i
PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP
DAN RELEVANSINYA TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN ANAK DI SEKOLAH DASAR PANGUDI LUHUR KALIREJO
SAMIGALUH, KULON PROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Yosefi Dewi Mahanani Saputra
NIM: 121124001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Tuhan Yesus
Kedua orang tuaku (Cecarius Mujiran dan Cicilia Boniah)
Kakakku dan keluarga kecilnya (Yosefita Ika Maharani Saputra, Yusup Nanang
Susilo dan Dimas Expectata Putra Yosep)
Adikku (Reinarda Omega Dinda Mahardika)
Kekasihku (Antonius Hariyanto)
sahabat-sahabatku
v MOTTO
"Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.”
viii ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DAN RELEVANSINYA TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN ANAK DI SEKOLAH DASAR PANGUDI LUHUR KALIREJO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA”. Judul ini dipilih berdasarkan keprihatinan penulis terhadap banyaknya masalah kerusakan lingkungan yang terjadi akhir-akhir ini. Banyak dari bencana alam yang terjadi diakibatkan oleh tangan manusia yang kurang bertanggung jawab dan kurangnya perhatian terhadap kelestarian lingkungan. Kitab Kejadian bab 1 secara jelas menunjukkan bahwa Tuhan memerintahkan manusia untuk merawat dan melestarikan alam beserta isinya. Sebagai manusia yang beriman tentunya kita tidak bisa hanya berdiam diri dalam menanggapi permasalahan kerusakan alam yang terjadi saat ini. Paus Fransiskus dalam Ensiklik Laudato Si menyerukan tentang lingkungan hidup, beliau mengajak kita untuk peduli terhadap alam. Melihat keprihatinan tersebut, maka penulis berusaha mencari bentuk kepedulian dari pihak sekolah Katolik dalam menanggapi permasalahan lingkungan yang terjadi saat ini khususnya. Pendidikan lingkungan menjadi salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menanggapi permasalahan yang terjadi. Melalui pendidikan lingkungan diharapkan anak mampu memperkembangkan iman mereka dengan cara dan tindakan yang nyata dalam melestarikan alam dan ciptaan Tuhan. Bertolak dari keadaan ini, penulis ingin mengetahui apakah pendidikan lingkungan juga berdampak bagi perkembangan iman anak.
Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah bagaimana pelaksanaan pendidikan berwawasan lingkungan di SD PL Kalirejo dan apakah pendidikan lingkungan tersebut mempengaruhi perkembangan iman siswa. Penulis menggunakan studi pustaka dan penelitian untuk menjawab persoalan tersebut. Studi pustaka meliputi berbagai pandangan ahli, pandangan Kitab Suci dan Ensiklik Laudato Si, serta dokumen yang lain. Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian kualitatif. Data diperoleh dari hasil observasi dan wawancara terhadap 8 responden.
ix ABSTRACT
This undergraduate thesis is titled "ENVIRONMENTAL EDUCATION AND ITS RELEVANCE ON THE DEVELOPMENT OF CHILDREN FAITH AT THE ELEMENTARI SCHOOL PANGUDI LUHUR KALIREJO". This title is chosen based on the writers concerns on many environmental problem in recent days. A lot of natural disasters caused by human with a poor responsibility and ignorance toward the environmental sustainability. Genesis 1 clearly shows that God commands people to take care and preserve the earth and its contents. As a faithfull we can not stand aside to silent to the problems of the environmental destruction of nowadays. Pope Francis in the Encyclical “Laudato Si” calls for the care of environment. But to this concern, the writer tries to investigati the enviromental care of the Catholic school in response to environmental issues in recent day. Environmental education becomes one of the efforts to solve the problems. Through environmental education, the children are expreted develop their faith in concrets action of conserving the earth and God’s creation. But to this reason, the writer wants to come to know whether environmental education has impact on the faith development of children or not.
The key issue in this undergraduate thesis is the implementation of environmental education at the Elementari School Pangudi Luhur Kalirejo and its impact on the development of children faith. The writer employs literature studies and field research to address the issue. Literature studies cours expert views, the traning of Scripture teaching of the Encyclical of Laudato Si and the teaching of other church documents. The field research conducted by the author is a qualitative research. The data is obtained from observations and interviews of eight respondents.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENDIDIKAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN RELEVANSINYA TERHADAP
PERKEMBANGAN IMAN ANAK DI SEKOLAH DASAR PANGUDI
LUHUR KALIREJO, SAMIGALUH, KULON PROGO, DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA.
Skripsi ini disusun berdasarkan keprihatinan penulis terhadap banyaknya
masalah kerusakan lingkungan yang terjadi akhir-akhir ini dan kurangnya perhatian
tentang kelestarian lingkungan tersebut. Sebagian besar dari bencana alam yang
telah terjadi diakibatkan oleh ulah manusia yang kurang bertanggung jawab. Sangat
menurunnya kesadaran manusia untuk menjaga dan melestarikan lingkungan
menjadi permasalahan yang umum terjadi di mana-mana. SD PL Kalirejo menjadi
salah satu sekolah Katolik yang mengupayakan berbagai kegiatan untuk mengajak
dan membiasakan siswa-siswinya untuk mencintai dan ikut melestarikan
lingkungan.
Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari berbagai dukungan dari berbagai
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka pada kesempatan ini,
penulis dengan tulus hati dan penuh syukur mengucapkan banyak terimakasih
kepada:
1. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, S.J., M.Ed. selaku Kaprodi Pendidikan
xi
dukungan, perhatian, waktu dan dengan penuh kesabaran membimbing penulis
dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A. selaku dosen penguji II yang telah bersedia
membaca, menyediakan waktu bagi penulis dalam
mempertanggungjawabkannya serta memberikan masukan untuk
menyempurnakan skripsi ini.
3. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd. selaku dosen penguji III yang telah bersedia
membaca, menyediakan waktu bagi penulis dalam
mempertanggungjawabkannya serta memberikan masukan untuk
menyempurnakan skripsi ini.
4. Franciscus Xaverius Dapiyanta SFK, M.Pd. selaku dosen pembimbing
akademik yang telah bersedia memberikan perhatian dan masukan dalam
pengerjaan skripsi ini.
5. Ibu A. Srilestari, Bapak Yustinus Haryanto, Ibu Yulia Mei Kurniawati, Ibu
Martina Nurcahyanti, Bapak Agustinus Purwo Kaharmunawan, Bapak Ignatius
Eko Prasetyo, Bapak F. Sunardi, Ibu Yofita Prima Briske selaku narasumber
yang bersedia diwawancarai dan membantu selama penelitian berlangsung.
6. Segenap staf dosen dan karyawan Prodi Pendidikan Agama Katolik Universitas
Sanata Dharma yang telah mendidik, membimbing dan mendukung penulis
sehingga dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini.
7. Bapak Cecarius Mujiran, Ibu Cicilia Boniah, Simbah Kromo Irono, Yosefita
Ika Maharani Saputra, Reinarda Omega Dinda Mahardika, Antonius Hariyanto,
Yusup Nanang Susilo, dan Dimas Expectata Putra Yosep yang telah
xii
8.
Sahabat-sahabat terbaikku Putri Kenanga Arum Wulandari, Elisabeth Lita
Wijayani, Maria Oktaviani Wahyu Kusumaningrum, Ayu Dian Ningrum, Brigita
Diah yang telah memberikan dukungan dan semangat bagi penulis.
9.
Keluarga besar angkatan 2012 yang telah memberikan warna dan dukungan
dengan caranya masing-masing untuk menyelesaikan studi dan skripsi ini.
10.
Keluarga besar SD PL Kalirejo, yang telah membantu penulis dalam pengerjaan
skripsi ini.
11.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang dengan tulus ikhlas
memberi dukungan dan masukan hingga penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan dan jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala saran dan kritik yang
bersifat membangun demi perbaikan dan pemanfaatan skripsi ini. Akhir kata,
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Yogyakarta, 5 Januari 2017
Penulis,
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR SINGKATAN ... xvii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang ... 1
B.Rumusan Permasalahan ... 7
C.Tujuan Penulisan ... 7
D.Manfaat Penulisan ... 7
E.Metode Penulisan ... 8
F. Sistematika Penulisan ... 8
BAB II. PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DAN RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN IMAN ANAK ... 10
A.Pendidikan ... 11
1. Pengertian Pendidikan ... 11
2. Tujuan Pendidikan Menurut Dokumen Konsili Vatikan II (Gravisi mum Educationis) dan Para Ahli ... 13
B.Lingkungan Hidup ... 16
1. Pandangan Kitab Suci dan Gereja Mengenai Lingkungan Hidup ... 16
a. Pandangan Kitab Suci Perjanjian Lama ... 16
b. Pandangan Kitab Suci Perjanjian Baru ... 19
xiv
2. Pengertian Lingkungan Hidup ... 21
3. Tanggung Jawab Atas Lingkungan Hidup ... 22
4. Hubungan Antara Manusia dan Alam ... 23
5. Manusia Ditugaskan Memelihara Bumi ... 24
6. Macam-macam Pencemaran Lingkungan ... 25
7. Teladan Santo Fransiskus Asisi yang Cinta Lingkungan ... 29
C.Pendidikan Lingkungan Hidup ... 30
1. Pengertian Pendidikan Lingkungan Hidup ... 30
2. Tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup ... 33
3. Lingkup Materi Pendidikan Lingkungan Hidup ... 35
4. Contoh Sekolah Berwawasan Lingkungan ... 40
D.Relevansi Terhadap Perkembangan Iman Anak ... 43
1. Iman ... 43
2. Perkembangan Iman Anak ... 44
3. Relevansi Pendidikan Lingkungan terhadap Perkembangan Iman Anak ... 47
BAB III. PENDIDIKAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI SD PL KALIREJO SEBAGAI USAHA MENINGKATKAN PERKEMBANGAN IMAN SISWA ... 51
A. Konteks SD PL Kalirejo ... 52
1. Sejarah Singkat SD PL Kalirejo ... 52
2. Visi SD PL Kalirejo ... 54
3. Misi SD PL Kalirejo ... 54
4. Tujuan Sekolah ... 55
5. Gambaran Lingkungan SD PL Kalirejo ... 57
a. Lingkungan Fisik ... 57
b. Lingkungan Administratif Organisatoris ... 59
c. Lingkungan Akademik ... 60
d. Lingkungan Sosial ... 60
6. Kegiatan-kegiatan Pengembangan Diri di SD PL Kalirejo ... 62
xv
B.Penelitian tentang Pendidikan Berwawasan Lingkungan sebagai
Usaha Meningkatkan Perkembangan Iman Siswa di SD PL Kalirejo ... 65
1. Desain Penelitian ... 65
a. Latar Belakang Penelitian ... 65
b. Variabel Penelitian ... 68
c. Definisi konseptual ... 68
d. Tujuan Penelitian ... 69
e. Jenis Penelitian ... 69
f. Instrumen Pengumpulan Data ... 70
g. Responden Penelitian ... 72
h. Tempat dan Waktu Penelitian ... 72
i. Kisi - Kisi ... 72
2. Laporan Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 74
a. Laporan Penelitian ... 74
b. Pembahasan Hasil Penelitian ... 89
3. Kesimpulan Penelitian ... 96
BAB IV. USULAN KEGIATAN UNTUK MENINGKATKAN USAHA PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DEMI PERKEMBANGAN IMAN ANAK DI SD PL KALIREJO ... 99
A. Latar Belakang Kegiatan ... 99
B. Tujuan Kegiatan ... 100
C. Usulan dan Bentuk Kegiatan ... 101
1. Tema ... 101
2. Tujuan ... 102
3. Peserta ... 102
4. Tempat dan Waktu ... 102
5. Bentuk Rekoleksi ... 102
6. Sumber Bahan ... 103
7. Metode Rekoleksi ... 103
8. Sarana ... 103
9. Susunan Acara... 104
xvi
BAB V. Kesimpulan dan Saran ... 116
A. Kesimpulan ... 116
B. Saran ... 118
DAFTAR PUSTAKA ... 120
LAMPIRAN ... 122
Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian ... (1)
Lampiran 2: Panduan Wawancara ... (2)
Lampiran 3: Identitas Responden ... (3)
Lampiran 4: Transkrip Hasil Wawancara ... (5)
Lampiran 5: Latar Belakang, Visi, Misi dan Tujuan Sekolah . ... (30)
Lampiran 6: Artikel tentang SD Pangudi Luhur Kalirejo ... (34)
xvii
DAFTAR SINGKATAN
A.Singkatan Teks Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam penulisan skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departmen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 8.
B.Singkatan Dokumen Resmi Gereja
GE : Gravisimum Educationis, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Pendidikan Kristen, diresmikan oleh paus Paulus VI pada 28 Oktober 1965.
KGK : Katekismus Gereja Katolik, katekismus yang dipergunakan dalam Gereja Katolik, diresmikan oleh Paus Paulus II pada tahun 1992.
LS : Laudato Si, ensiklik dari Paus Fransiskus mengenai pertobatan ekologis, diresmikan pada bulan Juni 2015.
PP : Populorum Progessio, ensiklik yang ditulis oleh Paus Paulus VI tentang perkembangan orang-orang dan bahwa dunia seharusnya melayani semua semua umat manusia dan tidak hanya sebagian kecil saja, diterbitkan pada 26 Maret 1967.
C.Singkatan Lain Art. : Artikel
Ay : Ayat
xviii BKSN : Bulan Kitab Suci Nasional
BPBD : Badan Penanggulangan Bencana Daerah CU : Credit Union
DKV : Dokumen Konsili Vatikan Dll : Dan lain-lain
FGD : Focus Group Discussion
Ha : Hektar
HP : Hand Phone
IPA : Ilmu Pengetahuan Alam
IPTEK : Ilmu Pengetahuan dan Teknologi IQ : Intelligence Quotients
ISPA : Infeksi Saluran Pernafasan Akut KBM : Kegiatan Belajar Mengajar KWI : Konferensi Waligereja Indonesia Mading : Majalah dinding
P : Tradisi Priester
PAK : Pendidikan Agama Katolik PB : Perjanjian Baru
PL : Pangudi Luhur PL : Perjanjian Lama Sbb : Sebagai berikut SD : Sekolah Dasar
Th : Tahun
xix
TU : Tata Usaha
UKS : Usaha Kesehatan Sekolah
UNESCO : United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization UPTD : Unit Pelaksana Teknis Daerah
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup, dijelaskan bahwa lingkungan hidup adalah “kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.” Jelas bahwa manusia menjadi salah satu pihak yang sangat berperan dalam keberlangsungan lingkungan hidup. Namun seperti yang sudah kita ketahui bersama, saat ini kenyataan yang terjadi di bumi ini mengalami krisis lingkungan hidup. Terjadi kerusakan lingkungan di mana-mana dan sebagian besar kasus yang terjadi karena ulah manusia yang kurang mempedulikan kelestarian lingkungan sekitar, seperti: pemakaian bahan-bahan kimia yang berbahaya sehingga dapat merusak kesuburan tanah, membuang sampah sembarangan, melakukan penebangan pohon secara liar dan berbagai kegiatan lain yang merusak lingkungan alam sekitar. Oleh karena itu sebagai manusia yang mempunyai tanggung jawab dan tidak bisa terlepas dari alam, kita tidak bisa tinggal diam tanpa mencari cara untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Seperti yang diungkapkan oleh Sonny Keraf (2010: 26), sudah sangat banyak kejadian yang melanda tanah air Indonesia, beliau mengatakan bahwa:
meletus adalah beberapa contoh bencana alam yang kita maksud. Tetapi, selebihnya adalah bencana lingkungan hidup.
Di sini dikatakan bencana lingkungan hidup sebagian kejadiannya karena adanya krisis lingkungan hidup yang disebabkan oleh ulah manusia yang kurang bertanggung jawab dan kurang peduli akan kelestarian lingkungan.
Bencana alam di negara Indonesia ini tidak hanya diakibatkan oleh pengaruh alami saja. Namun juga sebagian besar sudah ada campur tangan manusia di dalamnya. Manusia juga ikut ambil bagian sampai terjadinya bencana dan peristiwa tersebut. Hal ini dapat diambilkan contoh dari salah satu berita dari Kompas.com karangan Yunanto Wiji yang diterbitkan pada tanggal 14 September 2015, sebagai berikut:
Lahan terbakar terluas berada di Riau, mencapai 2.025,42 hektar (ha). Provinsi dengan luas lahan terbakar signifikan lainnya ialah Kalimantan Barat (900,20 ha), Kalimantan Tengah (655,78 ha), Jawa Tengah (247,73 ha), Jawa Barat (231,85 ha), Kalimantan Selatan (185,70 ha), Sumatera Utara (146 ha), Sumatera Selatan (101,57), dan Jambi (92,50 ha). Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho melaporkan, kemarin, jumlah titik panas di Sumatera mencapai 944 titik dan di Kalimantan 222 titik. Kebakaran hutan dan lahan pun diperkirakan masih terus berlangsung, bahkan hingga ke taman nasional.
Berdasarkan pemetaan yang dilakukan Kompas dari pemberitaan sejak 1960-an hingga saat ini, kebakaran terjadi berulang, bahkan terlihat ada peningkatan jumlah titik api dalam empat dekade ini. Rekapitulasi luas kebakaran hutan per provinsi di Indonesia tahun 2010-2015 dalam situs Kementerian Lingkungan Hidup juga menunjukkan hal itu. Dibandingkan tahun 2010, luas lahan terbakar meningkat puluhan kali lipat. Di Jambi, contohnya, di tahun 2010, lahan terbakar hanya 2,5 ha. Tahun 2014 meningkat menjadi 3.470 ha.
lahan menghanguskan 4.022 ha.
Kerugian yang ditimbulkan dari bencana ini sangat besar. Kerugian yang terjadi akibat bencana asap itu tidak hanya materi yang tak terhitung nilainya, tetapi juga kerusakan lingkungan dan menurunnya kualitas kesehatan masyarakat. Bencana asap itu bahkan telah merenggut korban jiwa gadis kecil tunas bangsa akibat terpapar asap pekat yang terjadi di Pekanbaru, Kamis pekan lalu. Belum lagi puluhan ribu orang di wilayah Sumatera dan Kalimantan yang menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) karena terpapar asap.
Artikel tersebut menyampaikan kepada kita bahwa akibat ulah manusia dapat menimbulkan terjadinya bencana yakni kebakaran hutan di berbagai tempat. Dengan adanya peristiwa ini pula ditekankan bahwa bencana tidak semata-mata hanya karena kejadian alamiah saja, bencana alam juga diakibatkan oleh tangan manusia. Kebakaran hutan yang diakibatkan oleh moralitas manusia yang tidak peduli akan kelestarian lingkungan demi mencapai berbagai kepentingan dan keserakahan ini pada akhirnya hanya akan membawa bencana dan merusak lingkungan. Bahkan berbagai kerusakan finansial juga akan muncul, seperti: kerusakan alam, flora dan fauna.
Namun yang terjadi saat ini bahwa kesadaran manusia akan kelestarian lingkungan hidup masih sangat kurang dibuktikan. Sejalan dengan itu, Paus Fransiskus dalam (LS, art. 20) mengatakan bahwa “ada beberapa bentuk pencemaran lingkungan yang dialami orang setiap hari. Polusi udara adalah salah satunya.” Polusi ini mengakibatkan berbagai masalah kesehatan, terutama bagi masyarakat miskin dan menyebabkan jutaan kematian dini. Dari tulisan Paus Fransiskus dalam Laudato Si artikel 20 ini jelas bahwa salah satu bentuk pencemaran lingkungan yang terjadi saat ini adalah polusi udara. Dan polusi ini mengakibatkan berbagai permasalahan, salah satunya di bidang kesehatan. Banyak sekali penyakit yang disebabkan oleh polusi udara, mulai dari penyakit ringan sampai penyakit yang sangat berbahaya bagi tubuh manusia.
Kurangnya kesadaran akan kelestarian tersebut juga mengakibatkan perubahan iklim yang akan terjadi di bumi ini. Seperti yang disampaikan oleh Paus Fransiskus (LS, art. 25):
Perubahan iklim merupakan masalah global dengan dampak buruk untuk lingkungan, masyarakat, ekonomi, perdagangan dan politik. Ini merupakan salah satu tantangan utama yang dihadapi umat manusia pada zaman kita. Dampak terburuk mungkin akan dirasakan dalam beberapa dekade mendatang oleh negara-negara berkembang. Banyak orang miskin tinggal di wilayah-wilayah yang paling dipengaruhi oleh berbagai gejala yang terkait dengan pemanasan bumi, sementara penghidupan mereka sangat tergantung pada cadangan alam dan jasa ekosistem seperti pertanian, perikanan dan kehutanan.
mengandalkan hasil dari alam. Ketika alam ini rusak oleh perubahan iklim, maka alam juga akan sulit mengeluarkan hasil yang cukup demi pemenuhan kebutuhan manusia.
Alkitab juga secara jelas mengungkapkan bahwa kerusakan alam selama ini adalah karena ulah manusia, karena kejahatan manusia. Salah satu contohnya di dalam Kitab Mazmur 107:33-34, dituliskan bahwa: “Dibuat-Nya sungai-sungai menjadi padang gurun dan pancaran-pancaran air menjadi tanah gersang, tanah yang subur menjadi padang pasir, oleh sebab kejahatan orang-orang yang diam di dalamnya.” Dua ayat dari Kitab Mazmur ini jelas bahwa kejahatan manusialah yang telah mengakibatkan kerusakan dan kehancuran lingkungan hidup ini. Namun Tuhan tidak menghendaki musnahnya ciptaan-Nya.
Sebagai suatu bentuk kesadaran terhadap lingkungan, warga Katolik yang berpendidikan tidak bisa tinggal diam melihat kerusakan alam yang terjadi di sekitar kita. Sekolah Katolik tentunya dapat ikut ambil bagian dalam menghadapi masalah lingkungan saat ini misalnya lewat bidang pendidikan. Menurut Syukri Hamzah (2013: 14) dikatakan bahwa:
Pendidikan harus dapat dimanfaatkan sebagai sarana pembentukan sikap dan kepedulian terhadap lingkungan secara efektif. Melalui pendidikan yang intensif sangat dimungkinkan untuk meningkatkan kualitas sikap dan perilaku yang positif terhadap lingkungan, karena melalui pendidikan dapat diwujudkan kesiapan mental dan kecenderungan untuk berperilaku positif terhadap suatu obyek tertentu yang dalam hal ini adalah lingkungan hidup. Dari pernyataan itu jelas bahwa pendidikan berkaitan dengan upaya pelestarian lingkungan merupakan hal yang penting diberdayakan.
pendidikan lingkungan hidup sudah harus diberikan. Pendidikan lingkungan hidup ini tidak hanya akan berpengaruh pada kesadaran anak akan kelestarian lingkungan hidup namun juga diharapkan lewat pendidikan ini, iman anak juga dapat berkembang. Pihak sekolah dapat memberikan suatu wadah pendidikan yang dilakukan untuk menjawab permasalahan lingkungan hidup yang telah terjadi saat ini. Salah satu sekolah Katolik yang terletak di Perbukitan Menoreh menaruh perhatiannya terhadap kelestarian lingkungan hidup yang ditempatkan dalam salah satu kegiatan wajib sekolah. Sekolah ini adalah SD PL Kalirejo. Berangkat dari keprihatinan pihak sekolah terhadap kurangnya pendidikan lingkungan hidup dan keadaan lingkungan sekitar yang semakin parah serta rendahnya kesadaran anak-anak jaman sekarang untuk melestarikan alam ciptaan Tuhan, pihak sekolah menyediakan suatu wadah dengan membuat suatu kegiatan yang dimasukkan dalam kegiatan pengembangan diri, yaitu kegiatan berkebun.
Lewat kegiatan berkebun ini, para siswa diharapkan mampu menumbuhkan rasa kepedulian mereka terhadap kelestarian alam ciptaan Tuhan. Dalam kegiatan ini para siswa diajarkan berbagai macam kegiatan mulai dari pengetahuan awal mengenai kegiatan berkebun, pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman, panen sampai pada pengolahan hasil panen.
Dari uraian latar belakang tersebut, penulis hendak menuangkan gagasan pemikiran ini dalam skripsi berjudul: PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DAN RELEVANSINYA TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN ANAK DI
SD PL KALIREJO, SAMIGALUH, KULON PROGO, DAERAH ISTIMEWA
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis menyampaikan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan lingkungan hidup dan relevansinya terhadap perkembangan iman anak?
2. Seberapa besar pengaruh pendidikan berwawasan lingkungan untuk perkembangan iman anak?
3. Usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendidikan lingkungan hidup?
C.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian tentang pendidikan lingkungan hidup dan relevansinya terhadap perkembangan iman anak.
2. Mengetahui seberapa besar pengaruh kegiatan berkebun untuk perkembangan iman anak.
3. Menyampaikan usaha kongkrit lainnya yang dapat dilakukan sebagai sumbangan pemikiran yang sesuai untuk meningkatkan pendidikan lingkungan hidup.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi pihak kampus:
2. Bagi pihak sekolah secara umum
Sebagai masukan bagi sekolah-sekolah yang lain untuk menyadarkan pihak sekolah akan pentingnya pendidikan lingkungan hidup sejak dini.
3. Bagi para pembaca
Semoga para pembaca tergerak hatinya dan tersadar akan pentingnya pendidikan lingkungan hidup sejak dini demi perkembangan iman anak-anak.
E.Metode Penulisan
Penulisan skripsi ini menggunakan metode deskripsi analitis, yaitu menerangkan pengertian tentang pendidikan lingkungan hidup dan relevansinya terhadap perkembangan iman anak salah satunya dengan kegiatan berkebun. Kemudian guna mengetahui apakah kegiatan berkebun dapat menjadi salah satu usaha untuk melestarikan pendidikan lingkungan hidup, diadakan sebuah penelitian dengan cara wawancara kepada para guru dan pembina kebun kemudian hasil penelitian tersebut dianalisis dan dijelaskan. Pada akhirnya penulis memberikan sumbangan pemikiran berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian yang diharapkan akan berguna bagi siswa dan pihak sekolah.
F.Sistematika Penulisan
Bab I merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan.
Bab II menguraikan penjelasan tentang pendidikan, lingkungan hidup, pendidikan lingkungan dan perkembangan iman anak menurut para ahli dan beberapa teori.
Bab III menyampaikan gambaran faktual tentang gambaran umum SD PL Kalirejo dan membahas penelitian mengenai pendidikan lingkungan hidup dan relevansinya terhadap perkembangan iman anak, laporan hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian dan kesimpulan hasil penelitian.
Bab IV berisi usulan kegiatan untuk meningkatkan usaha pendidikan lingkungan hidup di SD PL Kalirejo. Bab ini menguraikan latar belakang kegiatan, tujuan kegiatan, usulan dan bentuk kegiatan.
BAB II
PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DAN RELEVANSINYA UNTUK PERKEMBANGAN IMAN ANAK
Bab sebelumnya sudah disampaikan tentang latar belakang mengenai
penulisan topik pendidikan lingkungan hidup, rumusan masalah yang dibahas,
tujuan penulisan, manfaat penelitian, metode penulisan dan sistematika penulisan
yang digunakan sebagai salah satu acuan pengembangan tulisan ini. Pada bab II ini
penulis membahas dan mendalami pendidikan lingkungan hidup yang dibagi ke
dalam empat bagian, yaitu: pendidikan, lingkungan hidup, pendidikan lingkungan
hidup dan perkembangan iman anak.
Pada bab ini penulis memaparkan kajian pustaka yang didapat dari berbagai
sumber yang berhubungan erat dengan pendidikan lingkungan hidup dan
perkembangan iman anak. Pembahasan yang pertama berisi pengertian pendidikan
dan tujuan pendidikan. Pembahasan kedua berisi pengertian lingkungan hidup,
tanggung jawab atas lingkungan hidup, pandangan Kitab Suci Perjanjian Lama
mengenai lingkungan hidup, Ajaran Sosial Gereja mengenai lingkungan hidup,
manusia ditugaskan memelihara bumi, macam-macam pencemaran lingkungan dan
hubungan antara manusia dan alam. Pembahasan ketiga berisi pengertian
pendidikan lingkungan hidup, tujuan pendidikan lingkungan hidup dan lingkup
materi pendidikan lingkungan hidup. Pembahasan keempat berisi mengenai iman
dan perkembangan iman anak. Berikut ini penulis akan menguraikan secara
A.Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Gatut Saksono (2008: 73) mengungkapkan pendapat dari Driyarkara
mengenai pendidikan. Dikatakan bahwa “pendidikan terjadi dengan dan dalam
hidup bersama.” Artinya proses pendidikan merupakan perbuatan ataupun tindakan
yang disadari untuk memasukkan manusia muda ke dunia manusia. Hal ini
menunjuk bagaimana keberadaan seorang manusia menjadi manusia seutuhnya
menjadi hal yang ditekankan.
Bartolomeus Samho (2013: 74) mengungkapkan pandangan Ki Hadjar
Dewantara bahwa “pendidikan dan pengajaran adalah daya-upaya yang disengaja
secara terpadu dalam rangka memerdekakan aspek lahiriah dan batiniah manusia.”
Pengajaran merupakan salah satu bagian dari pendidikan. Pengajaran adalah
pendidikan dengan cara memberikan ilmu ataupun pengetahuan serta memberikan
ketrampilan, pengertian dan pelatihan kepada anak yang akhirnya dapat bermanfaat
untuk hidup anak tersebut.
Ki Hadjar Dewantara juga menerapkan tiga semboyan pendidikan yang
menunjukkan kekhasan Indonesia, yakni “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani” (Samho, 2013: 78). Dari penggalan semboyan Ing Ngarsa Sung Tuladha dapat diartikan bahwa di dalam dunia pendidikan, saat seorang pendidik berada di depan ia sebaiknya memberikan
teladan kepada murid-muridnya. Seorang pendidik adalah pemimpin yang
memberikan contoh baik dalam perkataan maupun perbuatannya sehingga pantas
diteladani oleh para muridnya. Kemudian untuk makna Ing Madya Mangun Karsa,
terus-menerus memotivasi mereka untuk terus berkarya, membangun niat, semangat dan
menumbuhkan ide-ide agar para muridnya produktif dalam berkarya. Sedangkan
Tut Wuri Handayani, mempunyai arti bahwa seorang pendidik ketika berada di belakang hendaknya selalu mendorong dan mendukung para peserta didiknya untuk
berkarya ke arah yang benar. Ketiga semboyan ini juga sebaiknya diimbangi
dengan prinsip pembelajaran learning by doing antara pendidik dan murid. Belajar
dengan mengerjakan atau yang sering terkenal dengan istilah learning by doing
tentunya bukan hanya sekedar metode pembelajaran tetapi suatu kenyataan hidup.
Seluruh aspek di dalam kehidupan dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran.
Menurut pandangan Maria Montessori yang diterjemahkan oleh Dariyatno
(2008: 356) di jelaskan bahwa “manusia merupakan makhluk yang utuh, namun
keutuhan ini harus dibangun dan dibentuk melalui pengalaman aktif di dunia nyata,
yang diatur oleh hukum-hukum alam”. Hal tersebut ingin menunjukkan bahwa
pengalaman nyata yang dilakukan oleh anak-anak menjadi bekal yang penting bagi
keutuhan perkembangan dirinya. Anak tidak hanya terbatas untuk mempelajari
hal-hal yang bersifat kognitif saja, namun harus mempraktekkan apa yang telah mereka
terima ke dalam pengalaman nyata di kehidupan sehari-harinya.
Sukardjo & Ukim Komarudin (2009: 7) mengungkapkan istilah pendidikan
berasal dari kata paedagogie yang secara etimologik kata ini “berasal dari bahasa
Yunani yaitu paedagogia yang berarti pergaulan dengan anak. Perkataan untuk pedagogi juga berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu paid yang bermakna anak dan
ogogos yang berarti membimbing”. Pendidikan adalah proses pembinaan yang memungkinkan anak mampu mengembangkan semua potensi dan kemampuan yang
Menurut Sukardjo & Ukim Komarudin (2009: 9) “Pendidikan dimulai di
dalam keluarga bagi anak yang belum mandiri, kemudian diperluas di lingkungan
tetangga atau komunitas sekitar, lembaga prasekolah, persekolahan formal dan
tempat-tempat lain”. Pendidikan tidak hanya sekedar mengajarkan sesuatu kepada
seseorang terlebih kepada anak, melainkan lebih kepada proses membimbing dan
membina. Sudah diketahui sejak dahulu bahwa keluarga adalah tempat yang paling
pertama dan terutama dalam proses mendidik seorang anak. Seorang anak
menyerap segala sesuatu yang dia peroleh dalam keluarga. Kemudian setelah itu
lingkungan sekolah dan masyarakat yang kemudian juga memberikan pengaruh
terhadap pendidikan seorang anak.
2. Tujuan Pendidikan menurut Dokumen Konsili Vatikan II Gravisimum Educationis dan Para Ahli
“Semua orang dari suku, kondisi atau usia manapun, berdasarkan martabat
mereka selaku pribadi, mempunyai hak yang tak dapat diganggu gugat atas
pendidikan yang cocok dengan tujuan” (GE, art. 1). Pernyataan ini menjelaskan
bahwa setiap orang memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai. Tidak ada pengecualian yang mempengaruhi
seseorang untuk tidak menerima pendidikan, baik dilihat dari suku, kondisi
ekonomi, maupun jenis kelamin karena semua orang mempunyai hak yang sama.
Bahkan faktor usia tidak menjadi penghalang untuk terus memperoleh pendidikan,
karena pendidikan berlangsung seumur hidup. Tujuan pendidikan adalah
perkembangan manusia sebagai suatu pribadi dan akhirnya demi kesejahteraannya
“Pendidikan itu tidak hanya bertujuan pendewasaan pribadi manusia seperti
telah diuraikan, melainkan terutama hendak mencapai, supaya mereka yang telah
dibabtis langkah demi langkah makin mendalami misteri keselamatan” (GE, art. 2).
Melalui dunia pendidikan, khususnya pendidikan Kristiani, seseorang yang
menerima pendidikan tidak hanya diharapkan mencapai perkembangan pribadinya
saja, namun sampai kepada penyadaran karunia iman yang telah diterima sejak
dibabtis dan mampu menghayati hidup sebagai manusia baru dalam kebenaran.
Sardy (1985: 3) mengungkapkan gagasan mengenai tujuan pendidikan
menurut UNESCO yakni: menjunjung tinggi nilai luhur manusia, pendidikan
mengarah kepada kreativitas, orientasi pada keterlibatan sosial, pendidikan adalah
pembentukan manusia sempurna.
a. Menjunjung Tinggi Nilai Luhur Manusia
“Pendidikan bertujuan menjadikan orang semakin menjunjung tinggi
nilai-nilai luhur manusia. Keluhuran manusia haruslah dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah” (Sardy, 1985: 3). Manusia harus dipandang sebagai pribadi yang
kongkrit yang hidup dan mempunyai martabat yang tidak boleh diobjekkan. Di
antara manusia perlu adanya kesadaran untuk mau menerima orang lain dengan
segala perbedaannya dan diharapkan setiap individu tidak menjadikan agama,
kepercayaan, ideologinya dan hal-hal yang melekat pada dirinya sebagai patokan
bagi orang lain.
b. Pendidikan Mengarah kepada Kreativitas
yang ingin dijadikan aktual oleh pendidikan” (Sardy, 1985: 4). Salah satu tujuan
pendidikan adalah menjadikan seseorang agar menjadi pribadi yang kreatif. Segi
kekreatifan ini dapat dilihat dalam kehidupan anak-anak dan orang muda, mulai
dari semangat kreatif, rasa ingin tahu yang tinggi dan berpikir secara kritis.
c. Orientasi pada Keterlibatan Sosial
“Pendidikan harus mempersiapkan orang untuk hidup berinteraksi dalam
masyarakat secara bertanggungjawab” (Sardy, 1985: 4). Kegiatan awal yang dapat
dilakukan agar seseorang mampu berinteraksi dengan penuh tanggung jawab
dengan cara belajar berpartisipasi dan melibatkan diri secara aktif dalam setiap
kegiatan yang ada di masyarakat. Dari segi pendidikan, sekolah menjadi faktor
yang penting. Sekolah dapat dijadikan sebagai suatu wadah untuk memfasilitasi hal
tersebut. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah menolong manusia muda untuk
mampu terlibat aktif dalam kehidupan masyarakat dan sosialnya.
d. Pendidikan adalah Pembentukan Manusia Sempurna.
“Pendidikan bertugas untuk mengembangkan potensi-potensi individual
semaksimal mungkin dalam batas-batas kemampuannya, sehingga terbentuk
manusia yang pandai, trampil, jujur yang tahu kadar kemampuannya dan
batas-batasnya serta kehormatan diri” (Sardy, 1985: 5). Tujuan ini akan tercapai apabila
dalam diri seseorang tersebut terjadi proses perpaduan dan keselarasan antara unsur
fisik, emosional, intelektual dan unsur lainnya. Proses pendidikan ini berlangsung
B.Lingkungan Hidup
1. Pandangan Kitab Suci dan Gereja mengenai Lingkungan Hidup a. Pandangan Kitab Suci Perjanjian Lama
Chang (2001: 46) menjelaskan bahwa “orang Kristen dan Yahudi tidak
menggunakan Kitab Suci sebagai sumber pengetahuan tentang alam semesta. Kitab
Suci bukan merupakan buku ilmiah yang mengisahkan sejarah setiap pengada,
namun kitab yang mengajarkan manusia untuk hidup dengan adil”. Hal itu
dikarenakan para penulis Kitab Suci tidak menggunakan gaya bahasa yang khas
mengenai ilmu alam atau ilmu fisika, karena mereka adalah orang-orang yang
hidup dalam dunia “prailmiah”. Para penulis Kitab Suci memberikan manusia pada
tempat kedudukannya sebagai ciptaan Tuhan yang hidup berdampingan dengan
makhluk ciptaan yang lain.
Chang (2001: 47) mengemukakan pandangan Kitab Suci Perjanjian Lama
mengenai lingkungan hidup, bahwa “Dalam Perjanjian Lama, kosmos dipandang sebagai yang berbeda dari Tuhan. Dunia dilukiskan sebagai suatu keadaan dengan
keindahan yang tidak sanggup diungkapkan secara penuh oleh gaya sastra
Mazmur-Mazmur dan Kebijaksanaan”. Dunia dan segala sesuatu yang terkandung di
dalamnya diciptakan oleh Tuhan melalui sabda-Nya. Dan kisah penciptaan dalam
PL tidak diarahkan kepada pemikiran manusia, namun gagasan di dalamnya
diarahkan kepada ajaran iman yang kebenarannya dipertegas secara terus-menerus.
Chang (2001: 47) juga mengungkapkan pandangan dari K. Meyer-Abich
yakni “kebijaksanaan dalam PL (khususnya Mazmur) memahami dunia sebagai
keindahan yang terpotret”. Keindahan ini tidak lain berasal dari mutu seni yang
norma yang dapat digunakan untuk membentengi diri dari hal-hal negatif yang
dapat menyerang manusia.
Berikut adalah pandangan mengenai lingkungan hidup menurut Kitab
Kejadian dan Kitab Mazmur.
1) Kitab Kejadian
Menurut pandangan Chang (2001: 48) “dalam Perjanjian Lama, Kitab
Kejadian dan Ulangan yang paling banyak berbicara mengenai lingkungan hidup”.
Para pengarang dalam kedua kitab ini sering kali mengaitkan pengalaman hidup
mereka mengenai lingkungan dengan pemahaman tentang sejarah penyelenggaraan
ilahi Israel sebagai bangsa yang dipersatukan dengan Tuhan dan sebagai bangsa
yang telah dijanjikan tanah khusus. Para pengarang kedua kitab ini menggolongkan
alam semesta ke dalam peristiwa penciptaan manusia dan mereka menyisipkannya
ke dalam terjadinya kehidupan.
Dalam Kej 1:27-28 dituliskan:
[image:36.612.94.514.182.610.2]Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranak cuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.
Dari kutipan ini, kata-kata “taklukkan” dan “berkuasalah” dijadikan kata
kunci yang mengandaikan bahwa tugas manusia adalah menaklukkan dan
menguasai bumi dengan segala isinya. Namun menaklukkan dan menguasai di sini
bukan berarti dengan bebas dan tanpa aturan. Allah menyuruh untuk menaklukkan
bumi untuk memuliakan Allah bukan untuk mengeksploitasi bumi demi mencari
keuntungan dan kenyamanan mereka. Masa depan bumi ini diserahkan kepada
tangan manusia.
2) Kitab Mazmur
Chang (2001: 49) menyampaikan gagasannya bahwa “Mazmur 19 (ayat
2-5b) merupakan salah satu contoh kerygma mengenai kosmos sebagai buah tangan
Tuhan”. Chang (2001: 50) juga menyampaikan pendapatnya bahwa “Mazmur 104
juga mengumandangkan pandangan bahwa penciptaan alam semesta dalam
Kejadian 1 dengan menampilkan unsur-unsur alam, seperti cahaya, gunung,
matahari, tumbuh-tumbuhan, hewan, tanah, dll”. Di dalam kutipan-kutipan kitab ini
tidak diceritakan tentang peristiwa penciptaan lagi, namun peristiwa penciptaan
tersebut direnungkan dan dikidungkan. Kitab Mazmur ini tidak menelusuri dan
menerangkan bagaimana asal-muasal suatu penciptaan tetapi lebih bertujuan agar
pembaca memahami keindahan dan keteraturan di dalam penciptaan tersebut.
Penciptaan alam semesta di dalam Kitab Mazmur dipahami sebagai tindakan
sekarang ini dan bukan peristiwa yang telah berlalu.
“Dunia dan sejarahnya adalah karya cinta kasih Allah yang menakjubkan”
(Mzm 136). Di dalam kutipan tersebut manusia dapat menemukan kaitan antara
cinta kasih yang menghubungkan Tuhan dengan alam semesta dan sejarah
manusia. Cinta kasih yang Dia berikan kepada manusia menyelamatkan dan
merupakan sumber penciptaan alam semesta. Dari kutipan ini manusia diajak untuk
selalu memuji Tuhan dan mengagungkan karya cinta kasih-Nya.
b. Pandangan Kitab Suci Perjanjian Baru
Chang (2001: 51) mengungkapkan sebuah gagasan bahwa “kosmos dalam
Perjanjian Baru mengarah pada hidup manusia dalam sejarah”. Dalam artian ini,
kosmos berarti suatu himpunan keadaan dan kemungkinan hidup manusia. PB juga mempertimbangkan kosmos dalam kaitan dengan Yesus Kristus. Kata kosmos dalam PB dihubungkan dengan gagasan ‘ruang’ yang dipergunakan untuk
melukiskan ‘kemanusiaan’. PB tidak berbicara tentang kosmos dalam dirinya, sebagai benda belaka, namun dikaitkan dengan manusia, tempat Tuhan bertindak
dan manusia melakukan sesuatu secara bertanggung jawab.
Salah satu contoh dari Perjanjian Baru yang memberikan perhatian pada
lingkungan hidup adalah surat-surat Paulus. Chang (2001: 52) menyampaikan
gagasan Paulus bahwa “kosmos adalah segala sesuatu yang bukan Tuhan, yakni
alam semesta”. Menurut Paulus, kosmos adalah ruang yang meliputi semua yang berada di luar Tuhan. Namun dunia selalu berada di bawah kuasa tindakan ilahi.
Tidak ada satu pun unsur di atas permukaan bumi yang dapat terpisah dari kuasa
Kristus.
Chang (2001: 54) menyampaikan gagasan Paulus bahwa “perubahan dunia
diwujudkan melalui suatu transformasi mendalam hati nurani”. Dalam suratnya
yang pertama kepada Timotius, Paulus juga menyampaikan hal yang serupa,
“karena semua yang diciptakan Allah itu baik dan suatu pun tidak ada yang haram,
jika diterima dengan ucapan syukur, sebab semuanya itu dikuduskan oleh firman
Allah dan oleh doa” (1 Tim 4:4-5). Paulus mempunyai pemikiran, khususnya
kepada orang Kristen, bahwa manusia tidak diberikan tugas untuk mengubah dunia,
khusus yang seharusnya dilakukan oleh orang Kristen di hadapan dunia terutama
melihat apa yang dikendaki Allah yang diungkapkan dalam diri Yesus Kristus,
karena hal tersebut merupakan kebaikan bagi dunia. Orang Kristen mengubah
bentuk dunia dari dalam, menghidupi semua keadaan yang ada di dunia menurut
Roh Yesus.
c. Ajaran Sosial Gereja
“Sejarah membuktikan bahwa sejak dahulu Gereja memberikan perhatian
kepada berbagai segi bidang kehidupan, seperti moral, perdamaian antar bangsa,
dll. Namun belakangan ini perhatian Gereja juga memperhatikan permasalahan
tentang lingkungan hidup” (Chang, 2001: 62). Chang hanya ingin menekankan
bahwa Gereja pun ikut ambil bagian dalam usaha memperhatikan lingkungan
hidup. Salah satu tokoh yang sangat memperhatikan pemasalahan mengenai
lingkungan hidup ini adalah Paus Paulus VI. Beliau adalah “Paus pertama” yang
sungguh-sungguh berbicara mengenai lingkungan hidup dalam teks-teks penting,
seperti dalam ensiklik Populorum Progessio pada tahun 1977 dan pesan pada Hari
Lingkungan Hidup Sedunia V yang diadakan pada tahun 1977. Bahkan dalam
pesan terakhirnya, Paus Paulus VI berbicara tentang krisis lingkungan hidup serta
ancamannya, akibat-akibat yang ditimbulkan oleh polusi industri yang mendesak
sejumlah perubahan tingkah laku manusia yang boros dan mengkaitkan lingkungan
hidup dengan perkembangan dalam perspektif kerja sama internasional.
Paus Fransiskus mengatakan bahwa ”kesadaran terhadap krisis budaya dan
ekologis yang serius harus diterjemahkan ke dalam adat kebiasaan baru” (LS, art.
pencapaian kenikmatan saja, belum cukup untuk memberikan suatu makna yang
mendalam dan sukacita di dalam hati setiap manusia. Oleh karena itu perlu adanya
adat kebiasaan baru yang harus dilakukan oleh manusia di dunia, misalnya saja
perubahan pola konsumsi, orang-orang muda juga harus memiliki kepekaan
terhadap lingkungan dan semangat yang murah hati untuk membela lingkungan.
2. Pengertian Lingkungan Hidup Piet Go O. Carm (1989: 1) berpendapat:
Dalam bahasa Yunani, lingkungan hidup sering disebut dengan “oikos”, yang berarti rumah atau rumah tangga. Untuk ilmu yang berkisar pada lingkungan hidup dipakai istilah “ekologi”, ilmu mengenai hubungan-hubungan makhluk-makhluk terhadap lingkungannya, atau lebih antropologis: ilmu hubungan-hubungan timbal balik antara manusia sebagai makluk budaya dan lingkungannya.
Dari pernyataan ini dijelaskan bahwa lingkungan hidup digambarkan
sebagai rumah, di mana seluruh anggota di dalam rumah tersebut mempunyai
hubungan satu sama lain. Berarti dapat dikatakan bahwa pada umumnya
lingkungan hidup dimaksudkan keseluruhan persyaratan kehidupan, khususnya bagi
manusia yang menjadi pusatnya. Tetapi tetap dilihat dalam keterjalinan serta
ketergantungan timbal balik antara manusia dengan makhluk-makhluk lain seperti
hewan dan tumbuh-tumbuhan beserta ruang hidupnya. Hubungan antar makhluk
hidup ini merupakan nilai yang penting dalam lingkup lingkungan hidup.
Paus Fransiskus mengatakan bahwa:
Melihat pengertian lingkungan yang disampaikan oleh Paus Fransiskus di
atas, dapat dikatakan bahwa lingkungan berarti suatu relasi khusus antara alam dan
masyarakat di dalamnya. Manusia tidak bisa terpisah dari alam, karena manusia
adalah bagian alam. Manusia dan alam saling berhubungan dan saling berpengaruh
satu sama lain.
3. Tanggung Jawab atas Lingkungan Hidup
"Permasalahan yang berhubungan dengan lingkungan hidup, atau yang lebih
luasnya mengenai ekologi, terutama disebabkan oleh ulah tangan manusia yang
mengerahkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menguasai alam secara
berlebihan” (Go, 1989: 6). Jadi dalam kasus ini, menurut Piet Go memang
permasalahan ekologi tidak hanya berkaitan dengan sikap manusia yang
menggunakannya, namun juga berkaitan dengan faktor ilmu pengetahuan dan
teknologi. Walaupun yang menjadi pokok permasalahan memang berasal dari
tangan manusia, namun itu semua tidak terlepas dari adanya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat.
Suprihadi (1984: 16) mengungkapkan bahwa “Manusia mendapat tugas dari
Allah untuk memuliakan Tuhan melalui hidup dan hubungannya dengan alam serta
lingkungannya”. Hal ini berarti, manusia pada dasarnya adalah manusia yang tak
dapat dipisahkan dari alam dan lingkungannya. Manusia dan alam serta lingkungan
memiliki hubungan yang saling berkaitan. Jadi dapat dikatakan bahwa manusia
benar-benar menjadi manusia kalau ia berada dalam hubungan dengan alam dan
lingkungannya. Manusia mendapatkan tugas yang mulia untuk memuliakan Allah
bagaimana manusia tersebut menjalin relasi dengan alam serta segala sesuatu yang
berada di dalamnya.
Lingkungan hidup mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan
ini. Lingkungan hidup juga memiliki fungsi sebagai penyangga perikehidupan.
Oleh karena itu segi pengelolaan dan pengembangan lingkungan hidup sebaiknya
diarahkan untuk mempertahankan kelestarian dan keberadaannya. Berbagai usaha
perlindungan dan rehabilitasi serta usaha pemeliharaan keseimbangan antara
unsur-unsur yang berada di dalamnya secara terus-menerus dapat dilakukan agar
kelestarian lingkungan hidup dapat terjaga, sehingga mutu dan fungsi dari
lingkungan hidup dapat dipelihara dan ditingkatkan untuk dimanfaatkan demi
kesejahteraan seluruh masyarakat sekarang ini dan generasi selanjutnya.
4. Hubungan antara Manusia dan Alam
Menurut Piet Go (1989: 22) jelas bahwa gangguan keseimbangan
lingkungan hidup diakibatkan ulah tangan manusia yang kemampuannya
ditingkatkan secara dahsyat dengan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih.
Berikut ini beberapa pandangan Piet Go (1989: 25-28) yang relevan mengenai
hubungan manusia dan alam:
a. Manusia Sebagai Subjek
“Untuk mengungkapkan kedudukan dan peranan khas manusia
kadang-kadang dipakai istilah “antroposentrik” (pandangan yang menempatkan manusia
sebagai pusat dari alam semesta), yang tak jarang menimbulkan salah paham atau
dari alam semesta ini menunjuk kepada penempatan pribadi manusia sebagai subjek
yang diciptakan menurut gambar Allah. Gagasan manusia sebagai subjek ini
bersumber pada Kitab Suci dan dijabarkan lebih lanjut dalam teologi dan ajaran
Gereja.
b. Alam Sebagai Objek
“Terdapat gagasan bahwa manusia adalah subjek, maka dalam arti dan
tingkat tertentu memang dapat dikatakan bahwa alam dimengerti dan diperlakukan
sebagai objek” (Go, 1989: 26). Apabila pribadi manusia dianggap sebagai subjek,
maka alam dianggap sebagai objek. Namun terdapat pandangan lain yang kurang
setuju bahwa alam dipandang sebagai objek. Tetapi tepat tidaknya gagasan ini
tergantung juga dari pengertian “objek” yang dipahami oleh masing-masing pihak.
c. Kebersamaan Manusia dan Alam
“Pengertian lingkungan hidup harus ditafsirkan dengan baik. Memang di
satu pihak manusia membutuhkan aneka bahan yang diambilnya dari kekayaan
sumber alam untuk diolah dan dipakai” (Go, 1989: 28). Dalam arti ini alam
dipercayakan kepada manusia untuk dibudidayakan dan didayagunakan. Dari sini
jelas bahwa hidup manusia terjalin erat dengan alam dan tergantung padanya, hal
tersebut dapat terjadi karena manusia adalah bagian dari alam juga. Namun harus
diingat bahwa manusia harus menggunakan kekayaan alam dengan bertanggung
jawab.
5. Manusia Ditugaskan Memelihara Bumi
dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas
ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di
bumi”. Dari kutipan teks Kitab Suci ini, nyata bahwa Allah memberikan tugas
kepada manusia untuk mengurus, memelihara dan mengelola bumi baik itu kepada
manusia laki-laki maupun manusia perempuan. Dalam pemberian tugas kepada
manusia ini terungkap jelas hubungan erat antara manusia dan bumi. Seperti
digambarkan dalam Kej 2:8-25 bumi sungguh dimaksudkan oleh Allah sebagai
lingkungan hidup bagi manusia yang harus mengusahakan dan memelihara (ay. 15).
Dari cerita alkitabiah yang sederhana itu dapat disimpulkan bahwa penyerahan,
pengurusan, pemeliharaan, pengelolaan, penanganan oleh Allah kepada manusia
mengandung rasa tanggung jawab atasnya. Termasuk di dalamnya “larangan untuk
menggunakan kewenangannya melulu menurut kehendak dan kesukaannya sendiri”
(Sunarko, 2008: 57). Dari pernyataan tersebut Sunarko ingin mengingatkan
bagaimana manusia menyatu secara harmonis dengan bumi dan lingkungan sekitar,
namun jika di hadapan Allah, manusia tetap bertanggung jawab untuk mengatur
segala hal yang berkaitan dengan manusia ataupun segala ciptaan yang ada di bumi
ini. Dengan demikian, meskipun manusia diciptakan Allah menurut citra-Nya
namun ia tidak dipisahkan dari segala ciptaan Allah lainnya.
6. Macam-macam Pencemaran Lingkungan a. Pencemaran Udara
“Pencemaran udara dapat berasal dari sumber tidak bergerak ataupun dari
sumber bergerak” (Keraf, 2010: 38). Sumber tidak bergerak ini bisa berasal dari:
terutama berasal dari bidang transportasi, khususnya kendaraan yang menggunakan
sumber energi dari bahan bakar fosil. Pencemaran udara dapat mengakibatkan
berbagai jenis penyakit yang berbahaya, seperti: ISPA (infeksi saluran pernafasan
akut), asma, penurunan IQ dan gangguan saraf serta impotensi.
Berbagai aktivitas manusia yang sering kali hanya mengutamakan
kepentingan pribadi masing-masing dan kurang memperhatikan keberlangsungan
serta kelestarian lingkungan sekitar sering kali menyebabkan pencemaran ini.
Bahkan sebagian dari mereka sudah mengerti bahwa kegiatan tersebut dapat
merusak lingkungan, namun tetap terus dilakukan. Keraf (2010: 39) berpendapat
bahwa:
Salah satu masalah pencemaran udara yang sangat mengganggu adalah pembakaran dan kebakaran hutan. Kebakaran hutan tidak hanya mengganggu kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bagi manusia serta mengganggu kesehatan manusia, namun juga mengancam kehidupan seluruh tumbuhan dan hewan.
Dari pernyataan tersebut sangat jelas bahwa kebakaran hutan menjadi salah
satu penyebab pencemaran udara. Banyak sekali kerugian yang diakibatkan dari
peristiwa ini tidak hanya berakibat pada kehidupan manusia, namun juga
merugikan makhluk hidup yang lain seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan. Apabila
dari pihak manusia, kebakaran hutan dapat mengakibatkan gangguan ekonomi,
seperti: terganggunya sarana alat transportasi darat dan udara karena terkena imbas
dari asap tebal yang diakibatkan oleh kegiatan pembakaran hutan. Permasalahan
kesehatan juga dirasakan oleh pihak manusia yaitu munculnya berbagai penyakit
yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan tersebut, misalnya gangguan pernafasan,dll.
Dan bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan, peristiwa kebakaran dan pembakaran hutan
jenis hewan dan tumbuhan yang hidup di area hutan yang terbakar tersebut dan
karena buruknya kualitas udara yang ada dapat mengancam populasi hewan serta
tumbuhan yang berada di lingkungan sekitar hutan tersebut.
b. Pencemaran Air
“Pencemaran air dapat terjadi karena berbagai faktor, misalnya: karena
pembuangan limbah maupun karena erosi dan pendangkalan sungai yang terjadi
akibat kerusakan hutan” (Keraf, 2010: 39-40). Faktor lain yang dapat
mempengaruhi pencemaran air adalah penggunaan pupuk dan insektisida bagi
kegiatan pertanian dan perkebunan yang juga dapat berpotensi mencemari air,
khususnya air permukaan.
Berbagai kejadian yang dapat mengakibatkan pencemaran air tersebut ada
salah satu penyebab yang paling besar dampaknya pada pencemaran air ini. Sejalan
dengan Keraf (2010: 42) yang mengatakan bahwa “dari berbagai penyebab
pencemaran ini, yang paling besar efeknya kepada pencemaran air terutama
diakibatkan oleh limbah, baik limbah yang dihasilkan dari rumah tangga maupun
dari limbah pabrik, misalnya dari industri pabrik tekstil, besi dan baja, industri
tambang dan lainnya”. Pencemaran air ini disebabkan karena sebagian besar pabrik
tersebut masih menggunakan teknologi lama yang tidak ramah lingkungan ataupun
proses produksi yang memang tidak ramah lingkungan.
c. Pencemaran Laut
Pencemaran laut juga menjadi permasalahan yang perlu mendapat perhatian.
Pencemaran laut dapat terjadi karena pembuangan limbah cair berupa minyak dari kapal-kapal maupun akibat pencemaran dan kecelakaan aktivitas tambang minyak di lepas pantai. Pencemaran laut juga dapat terjadi akibat pembuangan limbah cair dari proses produksi di darat serta limbah padat berupa sampah dari wilayah perkotaan. Salah satu dampak dari pencemaran laut ini adalah punahnya biota laut serta rusaknya terumbu karang.
Dalam kasus seperti ini Keraf ingin menunjukkan bahwa pencemaran laut
juga harus diberikan perhatian yang lebih, karena dari pencemaran laut ini muncul
dampak yang serius bagi keberlangsungan lingkungan hidup di sekitar kita,
khusunya maklhuk hidup yang berada di laut. Tentu saja yang secara langsung
merasakan dampaknya adalah masyarakat yang berada di pesisir pantai serta
perairan sekitar pelabuhan. Namun jika ditelusuri lebih lanjut lagi, sebenarnya
dampak pencemaran laut tersebut juga dapat berimbas kepada seluruh masyarakat,
terutama mereka yang sering mengkonsumsi ikan-ikan laut yang sebenarnya
tercemar oleh limbah pabrik di laut.
d. Sampah
“Sampah dibedakan menjadi sampah rumah tangga dan sampah industri.
Sampah adalah masalah pencemaran lingkungan hidup lainnya yang semakin
meningkat” (Keraf, 2010: 46). Dari ungkapan Keraf tersebut jelas bahwa sampah
menjadi salah satu permasalahan yang serius karena semakin meningkatnya
permasalahan yang berhubungan dengan sampah ini. Hal ini diperparah lagi dengan
deskripsi Keraf (2010: 46) bahwa “adanya kemajuan industri dan adanya perubahan
gaya hidup manusia di jaman ini yang semakin modern, menjadikan manusia
memproduksi semakin banyak sampah setiap harinya”. Sampah plastik adalah
ini, semakin banyak kebutuhan manusia yang menggunakan plastik, misalnya saja
bungkus berbagai makanan dan barang keperluan sehari-hari dan hal ini
dipengaruhi oleh gaya hidup manusia yang semakin modern, serba praktis dan
instan.
Menurut Keraf (2010: 46) “sampah jelas menjadi persoalan besar di dunia”.
Melihat dari penjelasan Keraf tersebut, kita dapat melihat daerah-daerah di kota,
khususnya di kota-kota besar yang mayoritas penduduknya memproduksi sampah
dalam skala besar. Jika tidak diolah dengan baik atau dimanfaatkan untuk diolah
kembali, sampah membutuhkan area yang cukup luas untuk menampungnya.
Sampah juga menimbulkan berbagai pencemaran udara, air dan membutuhkan
teknologi yang mahal untuk memprosesnya kembali. Kebiasaan masyarakat yang
kurang menyadari akan kelestarian lingkungan hidup seperti membuang sampah
secara sembarangan juga menjadi faktor yang memperparah pencemaran sampah
ini.
7. Teladan Santo Fransiskus Asisi yang Cinta Lingkungan
Santo Fransiskus Asisi menjadi sosok yang sangat dikenal begitu mencintai
dan menghormati seluruh alam ciptaan. Sikap ketaatan beliau kepada Allah
membawanya kepada kesadaran untuk saling menghormati, bukan hanya dengan
manusia lain namun kepada seluruh ciptaan Allah yang berada di alam ini. Dengan
semangat dan sikap beliau akhirnya pada tanggal 29 November 1979, Paus Yohanes
Paulus II meneguhkan Santo Fransiskus Asisi sebagai pelindung pelestarian
lingkungan hidup (Chang, 2001: 103).
semua lapisan manusia dan segala makhluk ciptaan didambakan Fransiskus”.
Fransiskus selalu menitikberatkan kesejajaran setiap manusia sebagai maklhuk
ciptaan Tuhan. Semua manusia sama derajatnya di hadapan Allah, sehingga tidak
berhak untuk merasa lebih tinggi dibandingkan sesamanya bahkan dengan maklhuk
ciptaan Allah yang lain, karena yang berhak di atas segala-galanya adalah Tuhan,
Sang Pencipta.
Chang (2001:105) menyampaikan pandangan Santo Fransiskus:
Sebab dia menyapa segala kenyataan dengan julukan saudara-saudari. Dia memberikan kesaksian mendalam bahwa setiap ciptaan memiliki kebenaran yang khas dan berada dalam suatu kebersamaan dengan alam semesta; ada yang ditatap (bintang-gemitang, matahari, benda-benda di langit, dlsb), dikagumi (keindahan, kedahsyatan, alam, dlsb) dan bila perlu digunakan dalam hidup manusia (tumbuhan dan hewan).
Fransiskus mengajak seluruh manusia untuk menghormati semua maklhuk
ciptaan Allah bahkan ia menyebut dan menyapa maklhuk ciptaan lainnya dengan
sebutan saudara-saudari. Fransiskus berusaha untuk membentuk suatu persaudaraan
yang mencakup segala-galanya tanpa membangun tembok pemisah di kalangan
manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan.
C. Pendidikan Lingkungan Hidup
1. Pengertian Pendidikan Lingkungan Hidup
Syukri Hamzah (2013: 35) mengatakan bahwa: “bila pendidikan dipahami
sebagai usaha sadar untuk membentuk sikap dan perilaku manusia, maka
pendidikan lingkungan harus dipahami sebagai upaya untuk menggiring individu ke
arah perubahan gaya hidup dan perilaku yang ramah lingkungan”. Pendidikan
lingkungan namun juga sampai kepada upaya meningkatkan kesadaran terhadap
lingkungan dan kepedulian seseorang terhadap kondisi dan keadaan lingkungan
sekitarnya.
Syukri Hamzah (2013: 39) menyampaikan rumusan pendidikan lingkungan
yang diberikan pertama kali oleh UNESCO pada tahun 1970 yakni “suatu proses
untuk mengenali nilai-nilai dan menjelaskan konsep dalam rangka mengembangkan
ketrampilan, sikap yang diperlukan untuk memahami serta menghargai hubungan
timbal balik antara manusia, budaya dan lingkungan biofisiknya”. Definisi yang
diungkapkan oleh Syukri Hamzah ini memberikan gambaran kepada masyarakat
bahwa di dalam pendidikan lingkungan individu diarahkan untuk menuju pada
perubahan gaya hidup yang mau peduli terhadap lingkungan sekitar tempat tinggal.
Syukri Hamzah (2013: 39) juga menyampaikan rumusan pendidikan
lingkungan hidup menurut konvensi UNESCO di Tbilisi tahun 1977. Rumusan
UNESCO tersebut menyatakan bahwa:
Pendidikan lingkungan adalah suatu proses yang bertujuan untuk menciptakan suatu masyarakat dunia yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan masalah-masalah yang terkait di dalamnya serta memiliki pengetahuan, motivasi, komitmen dan ketrampilan untuk bekerja baik secara perorangan maupun kolektif dalam mencari alternatif atau memberi solusi terhadap permasalahan lingkungan hidup yang ada sekarang dan untuk menghindari timbulnya masalah-masalah lingkungan hidup yang baru.
Pendidikan lingkungan diarahkan untuk memperkembangkan motivasi
dalam diri seseorang serta memperkembangkan ketrampilannya yang diwarnai
dengan kesadaran akan kelestarian lingkungan. Pendidikan lingkungan
dimaksudkan agar siswa mampu menemukan jalan keluar dari setiap permasalahan
lingkungan yang terjadi saat ini dan mampu menghindari tindakan-tindakan yang
Pendidikan lingkungan tidak hanya memberikan pengetahuan tentang
lingkungan tetapi juga meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan dan
kepeduliannya dengan kondisi lingkungan (Syukri Hamzah, 2013: 35). Dari
penjelasan ini terlihat bahwa Syukri Hamzah memiliki pemikiran bahwa
pendidikan lingkungan tidak hanya menekankan segi kognitif pada diri seseorang,
melainkan lebih kepada segi afeksi dan tindakan kongkrit yang dilakukan peserta
didik. Tindakan yang ditekankan dalam pendidikan lingkungan tidak hanya
pengetahuan yang akan diterima oleh para peserta didik, namun lebih kepada
perasaan dan tindakan yang didasari kesadaran serta kepedulian mereka terhadap
keadaan lingkungannya. Melalui pendidikan lingkungan ini peserta didik
diharapkan dapat memahami pentingnya lingkungan dan mengetahui bagaimana
lingkungan dapat berpengaruh pada masalah sosial, ekonomi, kebudayaan serta
pembangunan.
“Pendidikan lingkungan bukanlah sekedar menyajikan kepada murid
contoh-contoh kerusakan lingkungan. Pendidikan lingkungan harus mengandung
etika lingkungan di mana anak didik diajak menyadari makna lingkungan baginya”
(Daldjoeni, 1977: 192). Melalui pendapat ini, Daldjoeni ingin menjelaskan bahwa
guru yang mengajar pendidikan lingkungan jangan berhenti pada
peristiwa-peristiwa alam yang rusak yang diakibatkan oleh tangan manusia, namun
bagaimana peserta didik diberikan sarana agar mereka menjadi sadar akan makna
lingkungan bagi hidup mereka masing-masing dan orang-orang di sekitar mereka.
Paus Fransiskus mengatakan bahwa “pendidikan ekologis dapat terjadi
dalam berbagai konteks: sekolah, keluarga, media komunikasi, katekese dan
menghasilkan buah sepanjang hidup” (LS, art. 213). Keluarga memiliki peranan
paling besar, keluarga menjadi sentral, karena di situlah segala kehidupan dan
kurnia dari Allah dapat disambut sebagaimana layaknya. Keluarga juga menjadi
tempat berlindung dari segala serangan dari luar dan menjadi tempat bertumbuhnya
seorang anak menuju perkembangan manusia yang sejati.
2. Tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup
Syukri Hamzah (2013: 40) menyampaikan tujuan pendidikan lingkungan
hidup yang didapatkan dari konferensi Tbilisi tahun 1977 yakni:
a) Untuk membantu menjelaskan masalah kepedulian serta perhatian tentang saling keterkaitan antara ekonomi, sosial, politik, dan ekologi di kota maupun di wilayah pedesaan.
b) Untuk memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk
mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, komitmen dan kemampuan yang dibutuhkan untuk melindungi dan memperbaiki lingkungan
c) Untuk menciptakan pola perilaku yang baru pada individu, kelompok dan masyarakat sebagai suatu keseluruhan terhadap lingkungan.
Namun Syukri Hamzah juga menyampaikan gagasan lebih lanjut yang
dikemukakan dalam Konferensi Tbilisi tahun 1977 yang merinci “tujuan
pendidikan lingkungan yang ingin dicapai tersebut meliputi baeberapa aspek yaitu:
pengetahuan, sikap, kepedulian, ketrampilan, partisipasi” (Syukri Hamzah, 2013:
48).
a) Pengetahuan
Segi pengetahuan ini dimaksu