pasal tersebut memang memberikan

pengecualian monopoli, namun apakah Pasal 51 bisa diterapkan pada seluruh

BUMN?5 Sampai saat ini terdapat beberapa cabang produksi masih dikuasai

oleh negara lewat BUMN, diantaranya sektor hilir minyak dan gas,

ketenagalistrikan, dan jaminan sosial tenaga kerja.

Untuk kasus monopoli gas yang dipegang oleh Pertamina, sampai saat ini

terdapat beberapa kasus yang sudah diproses di KPPU. Pertamina menjadi salah

satu contoh mengenai monopoli oleh negara di sektor hilir, baik terhadap

komoditi minyak maupun gas. Pada sub sektor elpiji misalnya, sejak awal

bisnisnya, Pertamina tercatat sebagai satu-satunya penyedia dan pendistribusi

elpiji. Baru kemudian pada tahun 2000, bisnis elpiji mulai diramaikan pelaku

usaha lain seperti PT. Blue Gas dan PT. My Gas.

Namun praktiknya tidak terjadi persaingan yang efektif dalam bisnis elpiji

Indonesia. Persaingan hanya terjadi pada tingkat servis, bukan pada persaingan

tingkat harga maupun kualitas. Selain itu untuk sebagian besar produk Pertamina,

penetapan harganya dilakukan oleh pemerintah dan Pertamina itu sendiri. Untuk

BBM misalnya, hanya beberapa jenis produk non-subsidi (seperti avtur, solar

5

(5)

industri, dan BBM beroktan tinggi) yang penetapan harganya diserahkan kepada

mekanisme pasar.6

Dalam logika bernegara monopoli memang merupakan kewenangan

negara demi menjamin kesejahteraan rakyatnya. Namun yang perlu digarisbawahi

adalah jangan sampai karena monopoli tersebut justru menghambat usaha

pemenuhan kebutuhan rakyat. Jangan sampai tujuan mulia untuk menyejahterakan

rakyat justru berbalik menjadi merepotkan rakyat bahkan menyengsarakan rakyat.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut kemudian yang menjadi pertanyaan adalah

sebatas mana BUMN boleh melakukan monopoli dan bagaimana ketentuannya

dalam aturan perundang-undangan. Selain itu perlu juga diteliti mengenai

penerapan ketentuan monopoli oleh BUMN tersebut dalam praktik dunia usaha

dewasa ini.7

Sebagai upaya menghindarkan eksploitasi ataupun bentu “monopoli oleh

negara” yang tidak terkontrol maka dilakukan dengan memberikan

penyelenggaraan monopoli dan atau pemusatan kegiatan produksi dan atau

pemasaran barang dan jasa yang menguasai hajat hidup orang banyak dan cabang

produksi yang penting bagi negara yang pelaksanaanya diatur oleh

undang-undang dan diselenggarakan oleh BUMN dan atau badan atau lembaga lain yang

dibentuk dan atau ditunjuk oleh pemerintah. Perhitungan ekonomi

memperlihatkan bahwa monopoli alamiah yang dilakukan oleh suatu perusahaan

jelas akan lebih menguntungkan apalagi bila hal tersebut berhubungan dengan

hajat hidup orang banyak dan industri yang vital. Oleh sebab itu pengecualian

6

KPPU, ”Perkembangan Sektor Migas Dari Sudut Persaingan Usaha”, http://www.kppu.go.id (diakses pada tanggal 20 Juni 2012).

7

(6)

dalam hal ini harus diverifikasi melalui beberapa ukuran.8 Kejelasan mengenai

undang-undang ataupun peraturan pemerintah yang dikeluarkan untuk menunjuk

kepada BUMN manakah yang dapat dikecualikan sangatlah dibutuhkan untuk

dapat menetapkan BUMN yang manakah yang dimaksud.9

Berbagai hal yang telah penulis jabarkan diatas, mendorong penulis

melakukan penelitian lebih lanjut dan mengangkatnya dalam sebuah skripsi

dengan judul “PENGECUALIAN PRAKTEK MONOPOLI YANG

DILAKUKAN OLEH BUMN SESUAI PASAL 51 UNDANG-UNDANG NO.5 TAHUN 1999”

B.Rumusan Permasalahan

Sesuai dengan judul skripsi ini, yaitu “Pengecualian praktek monopoli

yang dilakukan oleh BUMN sesuai Pasal 51 Undang-Undang No.5 Tahun 1999”

maka permasalahan yang akan di bahas dalam skripsi ini adalah :

1. Bagaimana pengaturan mengenai monopoli dalam peraturan

perundang-undangan di Indonesia?

2. Bagaimana kedudukan BUMN dalam perekonomian Indonesia sehingga

mendapat hak untuk melakukan praktek monopoli dalam melakukan kegiatan

usaha?

3. Bagaimana ketentuan pengecualian terhadap praktek monopoli yang dilakukan

oleh BUMN?

8

Ningrum Natasya Sirait, Op.Cit, hlm. 232. 9

(7)

C.Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan penulisan

Adapun yang dapat dijadikan tujuan dari pembahasan dalam skripsi ini

dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan mengenai monopoli didalam

peraturan perundang-undangan di Indonesia.

b. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan mengenai BUMN didalam

peraturan perundang-undangan di Indonesia.

c. Untuk mengetahui bagaimana ketentuan pengecualian terhadap praktek

monopoli yang dilakukan oleh BUMN.

2. Manfaat penulisan

Manfaat penulisan yang diharapkan dari penulisan skripsi ini adalah

sebagai berikut :

a. Secara teoritis.

Secara teoritis, diharapkan pembahasan terhadap masalah-masalah yang

diangkat dan dibahas mampu melahirkan pemahaman mengenai ketentuan

pengecualian monopoli yang dilakukan oleh BUMN, sebatas mana

monopoli yang dapat dilakukan oleh BUMN, dan bagaimana pengaturan

yang mengaturnya.

b. Secara praktis

Secara praktis, pembahasan dalam skripsi ini diharapkan dapat menjadi

masukan bagi pembaca, dan dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi

kalangan akademisi dalam menambah wawasan mengenai monopoli yang

dilakukan oleh BUMN dan dapat menilai bagaimana penerapan monopoli

(8)

D.Keaslian Penulisan

“Pengecualian praktek monopoli yang dilakukan oleh BUMN sesuai

dengan Pasal 51 Undang-Undang N0. 5 Tahun 1999” yang diangkat menjadi judul

dari skripsi ini merupakan karya ilmiah yang sejauh ini belum pernah ditulis

dalam lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU). Penulis

menyusun skirpsi ini berdasarkan referensi buku-buku, media cetak dan

elektronik, juga melalui bantuan berbagai pihak.

E.Tinjauan Kepustakaan

Monopoli, dalam pengertian secara luas, dapat berarti suatu kondisi

di mana hanya ada satu penjual yang menwarkan (supply) suatu barang dan atau

jasa tertentu. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.5 Tahun 1999 menyatakan

bahwa monopoli adalah penguasan atas produksi dan atau pemasaran barang dan

atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok

pelaku usaha tertentu.

Sementara yang dimaksud dengan praktek monopoli sesuai dengan Pasal 1

angka 2 Undang-Undang No.5 Tahun 1999 adalah suatu pemusatan kekuatan

ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya

produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga

menimbulkan suatu persaingan usaha secara tidak sehat dan dapat merugikan

kepentingan umum. Dan pengertian persaingan usaha tidak sehat sesuai Pasal 1

angka 6 adalah suatu persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan

produksi dan atau pemasaran barang atau jasa yang dilakukan dengan cara-cara

(9)

usaha. Satu pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha patut diduga atau dianggap

melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa

apabila:10

1. Barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada subsitusinya; atau

2. Mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan

usaha barang dan atau jasa yang sama; atau

3. Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50%

(lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang dan atau jasa tertentu.

Gambaran yang jelas dapat kita lihat melalui ketentuan di atas, bahwa

perbuatan monopoli dapat dikategorikan melanggar hukum persaingan. Tapi patut

dicermati bila kedudukan monopoli ini didapat melalui persaingan yang sehat

maka sesuai dengan pendekatan pasal yang bersifat Rule of Reason, monopoli

tidak dengan sendirinya menjadi kegiatan yang dilarang secara mutlak.11 Oleh

sebab itu pembuktian yang dilakukan oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha

(selanjutnya disebut KPPU) dalam adanya dugaan pelanggaran Pasal 17

Undang-Undang No.5 Tahun 1999 tersebut dengan menggunakan pendekatan Rule of

Reason, dapat dibagi menjadi beberapa tahap yaitu :12

1. Pendefinisian pasar yang bersangkutan;

2. Pembuktian adanya posisi monopoli di pasar yang bersangkutan;

3. Identifikasi praktek monopoli yang dilakukan pelaku usaha yang memiliki

Posisi Monopoli;

4. Identifikasi dan pembuktian dampak negatif dan pihak yang terkena dampak

dari praktek monopoli tersebut.

10

Ningrum Natasya Sirait, Op.Cit, hlm. 96. 11Ibid.

12

(10)

Kita dapat melihat Pasal 51 Undang-Undang No.5 Tahun 1999, terdapat

ketentuan-ketentuan yang sebagaimana dimaksud dapat diuraikan dalam beberapa

unsur, sebagai berikut:13

1. Monopoli dan atau pemusatan kegiatan;

2. Produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang menguasai hidup orang

banyak;

3. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara;

4. Diatur dengan undang-undang;

5. Diselenggarakan oleh BUMN dan atau badan atau lembaga yang dibentuk atau

ditunjuk oleh pemerintah.

Sesuai dengan ketentuan Pasal 51 Undang-Undang No.5 Tahun 1999,

terdapat pengecualian terhadap BUMN dan atau badan atau lembaga yang

ditunjuk oleh pemerintah untuk melakukan monopoli sepanjang berkaitan dengan

produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang menguasai hajat hidup

orang banyak serta cabang-cabang produksi yang penting bagi negara. Pengertian

BUMN yang dimaksud di Pasal 51 Undang-Undang No.5 Tahun 1999 sesuai

dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik

Negara (selanjutnya disebut UU BUMN), Pasal 1 angka 1 adalah badan usaha

yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui

penyertaan langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. BUMN

itu sendiri dapat di pisahkan menjadi:14

1. Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut persero, adalah BUMN yang

berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh

13 Ibid. 14

(11)

atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh

Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya adalah mengejar

keuntungan.

2. Perusahaan Perseroan Terbuka, yang selanjutnya disebut persero terbuka,

adalah persero yang modal dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteria

tertentu atau Persero yang melakukan penawaran umum sesuai dengan

peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

3. Perusahaan Umum, yang selanjutnya disebut perum adalah BUMN yang

seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan

untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan atau jasa yang

bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip dasar

pengelolaan perusahaan.

Keberadaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah tidak sama dan

tidak termasuk dalam ruang lingkup dari pengertian Badan Usaha Milik Negara.

Hal ini dikarenakan pengaturannya yang bersifat khusus dan tata cara pendirian

dan pertanggungjawabannya diatur berbeda sesuai dengan peraturan

perundangundangan tersendiri yaitu yang terkait dengan pemerintahan daerah.

Untuk badan atau lembaga yang dibentuk atau ditunjuk oleh pemerintah,

merupakan badan atau lembaga yang dibentuk untuk menjalankan tugas

pelayanan kepentingan umum yang kewenangannyan berasal dari pemerintah

pusat dan dibiayai oleh dana negara (APBN) atau dana publik lainnya yang

memiliki keterkaitan dengan negara. Yang memliliki ciri melaksanakan:15

15

(12)

1. Pemerintahan negara;

2. Manajemen keadministrasian negara;

3. Pengendalian atau pengawasan terhadap badan usaha milik negara; dan atau

4. Tata usaha negara.

Badan atau lembaga yang dibentuk atau ditunjuk oleh pemerintah untuk

menyelenggarakan monopoli dan atau pemusatan kegiatan wajib memenuhi

hal-hal sebagai berikut:16

1. Pengelolaan dan pertanggungjawaban kegiatannya dipengaruhi, dibina, dan

dilaporkan kepada pemerintah;

2. Tidak semata-mata ditujukan untuk mencari keuntungan;

3. Tidak memiliki kewenangan melimpahkan seluruh atau sebagian monopoli dan

atau pemusatan kegiatan kepada pihak lain. BUMN dan badan atau lembaga

yang dibentuk pemerintah menyelenggarakan monopoli dan atau pemusatan

kegiatan secara bersama-sama sesuai kebutuhan dan pertimbangan berdasarkan

peraturan perundang-undangan.

Akan tetapi walaupun diberikan hak oleh negara untuk melakukan monopoli,

diatur dengan undang-undang adalah merupakan syarat legal untuk BUMN dan

atau badan atau lembaga yang dibentuk atau ditunjuk oleh pemerintah untuk

melakukan monopoli dan atau pemusatan kegiatan atas barang dan atau jasa yang

menguasai hajat hidup orang banyak serta cabang-cabang produksi yang penting

bagi negara. Dengan demikian monopoli dan atau pemusatan kegiatan oleh negara

tersebut hanya dapat dilakukan setelah diatur terlebih dahulu dalam bentuk

undang-undang (bukan peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang).

16

(13)

F. Metode Penulisan

Metodologi adalah pedoman cara seorang ilmuwan mempelajari dan

memahami lingkungan-lingkungan yang dihadapi.17 Metodologi penelitian

digunakan dalam setiap penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah itu sendiri ialah suatu

proses penalaran yang mengikuti suatu alur berpikir yang logis dan dengan

menggabungkan metode yang juga ilmiah karena penelitian ilmiah selalu

menuntut pengujian dan pembuktian.

Sebagai suatu penelitian ilmiah, maka rangkaian kegiatan penelitian

diawali dengan pengumpulan data hingga analisis data dilakukan dengan

memperhatikan kaidah-kaidah penelitian sebagai berikut :18

1. Jenis, sifat dan pendekatan penelitin .

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif. Penelitian dalam

bidang hukum sifatnya merupakan gambaran atau deskripsi kepada masyarakat

tentang adanya suatu kejadian di bidang hukum, berdasarkan hal tersebut maka

sifat penelitian adalah deskriptif analisis yaitu penelitian yang bermaksud

untuk menggambarkan, menelaah dan menganalisa peraturan

perundang-undangan yang berlaku dihubungkan dengan teori hukum yang berkaitan

dengan dugaan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Sifat

analisis yang dicerminkan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

kegiatan monopoli yang dilakukan oleh BUMN ditinjau dari Undang- Undang

Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat.

17

Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif (Jakarta: UI Press 1986), hlm. 6. 18

(14)

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian yuridis

normatif. Penggunaan pendekatan yuridis yaitu untuk menggambarkan

bagaimana efektifitas Undang-Undang Anti Monopoli dalam menilai efek

pemberian hak monopoli terhadap BUMN oleh pemerintah.

2. Sumber data.

Sumber data dalam penulisan ini adalah :

a. Bahan hukum primer, bahan-bahan yang mengikat yakni :

1) Undang-Undang No.5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli

dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

2) Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

3) Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha No. 3 Tahun 2010 tentang

Pedoman Pelaksanaan ketentuan Pasal 51 Undang-Undang No.5 Tahun

1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat.

4) Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha No. 11 Tahun 2011

tentang Pedoman Pasal 17 (Praktek Monopoli) Undang-Undang No.5

Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat.

b. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer, seperti buku, hasil-hasil penelitian dan

karya ilmiah dari kalangan hukum, yang ada hubungannya dengan judul dan

(15)

3. Teknik pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang dipergunakan adalah penelitian

kepustakaan (library research) yaitu menghimpun data dengan melakukan

penelaahan bahan kepustakaan atau data sekunder yang meliputi bahan hukum

primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier.

4. Analisis data.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data

kualitatif, yaitu analisis data yang dilakukan berdasarkan atas peraturan

perundang-undangan, pandangan-pandangan responden sehingga dapat

menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Semua data yang diperoleh

kemudian dikelompokkan atas data yang sejenis untuk kepentingan analisis

dan diterjemahkan secara logis sistematis untuk selanjutnya ditarik kesimpulan

dengan menggunakan metode pendekatan deduktif. Kesimpulan adalah

merupakan jawaban khusus atas permasalahan yang diteliti, sehingga

diharapkan akan memberikan solusi atas permasalahan dalam penelitian ini.

G.Sistematika Penulisan

Untuk menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya

harus diuraikan secara sistematis. Untuk memudahkan penulisan skripsi ini,

oleh karena itu diperlukan suatu sistematika penulisan yang teratur yang terbagi

dalam bab per bab, dimana masing-masing bab ini saling berkaitan antara satu

(16)

Adapun sistematikan penulisan skripsi ini adalah:

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan pendahuluan yang merupakan pengantar, didalamya

diuraikan mengenai latar belakang penulisan skripsi,

perumusan masalah, yang kemudian dilanjutkan dengan tujuan

dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan

kepustakaan, metode penulisan skripsi, dan diakhiri dengan

sistematika penulisan.

BAB II PENGATURAN MENGENAI MONOPOLI DALAM

PERATURAN PERUDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

Merupakan pengaturan mengenai monopoli dalam peraturan

perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, akan dibahas

tinjauan umum mengenai monopoli, monopoli dalam

Undang-Undang No.5 Tahun 1999, monopoli dalam Peraturan Komisi

No.11 Tahun 2011.

BAB III KEDUDUKAN BUMN DALAM PEREKONOMIAN

INDONESIA

Merupakan pembahasan mengenai kedudukan BUMN dalam

perekonomian Indonesia, akan dibahas tinjauan umum tentang

BUMN, BUMN dalam Undang-Undang No.19 Tahun 2003,

dan dasar pemberian hak monopoli sesuai Pasal 51

(17)

BAB IV KETENTUAN PENGECUALIAN TERHADAP PRAKTEK

MONOPOLI YANG DILAKUKAN OLEH BADAN USAHA

MILIK NEGARA.

Merupakan pembahasan mengenai ketentuan Pasal 51 sebagai

dasar legitimasi praktek monopoli yang dilakukan oleh BUMN

dan bentuk-bentuk monopoli yang diperbolehkan oleh negara

sesuai dengan Perkom No.3 Tahun 2010, dan contoh penerapan

Pasal 51 Undang-Undang No.5 Tahun 1999 dalam contoh

kasus monopoli oleh PT.PLN.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan karya ilmiah

ini yang berisikan kesimpulan dan saran. Dalam kesimpulan

akan ditemukan jawaban terhadap permasalahan-permasalahan

yang dikemukakan penulis dalam Bab I. Sedangkan pada

bagian saran, Penulis akan mengemukakan beberapa saran

sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan dari awal

hingga akhir penulisan karya ilmiah ini sehingga dapat

bermanfaat bagi penulis secara pribadi dan kepada pembaca

Referensi

Dokumen terkait

Hasil evaluasi pada tolok ukur panjang hipokotil produksi tahun 2009 dan 2010, menunjukkan bahwa antara vigor daya simpan benih cabai hibrida dan non hibrida tidak berbeda nyata,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran frekuensi karakter umur berbunga, tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, bobot 100 butir, dan bobot biji per tanaman pada populasi F 2

Pendidikan Jiwa (al-Tarbiyah al-Nafs) adalah Suatu upaya untuk membina, medidik, memelihara, menjaga, membimbing dan membersihkan sisi dalam diri manusia (Jiwa)

Aplikasi Youtube di Android dapat digunakan untuk mengunggah video dengan merekam video baru atau memilih video yang telah ada di galeri, berikut langkah- langkahnya:. ➢ Login

Sehingga modul Bluetooth HC-05 dapat mengetahui ketika sebuah paket data selesai dikirim dari aplikasi kontroler lengan robot smartphone Android. Gambar 14 Format frame

The theoretical calculation support an experimental results, since intramolecular insertion reaction of pyridylnitrene is considered to be suppressed by the lower

Baja 13Cr3Mo3Ni setelah proses tempering menunjukkan struktur mikro yang terbentuk terdiri dari fasa martensit lath , austenit sisa, ferit delta dan karbida logam,

PEMBERIAN DEXPANTHENOL INTRAPERITONEAL DAPAT MENGHAMBAT PENURUNAN JUMLAH SEL LEYDIG DAN SEL SERTOLI PADA TESTIS TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR.. YANG