ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui body image pada pria dewasa awal yang berlangganan majalah Men’s Health di kota Bandung. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif yang mengukur derajat body image. Teknik Sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik accidental sampling. Dalam penelitian ini, peneliti memutuskan memakai tingkat kesalahan 5% dari populasi sebanyak 55, sehingga minimal sampelnya adalah 51. Alat ukur yang digunakan berupa yang dibuat berdasarkan pada teori body image dalam perspektif cognitive-behavioral dari Cash (2002) dengan validitas berkisar antara 0,400-0,732 dan reliabilitasnya 0,837. Sampel penelitian ini adalah pria dewasa awal yang berlangganan majalah Men’s Health yang sudah berlangganan minimal 1 tahun, masih berlangganan sampai dengan saat ini dan berusia 21-40 tahun.
Berdasarkan pengolahan data secara statistik didapatkan hasil bahwa pria dewasa awal yang berlangganan majalah Men’s Health di kota Bandung lebih banyak memiliki body image yang negatif. Pada pengolahan data penunjang didapatkan hasil bahwa pria dewasa awal yang berlangganan majalah Men’s Health di kota Bandung yang memiliki body image positif memiliki karakteristik fisik yang cenderung sesuai dengan standar kemenarikan fisik yang berlaku di masyarakat Indonesia. Sebaliknya pria dewasa awal yang berlangganan majalah Men’s Health di kota Bandung yang memiliki body image negatif cenderung merasa memiliki karakteristik fisik yang kurang sesuai dengan standar kemenarikan fisik yang berlaku di masyarakat Indonesia
Saran yang diajukan bagi penelitian selanjutnya adalah agar melakukan penelitian yang sejenis pada pelanggan majalah Men’s Health yang memiliki populasi lebih luas dan berkarakteristik lebih heterogen agar diperoleh gambaran yang lebih tepat mengenai body image pria dewasa awal dan disarankan juga untuk meneliti hubungan antara karakteristik fisik tertentu dengan body image.
v UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
DAFTAR ISI
Lembar Judul
Lembar Pengesahan
Lembar Abstrak
Kata Pengantar……… i
Daftar Isi………... v
Daftar Tabel………....viii
Daftar Skema………... ix
Daftar Lampiran………. x
BAB I PENDAHULUAN………. 1
1.1 Latar Belakang Masalah………..1
1.2 Identifikasi Masalah………....11
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian………....11
1.3.1 Maksud Penelitian………...11
1.3.2 Tujuan Penelitian………...11
1.4 Kegunaan Penelitian………....12
1.4.1 Kegunaan Ilmiah………... 12
1.4.2 Kegunaan Praktis………...12
1.5 Kerangka Pemikiran………... 13
1.6 Asumsi Penelitian………...…….…... 19
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………... 20
vi UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
2.2 Terbentuk dan Berkembangnya Body Image……….. 22
2.3 Komponen Body Image………...……... 27
2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Body Image……… 28
2.5 Peran Media Massa dalam Mengomunikasikan Standar Ideal…….. 32
2.6 Tahap perkembangan Dewasa Awal……….. 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………..………..………. 41
3.1 Rancangan Penelitian.………..……..………..……….………. 41
3.2 Skema Rancangan Penelitian.………..……….………. 41
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional..……….………. 42
3.3.1 Variabel Penelitian.………..……….……….. 42
3.3.2 Definisi Operasional.………..……….………42
3.4 Alat Ukur…………....………..……..………..……….………. 43
3.4.1 Alat Ukur Body Image.………..……….………43
3.4.2 Sistem Penilaian Kuesioner Body Image……… 44
3.4.3 Data Penunjang………... 46
3.4.4 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur………...… 46
3.4.4.1 Validitas Alat Ukur……….. 46
3.4.4.2 Reliabilitas Alat Ukur……….. 47
3.5 Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel…….………... 48
3.5.1 Populasi Sasaran………... 48
3.5.2 Karakteristik Populasi………...….. 48
vii UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
3.6 Teknik Analisis Data.………..……..………..……….……….. 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………..………. 51
4.1 Gambaran Responden...………...…... 51
4.1.1 Gambaran Responden berdasarkan Usia……….... 51
4.1.2 Gambaran Responden berdasarkan Pekerjaan...…………. 52
4.2 Hasil Penelitian……….. 52
4.3 Pembahasan……….…... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………..…………...…….. 57
5.1 Kesimpulan…………...………...…... 57
5.2 Saran……….. 57
5.2.1 Saran Teoritis………... 57
5.2.2 Saran Guna Laksana……….….. 58
Daftar Pustaka... 59
Daftar Rujukan... 61
viii UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
DAFTAR TABEL
Tabel 3.4.1.1 Pembagian item-item dalam kuesioner Body Image
Tabel 3.4.2.1 Kriteria Alternatif Jawaban Alat Ukur Body Evaluation
Tabel 3.4.2.2 Kriteria Alternatif Jawaban Alat Ukur Body Investment
Tabel 3.4.2.3 Kategori Skor Total Body Evaluation dan Body Investment
Tabel 3.4.2.4 Kategori Skor Body Image
ix UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
DAFTAR SKEMA
Skema 1.1 Skema Kerangka Pemikiran
x UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Penunjang
Lampiran 2 Skor Data Mentah Body Evaluation & Body Investment
Lampiran 3 Hasil Uji Validitas Kuesioner Body Image
Lampiran 4 Kuesioner Body Evaluation & Body Investment
Lampiran 1
A. Tabulasi Silang antara Body Image dan Usia
Body Image
B. Tabulasi Silang antara Body Image dan Pekerjaan
C. Tabulasi Silang antara Body Image dan Kebiasaan Olahraga Teratur
D. Tabulasi Silang antara Body Image dan Rutinitas Fitness
E. Tabulasi Silang antara Body Image dan Cultural Socialization
Body Image
F. Tabulasi Silang antara Body Image dan Physical Characteristic
Body Image
G. Tabulasi Silang antara Body Image dan Personality Attributes
H. Tabulasi Silang antara Body Image dan Interpersonal Experience
Body Image
Cenderung Positif 16 44,44%
20 55,56%
36 100%
Lampiran 2
Skor Data Mentah Body Evaluation
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total Kesimpulan
Lampiran 3
Hasil Uji Validitas Kuesioner Body Image
No. Item Korelasi Spearman Kesimpulan
1 0,561 Terima
Lampiran 4
KUESIONER BODY EVALUATION
Petunjuk:
Berikut ini Saudara diminta untuk memberikan jawaban berdasarkan penilaian
Saudara terhadap penampilan fisik, kebugaran dan kesehatan tubuh Saudara. Berikanlah
jawaban Saudara dengan memberikan tanda checklist ( √ ) pada salah satu kolom yang
paling mewakili keadaan tubuh Saudara. Tidak ada jawaban yang salah jika jawaban
tersebut sesuai dengan keadaan diri Saudara.
Adapun pilihan jawaban yang disediakan adalah sebagai berikut:
Sangat Puas : jika bagian tubuh tersebut ideal, dengan kata lain tidak memiliki
kekurangan apapun sehingga merasa sangat puas dengan bagian
tubuh tersebut.
Puas : jika bagian tubuh tersebut hampir ideal, dengan kata lain
memiliki sedikit kekurangan yang bisa diabaikan sehingga
merasa puas dengan bagian tubuh tersebut.
Tidak Puas : jika bagian tubuh tersebut tidak ideal, dengan kata lain memiliki
sedikit kekurangan yang cukup mengganggu sehingga merasa
tidak puas dengan bagian tubuh tersebut.
Sangat Tidak Puas : jika bagian tubuh tersebut sangat tidak ideal, dengan kata lain
banyak kekurangan yang sangat mengganggu sehingga merasa
sangat tidak puas dengan bagian tubuh tersebut.
No. Bagian Tubuh Sangat 1 Wajah secara keseluruhan
2 Kondisi kulit wajah 3 Mata (bentuk, warna) 4 Hidung (bentuk) 5 Bibir (bentuk) 6 Gigi (warna, susunan) 7 Dagu (bentuk, ukuran)
8 Rambut (warna, tebal, tekstur) 9 Kulit
10 Bokong
11 Lingkar pinggul 12 Lingkar pinggang 13 Leher
22 Penampilan secara keseluruhan 23 Kekuatan fisik
24 Daya tahan fisik 25 Kemampuan atletik 26 Kebugaran tubuh 27 Pola hidup teratur
KUESIONER BODY INVESTMENT
Petunjuk:
Berikut ini Saudara diminta untuk memberikan jawaban berdasarkan penilaian
Saudara terhadap penampilan fisik, kebugaran dan kesehatan tubuh Saudara. Berikanlah
jawaban Saudara dengan memberikan tanda checklist ( √ ) pada salah satu kolom yang
paling mewakili keadaan tubuh Saudara. Tidak ada jawaban yang salah jika jawaban
tersebut sesuai dengan keadaan diri Saudara.
Adapun pilihan jawaban yang disediakan adalah sebagai berikut:
Sangat Penting : jika Saudara pikir kondisi tersebut sangat penting bagi Saudara.
Dengan kata lain Saudara akan berusaha sangat keras untuk
mempertahankan kondisi tersebut.
Penting : jika Saudara pikir kondisi tersebut penting bagi Saudara.
Dengan kata lain Saudara akan berusaha keras untuk
mempertahankan kondisi tersebut.
Tidak Penting : jika Saudara pikir kondisi tersebut tidak penting bagi Saudara.
Dengan kata lain Saudara jarang berusaha untuk
mempertahankan kondisi tersebut.
Sangat Tidak Penting : jika Saudara pikir kondisi tersebut sangat tidak penting bagi
Saudara. Dengan kata lain Saudara tidak berusaha sama sekali
untuk mempertahankan kondisi tersebut.
No. Bagian Tubuh Sangat 1 Wajah secara keseluruhan
2 Kondisi kulit wajah 3 Mata (bentuk, warna)
4 Hidung (bentuk)
5 Bibir (bentuk)
6 Gigi (warna, susunan) 7 Dagu (bentuk, ukuran)
8 Rambut (warna, tebal, tekstur)
9 Kulit
22 Penampilan secara keseluruhan
23 Kekuatan fisik
24 Daya tahan fisik
25 Kemampuan atletik
26 Kebugaran tubuh
27 Pola hidup teratur
28 Perhatian terhadap penyakit
29 Konsumsi makanan sehat
Lampiran 5
Majalah Men’s Health
Salah satu dari media informasi yang menyajikan artikel-artikel dan gambar
mengenai tubuh ideal adalah majalah Men’s Health. Majalah yang dipublikasikan pertama
kali pada tahun 1987 oleh Rodale Press di kota Emmaus, negara bagian Pennsylvania,
Amerika Serikat, adalah majalah gaya hidup laki-laki terbanyak sirkulasinya di dunia.
Majalah ini memberikan pembacanya berbagai informasi mengenai kesehatan tubuh,
bentuk tubuh ideal, kehidupan seks, hingga gaya hidup pria. Beberapa artikelnya secara
rutin memuat cara pembentukan dan pengencangan tubuh melalui program fitness,
olahraga, diet dan nutrisi. Gambar-gambar yang dirampilkan memberikan ekspektasi sosial
mengenai bentuk tubuh pria yang ideal. Hingga kini Men’s Health terbit dalam 36 edisi
tersebar di 48 negara (www.rodale.com, Januari, 2006).
Pada tahun 1995 majalah ini terbit di Inggris dan sejak tahun 1997 memiliki
franchise di 32 negara dan diterbitkan dalam 5 bahasa. Di Indonesia, majalah Men’s Health terbit sejak September 2001. Majalah ini memposisikan dirinya sebagai majalah gaya hidup pria yang memberikan informasi dalam bentuk tips dan saran mengenai
validitas tubuh, kesehatan, seks, fashion, karir, dan berbagai topik lainnya. Majalah ini
memiliki tiras 45.000 eksemplar setiap bulannya ke seluruh Indonesia. Dalam setiap
edisinya, majalah ini memiliki komposisi sebagai berikut: kebugaran (fitness) 20%,
kesehatan 20%, fashion 15%, seks 15%, diet dan nutrisi 10%, psikologi 10%, keluarga 7%,
dan lain-lain 3%. Rentang usia target pasar Men’s Health ialah 20-40 tahun dengan
mayoritas pelanggannya berusia 25-29 tahun (33%).
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pria yang baru saja memasuki masa dewasa awal (21-40 tahun) memiliki
dua kriteria agar dapat disebut dewasa, yaitu mencapai kemandirian ekonomi dan
kemandirian dalam membuat atau mengambil suatu keputusan. Salah satu kriteria
pada pria agar dapat dikatakan memasuki masa dewasa awal adalah ketika pria
tersebut mendapatkan pekerjaan full-time dan menetap. Selain itu, pria yang
memasuki masa dewasa awal harus dapat berinteraksi dengan lingkungan dan
salah satu cara untuk memenuhi tugas perkembangan tersebut adalah dengan
bekerja (Santrock, 1995).
Banyak pria yang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan agar dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga tidak lagi bergantung kepada orang lain.
Akan tetapi, untuk memasuki dunia kerja ternyata tidak mudah. Pada saat ini,
banyak sekali tuntutan yang harus dipenuhi oleh pria yang akan bekerja, salah
satunya adalah berpenampilan menarik. Hal ini jelas sekali terlihat pada berbagai
persyaratan yang terdapat pada iklan-iklan lowongan pekerjaan yang sebagian
besar mencantumkan bahwa calon karyawan yang dibutuhkan baik pria maupun
wanita harus memiliki penampilan yang menarik (KOMPAS, Senin 1 September
2007, kolom karier).
Penampilan yang menarik pada pria sebenarnya merupakan suatu penilaian
yang sangat subjektif dari lingkungan terhadap individu tersebut. Untuk lebih
2
percaya diri dalam berinteraksi dengan lingkungannya, banyak pria yang berusaha
untuk tampil semenarik mungkin. Perasaan individu terhadap tubuhnya untuk
berpenampilan menarik dapat berupa kepuasan atau ketidakpuasan. Hal ini
merupakan pengertian umum dari body image.
Cash dan Pruzinsky (dalam Thompson, et al, 1999) mengemukakan bahwa
body image adalah sikap yang dimiliki pria yang memasuki masa dewasa awal terhadap tubuhnya, yang meliputi evaluasi dan orientasi terhadap penampilan
fisik, kebugaran dan kesehatan. Thompson, et al, (1999) juga mengemukakan
bahwa body image adalah representasi internal dan persepsi individu tentang tubuhnya. Misalnya ketika individu merasa bahwa tubuhnya lengkap atau tidak,
atau ketika individu merasa bahwa tubuhnya tinggi atau pendek, gemuk atau
kurus. Hal ini dapat berpengaruh besar terhadap bagaimana individu menghayati
dirinya dan dalam menjalani kehidupannya sehari-hari baik di lingkungan sosial
maupun dalam lingkungan pekerjaan.
Lebih lanjut dijelaskan oleh Cash (2002), kepuasan atau ketidakpuasan
terhadap bentuk tubuh merupakan salah satu dimensi dari body image yang
disebutnya sebagai body evaluation. Kepala Sub-Bagian Bedah Plastik RS Hasan
Sadikin (RSHS) Bandung, Dr. Hardisiswo Sudjana, Sp.B.P., mengatakan bahwa
ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh tersebut salah satunya disebabkan oleh
adanya penimbunan lemak dalam tubuh. Tak heran jika kemudian upaya-upaya
membentuk tubuh ideal sebenarnya lebih banyak berkaitan dengan usaha atau
tindakan untuk mengurangi tumpukan lemak yang berlebih pada tubuh
(www.solusisehat.net, diakses 21 Maret 2008).
3
Selanjutnya, usaha yang dilakukan untuk memperbaiki penampilan fisik,
kebugaran tubuh dan kesehatan mencerminkan seberapa penting penampilan fisik,
kebugaran tubuh dan kesehatan tersebut bagi dirinya. Hal ini yang kemudian oleh
Cash (2002) disebut sebagai body investment. Usaha-usaha tersebut dapat berupa
sedot lemak (lipposuction), operasi bedah, atau sayatan pada bagian tertentu tubuh
yang dianggap banyak mengandung lemak, pemberian hormon penyusut lemak,
hingga diet makanan anti lemak dan olahraga yang bisa membakar lemak
(www.solusisehat.net, diakses 21 Maret 2008).
Tanpa mengenyampingkan bahwa tindakan bedah plastik sangat menolong
dan bisa dijadikan salah satu jalan menuju penampilan yang menarik, sebenarnya
masih ada cara atau jalan lain yang lebih mudah dan murah. Mungkin bagi
orang-orang tertentu yang sudah telanjur memiliki kelebihan lemak atau alasan-alasan
tertentu, tindakan bedah plastik adalah satu-satunya cara mendapatkan wajah
menarik dan tubuh ideal. Namun bagi sebagian orang, mendapatkan wajah
menarik dan tubuh ideal tidak saja relatif lebih mudah dan murah, tapi juga bisa
dilakukan sejak dini (www.solusisehat.net, diakses 21 Maret 2008).
Salah satu cara untuk mendapatkan wajah menarik dan tubuh ideal yang
bisa dilakukan adalah dengan pengaturan pola makan. Setiap bagian makanan
yang masuk ke tubuh harus mengikuti pola gizi seimbang dan sesuai kebutuhan.
Ahli gizi Dr. Nur Fatimah, M.Sc. menganjurkan bahwa pola makan seimbang
antara lain mengandung semua unsur yang dibutuhkan tubuh seperti protein tidak
boleh kurang dari 15% total kalori, karbohidrat 55%-65% total kalori, lemak
20%-25% total kalori. Di samping itu, tentu saja cukup vitamin, mineral, dan air.
4
"Selain pengaturan pola makan, faktor lain yang harus diperhatikan adalah
aktivitas fisik, berpikir positif dan penunjang," kata Fatimah.
Berkaitan dengan aktivitas fisik sehari-hari, dokter spesialis Bedah Plastik
Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, Dr. Kusmarwati, Sp.B.P., memandang
perlunya kegiatan olah raga rutin atau program kebugaran tubuh. Ada banyak
manfaat yang diperoleh dari program kebugaran tubuh, diantaranya adalah
penampilan yang sehat, postur tegap dan sehat, peredaran darah lancar, tidak
mudah cedera, mencegah osteoporosis, meningkatkan kesiapan mental dan rasa
percaya diri, penurunan risiko penyakit jantung dan stroke serta meningkatkan
kemampuan seksual. "Yang penting lagi, olah raga yang baik bisa menurunkan
kandungan lemak dan memelihara berat badan yang ideal," kata Kusmarwati
(www.solusisehat.net, diakses 21 Maret 2008).
Apabila individu tidak dapat memperoleh bentuk tubuh yang diharapkan
oleh dirinya maupun lingkungan, hal ini dapat memperbesar ketidakpuasan
terhadap tubuhnya yang akan berkembang menjadi negative body image (Heinberg dalam Thompson, 1996). Negative body image dapat menyebabkan individu memiliki harga diri yang rendah, depresi, dan menarik diri dari
lingkungan sosial khususnya lingkungan pekerjaan, bahkan mengalami disfungsi
seksual (Cash dan Grant dalam Thompson, 1996). Selain itu, body image yang
negatif dapat pula berkembang menuju gangguan-gangguan lain yang lebih serius
seperti body dysmorphic disorder yang dapat mengakibatkan individu menghabiskan jutaan rupiah untuk melakukan bedah plastik serta
gangguan-gangguan perilaku makan seperti anorexia nervosa dan bulimia.
5
Selama ini, penelitian tentang body image lebih banyak difokuskan pada
wanita daripada pria (Thompson, 1996; Thompson, et al, 1999). Walaupun
penelitian mengenai body image pada pria belum banyak, bukan berarti pria tidak
memiliki masalah body image. Menurut dokter spesialis bedah plastik RS Hasan
Sadikin (RSHS) Bandung, Dr. Teddy O.H. Prasetyono, Sp.B.P., perasaan untuk
berpenampilan menarik, dan ideal sangat dipengaruhi oleh body image culture,
yang merupakan keadaan di suatu daerah atau lingkungan dalam kurun waktu
tertentu yang mempengaruhi body image yang dimiliki oleh individu yang ada di
dalam daerah atau lingkungan tersebut. Body image culture tersebut berevolusi
dari waktu ke waktu, sehingga setiap periode sejarah akan menampilkan body
image culture yang berbeda.
Beberapa tahun terakhir ini, perhatian terhadap body image pada pria
perlahan mulai menunjukkan peningkatan (Pope, Phillips, dan Olivardia, 2000).
Garner (1997) menyatakan bahwa dalam suatu survei yang diterbitkan oleh
majalah Psychology Today, jumlah pria yang merasa tidak puas dengan bentuk tubuh mereka meningkat dari 15% pada tahun 1972 menjadi 43% pada tahun
1997 dan lebih banyak pria (38%) yang merasa tidak puas dengan bentuk dan
ukuran dada mereka dibandingkan dengan wanita (34%).
Dalam sebuah survei terhadap 1000 pria yang berusia antara 18-60 tahun
pada tahun 1989, yang dilakukan oleh Ruth Striegel, PhD, profesor di Wesleyan
University, Middletown, Connecticut, ditemukan bahwa 63% pria percaya bahwa
tampil menarik sangat penting dibanding 29% yang mengatakan demikian pada
survey serupa tahun 1973. Dalam 15 tahun, jumlah pria yang kecewa dengan
6
penampilan keseluruhan mereka bertambah dari satu per tujuh menjadi satu per
tiga (www.kcm.com, Oktober, 2007).
Di Indonesia, peeling, mencat rambut dan bedah plastik, merupakan tren
yang sedang digandrungi orang pada saat ini. Apakah semuanya itu merupakan
kegiatan wanita saja? Ternyata tidak lagi. Beberapa penelitian yang dilakukan
akhir-akhir ini yang kebanyakan dibiayai perusahaan kosmetik besar, menemukan
kecenderungan baru yang sebenarnya tak terlalu mengejutkan
(www.harianglobal.com, diakses 21 Maret 2008). Pria juga banyak berdandan
serta melakukan perawatan wajah dan tubuhnya di salon atau spa. Lebih dari itu,
penelitian-penelitian tersebut mengungkapkan betapa pria makin memerhatikan
penampilannya.
Kecenderungan kaum pria untuk "mempercantik" penampilan melalui
tindakan bedah kosmetik atau estetik dari tahun ke tahun semakin meningkat.
Kecenderungan tersebut semakin meningkat tajam menyusul munculnya tren atau
gaya hidup metroseksual. Beberapa tahun lalu, pria yang merawat wajah dan
tubuhnya dengan seksama bisa-bisa dicap sebagai gay. Perilaku berdandan
cenderung dianggap sebagai kegiatan wanita atau pria yang kewanita-wanitaan.
Mungkin dulu orang menganggap pria sejati adalah pria dengan bulu di wajah
yang tak tercukur, rambut yang tidak tersisir rapi, wajah keras dan tubuh berotot.
Namun kini pria modern adalah pria yang berwajah klimis dan berpakaian rapi
serta bersepatu mengkilap. Sebenarnya gejala tersebut tidak terlalu mengejutkan
dan tak bisa dibilang mengkhawatirkan. Ketika semua hidup dalam lingkungan
sosial dan dalam hampir semua situasi sosial, penampilan fisik dan kesan pertama
7
memegang peranan yang amat besar (www.harianglobal.com, diakses 21 Maret
2008).
Pria masa kini makin sadar dengan penampilan yang menarik merupakan
suatu tuntutan sosial, sehingga kecenderungan pria berdandan juga makin besar.
Hal ini dapat dilihat dari kecenderungan yang terjadi, yakni tidak ada seorang pun
termasuk pria yang mau datang mengikuti wawancara pekerjaan dengan
penampilan asal-asalan. Untuk pria, berdandan berarti sebuah proses atau usaha
untuk mengubah kekurangannya, bukan menyamarkannya. Untuk hal-hal yang tak
mungkin diubah, seperti kulit wajah kasar, alis yang bentuknya jelek, para pria
hanya bisa berharap bahwa itu tidak akan terlalu dipermasalahkan. Oleh karena
itu, produk-produk kecantikan untuk pria biasanya berupa treatment, seperti krim
penumbuh rambut, body building atau alat untuk membesarkan otot dada dan
lengan (www.harianglobal.com, diakses 21 Maret 2008).
Powers dan Erickson (dalam Cash, 2004), mengatakan bahwa dalam suatu
penelitian ditemukan pria yang mempersepsikan ukuran tubuhnya rata-rata akan
lebih puas dibandingkan dengan pria yang mempersepsikan tubuhnya kurus atau
gemuk, tanpa memandang ukuran tubuh yang sebenarnya. Dalam hal ini persepsi
sangat menentukan perasaan seseorang dalam memberikan label terhadap bentuk
tubuhnya. Banyak pula peneliti yang mengatakan kuatnya tuntutan masyarakat
mengenai standar penampilan ideal disebabkan tren yang berlaku dalam
masyarakat dapat mempengaruhi body image seseorang (Fallon dalam Thompson,
1996).
8
Adanya tuntutan untuk selalu tampil menarik dan mempunyai bentuk tubuh
ideal khususnya dalam dunia pekerjaan dapat mempengaruhi pria untuk mencapai
bentuk tubuh ideal tersebut (Mazur dalam Thompson, 1996). Selain itu, kuatnya
tuntutan masyarakat mengenai standar penampilan ideal disebabkan oleh peran
media massa yang menyebarkan informasi dan standar yang merupakan harapan
masyarakat (Jasper, Lakoff, Scherr, dan Thompson, dalam Thompson et. al,
1996). Media massa memiliki pengaruh yang kuat karena dianggap sebagai acuan
dari selera mayoritas masyarakat. Media massa tidak hanya memberikan
informasi mengenai bentuk tubuh ideal tetapi juga memberitahukan cara
mencapainya melalui artikel mengenai diet dan olahraga (Moore, Silberstein,
Rodin dalam Thompson, 1996).
Banyak pria yang merasa tidak nyaman dengan tubuh mereka seiring
dengan adanya gambar-gambar di media yang memperlihatkan bentuk tubuh yang
ideal bagi pria. Menurut McCabe dan Ricciardelli (dalam Cash, 2004), media
tampaknya sangat berpengaruh dalam menyebarkan image bahwa untuk
berpenampilan menarik secara fisik, seorang pria haruslah memiliki perut yang
rata dan berotot, berdada bidang, serta memiliki otot biseps yang menonjol.
Salah satu media informasi yang telah disebutkan di atas adalah majalah
Men’s Health. Kemunculan majalah kesehatan seperti Men’s Health yang menampilkan model pria berbadan kekar dan ideal sangat mempengaruhi rasa
percaya diri para pria (www.netdoctor.co.uk, Januari, 2006). Ketika mereka
membandingkan diri mereka dengan model-model di majalah dan mendapati
beberapa hal yang tidak mereka miliki, maka hal ini dapat mengarah pada
9
munculnya ketidakpuasan pada tubuhnya. Mereka menjadi depresi, tidak percaya
diri saat bekerja, marah, bahkan cemas untuk keluar rumah karena malu pada
tubuhnya (Jung & Lennon, 2003; Han, 2003).
Majalah yang dipublikasikan pertama kali pada tahun 1987 oleh Rodale
Press di kota Emmaus, negara bagian Pennsylvania, Amerika Serikat, adalah majalah gaya hidup laki-laki terbanyak sirkulasinya di dunia. Majalah ini memberi
pembacanya berbagai informasi mengenai kesehatan tubuh, bentuk tubuh ideal,
penampilan menarik, kehidupan seks, hingga gaya hidup pria. Artikelnya secara
rutin memuat cara pembentukan dan pengencangan tubuh melalui program
fitness, olahraga, diet dan nutrisi. Gambar-gambar yang ditampilkan memberikan
ekspektasi sosial mengenai bentuk tubuh pria yang ideal. Hingga kini majalah
Men’s Health telah menerbitkan 36 edisi yang tersebar di 48 negara (www.rodale.com, Januari, 2006).
Di Indonesia, majalah Men’s Health terbit sejak September 2001.
Dibandingkan majalah pria lain yang kebanyakan hanya memberikan informasi
seputar eksploitasi seksual dan teknologi, majalah Men’s Health memosisikan
dirinya sebagai majalah gaya hidup pria yang memberikan informasi dalam
bentuk tips dan saran mengenai vitalitas tubuh, kesehatan, seksualitas, fashion,
karir dalam bekerja dan berbagai topik lainnya. Majalah ini mendistribusikan
45.000 eksemplar setiap bulannya ke seluruh Indonesia. Dalam setiap edisinya,
majalah ini memiliki komposisi sebagai berikut, yaitu kebugaran (fitness) 20%,
kesehatan 20%, fashion 15%, diet dan nutrisi 10%, psikologi 10%, keluarga 7%
dan lain-lain 3%.
10
Majalah Men’s Health cukup memberikan pengaruh tentang kesadaran pembacanya terhadap body image-nya (www.menshealth.co.id, April, 2006).
Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan survei awal terhadap 10 orang pria
pembaca Men’s Health yang sudah berlangganan atau membaca berturut-turut minimal selama satu tahun. Dari hasil survei diperoleh informasi sebagai berikut:
Sebanyak 9 dari 10 pria merasa mereka belum sempurna dalam menjalani pola
hidup dan olahraga teratur. Sebanyak 8 dari 10 pria mengatakan bahwa mereka
belum puas dengan penampilan fisik, bentuk tubuh, kekuatan otot, atau stamina
yang dimiliki saat ini. Mereka mengatakan bahwa mereka kurang merasa
proporsional antara tinggi badan dan berat badan sehingga berpengaruh terhadap
kepuasan tubuhnya. Namun sebanyak 4 dari 10 pria mengatakan bahwa mereka
tidak terlalu khawatir, dengan alasan karena ingin menjadi diri sendiri dan mereka
mengatakan bahwa yang penting memiliki tubuh yang fit.
Dari survei di atas dapat diketahui bahwa lebih dari 70% pria yang
berlangganan majalah Men’s Health memiliki body image yang negatif karena
kebanyakan dari mereka merasa tidak puas dengan bentuk tubuhnya. Keinginan
para pria yang berlangganan majalah Men’s Health untuk memiliki tubuh ideal
seringkali menimbulkan masalah, yang kemudian mendorong pria untuk berusaha
melakukan berbagai cara agar tujuan berpenampilan ideal dapat tercapai. Para pria
tersebut berkeinginan untuk memiliki bentuk tubuh seperti yang ditampilkan
dalam artikel-artikel yang terdapat pada majalah Men’s Health. Selain itu, mereka
juga mulai mengadopsi pola hidup dan olahraga teratur seperti yang ditampilkan
oleh artikel majalah Men’s Health.
11
Berbekal dari masalah-masalah yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti
tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai body image pada pria dewasa
awal yang berlangganan majalah Men’s Health di Kota Bandung.
1.2 Identifikasi Masalah
“Bagaimana body image yang dimiliki oleh pria dewasa awal yang berlangganan majalah Men’s Health di kota Bandung”
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui body image pada pria
dewasa awal yang berlangganan majalah Men’s Health di kota Bandung.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran
mengenai body image yang meliputi seberapa puas dan seberapa penting penampilan fisik (appearance), kebugaran (fitness), serta kesehatan
(health/illness) pada pria yang berlangganan majalah Men’s Health.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Ilmiah
• Kegunaan ilmiah penelitian ini adalah untuk memberikan informasi bagi ilmu
Psikologi khususnya bidang Psikologi Perkembangan dan Psikologi Klinis
mengenai body image pada pria yang berlangganan majalah Men’s Health.
12
• Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi
bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai body image pada
pria yang berlangganan majalah Men’s Health.
1.4.2 Kegunaan Praktis
• Memberikan informasi kepada pria yang berlangganan majalah Men’s Health,
tentang gambaran body image nya agar mereka mampu memenuhi tuntutan
sosial khususnya di bidang pekerjaan.
• Memberikan informasi dan masukan kepada redaksi majalah Men’s Health,
sehingga diharapkan pihak redaksi dapat terus meningkatkan kualitas dan mutu
artikel-artikel yang terdapat pada majalah Men’s Health agar para pembaca
mendapatkan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan body image.
1.5 Kerangka Pemikiran
Penampilan yang menarik pada individu sebenarnya merupakan suatu
penilaian yang sangat subjektif dari lingkungan terhadap individu tersebut. Oleh
karena itu, untuk lebih percaya diri dalam berinteraksi dengan lingkungannya,
banyak individu khususnya pria yang berusaha untuk tampil semaksimal mungkin
sesuai dengan tuntutan masyarakat terutama terhadap tuntutan dari tempatnya
bekerja, yang senantiasa mengharuskan untuk berpenampilan menarik. Perasaan
individu terhadap tubuhnya untuk berpenampilan menarik dapat berupa kepuasan
atau ketidakpuasan.
13
Cash dan Pruzinsky (dalam Thompson, et al, 1999) mengemukakan bahwa
body image adalah sikap yang dimiliki pria yang memasuki masa dewasa awal terhadap tubuhnya, yang meliputi evaluasi serta orientasi terhadap penampilan
fisik, kebugaran dan kesehatan. Dalam perspektif kognitif-behavioral-nya, Cash
menyatakan bahwa body image merupakan sikap yang dibentuk sebagai hasil dari
proses kognitif, emosi, dan perilaku terhadap kejadian-kejadian di lingkungan
individu tersebut yang dibentuk oleh body image schema. Menurut Aaron Beck
(dalam Cash, 2002), body image schema merupakan belief yang dimiliki individu
mengenai dirinya mengenai pentingnya pengaruh penampilan fisik, kebugaran dan
kesehatan dalam hidup. Apabila individu menempatkan keadaan fisik sebagai
suatu hal yang utama dalam menilai dirinya, maka stimulus-stimulus yang
berhubungan dengan fisik akan mempengaruhi body image schema.
Lebih lanjut Cash (2002) menyatakan body image schema terdiri atas dua
dimensi, yaitu body evaluation yang merujuk kepada penilaian puas atau tidaknya
pria dewasa awal akan tubuhnya dan body investment yang merujuk kepada
seberapa penting penampilan fisik pada pria dewasa awal. Penentuan body image
positif atau negatif melibatkan dua dimensi body image yang didasari oleh schema
tersebut. Body investment yang tinggi meningkatkan kecenderungan untuk memiliki body image yang negatif karena body investment mengacu pada pentingnya fungsi kognitif, emosi, dan perilaku terhadap tubuh yang akan
mempengaruhi evaluasi pribadinya. Jika body investment tinggi dan body
evaluation rendah maka pria dewasa awal akan memiliki body image negatif.
14
Sebaliknya body evaluation yang tinggi akan meningkatkan kecenderungan
untuk pria dewasa awal memiliki body image yang positif karena mengacu pada
positif atau negatifnya penilaian dan belief tentang penampilan fisik, kebugaran
dan kesehatan tubuhnya. Oleh karena itu, pria dewasa awal dengan body
investment yang tinggi perlu memiliki body evaluation yang tinggi pula untuk dapat dikatakan memiliki body image positif. Dengan penilaian yang tinggi
mengenai pentingnya penampilan fisik, kebugaran dan kesehatan tubuhnya, pria
dewasa awal sebaiknya merasakan kepuasan yang tinggi pula terhadap
penampilan fisik, kebugaran, dan kesehatan tubuhnya tersebut agar mencapai
body image yang positif.
Pria dewasa awal yang memiliki body investment rendah dan body
evaluation tinggi juga akan menghayati perasaan puas terhadap penampilan fisik, kebugaran dan kesehatan tubuhnya sehingga memiliki body image yang positif.
Pria dewasa awal dengan body investment rendah akan dapat memiliki body image
yang positif jika memiliki body evaluation yang tinggi karena keadaan fisiknya
tidak dipersepsi sebagai hal yang terlalu penting dalam kehidupannya. Cash
(2002) menyatakan bahwa body image memiliki peran yang vital dalam kualitas
kehidupan sehari-hari, yaitu berpengaruh terhadap emosi, kognitif, dan perilaku,
dalam menjalin relasi baik secara umum maupun terhadap orang-orang terdekat
khususnya dalam lingkungan pekerjaan.
Perkembangan body image berjalan sepanjang masa kehidupan dan dipengaruhi oleh orang yang signifikan serta berperan penting dalam kehidupan.
Terdapat empat faktor yang mempengaruhi body image schema seseorang (Cash,
15
1994 dalam Cash et al 1997). Faktor yang pertama adalah physical characteristics
yang meliputi keadaan fisik seperti tinggi badan, bentuk otot, kondisi-kondisi kulit
seperti jerawat, cacat yang diperoleh, perubahan elastisitas kulit, dan ketebalan
rambut. Kemudian personality attributes misalnya self-esteem (self-esteem tinggi
akan menyebabkan penghayatan yang positif terhadap tubuh), attachment system
(kasih sayang dan attachment yang aman dapat meningkatkan kecenderungan
body image yang positif), nilai dan sikap yang berbasis gender (perempuan yang mendukung sikap gender tradisional dalam hubungan dengan laki-laki) akan lebih
mementingkan penampilan. Selanjutnya adalah interpersonal experience, yaitu
penilaian yang diberikan lingkungan kepada pria dewasa awal yang merupakan
umpan balik yang ikut mempengaruhi body image-nya. Umpan balik tersebut
dapat berupa harapan-harapan, opini, komunikasi baik verbal maupun non-verbal
yang disampaikan dalam interaksi dengan anggota keluarga, teman, orang-orang
sebaya lain dan bahkan oleh orang asing. Faktor yang terakhir adalah cultural
socialization, yaitu pesan-pesan dari lingkungan yang menyisipkan suatu standar atau harapan mengenai penampilan dan karakter fisik, dan media massa
memegang peranan penting dalam hal ini.
Faktor cultural socialization dimulai dengan pendapat tentang tubuh ideal dan standar fisik yang ada di masyarakat yang kemudian diinternalisasi oleh
individu yang terlibat di dalamnya (Handy dalam Thompson. et al, 1999). Pria
dewasa awal akan membandingkan tubuhnya sendiri dengan tubuh ideal dan
dengan standar fisik di masyarakat berupa tubuh yang kekar dan macho yang
kemudian akan membentuk persepsi tentang tubuhnya.
16
Heinberg dan Thompson (dalam Han, 2003) telah meneliti pengaruh dari
exposure media terhadap kepuasan body image. Mereka mendapatkan hasil bahwa orang-orang yang sering terekspos gambar-gambar yang menampilkan
penampilan fisik yang ideal mengalami kepuasan body image yang rendah bila
dibandingkan dengan orang-orang yang kurang terekspos gambar-gambar yang
sama. Image pria dewasa yang kurus, tidak berlemak, dan berotot merupakan hal
yang disorot dalam berbagai majalah fashion dan advertising. Oleh karena itu,
banyak pria yang kemudian terpengaruh image yang ditampilkan media massa
tersebut dan menginginkan untuk memiliki bentuk tubuh yang ideal, seperti tubuh
yang lebih tinggi, perut rata, dan pinggul yang kecil.
Antara majalah pria yang disorot karena turut menghadirkan ekspektasi
sosial, Men’s Health adalah salah satu majalah yang konsisten dalam memberikan
tips olah tubuh bagi pembacanya. Selain memberikan informasi gaya hidup,
majalah ini juga memberikan tips membentuk tubuh ideal yang menampilkan
model yang bertubuh kekar dan atletis (Y. Kartohadiprodjo, 2004). Selain itu,
Majalah Men’s Health cukup banyak menekankan mengenai pentingnya penampilan fisik, kebugaran dan kesehatan tubuh yang kemudian dapat
mempengaruhi pentingnya (body investment) hal-hal tersebut bagi pembacanya.
Artikel-artikelnya secara rutin memuat cara pembentukan dan pengencangan
tubuh melalui program fitness, olahraga, dan diet nutrisi. Stimulus yang berasal
dari berbagai artikel tersebut kemudian menjadi stimulus bagi belief yang
tertanam dalam diri pembacanya.
17
Pria dewasa awal yang berlangganan majalah Men’s Health ini kemudian
merasa puas (body evaluation) dengan kondisi fisiknya dan merasa bahwa
penampilan fisik menjadi suatu hal yang penting atau merasa bahwa penampilan
fisik bukan lagi hal yang penting (body investment) yang harus diperhatikan. Pria
dewasa awal akan merasa tidak nyaman dan tidak puas dengan kondisi fisiknya
sehingga kondisi fisik pun dipandang sebagai suatu hal yang penting dan disertai
usaha pria dewasa awal untuk memperbaiki penampilan fisik, kebugaran, dan
kesehatan tubuhnya. Usaha-usaha yang dilakukan oleh pria dewasa awal yang
berlangganan majalah Men’s Health untuk senantiasa menjaga dan
memperhatikan penampilan fisik, kebugaran dan kesehatannya kemudian akan
mempengaruhi body image pria dewasa awal ke arah positif atau negatif.
18
BODY IMAGE
•Penampilan fisik •Kebugaran •Kesehatan
Positif
Negatif Personality
Attributes Physical
Characteristics
Interpersonal Experience
Exposure Media : Majalah Men’s Health
Body Image Schema
Cultural Socialization
•Body Evaluation •Body Investment
Skema 1.1 Skema Kerangka Pemikiran
19
1.6 Asumsi Penelitian
Setelah menelaah uraian di atas, maka didapatkan asumsi-asumsi sebagai
berikut:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi dan melatarbelakangi pembentukan body
image schema pria dewasa awal adalah cultural socialization, physical characteristics, personality attributes dan interpersonal experience.
2. Majalah Men’s Health merupakan salah satu faktor cultural socialization yang
mempengaruhi body image pria dewasa awal.
3. Body image pria dewasa awal yang berlangganan majalah Men’s Health terdiri atas dua dimensi yaitu body evaluation dan body investment.
4. Setiap dimensi body image, yaitu body evaluation dan body investment
masing-masing memiliki indikator penampilan fisik (appearance), kebugaran (fitness)
dan kesehatan (health/illness).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap hasil penelitian
mengenai body image pada pria dewasa awal yang berlangganan majalah Men’s Health di kota Bandung, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Pria dewasa awal yang berlangganan majalah Men’s Health di kota Bandung
lebih banyak memiliki body image yang negatif.
2. Terdapat kecenderungan keterkaitan antara physical characteristics dengan
body image pada pria yang berlangganan majalah Men’s Health di kota Bandung.
5.2 Saran
5.2.1 Saran bagi Penelitian Lanjutan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti memberikan
saran kepada peneliti selanjutnya untuk:
1. Melakukan penelitian yang sejenis pada pelanggan majalah Men’s Health yang
memiliki populasi lebih luas dan berkarakteristik lebih heterogen agar
diperoleh gambaran yang lebih tepat mengenai body image pria dewasa awal.
2. Meneliti pengaruh dan hubungan antara physical characteristics, personality attributes, interpersonal experience dan cultural socialization terhadap body image pria dewasa awal.
58
5.2.2 Saran Guna Laksana
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti memberikan
saran:
1. Kepada redaksi majalah Men’s Health agar memberikan tips serta artikel yang
tepat untuk meningkatkan kepercayaan diri dan menjaga penampilan fisik agar
senantiasa menarik kepada para pembaca dan pelanggannya dalam rangka
menjaga body image yang positif.
2. Kepada pelanggan majalah Men’s Health agar senantiasa menerima keadaan
dan penampilan fisiknya sehingga dapat membangun body image yang positif.
DAFTAR PUSTAKA
Cash, T. F; J.R. Ancis; and M.D. Strachan. 1997. Gender Attitudes, feminist identity, and body images among college women. Sex Roles: A journal of research. Available online at www.findarticles.com (diakses, Maret 2007) Cash, T. F & Pruzinsky, T. 2004. Body Image: A handbook of theory, research, and clinical service. New York: Guilford
Cusumano, D.L., & Thompson, J.K. 1997. Body Image and body shape ideals in magazines : Exposure, Awareness, and Internalization. Sex Roles , 37, 701-721.
Fox, R.F. 1996. Harvesting Minds: How TV, Commercials Control Kids. Praeger Publishing: Westport, Connecticut.
Garner, D. M. 1997. The Body Image Survey. Psychology Today, 23-84.
Hoyt, W.D., & Kogan, L. R. 2001, Agustus. Satisfaction with Body Image and Peer Relationships for Males and Females in a College Environment. Sex Roles : A journal of research. Retrieved January 19, 2006.
Jung, J., & Lennon, S.J. 2003, September. Body image, appearance self schema, and media images. Family and Consumer Sciences Research Journal. 32,
1, 27-51.
Nazir., Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Pope, H. G., Phillips, K. A. , & Olivardia, R. (2000). The adonis complex : The secret crisis of male body obsession. New York : The Free Press.
Sugiyono, Prof. Dr. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Taylor, S.E .1999. Health Psychology (4th ed.). Singapore: McGraw-Hill.
Thompson, J.K. 1996. Body Images, Eating Disorders, and Obesity: An integrative guide for assesment and treatment. Washington, DC: American Psychological Association.
Thompson, J.K., Heinberg, L.J., Altabe, M., & Tantleff-Dunn, S. 1999. Exacting Beauty: Theory, assesment and treatment body image disturbance. Washington, DC: American Psychological Association.
Tiggemann, M., & McGill, B. 2004, February. The role of social comparison in the effect of magazine advertisements on women’s mood and body dissatisfaction. Journal of social and clinical psychology, 21,1, 23-45. Siegel, Sidney. 1997. Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta :
PT. Ikrarmandiriabadi.
DAFTAR RUJUKAN
Halim., Yohana. 2003. Hubungan antara Body Image dan Self Esteem pada Model Pemula di Kota Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
KOMPAS, Senin 1 September 2007
www.edreferral.com Eating Disorder Referral and Information Center International Eating Disorder Referral Organization Body Image, (diakses September 2007)
www.findarticles.com Gender Attitudes, feminist identity, and body images among college women. Sex Roles: A journal of research. (diakses, Maret 2007)
www.harianglobal.com Pria pun Ingin Mempercantik diri (diakses 21 Maret 2008)
www.healthyplace.com Eating Disorders: Do Body and Food Issues Differ by Culture?, (diakses 9 Maret 2008)
www.kcm.com Seberapa burukkah aku? (diakses, Oktober 2007)
www.lamar.colostate.edu Satisfaction with body image and peer relationships for males and females in a college environment. Sex Roles : A journal of research. (diakses, November 2007)
www.menshealth.co.id (diakses, April 2006)
www.rodale.com Our Products: Magazines (diakses, Oktober 2007)
www.solusisehat.net, Menuju Tubuh Ideal tidak Perlu Mahal (diakses 21 Maret 2008)
www.wikipedia.com Research: measuring body image (diakses September 2007)