• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan intellectual capital dengan kinerja keuangan perusahaan : studi empiris pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan intellectual capital dengan kinerja keuangan perusahaan : studi empiris pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014."

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

i ABSTRAK

HUBUNGAN INTELLECTUAL CAPITAL DENGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014

Dian Christi Wahyuni NIM: 1221141001 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan intellectual capital dengan kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan return on equity dan revenue growth.

Jenis penelitian ini adalah studi empiris. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dengan menggunakan teknik dokumentasi. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa 1) intellectual capital mempunyai hubungan yang sedang dan positif dengan return on equity, 2) intellectual capital set mempunyai hubungan sedang dan positif dengan revenue growth.

(2)

ii ABSTRACT

THE RELATION OF CAPITAL INTELLECTUAL WITH COMPANY’S FINANCIAL PERFORMANCE

(An Empirical Study on Banking at Indonesian Stock Exchange In 2010-2014)

Dian Christi Wahyuni NIM: 1221141001 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2016

The aim of this research is to identify the relationship between capital intellectual with company’s financial performance which is determined by return on equity and revenue growth.

The research’s type was an empirical study. Secondary data was used in the research that was gained from documentation technique. Descriptive statistic was used as data analysis technique.

The result shows that 1) a capital intellectual had a medium and positive relationship with return on equity, 2) a capital intellectual had a medium and positive relationship with revenue growth.

(3)
(4)

HUBUNGAN INTELLECTUAL CAPITAL DENGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Dian Christi Wahyuni

NIM: 122114001

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)

i

HUBUNGAN INTELLECTUAL CAPITAL DENGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Dian Christi Wahyuni

NIM: 122114001

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(6)
(7)
(8)

iv

PERSEMBAHAN

"Determination and desire, when properly combined,

became an unbeatable pair”

~ Napoleon Hill (1937)

-Skripsi ini kupersembahkan untuk Tuhan Yesus Kristus

-Keluargaku tersayang : mama, papa, dan adikku Indra

- Sahabat-sahabatku (Anya, Gita, Tika, Dieta, Anny, Velin,

Stella, Hisyam) dan orang terdekatku Rio yang turut

memberikan semangat kepada penulis.

-Christopher Gunawan yang turut membantu dan

(9)

v

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul:

HUBUNGAN INTELLECTUAL CAPITAL DENGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014

dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 12 Oktober 2016 adalah hasil karya saya.

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijazah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Yogyakarta, 30 November 2016

Yang membuat pernyataan,

(10)

vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Dian Christi Wahyuni

NIM : 122114001

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

HUBUNGAN INTELLECTUAL CAPITAL DENGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014

Berserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolah dalam bentuk pangkalan, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk media lain untuk kepentingan akademisi tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberi royalti kepada saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal, 30 November 2016 Yang membuat pernyataan,

(11)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.

2. Drs. Gabriel Anto Listianto, MSA., Akt. selaku pembimbing yang telah membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak Chris dan Ibu Wanti selaku orang tua yang selalu memberi

motivasi, dana, dan semangat selama penyusunan skripsi.

4. Teman-teman MPAT Pak Anto yang mau berbagi ide serta memberikan masukan-masukan yang positif kepada penulis.

5. Sahabat-sahabatku (Anya, Gita, Tika, Dieta, Anny, Velin, Stella, Rio dan Hisyam) yang selalu memberikan semangat dan berbagi keluh kesah. 6. Christopher Gunawan yang mau membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 30 November 2016

(12)

viii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... viii

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xi

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xii

ABSTRAK ... xiii

F. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Teori Pendukung ... 8

1. Stakeholder Theory ... 8

2. Legitimacy Theory ... 9

3. Intellectual Capital ... 10

4. Kinerja Keuangan Perusahaan ... ... .19

B. Hubungan Intellectual Capital dengan Kinerja Keuangan Perusahaan ... 22

C. Penelitian Terdahulu ... 26

D. Kerangka Pemikiran ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

(13)

ix

B. Populasi Sasaran ... 29

C. Teknik Pengumpulan Data ... 30

D. Definisi Operasional Variabel ... 30

E. Teknik Analisis Data ... 31

1. Mengumpulkan Data ... 31

2.

Menghitung Intellectual Capital dan Kinerja Keuangan Perusahaan ... 31

a. Menghitung Intellectual Capital... 31

b. Menghitung Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Proksi Return On Equity ... 34

c. Menghitung Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Proksi Revenue Growth ... 34

3.

Melakukan Statistik Deskriptif ... 35

4.

Mengklasifikasi Data ... 35

a. Mengklasifikasi Data Value Intellectual Capital Coefficient (Proksi Intellectual Capital) ... 35

b. Mengklasifikasi Data Return On Equity (Proksi Kinerja Keuangan Perusahaan) ... 36

c. Mengklasifikasi Data Revenue Growth (Proksi Kinerja Keuangan Perusahaan) ... 37

5. Melakukan Analisis Tabulasi Silang (Crosstabs) ... 38

6. Menarik Kesimpulan ... 38

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 41

A. Populasi Sasaran ... 41

B. Profil Perusahaan ... 43

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 53

A.Analisis Data ... 53

1. Pengumpulan Data... 53

2. Penghitungan Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM), Revenue Growth (RG), dan Employee Productivity (EP) ... 54

a. Penghitungan Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) ... 54

b. Penghitungan Return On Equity ... 55

c. Penghitungan Revenue Growth ... 57

3. Statistik Deskriptif ... 58

a. Statistik Deskriptif Value Added Intellectual Coefficient .. 58

b. Statistik Deskriptif Return On equity ... 61

c. Statistik Deskriptif Revenue Growth ... 64

4. Analisis Tabulasi Silang (Crosstabs) ... 68

a. Analisis Tabulasi Silang Value Added Intellectual Coefficient dengan Return On Equity ... 68

(14)

x

B. Pembahasan ... 71

1. Hubungan Intellectual Capital dengan Kinerja Keuangan (Return On Equity) ... 71

2. Hubungan Value Added Intellectual Coefficient dengan Revenue Growth ... 73

BAB VI PENUTUP ... 75

A. Kesimpulan ... 75

B. Keterbatasan Penelitian ... 75

C. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77

LAMPIRAN ... 82

LAMPIRAN I Daftar Perusahaan Populasi Sasaran Penelitian ... 83

LAMPIRAN II Data Penghitungan Value Added ... 84

LAMPIRAN III Data Penghitungan Value Added Capital Employed ... 94

LAMPIRAN IV Data Penghitungan Value Added Human Capital ... 99

LAMPIRAN V Data Penghitungan Structural Capital Value added ... 104

LAMPIRAN VI Data Penghitungan Value Added Intellectual Coefficient . 109 LAMPIRAN VII Data Penghitungan Return On Equity... 114

LAMPIRAN VIII Data Penghitungan Revenue Growth ... 119

LAMPIRAN IX Pengklasifikasian Value Added Intellectual Coefficient .... 124

LAMPIRAN X Pengklasifikasian Return On Equity ... 125

LAMPIRAN XI Pengklasifikasian Revenue Growth ... 126

(15)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kriteria Pengujian Kekuatan Hubungan antara Variabel ... 39

Tabel 4.1 Kriteria Pemilihan Populasi Sasaran ... 41

Tabel 4.2 Populasi Sasaran Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI Tahun 2010-2014 ... 42

Tabel 5.1 Hasil Pengumpulan Data ... 53

Tabel 5.2 Penghitungan Value Added Intellectual Coefficient... 54

Tabel 5.3 Penghitungan Return On Equity ... 55

Tabel 5.4 Penghitungan Revenue Growth ... 57

Tabel 5.5 Statistik Deskriptif Value Added Intellectual Coefficient ... 58

Tabel 5.6 Tabel Value Added Intellectual Coefficient ... 60

Tabel 5.7 Statistik Deskriptif Return On Equity ... 61

Tabel 5.8 Tabel Return On Equity... 62

Tabel 5.9 Statistik Deskriptif Revenue Growth ... 64

Tabel 5.10 Tabel Revenue Growth ... 66

Tabel 5.11 Tabulasi Silang Value Added Intellectual Coefficient dengan Return On Equity ... 68

Tabel 5.12 Tabel Symmentric Measures Value Added Intellectual Coefficient dengan Return On Equity ... 69

Tabel 5.13 Tabulasi Silang Value Added Intellectual Coefficient dengan Revenue Growth ... 70

(16)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(17)

xiii ABSTRAK

HUBUNGAN INTELLECTUAL CAPITAL DENGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014

Dian Christi Wahyuni NIM: 1221141001 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan intellectual capital dengan kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan return on equity dan revenue growth.

Jenis penelitian ini adalah studi empiris. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dengan menggunakan teknik dokumentasi. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa 1) intellectual capital mempunyai hubungan yang sedang dan positif dengan return on equity, 2) intellectual capital set mempunyai hubungan sedang dan positif dengan revenue growth.

(18)

xiv ABSTRACT

THE RELATION OF CAPITAL INTELLECTUAL WITH COMPANY’S FINANCIAL PERFORMANCE

(An Empirical Study on Banking at Indonesian Stock Exchange In 2010-2014)

Dian Christi Wahyuni NIM: 1221141001 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2016

The aim of this research is to identify the relationship between capital intellectual with company‟s financial performance which is determined by return on equity and revenue growth.

The research‟s type was an empirical study. Secondary data was used in the research that was gained from documentation technique. Descriptive statistic was used as data analysis technique.

The result shows that 1) a capital intellectual had a medium and positive relationship with return on equity, 2) a capital intellectual had a medium and positive relationship with revenue growth.

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan teknologi dan semakin ketat persaingan

antar perusahaan akibat pasar bebas dan globalisasi, perusahaan dituntut untuk

mengubah cara mereka berpikir dan menjalankan bisnis perusahaan.

Perusahaan-perusahaan tersebut harus mengubah strategi perusahaan dari

bisnis yang didasarkan pada tenaga kerja (labor-based business) menjadi

bisnis berdasarkan pengetahuan (knowledge-based business) untuk dapat

bertahan. Bisnis berdasarkan pengetahuan (knowledge-based business) dapat

diidentifikasi dengan berbagai karakteristik, yaitu interaktif dan dapat

disesuaikan. Produk pintar yang diciptakan oleh knowledge-based business

dapat berupa intangible asset (aset tidak berwujud).

Sejak tahun 1990-an, perhatian terhadap praktik pengelolaan aset tidak

berwujud (intangible asset) telah meningkat secara dramatis (Harrison dan

Sullivan, 2000). Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan

pengukuran intangible asset tersebut adalah intellectual capital (IC) yang

telah menjadi fokus perhatian dalam berbagai bidang, baik manajemen,

teknologi informasi, sosiologi, maupun akuntansi (Petty dan Guthrie, 2000;

Sullivan dan Sullivan , 2000).

Selama ini, pembedaan antara intangible asset dan IC telah disamarkan

ke dalam pengertian intangible yang dirujuk pada istilah goodwill (Ulum,

(20)

mengidentifikasi perbedaan tersebut dengan secara spesifik memisahkan IC ke

dalam kategori external (customer-related) capital, internal (structural)

capital, dan human capital.

Pengakuan IC dalam mendorong peningkatan kinerja keuangan

perusahaan dan keunggulan kompetitif, bertolak belakang dengan pengukuran

yang tepat terhadap IC perusahaan belum dapat ditetapkan. Ulum (2008)

melakukan pengukuran tidak langsung terhadap intellectual capital

perusahaan dengan mengajukan suatu ukuran untuk menilai efisiensi dari nilai

tambah sebagai hasil dari kemampuan intelektual perusahaan (value added

intellectual coefficient – VAIC™). Komponen utama dari VAIC™ dapat

dilihat dari sumber daya perusahaan, yaitu physical capital (VACA–value added capital employed), human capital (VAHU–value added human capital), dan structural capital (STVA–structural capital value added).

Di dunia perbankan, intellectual capital merupakan hal yang sangat

penting. Menurut Dendawijaya (2003: 126) hal tersebut dikarenakan sektor

perbankan mengandalkan kepercayaan dalam mengelola dana, baik dana

pemilik maupun dana masyarakat. Perbankan membutuhkan tenaga-tenaga

profesional dan terampil serta memiliki integritas moral yang baik dan

terpercaya. Perbankan diharapkan dapat memperoleh intellectual capital yang

kuat dalam mengantisipasi persaingan masa depan melalui sumber daya

manusia yang unggul, kreatif, dan memiliki visi jauh ke depan.

Terdapat beberapa penelitian yang membahas pengaruh intellectual

(21)

hasil yang sama. Beberapa penelitian menemukan bahwa ketiga komponen

intellectual capital berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

perusahaan, namun ada juga beberapa penelitian menemukan bahwa hanya

beberapa komponen yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

perusahaan. Terdapat penelitian yang menemukan bahwa ada salah satu

indikator IC yang berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan.

Soetedjo dan Mursida (2014) melakukan penelitian mengenai pengaruh

intellectual capital terhadap kinerja perusahaan perbankan, menemukan

bahwa intellectual capital yang terdiri atas tiga komponen, yaitu human

capital, structural capital, dan customer capital secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap return on asset (ROA), sebagai indikator dari kinerja

keuangan perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan intellectual

capital dalam suatu perusahaan, terutama pada perusahaan perbankan cukup

mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.

Gany dan Nugrahanti (2015) yang melakukan penelitian mengenai

pengaruh intellectual capital terhadap kinerja perusahaan menyimpulkan

bahwa dari ketiga indikator IC (VAIC), indikator value added capital

employed (VACA) yang paling dominan membentuk variabel IC (VAIC)

dalam perusahaan manufaktur.

Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2015) mengenai pengaruh

intellectual capital terhadap produktivitas bank umum syariah, menemukan

bahwa secara parsial human capital efficiency (VAHU) berpengaruh negatif

(22)

hasil dari penelitian-penelitian terdahulu yang meneliti pengaruh intellectual

capital terhadap kinerja keuangan perusahaan, dapat dilihat bahwa masih

terdapat ketidakkonsistenan hubungan intellectual capital dan

komponen-komponennya dengan kinerja keuangan perusahaan. Penelitian dari skripsi ini

akan meneliti kembali apakah terdapat hubungan antara intellectual capital

dengan kinerja keuangan perusahaan. Skripsi ini diberi judul “Hubungan

Intellectual Capital dengan Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Empiris pada

Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun

2010-2014)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana hubungan intellectual capital dengan kinerja keuangan

perusahaan diukur dengan return on equity?

2. Bagaimana hubungan intellectual capital dengan kinerja keuangan

perusahaan diukur dengan revenue growth?

C. Batasan Masalah

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini diberi batasan agar penelitian

mendapatkan temuan yang terfokus dan mendalami permasalahan, serta dapat

menghindari penafsiran yang berbeda pada konsep dalam penelitian.

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dibuat di atas, masalah dibatasi

(23)

structural capital, capital employed, kinerja keuangan perusahaan, return on

equity, dan revenue growth. Ketujuh masalah tersebut dipilih karena relevan

dengan judul penelitian ini.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, tujuan penelitian ini yaitu

untuk:

1. Mengetahui hubungan intellectual capital dengan kinerja keuangan

perusahaan diukur dengan return on equity.

2. Mengetahui hubungan intellectual capital dengan kinerja keuangan

perusahaan diukur dengan revenue growth.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi perkembangan dunia akademik, hasil penelitian diharapkan dapat

berguna dalam proses pengembangan ilmu akuntansi dan sebagai bahan

referensi bagi pihak–pihak yang akan melakukan penelitian lebih lanjut

mengenai topik ini.

2. Bagi masyarakat secara umum, hasil penelitian diharapkan dapat

memberikan wawasan dan informasi mengenai isu yang ada berkaitan

dengan intellectual capital serta pengaruhnya terhadap kinerja keuangan

(24)

3. Bagi perusahaan, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi

dan menjadi saran bagi perusahaan untuk meningkatkan kinerja keuangan

perusahaan melalui intellectual capital dan komponen-komponennya.

F. Sistematika Penulisan

Penelitian ini disusun dengan sistematika yang secara berurutan terdiri dari

Bab I Pendahuluan, Bab II Landasan Teori, Bab III Metode Penelitian, Bab IV

Hasil dan Pembahasan, dan Bab V Penutup. Deskripsi masing-masing bab

akan dijelaskan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,

batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta

sistematika penulisan penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan mengenai teori-teori pendukung dan

hasil penelitian terdahulu sebagai acuan dari penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai jenis penelitian, obyek

penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber data,

teknik pengumpulan data, definisi operasional variabel dan

(25)

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Bab ini menjelaskan mengenai data yang digunakan dalam

penelitian, cara peneliti menentukan sampel, serta

gambaran statistik deskriptif dari sampel penelitian.

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas mengenai deskripsi data, analisis data,

dan temuan empiris yang diperoleh.

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah

dilakukan, keterbatasan penelitian, dan saran untuk

(26)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Pendukung 1. Stakeholder Theory

Teori stakeholder berkaitan dengan individu atau sekelompok orang

yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan. Menurut Freeman dan

Reed (1983:91), stakeholder adalah kelompok atau individu yang

diidentifikasi dapat mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi, atau

dipengaruhi oleh pencapaian tujuan organisasi.

Berdasarkan teori stakeholder, manajemen organisasi diharapkan

untuk melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh stakeholder mereka

dan melaporkan kembali aktivitas-aktivitas tersebut pada stakeholder.

Teori ini menyatakan bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk

disediakan informasi tentang bagaimana aktivitas organisasi

mempengaruhi mereka, bahkan ketika mereka memilih untuk tidak

menggunakan informasi tersebut dan bahkan ketika mereka tidak dapat

secara langsung memainkan peran yang konstruktif dalam kelangsungan

hidup organisasi (Deegan, 2004). Tujuan utama dari teori stakeholder

adalah untuk membantu manajer korporasi mengerti lingkungan

stakeholder mereka dan melakukan pengelolaan dengan lebih efektif di

antara keberadaan hubungan-hubungan di lingkungan perusahaan mereka

(27)

Teori ini dapat diuji dengan berbagai cara dengan menggunakan

content analysis atas laporan keuangan perusahaan (Guthrie et al., 2006).

Menurut Guthrie et al. (2006), laporan keuangan merupakan cara yang

paling efisien bagi organisasi untuk berkomunikasi dengan kelompok

stakeholder yang dianggap memiliki ketertarikan dalam pengendalian

aspek-aspek strategis tertentu dari organisasi. Content analysis atas

pengungkapan IC dapat digunakan untuk menentukan apakah benar-benar

terjadi komunikasi tersebut.

2. Legitimacy Theory

Teori legitimasi menyatakan bahwa organisasi secara berkelanjutan

mencari cara untuk menjamin operasi mereka berada dalam batas dan

norma yang berlaku di masyarakat (Deegan, 2004). Teori legitimasi

bergantung pada premis bahwa terdapat „kontrak sosial‟ antara perusahaan

dengan masyarakat di mana perusahaan tersebut beroperasi. Kontrak sosial

adalah suatu cara untuk menjelaskan sejumlah besar harapan masyarakat

tentang bagaimana seharusnya organisasi melaksanakan operasi. Kontrak

sosial ini menuntut perusahaan untuk responsif terhadap lingkungan di

mana mereka beroperasi (Deegan, 2004).

Teori legitimasi sangat erat berhubungan dengan pelaporan IC dan

juga dengan penggunaan metode content analysis sebagai ukuran dari

pelaporan tersebut. Perusahaan lebih cenderung untuk melaporkan IC

mereka jika mereka memiliki kebutuhan khusus untuk melakukan hal

(28)

perusahaan tersebut tidak mampu meligitimasi status perusahaan

berdasarkan tangible assets yang umumnya dikenal sebagai simbol

kesuksesan perusahaan. Menurut Guthrie et al. (2006), alat terbaik untuk

pengukuran pengembangan pelaporan IC, pada saat ini adalah dengan

menggunakan content analysis.

3. Intellectual Capital

a. Definisi Intellectual Capital

Intellectual capital umumnya diidentifikasikan sebagai

perbedaan antara nilai pasar perusahaan dan nilai buku dari aset

perusahaan tersebut atau dari financial capital perusahaan. Hal ini

berdasarkan suatu observasi bahwa sejak akhir 1980-an, nilai pasar

dari bisnis kebanyakan dan secara khusus adalah bisnis yang berdasar

pengetahuan telah menjadi lebih besar dari nilai yang dilaporkan

dalam laporan keuangan berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh

akuntan (Roslender & Fincham, 2004).

Menurut Bontis (1998), IC sulit dipahami tetapi setelah itu

ditemukan dan dieksploitasi, itu dapat memberikan sebuah organisasi

dengan basis sumber daya baru yang bersaing dan menang. Salah satu

definisi IC yang banyak digunakan adalah definisi yang ditawarkan

oleh Organisation for Economic Cooperation and Development

(OECD, 1999) yang menjelaskan IC sebagai nilai ekonomi dari dua

kategori aset tak berwujud: (1) organisational (structural) capital; dan

(29)

Intellectual Capital seringkali didefinisikan sebagai sumber

daya pengetahuan dalam bentuk karyawan, pelanggan, proses atau

teknologi yang mana perusahaan dapat menggunakannya dalam proses

penciptaan nilai bagi perusahaan (Bukh et al., 2002). Petty and Guthrie

(2000), mengemukakan bahwa aset intelektual dapat dianggap sebagai

IC.

Ulum (2009) menyatakan bahwa IC dapat dihubungkan dengan

disiplin-disiplin yang lain seperti corporate strategy dan the

production of measurement tools. Jika dilihat dari perspektif stratejik,

maka IC dapat digunakan untuk menciptakan dan menggunakan

pengetahuan (knowledge) untuk memperluas kinerja keuangan

perusahaan. Jika dilihat dari sisi pengukuran (measurement), maka

fokus pada bagaimana suatu mekanisme pelaporan baru dapat

dibangun yang dapat mengukur informasi non-keuangan, kualitatis,

dan item-item IC disamping tradisional dapat dikuantifikasi dan data

keuangan (Ulum, 2009).

b. Komponen-komponen Intellectual Capital

1) Human Capital

Human capital mencerminkan kemampuan kolektif

perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan

pengetahuan yang dimiliki orang-orang yang ada di perusahaan

(Sawarjuwono dan Kadir, 2003). Human capital akan

(30)

yang dimiliki oleh karyawan. Menurut Edvinsson (1997),

human capital adalah kombinasi dari pengetahuan,

keterampilan, inovasi dan kemampuan individu perusahaan.

Ulum (2009) menyatakan bahwa human capital adalah

kemampuan menyerap tenaga kerja untuk memberikan solusi

kepada pelanggan, untuk inovatif dan memperbaharui, juga

mencakup dinamika organisasi yang cerdas (belajar) dalam

lingkungan yang kompetitif, kreatifitas, dan inovasi. Human

capital sebagai sumber daya yang dapat terus dikembangkan

memerlukan berbagai usaha guna mengoptimalkan keahlian

dan pengetahuan karyawan (Widyaningrum , 2014).

2) Structural Capital

Menurut Edvinsson (1997), structural capital adalah

infrastruktur perusahaan yang mendukung produktivitas

karyawan. Komponen dari structural capital dapat berupa

sistem teknologi informasi, gambaran perusahaan, serta konsep

dan dokumentasi organisasi.

Ulum (2009) menyimpulkan bahwa structural capital

adalah nilai dari apa yang tersisa ketika karyawan telah pulang

ke rumah. Structural capital penting bagi perusahaan dalam hal

menciptakan nilai tambah bagi perusahaan yang pada akhirnya

akan menciptakan keunggulan kompetitif. Manfaat IC secara

(31)

dimiliki oleh perusahaan buruk. Menurut Ulum (2009),

structural capital diperoleh dari selisih value added dengan

beban yang dikeluarkan dalam meningkatkan kemampuan

karyawan (HC).

3) Capital Employed

Capital employed (CE) didefinisikan sebagai semua

sumber daya yang terkait dengan hubungan eksternal

perusahaan (Ulum, 2009) . Hubungan eksternal tersebut antara

lain hubungan dengan pelanggan, pemasok, maupun mitra riset

dan pengembangan. Capital employed merupakan hubungan

yang harmonis yang dimiliki oleh perusahaan dengan mitra

perusahaan, baik yang berasal dari para pemasok yang andal

dan berkualitas, berasal dari hubungan perusahaan dengan

pemerintah maupun dengan masyarakat sekitar (Sawarjuwono

dan Kadir, 2003). Menurut Ulum (2009), capital employed

diperoleh dari dana yang tersedia (ekuitas dijumlah dengan laba

bersih).

c. Pengukuran Intellectual Capital

Metode pengukuran intelectual capital dapat dikelompokkan ke

dalam dua kategori, yaitu: pengukuran non monetary dan

pengukuran monetary (Tan et al., 2007). Hartono (2001)

(32)

nonmoneter dalam mengukur intangible asset perusahaan.

Keunggulan tersebut adalah sebagai berikut.

1) Pengukuran secara non moneter akan mudah untuk

menunjukkan unsur-unsur yang membangun intellectual

capital dalam perusahaan, sedangkan secara moneter hal itu

akan sulit dilakukan.

2) Pengaruh internal development dalam pembentukan

intellectual capital tidak dapat diukur dengan atribut moneter.

3) Pengkapitalisasian biaya menjadi aset akan mengakibatkan

adanya manipulasi terhadap laba.

Metode value added intellectual coefficient (VAICTM)

dikembangkan oleh Pulic pada tahun 1997 yang didesain untuk

menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset

berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible

asset) yang dimiliki perusahaan. VAICTM merupakan instrumen

untuk mengukur kinerja intellectual capital perusahaan.

Pendekatan ini relatif mudah dan sangat mungkin untuk dilakukan,

karena konstruksi dari akun-akun dalam laporan keuangan

perusahaan (neraca, laba rugi). Metode VAICTM inilah yang akan

digunakan oleh peneliti untuk mengukur intellectual capital dalam

(33)

Perhitungan VAICTM dilakukan terhadap tiga komponen

intellectual capital sebagai berikut (Pulic, 1999) dalam Ulum

(2009).

1) Value Added Capital Employed (VACA).

VACA adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu

unit dari physical capital. Rasio ini menunjukkan kontribusi

yang dibuat oleh setiap unit dari CE terhadap value added

organisasi. Pengukuran VACA dilakukan dengan cara

membandingkan value added dengan capital employed.

2) Value Added Human Capital (VAHU).

VAHU menunjukkan berapa banyak VA yang dapat dihasilkan

dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Rasio ini

menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang

diinvestasikan dalam HC terhadap value added organisasi.

VAHU menunjukkan berapa banyak VA dapat dihasilkan

dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Pengukuran

VAHU dilakukan dengan cara membandingkan value added

dengan human capital.

3) Structural Capital Value Added (STVA).

Rasio ini mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk

menghasilkan satu rupiah dari VA dan merupakan indikasi

bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai. STVA

(34)

memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang

mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja

intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan.

Pengukuran STVA dilakukan dengan cara membandingkan

structural capital terhadap value added.

Menurut Ulum (2009), formulasi dan tahapan perhitungan VAICTM

adalah sebagai berikut:

1) Menghitung Value Added (VA). Value added adalah indikator

paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan

menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai

value creation). Value added dihitung sebagai selisih antara

output dan input (Pulic, 1999).

VA = OUT – IN Keterangan:

OUT = Output: total penjualan dan pendapatan lain.

IN = Input: beban penjualan dan biaya lain-lain (selain

(35)

Value added (VA) juga dapat dihitung dari akun-akun

perusahaan sebagai berikut:

VA = OP + EC + D + A Keterangan:

OP = operating profit (laba operasi)

EC = employee costs (beban karyawan)

D = depreciation (depresiasi)

A = amortisation (amortisasi)

2) Menghitung Value Added Capital Employed (VACA). VACA

adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit dari

physical capital. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat

oleh setiap unit dari CE terhadap value added organisasi.

VACA = VA/CE Keterangan:

VACA = Value Added Capital Employed: rasio dari VA

terhadap CE

VA = Value Added

CE = Capital Employed: dana yang tersedia (ekuitas,

laba bersih)

3) Menghitung Value Added Human Capital (VAHU). VAHU

(36)

dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Rasio ini

menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang

diinvestasikan dalam HC terhadap value added organisasi.

VAHU = VA/HC Keterangan:

VAHU = Value Added Human Capital: rasio dari VA

terhadap HC.

VA = Value Added

HC = Human Capital: beban karyawan.

4) Menghitung Structural Capital Value Added (STVA). Rasio ini

mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan

satu rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana

keberhasilan SC dalam penciptaan nilai.

STVA = SC/VA Keterangan:

STVA = Structural Capital Value Added: rasio dari SC

terhadap VA.

SC = Structural Capital: VA – HC

(37)

5) Menghitung Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM).

VAICTM mengindikasikan kemampuan intelektual organisasi

yang dapat juga dianggap sebagai BPI (Business Performance

Indicator). VAICTM merupakan penjumlahan dari 3 komponen

sebelumnya, yaitu: VACA, VAHU, dan STVA.

VAICTM = VACA + VAHU + STVA

Menurut Kamath (2007), kinerja bank berdasarkan intellectual

capital dikelompokkan ke dalam empat kategori di mana value

added intellectual coefficient yang dijadikan dasar untuk

mengelompokkan bank, yaitu:

1) Bad performers, untuk bank dengan nilai value added

intellectual coefficient di bawah 2,5;

2) Common performers, untuk bank dengan nilai value added

intellectual coefficient antara 2,5 dan 4;

3) Good performers, untuk bank dengan nilai value added

intellectual coefficient antara 4 dan 5;

4) Top performers, untuk bank dengan nilai value added

intellectual coefficient di atas 5.

4. Kinerja Keuangan Perusahaan

Kinerja keuangan perusahaan merupakan suatu gambaran tentang

cerminan kondisi perusahaan. Mengetahui kinerja keuangan perusahaan

sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam

(38)

kinerja perusahaan merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam

mengelola perusahaan.

Pengukuran kinerja keuangan perusahaan adalah penting sebagai

sarana atau indikator dalam rangka memperbaiki kegiatan operasional

perusahaan. Perusahaan diharapkan dengan perbaikan kinerja operasional

dapat mengalami pertumbuhan keuangan yang lebih baik dan juga dapat

bersaing dengan perusahaan lain dalam hal efisiensi dan efektivitas.

Kinerja keuangan dalam penelitian ini diproksikan oleh return on

equity dan revenue growth. Return on equity adalah jumlah laba bersih

yang dikembalikan sebagai persentase dari ekuitas pemegang saham.

Return on equity mengukur tingkat profitabilitas perusahaan dengan

menghitung berapa banyak jumlah keuntungan perusahaan yang

dihasilkan dan yang diinvestasikan oleh para pemegang saham (Laksana,

2013). Return on equity dapat dihitung menggunakan rumus (Chen et al.,

2005):

Return On Equity (ROE) =

x 100%

Return on equity membandingkan laba bersih setelah pajak dengan

ekuitas yang telah diinvestasikan pemegang saham perusahaan (Van

Horne dan Wachowicz, 2005:225). Rasio ini menunjukkan daya untuk

menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku para pemegang

saham, dan sering digunakan untuk membandingkan dua atau lebih

perusahaan atas peluang investasi yang baik dan manajemen biaya yang

(39)

mengukur rate of return (tingkat imbalan hasil) ekuitas. Para analis

sekuritas dan pemegang saham sangat memperhatikan rasio ini, semakin

tinggi return on equity yang dihasilkan perusahaan, akan semakin tinggi

harga saham perusahaan tersebut. Laba bersih setelah pajak adalah laba

bersih dari kegiatan operasional setelah dikurangi pajak (Almilia dan

Winny, 2005). Total ekuitas pemegang saham adalah modal inti yang

dimiliki bank, perhitungan modal inti dilakukan berdasarkan ketentuan

kewajiban modal minimum yang berlaku (Almilia dan Winny, 2005).

Return on equity diklasifikasikan berdasarkan matriks kriteria peringkat

komponen return on equity (BI, 2004 : 253).

1) Peringkat 1 : ROE > 15%

2) Peringkat 2 : ROE 12,5% - 15%

3) Peringkat 3 : ROE 5% - 12,5%

4) Peringkat 4 : ROE 0% - 5%

5) Peringkat 5 : ROE ≤ 0%

Revenue growth merupakan kenaikan pendapatan perusahaan dari

tahun sebelumnya ke tahun berikutnya. Peningkatan pendapatan biasanya

merupakan sinyal bagi perusahaan untuk dapat tumbuh dan berkembang

(Chen et al., 2005). Semakin meningkat pendapatan perusahaan dari tahun

ke tahun, semakin baik pula kinerja keuangan suatu perusahaan. Revenue

Growth dapat dihitung dengan rumus (Chen et al., 2005):

Revenue Growth (RG) =

(40)

Pendapatan adalah inflow of assets ke dalam perusahaan sebagai

akibat penjualan barang dan jasa (Tuanakotta, 2000:153). Pendapatan

terbagi menjadi dua jenis yaitu pendapatan operasional dan pendapatan

non operasional (Kusnadi, 2000:19). Klasifikasi data dilakukan dengan

membagi angka yang dihasilkan dari histogram. Histogram merupakan

tampilan bentuk grafis untuk menunjukkan kelas interval dan distribusi

data secara visual atau seberapa sering suatu nilai yang berbeda itu terjadi

dalam suatu kumpulan data (Cooper dan William, 1995). Berdasarkan

histogram, peneliti dapat mengklasifikasi data variabel revenue growth

sebagai berikut:

Menurun (-1,00 – 0,00) : 1

Meningkat (0,00 – 1,00) : 2

Meningkat sedang (1,00 – 2,00) : 3

Meningkat tinggi (2,00 – 3,00) : 4

B. Hubungan Antara Intellectual Capital Dengan Kinerja Keuangan Perusahaan

Pendekatan legitimacy theory menyatakan bahwa organisasi secara

berkelanjutan mencari cara untuk menjamin operasi mereka dalam batas dan

norma yang berlaku di masyarakat (Deegan, 2004). Perusahaan lebih

cenderung untuk melaporkan intellectual capital jika mereka memiliki

kebutuhan khusus untuk melakukan hal tersebut (Ulum, 2009). Hal ini

(41)

tidak mampu melegitimasi status perusahaan berdasarkan tangible assets yang

umumnya dikenal sebagai simbol kesuksesan perusahaan.

Sejak tahun 1990-an, perhatian terhadap praktik pengelolaan aset tidak

berwujud (intangible asset) telah meningkat secara dramatis (Harrison dan

Sullivan, 2000). Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan

pengukuran intangible asset tersebut adalah intellectual capital (IC) yang

telah menjadi fokus perhatian dalam berbagai bidang, baik manajemen,

teknologi informasi, sosiologi, maupun akuntansi (Petty dan Guthrie, 2000;

Sullivan dan Sullivan, 2000).

Salah satu hal yang menarik perhatian baik akademisi maupun praktisi

adalah hal yang terkait dengan kegunaan IC sebagai salah satu instrumen

untuk menentukan kinerja keuangan perusahaan (Edvinnson dan Malone,

1997). Beberapa penulis menyatakan bahwa manajemen dan sistem pelaporan

yang telah mapan selama ini secara berkelanjutan kehilangan relevansi karena

tidak mampu menyajikan informasi yang esensial bagi pihak eksekutif untuk

mengelola proses yang berbasis pengetahuan (knowledge-based processes)

dan intangible resources (Ulum, 2009).

Meskipun PSAK No. 19 (revisi 2000) yang secara implisit

menyinggung tentang IC telah mulai diperkenalkan sejak tahun 2000, namun

dalam dunia praktik IC masih belum dikenal secara luas di Indonesia (Abidin,

2000). Menurut Abidin (2000), perusahaan-perusahaan di Indonesia

cenderung menggunakan conventional based dalam membangun bisnis,

(42)

itu, perusahaan-perusahaan tersebut belum memberikan perhatian lebih

terhadap human capital, structural capital, dan customer capital. Semua ini

merupakan elemen pembangun IC perusahaan (Sawarjuwono dan Kadir,

2003).

Usaha-usaha telah dilakukan untuk mengestimasi nilai pengetahuan

dalam rangka untuk mendapatkan kinerja keuangan perusahaan yang

sesungguhnya (Bontis, 2001). Secara umum, diasumsikan bahwa peningkatan

dan penggunaan pengetahuan dengan lebih baik akan menyebabkan pengaruh

yang bermanfaat bagi kinerja perusahaan. Pengetahuan tersebut dibedakan

dalam tiga kategori, yaitu pengetahuan yang berhubungan dengan karyawan

yang disebut sebagai human capital, pengetahuan yang berhubungan dengan

pelanggan yang disebut dengan customer atau relational capital, dan

pengetahuan yang berhubungan hanya dengan perusahaan yang disebut

dengan structural atau organisational capital. Ketiga kategori tersebut

membentuk suatu Intellectual Capital bagi perusahaan (Ulum, 2009).

Tekanan dan tanggung jawab yang meningkat terhadap pemegang

saham dan karyawan menyiratkan perhatian kepada penciptaan nilai (value

creation) sebagai suatu ukuran baru tentang keberhasilan bisnis. Tujuan akhir

adalah untuk meningkatkan kemampuan perusahaan dalam jangka panjang,

yang hanya akan dapat dicapai dengan investasi pada sumber daya intelektual

dan peningkatan mobilisasi dari potensi internal perusahaan, terutama adalah

(43)

Penciptaan nilai yang tidak berwujud (intangible value creation) harus

mendapatkan perhatian yang cukup karena hal ini memiliki dampak yang

sangat besar terhadap kinerja keseluruhan perusahaan. Sekarang ini, nilai

diciptakan melalui hubungan yang kompleks antara penawaran dan

permintaan, di mana saat ini penawaran jauh lebih besar daripada permintaan

(Ulum, 2009).

Teori modern mendefinisikan aktivitas bisnis sebagai nilai tambah

(value added) dan kekayaan yang jauh lebih kompleks daripada sebelumnya.

Penting bagi perusahaan membangun hubungan dengan pelanggan ke

tingkatan paling tinggi untuk tujuan penciptaan laba (Ulum, 2009). Salah satu

tantangan utama bagi manajemen adalah menciptakan kondisi yang akan

membuka peluang generasi sukses nilai intangible (seperti pengetahuan,

layanan, pengalaman, keuntungan, kecepatan, kualitas, dan kesan) dan

transformasi kepada format tangible (seperti pendapatan, laba, nilai tambah,

pangsa pasar, dan nilai pasar). Manajemen penciptaan nilai yang sistematis

didasarkan pada anggapan bahwa konsep ini melekat di dalam perusahaan

sebagai tujuan akhir bisnis, pada aktivitas hari ke hari, dirangsang, dihargai,

diukur, dan dikomunikasikan.

Stakeholder theory menyatakan bahwa manajemen perusahaan

diharapkan melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh stakeholder dan

melaporkan kembali aktivitas-aktivitas tersebut pada stakeholder (Laksana,

2013). Stakeholder memiliki hak untuk mendapatkan informasi tentang

(44)

stakeholder adalah informasi mengenai intellectual capital. Pengelolaan yang

baik atas seluruh potensi yang dimiliki perusahaan akan menciptakan value

added bagi perusahaan (Laksana, 2013). Intellectual capital diyakini dapat

berperan penting dalam peningkatan kinerja keuangan perusahaan maupun

kinerja perusahaan.

C. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini berfokus pada hubungan antara intellectual capital

dengan kinerja keuangan perusahaan. Soetedjo dan Mursida (2014)

melakukan penelitian mengenai pengaruh Intellectual Capital terhadap kinerja

keuangan perusahaan perbankan. Penelitian ini menemukan dalam intellectual

capital yang terdiri atas tiga komponen, yaitu human capital, structural

capital, dan customer capital secara simultan berpengaruh signifikan terhadap

Return on Aset (ROA), sebagai indikator dari kinerja keuangan perusahaan.

Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan intellectual capital dalam suatu

perusahaan, terutama pada perusahaan perbankan cukup mempengaruhi

kinerja keuangan perusahaan. Semakin baik perusahaan mampu mengelola

intellectual capital yang mereka miliki, maka akan semakin besar pula nilai

Return on Aset (ROA) yang dihasilkan oleh perusahaan.

Gani dan Nugrahanti (2015) meneliti pengaruh Intellectual Capital

terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini adalah dari ketiga indikator

IC (VAIC), indikator value added capital employed (VACA) yang paling

(45)

ini membuktikan bahwa memang dalam perusahaan manufaktur komponen

capital employed-lah yang menjadi fokus perhatian dalam proses dan kegiatan

produksi. Selain itu hal ini menunjukkan perbedaan industri yang diteliti akan

menghasilkan hasil yang berbeda khususnya indikator yang lebih dominan

dalam membentuk IC (VAIC).

Kamath (2015) melakukan penelitian mengenai pengaruh Intellectual

Capital terhadap kinerja keuangan dan nilai pasar perusahaan di India. Hasil

penelitian ini adalah profitabilitas, produktifitas, dan penilaian pasar

dipengaruhi oleh efisiensi IC secara keseluruhan. Namun, dampak dari

komponen individu dipandang bervariasi pada kinerja keuangan dan nilai

pasar.

Raharjanti (2015) melakukan penelitian mengenai hubungan dan

pengaruh intellectual capital terhadap kinerja perusahaan sektor keuangan di

Indonesia. Hasil penelitian ini adalah analisis menunjukkan bahwa intellectual

capital dan komponennya berhubungan dan berpengaruh secara signifikan

terhadap kinerja perusahaan sektor keuangan. Komponen intellectual capital

HCE dan CEE berpengaruh positif terhadap kinerja sedangkan SCE

berpengaruh negatif terhadap kinerja.

Widyaningrum (2014) melakukan penelitian mengenai pengaruh audit

internal, Intellectual Capital, dan Good Corporate Governance terhadap

kinerja keuangan di perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode

2011-2013. Hasil penelitian ini adalah apabila ketiga variabel ini secara

(46)

governance, tidak memengaruhi kinerja keuangan. Hal ini bisa

mengindikasikan bahwa ketiga variabel tersebut belum mampu membantu

meningkatkan kinerja keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI

selama tahun 2011-2013.

Wulandari (2015) melakukan analisis pengaruh Intellectual Capital

terhadap produktivitas Bank Umum Syariah. Hasil penelitian ini adalah

intellectual capital berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas

bank umum syariah. Hal ini menunjukkan bahwa bank umum syariah telah

mengelola intellectual capital yang dimilikinya dengan baik sehingga

berperan penting dalam pembentukan nilai tambah dan berkontribusi pada

peningkatan produktivitas bank umum syariah di Indonesia.

D. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini ingin meneliti hubungan antara intellectual capital dengan

kinerja perusahaan. Penelitian ini meneliti hubungan antara variabel sehingga

tidak ada perumusan hipotesis dikarenakan kesimpulan yang akan ditarik

hanya terbatas pada populasi sasaran. Penelitian ini melihat hubungan antara

intellectual capital dengan kinerja keuangan perusahaan, sehingga kerangka

konseptual dalam penelitian ini seperti digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1: Gambar Kerangka Pemikiran Intellectual Capital

(VAICTM)

Kinerja Keuangan Perusahaan

(47)

29 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi empiris pada perusahaan perbankan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian empiris merupakan studi yang

dilakukan berdasarkan data-data eksperimental hasil pengamatan,

pengalaman, uji coba, lebih untuk ilmu pengetahuan dan penelitian. Studi

empiris pada penelitian ini menggunakan perusahaan-perusahaan yang listing

di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan menganalisis matematika dan statistika

untuk menggambarkan, menjelaskan, dan membuat prediksi berdasarkan

data-data sekunder yang telah didokumentasikan.

B. Populasi Sasaran

Populasi sasaran pada penelitian ini menggunakan perusahaan perbankan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014. Kriteria populasi sasaran

yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan perbankan yang secara konsisten terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode tahun 2010-2014.

2. Perusahaan perbankan yang konsisten mempublikasikan laporan tahunan

(annual report) pada tahun 2010-2014.

(48)

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

dokumentasi. Teknik dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan,

mencatat dan menghitung data-data yang berhubungan dengan penelitian.

Selain itu juga menggunakan studi pustaka dengan mengumpulkan data,

artikel, jurnal, maupun sumber tertulis lain yang berkaitan dengan variabel

penelitian.

D. Definisi Operasional Variabel

Analisis data pada penelitian ini menggunakan variabel intellectual capital

dan kinerja keuangan perusahaan. Definisi dari kedua variabel tersebut secara

rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Intellectual Capital

Intellectual capital adalah jumlah semua orang di perusahaan yang

memberikan keunggulan kompetitif di pasar berupa pengetahuan

intelektual, informasi, kekayaan intelektual, dan pengalaman yang dapat

dimanfaatkan untuk menciptakan kekayaan (Stewart, 1997). Intellectual

capital diukur dengan value added tiga komponennya yaitu human capital,

structural capital, dan capital employed.

2. Kinerja Keuangan Perusahaan

Kinerja keuangan perusahaan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu

yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan

(49)

diukur dengan informasi keuangan berupa return on equity dan revenue

growth.

E. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, perlu dilakukan langkah-langkah pengolahan data.

Berikut ini adalah langkah-langkah pengolahan data:

1. Mengumpulkan data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan

perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014.

Mengumpulkan data untuk menghitung intellectual capital (proksi

VAICTM) yaitu laba operasi, beban karyawan, depresiasi, amortisasi,

ekuitas, dan laba bersih. Mengumpulkan data untuk menghitung kinerja

keuangan perusahaan (proksi revenue growth dan return on equity) yaitu

pendapatan, laba bersih setelah pajak dan total ekuitas pemegang saham.

2. Menghitung Intellectual Capital dan Kinerja Keuangan Perusahaan

a. Menghitung Intellectual Capital

Pengukuran Intellectual capital dalam penelitian ini menggunakan

metode value added intellectual coefficient (VAICTM) yang

dikembangkan oleh Pulic pada tahun 1997. Keunggulan metode

VAICTM adalah karena data yang dibutuhkan relatif mudah diperoleh

(50)

Formulasi dan tahapan perhitungan VAICTM adalah sebagai

berikut:

1) Menghitung Value Added (VA). Value added adalah indikator

paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan

menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai

value creation). Value added dihitung sebagai selisih antara

output dan input (Pulic, 1999).

VA = OUT – IN Keterangan:

OUT = Output: total penjualan dan pendapatan lain.

IN = Input: beban penjualan dan biaya lain-lain (selain

beban karyawan).

Value added (VA) juga dapat dihitung dari akun-akun

perusahaan sebagai berikut:

VA = OP + EC + D + A Keterangan:

OP = operating profit (laba operasi)

EC = employee costs (beban karyawan)

D = depreciation (depresiasi)

A = amortisation (amortisasi)

2) Menghitung Value Added Capital Employed (VACA). VACA

(51)

physical capital. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat

oleh setiap unit dari CE terhadap value added organisasi.

VACA = VA/CE Keterangan:

VACA = Value Added Capital Employed: rasio dari VA

terhadap CE

VA = Value Added

CE = Capital Employed: dana yang tersedia (ekuitas,

laba bersih)

3) Menghitung Value Added Human Capital (VAHU). VAHU

menunjukkan berapa banyak VA yang dapat dihasilkan dengan

dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Rasio ini

menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang

diinvestasikan dalam HC terhadap value added organisasi.

VAHU = VA/HC Keterangan:

VAHU = Value Added Human Capital: rasio dari VA

terhadap HC.

VA = Value Added

HC = Human Capital: beban karyawan.

4) Menghitung Structural Capital Value Added (STVA). Rasio ini

(52)

satu rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana

keberhasilan SC dalam penciptaan nilai.

STVA = SC/VA

Keterangan:

STVA = Structural Capital Value Added: rasio dari SC

terhadap VA.

SC = Structural Capital: VA – HC

VA = value added

5) Menghitung Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM).

VAICTM mengindikasikan kemampuan intelektual organisasi

yang dapat juga dianggap sebagai BPI (Business Performance

Indicator). VAICTM merupakan penjumlahan dari 3 komponen

sebelumnya, yaitu: VACA, VAHU, dan STVA.

VAICTM = VACA + VAHU + STVA

b. Menghitung Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Proksi Return On

Equity

Return on equity dapat dihitung dengan rumus:

Return On Equity (ROE) =

c. Menghitung Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Proksi Revenue

Growth

Revenue Growth dapat dihitung dengan rumus:

Revenue Growth (RG) =

(53)

3. Melakukan Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang

dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,

minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi).

(Ghozali, 2011)

4. Mengklasifikasi Data

Penelitian ini menggunakan analisis statistik non-parametrik. Statistik

non-parametrik adalah statistik bebas sebaran (tidak mensyaratkan bentuk

sebaran parameter populasi, baik normal atau tidak). Selain itu, statistik

non-parametrik biasanya menggunakan skala pengukuran sosial, yakni

nominal dan ordinal yang umumnya tidak terdistribusi normal. Metode

untuk mengklasifikasikan data menggunakan metode seriaton secara

kelompok. Metode ini digunakan untuk menyusun data dalam

kelompok-kelompok berdasarkan kelas interval tertentu sehingga dapat diperoleh

secara tepat data yang terkecil dan yang terbesar dan mengelompokkan

data menjadi beberapa bagian menjadi 2 bagian atau lebih (Boedijoewono,

2012: 35-36).

a. Mengklasifikasikan Data Value Added Intellectual Coefficient (Proksi

Intellectual Capital)

Ukuran data VAICTM berskala rasio, pada pengklasifikasian ini

ukuran data value added intellectual coefficient diubah menjadi skala

ordinal. Skala ordinal mencakup ciri-ciri skala nominal ditambah suatu

(54)

berarti semakin tinggi perolehan intellectual capital dalam perusahaan,

sebaliknya semakin rendah angka VAICTM berarti semakin rendah

perolehan intellectual capital dalam perusahaan. Kamath (2007)

mengelompokkan kinerja bank berdasarkan IC ke dalam empat

kategori, VAICTM dijadikan dasar untuk mengelompokkan bank, yaitu:

1. Bad performers, untuk bank dengan nilai value added

intellectual coefficient di bawah 2,5;

2. Common performers, untuk bank dengan nilai value added

intellectual coefficient antara 2,5 dan 4;

3. Good performers, untuk bank dengan nilai value added

intellectual coefficient antara 4 dan 5;

4. Top performers, untuk bank dengan nilai value added

intellectual coefficient di atas 5.

b. Mengklasifikasikan Data Return On Equity (Proksi Kinerja Keuangan

Perusahaan)

Ukuran data return on equity berskala rasio, pada pengklasifikasian ini

ukuran data return on equity diubah menjadi skala ordinal. Skala

ordinal mencakup ciri-ciri skala nominal ditambah suatu urutan

(Cooper dan William, 1995). Pada penelitian ini, return on equity

diklasifikasikan berdasarkan matriks kriteria peringkat komponen

(55)

Peringkat 1 : ROE > 15%

Peringkat 2 : ROE 12,5% - 15%

Peringkat 3 : ROE 5% - 12,5%

Peringkat 4 : ROE 0% - 5%

Peringkat 5 : ROE ≤ 0%

Ketentuan peringkat di atas menjelaskan bahwa semakin tinggi angka

return on equity, maka semakin kecil peringkat yang diberikan.

Sebaliknya, semakin rendah angka return on equity, maka semakin

besar peringkat yang diberikan (skala peringkat 1-5).

c. Mengklasifikasikan Data Revenue Growth (Proksi Kinerja Keuangan

Perusahaan)

Ukuran data revenue growth berskala rasio, pada pengklasifikasian ini

ukuran data revenue growth diubah menjadi skala nominal. Skala

nominal dinyatakan dalam bentuk kategori yang menunjukkan bahwa

posisi data sama derajatnya (Wuri, 2012). Semakin tinggi (positif)

angka revenue growth berarti semakin tinggi tingkat pertumbuhan

pendapatan suatu perusahaan, sebaliknya semakin rendah (negatif)

angka revenue growth berarti semakin rendah tingkat pendapatan suatu

perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengklasifikasikan data

revenue growth menjadi 4 kategori tingkatan yaitu menurun,

meningkat, meningkat sedang, dan meningkat tinggi. Belum ada teori

yang mendasari dan menjelaskan klasifikasi data untuk variabel

(56)

sebagai acuan pengklasifikasian (Boedijoewono, 2012: 42). Klasifikasi

data dilakukan dengan membagi angka yang dihasilkan dari histogram.

Histogram merupakan tampilan bentuk grafis untuk menunjukkan

kelas interval dan distribusi data secara visual atau seberapa sering

suatu nilai yang berbeda itu terjadi dalam suatu kumpulan data

(Cooper dan William, 1995). Berdasarkan histogram, peneliti dapat

mengklasifikasi data variabel revenue growth sebagai berikut:

Menurun (-1,00 – 0,00) : 1

Meningkat (0,00 – 1,00) : 2

Meningkat sedang (1,00 – 2,00) : 3

Meningkat tinggi (2,00 – 3,00) : 4

5. Melakukan Analisis Tabulasi Silang (Crosstabs)

Analisis tabulasi silang (crosstabs) menyajikan data dalam bentuk tabulasi

yang meliputi baris dan kolom dan data untuk penyajian crosstabs adalah

data berskala nominal, ordinal atau kategori (Ghozali, 2011).

6. Menarik Kesimpulan

Kesimpulan pada penelitian ini adalah hasil analisis pada tabel tabulasi

silang (crosstab) antara variabel dengan melihat kekuatan hubungan dan

arah hubungan berdasarkan nilai Contigency coefficient. Contigency

coefficient mengakomodasikan data pada hampir setiap bentuk menceng

atau normal, diskret atau kontinu, dan nominal atau ordinal (Cooper dan

William, 1995). Adapun langkah-langkah untuk menarik kesimpulan

(57)

a. Menguji tingkat signifikan

Penelitian ini akan menggunakan tingkat signifikan sebesar 5% dengan

tingkat kepercayaan sebesar 95%. Menguji tingkat signifikan dengan

melihat nilai approximate significance. Approximate significance

menunjukkan probabilitas atau peluang kesalahan. Jika nilai

approximate significance > 0,05, maka tidak terdapat hubungan antara

kedua variabel. Sebaliknya, jika nilai approximate significance < 0,05,

maka terdapat hubungan antara kedua variabel. Berdasarkan hal

tersebut, analisis data akan dilanjutkan dengan menguji kekuatan dan

arah hubungan.

b. Menguji kekuatan hubungan dan arah hubungan

Menguji kekuatan hubungan, maka kriteria pengujiannya adalah

sebagai berikut (Sugiyono, 2012: 163):

Tabel 3.1 Kriteria Pengujian Kekuatan Hubungan antara Variabel (Berdasarkan nilai Koefisien Korelasi Contigency Coefficient)

Nilai Contigency Coefficient (+ dan -)

Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Lemah

0,20 – 0,399 Lemah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,00 Sangat Kuat

Jika koefisien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai

hubungan positif atau searah. Hal ini berarti nilai variabel X tinggi,

Gambar

Gambar 5.1 Histogram Revenue Growth ............................................................
Gambar 2.1: Gambar Kerangka Pemikiran
Tabel 3.1 Kriteria Pengujian Kekuatan Hubungan antara Variabel (Berdasarkan nilai Koefisien Korelasi Contigency Coefficient)
tabel berikut:
+7

Referensi

Dokumen terkait

• Ekonomi kesehatan adalah ilmu yang mempelajari suplai (penyediaan) dan demand (permintaan) sumber daya pelayanan kesehatan dan sumber daya kesehatan, serta dampak

Salep Salwa Efektif Kempeskan Ambeien Luar - Gejala pertama penyakit Ambeien atau wasir ini adalah muncul benjolan kecil disekitar anus yang bila tidak diobati

Semakin besar hasil pengembalian atas modal sendiri (ROE) maka semakin efisien dan efektif manajemen perusahaan, sehingga mendorong investor untuk menanamkan modalnya

Hal ini berarti bahwa hipotesis ditolak yang artinya tidak ada perbedaan dalam menggunakan metode Problem Focused Coping pada subyek pria dan wanita dalam menghadapi pacaran

Dari hasil simulasi pemanenan konstan dan musiman berdasarkan parameter kemampuan tangkap ikan diperoleh nilai yaitu real positif dan negatif yang menunjukkan kestabilan

[r]

[r]

Merupakan komponen perancangan kawasan yang memilikiperan penting dalam pengalokasian penggunaanlahan atau pemanfaatan ruang pada kawasan perencanaan. Pengaturan peruntukkan