• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ARKEOLOGI PENGETAHUAN PEMIKIRAN GUS DUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV ARKEOLOGI PENGETAHUAN PEMIKIRAN GUS DUR"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB IV

ARKEOLOGI PENGETAHUAN PEMIKIRAN GUS DUR

Arkeologi pengetahuan digunakan oleh penulis sebagai analisis tura>s|

(tradisi) dalam pemikiran Gus Dur adalah untuk memahami aturan-aturan diskursus yang terdapat pada sistem pemikiran Gus Dur, karena didalam setiap periode suatu zaman atau pemikiran seseorang terdapat sebuah sistem yang mengatur dan membentuk sebuah identitas dan mengelola tatanan kehidupan masyarakat. Pada satu sisi, untuk memahami sebuah praktek diskursus yang akan mengalami sebuah perubahan, yang kemudian membentuk identitas wacana baru dalam masyarakat.

A. Michel Foucault dan Kerangka Arkeologi Pengetahuan

Sebelum masuk dalam pembahasan analisis arkeologi pengetahuan teoritis Foucault untuk menelaah pemikiran Gus Dur, penulis menguraikan terlebih dahulu pengertian Arkeologi serta perbedaan arkeologi secara umum dengan arkeologi pengetahuan yang dimaksudkan oleh Foucault. Pengertian Arkeologi dalam kamus filsafat, berasal dari bahasa yunani kuno yakni;

Archaeo artinya Purbakala, sedangkan Logi berasal dari kata Logos yang artinya ilmu, dapat ditarik kesimpulan bahwa Arkeologi adalah ilmu purbakala

(2)

61

yang menggali dan mempelajari tentang aktus-aktus atau sisa-sisa suatu fosil- fosil, anatomi dan kultural dari bangsa kuno dan hewan kuno.1

Arkeologi yang dipahami para sejarawan adalah suatu kajian ilmu yang menggali aktus-aktus purbakala bertujuan untuk menguraikan kontinuitas-kontinuitas suatu peradaban manusia dari satu periode lampau dengan periode sekarang, dapat dikatakan bahwa arkeologi berfungsi untuk mengunggkap relasi-relasi masalalu yang membentuk sebuah evolusi dari suatu peradaban menuju peradaban lain. Pada dasarnya arkeologi berkeinginan mempelajari suatu kebudayaan manusia pada masa lampau melalui kajian- kajian yang sistematis, atas benda-benda yang ditinggalkan seperti kapak, candi, batu, serta artefak-artefak yang lainnya. Didalam arkeologi secara general terdapat beberapa paradigma yang menjadi landasannya yaitu :

1. Menyusun sejarah kebudayaan

2. Memahami perilaku kebudayaan masalalu

3. Mengerti dan memahami proses terjadinya sebuah kebudayaan2

Pada perkembangannya arkeologi tidak hanya terbatas dalam mempelajari dan memahami kebuayaan masalalu, Akan tetapi sudah mulai merambah masuk untuk memepelajari kebudayaan masa kini. 3 Dalam

1 Sudarsono, Kamus Filsafat dan Psikologi, (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 1993), hlm. 16, 142.

2 K. Bertens, Filasafat Barat Kontemporer Prancis;Terjemahan (Jakarta, PT. Gramedia, 2001), hlm. 314.

3 Sudarsono, Kamus Filsafat Dan Psikologi, (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 1993), hlm. 16.

(3)

62

pandangan Foucault, arkeologi pengetahuan ialah ilmu purbakala, bahwa disetiap zaman terdapat sebuah apriori historis, yang tidak lain merupakan sistem pemikiran pada setiap zaman atau dalam periode tertentu, dan sistem pemikiran ini merupakan suatu syarat dan cara untuk mempraktekkan ilmu pengetahuan pada zaman tersebut. Dalam hal ini, arkelogi pengetahuan tidak dapat dipisahkan antara arkeologi dengan pengetahuan, karena pengetahuan yang dimaksud dalam gagasan Foucault merupakan bagian dari episteme pada arkeologi atau suatu sistem pemikiran (apriori historis) yang ada dalam periode tertentu. Arkeologi pengetahuan tidak menentukan pemikiran, akan tetapi hanya ingin menentukan dan mendefinisikan diskursus yang di praktekkan, memperlihatkan cara-cara diskursus dalam membentuk aturan- aturan yang diterapkan dalam operasi diskursus. tidak pula menggali momen dimana sebuah ouvre muncul diatas tanpa identitas.4

Foucault dengan tegas membedakan bahwa arkeologi pengetahuan dengan arkeologi klasik yang menggunakan paham evolusi, kontinuitas dan totalisasi, tidak dapat memuaskan bagi Foucault, karena pada dasarnya analisis arkeologi pengetahuan adalah memeperlihatkan diskontinuitas dalam praktek- praktek diskursif dan menentukan serta mendefinisikan regularitas-regularitas diskursus.5 Suatu kebenaran yang ada didalam sebuah diskursus dapat dipahami dari mekanisme prosedur-prosedur yang teratur bagi berlangsungnya

4 Michel Foucault, Arkeologi Pengetahuan; Terjemahan (Yogyakarta, Ircisod, 2012), hlm. 243, 247, 250-251.

5 Ibid., hlm. 259.

(4)

63

produksi, distribusi, sirkulasi, dan operasi pernyataan-pernyataan. Foucault berusaha mengelompokkan kembali wacana dan praktek-praktek, agar hal ini dapat mengembalikan fungsi dokumen-dokumen yang bisa berbicara pada monumen-munumen yang bisu, maka arkeologi berusaha masuk dalam monumen-monumen tersebut untuk membentuk seri-seri secara baru.6

Terdapat beberapa prinsip diskursus yang ada didalam gagasan arkeologi pengetahuan Foucault yaitu:

1. Arkeologi Pengetahuan berusaha mengungkapkan seluruh kontradiksi- kontradiksi yang terdapat didalam setiap diskursus pemikiran, tidak memilah antara esensi dan permukaan.

2. Arkeologi Pengetahuan berusaha mengkomparasikan sebuah diskursus, bukan mempengaruhkan antara satu dengan lainnya.

3. Arkeologi Pengetahuan berusaha menampilkan perbedaan-perbedaan secara utuh. Adapun kesamaan-kesamaannya yang kemungkinan ditemukan, hanya dilihat sebagai bentuk transformasi dan bukan kesamaan.7

Michel Foucault lahir di Poitiers pada tahun 1926. Semula diberi nama Paul Foucault, seperti nama ayahnya, akan tetapi ibunya menambahkan dengan nama Michel sehingga dipanggil dengan nama Paul-Michel. Foucault

86 Petrus Sunu Hardiyanta, Bengkel Individu Modern ; Disiplin Tubuh, (Yogyakarta, Lkis, 1997), hlm. 10-12.

7K. Bertens, Filsafat Barat Kontemporer Prancis; Terjemahan (Jakarta, PT. Gramedia, 2001), hlm. 315-316.

(5)

64

adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Foucault berasal dari keluarga kalangan medis; ayahnya bernama Paul Foucault seorang ahli bedah, dan ibunya Anne Malapert merupakan putri dari seorang ahli bedah. Keluarga Foucault tergolong keluarga yang berada. Sejak kecil Paul hidup ditengah suasana religius yang telah diwarisi dari tradisi leluhurya, semasa kecilnya Foucault cukup aktif sebagi putra Altar di Gereja.8

Foucault memulai pendidikan dasarnya disebuah Klose Jesuit, dan Foucault tidak pandai dalam pelajaran matematika, akan tetapi sangat ahli dalam bidang sejarah, bahasa Latin dan Yunani. Pasca-sekolah dasarnya tahun 1936, Paul pindah ke-Klose Saint-Stanislas. Sejak usia 16 tahun Foucault mulai berkenalan dengan filsafat, dan yang pertama kali memperkenalkan filsafat pemikiran Plato, Descartes, Pascal, dan Bergson, kepada Foucault adalah Dom Pierro. Pada mulanya Foucault sangat tertarik dengan pemikiran Descartes, karena filsafatnya lebih kearah membangunkerangka berfikir yang sistematis daripada filsafat yang hanya mempertanyakan hidup ataupun persona. Ibunda Foucault sangat membebaskan anak-anaknya dalam menentukan pendidikan.9

Foucault lebih tertarik dengan studi filsafat, sejarah, dan psikologi.

Dengan demikian, kita dapat melihat pemikirannya sangat berkaitan erat dengan bidang medis, khususnya Psikopatologis. Pada tahun 1945, Foucault

8 Petrus Sunu Hardiyanta, Bengkel Individu Modern ; Disiplin Tubuh, (Yogyakarta, Lkis,1997), hlm. 1.

89 Ibid., hlm. 2.

(6)

65

pergi ke Paris untuk kuliah di Universitas Sorbonne, Foucault diterima di Ecole Normale Superieure dan menempuh studinya dibawah bimbingan G.

Canguilhem, dan J. Hyppolite. Tiga tahun kemudian Foucault memperoleh Licence filsafat pada tahun 1948, dua tahun kemudian memeperoleh Licence dalam psikologi tahun 1950. Foucault juga mendapat diplomat Psikopatologi tahun 1952. Pada tahun-tahun berikutnya Foucault melanjutkan penilitiannya dibeberapa klinik-klinik psikiatris dan mengajar di Ecole Normale Superieure tentang Psikopatologi.10

Pasca-perang Dunia II Foucault menjadi anggota pada partai komunis Prancis sampai tahun 1951. Kemudian pada tahun 1945 Foucault menerbitkan buku kecil yang berjudul Maladie Mentale Et Personnalite (penyakit jiwa dan kepribadian), kemudian Foucault menerima tawaran menjadi dosen di Universitas Uppsala (Swedia) dibidang sastra dan kebudayaan Prancis (1954- 1958), selama di Universitas Uppsala Foucault mulai mengerjakan buku yang akan menjadi disertasinya. Pada tahun 1958 Foucault menjadi direktur pusat kebudayaan Prancis di Warsawa Polandia, dan pada tahun berikutnya disalah satu lembaga yang sejenis di Hamberg (Jerman), Foucault menyelesaikan bukunya yang berjudul Folie Et Deraison ; Histoire Dela Folie A L’age Classique (kegilaan dan Unreason ; sejarah kegilaan dalam zaman klasik).

Tahun 1960 Foucault pulang ke Prancis dan membawa naskahnya ke Hyppolite, karena naskah tersebut tidak dapat diajukan sebagai disertasi

10 Ibid., hlm. 3.

(7)

66

filsafat, Hyppolite memberikan nasihat agar Foucault mempertahankannya dalam bidang sejarah ilmu pengetahuan dibawah bimbingan G. Canguilhem, dengan cara itu Foucault memperoleh gelar “Doktor Negara” tahun 1961.11

Buku-buku yang diterbitkannya dari tahun 1954 habis terjual dipasaran, dan penerbit mengusulkan untuk mencetak edisi terbaru kembali, edisi terbaru sebagian diberi edisi tulisan-tulisan yang baru, yakni Maladie Mentale Et Psychologi (penyakit jiwa dan psikologi), separuh isinya telah diganti dengan uraian yang baru yang lebih mendekati pada disertasinya.

Kemudian Foucault menolak untuk menerbitan bukunya tersebut, dikarenakan tulisan dimasa mudanya tidak memuaskan bagi dirinya. Akan tetapi, buku tersebut begitu penting untuk melihat perkembangan pemikirannya. Pada tahun 1963 sebuah disertasi dari dua tahun sebelumnya, diterbitkan sebagai buku saku dalam bentuk yang sangat singkat dan diberi judul Histoire De La Folie (sejarah kegilaan), dan pada tahun yang sama terbit pula Raymond Roussel tentang sastrawan Prancis dan Naissance De La Clinique : Une Archeologie du Regard Medical (lahirnya klinik: sebuah arkeologi tentang tatapan medis).12

Buku yang mengakibatkan nama Foucault semakin termasyhur adalah berjudul Les Mots Et Les Choses ; Une Archeologi De Scince Humaines (kata- kata dan benda-benda ; arkeologi ilmu-ilmu manusia, 1966), buku tersebut

11 K. Bertens, Filsafat Barat Kontemporer Prancis ; Terjemahan (Jakarta, PT. Gramedia Utama, 2001), hlm. 297.

12 Ibid., hlm. 299.

(8)

67

merupakan buku filsafat yang terbit setelah bukunya J. P. Sartre tentang Ada dan Ketiadaan (1943), mengalami sukses besar di Prancis. Sejak kemunculan buku tersebut Foucault termasuk dalam kategori filsuf yang sangat penting dalam aliran strukturalisme, Foucault pun aktif dalam kelompok yang biasa disebut dengan Tel Quel, ialah kumpulan para kritisi sastra yang menganut faham prinsip strukturalisme, akan tetapi Foucault sendiri menolak dengan tegas sebutan strukturalisme pada dirinya. Buku berikutnya adalah L’archeologi Du Savoir (arkeologi pengetahuan) yang diterbitkan pada tahun 1969.13

Pada tahun 1960-an Foucault mengajar di Universitas-Universitas Montpellier, Tunis (Afrika Utara), Clermond Ferrand, Paris-Nantere. Foucault juga menjadi salah seorang pendiri Universitas Paris Vincennes, yang kemudian disebut dengan Universitas Paris VIII, universitas eksperimental yang didirikan dalam rangka pembaharuan pendidikan universiter pasca- kericuhan sekitar tahun 1968, namun tidak lama Foucault mengajar disana, sebab pada bulan Desember Foucault dipilih menjadi Profesor di College De France, pada kesempatan pelantikannya, Foucault berpidato, kemudian teks pidato tersebut dijadikan sebagai buku kecil yaitu, L’ordre Du Discours (susunan diskursus) pada tahun 1970. Pada tahun 1975 Foucault menerbitkan buku Surveiller et Punir ; Naissance De La Prison (menjaga dan menghukum;

lahirnya penjara), dimana Foucault melakukan riset sekaligus mempelajari

13 Ibid., hlm, 299-300.

(9)

68

asal-usul historis di lembaga-lembaga pemasyarakatan dan sistem hukuman yang diterapkan di lembaga tersebut. Buku tersebut merupakan deskripsi secara teoritis atas keprihatinan yang melibatkan Foucault secara praktis, sebab beberapa tahun lamanya Foucault sangat aktif dalam keolompok yang memperjuangkan pembaruan sistem kepenjaraan di Prancis.14

Kerjasama yang Foucault lakukan dengan beberapa orang untuk menerbitkan juga sejumlah dokument-dokument historis tentang salah satu kasus yang berkaitan dengan bukunya. ada kemungkinan yang paling menarik adalah buku tentang Moi, Pierre, Riviere, Ayant Egorge Ma Mere, Ma Soeur Et Mon Frere (aku, pierre, reviere, setelah membunuh ibu, saudari dan saudaraku) tahun 1973. Buku tersebut merupakan cerita mengenai kasus pembunuhan yang dilakukan oleh seorang anak petani pada abad ke-19, sekaligus kumpulan pelbagai laporan medis serta yuridis dan juga riwayat hidup yang ditulis oleh seorang pembunuh (adalah orang yang belum pernah keluar dari desanya) atas permintaan seorang hakim. Sehingga kumpulan dokument-dokumen yang diterbitkan mempunyai hubungan yang erat dengan studinya tentang sistem hukuman dan kepenjaraan. Tahun 1975 dibuat film berdasarkan buku terakhir yang berjudul Moi, Pierre, Riviere, Ayant Egorge Ma Mere, Ma Soeur Et Mon Frere (aku, pierre, reviere, setelah membunuh ibu, saudari dan saudaraku) yang disutradarai oleh Rene Allio, film tersebut sangat disambut baik oleh masyarakat. Ketika tahun 1976 terbit jilid pertama

14 Ibid., hlm. 300.

(10)

69

dari buku Histoire De La Sexualite (sejarah seksuallitas) yang berjudul La Volonte De Savoir (kemauan untuk mengetahui), rencana Foucault karya tersebut akan meliputi enam jilid, akan tetapi hanya tiga jilid yang dapat diselesaikan. Sekitar tahun 1982 terbit jilid kedua berjudul L’usage Des Plaisirs (penggunaan kenikmatan), dan tidak lama sebelum meninggalnya Foucault, menyusul terbit bukunya yang berjudul L’souci De Soi tahun 1984, bertujuan mengenang keprihatinannya. Perlu dicatat bahwa Foucault merupakan filsuf Prancis yang banyak diminati dalam dunia berbahasa inggris dan beberapa kali Foucault menjadi dosen tamu di Amerika Serikat. Foucault tidak dapat menghindari aktualitasnya dan terkadang merumuskan seluruh masalah-masalah yang bersifat aktual dari pendapatnya melalui hasil wawancara ataupun artikel majalah. pada saat usia 57 tahun Foucault meninggal dunia, didudga karena serangan AIDS, dan saat Foucault dikebumikan, Gilles Delleuz seorang profesor filsafat sekaligus sahabat dekatnya Foucault, membacakan halaman terakhir dari karya Arkeologi Pengetahuan.15

B. Arkeologi Pengetahuan Pemikiran Gus Dur

Ketiga prinsip formasi diskursus arkeologi pengetahuan aplikasinya dapat terwujud setelah melewati tiga tahap yang digunakan untuk menyelidiki diskursus pada pemikiran Gus Dur, yakni : apriori historis, positivitas, dan arsip.

15 Ibid., hlm. 300-301.

(11)

70

Apriori historis (epistem) dalam pemikiran Gus Dur tentang tura>s|

lebih spesifiknya berada pada gagasannya tentang kebudayaan, Gus Dur mengartikan kebudayaan seperti buah yang hidup dari kelangsungan suatu interaksi sosial antara manusia dengan manusia lain atau dari interaksi suatu kelompok dengan kelompok lain. Karena kebudayaan juga menjadi sebuah acuan kehidupan bagi masyarakat yang mencangkup segala aspek kehidupan.

Gus Dur menafsirkan budaya sebagai kegiatan berfikir, bertindak, dan merasa, yang dilakukan oleh masyarakat, bertujan menampilkan suatu identitas sebagai satu-kesatuan didalam negara-bangsa sekaligus menjaga stabilitas ekonomi, politik, terhadap kelangsungan hidup masyarakatnya.

Positivitas diskursus dalam apriori histori Gus Dur tentang tura>s|, dalam hal ini, terdapat sinkronisasi dengan pandangan Hanafi. Menurut Hanafi, tura>s|

merupakan elemen budaya, dan tura>s| merupakan suatu kesadaran berpikir yang akan terus berlanjut dalam tanggung jawab generasi berikutnya. Dengan demikian, tura>s| merupakan kesadaran berfikir, pada dasarnya bertujuan untuk menemukan sebuah identitas satu-kesatuan suatu bangsa atau wilayah yang dapat mempengaruhi segala aspek kehidupan masyarakatnya. Akan tetapi, jika ditinjau dari sudut pandang arsip diskursus, dalam pandangan tura>s| Gus Dur lebih berimplikasi pada tansformasi diskursus ke-arah yang universal, karena Pribumisasi Islam dalam gagasan Gus Dur tidak terbatas pada persoalan sinergitas antara agama dengan kebudayaan, tetapi menuju taraf universalitas untuk memecahkan problematika sosial didalam wilayah Agama, budaya, suku, yang sangat plural.

(12)

71

Arsip (sistem pernyataan-pernyataan) yang dihasilkan dari apriori historis (episteme) Gus Dur adalah Pribumisasi Islam, yang mempunyai nilai positif pada aspek kehidupan masyarakat di nusantara, lebih tepatnya negara Indonesia. Diskursus Pribumisasi Islam diwujudkan Gus Dur sebagai normatifitas agama yang berasal dari wahyu Tuhan, yang kemudian diletakkan kedalam wilayah kebudayaan, sedangkan kebudayaan yang berasal dari hasil cipta, karya, dan karsa manusia, tanpa harus kehilangan identitas diantara keduanya. Maka Pribumisasi Islam ini akan menjadi sebuah identitas di masyarakat sebagai Islam Indonesia yang dapat memberikan implikasi toleransi terhadap kebudayaan dan menjadi wadah dari inti-inti ajaran Islam.

Dalam diskursus Pribumisasi Islam adalah sebagai medium resolusi konflik atau sebagai alat peredam ketegangan yang terjadi antara Agama dengan kebudayaan. Maka perlunya sebuah upaya mengkolaborasikan antara kebudayaan dengan Agama, agar tidak terjadi intoleransi diantara keduanya pada realitas sosial yang plural. Sebuah keberagaman yang lebih sesuai dengan konteks lokal masyarakat, adalah sebagai jawaban atas Islam Otentik yang berkepentingan melakukan upaya Arabisasi total terhadap masyarakat muslim yang berada diwilayah yang berbeda-beda. Ada point penting pada Pribumisasi Islam yaitu :

1. Pribumisasi Islam sangat kontekstual dengan zaman dan tempat, terhadap tingkat perubahan waktu yang menjadi titik pusat penafsiran ajaran-ajaran Islam, yang akan respon dinamika perubahan zaman.

(13)

72

2. Pribumisasi Islam bersifat progressif, kemajuan zaman akan dilihat sebagai pemicu proses transformasi masyarakat yang sangat keratif.

3. Pribumusasi Islam mempunyai bentuk membebaskan masalah-masalah kemanusiaan secara universal yakni : tidak memandang dari segi Agama, suku, dan budaya, yang terjadi pada realitas sosial yang beragam.

Terdapat relasi yang berperan dalam pembentukan penyampaian diskursus yakni: melalui pesantren, pesantren berperan penting dalam mengelola dan mewujudkan Pribumisasi Islam yang mempunyai nilai positif pada aspek kehidupan masyarakat. Pada satu sisi, pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mengkaji sekaligus menjaga khazanah keilmuan ke- Islam-an dengan menyesuaikan kebudayaan lokal agar dapat terciptanya masyarakat yang harmonis. Jika dilihat secara seksama, dalam episteme (apriori historis) Gus Dur, Sepertinya terdapat kesamaan bentuk diskursus yang terjadi pada abad ke-15 dan abad 16, Wali Sanga menyajikan ekspresi keberagamaan yang ramah lingkungan terhadap kebudayaan lokal, salah satunya seperti Sunan Bonang yang telah melakukan sebuah sintesis antara Islam dengan kebudayaan lokal melalui tembang tombo ati dan memasukkan kisah-kisah Islam didalam pementasan pewayangan Jawa. Sepertinya apa yang dilihat sebagai bentuk kesamaan antara diskursus-diskursus Gus Dur dengan Sunan Bonang dalam upaya meng-kolaborasi-kan antara nilai-nilai ajaran Islam dengan kebudayaan lokal tersebut bukanlah kesamaan bentuk atau kontinuitas pemikiran, namun lebih tepatnya diskursus Gus Dur merupakan

(14)

73

sebuah transformasi atas formasi-formasi diskursif yang terdapat dalam apriori histori (epistem) Sunan Bonang atau para Wali Sanga.

Ketiga tahap arkeologi pengetahuan sudah terlewati, maka diskursus- diskursus tersebut mengalami sebuah transformasi diskursus yang disebut oleh Foucault. Transformasi diskursus yang terdapat didalam gagasan Gus Dur tentang pribumisasi Islam ialah transformasi ke-arah kosmopolitanisme peradaban, yang nantinya akan membentuk wajah baru Islam berupa universalisme ajaran (disebut: universalisme Islam) dan kosmoplitanisme Peradaban Islam (disebut: Kosmopolitanisme Islam). Universalisme Islam, merupakan upaya koreksi untuk mendapatkan kerangka subtantif Islam agar tidak terjadi penyempitan ruang penafsiran dari kaidah seperti : Fiqih, Tauhid, dan Akhlaq, dengan demikian, ketiga unsur tersebutlah yang nantinya mewujudkan kepedulian pada asas kemanusiaan dengan lima jaminan dasar yakni :

1. Jaminan dasar keselamatan fisik masyarakat dari diskriminasi badani diluar hukum (H}ifz}unnafs).

2. Jaminan keselamatan akan keyakinan masing-masing, tanpa pemaksaan untuk berpindah agama (H}ifz}uddin).

3. Keselamatan keluarga serta keeturunannya (H}ifz}unnasl).

4. Keselamatan akan harta benda pribadi dari penggusuran yang terjadi diluar prosedur hukum (H}ifz}ulmal).

5. Keselamatan hak milik dan profesi (H}ifz}ul ‘aqli).

(15)

74

Lima jaminan dasar pada universalisme Islam perlu diimbangi dengan kosmopolitanisme Islam tersebut. Hal ini bertujuan agar dapat menciptakan kosmopolitanisme Islam yang kreatif, seperti terciptanya Us}ul Al-Fiqh, yang dijadikan sebagai teori dasar hukum, adalah hasil dari “proses kreatif”, mempertemukan antara kebutuhan masyarakat dengan Agama, maka Islam akan menjadi faktor penghubung antara budaya lokal secara terbuka sekaligus membebaskan manusia dari diskriminisi untuk menuju pada taraf keadilan social masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

capital budgeting (dengan menggunakan beberapa metode) untuk menilai dari aspek financial dalam hal kelayakan investasi mesin tersebut, agar tidak salah dalam melakukan

Jakarta : Puslitbang Sosial Ekonomi dan Lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian PU.

Pada perkembangan selanjutnya banyak bermunculan s}ah}i@fah- s}ah}i@fah yang memuat hadis Nabi di abad ketiga Hijriyah. Sedangkan kumpulan s}ah}i@fah tersebut merupakan

Berdasarkan hasil histogram, nilai-nilai pixels pada ciphermage masih belum menyebar secara merata sehingga berdasarkan teori [3] dapat dikatakan bahwa

Pengaruh Pemberian Isoflavon Terhadap Jumlah Eritrosit Dan Aktivitas Enzim Katalase Tikus Yang Dipapar Sinar Ultraviolet.. Uji Aktivitas Senyawa Flavonoid Total Dari

Ektrak daun binahong diperoleh dari maserasi daun binahong dengan pelarut metanol dan dipartisi dengan menggunakan pelarut etil asetat, kemudian dilakukan uji

Karena tugasnya yang berat maka piston dilengkapi dengan cincin piston yang fungsi utamanya adalah menahan kebocoran karena perbedaan tekanan yang tinggi antara ruang bakar dan

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa karyawan dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan karyawan yang berjenis kelamin