PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN TRADE APROBLEM DENGAN REWARDTERHADAP
KEMAMPUANPEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VIII MTsNTANJUNG PURA MATERI
KUBUS DAN BALOKT.A 2013 / 2014
Oleh :
Siti Hadijah NIM 4102111018
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Trade A Problem Dengan Reward Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa Kelas VIII MTsN Tanjung Pura Materi Kubus Dan Balok T.A 2013/2014”.
Dalam Penyusunan Skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak baik dalam bentuk moril maupun material sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu, dengan sepenuh hati, penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd selaku dosen
Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan bantuan berupa arahan,
bimbingan dan saran kepada penulis guna kesempurnaan skripsi ini. Bapak Prof.
Dr. Sahat Saragih, M.Pd, Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd, Dra. Katrina Samosir, M.Pd
sebagai dosen pemberi saran yang telah memberi masukan mulai dari
perencanaan penelitian sampai dengan penyusunan skripsi ini dan kepada
BapakDr. W. Rajagukguk selaku dosen Pembimbing Akademik. Ucapan terima
kasih jugadisampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku rektor
Universitas NegeriMedan, beserta staf pengawas direktorat, Bapak Prof. Drs.
Motlan, M.Sc, Ph.D, selaku Dekan FMIPA, kepada Bapak Drs. Syafari, M.Pd
sebagai Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, selaku
sekretaris jurusan pendidikan matematika FMIPA UNIMED,beserta seluruh
Bapak dan Ibu Dosen serta staf pegawai FMIPA Unimed. Terima kasih buat
Bapak Drs. Musianto, MA selaku kepala sekolah MTsN Tanjung Pura dan Ibu
Yuni Fakhriah S.Pdselaku guru matematika, serta seluruh Bapak dan Ibu guru
MTsN Tanjung Pura yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian.
Teristimewa penulis sampaikan terima kasih kepada ayahanda Abdurrahman dan
ibunda Asmarawati yang telah banyak memberi kasih sayang, dukungan baik
moril maupun materil, nasehat, dan doa sehingga perkuliahan dan penyusunan
skripsi ini dapat terlaksana dengan baik. Kepada Kakak saya Nurjannah yang
telah memberi semangat dan motivasi kepada penulis. Penulis ucapkan terima
penulisdalam menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa juga ucapan terima kasih kepada
sahabat-sahabatkuM. Yusuf dan DIK MAT 2010 C (Reguler Matematika 2010C),
diantaranya Sirry, Tya, Putri, Sotar, Vani, Baya, Yuli, Wilda, Rika, Nurul, Nila, Fi’i serta teman-teman lain yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatunamanya, teman-teman PPLT 2013 SMP 2Langkat Indah dan teman-teman
sesama mahasiswa/i jurusan pendidikan matematika terutama stambuk 2010A, B,
dan Ekstensi.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi
ini, namun penulis menyadari kemungkinan masih banyak kekurangan dalam
skripsi ini baik dari segi isi, maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca. Penulis berharap kiranya
skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis dan pembaca dalam usaha
peningkatan pendidikan dimasa yang akan datang.
Medan, Agustus 2014
Penulis,
iii
PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN TRADE APROBLEM DENGAN REWARDTERHADAP
KEMAMPUANPEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VIII MTsNTANJUNG PURA MATERI
KUBUS DAN BALOK T.A 2013 / 2014
SITI HADIJAH (NIM 4102111018) ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan karena rendahnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika yang non rutin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh yang terjadi sebagai akibat dari penggunaan metode pembelajaran Trade A Problem terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII MTsN Tanjung Pura T.A 2013/2014.
Penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian quasi eksperimen (eksperimen semu). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTsN Tanjung Pura, dimana sampel dipilih secara acak dan yang terpilih adalah kelas VIII-3 dengan jumlah siswa 39 orang sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-4 dengan jumlah siswa 40 orang sebagai kelas kontrol.
Penelitian ini didukung oleh beberapa penelitian yang relevan yaitu penelitian yang dilakukan Reza Apriska (2011) dan penelitian yang dilakukan Noor Afifah (2013). Didalam proses pelaksanaannya penelitian ini menggunakan beberapa perangkat pembelajaran seperti : RPP, lembar aktivitas siswa (LAS), dan buku pegangan siswa. Instrumen pengumpul data yang digunakan berupa tes kemampuan pemecahan masalah yang terdiri dari pre-test dan pos-test dan masing-masing memuat 3 soal essay yang sebelumnya telah diuji cobakan dan dinyatakan valid.
Rata-rata nilai pos-test dikelas eksperimen adalah sebesar 69,0833, dan rata-rata dikelas kontrol sebesar 81,367521.Berdasarkan perhitungan uji hipotesis menggunakn uji t satu pihak (pihak kanan) diperoleh t hitung = 5,8109 dant tabel = 1,6672 dengan dk = 77 dan taraf nyata α = 0,05. Dapat dilihat bahwa thitungtidak berada diantara interval -1,6672< t <1,6672sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. artinya kemampuan pemecahan matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode pembelajaran Trade A Problem dengan Reward lebih baik daripada kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vi
Daftar Gambar viii
Daftar Tabel ix
Daftar Lampiran xi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Identifikasi Masalah 7
1.3 Batasan Masalah 7
1.4 Rumusan Masalah 7
1.5 Tujuan Penelitian 8
1.6 Manfaat Penelitian 8
1.7 Defenisi Operasional 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis 10
2.1.1 Masalah 10
2.1.2 Kemampuan Pemecahan Masalah Dalam Matematika 12
2.1.3 Model Pembelajaran 20
2.2 Materi Ajar 30
2.2.1 Unsur-Unsur Pada Kubus dan Balok 30
2.2.2 Luas Permukaan Kubus dan Balok 35
2.2.3 Volume Kubus dan Balok 35
2.3 Kerangka Konseptual 36
2.4 Hipotesis 38
BAB III METODE PENELITIAN
vii
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 39
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 39
3.4 Variabel Penelitian 40
3.5 Desain Penelitian 40
3.6 Prosedur Penelitian 41
3.7 Instrument Penelitian 42
3.7.1 Instrument Pembelajaran 42
3.7.2 Instrument Pengumpul Data 43
3.8 Uji coba instrument penelitian 45
3.8.1 Validitas 45
3.8.2 Reliabilitas 48
3.8.3 Daya Beda 50
3.8.4 Indeks Kesukaran 51
3.9 Teknik Analisis Data 53
3.9.1 Analisis Data Kuantitatif 53
3.9.2 Peningkatan kemampuan pemecahan masalah 56
3.9.3 Analisis Data Kualitatif 57
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 58
4.1.1 Deskripsi Data Tes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 58
4.1.2 Analisis Data Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol 66
4.1.3 Uji Hipotesis 68
4.1.4 Deskripsi Penilaian Lembar Observasi 69
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 76
5.2 Saran 76
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Lembar Jawaban Siswa Untuk Aspek Memahami Masalah 4
Gambar 1.2 Lembar Jawaban Siswa Untuk Aspek Strategi pemecahan
Masalah 4
Gambar 1.3 Lembar Jawaban Siswa Untuk Aspek Pelaksanaan dan
pemeriksaan. 5
Gambar 2.1 Kubus 30
Gambar 2.2 Contoh Kubus 30
Gambar 2.3 Titik, Sisi, dan Rusuk Kubus 31
Gambar 2.4 Diagonal Sisi Kubus 32
Gambar 2.5 Diagonal Ruang Kubus 32
Gambar 2.6 Bidang Diagonal Kubus 33
Gambar 2.7 Balok 33
Gambar 2.8 Contoh Balok 33
Gambar 2.9 Diagonal Sisi Balok 34
Gambar 2.10 Diagonal Ruang Balok 34
Gambar 2.11 Bidang Diagonal Balok 34
Gambar 3.1 Desain Penelitian 40
Gambar 4.1 Diagram Batang Nilai Pretes Kelas Kontrol 60 Gambar 4.2 Diagram Batang Nilai Pretes Kelas Eksperimen 60
Gambar 4.3 Diagram Batang Nilai Postest Kelas Kontrol 62
Gambar 4.4 Diagram Batang Nilai Postest Kelas Eksperimen 63
Gambar 4.5 Diagram Batang Nilai Rata-Rata Kedua Kelas 63
Gambar 4.6 Diagram Batang Indeks Gain Kedua Kelas 65
Gambar 4.7 Masalah dari kelompok 1 71
Gambar 4.8 Masalah dari kelompok 5 72
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dikatakan mata
pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah
dasar sampai perguruan tinggi. Salah satu tujuannya adalah untuk membekali
siswa dengan kemampuan pemecahan masalah (Nurafiah, 2013 : 2). Kemampuan
pemecahan masalah adalah salah satu kemampuan yang penting untuk dimiliki
oleh semua siswa. Menurut Utari-Sumarno kemampuan pemecahan masalah
adalah tujuan pengajaran matematika bahkan sebagai jantungnya matematika
(Muliana, 2013 : 3). Hasil survei Utari-Sumarno tentang Current Situation On
Mathematics And Science Education In Bandung yang disponsori oleh JICA
(Rajagukguk, 2011 : 430), menyatakan penemuan :
Pemecahan masalah matematika merupakan salah satu kegiatan matematika yang dianggap penting baik oleh guru maupun siswa disemua tingkat dari SD sampai SMU. Namun hal tersebut dianggap bagian paling sulit dalam mempelajarinya maupun bagi guru dalam mengajarinya. Suatu masalah biasanya memuat suatu situasi yang mendorong seseorang untuk menyelesaikannya, akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya.
Kemampuan pemecahan masalah yang kuat harus dimiliki siswa sejak
dini. Kemampuan tersebut diperlukan agar siswa mampu menghadapi dan
bertahan dari berbagai permasalahan yang mungkin akan muncul dalam
kehidupannya. Siswa yang terbiasa memecahkan masalah akan meningkatkan
potensi intelektual, dan rasa percaya diri. Selain itu siswa yang terbiasa
memecahkan masalah tidak akan merasa takut dan ragu ketika dihadapkan pada
masalah lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Hudoyo (Asmi, 2010 : 2) bahwa
pemecahan masalah adalah suatu hal yang esensial dalam pembelajaran
matematika disekolah, disebabkan antara lain :
1. Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan, kemudian menganalisanya dan kemudian meneliti hasilnya.
2. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam, yang merupakan masalah intrinsik.
2
4. Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melakukan proses penemuan.
Namun kenyataan yang terjadi dilapangan jauh berbeda dari apa yang
diharapkan. Mata pelajaran matematika yang harusnya menjadi primadona dan
mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa justru menjadi mata
pelajaran yang paling dibenci, paling membosankan bagi sebagian besar siswa.
Kejenuhan selalu mengahampiri siswa saat proses pembelajaran matematika.
Kemampuan siswa didalam memecahan masalah masih sangat rendah. Salah satu
penyebab rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa adalah
metode mengajar yang kurang tepat. Sering kali kita jumpai metode pembelajaran
yang diterapkan masih konvensional yaitu masih terpusat pada guru. Seperti yang
dikatakan oleh S.Nasution (2008 : 23) bahwa :
Dalam kenyataan masih kebanyakan proses belajar mengajar dilakukan secara klasikal. Walaupun diketahui bahwa ada perbedaan individual,bahan pelajaran masih uniform bagi semua murid. Diharapkan dan dituntut dari setiap anak untuk belajar dengan kecepatan yang sama. Walaupun diketahui bahwa kelas sebenarnya heterogen, guru menganggap dan memperlakukan anak-anak seakan-akan kelas itu homogeny. Oleh sebab itu banyak kegagalan dan frustasi yang dialami oleh anak-anak. Bagaimana pengaruhnya terhadap pribadi anak dapat kita rasakan, yakni rasa enggan belajar, benci terhadap pelajaran, merasa terpaksa kesekolah, rasa rendah diri dan berbagai efek negatife lainnya.
Guru tidak melibatkan siswa secara aktif dalam menemukan konsep dan
prinsip-prinsip dalam matematika dan kurang mampu menyelesaikan soal (pemecahan
masalah). Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Dian Armanto (Abdi, 2012 : 4) :
Siswa tidak memahami konsep matematika dan tidak mampu menggunakannya dalam pemecahan masalah. Pembelajaran selama ini menghasilkan siswa yang kurang mandiri tidak berani mempunyai pendapat sendiri, selalu memohon petunjuk, dan kurang gigih dalam melakukan uji coba.
Dari kutipan diatas terlihat bahwa siswa kurang mandiri dan tidak mampu
menggunakan konsep yang telah diajarkan kedalam pemecahan masalah.
Pembelajaran matematika yang harusnya dapat mengasah dan meningkatkan
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah justru menjadi pelajaran yang
pelajaran matematika masih disajikan dengan cara yang konvensional yaitu guru
memberikan penjelasan panjang lebar, menuliskan rumus, menjelaskan contoh
soal, kemudian memberikan soal yang hampir mirip dengan contoh untuk
dikerjakan ulang oleh siswa. Kegiatan siswa hanya diam, mendengarkan,
memperhatikan contoh agar dapat mengerjakan soal yang diberikan, kemudian
mengerjakan soal yang hampir mirip dengan contoh soal yang diberikan guru.
Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa secara akrab,menyebabkan proses
belajar mengajar kurang lancar, siswa merasa jauh dari guru sehingga segan
berpartisipasi secara aktif dalam belajar. Hal ini dipertegas oleh pendapat Arends
(dalam Trianto, 2009 : 7) yang menyatakan :
Dalam mengajar guru selalu menuntut siswa belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang bagaimana siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarka siswa bagaimana cara menyelesaikan masalah. Melalui proses pembelajaran seperti ini, kecil kemungkinan kemampuan pemecahan matematika siswa dapat berkembang.
Permasalahan yang sama juga terjadi di MTs Negeri Tanjung Pura.
Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah masih tergolong rendah. Hal ini
diketahui oleh peneliti dari wawancara yang dilakukan peneliti pada beberapa
siswa dan guru matematika, rekapitulasi nilai ulangan siswa, tes, serta observasi
langsung kekelas saat proses pembelajaran matematika berlangsung. Melalui
wawancara yang dilakukan peneliti dengan ibu Yuni Fakhriah guru matematika di
sekolah tersebut pada tanggal 17 februari 2014, beliau mengatakan :
Kesulitan yang dialami siswa adalah dalam menyelesaikan soal-soal matematika non rutin (tidak sering ditampilkan menjadi contoh soal) mereka akan sulit menyelesaikan soal yang berbeda dengan contoh yang diberikan, pada saat nilai ulangan mereka saya beri soal non rutin mereka akan langsung bingung menyelesaikannya.
Wawancara lainnya juga dilakukan oleh beberapa orang siswa untuk
mengetahui bagaimana tanggapan mereka tentang pelajaran matematika dan
hasilnya Ummu Nadhirah salah seorang siswi disekolah tersebut mengatakan :
4
yang mana. Jika soal yang diberikan sama seperti contoh soal saya bisa mengerjakannya tetapi jika guru memberikan yang berbeda saya mulai tidak bisa mengerjakannya.
Selain wawancara, rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa
juga terlihat dari lembar jawaban siswa pada ulangan harian, tahun ajaran
2013/2014, seperti pada gambar berikut.
Gambar 1.1 Lembar Jawaban Siswa Untuk Aspek Memahami Masalah
Dari gambar 1.1 terlihat siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan
ditanyakan didalam soal. Hal ini mengindikasikan siswa belum mampu untuk
memahami masalah. Selanjutnya lembar jawaban siswa untuk aspek strategi
pemecahan masalah dapat dilihat pada gambar 1.2.
Dari gambar 1.2 terlihat siswa tidak menuliskan perencanaan apa yang akan
dilakukan. Misalnya menuliskan rumus apa yang sesuai. Hal ini mengindikasikan
siswa belum mampu untuk merencanakan strategi pemecahan Masalah.
Selanjutnya lembar jawaban siswa untuk aspek pelaksanaan dan pemeriksaan
kembali pemecahan masalah dapat dilihat pada gambar 1.3.
Gambar 1.3 Lembar Jawaban Siswa Untuk Aspek Pelaksanaan dan pemeriksaan.
Dari gambar 1.3 terlihat siswa tidak menuliskan apapun. Siswa tidak menjalankan
strategi yang sudah dibuat dan tidak dapatmenyimpulkan. Hal ini
mengindikasikan siswa belum mampu untuk melaksanakn strategi pemecahan
masalah dan memeriksa kembali penyelesaian masalah.
Dari uraian-uraian diatas peneliti merangkum penyebab rendahnya
kemampuan pemecahan masalah siswa, berkaitan dengan pokok bahasan kubus
dan balok yaitu : (1) dari awal siswa masih beranggapan bahwa pelajaran
matematika adalah pelajaran yang sangat sulit. Sugesti yang buruk menurunkan
minat siswa untuk belajar. Hal ini menyebabkan sebelum belajar siswa sudah
mengalami tekanan psikologis terlebih dahulu sehingga saat pembelajaran
berlangsung pun siswa sulit memahami konsep matematika yang disampaikan, bahkan ada siswa yang mengatakan “saya tidak tahu mengapa harus ada pelajaran matematika, saya mempelajarinya hanya karena itu ada didalam mata pelajaran.
(2) pembelajaran masih menggunakan model konvensional yang cenderung
terkesan hanya mentransfer pengetahuan dari guru kepada siswa, sehingga proses
6
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa,
ketidaksesuaian model yang digunakan guru menyebabkan proses pembelajaran
yag terjadi cendrung membosankan.
Untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah,
maka harus diterapkankan sebuah metode pembelajaran yang melibatkan siswa
secara aktif, membantu siswa merancang dan mengevaluasi langkah-langkah
penyelesaian masalah. Salah satu metode pembelajaran yang dapat mengatasi
kejenuhan siswa saat belajar matematika adalah metode pembelajaran Trade A
Problem. Metode tersebut menggunakan tim-tim kooperatif untuk membantu para
siswa dalam mempelajari dan memahami materi pelajaran. Didalam sintaks Trade
A Problem siswa diajarkan untuk merancang sendiri masalahnya, dan
menyelesaikan masalah yang diberikan orang lain. Dengan menerapkan
sintaks-sintaks metode Trade A Problem dalam proses pembelajaran, akan dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika.
Beberapa penelitian relevan mengenai metode pembelajaran Trade A
Problem juga sudah dilakukan. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan
oleh Apriska (2011) dengan judul “ Meningkatkan prestasi belajar siswa
menggunakan metode Trade A Problem dengan bantuan media LKS pada pokok
bahasan SPLDV kelas VIII B semester 1 MTs Sudirman Jimbaran TA 2010/2011” dengan hasil penelitian pembelajaran matematika yang menggunakan metode Trade A Problem pada pokok bahasan SPLDV dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Afifah (2013) dengan judul “Penerapan model pembelajaran kooperatif NHT dengan menggunakan metode Trade A Problem untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa
pada pokok materi faktorisasi suku aljabar kelas VIII B semester 1 SMP Negeri 1 Mejobo Kudus TA 2012/2013” dengan hasil penelitian yaitu penerapan model
pembelajaran kooperatif NHT dengan menggunakan metode Trade A Problem
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
Melihat fakta yang terjadi dilapangan akan rendahnya kemampuan
pemecahan masalah siswa,maka peneliti mengangkat sebuah judul penelitian ini
Dengan Pemberian Reward Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas VIII MTs Negeri Tanjung Pura Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Tahun Ajaran 2013 / 2014”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan dalam latar belakang,
beberapa masalah yang teridentifikasi adalah sebagai berikut :
1. Kamampuan pemecahan masalah matematika siswa masih sangat rendah.
2. Siswa menganggap pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit dan
membosankan.
3. Siswa tidak mengetahui manfaat dari materi yang mereka pelajari.
4. Pembelajaran didominasi oleh guru menyebabkan siswa lebih bersifat pasif.
5. Metode pembelajaran yang digunakan guru masih konvensional.
6. Metode pembelajaran Trade A Problem dengan Reward belum pernah
diterapkan guru di MTsN Tanjung Pura.
1.3 Batasan Masalah
Mengingat begitu luasnya cakupan masalah yang terpadat pada
identifikasi masalah, maka penelitian ini dibatasi hanya pada meneliti “Penggunaan metode pembelajaran Trade A Problem dengan Reward terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII MTs Negeri Tanjung Pura
materi Kubus dan Balok T.A 2013 / 2014”.
1.4 Rumusan Masalah
Bedasarkan identifikasi dan batasan masalah, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar menggunakan
metode pembelajaran Trade A Problem dengan Reward lebih tinggi daripada
kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar menggunakan metode
pembelajaran konvensional?
2. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajarkan
8
lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa yang
diajarkan dengan menggunakan metode pembelajaran Konvensional ?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar
menggunakan metode pembelajaran Trade A Problem dengan Reward lebih
tinggi daripada kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar
menggunakan metode pembelajaran konvensional.
2. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa
yang diajarkan dengan menggunakan metode pembelajaran Trade A Problem
dengan Reward lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan pemecahan
masalah siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode pembelajaran
konvensional.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Penulis
Menambah wawasan, pengalaman, pengetahuan dan keterampilan
penulis, khususnya berkaitan dengan penelitian yang menggunakan metode Trade
A Problem dengan Reward.
2. Bagi Guru
Tulisan ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan pertimbangan
bagi guru yang ingin mengetahui tentang metode pembelajaran Trade A Problem
didalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.
3. Bagi Siswa
Proses pembelajaran yang menggunakan metode Trade A Problem dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah yang diberikan.
4. Bagi Peneliti
Tulisan ini dapat menjadi referensi bagi para peneliti selanjutnya dan
1.7 Defenisi Operasional
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda, maka terdapat beberapa
istilah yang perlu ditegaskan yaitu :
1. Kemampuan Pemecahan Masalah
Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan siswa dalam
memecahkan suatu masalah matematika yang non rutin (soal) dengan
menggunakan pola pikir serta membutuhkan analisis dalam proses
penyelesaiannya dengan mengaitkan pengetahuan yang sudah ada sehingga
mendapatkan pengetahuan yang baru melalui langkah :
a. Memahami Masalah
b. Merencanakan Pemecahan Masalah
c. Melaksanakan Pemecahan Masalah
d. Memeriksa Kembali Langkah Pemecahan Masalah
2. Metode Pembelajaran Trade A Problem
Metode Trade A Problem adalah metode pembelajaran kooperatif yang
berisi suatu struktur yang digunakan untuk mereview atau melatih konsep-konsep
yang telah diajarkan. Ada tiga tahap yang perlu diikuti dalam melaksanakan
metode pembelajaran Trade A Problem dalam diskusi kelompok yaitu sebagai
berikut :
Tahap I : Siswa membuat suatu masalah
Tahap II : Siswa menukar masalah
Tahap III : Siswa membandingkan jawaban
3. Reward
Reward adalah segala bentuk penghargaan yang menyenangkan
perasaan, diberikan kepada siswa karena memperoleh hasil baik dalam proses belajarnya dengan tujuan agar siswa lebih tertarik dan termotivasi didalam belajar.
4. Kubus dan Balok
Didalam penelitian ini standart kompetensi yang ingin dicapai dibatasi
pada memahami sifat-sifat kubus, balok, bagian-bagiannya serta menentukan
77
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Afifah, Noor. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif NHT Dengan Menggunakan Metode Trade A Prolem Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada Pokok Materi Faktorisasi Suku Aljabar Kelas VIII B Semester 1 SMP Negeri 1 Mejobo Kudus Tahun Ajaran 2012/2013. Semarang : Skripsi FPMIPA IKIP PGRI.
Apriska, Reza. 2011. Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Menggunakan Metode Trade A Problem Dengan Bantuan Media LKS Pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel Kelas VIII B Semester 1 MTs Sudirman Jimbaran Tahun Ajaran 2010/2011. Semarang : Skripsi FPMIPA IKIP PGRI.
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung : P.T.Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Asmi, dan Yuriana, Dewi. 2010. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. http://rian.hilman.web.id/ayd.pdf
Asmin, dan Mansyur, Abil. 2012. Pengukuran Dan Penilaian Hasil Belajar Dengan Analisis Klasik Dan Modern. Medan : Larispa.
B. Uno, Hamzah. 2007 Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif Dan Efektif. Jakarta : Bumi Aksara.
Djaali, H, dkk. 2007. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta : Rineka Cipta.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan. 2010. Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan FMIPA UNIMED. Medan : FMIPA Unimed.
Http://id.wikipedia.org/wiki/kemampuan.
Hudojo. H. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Penerbit Universitas Negeri Malang. Malang.
Lie, Anita. 2007. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning Di Ruang-ruang Kelas. Jakarta : PT Grasindo.
Maesuri, Siti. 2002. Pembelajaran Kooperatif Dalam Kelas Matematika. Surabaya : Universitas Surabaya
Masbied. 2013. Pembelajaran Investigasi Dalam Matematika, Http://www.masbied.com/2013/04/07/pembelajaran-investigasi-dalam-matematika/#more-12535
Muliana. 2013. Pengaruh Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Komunikasi Matematik Siswa Disekolah Menengah Pertama. Medan : Skripsi FMIPA Unimed.
Mustofa. 2013. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Http://mustofa.blogspot.com/2013/06/rencana-pelaksanaan-pembelajaran./html
Nasution. S. 2008). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Penerbit Bina Aksara. Jakarta.
Nufus, Hayatun. 2013. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Komunikasi Matematis Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Di Kelas VII SMPN. Medan : Tesis Pasca Unimed.
Nurafiah, Fifih. 2013. Perbandingan Peningkatan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa SMP Antara Yang Memperoleh Pembelajaraan Means-Ends Analysis (MEA) Dan Problem Based Learning (PBL). Bandung : Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia.
Nuraini. 2012. Pengaruh Penerapan Pendekatan Open-Ended Terhadap Tingkat Kreatifitas, Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa, Dan Sikap Siswa Smp di Aek Kanopan. Medan : Tesis Pasca Unimed.
Pardede, Fika Yulianti Gloria. 2013. Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Efektifitas Pembelajaran Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dengan Model Pembelajaran Contextual Teaching End Learning. Medan : Tesis Pasca Unimed.
Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Purwanto, M. Ngalim. 2006. Ilmu Pendidikan Toretis Dan Praktis. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Putrie, Hamdriana. 2011. Model Pembelajaran Konvensional.
79
Rajagukguk, Waminton. 2011. “Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Dengan Penerapan Teori Belajar Bruner Pada Pokok Bahasan Trigonometri Di Kelas X Sma Negeri 1 Kualuh Hulu Aek Kanopan T.A. 2009/2010” VISI (2011) 19 (1) 427-442, 0853-0203, 429.
S, Margono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Komponen MKDK). Jakarta : Rineka Cipta.
Sagala, Abdi Darmawansyah. 2012. Pengaruh Teori Vygotsky Dan G. Polya Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada Pokok Bahasan Kubus Dan Balok Di Kelas VIII SMP Negeri Kualuh Selatan TA 2012/2013. Medan : Skripsi FMIPA Unimed.
Slameto. 2003. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Sobel, Max A, dkk. 2001. Mengajar Matematika. Jakarta : Erlangga.
Soedjadi, R. 1999/2000. Kiat Pembelajaran Matematika Di Indonesia. Jakarta : Diretoral Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Sukmadinata, N.S. 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
Suyitno, Y. 2009. Tokoh-Tokoh Pendidikan Dunia (Dari Dunia Timur, Timur Tengah Dan Barat). Bandung : Pasca Sarjana UPI.
Syarifah. 2013. Peningkatan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Sekolah Dasar Kelas V Melalui Metode Penemuan Terbimbing. Bandung : Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan. 2007. Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan. Bandung : PT IMTIMA.
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana.