• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERKURANGNYA LUAS TANAH DIAKIBATKAN OLEH HAL-HAL DI LUAR KEHENDAK PEMEGANG HAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BERKURANGNYA LUAS TANAH DIAKIBATKAN OLEH HAL-HAL DI LUAR KEHENDAK PEMEGANG HAK"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BERKURANGNYA LUAS TANAH DIAKIBATKAN OLEH HAL-HAL DI LUAR KEHENDAK PEMEGANG HAK

Oleh:

I Made Aryawan Saddewa1 Abstract

This journal shall be entitled as “The Depreciation of the Land Area by Matters Beyond the Will of the Holder of Property Rights”. Land is a non-renewable natural resource, so that the ownership of a plot of land in Indonesia becomes every society’s desire. The magnitude of the desire to own a plot of land should be followed by the rule of law that protects the holders of the land rights as aspired in Law No. 5 of 1960. The legal issues, which is also the purpose of this journal shall be about the legal consequences caused to the rights of the land that has been depreciated data due to things beyond the will of the holder (such as natural influences) and the legal steps that can be done between the parties (the holders of the property rights and government) in enforcing the principle of legal certainty and to discover the strongest owner of the property rights within the scope of this research. This journal’s preparation is done by legal research, and the approach method being used in this journal shall be used is the combination of the statute approach and the conceptual approach. The author’s conclusion is that the depreciation data of the land area of this property may result in the eradication of ownership rights to the land as regulated in Article 27 of the Law No. 5 of 1960, as there is no explanation regarding the scope of the destruction of the land in that article. Legal steps that can be done to enforce the legal certainty and to verify the strongest and the most fulfilled party of the property rights is through the deliberation and procurement of land as compensation from the land dispute.

Keywords: Depreciation, Surface of the Property, Ownership, Legal Consequence.

Abstrak

Jurnal n mengambl judul “Berkurangnya Luas Tanah Dakbatkan Oleh Hal- Hal D Luar Kehendak Pemegang Hak”. Tanah merupakan suatu sumber daya alam yang tdak dapat dperbaharu. Sehngga kepemlkan atas sebdang tanah d Indonesa menjad kengnan setap masyarakat. Besarnya kengnan memlk

sebdang tanah n harus dkut pula dengan aturan hukum yang melndung

para pemegang hak atas tanah tersebut sebagamana yang dcta-ctakan dalam Undang-undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agrara (UUPA). Makalah n mengangkat permasalahan yang juga menjad

tujuan penulsan yatu tentang akbat hukum yang dtmbulkan terhadap hak atas tanah yang mengalam Perubahan Data Fsk tanahnya akbat hal-hal d

luar kehendak sepert pengaruh alam, dan terkat langkah hukum yang dapat

1 Program Stud Magster Kenotaratan, Fakultas Hukum Unverstas Arlangga, emal: made.

aryawan92@gmal.com

(2)

dlakukan antara para phak (pemegang hak atas tanah dan pemerntah) dalam hal mewujudkan asas kepastan hukum dan sfat hak mlk atas tanah yang terkuat dan terpenuh dalam lngkup peneltan n. Penyusunan jurnal n dlakukan dengan tpe peneltan hukum yatu jens peneltan normatf, dan metode pendekatan yang dgunakan alah pendekatan peraturan perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan konseptual (conceptual approach). Hngga tercapanya suatu kesmpulan bahwa dengan adanya Perubahan Data Fsk tanah hak mlk n dapat mengakbatkan hapusnya hak mlk atas tanah tersebut sebagamana datur dalam pasal 27 UUPA, karena belum adanya penjelasan terkat batasan lngkup dar musnahnya tanah dalam pasal tersebut. Langkah hukum yang dapat dlakukan untuk mewujudkan kepastan hukum dan bukt

sfat terkuat dan terpenuh pada hak mlk alah melalu langkah musyawarah dan pengadaan tanah sebaga gant kerugan dar tanah tersebut.

Kata Kunc : Berkurang, Luas Tanah, Hak Milik, Akibat Hukum.

I. PENDAHULUAN

Indonesa serng dsebut sebaga

Negara Agrars. Hal n dkarenakan Indonesa merupakan negara kepulauan yang memlk kontur tanah yang bak untuk kegatan pertanan bag

masyarakatnya. Serng berjalannya waktu, telah banyak perkembangan yang terjad d neger tercnta n.

perkembangan yang dmula dar

bdang pertahanan dan keamanan hngga bdang perekonoman, sosal dan budaya. Hal n dkut dengan perkembangan pemahaman masyarakat tentang pentngnya bernvestas.

Tanah merupakan salah satu objek

nvestas terbak, hal n dkarenakan jumlah tanah yang ada tdak akan bsa dperbaharu atau dtambahkan jumlahnya, tetap jumlah manusa/

penduduk past akan berkembang dan bertambah jumlahnya. Maka dar tu, jumlah penduduk dan jumlah tanah yang terseda akan berbandng terbalk.

Hal n mengakbatkan masyarakat Indonesa sangat menjaga tanah yang

dmlknya. Salah satunya dengan cara mendaftarkan tanah mlknya dengan harapan mendapatkan kepastan hukum atas hak atas tanahnya.

Perkembangan yang terjad d

Neger n sepertnya mash belum dkut dengan perkembangan hukum atau peraturan perundang- undangannya agar dapat mengatur dan melndung segala perbuatan hukum d masyarakat. Sepert halnya dengan sebdang tanah seluas 1000 m2 yang terletak d Jalan Dahla, Banjar Tuka, Desa Dalung, Kabupaten Badung, Provns Bal. Tanah n merupakan tanah dengan status hak mlk yang terletak dengan salah satu ssnya berbatasan dengan sunga. Dalam hal

n debt ar sunga yang menngkat menyebabkan tergerusnya daratan yang mash termasuk dalam jarak sempadan sunga sebelumnya hngga mengena

sebagan luas tanah hak mlk salah satu masyarakat desa tersebut.

Dalam peneltan n penuls menggunakan bahan hukum berupa

(3)

peraturan perundang-undangan dan lteratur hukum yang berkatan dengan permasalahan yang dbahas. Penuls juga menyadar bahwa peneltan n

memlk beberapa kemrpan dengan peneltan lannya tetap penulsan

n tentu memlk perbedaan dalam hal pembahasan pada peneltan n.

Adapun peneltan lan yang terkat dengan Perubahan Berkurang Luas Tanah/Perbedaan Data Fsk Tanah antara lan:

1. Judul Peneltan : Penggunaan Kuasa Menjual D Dalam Peralhan Hak Mlk Atas Tanah Melalu Jual-Bel. Dengan tujuan peneltan yatu untuk memberkan gambaran tentang sahnya peralhan hak mlk atas tanah melalu jual-bel, secara khusus untuk menelaah apakah penggunaan kuasa mutlak d

dalam peralhan hak mlk atas tanah melalu jual-bel adalah legal/sah secara hukum atau sebalknya.2

2. Kekuatan Mengkat Perjanjan Nominee Dalam Penguasaan Hak Mlk Atas Tanah. Dengan tujuan peneltan yatu untuk mengetahu dan memaham

kekuatan mengkat dar

perjanjan nominee terhadap penguasaan hak mlk atas tanah

2 Adnyana, Penggunaan Kuasa Menjual Ddalam Peralhan Hak Mlk Atas Tanah Melalu

Jual-Bel, Jurnal Magster Hukum Udayana (Udayana Master Law Journal), Vol.4, No.1, Eds Me 2015, https://ojs.unud.ac.d/ndex.

php/jmhu/artcle/vew/13050, dakses tanggal 12 Oktober 2017.

oleh warga negara asng.

3. Pengaturan Prosedur Pembatalan Setpkat Hak Atas Tanah Yang Merupakan Barang Mlk Negara.

Dengan tujuan peneltan yatu untuk mengkaj secara teorts tentang pembatalan sertpkat hak atas tanah yang termasuk barang mlk negara, dan juga bertujuan untuk menemukan dan mengkaj peraturan- peraturan yang berkatan dengan pembatalan sertpkat hak atas tanah yang berkatan dengan barang mlk negara.4

Adapun tujuan dar peneltan yang dlakukan penuls n alah untuk mengetahu dan menganalss terkat kekuatan dan asas kepastan hukum hak atas tanah khususnya hak mlk pada tanah dalam hal mengalam

permasalahan sepert berkurangnya luas tanahnya/perubahan data fsknya yang dakbatkan oleh hal-hal dluar kehendak pemegang hak atas tanahnya, dan juga untuk memberkan wawasan serta sudut pandang baru dalam hal bdang pertanahan khususnya hak

3 I Wayan Werasmana Sancaya, Kekuatan Mengkat Perjanjan Nomnee Dalam Penguasaan Hak Mlk Atas Tanah, Jurnal Magster Hukum Udayana (Udayana Master Law Journal), Vol.2 No.3 Eds November 2013, https://ojs.unud.ac.d/ndex.php/jmhu/

artcle/vew/7364, dakses tanggal 12 Oktober 2017.

4 Anak Agung Istr Dah Mahadew, Pengaturan Prosedur Pembatalan Sertpkat Hak Atas Ta- nah Yang Merupakan Barang Mlk Negara, Jurnal Magster Hukum Udayana (Udayana Master Law Journal), Vol.2 No.3 Eds No- vember 2013, https://ojs.unud.ac.d/ndex.

php/jmhu/artcle/vew/7285, dakses tanggal 12 Oktober 2017.

(4)

mlk atas tanah, agar mampu menjad

wawasan bersama d kalangan akadems maupun prakts ke depannya dalam menghadap permasalahan yang serupa terkat pertanahan n.

II. METODE PENELITIAN Tpe peneltan yang dgunakan dalam menyusun jurnal n adalah tpe Peneltan Hukum karena peneltan n

dlakukan berdasarkan aturan-aturan hukum yang d telaah guna menemukan solus dar permasalahan su hukum yang dhadap dalam peneltan hukum

n. D snlah dbutuhkan kemampuan untuk mengdentfkas masalah hukum, melakukan penalaran hukum, menganalss masalah yang dhadap

dan kemudan memberkan pemecahan atas masalah hukum tersebut.5

Pendekatan masalah yang dgunakan dalam penulsan tess n adalah menggunakan pendekatan perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan konsep (conceptual approach).6 Pendekatan perundang-undangan (statute approach) n dlakukan dengan melakukan dan penelahaan mendalam terhadap peraturan perundang-undangan yang berkatan dengan kasus n. Pendekatan konsep (conceptual approach) merupakan pendekatan yang ddasarkan pada buku-buku ataupun lteratur yang menjelaskan tentang hal-hal atau

5 Peter Mahmud Marzuk, Penelitian Hukum, Kencana Perdana Meda, Surabaya, 2014, Hlm.60.

6 Ibid.,.Hlm.93.

konsep-konsep yang dapat membantu dalam menganalss kasus n, sepert

Konsep perubahan data fsk tanah, konsep pendaftaran tanah, konsep hak atas tanah, serta konsep penatagunaan tanah. Pendekatan n dlakukan guna mengantspas jka belum terdapatnya aturan dan untuk lebh memudahkan dalam menyelesakan permasalahan dalam stud kasus dalam penulsan

n.

Melalu latar belakang d atas tad

dapat dkemukakan rumusan masalah yang sekalgus menjad tujuan dalam makalah n yatu :

a. Untuk mengkaj dan menganalss terkat akbat hukum yang dtmbulkan terhadap hak atas tanah yang tanahnya mengalam

Perubahan Data Fsk tanah sebaga akbat dar hal yang tdak dkehendaknya.

b. Untuk mengkaj dan menganalss tentang prosedur dan upaya hukum pemerntah dalam mewujudkan asas keadlan dan kepastan hukum dalam hal menyusutnya luas tanah hak mlk seseorang akbat pengaruh alam.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Akibat Hukum Terhadap

Tanah Hak Milik yang Mengalami Perubahan Data Fisik Tanah

Berdasarkan pasal 33 ayat 3 Undang-undang Dasar Negara Republk Indonesa Tahun 1945

(5)

(UUD NRI 1945) menjelaskan bahwa

“Bum, Ar, dan kekayaan alam yang terkandung d dalamnya dkuasa

oleh Negara dan dpergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”

maka dar tu tanah sudah seharusnya dpergunakan atau dmanfaatkan semaksmal mungkn. Hak mlk atas tanah sebaga salah satu jens hak atas tanah yang palng unggul bag Negara, Bangsa, dan Rakyat Indonesa sebaga

masyarakat agrara yang sedang membangun ke arah perkembangan

ndustr dan bdang lannya. Besar harapan masyarakat dengan memlk

hak terunggul tersebut maka masyarakat dapat melakukan suatu kegatan yang berguna untuk kehdupannya.

Hak mlk merupakan sumber kehdupan, oleh karena tu untuk dapat memenuh kebutuhan hdup, harta benda tertentu harus dmlk, karena bag manusa, ada barang tertentu yang merupakan the natural media on which human existence depends.7 Roscoe Pound, mengungkapkan doktrn tentang pemlkan dalam art

yang luas, melput pula mlk yang tak berwujud (incorporeal property) dan ajaran yang tumbuh berkembang mengena perlndungan bag hubungan ekonom yang menguntungkan, memberkan efek kepada kebutuhan dan permntaan masyarakat. Dalam tataran masyarakat tradsonal hanya

7 Roscoe Pound, An Introduction to the Philosophy , Yele Unversty Press, New Haven, New York,1954, Hlm.117.; Lhat pula C.F.G Sunarjat Hartono, Beberapa Pemikiran Kearah Pembaruan Hukum Tanah ,Alumn, Bandung, 1978, hlm.52.

daku barang kepunyaan (natural possession, bezit), yang kemudan dalam perkembangan menjad hak mlk dalam art yurds.8

Hak mlk atas tanah dapat lahr atau terjad melalu tga cara sebagamana dsebutkan dalam pasal 22 UUPA yatu hak mlk atas tanah yang lahr menurut hukum adat, penetapan pemerntah, dan ketentuan undang-undang. Jka hak mlk yang lahr dar perspektf hukum adat maka maksudnya alah hak mlk atas tanah tersebut terjad dengan jalan pembukaan tanah (pembukaan hutan) atau terjad karena tmbulnya ldah tanah (aanslibbing), dengan pembukaan tanah dlakukan secara bersama-sama dengan masyarakat hukum adat yang dpmpn oleh ketua adat melalu tga sstem penggarapan yatu, matok sirah matok galeng, matok sirah gilir galeng, dan sstem bluburan. Sedangkan yang dmaksud dengan ldah tanah (aanslibbing) adalah pertumbuhan tanah d tep

sunga, danau, atau laut, tanah yang tumbuh demkan tu danggap menjad

kepunyaan orang yang memlk tanah yang berbatasan, karena basanya pertumbuhan tersebut sedkt banyak terjad karena usahanya.9

Sebdang tanah dapat saja berubah luas maupun bentuknya bukan hanya karena perbuatan subyek-subyek yang

8 Ibid., hlm.53.

9 Boed Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-undang Pokok Agraria, isi, dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, 2003, hlm.44.

(6)

tdak bertanggung jawab, melankan dapat terjad akbat perubahan keadaan alam tu sendr, tdak hanya dapat berdampak terjadnya perubahan data fsk pada tanah, hal n juga dapat berdampak bertambah atau munculnya ldah tanah (aanslibbing) sepert

dkarenakan surutnya ar laut atau sunga sehngga mennggalkan lumpur yang mengeras dan menjad tanah baru pada daerah pnggr panta atau sunga, selan munculnya tanah, dan juga terjad pengurangan atau lenyapnya tanah sepert halnya terjadnya suatu pengurangan luas tanah atau perubahan data fsk terhadap luas tanah.

Perubahan data fsk terhadap luas tanah n juga dapat terjad pada tanah apapun dan mlk sapa pun, adapun beberapa faktor penyebab terjadnya perubahan data fsk terhadap luas tanah dapat terjad dkarenakan oleh hal-hal sepert dlakukannya pengamblalhan lahan oleh pemerntah yang akan dpergunakan untuk pembangunan dem kepentngan umum, dengan begtu seorang pemegang hak atas tanah harus rela melepas sebagan atau seluruhnya hak atas tanahnya dengan dkut suatu bentuk gant

kerugan oleh phak pemerntah dengan perhtungan dan perbandngan yang sesua dan layak dengan berdasar sebagamana datur pada sebuah asas hukum Aequum Pretium atau Iustum Pretium yang artnya suatu harga haruslah layak.10

10 I Ketut Artad,[et.al], Implementasi Ketentuan- ketentuan Hukum Perjanjian Kedalam Perancangan Kontrak, Udayana Unversty Press, Denpasar, 2010, hlm.175.

Kemudan terkat dengan pelepasan hak atas tanah juga harus dlakukan dengan berdasarkan pada fungs sosal pada tanah, bahkan pada tanah hak mlk sekalpun. Berkenaan dengan fungs sosal pada hak atas tanah, Boed Harsono menjelaskan bahwa dalam penggunaan tanah tu harus mengutamakan kepentngan umum darpada kepentngan ndvdu.

In bukan berart kepentngan

ndvdu dapat dabakan begtu saja.

Jka kepentngan umum mendesak suatu kepentngan ndvdu yang mengakbatkan kepentngan ndvdu tersebut menderta kerugan, maka dengan demkan harus dberkan suatu kompensas ataupun gant kerugan atas tanah haknya tersebut.11 Selan perubahan data fsk karena faktor datas tad, juga dapat terjad suatu perubahan data fsk terhadap luas tanah yang dluar kengnan dan dluar dugaan pemegang hak atas tanah, msalnya suatu tanah yang terletak d tep sunga, tep panta atau laut, yang dakbatkan eros pnggr sunga

maupun abras ar laut, beberapa faktor-faktor perubahan data fsk terhadap luas tanah tersebut secara langsung member rasa takut dan resah terhadap pemegang hak mlk atas tanah tersebut, karena dengan perubahan data fsk terhadap luas tanahnya tersebut maka dengan begtu tanahnya tdak dapat dmanfaatkan secara maksmal.

11 Boed Harsono, Op.cit.,hlm.191.

(7)

Sebagamana yang dtelt dar

kasus dalam tess n, yatu sebdang tanah Hak Mlk yang terletak d Jalan Dahla, Desa Dalung, Banjar Tuka, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, Provns Bal. Tanah tersebut memlk luas tanah 1000 m2, pada salah satu ss perbatasan tanah tersebut alah berbatasan dengan sebuah sunga kecl yang juga serng djadkan tempat pengalran akhr pada sstem pengaran sawah d sektarnya, tanah tersebut memlk gambar denah serta patok batas tanah yang jelas pada fakta d lapangan terkat batas- batas tanah yang jelas tersebut, tanah

n pun memlk suatu permasalahan yakn ketka pemegang hak mlk atas tanah tersebut ngn mendrkan sebuah bangunan sem permanen datas tanahnya tersebut. Ketka akan mendrkan bangunan, pemegang hak mlk atas tanah tersebut mendapat teguran dan larangan mendrkan bangunan datas tanah mlknya sendr

oleh petugas Satuan Pols Pamong Praja Daerah Kabupaten Badung.

Adapun alasan teguran dan larangan tersebut adalah d karenakan lokas

untuk mendrkan bangunan tersebut seharusnya dperuntukkan sebaga

sempadan sunga yang harus bebas dar bangunan apapun/dkosongkan.

Jka secara yurds, pemegang hak mlk atas tanah tersebut mendrkan bangunan yang mash dalam batas wlayah tanah kepemlkannya sendr, karena pemegang hak mlk atas tanah tersebut mendrkan bangunan mash

berada d dalam batas patok tanah kepemlkannya sendr.

Setelah dlakukan peneltan terhadap data-data terkat objek peneltan, ternyata dahulu memang terdapat jarak antara sunga dengan tanah hak mlk tersebut (atau yang basa dsebut sempadan sunga), namun saat n sempadan sunga tersebut telah lenyap akbat tergerus ar sunga hngga mengena sebagan luas tanah mlk warga tersebut, hal n mengakbatkan luas tanah yang dmlk warga tersebut menjad menyusut/berkurang luasnya.

Maka n pun menjad permasalahan yang juga menjad suatu bahan kajan terhadap peraturan perundang- undangan yang terkat untuk dapat membuktkan tentang kekuatan dar

hak mlk atas tanah tersebut, dan tentunya penyelesaan masalah n

tak luput dar peran phak pemerntah yang memlk kewenangan d bdang

n, sepert Kementeran Agrara dan Tata Ruang melalu Badan Pertanahan Nasonal dan Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota setempat.

Untuk dapat mengetahu

pengertan dar perubahan data fsk pada tanah, dapat merujuk kepada bagan penjelasan pasal 36 ayat (1) PP 24/1997 n menjelaskan bahwa perubahan data fsk terjad kalau dadakan pemsahan, pemecahan, atau penggabungan bdang-bdang tanah yang sudah ddaftar, dan perubahan data yurds terjad msalnya kalau dadakan pembebanan atau pemndahan hak atas bdang tanah yang sudah ddaftarkan.

(8)

Jka dlhat secara keseluruhan, maka yang datur dalam pasal 36 ayat (1) dan (2) PP 24/1997 tersebut alah tentang perubahan data fsk dan yurds dengan krtera yang dmaksud dalam penjelasannya, dan juga mengatur terkat kewajban pemegang hak atas tanah untuk segera mendaftarkan segala perubahan data fsk ataupun yurds yang dlakukan pada bdang tanah yang dmlknya. Perlu dlakukan suatu pendalaman dan penafsran hukum terkat kejelasan perstwa dan solus dar terjadnya perubahan data fsk terhadap luas tanah n dalam hal untuk mencapa dan mewujudkan asas kepastan hukum dalam hukum agrara pada umumnya dan tujuan dalam kegatan pendaftaran tanah pada khususnya. Sehubungan dengan telah dlakukannya pengkajan dalam konsep hukum tentang perubahan data fsk terhadap luas tanah n perlu danalss dan dalam hal n tdak dapat dpsahkan dar konsep hukum terkat peran pemerntah dalam hal terjadnya suatu perubahan data fsk terhadap luas tanah.

Setap tanah yang telah ddaftarkan hak atas tanahnya tentu memlk luas tanahnya masng- masng, salah satu alasan dlakukannya pendaftaran hak atas tanah n alah untuk mendapatkan rasa kepastan hukum terhadap pemlk atau pemegang hak atas tanah sebagamana yang djanjkan dan dcta-ctakan oleh UUPA maupun peraturan turunannya yatu PP 24/1997 tersebut. Hal n akan menjad sult

dlakukan dkarenakan pertumbuhan dan perubahan kebutuhan terhadap tanah d masyarakat saat n yang tdak dkut dengan perkembangan peraturan perundang-undangan yang mampu untuk mencptakan suatu pengaturan yang dapat member rasa aman dan berkepastan hukum pula.

Terkat mash belum adanya pembaharuan peraturan perundang- undangan tentang tanah d Indonesa, maka dengan terjad suatu keadaan sepert kasus n, jka merujuk pada peraturan yang ada, yatu pasal 27 huruf b UUPA menjelaskan bahwa sebuah tanah dnyatakan hapus hak mlknya ketka tanah tersebut musnah. Makna “tanahnya musnah”

n menmbulkan suatu multtafsr d kalangan masyarakat. Hal n pun menjad sebuah pengertan yang kabur pula dalam UUPA, sebagamana yang dmaksud dengan pengertan yang kabur adalah tentang sebuah pengertan dapat dkatakan bahwa sebuah pengertan tu memlk nt

yang kurang jelas, yang lngkupnya dapat dtentukan secara perss, tetap

bahwa d sekellngnya terdapat batas yang tdak jelas yang lngkupnya tdak dapat dtetapkan secara perss.12

Hal n juga terjad karena tdak dbernya suatu penjelasan atas pasal

n terkat ukuran atau batasan-batasan dar stlah musnah yang dgunakan dalam pasal tersebut terkat blamana

12 JJ.H.Bruggnk dterjemahkan oleh B.Aref Sdharta, Refleksi Tentang Hukum Pengertian- Pengertian Dasar Dalam Teori Hukum ,PT.

Ctra Adtya Bakt, Bandung, 2015, hlm.61.

(9)

tanah tersebut dkatakan musnah dan dapat mengakbatkan hapusnya hak mlk atas tanahnya tersebut. Namun berdasar pada kasus n, pemerntah juga memlk kepentngan untuk membuat suatu sempadan sunga

yang member akbat untuk harus dpergunakannya sebagan luas tanah warga tersebut untuk djadkan sempadan sunga. Maka untuk kasus

n tdak dapat dlhat dar satu ss

peraturan perundang-undangan saja, namun harus melhat kepada beberapa peraturan perundang-undangan lannya yang berkatan dengan kasus

n. Tugas pentng bag hakm dalam penemuan hukum guna menentukan perstwa-perstwa apa yang mash termasuk dalam pengertan-pengertan yang dtetapkan dalam undang- undang dan yang mana tdak juga d sn jelas kejadan-kejadan yang secara tdak bermakna ganda termasuk dalam nt dar pengertan tu.13 Dalam hal norma kosong dan norma yang kabur, solusnya dlakukan oleh hakm melalu metode penafsran hukum (penafsran tata Bahasa, penafsran sstemats, penafsran sejarah hukum, penafsran teleog atau sosologs) atau melalu konstruks hukum (analog, argumentum a contrario, rechtverifijning atau penghalusan hukum).14

Namun dalam hal menganalss kasus n, tdak cukup hanya dengan

13 Ibid., hlm.63.

14 I Dewa Gede Atmadja, Pengantar Penalaran Hukum dan Argumentasi Hukum, Bal Aga, Denpasar, 2009, hlm.35.

melhat pada satu nstrument peraturan perundang-undangan saja, melankan dapat melhat kepada nstrument peraturan perundang-undangan lannya yang berkatan dengan kasus

n, sepert dengan melhat pada aspek penatagunaan tanahnya, maksudnya adalah sesua pada pasal 1 Peraturan Pemerntah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah (PP 16/2004) menjelaskan bahwa, penatagunaan tanah alah sama dengan pola pengelolaan tata guna tanah yang melput penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah yang berwujud konsoldas pemanfaatan tanah melalu

pengaturan kelembagaan yang terkat dengan pemanfaatan tanah sebaga satu kesatuan system untuk kepentngan masyarakat secara adl. Dan juga aspek penatagunaan tanah lannya dapat dlhat dalam pasal 2 PP 16/2004, menjelaskan bahwa penatagunaan tanah berdasarkan keterpaduan, berdayaguna, dan berhaslguna, seras, selaras, sembang, berkelanjutan, keterbukaan, persamaan, keadlan dan perlndungan hukum.

Dalam pasal 2 PP 16/2004 dapat dlhat bahwa salah satu tujuan dar

penatagunaan tanah alah agar dapat tercptanya suatu kesembangan dan keselarasan antara alam dan manusa.

Maka dengan tu penatagunaan tanah yang akan dlakukan oleh pemerntah Kabupaten Badung terhadap tanah Hak Mlk salah seorang warga d sana

alah untuk dbuatkan suatu sempadan sunga, dengan berdasar pada Rencana Tata Ruang Wlayah yang ada.

(10)

Dengan dpertegasnya peruntukan sebagan luas tanah tersebut sebaga sempadan sunga

sesua dengan Rencana Tata Ruang Wlayah setempat dan juga sesua

dengan penatagunaan tanah, maka pemegang hak mlk atas tanah tersebut akan tetap memlk tanahnya dengan status hak mlk tersebut, tetap pemlk tanah tersebut harus menghormat serta melaksanakan fungs sosal dar tanah tersebut dan Rencana Tata Ruang Wlayah tersebut untuk menggunakan sebagan luas tanahnya yang termasuk dalam jarak sempadan tersebut agar dapat dpergunakan sebagamana peruntukannya sebaga sempadan sunga.

Adapun cara lan yang dapat dlakukan alah pemegang hak mlk atas tanah tersebut dalam melakukan pelepasan hak atas tanah terhadap sebagan luas tanah hak mlknya agar menjad Tanah Negara yang dkut

dengan dberkannya suatu bentuk dan besaran gant kerugan oleh negara atas tanah hak mlk yang telah dlepasnya melalu musyawarah yang dlakukan oleh para phak yatu Phak Pemegang hak mlk dan phak pemerntah setempat, hal n dlakukan agar negara dapat mempergunakan tanah yang dlepas haknya tersebut menjad

sempadan sunga dan pemegang hak mlk atas tanah sebelumnya juga mendapat gant kerugan yang layak.

3.2 Langkah Hukum Yang Dapat Dilakukan Dalam Hal Menyusutnya

Luas Tanah Hak Milik Akibat Pengaruh Alam

Pendaftaran tanah alah suatu kegatan yang danggap dapat menjamn kepastan dan kekuatan hukum atas suatu hak atas tanah yang dmlk, namun suatu kegatan pendaftaran tanah tersebut tdak selamanya menjad suatu langkah yang efektf dalam hal menjamn kepastan hukum terhadap kepemlkan suatu hak atas tanah, karena suatu pendaftaran hak atas tanah dengan tdak dkut

dengan adanya kegatan pemelharaan data pendaftaran tanah akan menjad

suatu permasalahan ke depannya.

Hal n dsebabkan suatu keadaan tanah dapat berubah, bak perubahan fsk maupun secara yurdsnya, sehngga sangatlah dperlukan untuk dlakukannya kegatan pemelharaan data pendaftaran tanah n.

Sebagamana datur dalam pasal 1 angka 12 PP 24/1997, bahwa yang dmaksud dengan pemelharaan data pendaftaran tanah adalah kegatan pendaftaran tanah yang dlakukan untuk menyesuakan data fsk dan data yurds dalam peta pendaftaran, daftar tanah, daftar nama, surat ukur, buku tanah, dan sertpkat dengan perubahan-perubahan yang terjad

kemudan.

Pemelharaan data pendaftaran tanah n dlakukan apabla terjad

perubahan pada data fsk atau data

(11)

yurds objek pendaftaran tanah yang telah terdaftar. Pemegang hak yang bersangkutan wajb mendaftarkan perubahan data fsk atau data yurds tersebut kepada Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota setempat untuk dcatat dalam buku tanah.15

Sebagamana yang terjad pada kasus n, Lenyapnya sempadan sunga yang dakbatkan faktor alam eros n menyebabkan tdak adanya suatu kepastan hukum terhadap hak atas tanah akan d manfaatkan oleh pemlknya, dan hal n menjad suatu polemk dalam hal tdak jelasnya status hak atas tanah yang dmlk warga tersebut akbat perubahan data fsk terhadap luas tanah tersebut.

Jka melhat pada kasus datas tad, hal n memang terjad suatu perbedaan luas tanah pada surat ukur dan sertpkat dengan luas tanah pada faktualnya, hal n terjad perubahan dalam bentuk menyusutnya luas tanah hak mlk yang tertera pada sertpkat yatu 1000 m2 yang menjad

berkurang dar luas tanah semestnya tersebut. Namun perbedaan luas tanah pada sertpkat dengan pada luas tanah faktualnya n terjad bukanlah karena kesalahan admnstras

kantor pertanahan ataupun tekns pengukurannya, namun n terjad

karena suatu faktor pengaruh alam yatu tergerusnya sempadan sunga

hngga tanah hak mlk warga akbat debt ar sunga yang menngkat.

15 Urp Santoso (Selanjutnya Urp Santoso I), Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah, Kencana Predana Meda Group, Surabaya, 2010, hlm.35.

Dengan melhat permasalahan dalam kasus n, maka hal n membuat tercptanya ketdakpastan dalam terwujudnya sfat unggul pada hak mlk atas tanah yatu yang bersfat

“terkuat dan terpenuh”. Yang mana sfat keunggulan hak mlk atas tanah

n daku dan datur menurut undang- undang, tentunya hal n harus mendapat langkah penyelesaan dengan cara yang bak sehngga dapat mencptakan rasa adl dan aman bag seluruh phak, bak

tu dar phak pemlk hak atas tanah maupun phak pemerntah setempat yang dalam hal n bertugas untuk menjaga dan menegakkan pelaksanaan dan pembangunan tata ruang wlayah setempat.

Dalam kasus n, menjad suatu permasalahan yang menark untuk danalss. Dalam hal n para phak (pemlk hak atas tanah dan pemerntah yang berwenang) sama-sama merasa memlk kepentngan dalam menggunakan tanah tersebut. D satu ss, phak pemegang hak mlk atas tanah merasa berhak menggunakan tanahnya tersebut. D ss lan, pada phak pemerntah setempat juga merasa harus melaksanakan ketentuan pembangunan dan tata ruang wlayah setempat. Kedua belah phak sama-sama merasa berwenang untuk menggunakan tanah yang sama, sehngga hal n

dapat memcu terjadnya sengketa. Sr

Hajat berpendapat bahwa sengketa merupakan kelanjutan dar adanya suatu masalah, sebuah masalah akan menjad sengketa bla masalah

(12)

tersebut tdak dselesakan. Sepanjang para phak dapat menyelesakan masalahnya dengan bak , maka sengketa tdak akan terjad. Begtu pula sebalknya, jka suatu kesepakatan mengena pemecahan masalah tdak dapat tercapa, maka akan tmbul sengketa.16

Dalam hal kegatan pemelharaan data pendaftaran tanah n, jka melhat pengaturan dalam PP 24/1997 mengatur secara tersrat bahwa suatu bentuk perubahan data yurds ataupun data fsk yang terjad pada bdang tanah harus segera dlaporkan dan dsampakan untuk d data kembal/

pembaharuan data tanah ke kantor pertanahan kabupaten kota setempat, agar dapat d perbaharu dan dcatatkan pada buku tanah. Buku tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data yurds dan data fsk suatu objek pendaftaran tanah yang sudah ada haknya.17

Berkatan dengan akbat hukum yang dapat dtmbulkan dar Perubahan Data Fsk tanah sebagan tad, langkah hukum yang dapat dlakukan sebaga

upaya preventf agar tdak kehlangan hak atas tanah lannya juga dapat dlakukan. Adapun langkah hukum yang dapat dlakukan dalam hal n

yatu dengan melakukan kegatan

16 Sr Hajat,“Model Penyelesaian Sengketa Pertanahan Melalui Mediasi Dalam Mewujudkan Penyelesaian Yang Efesiensi Dan Berkepastian Hukum” Peneltan Unggulan Perguruan Tngg Sumber Baya Bantuan Operasonal Perguruan Tngg Neger Fakultas Hukum Unverstas Arlangga, Surabaya, 1 Nopember 2013, hlm.23.

17 Urp Santoso I, Op.cit., hlm.35.

pemelharaan data pendaftaran tanah.

Sebagamana datur dalam pasal 1 angka 12 PP 24/1997, bahwa yang dmaksud dengan pemelharaan data pendaftaran tanah adalah kegatan pendaftaran tanah yang dlakukan untuk menyesuakan data fsk dan data yurds dalam peta pendaftaran, daftar tanah, daftar nama, surat ukur, buku tanah, dan sertpkat dengan perubahan-perubahan yang terjad

kemudan.

Pemelharaan data pendaftaran tanah n dlakukan apabla terjad

perubahan pada data fsk atau data yurds objek pendaftaran tanah yang telah terdaftar. Pemegang hak yang bersangkutan wajb mendaftarkan perubahan data fsk atau data yurds tersebut kepada Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota setempat untuk dcatat dalam buku tanah.18 Melalu kegatan pemelharaan data pendaftaran tanah n dharapkan terus terjadnya pembaharuan konds tanah terkn

agar mudah untuk d data. Namun dalam hal n melakukan kegatan pemelharaan data pendaftaran tanah saja belum cukup untuk menyelesakan permasalahan dalam stud kasus n.

Setelah dlakukannya pemelharaan data pendaftaran tanah dan melhat kembal pada aspek penatagunaan tanahnya, sesua pada pasal 1 Peraturan Pemerntah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah (PP 16/2004) menjelaskan bahwa, penatagunaan tanah alah

18 Ibid.

(13)

sama dengan pola pengelolaan tata guna tanah yang melput penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah yang berwujud konsoldas

pemanfaatan tanah melalu pengaturan kelembagaan yang terkat dengan pemanfaatan tanah sebaga satu kesatuan system untuk kepentngan masyarakat secara adl.

Aspek penatagunaan tanah lannya dapat dlhat dalam pasal 2 PP 16/2004, menjelaskan bahwa penatagunaan tanah berdasarkan keterpaduan, berdayaguna, dan berhaslguna, seras, selaras, sembang, berkelanjutan, keterbukaan, persamaan, keadlan dan perlndungan hukum. Dengan berdasar pada pengaturan n dan dengan melhat konds fsk dan lokas tanah yang dperuntukkan sebaga sempadan sunga dalam konteks penatagunaan tanahnya tersebut, maka sebagan luas tanah dar tanah hak mlk warga tersebut haruslah dpergunakan sebaga sempadan sunga, atau dapat juga dlakukan langkah pelepasan sebagan luas tanah hak mlk warga tersebut, agar menjad tanah negara dan pemerntah setempat dapat memanfaatkan tanah negara tersebut untuk djadkan sempadan sunga, namun kegatan pelepasan hak pada sebagan luas tanah hak mlk tersebut juga dkut oleh kegatan gant

kerugan oleh pemerntah juga.

Maka dengan tu, suatu kegatan untuk melakukan gant kerugan atas tanah tersebut drasa mampu untuk

menyelesakan permasalahan n.

Dalam pasal 65 PERPRES 71/2012 n

menyatakan bahwa penla bertugas untuk melakukan penlaan besarnya gant kerugan bdang per bdang tanah, melput tanah, ruang atas tanah dan bawah tanah, bangunan, tanaman, benda yang berkatan dengan tanah, dan kerugan lan yang dapat dnla.

Sehngga melalu pengaturan pasal tersebut dapat dambl kesmpulan bahwa tanah merupakan objek untuk dapat dberkan gant kerugan dan dapat dnla harganya. Begtu halnya dengan bentuk dar gant kerugan yang dapat dberkan, pada pasal 74 dalam PERPRES 71/2012 menyatakan bahwa ;

(1) Pemberan gant kerugan dapat dberkan dalam bentuk;

a. uang;

b. tanah penggant;

c. pemukman kembal;

d. kepemlkan saham, atau;

e. bentuk lan yang dsetuju

oleh kedua belah phak.

(2) Bentuk gant kerugan sebaga- mana dmaksud pada ayat (1), bak berdr sendr maupun gabungan dar beberapa bentuk gant kerugan, dberkan sesua

dengan nla gant kerugan yang nomnalnya sama dengan nla

yang dtetapkan oleh penla.

Dengan dtetapkannya aturan terkat bentuk gant kerugan dalam PERPRES 71/2012 n member

kejelasan dan mempermudah dalam langkah untuk member gant kerugan

(14)

atas tanah tersebut. Begtu pula halnya terkat tata cara dalam pemberan gant kerugan atas tanah datur pada pasal 68 dalam PERPRES 71/2012 yang menjelaskan bahwa, pelaksana pengadaan tanah melaksanakan musyawarah dengan phak yang berhak dalam waktu palng lama 30 (tga puluh) har sejak hasl penlaan dar Penla Pertanahan dterma oleh Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah.

Kemudan Dalam pasal 69 PERPRES 71/2012 mengatur bahwa Pelaksana Pengadaan Tanah mengundang para phak yang berhak dalam musyawarah penetapan gant

kerugan dengan menetapkan tempat dan waktu pelaksanaan. Musyawarah

n dpmpn oleh ketua pelaksana pengadaan tanah atau pejabat yang dtunjuk. Pelaksanaan musyawarah n

dlakukan dengan mengkutsertakan

nstans yang memerlukan tanah.

Musyawarah dlakukan secara langsung untuk menetapkan bentuk gant

kerugan berdasarkan hasl penlaan gant kerugannya. Kemudan pada pasal 72 dalam PERPRES 71/2012 menyatakan bahwa hasl kesepakatan dalam musyawarah menjad dasar pemberan gant kerugan kepada phak yang berhak yang dtuangkan dalam berta acara kesepakatan.19

Dalam proses musyawarah terkat pemberan bentuk dan/atau besaran gant kerugan tersebut dapat

19 Urp Santoso (selanjutnya Urp Santoso II), Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, Arlangga Unversty Press, Surabaya, 2013, hlm.80.

mencapa beberapa hasl d akhr antara lan tercapanya atau tdak tercapanya bentuk dan/atau besaran gant kerugan atas tanahnya tersebut. Dalam hal tdak tercapanya kesepakatan terkat bentuk dan/atau besarnya gant

kerugan dalam musyawarah yang d

putuskan, maka, phak yang berhak dapat mengajukan keberatan kepada pengadlan neger setempat dalam kurun waktu palng lama 14 har kerja setelah dtandatangannya berta acara hasl musyawarah. Pengadlan neger

memutus bentuk dan/atau besarnya gant kerugan dalam waktu palng lama 30 har kerja sejak dtermanya pengajuan keberatan tersebut.

Kemudan jka phak yang berhak mash tdak puas dengan putusan pengadlan neger, maka dapat melakukan upaya hukum kasas ke Mahkamah Agung.

IV. KESIMPULAN

1. Dalam pasal 27 UUPA hanya mengatur tentang hapusnya hak mlk atas tanah yang salah satunya dakbatkan oleh musnahnya tanah, Namun aturan n tdak menjadkan hak mlk atas tanah sebagamana dalam kasus n menjad hapus.

Dengan dtnjau dar nstrumen peraturan perundang-undangan lannya yang berkatan dengan kasus n sepert UUPR, PP 16/2004, dan RTRW setempat, menjadkan kejelasan status dan peruntukan tanah yatu dapat tetap menjad tanah hak

(15)

mlk atas warga tersebut, tetap dengan memperhatkan penggunaan tanah yang sesua

peruntukannya yatu untuk sempadan sunga, atau dengan melepas sebagan luas tanah menjad tanah negara dan mendapat gant kerugan yang layak, agar tanah yang dlepas tersebut dapat dpergunakan sesua dengan peruntukannya yatu untuk sempadan sunga.

2. Jka terjadnya suatu perubahan data fsk terhadap luas tanah seluruhnya ataupun sebagan, maka pemegang hak mlk dapat melakukan salah satu dar

kegatan pendaftaran tanah yatu dengan melakukan pemelharaan data pendaftaran tanah. Langkah hukum yang dapat dlakukan terhadap luas tanah menyusut akbat tergerus ar sunga yang mengakbatkan perubahan data fsk tanah yatu dengan langkah melhat peraturan dan peruntukan dalam penggunaan tanah tersebut sebaga sempadan sunga, dan pemerntah dapat mengambl langkah member

suatu gant kerugan melalu

musyawarah antara pemegang hak mlk dengan pemerntah, karena dalam hal n pemerntah juga perlu menjalankan rencana tata ruang wlayah yang bak, sepert membuat jarak/sempadan sunga.

DAFTAR PUSTAKA Buku

Artad, I Ketut, I Dewa Nyoman Ra Asmara Putra, 2010, Implementasi Ketentuan- ketentuan Hukum Perjanjian Kedalam Perancangan Kontrak, Udayana Unversty Press, Denpasar.

Atmadja, I Dewa Gede, 2009, Pengantar Penalaran Hukum dan ArgumentasiHukum,Bal

Aga, Denpasar.

Harsono, Boed, 2003, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-undang Pokok Agraria, isi, dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta.

Marzuk, Peter Mahmud, 2014, Penelitian Hukum, Kencana Perdana Meda, Surabaya.

Pound,Roscoe, 1954, An Introduction to the Philosophy (Yele Unversty Press,

New Haven, New York, Lhat pula C.F.G Sunarjat Hartono, 1978, Beberapa Pemkran Ke arah Pembaruan Hukum Tanah, Alumn, Bandung.

Santoso,Urp, 2010, Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah, Kencana Predana Meda Group.

Santoso,Urp, 2013, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum Arlangga Unversty Press, Surabaya.

(16)

Buku Terjemahan

Bruggnk, JJ.H, dterjemahkan oleh B.Aref Sdharta, 2015, Refleksi Tentang Hukum Pengertian- Pengertian Dasar Dalam Teori Hukum, PT. Ctra Adtya Bakt, Bandung.

Artikel Seminar Ilmiah

Hajat, Sr, 2013, “Model Penyelesaian Sengketa Pertanahan Melalui Mediasi Dalam Mewujudkan Penyelesaian Yang Efesiensi Dan Berkepastian Hukum”, Dalam Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Sumber Biaya Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri, Surabaya, 1 Nopember.

Artikel Majalah Ilmiah Versi Online

Adnyana, Penggunaan Kuasa Menjual Ddalam Peralhan Hak Mlk Atas Tanah Melalu Jual- Bel, Jurnal Magster Hukum Udayana (Udayana Master Law Journal), Vol.4, No.1:179-189 Eds Me 2015,https://ojs.unud.

ac.d/ndex.php/jmhu/artcle/

vew/13050, dakses tanggal 12 Oktber 2017.

Anak Agung Istr Dah Mahadew, Pengaturan Prosedur Pembatalan Sertpkat Hak Atas Tanah Yang Merupakan Barang Mlk Negara, Jurnal Magster Hukum Udayana (Udayana Master Law Journal), Vol.2 No.3 Eds

November 2013, https://ojs.

unud.ac.d/ndex.php/jmhu/

artcle/vew/7285, dakses tanggal 12 Oktober 2017.

I Wayan Werasmana Sancaya, Kekuatan Mengkat Perjanjan Nomnee Dalam Penguasaan Hak Mlk Atas Tanah, Jurnal Magster Hukum Udayana (Udayana Master Law Journal), Vol.2 No.3 Eds November 2013, https://ojs.unud.ac.d/ndex.php/

jmhu/artcle/vew/7364, dakses tanggal 12 Oktober 2017.

Peraturan Perundangan

Undang-undang Dasar Negara Republk Indonesa Tahun 1945.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- pokok Agrara (Lembaran Negara Republk Indonesa Nomor 104 Tahun 1960).

Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bag Pembangunan Untuk Kepentngan Umum. (Lembaran Negara Republk Indonesa Nomor 22 Tahun 2012, Tambahan Lembaran Negara Republk Indonesa Nomor 5280).

Peraturan Pemerntah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (Lembaran Negara Republk Indonesa Nomor 59 Tahun 1997).

Peraturan Presden Republk Indonesa Nomor 71 Tahun 2012 tentang

(17)

Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bag Pembangunan untuk Kepentngan Umum (Lembaran Negara Republk Indonesa Nomor 156 Tahun 2012).

Peraturan Menter Agrara/ Kepala Badan Pertanahan Nasonal Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan dar

Peraturan Pemerntah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (Lembaran Negara Republk Indonesa Tahun 1997).

Referensi

Dokumen terkait

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek

Yang menjadi prioritas penyebab masalah yang ada dalam pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Cimanggis pada periode

Uji lanjut, perbedaan antar konsentrasi dilakukan dengan post hock tes, didapatkan hasil bahwa pada konsentrasi 30 merupakan konsentrasi terkecil yang berbeda

Ratna Setyaningsih, M.Si, selaku Kepala Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin

Berdasarkan hasil praktikum pada pengamatan prefrensi makanan pada serangga, yaitu belalang (Disosteira carolina) dapat diketahui pada prefrensi makanan yang diberikan,

Dengan keadaan dimana bukti pengeluaran barang dari gudang dan bukti permintaan dari konsumen yang hanya dikeluarkan oleh 1 orang pegawai pada perusahaan tersebut

Distribusi hubungan antara interaksi sosial dengan kualitas hidup lanjut usia yang mengalami hipertensi di Posyandu Lanjut Usia Peduli Insani Mendungan Pabelan Sukoharjo