• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan lingkungan hidup dan relevansinya terhadap perkembangan iman anak di Sekolah Dasar Pangudi Luhur Kalirejo Samigaluh, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pendidikan lingkungan hidup dan relevansinya terhadap perkembangan iman anak di Sekolah Dasar Pangudi Luhur Kalirejo Samigaluh, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta."

Copied!
179
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP

DAN RELEVANSINYA TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN ANAK DI SEKOLAH DASAR PANGUDI LUHUR KALIREJO

SAMIGALUH, KULON PROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Yosefi Dewi Mahanani Saputra

NIM: 121124001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Tuhan Yesus

Kedua orang tuaku (Cecarius Mujiran dan Cicilia Boniah)

Kakakku dan keluarga kecilnya (Yosefita Ika Maharani Saputra, Yusup Nanang

Susilo dan Dimas Expectata Putra Yosep)

Adikku (Reinarda Omega Dinda Mahardika)

Kekasihku (Antonius Hariyanto)

sahabat-sahabatku

(5)

v MOTTO

"Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.”

(6)
(7)
(8)

viii ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DAN RELEVANSINYA TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN ANAK DI SEKOLAH DASAR PANGUDI LUHUR KALIREJO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA”. Judul ini dipilih berdasarkan keprihatinan penulis terhadap banyaknya masalah kerusakan lingkungan yang terjadi akhir-akhir ini. Banyak dari bencana alam yang terjadi diakibatkan oleh tangan manusia yang kurang bertanggung jawab dan kurangnya perhatian terhadap kelestarian lingkungan. Kitab Kejadian bab 1 secara jelas menunjukkan bahwa Tuhan memerintahkan manusia untuk merawat dan melestarikan alam beserta isinya. Sebagai manusia yang beriman tentunya kita tidak bisa hanya berdiam diri dalam menanggapi permasalahan kerusakan alam yang terjadi saat ini. Paus Fransiskus dalam Ensiklik Laudato Si menyerukan tentang lingkungan hidup, beliau mengajak kita untuk peduli terhadap alam. Melihat keprihatinan tersebut, maka penulis berusaha mencari bentuk kepedulian dari pihak sekolah Katolik dalam menanggapi permasalahan lingkungan yang terjadi saat ini khususnya. Pendidikan lingkungan menjadi salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menanggapi permasalahan yang terjadi. Melalui pendidikan lingkungan diharapkan anak mampu memperkembangkan iman mereka dengan cara dan tindakan yang nyata dalam melestarikan alam dan ciptaan Tuhan. Bertolak dari keadaan ini, penulis ingin mengetahui apakah pendidikan lingkungan juga berdampak bagi perkembangan iman anak.

Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah bagaimana pelaksanaan pendidikan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo dan apakah pendidikan lingkungan tersebut mempengaruhi perkembangan iman siswa. Penulis menggunakan studi pustaka dan penelitian untuk menjawab persoalan tersebut. Studi pustaka meliputi berbagai pandangan ahli, pandangan Kitab Suci dan Ensiklik Laudato Si, serta dokumen yang lain. Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian kualitatif. Data diperoleh dari hasil observasi dan wawancara terhadap 8 responden.

(9)

ix ABSTRACT

This undergraduate thesis is titled "ENVIRONMENTAL EDUCATION AND ITS RELEVANCE ON THE DEVELOPMENT OF CHILDREN FAITH AT THE ELEMENTARI SCHOOL PANGUDI LUHUR KALIREJO". This title is chosen based on the writers concerns on many environmental problem in recent days. A lot of natural disasters caused by human with a poor responsibility and ignorance toward the environmental sustainability. Genesis 1 clearly shows that God commands people to take care and preserve the earth and its contents. As a faithfull we can not stand aside to silent to the problems of the environmental destruction of nowadays. Pope Francis in the Encyclical “Laudato Si” calls for the care of environment. But to this concern, the writer tries to investigati the enviromental care of the Catholic school in response to environmental issues in recent day. Environmental education becomes one of the efforts to solve the problems. Through environmental education, the children are expreted develop their faith in concrets action of conserving the earth and God’s creation. But to this reason, the writer wants to come to know whether environmental education has impact on the faith development of children or not.

The key issue in this undergraduate thesis is the implementation of environmental education at the Elementari School Pangudi Luhur Kalirejo and its impact on the development of children faith. The writer employs literature studies and field research to address the issue. Literature studies cours expert views, the traning of Scripture teaching of the Encyclical of Laudato Si and the teaching of other church documents. The field research conducted by the author is a qualitative research. The data is obtained from observations and interviews of eight respondents.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENDIDIKAN

LINGKUNGAN HIDUP DAN RELEVANSINYA TERHADAP

PERKEMBANGAN IMAN ANAK DI SEKOLAH DASAR PANGUDI

LUHUR KALIREJO, SAMIGALUH, KULON PROGO, DAERAH

ISTIMEWA YOGYAKARTA.

Skripsi ini disusun berdasarkan keprihatinan penulis terhadap banyaknya

masalah kerusakan lingkungan yang terjadi akhir-akhir ini dan kurangnya perhatian

tentang kelestarian lingkungan tersebut. Sebagian besar dari bencana alam yang

telah terjadi diakibatkan oleh ulah manusia yang kurang bertanggung jawab. Sangat

menurunnya kesadaran manusia untuk menjaga dan melestarikan lingkungan

menjadi permasalahan yang umum terjadi di mana-mana. SD PL Kalirejo menjadi

salah satu sekolah Katolik yang mengupayakan berbagai kegiatan untuk mengajak

dan membiasakan siswa-siswinya untuk mencintai dan ikut melestarikan

lingkungan.

Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari berbagai dukungan dari berbagai

pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka pada kesempatan ini,

penulis dengan tulus hati dan penuh syukur mengucapkan banyak terimakasih

kepada:

1. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, S.J., M.Ed. selaku Kaprodi Pendidikan

(11)

xi

dukungan, perhatian, waktu dan dengan penuh kesabaran membimbing penulis

dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A. selaku dosen penguji II yang telah bersedia

membaca, menyediakan waktu bagi penulis dalam

mempertanggungjawabkannya serta memberikan masukan untuk

menyempurnakan skripsi ini.

3. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd. selaku dosen penguji III yang telah bersedia

membaca, menyediakan waktu bagi penulis dalam

mempertanggungjawabkannya serta memberikan masukan untuk

menyempurnakan skripsi ini.

4. Franciscus Xaverius Dapiyanta SFK, M.Pd. selaku dosen pembimbing

akademik yang telah bersedia memberikan perhatian dan masukan dalam

pengerjaan skripsi ini.

5. Ibu A. Srilestari, Bapak Yustinus Haryanto, Ibu Yulia Mei Kurniawati, Ibu

Martina Nurcahyanti, Bapak Agustinus Purwo Kaharmunawan, Bapak Ignatius

Eko Prasetyo, Bapak F. Sunardi, Ibu Yofita Prima Briske selaku narasumber

yang bersedia diwawancarai dan membantu selama penelitian berlangsung.

6. Segenap staf dosen dan karyawan Prodi Pendidikan Agama Katolik Universitas

Sanata Dharma yang telah mendidik, membimbing dan mendukung penulis

sehingga dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini.

7. Bapak Cecarius Mujiran, Ibu Cicilia Boniah, Simbah Kromo Irono, Yosefita

Ika Maharani Saputra, Reinarda Omega Dinda Mahardika, Antonius Hariyanto,

Yusup Nanang Susilo, dan Dimas Expectata Putra Yosep yang telah

(12)

xii

8.

Sahabat-sahabat terbaikku Putri Kenanga Arum Wulandari, Elisabeth Lita

Wijayani, Maria Oktaviani Wahyu Kusumaningrum, Ayu Dian Ningrum, Brigita

Diah yang telah memberikan dukungan dan semangat bagi penulis.

9.

Keluarga besar angkatan 2012 yang telah memberikan warna dan dukungan

dengan caranya masing-masing untuk menyelesaikan studi dan skripsi ini.

10.

Keluarga besar SD PL Kalirejo, yang telah membantu penulis dalam pengerjaan

skripsi ini.

11.

Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang dengan tulus ikhlas

memberi dukungan dan masukan hingga penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan dan jauh

dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala saran dan kritik yang

bersifat membangun demi perbaikan dan pemanfaatan skripsi ini. Akhir kata,

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Yogyakarta, 5 Januari 2017

Penulis,

(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Permasalahan ... 7

C.Tujuan Penulisan ... 7

D.Manfaat Penulisan ... 7

E.Metode Penulisan ... 8

F. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II. PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DAN RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN IMAN ANAK ... 10

A.Pendidikan ... 11

1. Pengertian Pendidikan ... 11

2. Tujuan Pendidikan Menurut Dokumen Konsili Vatikan II (Gravisi mum Educationis) dan Para Ahli ... 13

B.Lingkungan Hidup ... 16

1. Pandangan Kitab Suci dan Gereja Mengenai Lingkungan Hidup ... 16

a. Pandangan Kitab Suci Perjanjian Lama ... 16

b. Pandangan Kitab Suci Perjanjian Baru ... 19

(14)

xiv

2. Pengertian Lingkungan Hidup ... 21

3. Tanggung Jawab Atas Lingkungan Hidup ... 22

4. Hubungan Antara Manusia dan Alam ... 23

5. Manusia Ditugaskan Memelihara Bumi ... 24

6. Macam-macam Pencemaran Lingkungan ... 25

7. Teladan Santo Fransiskus Asisi yang Cinta Lingkungan ... 29

C.Pendidikan Lingkungan Hidup ... 30

1. Pengertian Pendidikan Lingkungan Hidup ... 30

2. Tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup ... 33

3. Lingkup Materi Pendidikan Lingkungan Hidup ... 35

4. Contoh Sekolah Berwawasan Lingkungan ... 40

D.Relevansi Terhadap Perkembangan Iman Anak ... 43

1. Iman ... 43

2. Perkembangan Iman Anak ... 44

3. Relevansi Pendidikan Lingkungan terhadap Perkembangan Iman Anak ... 47

BAB III. PENDIDIKAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI SD PL KALIREJO SEBAGAI USAHA MENINGKATKAN PERKEMBANGAN IMAN SISWA ... 51

A. Konteks SD PL Kalirejo ... 52

1. Sejarah Singkat SD PL Kalirejo ... 52

2. Visi SD PL Kalirejo ... 54

3. Misi SD PL Kalirejo ... 54

4. Tujuan Sekolah ... 55

5. Gambaran Lingkungan SD PL Kalirejo ... 57

a. Lingkungan Fisik ... 57

b. Lingkungan Administratif Organisatoris ... 59

c. Lingkungan Akademik ... 60

d. Lingkungan Sosial ... 60

6. Kegiatan-kegiatan Pengembangan Diri di SD PL Kalirejo ... 62

(15)

xv

B.Penelitian tentang Pendidikan Berwawasan Lingkungan sebagai

Usaha Meningkatkan Perkembangan Iman Siswa di SD PL Kalirejo ... 65

1. Desain Penelitian ... 65

a. Latar Belakang Penelitian ... 65

b. Variabel Penelitian ... 68

c. Definisi konseptual ... 68

d. Tujuan Penelitian ... 69

e. Jenis Penelitian ... 69

f. Instrumen Pengumpulan Data ... 70

g. Responden Penelitian ... 72

h. Tempat dan Waktu Penelitian ... 72

i. Kisi - Kisi ... 72

2. Laporan Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 74

a. Laporan Penelitian ... 74

b. Pembahasan Hasil Penelitian ... 89

3. Kesimpulan Penelitian ... 96

BAB IV. USULAN KEGIATAN UNTUK MENINGKATKAN USAHA PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DEMI PERKEMBANGAN IMAN ANAK DI SD PL KALIREJO ... 99

A. Latar Belakang Kegiatan ... 99

B. Tujuan Kegiatan ... 100

C. Usulan dan Bentuk Kegiatan ... 101

1. Tema ... 101

2. Tujuan ... 102

3. Peserta ... 102

4. Tempat dan Waktu ... 102

5. Bentuk Rekoleksi ... 102

6. Sumber Bahan ... 103

7. Metode Rekoleksi ... 103

8. Sarana ... 103

9. Susunan Acara... 104

(16)

xvi

BAB V. Kesimpulan dan Saran ... 116

A. Kesimpulan ... 116

B. Saran ... 118

DAFTAR PUSTAKA ... 120

LAMPIRAN ... 122

Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian ... (1)

Lampiran 2: Panduan Wawancara ... (2)

Lampiran 3: Identitas Responden ... (3)

Lampiran 4: Transkrip Hasil Wawancara ... (5)

Lampiran 5: Latar Belakang, Visi, Misi dan Tujuan Sekolah . ... (30)

Lampiran 6: Artikel tentang SD Pangudi Luhur Kalirejo ... (34)

(17)

xvii

DAFTAR SINGKATAN

A.Singkatan Teks Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam penulisan skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departmen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 8.

B.Singkatan Dokumen Resmi Gereja

GE : Gravisimum Educationis, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Pendidikan Kristen, diresmikan oleh paus Paulus VI pada 28 Oktober 1965.

KGK : Katekismus Gereja Katolik, katekismus yang dipergunakan dalam Gereja Katolik, diresmikan oleh Paus Paulus II pada tahun 1992.

LS : Laudato Si, ensiklik dari Paus Fransiskus mengenai pertobatan ekologis, diresmikan pada bulan Juni 2015.

PP : Populorum Progessio, ensiklik yang ditulis oleh Paus Paulus VI tentang perkembangan orang-orang dan bahwa dunia seharusnya melayani semua semua umat manusia dan tidak hanya sebagian kecil saja, diterbitkan pada 26 Maret 1967.

C.Singkatan Lain Art. : Artikel

Ay : Ayat

(18)

xviii BKSN : Bulan Kitab Suci Nasional

BPBD : Badan Penanggulangan Bencana Daerah CU : Credit Union

DKV : Dokumen Konsili Vatikan Dll : Dan lain-lain

FGD : Focus Group Discussion

Ha : Hektar

HP : Hand Phone

IPA : Ilmu Pengetahuan Alam

IPTEK : Ilmu Pengetahuan dan Teknologi IQ : Intelligence Quotients

ISPA : Infeksi Saluran Pernafasan Akut KBM : Kegiatan Belajar Mengajar KWI : Konferensi Waligereja Indonesia Mading : Majalah dinding

P : Tradisi Priester

PAK : Pendidikan Agama Katolik PB : Perjanjian Baru

PL : Pangudi Luhur PL : Perjanjian Lama Sbb : Sebagai berikut SD : Sekolah Dasar

Th : Tahun

(19)

xix

TU : Tata Usaha

UKS : Usaha Kesehatan Sekolah

UNESCO : United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization UPTD : Unit Pelaksana Teknis Daerah

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup, dijelaskan bahwa lingkungan hidup adalah “kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.” Jelas bahwa manusia menjadi salah satu pihak yang sangat berperan dalam keberlangsungan lingkungan hidup. Namun seperti yang sudah kita ketahui bersama, saat ini kenyataan yang terjadi di bumi ini mengalami krisis lingkungan hidup. Terjadi kerusakan lingkungan di mana-mana dan sebagian besar kasus yang terjadi karena ulah manusia yang kurang mempedulikan kelestarian lingkungan sekitar, seperti: pemakaian bahan-bahan kimia yang berbahaya sehingga dapat merusak kesuburan tanah, membuang sampah sembarangan, melakukan penebangan pohon secara liar dan berbagai kegiatan lain yang merusak lingkungan alam sekitar. Oleh karena itu sebagai manusia yang mempunyai tanggung jawab dan tidak bisa terlepas dari alam, kita tidak bisa tinggal diam tanpa mencari cara untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Seperti yang diungkapkan oleh Sonny Keraf (2010: 26), sudah sangat banyak kejadian yang melanda tanah air Indonesia, beliau mengatakan bahwa:

(21)

meletus adalah beberapa contoh bencana alam yang kita maksud. Tetapi, selebihnya adalah bencana lingkungan hidup.

Di sini dikatakan bencana lingkungan hidup sebagian kejadiannya karena adanya krisis lingkungan hidup yang disebabkan oleh ulah manusia yang kurang bertanggung jawab dan kurang peduli akan kelestarian lingkungan.

Bencana alam di negara Indonesia ini tidak hanya diakibatkan oleh pengaruh alami saja. Namun juga sebagian besar sudah ada campur tangan manusia di dalamnya. Manusia juga ikut ambil bagian sampai terjadinya bencana dan peristiwa tersebut. Hal ini dapat diambilkan contoh dari salah satu berita dari Kompas.com karangan Yunanto Wiji yang diterbitkan pada tanggal 14 September 2015, sebagai berikut:

Lahan terbakar terluas berada di Riau, mencapai 2.025,42 hektar (ha). Provinsi dengan luas lahan terbakar signifikan lainnya ialah Kalimantan Barat (900,20 ha), Kalimantan Tengah (655,78 ha), Jawa Tengah (247,73 ha), Jawa Barat (231,85 ha), Kalimantan Selatan (185,70 ha), Sumatera Utara (146 ha), Sumatera Selatan (101,57), dan Jambi (92,50 ha). Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho melaporkan, kemarin, jumlah titik panas di Sumatera mencapai 944 titik dan di Kalimantan 222 titik. Kebakaran hutan dan lahan pun diperkirakan masih terus berlangsung, bahkan hingga ke taman nasional.

Berdasarkan pemetaan yang dilakukan Kompas dari pemberitaan sejak 1960-an hingga saat ini, kebakaran terjadi berulang, bahkan terlihat ada peningkatan jumlah titik api dalam empat dekade ini. Rekapitulasi luas kebakaran hutan per provinsi di Indonesia tahun 2010-2015 dalam situs Kementerian Lingkungan Hidup juga menunjukkan hal itu. Dibandingkan tahun 2010, luas lahan terbakar meningkat puluhan kali lipat. Di Jambi, contohnya, di tahun 2010, lahan terbakar hanya 2,5 ha. Tahun 2014 meningkat menjadi 3.470 ha.

(22)

lahan menghanguskan 4.022 ha.

Kerugian yang ditimbulkan dari bencana ini sangat besar. Kerugian yang terjadi akibat bencana asap itu tidak hanya materi yang tak terhitung nilainya, tetapi juga kerusakan lingkungan dan menurunnya kualitas kesehatan masyarakat. Bencana asap itu bahkan telah merenggut korban jiwa gadis kecil tunas bangsa akibat terpapar asap pekat yang terjadi di Pekanbaru, Kamis pekan lalu. Belum lagi puluhan ribu orang di wilayah Sumatera dan Kalimantan yang menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) karena terpapar asap.

Artikel tersebut menyampaikan kepada kita bahwa akibat ulah manusia dapat menimbulkan terjadinya bencana yakni kebakaran hutan di berbagai tempat. Dengan adanya peristiwa ini pula ditekankan bahwa bencana tidak semata-mata hanya karena kejadian alamiah saja, bencana alam juga diakibatkan oleh tangan manusia. Kebakaran hutan yang diakibatkan oleh moralitas manusia yang tidak peduli akan kelestarian lingkungan demi mencapai berbagai kepentingan dan keserakahan ini pada akhirnya hanya akan membawa bencana dan merusak lingkungan. Bahkan berbagai kerusakan finansial juga akan muncul, seperti: kerusakan alam, flora dan fauna.

(23)

Namun yang terjadi saat ini bahwa kesadaran manusia akan kelestarian lingkungan hidup masih sangat kurang dibuktikan. Sejalan dengan itu, Paus Fransiskus dalam (LS, art. 20) mengatakan bahwa “ada beberapa bentuk pencemaran lingkungan yang dialami orang setiap hari. Polusi udara adalah salah satunya.” Polusi ini mengakibatkan berbagai masalah kesehatan, terutama bagi masyarakat miskin dan menyebabkan jutaan kematian dini. Dari tulisan Paus Fransiskus dalam Laudato Si artikel 20 ini jelas bahwa salah satu bentuk pencemaran lingkungan yang terjadi saat ini adalah polusi udara. Dan polusi ini mengakibatkan berbagai permasalahan, salah satunya di bidang kesehatan. Banyak sekali penyakit yang disebabkan oleh polusi udara, mulai dari penyakit ringan sampai penyakit yang sangat berbahaya bagi tubuh manusia.

Kurangnya kesadaran akan kelestarian tersebut juga mengakibatkan perubahan iklim yang akan terjadi di bumi ini. Seperti yang disampaikan oleh Paus Fransiskus (LS, art. 25):

Perubahan iklim merupakan masalah global dengan dampak buruk untuk lingkungan, masyarakat, ekonomi, perdagangan dan politik. Ini merupakan salah satu tantangan utama yang dihadapi umat manusia pada zaman kita. Dampak terburuk mungkin akan dirasakan dalam beberapa dekade mendatang oleh negara-negara berkembang. Banyak orang miskin tinggal di wilayah-wilayah yang paling dipengaruhi oleh berbagai gejala yang terkait dengan pemanasan bumi, sementara penghidupan mereka sangat tergantung pada cadangan alam dan jasa ekosistem seperti pertanian, perikanan dan kehutanan.

(24)

mengandalkan hasil dari alam. Ketika alam ini rusak oleh perubahan iklim, maka alam juga akan sulit mengeluarkan hasil yang cukup demi pemenuhan kebutuhan manusia.

Alkitab juga secara jelas mengungkapkan bahwa kerusakan alam selama ini adalah karena ulah manusia, karena kejahatan manusia. Salah satu contohnya di dalam Kitab Mazmur 107:33-34, dituliskan bahwa: “Dibuat-Nya sungai-sungai menjadi padang gurun dan pancaran-pancaran air menjadi tanah gersang, tanah yang subur menjadi padang pasir, oleh sebab kejahatan orang-orang yang diam di dalamnya.” Dua ayat dari Kitab Mazmur ini jelas bahwa kejahatan manusialah yang telah mengakibatkan kerusakan dan kehancuran lingkungan hidup ini. Namun Tuhan tidak menghendaki musnahnya ciptaan-Nya.

Sebagai suatu bentuk kesadaran terhadap lingkungan, warga Katolik yang berpendidikan tidak bisa tinggal diam melihat kerusakan alam yang terjadi di sekitar kita. Sekolah Katolik tentunya dapat ikut ambil bagian dalam menghadapi masalah lingkungan saat ini misalnya lewat bidang pendidikan. Menurut Syukri Hamzah (2013: 14) dikatakan bahwa:

Pendidikan harus dapat dimanfaatkan sebagai sarana pembentukan sikap dan kepedulian terhadap lingkungan secara efektif. Melalui pendidikan yang intensif sangat dimungkinkan untuk meningkatkan kualitas sikap dan perilaku yang positif terhadap lingkungan, karena melalui pendidikan dapat diwujudkan kesiapan mental dan kecenderungan untuk berperilaku positif terhadap suatu obyek tertentu yang dalam hal ini adalah lingkungan hidup. Dari pernyataan itu jelas bahwa pendidikan berkaitan dengan upaya pelestarian lingkungan merupakan hal yang penting diberdayakan.

(25)

pendidikan lingkungan hidup sudah harus diberikan. Pendidikan lingkungan hidup ini tidak hanya akan berpengaruh pada kesadaran anak akan kelestarian lingkungan hidup namun juga diharapkan lewat pendidikan ini, iman anak juga dapat berkembang. Pihak sekolah dapat memberikan suatu wadah pendidikan yang dilakukan untuk menjawab permasalahan lingkungan hidup yang telah terjadi saat ini. Salah satu sekolah Katolik yang terletak di Perbukitan Menoreh menaruh perhatiannya terhadap kelestarian lingkungan hidup yang ditempatkan dalam salah satu kegiatan wajib sekolah. Sekolah ini adalah SD PL Kalirejo. Berangkat dari keprihatinan pihak sekolah terhadap kurangnya pendidikan lingkungan hidup dan keadaan lingkungan sekitar yang semakin parah serta rendahnya kesadaran anak-anak jaman sekarang untuk melestarikan alam ciptaan Tuhan, pihak sekolah menyediakan suatu wadah dengan membuat suatu kegiatan yang dimasukkan dalam kegiatan pengembangan diri, yaitu kegiatan berkebun.

Lewat kegiatan berkebun ini, para siswa diharapkan mampu menumbuhkan rasa kepedulian mereka terhadap kelestarian alam ciptaan Tuhan. Dalam kegiatan ini para siswa diajarkan berbagai macam kegiatan mulai dari pengetahuan awal mengenai kegiatan berkebun, pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman, panen sampai pada pengolahan hasil panen.

Dari uraian latar belakang tersebut, penulis hendak menuangkan gagasan pemikiran ini dalam skripsi berjudul: PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DAN RELEVANSINYA TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN ANAK DI

SD PL KALIREJO, SAMIGALUH, KULON PROGO, DAERAH ISTIMEWA

(26)

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis menyampaikan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan lingkungan hidup dan relevansinya terhadap perkembangan iman anak?

2. Seberapa besar pengaruh pendidikan berwawasan lingkungan untuk perkembangan iman anak?

3. Usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendidikan lingkungan hidup?

C.Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengertian tentang pendidikan lingkungan hidup dan relevansinya terhadap perkembangan iman anak.

2. Mengetahui seberapa besar pengaruh kegiatan berkebun untuk perkembangan iman anak.

3. Menyampaikan usaha kongkrit lainnya yang dapat dilakukan sebagai sumbangan pemikiran yang sesuai untuk meningkatkan pendidikan lingkungan hidup.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi pihak kampus:

(27)

2. Bagi pihak sekolah secara umum

Sebagai masukan bagi sekolah-sekolah yang lain untuk menyadarkan pihak sekolah akan pentingnya pendidikan lingkungan hidup sejak dini.

3. Bagi para pembaca

Semoga para pembaca tergerak hatinya dan tersadar akan pentingnya pendidikan lingkungan hidup sejak dini demi perkembangan iman anak-anak.

E.Metode Penulisan

Penulisan skripsi ini menggunakan metode deskripsi analitis, yaitu menerangkan pengertian tentang pendidikan lingkungan hidup dan relevansinya terhadap perkembangan iman anak salah satunya dengan kegiatan berkebun. Kemudian guna mengetahui apakah kegiatan berkebun dapat menjadi salah satu usaha untuk melestarikan pendidikan lingkungan hidup, diadakan sebuah penelitian dengan cara wawancara kepada para guru dan pembina kebun kemudian hasil penelitian tersebut dianalisis dan dijelaskan. Pada akhirnya penulis memberikan sumbangan pemikiran berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian yang diharapkan akan berguna bagi siswa dan pihak sekolah.

F.Sistematika Penulisan

(28)

Bab I merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan.

Bab II menguraikan penjelasan tentang pendidikan, lingkungan hidup, pendidikan lingkungan dan perkembangan iman anak menurut para ahli dan beberapa teori.

Bab III menyampaikan gambaran faktual tentang gambaran umum SD PL Kalirejo dan membahas penelitian mengenai pendidikan lingkungan hidup dan relevansinya terhadap perkembangan iman anak, laporan hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian dan kesimpulan hasil penelitian.

Bab IV berisi usulan kegiatan untuk meningkatkan usaha pendidikan lingkungan hidup di SD PL Kalirejo. Bab ini menguraikan latar belakang kegiatan, tujuan kegiatan, usulan dan bentuk kegiatan.

(29)

BAB II

PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DAN RELEVANSINYA UNTUK PERKEMBANGAN IMAN ANAK

Bab sebelumnya sudah disampaikan tentang latar belakang mengenai

penulisan topik pendidikan lingkungan hidup, rumusan masalah yang dibahas,

tujuan penulisan, manfaat penelitian, metode penulisan dan sistematika penulisan

yang digunakan sebagai salah satu acuan pengembangan tulisan ini. Pada bab II ini

penulis membahas dan mendalami pendidikan lingkungan hidup yang dibagi ke

dalam empat bagian, yaitu: pendidikan, lingkungan hidup, pendidikan lingkungan

hidup dan perkembangan iman anak.

Pada bab ini penulis memaparkan kajian pustaka yang didapat dari berbagai

sumber yang berhubungan erat dengan pendidikan lingkungan hidup dan

perkembangan iman anak. Pembahasan yang pertama berisi pengertian pendidikan

dan tujuan pendidikan. Pembahasan kedua berisi pengertian lingkungan hidup,

tanggung jawab atas lingkungan hidup, pandangan Kitab Suci Perjanjian Lama

mengenai lingkungan hidup, Ajaran Sosial Gereja mengenai lingkungan hidup,

manusia ditugaskan memelihara bumi, macam-macam pencemaran lingkungan dan

hubungan antara manusia dan alam. Pembahasan ketiga berisi pengertian

pendidikan lingkungan hidup, tujuan pendidikan lingkungan hidup dan lingkup

materi pendidikan lingkungan hidup. Pembahasan keempat berisi mengenai iman

dan perkembangan iman anak. Berikut ini penulis akan menguraikan secara

(30)

A.Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan

Gatut Saksono (2008: 73) mengungkapkan pendapat dari Driyarkara

mengenai pendidikan. Dikatakan bahwa “pendidikan terjadi dengan dan dalam

hidup bersama.” Artinya proses pendidikan merupakan perbuatan ataupun tindakan

yang disadari untuk memasukkan manusia muda ke dunia manusia. Hal ini

menunjuk bagaimana keberadaan seorang manusia menjadi manusia seutuhnya

menjadi hal yang ditekankan.

Bartolomeus Samho (2013: 74) mengungkapkan pandangan Ki Hadjar

Dewantara bahwa “pendidikan dan pengajaran adalah daya-upaya yang disengaja

secara terpadu dalam rangka memerdekakan aspek lahiriah dan batiniah manusia.”

Pengajaran merupakan salah satu bagian dari pendidikan. Pengajaran adalah

pendidikan dengan cara memberikan ilmu ataupun pengetahuan serta memberikan

ketrampilan, pengertian dan pelatihan kepada anak yang akhirnya dapat bermanfaat

untuk hidup anak tersebut.

Ki Hadjar Dewantara juga menerapkan tiga semboyan pendidikan yang

menunjukkan kekhasan Indonesia, yakni “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani” (Samho, 2013: 78). Dari penggalan semboyan Ing Ngarsa Sung Tuladha dapat diartikan bahwa di dalam dunia pendidikan, saat seorang pendidik berada di depan ia sebaiknya memberikan

teladan kepada murid-muridnya. Seorang pendidik adalah pemimpin yang

memberikan contoh baik dalam perkataan maupun perbuatannya sehingga pantas

diteladani oleh para muridnya. Kemudian untuk makna Ing Madya Mangun Karsa,

(31)

terus-menerus memotivasi mereka untuk terus berkarya, membangun niat, semangat dan

menumbuhkan ide-ide agar para muridnya produktif dalam berkarya. Sedangkan

Tut Wuri Handayani, mempunyai arti bahwa seorang pendidik ketika berada di belakang hendaknya selalu mendorong dan mendukung para peserta didiknya untuk

berkarya ke arah yang benar. Ketiga semboyan ini juga sebaiknya diimbangi

dengan prinsip pembelajaran learning by doing antara pendidik dan murid. Belajar

dengan mengerjakan atau yang sering terkenal dengan istilah learning by doing

tentunya bukan hanya sekedar metode pembelajaran tetapi suatu kenyataan hidup.

Seluruh aspek di dalam kehidupan dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran.

Menurut pandangan Maria Montessori yang diterjemahkan oleh Dariyatno

(2008: 356) di jelaskan bahwa “manusia merupakan makhluk yang utuh, namun

keutuhan ini harus dibangun dan dibentuk melalui pengalaman aktif di dunia nyata,

yang diatur oleh hukum-hukum alam”. Hal tersebut ingin menunjukkan bahwa

pengalaman nyata yang dilakukan oleh anak-anak menjadi bekal yang penting bagi

keutuhan perkembangan dirinya. Anak tidak hanya terbatas untuk mempelajari

hal-hal yang bersifat kognitif saja, namun harus mempraktekkan apa yang telah mereka

terima ke dalam pengalaman nyata di kehidupan sehari-harinya.

Sukardjo & Ukim Komarudin (2009: 7) mengungkapkan istilah pendidikan

berasal dari kata paedagogie yang secara etimologik kata ini “berasal dari bahasa

Yunani yaitu paedagogia yang berarti pergaulan dengan anak. Perkataan untuk pedagogi juga berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu paid yang bermakna anak dan

ogogos yang berarti membimbing”. Pendidikan adalah proses pembinaan yang memungkinkan anak mampu mengembangkan semua potensi dan kemampuan yang

(32)

Menurut Sukardjo & Ukim Komarudin (2009: 9) “Pendidikan dimulai di

dalam keluarga bagi anak yang belum mandiri, kemudian diperluas di lingkungan

tetangga atau komunitas sekitar, lembaga prasekolah, persekolahan formal dan

tempat-tempat lain”. Pendidikan tidak hanya sekedar mengajarkan sesuatu kepada

seseorang terlebih kepada anak, melainkan lebih kepada proses membimbing dan

membina. Sudah diketahui sejak dahulu bahwa keluarga adalah tempat yang paling

pertama dan terutama dalam proses mendidik seorang anak. Seorang anak

menyerap segala sesuatu yang dia peroleh dalam keluarga. Kemudian setelah itu

lingkungan sekolah dan masyarakat yang kemudian juga memberikan pengaruh

terhadap pendidikan seorang anak.

2. Tujuan Pendidikan menurut Dokumen Konsili Vatikan II Gravisimum Educationis dan Para Ahli

“Semua orang dari suku, kondisi atau usia manapun, berdasarkan martabat

mereka selaku pribadi, mempunyai hak yang tak dapat diganggu gugat atas

pendidikan yang cocok dengan tujuan” (GE, art. 1). Pernyataan ini menjelaskan

bahwa setiap orang memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan sesuai

dengan tujuan yang hendak dicapai. Tidak ada pengecualian yang mempengaruhi

seseorang untuk tidak menerima pendidikan, baik dilihat dari suku, kondisi

ekonomi, maupun jenis kelamin karena semua orang mempunyai hak yang sama.

Bahkan faktor usia tidak menjadi penghalang untuk terus memperoleh pendidikan,

karena pendidikan berlangsung seumur hidup. Tujuan pendidikan adalah

perkembangan manusia sebagai suatu pribadi dan akhirnya demi kesejahteraannya

(33)

“Pendidikan itu tidak hanya bertujuan pendewasaan pribadi manusia seperti

telah diuraikan, melainkan terutama hendak mencapai, supaya mereka yang telah

dibabtis langkah demi langkah makin mendalami misteri keselamatan” (GE, art. 2).

Melalui dunia pendidikan, khususnya pendidikan Kristiani, seseorang yang

menerima pendidikan tidak hanya diharapkan mencapai perkembangan pribadinya

saja, namun sampai kepada penyadaran karunia iman yang telah diterima sejak

dibabtis dan mampu menghayati hidup sebagai manusia baru dalam kebenaran.

Sardy (1985: 3) mengungkapkan gagasan mengenai tujuan pendidikan

menurut UNESCO yakni: menjunjung tinggi nilai luhur manusia, pendidikan

mengarah kepada kreativitas, orientasi pada keterlibatan sosial, pendidikan adalah

pembentukan manusia sempurna.

a. Menjunjung Tinggi Nilai Luhur Manusia

“Pendidikan bertujuan menjadikan orang semakin menjunjung tinggi

nilai-nilai luhur manusia. Keluhuran manusia haruslah dapat dipertanggungjawabkan

secara ilmiah” (Sardy, 1985: 3). Manusia harus dipandang sebagai pribadi yang

kongkrit yang hidup dan mempunyai martabat yang tidak boleh diobjekkan. Di

antara manusia perlu adanya kesadaran untuk mau menerima orang lain dengan

segala perbedaannya dan diharapkan setiap individu tidak menjadikan agama,

kepercayaan, ideologinya dan hal-hal yang melekat pada dirinya sebagai patokan

bagi orang lain.

b. Pendidikan Mengarah kepada Kreativitas

(34)

yang ingin dijadikan aktual oleh pendidikan” (Sardy, 1985: 4). Salah satu tujuan

pendidikan adalah menjadikan seseorang agar menjadi pribadi yang kreatif. Segi

kekreatifan ini dapat dilihat dalam kehidupan anak-anak dan orang muda, mulai

dari semangat kreatif, rasa ingin tahu yang tinggi dan berpikir secara kritis.

c. Orientasi pada Keterlibatan Sosial

“Pendidikan harus mempersiapkan orang untuk hidup berinteraksi dalam

masyarakat secara bertanggungjawab” (Sardy, 1985: 4). Kegiatan awal yang dapat

dilakukan agar seseorang mampu berinteraksi dengan penuh tanggung jawab

dengan cara belajar berpartisipasi dan melibatkan diri secara aktif dalam setiap

kegiatan yang ada di masyarakat. Dari segi pendidikan, sekolah menjadi faktor

yang penting. Sekolah dapat dijadikan sebagai suatu wadah untuk memfasilitasi hal

tersebut. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah menolong manusia muda untuk

mampu terlibat aktif dalam kehidupan masyarakat dan sosialnya.

d. Pendidikan adalah Pembentukan Manusia Sempurna.

“Pendidikan bertugas untuk mengembangkan potensi-potensi individual

semaksimal mungkin dalam batas-batas kemampuannya, sehingga terbentuk

manusia yang pandai, trampil, jujur yang tahu kadar kemampuannya dan

batas-batasnya serta kehormatan diri” (Sardy, 1985: 5). Tujuan ini akan tercapai apabila

dalam diri seseorang tersebut terjadi proses perpaduan dan keselarasan antara unsur

fisik, emosional, intelektual dan unsur lainnya. Proses pendidikan ini berlangsung

(35)

B.Lingkungan Hidup

1. Pandangan Kitab Suci dan Gereja mengenai Lingkungan Hidup a. Pandangan Kitab Suci Perjanjian Lama

Chang (2001: 46) menjelaskan bahwa “orang Kristen dan Yahudi tidak

menggunakan Kitab Suci sebagai sumber pengetahuan tentang alam semesta. Kitab

Suci bukan merupakan buku ilmiah yang mengisahkan sejarah setiap pengada,

namun kitab yang mengajarkan manusia untuk hidup dengan adil”. Hal itu

dikarenakan para penulis Kitab Suci tidak menggunakan gaya bahasa yang khas

mengenai ilmu alam atau ilmu fisika, karena mereka adalah orang-orang yang

hidup dalam dunia “prailmiah”. Para penulis Kitab Suci memberikan manusia pada

tempat kedudukannya sebagai ciptaan Tuhan yang hidup berdampingan dengan

makhluk ciptaan yang lain.

Chang (2001: 47) mengemukakan pandangan Kitab Suci Perjanjian Lama

mengenai lingkungan hidup, bahwa “Dalam Perjanjian Lama, kosmos dipandang sebagai yang berbeda dari Tuhan. Dunia dilukiskan sebagai suatu keadaan dengan

keindahan yang tidak sanggup diungkapkan secara penuh oleh gaya sastra

Mazmur-Mazmur dan Kebijaksanaan”. Dunia dan segala sesuatu yang terkandung di

dalamnya diciptakan oleh Tuhan melalui sabda-Nya. Dan kisah penciptaan dalam

PL tidak diarahkan kepada pemikiran manusia, namun gagasan di dalamnya

diarahkan kepada ajaran iman yang kebenarannya dipertegas secara terus-menerus.

Chang (2001: 47) juga mengungkapkan pandangan dari K. Meyer-Abich

yakni “kebijaksanaan dalam PL (khususnya Mazmur) memahami dunia sebagai

keindahan yang terpotret”. Keindahan ini tidak lain berasal dari mutu seni yang

(36)

norma yang dapat digunakan untuk membentengi diri dari hal-hal negatif yang

dapat menyerang manusia.

Berikut adalah pandangan mengenai lingkungan hidup menurut Kitab

Kejadian dan Kitab Mazmur.

1) Kitab Kejadian

Menurut pandangan Chang (2001: 48) “dalam Perjanjian Lama, Kitab

Kejadian dan Ulangan yang paling banyak berbicara mengenai lingkungan hidup”.

Para pengarang dalam kedua kitab ini sering kali mengaitkan pengalaman hidup

mereka mengenai lingkungan dengan pemahaman tentang sejarah penyelenggaraan

ilahi Israel sebagai bangsa yang dipersatukan dengan Tuhan dan sebagai bangsa

yang telah dijanjikan tanah khusus. Para pengarang kedua kitab ini menggolongkan

alam semesta ke dalam peristiwa penciptaan manusia dan mereka menyisipkannya

ke dalam terjadinya kehidupan.

Dalam Kej 1:27-28 dituliskan:

[image:36.612.94.514.182.610.2]

Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranak cuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.

Dari kutipan ini, kata-kata “taklukkan” dan “berkuasalah” dijadikan kata

kunci yang mengandaikan bahwa tugas manusia adalah menaklukkan dan

menguasai bumi dengan segala isinya. Namun menaklukkan dan menguasai di sini

bukan berarti dengan bebas dan tanpa aturan. Allah menyuruh untuk menaklukkan

(37)

bumi untuk memuliakan Allah bukan untuk mengeksploitasi bumi demi mencari

keuntungan dan kenyamanan mereka. Masa depan bumi ini diserahkan kepada

tangan manusia.

2) Kitab Mazmur

Chang (2001: 49) menyampaikan gagasannya bahwa “Mazmur 19 (ayat

2-5b) merupakan salah satu contoh kerygma mengenai kosmos sebagai buah tangan

Tuhan”. Chang (2001: 50) juga menyampaikan pendapatnya bahwa “Mazmur 104

juga mengumandangkan pandangan bahwa penciptaan alam semesta dalam

Kejadian 1 dengan menampilkan unsur-unsur alam, seperti cahaya, gunung,

matahari, tumbuh-tumbuhan, hewan, tanah, dll”. Di dalam kutipan-kutipan kitab ini

tidak diceritakan tentang peristiwa penciptaan lagi, namun peristiwa penciptaan

tersebut direnungkan dan dikidungkan. Kitab Mazmur ini tidak menelusuri dan

menerangkan bagaimana asal-muasal suatu penciptaan tetapi lebih bertujuan agar

pembaca memahami keindahan dan keteraturan di dalam penciptaan tersebut.

Penciptaan alam semesta di dalam Kitab Mazmur dipahami sebagai tindakan

sekarang ini dan bukan peristiwa yang telah berlalu.

“Dunia dan sejarahnya adalah karya cinta kasih Allah yang menakjubkan”

(Mzm 136). Di dalam kutipan tersebut manusia dapat menemukan kaitan antara

cinta kasih yang menghubungkan Tuhan dengan alam semesta dan sejarah

manusia. Cinta kasih yang Dia berikan kepada manusia menyelamatkan dan

merupakan sumber penciptaan alam semesta. Dari kutipan ini manusia diajak untuk

selalu memuji Tuhan dan mengagungkan karya cinta kasih-Nya.

(38)

b. Pandangan Kitab Suci Perjanjian Baru

Chang (2001: 51) mengungkapkan sebuah gagasan bahwa “kosmos dalam

Perjanjian Baru mengarah pada hidup manusia dalam sejarah”. Dalam artian ini,

kosmos berarti suatu himpunan keadaan dan kemungkinan hidup manusia. PB juga mempertimbangkan kosmos dalam kaitan dengan Yesus Kristus. Kata kosmos dalam PB dihubungkan dengan gagasan ‘ruang’ yang dipergunakan untuk

melukiskan ‘kemanusiaan’. PB tidak berbicara tentang kosmos dalam dirinya, sebagai benda belaka, namun dikaitkan dengan manusia, tempat Tuhan bertindak

dan manusia melakukan sesuatu secara bertanggung jawab.

Salah satu contoh dari Perjanjian Baru yang memberikan perhatian pada

lingkungan hidup adalah surat-surat Paulus. Chang (2001: 52) menyampaikan

gagasan Paulus bahwa “kosmos adalah segala sesuatu yang bukan Tuhan, yakni

alam semesta”. Menurut Paulus, kosmos adalah ruang yang meliputi semua yang berada di luar Tuhan. Namun dunia selalu berada di bawah kuasa tindakan ilahi.

Tidak ada satu pun unsur di atas permukaan bumi yang dapat terpisah dari kuasa

Kristus.

Chang (2001: 54) menyampaikan gagasan Paulus bahwa “perubahan dunia

diwujudkan melalui suatu transformasi mendalam hati nurani”. Dalam suratnya

yang pertama kepada Timotius, Paulus juga menyampaikan hal yang serupa,

“karena semua yang diciptakan Allah itu baik dan suatu pun tidak ada yang haram,

jika diterima dengan ucapan syukur, sebab semuanya itu dikuduskan oleh firman

Allah dan oleh doa” (1 Tim 4:4-5). Paulus mempunyai pemikiran, khususnya

kepada orang Kristen, bahwa manusia tidak diberikan tugas untuk mengubah dunia,

(39)

khusus yang seharusnya dilakukan oleh orang Kristen di hadapan dunia terutama

melihat apa yang dikendaki Allah yang diungkapkan dalam diri Yesus Kristus,

karena hal tersebut merupakan kebaikan bagi dunia. Orang Kristen mengubah

bentuk dunia dari dalam, menghidupi semua keadaan yang ada di dunia menurut

Roh Yesus.

c. Ajaran Sosial Gereja

“Sejarah membuktikan bahwa sejak dahulu Gereja memberikan perhatian

kepada berbagai segi bidang kehidupan, seperti moral, perdamaian antar bangsa,

dll. Namun belakangan ini perhatian Gereja juga memperhatikan permasalahan

tentang lingkungan hidup” (Chang, 2001: 62). Chang hanya ingin menekankan

bahwa Gereja pun ikut ambil bagian dalam usaha memperhatikan lingkungan

hidup. Salah satu tokoh yang sangat memperhatikan pemasalahan mengenai

lingkungan hidup ini adalah Paus Paulus VI. Beliau adalah “Paus pertama” yang

sungguh-sungguh berbicara mengenai lingkungan hidup dalam teks-teks penting,

seperti dalam ensiklik Populorum Progessio pada tahun 1977 dan pesan pada Hari

Lingkungan Hidup Sedunia V yang diadakan pada tahun 1977. Bahkan dalam

pesan terakhirnya, Paus Paulus VI berbicara tentang krisis lingkungan hidup serta

ancamannya, akibat-akibat yang ditimbulkan oleh polusi industri yang mendesak

sejumlah perubahan tingkah laku manusia yang boros dan mengkaitkan lingkungan

hidup dengan perkembangan dalam perspektif kerja sama internasional.

Paus Fransiskus mengatakan bahwa ”kesadaran terhadap krisis budaya dan

ekologis yang serius harus diterjemahkan ke dalam adat kebiasaan baru” (LS, art.

(40)

pencapaian kenikmatan saja, belum cukup untuk memberikan suatu makna yang

mendalam dan sukacita di dalam hati setiap manusia. Oleh karena itu perlu adanya

adat kebiasaan baru yang harus dilakukan oleh manusia di dunia, misalnya saja

perubahan pola konsumsi, orang-orang muda juga harus memiliki kepekaan

terhadap lingkungan dan semangat yang murah hati untuk membela lingkungan.

2. Pengertian Lingkungan Hidup Piet Go O. Carm (1989: 1) berpendapat:

Dalam bahasa Yunani, lingkungan hidup sering disebut dengan “oikos”, yang berarti rumah atau rumah tangga. Untuk ilmu yang berkisar pada lingkungan hidup dipakai istilah “ekologi”, ilmu mengenai hubungan-hubungan makhluk-makhluk terhadap lingkungannya, atau lebih antropologis: ilmu hubungan-hubungan timbal balik antara manusia sebagai makluk budaya dan lingkungannya.

Dari pernyataan ini dijelaskan bahwa lingkungan hidup digambarkan

sebagai rumah, di mana seluruh anggota di dalam rumah tersebut mempunyai

hubungan satu sama lain. Berarti dapat dikatakan bahwa pada umumnya

lingkungan hidup dimaksudkan keseluruhan persyaratan kehidupan, khususnya bagi

manusia yang menjadi pusatnya. Tetapi tetap dilihat dalam keterjalinan serta

ketergantungan timbal balik antara manusia dengan makhluk-makhluk lain seperti

hewan dan tumbuh-tumbuhan beserta ruang hidupnya. Hubungan antar makhluk

hidup ini merupakan nilai yang penting dalam lingkup lingkungan hidup.

Paus Fransiskus mengatakan bahwa:

(41)

Melihat pengertian lingkungan yang disampaikan oleh Paus Fransiskus di

atas, dapat dikatakan bahwa lingkungan berarti suatu relasi khusus antara alam dan

masyarakat di dalamnya. Manusia tidak bisa terpisah dari alam, karena manusia

adalah bagian alam. Manusia dan alam saling berhubungan dan saling berpengaruh

satu sama lain.

3. Tanggung Jawab atas Lingkungan Hidup

"Permasalahan yang berhubungan dengan lingkungan hidup, atau yang lebih

luasnya mengenai ekologi, terutama disebabkan oleh ulah tangan manusia yang

mengerahkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menguasai alam secara

berlebihan” (Go, 1989: 6). Jadi dalam kasus ini, menurut Piet Go memang

permasalahan ekologi tidak hanya berkaitan dengan sikap manusia yang

menggunakannya, namun juga berkaitan dengan faktor ilmu pengetahuan dan

teknologi. Walaupun yang menjadi pokok permasalahan memang berasal dari

tangan manusia, namun itu semua tidak terlepas dari adanya perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat.

Suprihadi (1984: 16) mengungkapkan bahwa “Manusia mendapat tugas dari

Allah untuk memuliakan Tuhan melalui hidup dan hubungannya dengan alam serta

lingkungannya”. Hal ini berarti, manusia pada dasarnya adalah manusia yang tak

dapat dipisahkan dari alam dan lingkungannya. Manusia dan alam serta lingkungan

memiliki hubungan yang saling berkaitan. Jadi dapat dikatakan bahwa manusia

benar-benar menjadi manusia kalau ia berada dalam hubungan dengan alam dan

lingkungannya. Manusia mendapatkan tugas yang mulia untuk memuliakan Allah

(42)

bagaimana manusia tersebut menjalin relasi dengan alam serta segala sesuatu yang

berada di dalamnya.

Lingkungan hidup mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan

ini. Lingkungan hidup juga memiliki fungsi sebagai penyangga perikehidupan.

Oleh karena itu segi pengelolaan dan pengembangan lingkungan hidup sebaiknya

diarahkan untuk mempertahankan kelestarian dan keberadaannya. Berbagai usaha

perlindungan dan rehabilitasi serta usaha pemeliharaan keseimbangan antara

unsur-unsur yang berada di dalamnya secara terus-menerus dapat dilakukan agar

kelestarian lingkungan hidup dapat terjaga, sehingga mutu dan fungsi dari

lingkungan hidup dapat dipelihara dan ditingkatkan untuk dimanfaatkan demi

kesejahteraan seluruh masyarakat sekarang ini dan generasi selanjutnya.

4. Hubungan antara Manusia dan Alam

Menurut Piet Go (1989: 22) jelas bahwa gangguan keseimbangan

lingkungan hidup diakibatkan ulah tangan manusia yang kemampuannya

ditingkatkan secara dahsyat dengan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih.

Berikut ini beberapa pandangan Piet Go (1989: 25-28) yang relevan mengenai

hubungan manusia dan alam:

a. Manusia Sebagai Subjek

“Untuk mengungkapkan kedudukan dan peranan khas manusia

kadang-kadang dipakai istilah “antroposentrik” (pandangan yang menempatkan manusia

sebagai pusat dari alam semesta), yang tak jarang menimbulkan salah paham atau

(43)

dari alam semesta ini menunjuk kepada penempatan pribadi manusia sebagai subjek

yang diciptakan menurut gambar Allah. Gagasan manusia sebagai subjek ini

bersumber pada Kitab Suci dan dijabarkan lebih lanjut dalam teologi dan ajaran

Gereja.

b. Alam Sebagai Objek

“Terdapat gagasan bahwa manusia adalah subjek, maka dalam arti dan

tingkat tertentu memang dapat dikatakan bahwa alam dimengerti dan diperlakukan

sebagai objek” (Go, 1989: 26). Apabila pribadi manusia dianggap sebagai subjek,

maka alam dianggap sebagai objek. Namun terdapat pandangan lain yang kurang

setuju bahwa alam dipandang sebagai objek. Tetapi tepat tidaknya gagasan ini

tergantung juga dari pengertian “objek” yang dipahami oleh masing-masing pihak.

c. Kebersamaan Manusia dan Alam

“Pengertian lingkungan hidup harus ditafsirkan dengan baik. Memang di

satu pihak manusia membutuhkan aneka bahan yang diambilnya dari kekayaan

sumber alam untuk diolah dan dipakai” (Go, 1989: 28). Dalam arti ini alam

dipercayakan kepada manusia untuk dibudidayakan dan didayagunakan. Dari sini

jelas bahwa hidup manusia terjalin erat dengan alam dan tergantung padanya, hal

tersebut dapat terjadi karena manusia adalah bagian dari alam juga. Namun harus

diingat bahwa manusia harus menggunakan kekayaan alam dengan bertanggung

jawab.

5. Manusia Ditugaskan Memelihara Bumi

(44)

dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas

ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di

bumi”. Dari kutipan teks Kitab Suci ini, nyata bahwa Allah memberikan tugas

kepada manusia untuk mengurus, memelihara dan mengelola bumi baik itu kepada

manusia laki-laki maupun manusia perempuan. Dalam pemberian tugas kepada

manusia ini terungkap jelas hubungan erat antara manusia dan bumi. Seperti

digambarkan dalam Kej 2:8-25 bumi sungguh dimaksudkan oleh Allah sebagai

lingkungan hidup bagi manusia yang harus mengusahakan dan memelihara (ay. 15).

Dari cerita alkitabiah yang sederhana itu dapat disimpulkan bahwa penyerahan,

pengurusan, pemeliharaan, pengelolaan, penanganan oleh Allah kepada manusia

mengandung rasa tanggung jawab atasnya. Termasuk di dalamnya “larangan untuk

menggunakan kewenangannya melulu menurut kehendak dan kesukaannya sendiri”

(Sunarko, 2008: 57). Dari pernyataan tersebut Sunarko ingin mengingatkan

bagaimana manusia menyatu secara harmonis dengan bumi dan lingkungan sekitar,

namun jika di hadapan Allah, manusia tetap bertanggung jawab untuk mengatur

segala hal yang berkaitan dengan manusia ataupun segala ciptaan yang ada di bumi

ini. Dengan demikian, meskipun manusia diciptakan Allah menurut citra-Nya

namun ia tidak dipisahkan dari segala ciptaan Allah lainnya.

6. Macam-macam Pencemaran Lingkungan a. Pencemaran Udara

“Pencemaran udara dapat berasal dari sumber tidak bergerak ataupun dari

sumber bergerak” (Keraf, 2010: 38). Sumber tidak bergerak ini bisa berasal dari:

(45)

terutama berasal dari bidang transportasi, khususnya kendaraan yang menggunakan

sumber energi dari bahan bakar fosil. Pencemaran udara dapat mengakibatkan

berbagai jenis penyakit yang berbahaya, seperti: ISPA (infeksi saluran pernafasan

akut), asma, penurunan IQ dan gangguan saraf serta impotensi.

Berbagai aktivitas manusia yang sering kali hanya mengutamakan

kepentingan pribadi masing-masing dan kurang memperhatikan keberlangsungan

serta kelestarian lingkungan sekitar sering kali menyebabkan pencemaran ini.

Bahkan sebagian dari mereka sudah mengerti bahwa kegiatan tersebut dapat

merusak lingkungan, namun tetap terus dilakukan. Keraf (2010: 39) berpendapat

bahwa:

Salah satu masalah pencemaran udara yang sangat mengganggu adalah pembakaran dan kebakaran hutan. Kebakaran hutan tidak hanya mengganggu kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bagi manusia serta mengganggu kesehatan manusia, namun juga mengancam kehidupan seluruh tumbuhan dan hewan.

Dari pernyataan tersebut sangat jelas bahwa kebakaran hutan menjadi salah

satu penyebab pencemaran udara. Banyak sekali kerugian yang diakibatkan dari

peristiwa ini tidak hanya berakibat pada kehidupan manusia, namun juga

merugikan makhluk hidup yang lain seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan. Apabila

dari pihak manusia, kebakaran hutan dapat mengakibatkan gangguan ekonomi,

seperti: terganggunya sarana alat transportasi darat dan udara karena terkena imbas

dari asap tebal yang diakibatkan oleh kegiatan pembakaran hutan. Permasalahan

kesehatan juga dirasakan oleh pihak manusia yaitu munculnya berbagai penyakit

yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan tersebut, misalnya gangguan pernafasan,dll.

Dan bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan, peristiwa kebakaran dan pembakaran hutan

(46)

jenis hewan dan tumbuhan yang hidup di area hutan yang terbakar tersebut dan

karena buruknya kualitas udara yang ada dapat mengancam populasi hewan serta

tumbuhan yang berada di lingkungan sekitar hutan tersebut.

b. Pencemaran Air

“Pencemaran air dapat terjadi karena berbagai faktor, misalnya: karena

pembuangan limbah maupun karena erosi dan pendangkalan sungai yang terjadi

akibat kerusakan hutan” (Keraf, 2010: 39-40). Faktor lain yang dapat

mempengaruhi pencemaran air adalah penggunaan pupuk dan insektisida bagi

kegiatan pertanian dan perkebunan yang juga dapat berpotensi mencemari air,

khususnya air permukaan.

Berbagai kejadian yang dapat mengakibatkan pencemaran air tersebut ada

salah satu penyebab yang paling besar dampaknya pada pencemaran air ini. Sejalan

dengan Keraf (2010: 42) yang mengatakan bahwa “dari berbagai penyebab

pencemaran ini, yang paling besar efeknya kepada pencemaran air terutama

diakibatkan oleh limbah, baik limbah yang dihasilkan dari rumah tangga maupun

dari limbah pabrik, misalnya dari industri pabrik tekstil, besi dan baja, industri

tambang dan lainnya”. Pencemaran air ini disebabkan karena sebagian besar pabrik

tersebut masih menggunakan teknologi lama yang tidak ramah lingkungan ataupun

proses produksi yang memang tidak ramah lingkungan.

c. Pencemaran Laut

Pencemaran laut juga menjadi permasalahan yang perlu mendapat perhatian.

(47)

Pencemaran laut dapat terjadi karena pembuangan limbah cair berupa minyak dari kapal-kapal maupun akibat pencemaran dan kecelakaan aktivitas tambang minyak di lepas pantai. Pencemaran laut juga dapat terjadi akibat pembuangan limbah cair dari proses produksi di darat serta limbah padat berupa sampah dari wilayah perkotaan. Salah satu dampak dari pencemaran laut ini adalah punahnya biota laut serta rusaknya terumbu karang.

Dalam kasus seperti ini Keraf ingin menunjukkan bahwa pencemaran laut

juga harus diberikan perhatian yang lebih, karena dari pencemaran laut ini muncul

dampak yang serius bagi keberlangsungan lingkungan hidup di sekitar kita,

khusunya maklhuk hidup yang berada di laut. Tentu saja yang secara langsung

merasakan dampaknya adalah masyarakat yang berada di pesisir pantai serta

perairan sekitar pelabuhan. Namun jika ditelusuri lebih lanjut lagi, sebenarnya

dampak pencemaran laut tersebut juga dapat berimbas kepada seluruh masyarakat,

terutama mereka yang sering mengkonsumsi ikan-ikan laut yang sebenarnya

tercemar oleh limbah pabrik di laut.

d. Sampah

“Sampah dibedakan menjadi sampah rumah tangga dan sampah industri.

Sampah adalah masalah pencemaran lingkungan hidup lainnya yang semakin

meningkat” (Keraf, 2010: 46). Dari ungkapan Keraf tersebut jelas bahwa sampah

menjadi salah satu permasalahan yang serius karena semakin meningkatnya

permasalahan yang berhubungan dengan sampah ini. Hal ini diperparah lagi dengan

deskripsi Keraf (2010: 46) bahwa “adanya kemajuan industri dan adanya perubahan

gaya hidup manusia di jaman ini yang semakin modern, menjadikan manusia

memproduksi semakin banyak sampah setiap harinya”. Sampah plastik adalah

(48)

ini, semakin banyak kebutuhan manusia yang menggunakan plastik, misalnya saja

bungkus berbagai makanan dan barang keperluan sehari-hari dan hal ini

dipengaruhi oleh gaya hidup manusia yang semakin modern, serba praktis dan

instan.

Menurut Keraf (2010: 46) “sampah jelas menjadi persoalan besar di dunia”.

Melihat dari penjelasan Keraf tersebut, kita dapat melihat daerah-daerah di kota,

khususnya di kota-kota besar yang mayoritas penduduknya memproduksi sampah

dalam skala besar. Jika tidak diolah dengan baik atau dimanfaatkan untuk diolah

kembali, sampah membutuhkan area yang cukup luas untuk menampungnya.

Sampah juga menimbulkan berbagai pencemaran udara, air dan membutuhkan

teknologi yang mahal untuk memprosesnya kembali. Kebiasaan masyarakat yang

kurang menyadari akan kelestarian lingkungan hidup seperti membuang sampah

secara sembarangan juga menjadi faktor yang memperparah pencemaran sampah

ini.

7. Teladan Santo Fransiskus Asisi yang Cinta Lingkungan

Santo Fransiskus Asisi menjadi sosok yang sangat dikenal begitu mencintai

dan menghormati seluruh alam ciptaan. Sikap ketaatan beliau kepada Allah

membawanya kepada kesadaran untuk saling menghormati, bukan hanya dengan

manusia lain namun kepada seluruh ciptaan Allah yang berada di alam ini. Dengan

semangat dan sikap beliau akhirnya pada tanggal 29 November 1979, Paus Yohanes

Paulus II meneguhkan Santo Fransiskus Asisi sebagai pelindung pelestarian

lingkungan hidup (Chang, 2001: 103).

(49)

semua lapisan manusia dan segala makhluk ciptaan didambakan Fransiskus”.

Fransiskus selalu menitikberatkan kesejajaran setiap manusia sebagai maklhuk

ciptaan Tuhan. Semua manusia sama derajatnya di hadapan Allah, sehingga tidak

berhak untuk merasa lebih tinggi dibandingkan sesamanya bahkan dengan maklhuk

ciptaan Allah yang lain, karena yang berhak di atas segala-galanya adalah Tuhan,

Sang Pencipta.

Chang (2001:105) menyampaikan pandangan Santo Fransiskus:

Sebab dia menyapa segala kenyataan dengan julukan saudara-saudari. Dia memberikan kesaksian mendalam bahwa setiap ciptaan memiliki kebenaran yang khas dan berada dalam suatu kebersamaan dengan alam semesta; ada yang ditatap (bintang-gemitang, matahari, benda-benda di langit, dlsb), dikagumi (keindahan, kedahsyatan, alam, dlsb) dan bila perlu digunakan dalam hidup manusia (tumbuhan dan hewan).

Fransiskus mengajak seluruh manusia untuk menghormati semua maklhuk

ciptaan Allah bahkan ia menyebut dan menyapa maklhuk ciptaan lainnya dengan

sebutan saudara-saudari. Fransiskus berusaha untuk membentuk suatu persaudaraan

yang mencakup segala-galanya tanpa membangun tembok pemisah di kalangan

manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan.

C. Pendidikan Lingkungan Hidup

1. Pengertian Pendidikan Lingkungan Hidup

Syukri Hamzah (2013: 35) mengatakan bahwa: “bila pendidikan dipahami

sebagai usaha sadar untuk membentuk sikap dan perilaku manusia, maka

pendidikan lingkungan harus dipahami sebagai upaya untuk menggiring individu ke

arah perubahan gaya hidup dan perilaku yang ramah lingkungan”. Pendidikan

(50)

lingkungan namun juga sampai kepada upaya meningkatkan kesadaran terhadap

lingkungan dan kepedulian seseorang terhadap kondisi dan keadaan lingkungan

sekitarnya.

Syukri Hamzah (2013: 39) menyampaikan rumusan pendidikan lingkungan

yang diberikan pertama kali oleh UNESCO pada tahun 1970 yakni “suatu proses

untuk mengenali nilai-nilai dan menjelaskan konsep dalam rangka mengembangkan

ketrampilan, sikap yang diperlukan untuk memahami serta menghargai hubungan

timbal balik antara manusia, budaya dan lingkungan biofisiknya”. Definisi yang

diungkapkan oleh Syukri Hamzah ini memberikan gambaran kepada masyarakat

bahwa di dalam pendidikan lingkungan individu diarahkan untuk menuju pada

perubahan gaya hidup yang mau peduli terhadap lingkungan sekitar tempat tinggal.

Syukri Hamzah (2013: 39) juga menyampaikan rumusan pendidikan

lingkungan hidup menurut konvensi UNESCO di Tbilisi tahun 1977. Rumusan

UNESCO tersebut menyatakan bahwa:

Pendidikan lingkungan adalah suatu proses yang bertujuan untuk menciptakan suatu masyarakat dunia yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan masalah-masalah yang terkait di dalamnya serta memiliki pengetahuan, motivasi, komitmen dan ketrampilan untuk bekerja baik secara perorangan maupun kolektif dalam mencari alternatif atau memberi solusi terhadap permasalahan lingkungan hidup yang ada sekarang dan untuk menghindari timbulnya masalah-masalah lingkungan hidup yang baru.

Pendidikan lingkungan diarahkan untuk memperkembangkan motivasi

dalam diri seseorang serta memperkembangkan ketrampilannya yang diwarnai

dengan kesadaran akan kelestarian lingkungan. Pendidikan lingkungan

dimaksudkan agar siswa mampu menemukan jalan keluar dari setiap permasalahan

lingkungan yang terjadi saat ini dan mampu menghindari tindakan-tindakan yang

(51)

Pendidikan lingkungan tidak hanya memberikan pengetahuan tentang

lingkungan tetapi juga meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan dan

kepeduliannya dengan kondisi lingkungan (Syukri Hamzah, 2013: 35). Dari

penjelasan ini terlihat bahwa Syukri Hamzah memiliki pemikiran bahwa

pendidikan lingkungan tidak hanya menekankan segi kognitif pada diri seseorang,

melainkan lebih kepada segi afeksi dan tindakan kongkrit yang dilakukan peserta

didik. Tindakan yang ditekankan dalam pendidikan lingkungan tidak hanya

pengetahuan yang akan diterima oleh para peserta didik, namun lebih kepada

perasaan dan tindakan yang didasari kesadaran serta kepedulian mereka terhadap

keadaan lingkungannya. Melalui pendidikan lingkungan ini peserta didik

diharapkan dapat memahami pentingnya lingkungan dan mengetahui bagaimana

lingkungan dapat berpengaruh pada masalah sosial, ekonomi, kebudayaan serta

pembangunan.

“Pendidikan lingkungan bukanlah sekedar menyajikan kepada murid

contoh-contoh kerusakan lingkungan. Pendidikan lingkungan harus mengandung

etika lingkungan di mana anak didik diajak menyadari makna lingkungan baginya”

(Daldjoeni, 1977: 192). Melalui pendapat ini, Daldjoeni ingin menjelaskan bahwa

guru yang mengajar pendidikan lingkungan jangan berhenti pada

peristiwa-peristiwa alam yang rusak yang diakibatkan oleh tangan manusia, namun

bagaimana peserta didik diberikan sarana agar mereka menjadi sadar akan makna

lingkungan bagi hidup mereka masing-masing dan orang-orang di sekitar mereka.

Paus Fransiskus mengatakan bahwa “pendidikan ekologis dapat terjadi

dalam berbagai konteks: sekolah, keluarga, media komunikasi, katekese dan

(52)

menghasilkan buah sepanjang hidup” (LS, art. 213). Keluarga memiliki peranan

paling besar, keluarga menjadi sentral, karena di situlah segala kehidupan dan

kurnia dari Allah dapat disambut sebagaimana layaknya. Keluarga juga menjadi

tempat berlindung dari segala serangan dari luar dan menjadi tempat bertumbuhnya

seorang anak menuju perkembangan manusia yang sejati.

2. Tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup

Syukri Hamzah (2013: 40) menyampaikan tujuan pendidikan lingkungan

hidup yang didapatkan dari konferensi Tbilisi tahun 1977 yakni:

a) Untuk membantu menjelaskan masalah kepedulian serta perhatian tentang saling keterkaitan antara ekonomi, sosial, politik, dan ekologi di kota maupun di wilayah pedesaan.

b) Untuk memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk

mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, komitmen dan kemampuan yang dibutuhkan untuk melindungi dan memperbaiki lingkungan

c) Untuk menciptakan pola perilaku yang baru pada individu, kelompok dan masyarakat sebagai suatu keseluruhan terhadap lingkungan.

Namun Syukri Hamzah juga menyampaikan gagasan lebih lanjut yang

dikemukakan dalam Konferensi Tbilisi tahun 1977 yang merinci “tujuan

pendidikan lingkungan yang ingin dicapai tersebut meliputi baeberapa aspek yaitu:

pengetahuan, sikap, kepedulian, ketrampilan, partisipasi” (Syukri Hamzah, 2013:

48).

a) Pengetahuan

Segi pengetahuan ini dimaksu

Gambar

gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya
Tabel 01 Kisi-kisi pertanyaan wawancara
Tabel 02

Referensi

Dokumen terkait