• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Struktur Mikroskopis, Kekuatan Kompresi dan Perubahan Dimensi Gipsum Tipe III Komersial dengan Gipsum Tipe III Daur Ulang Untuk Model Kerja Gigi Tiruan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan Struktur Mikroskopis, Kekuatan Kompresi dan Perubahan Dimensi Gipsum Tipe III Komersial dengan Gipsum Tipe III Daur Ulang Untuk Model Kerja Gigi Tiruan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Gipsum merupakan mineral yang ditambang dari berbagai belahan dunia dan

mulai digunakan di kedokteran gigi untuk membuat model sejak tahun 1756. Bahan

gipsum yang di hasilkan untuk kedokteran gigi berasal dari kalsium sulfat dihidrat

murni (CaSO4.2H2O) yang dipanaskan sehingga terbentuk kalsium sulfat hemihidrat

(CaSO4.½H2O). Produk gipsum dalam kedokteran gigi digunakan untuk berbagai

aplikasi yaitu pembuatan dai untuk mahkota dan jembatan, pembuatan model studi

dan model kerja, serta sebagai bahan pemendaman kuvet dalam pembuatan gigi

tiruan. Gipsum menjadi bahan pilihan karena memenuhi persyaratan yaitu memiliki

sifat mekanis yang kuat, kompatibel dengan bahan cetak dan malam, dapat

mereproduksi detail yang halus, serta bahannya yang murah dan mudah digunakan

(Anusavice, 2003)

Menurut spesifikasi American Dental Association (ADA) No. 25 gipsum

dalam kedokteran gigi dapat diklasifikasikan menjadi lima tipe. Tipe I impression

plaster, tipe II model plaster, tipe III dental stone, tipe IV die stone:high strength,

dan tipe V die stone: high strength, high expansion (Anderson PC 2001). Pada

dasarnya semua jenis gipsum yang digunakan memiliki senyawa dasar yang sama

yaitu kalsium sulfat hemihidrat (CaSO4.½ H2O), yang membedakannya adalah

metode yang dilakukan untuk mengubah ukuran dan bentuk partikel gipsum.

(2)

dibutuhkan untuk mengubah kristalisasi kalsium sulfat hemihidrat menjadi dihidrat

sehingga mengakibatkan perbedaan kekuatan kompresi dari masing-masing gipsum

(Anusavice, 2003; Chandra S, 2000).

Adapun karakteristik gipsum meliputi kekuatan kompresi, perubahan dimensi,

rasio air bubuk, setting time dan setting ekspansi. Kekuatan kompresi merupakan

kemampuan bahan untuk menahan fraktur. Kekuatan kompresi gipsum merupakan

faktor penting dalam menentukan kekerasan dan daya tahan abrasi gipsum. Kekuatan

kompresi dipengaruhi oleh waktu dan kecepatan pengadukan, rasio air bubuk,

akselerator dan retarder, suhu dan tekanan atmosfer. (Anusavice, 2003; Noort, 2007).

Hasan dkk. (2005) menyatakan tidak ada perbedaan kekuatan kompresi setelah

pengeringan selama 24 jam dan 7 hari. Perubahan dimensi biasanya dinyatakan

sebagai persentase dari panjang semula atau volume. Perubahan dimensi dapat terjadi

selama waktu pengerasan sebagai hasil dari reaksi kimia sehingga mempertahankan

dimensi selama prosedur menyiapkan model sangat penting dalam keakuratan gigi

tiruan.Perubahan dimensi berhubungan dengan setting ekspansi. Semakin tinggi atau

besar nilai dari setting ekspansi maka perubahan dimensinya juga akan semakin

besar. Setting ekspansi gipsum dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu waktu dan

kecepatan pengadukan, rasio air bubuk, akselerator dan retarder, suhu dan tekanan

atmosfer (Michalakis dkk., 2012; Power, 2008; Manapalil, 1998). Menurut Selby

(1979) yang mengutip pendapat Jorgensen menyatakan bahwa ekspansi dari gipsum

bergantung pada ukuran dan bentuk dari kristal dihidrat maupun adanya kelebihan air

saat proses mengerasnya gipsum dan rasio air bubuk pada saat pencampuran.

(3)

120 jam. ANSI/ADA Spesifikasi No. 25 mengharuskan pengukuran ekspansi

dilakukan 2 jam setelah pencampuran bubuk gipsum dengan air.

Gipsum atau kalsium sulfat dihidrat saat dipanaskan pada suhu < 2000C akan

kehilangan 1,5 gr mol dari 2 gr mol H2O dan diubah menjadi kalsium sulfat

hemihidrat. Jika kalsium sulfat hemihidrat dicampur dengan air, reaksi sebaliknya

terjadi yaitu kalsium sulfat hemihidrat diubah kembali menjadi kalsium sulfat

dihidrat. Oleh karena itu, dehidrasi parsial dari batu gipsum dan rehidrasi dari

kalsium sulfat hemihidrat merupakan reaksi reversibel. Secara kimiawi, reaksi

dinyatakan seperti di bawah ini (Powers,2008; Sakaguci, 2006).

CaSO4 . ½ H2O + 1½ H2O CaSO4 . 2H2O + 3900 kal/g mol

Sifat reversibel dari reaksi tersebut memungkinkan untuk dilakukannya proses daur

ulang pada gipsum yang telah mengalami setting menjadi sebuah model. Ibrahim

(1995) menyatakan bahwa kalsium sulfat hemihidrat dapat direproduksi dari model

sone dengan pemanasan dalam autoklaf.

Bardella (2006) melakukan penelitian mengenai gipsum daur ulang yang

bertujuan untuk mengevaluasi morfologi kristal gipsum terhidrasi dan gipsum daur

ulang dengan menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM). Hasil

penelitiannya menunjukkan keadaan mikrostruktural jarum kristal gipsum daur ulang

dan gipsum komersial sama, namun dalam pengukuran kekuatan, gipsum daur ulang

lebih lemah jika dibandingkan dengan gipsum komersial.Abidoye (2010) melakukan

proses daur ulang bahan gipsum dengan cara pemanasan ulang pada suhu yang

berbeda-beda, dalam penelitiannya Abidoye juga menambahkan bahan gipsum

(4)

kompresi yang lebih baik. Penambahan sedikit gipsum komersial pada gipsum daur

ulang akan merangsang pertumbuhan kristal dihidrat sehingga ikatan antar kristal

semakin rapat. Hasil penelitian Abidoye (2010) menunjukkan bahwa terjadi

peningkatan kekuatan kompresi dari gipsum tipe II daur ulang yang dipanaskan pada

suhu 1600C dengan kombinasi penambahan gipsum pabrikan 30 % sebesar 301

KN/m2.

1.2Permasalahan

Dalam bidang kedokteran gigi, khususnya bagian Prostodonsia, gipsum

mempunyai banyak kegunaan. Salah satu dari kegunaan gipsum tersebut adalah

sebagai bahan untuk pembuatan model atau replika dari keadaan rongga mulut pasien

sehingga proses pembuatan gigi tiruan dapat dilakukan tanpa kehadiran pasien dan

rencana perawatan dapat dijelaskan kepada pasien melalui model tersebut. Model

kerja untuk pembuatan gigi tiruan umumnya terbuat dari gipsum tipe III. Setelah gigi

tiruan selesai dibuat, maka model ini akan menjadi limbah. Limbah gipsum ini tidak

mudah terurai sehingga dapat mencemari lingkungan. Limbah gipsum dapat

menghasilkan gas H2S dan SO2 yang berbahaya terhadap lingkungan (Abidoye,

2010). Selain itu limbah gipsum yang dibuang begitu saja dapat menyebabkan air

disekitar pembuangan limbah bersifat alkali karena kandungan Ca dalam gipsum. Air

yang tercemar limbah ini bila dikonsumsi oleh tubuh dapat menyebabkan alkalosis

metabolik dan penumpukan kalsium pada ginjal (Sumansutra, 2014).

Menurut data Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) pada tahun 2013 jumlah

(5)

satu bulan setiap dokter gigi membuat 1 gigi tiruan, maka limbah yang dihasilkan dari

pembuatan gigi tiruan itu dapat mencapai 3.180 model. Satu model kerja

menggunakan gipsum sebanyak 100 gr sehingga 3.180 limbah model setara dengan

318 kg gipsum. Selain limbah yang berasal dari dokter gigi, institusi pendidikan

Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) juga menjadi penghasil limbah gipsum yang cukup

besar. Mahasiswa FKG USU menggunakan model yang terbuat dari gipsum untuk

model studi maupun model kerja. Model ini apabila tidak dipakai akan dibuang

ditempat pembuangan sampah. Laboratorium Dental FKG USU juga menjadi

penghasil limbah yang cukup besar. Bila dalam satu hari gipsum yang digunakan

untuk bahan tanam sebanyak 5 kg ditambah sisa model kerja dari orderan dokter gigi,

maka dalam satu hari limbah yang dihasilkan dapat mencapai 8 kg, dalam satu bulan

limbah yang dihasilkan lebih kurang 200 kg. Limbah gipsum yang cukup banyak ini

bila terus dibiarkan menumpuk tentu akan terus bertambah banyak. Akibatnya

pencemaran lingkungan akan semakin besar. Mengingat sifat kimia gipsum yang

reversibel, maka perlu dilakukan upaya untuk mengolahnya kembali. Berdasarkan

penelitian sebelumnya dinyatakan bahwa gipsum dapat didaur ulang. Hasil penelitian

menunjukkan keadaan mikrostruktural jarum kristal gipsum daur ulang yang mirip

dengan gipsum komersial, tetapi terdapat molekul air yang terperangkap pada kisi

kristal, sehingga pada saat reaksi pengerasan, kristal dapat bertumbuh lebih bebas dan

akan mempengaruhi kekuatan kompresi dan perubahan dimensi dari model gigi

tiruan. Kekuatan kompresi yang tinggi sangat diperlukan untuk proses pembuatan

gigi tiruan baik secara klinis maupun laboratoris. Abidoye (2010) melakukan daur

(6)

sebanyak 10%, 20%, dan 30% untuk menambah kekuatan kompresi. Penambahan

sedikit gipsum komersial pada gipsum daur ulang akan merangsang pertumbuhan

kristal dihidrat sehingga ikatan antar kristal semakin rapat. Selain kekuatan kompresi

hal yang terpenting dari karakteristik gipsum yang lain adalah perubahan dimensi.

Perubahan dimensi mempengaruhi hasil akhir dari kesesuaian bahan atau gigi tiruan

di rongga mulut. Perubahan dimensi dari gipsum dapat dilihat selama proses

pengerasan. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa perubahan tersebut dapat

berlangsung hingga 120 jam. Dari uraian di atas maka peneliti merasa perlu

melakukan penelitian untuk mengetahui apakah ada perbedaan kekuatan kompresi

dan perubahan dimensi pada gipsum tipe III komersial dengan gipsum tipe III daur

ulang murni dan gipsum tipe III daur ulang yang ditambahkan dengan 10%, 20% dan

30% gipsum komersial sebagai bahan untuk pembuatan model kerja gigi tiruan.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana struktur mikroskopis gipsum tipe III komersial, gipsum tipe III

daur ulang murni dan gipsum tipe III daur ulang dengan penambahan 10%, 20%,

30% gipsum tipe III komersial?

2. Apakah ada perbedaan kekuatan kompresi gipsum tipe III komersial dengan

gipsum tipe III daur ulang murni dan gipsum tipe III daur ulang dengan penambahan

(7)

3. Apakah ada perbedaan perubahan dimensi gipsum tipe III komersial

dengan gipsum tipe III daur ulang murni dan gipsum tipe III daur ulang dengan

penambahan 10%, 20%, 30% gipsum tipe III komersial?

4. Apakah ada korelasi antara kekuatan kompresi dan perubahan dimensi

gipsum tipe III komersial dengan gipsum tipe III daur ulang dan gipsum tipe III daur

ulang dengan penambahan 10%, 20%, 30% gipsum tipe III komersial?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui struktur mikroskopis gipsum tipe III komersial, gipsum

tipe III daur ulang murni dan gipsum tipe III daur ulang dengan penambahan 10%,

20%, 30% gipsum tipe III komersial

2. Untuk mengetahui perbedaan kekuatan kompresi gipsum tipe III komersial

dengan gipsum tipe III daur ulang murni dan gipsum tipe III daur ulang dengan

penambahan 10%, 20%, 30% gipsum tipe III komersial

3. Untuk mengetahui perbedaan perubahan dimensi gipsum tipe III komersial

dengan gipsum tipe III daur ulang murni dan gipsum tipe III daur ulang dengan

penambahan 10%, 20%, 30% gipsum tipe III komersial

4. Untuk mengetahui korelasi antara kekuatan kompresi dan perubahan

dimensi gipsum tipe III komersial dengan gipsum tipe III daur ulang murni dan

gipsum tipe III daur ulang dengan penambahan 10%, 20%, 30% gipsum tipe III

(8)

1.5Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau sumbangan

bagi pengembangan ilmu pengetahuan kedokteran gigi.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi

untuk penelitian lebih lanjut tentang gipsum daur ulang di kedokteran gigi.

1.5.2Manfaat Praktis

1. Penelitian ini dapat memberi masukan bagi dokter gigi dan laboratoris

untuk memanfaatkan kembali limbah gipsum guna mencegah terjadinya pencemaran

lingkungan yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat.

2. Penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada dokter gigi dan

laboratoris mengenai kekuatan kompresi, perubahan dimensi serta struktur

Referensi

Dokumen terkait

Kekuatan etik-spiritual yang dimiliki oleh agama- agama pada dasarnya mempunyai peran yang sangat stra- tegis untuk mengajak umat beriman berserah diri secara elegan dan sejati

penelitian ini akan dilihat keadaan dari faktor faktor penentu yaitu variabel bebas (umur, jenis kelamin pendidikan, pekerjaan, pendapatan, akses ke puskesmas, peranan

Berdasarkan formulasi dan data dasar yang dipergunakan untuk perhitungan DAU, maka agar DAU dapat lebih efektif untuk meningkatkan kemampuan keuangan daerah dan sekaligus

Dalam kehidupan di bandar khususnya apabila pola perhubungan primer yang diasaskan kepada hubungan semuka (face-to-face) yang erat dan berkekalan semakin sukar

Sejak reformasi perpajakan tahun 1983 hingga sekarang, Indonesia menganut Self Assessment System guna mengefisiensikan sistem pemungutan pajak.Selain reformasi

Oleh karena itu dalam menagani hal tersebut diperlukannya pemecahan masalah yaitu pembuatan web site pariwisata Dki Jakarta untuk mengelompokan dan mendata wilayah yang memiliki

Karena jangkauannya yang luas, internet sangat ideal bila digunakan sebagai sarana promosi dari suatu organisasi atau lembaga usaha untuk menawarkan barang, jasa atau informasi

[r]