• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUALITAS VISUAL ELEMEN CITRA KAWASAN KAYUTANGAN DI KOTA MALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KUALITAS VISUAL ELEMEN CITRA KAWASAN KAYUTANGAN DI KOTA MALANG"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KUALITAS VISUAL ELEMEN CITRA KAWASAN KAYUTANGAN DI KOTA MALANG

Dewi Junianingrum, I Nyoman Suluh Wijaya, Deni Agus Setyono Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 -Telp (0341)567886 Email: dewijningrum@gmail.com

ABSTRAK

Bangunan dan kawasan bersejarah merupakan faktor dalam terbentuknya suatu citra dan identitas suatu kota, Kota Malang juga mempunyai banyak peninggalan arsitektur kolonial yang di dominasi berumur kurang lebih 60 tahun. Salah satu poros jalan utama (main road) Kota Malang adalah Kayutangan yang sekarang dinamakan Jalan Basuki Rahmat. Globalisasi budaya berdampak pada hilangnya kekhasan, hal ini menyebabkan citra dari suatu kota menjadi issue yang penting. Ciri atau kekhasan yang paling mudah diamati adalah bentuk fisik karena persepsi pengamat terhadap kualitas visual dapat memperkuat image kawasan. Permasalahan terkait perubahan kondisi fisik lingkungan dapat mempengaruhi kualitas visual yang mengakibatkan hilangnya karakteristik Kawasan Kayutangan sebagai kawasan bersejarah, sehingga diperlukan kajian mengenai kualitas visual elemen fisik citra kawasan di Kawasan Kayutangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelima elemen citra Kawasan Kayutangan dan bagaimana kualitas visual dari setiap elemen citra Kawasan Kayutangan menggunakan metode analisis deskriptif yaitu mengidentifikasi kelima elemen citra kawasan menggunakan peta mental.

Selanjutnya dilakukan penilaian kualitas visual elemen citra kawasan yaitu pembobotan dari setiap parameter kualitas visual oleh para ahli (AHP) serta penilaian parameter kualitas visual terhadap setiap elemen citra kawasan yang telah teridentifikasi sebelumnya menggunakan skala likert. Berdasarkan analisis dihasilkan elemen path yaitu Jalan Basuki Rahmat (3.24), node yaitu Monumen Chairil Anwar (2.40), landmark yaitu Toko Oen (2.82), edge yaitu Persimpangan Jalan Toko Avia-Jalan Brigjend Slamet Riyadi (2.61), dan district yaitu Kampoeng Heritage Kayutangan (2.65).

Kata Kunci : Kualitas-Visual, Elemen-Citra Kawasan, Kawasan-Kayutangan ABSTRACT

Historical buildings and areas are factors in the formation of an image and identity of a city, Malang city also has a lot of colonial architectural heritage which is dominated by the age of approximately 60 years. One of the main road axis (main road) Malang is Kayutangan which is now called Jalan Basuki Rahmat. Cultural globalization has an impact on the loss of distinctiveness, this causes the image of a city to become an important issue. The characteristics or peculiarities that are most easily observed are physical forms because observers' perceptions of visual quality can strengthen the image of the area. Problems related to changes in environmental physical conditions that can affect visual quality are left unattended and can result in the loss of the characteristics of the Kayutangan Area as a historic area, so a study of the visual quality of the physical elements of the regional image in the Kayutangan area is needed. This study aims to determine the five elements of the image of the Kayutangan area and how the visual quality of every element of the image of the Kayutangan area uses descriptive analysis method, namely identifying the five elements of the image of the region using mental maps. Furthermore, an assessment of the visual quality of regional image elements is carried out, namely the weighting of each visual quality parameter by experts (AHP) as well as an assessment of the visual quality parameters of each previously identified regional image element using a Likert scale. Based on the analysis, the path elements are Jalan Basuki Rahmat (3.24), the node is the Chairil Anwar Monument (2.40), the landmark is Toko Oen (2.82), the edge is the intersection of Jalan Toko Avia-Jalan Brigjend Slamet Riyadi (2.61), and the district is Kampoeng Heritage Handwood (2.65).

Keywords: Visual-Quality, Image-Elements, Kayutangan-Historic-Area

PENDAHULUAN

Bangunan dan kawasan bersejarah merupakan faktor dalam terbentuknya suatu citra dan identitas suatu kota, dimana

keberadaan bangunan bersejarah mampu membentuk nilai-nilai lokalitas dalam wujud arsitektural yang memberikan citra sendiri bagi suatu kota (Anggraini dkk, 2008). Globalisasi budaya berdampak pada hilangnya individualitas dan kekhasan antara satu tempat dengan tempat

(2)

lainnya, hal ini menyebabkan citra dari suatu kota menjadi issue yang penting dalam perencanaan dan perancangan kota (Wulanningrum, 2014).

Identifikasi citra kawasan terbagi menjadi dua aspek, yaitu bersifat fisik dan non-fisik dan fokus pada penelitian ini adalah bagian-bagian fisik yang ada di suatu kawasan karena ciri atau kekhasan yang paling mudah diamati yaitu kesan visual yang merupakan sesuatu yang mudah untuk diserap dan dicerna oleh ingatan manusia (Lynch, 1960). Salah satu cara untuk memahami citra lingkungan suatu kawasan/kota dapat dilakukan dengan cara mengetahui peta mental dari masing-masing pengamat, karena peta mental memiliki konsep imagibilitas atau mendatangkan kesan serta legibilitas atau kemudahan untuk dapat memahami suatu pola (dalam hal ini adalah memahami lingkungan suatu kawasan/perkotaan) (Purwanto, 2001).

Kota Malang juga mempunyai banyak peninggalan arsitektur kolonial yang sampai sekarang masih berdiri megah yang di dominasi berumur kurang lebih 60 tahun (Handinoto, 2010). Salah satu poros jalan utama (main road) Kota Malang adalah Kayutangan yang sekarang dinamakan Jalan Basuki Rahmat, dimana koridor tersebut merupakan sumbu utama arah Utara- Selatan yang memegang peranan penting sebagai kawasan pusat perdagangan dan lintas utama yang menghubungkan Kota Malang dengan luar kota sejak awal pembangunannya. Berdasar Perda Nomor 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang, Kawasan Kayutangan yang terdiri dari kompleks pertokoan di sepanjang koridor Kajoetanganstraat, dan pertokoan di perempatan Kajoetanganstraat- Semeroestraat ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Sosial Budaya dan akan dilakukannya pengembangan sebagai kawasan wisata budaya.

Kemudian, peresmian kawasan Kayutangan sebagai Ibukota Heritage Kota Malang membuat pemerintah merancang ulang citra kawasan Kayutangan sebagai kawasan bersejarah dan wisata (Yuswantoro, 2019). Hal ini selaras bahwa elemen-elemen penting yang dapat mempengaruhi pembentukan citra adalah kualitas visual dan fisik suatu kota atau kawasan (Mijan, 2000). Lynch telah menetapkan lima elemen dasar citra yang dapat dipakai untuk mengungkapkan citra kota atau kawasan yaitu path (jalur), edge (tepian), district (kawasan), node (simpul), landmark (tetenger). Terdapat beberapa permasalahan lain terkait dengan kualitas visual pada elemen-elemen fisik di

Kayutangan yaitu seperti tidak terdapatnya petunjuk yang jelas pada Monumen Chairil Anwar sehingga banyak masyarakat atau pengunjung hanya mengingatnya sebagai taman pembatas pertigaan Jalan Kayutangan dan tidak mengetahui sejarah di balik Monumen Chairil Anwar (Ferdianto, 2020). Bangunan dan kawasan bersejarah merupakan faktor dalam terbentuknya suatu citra dan identitas suatu kota, dimana keberadaan bangunan bersejarah mampu membentuk nilai-nilai lokalitas dalam wujud arsitektural yang memberikan citra sendiri bagi suatu kota (Anggraini, Antariksa, & Hariyani, 2008). Seperti halnya, permasalahan visualiasasi pada district Kampoeng Heritage Kayutangan yang saat ini beberapa bangunan kolonial justru tergerus oleh rumah tinggal di sekitarnya yang tidak lagi menggunakan tema kolonial atau gaya indische. Hal ini tentu bertolak belakang dengan tujuan utama Kampoeng Heritage Kayutangan yang menjual pemandangan bangunan kolonial (Anggraini dkk, 2020).

Penampilan karakter visual suatu kawasan dapat menimbulkan perasaan bangga bagi masyarakatnya karena persepsi pengamat terhadap kualitas visual dapat memperkuat karakteristik atau image yang kuat terhadap kawasan (Lynch, 1960). Permasalahan terkait perubahan kondisi fisik lingkungan dapat mempengaruhi kualitas visual dibiarkan serta dapat berakibat hilangnya karakteristik Kawasan Kayutangan sebagai kawasan bersejarah, sehingga diperlukan kajian mengenai kualitas visual elemen fisik citra kawasan di Kawasan Kayutangan.

METODE PENELITIAN Variabel Penelitian

Variabel menjadi objek atau fokus pengamatan penelitian untuk di observasi.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ditinjau berdasarkan tujuan penelitian yang didasari oleh tinjauan teori dan studi terdahulu yang mendukung penelitian. Penelitian ini menggunakan variabel yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Variabel Penelitian

Tujuan Variabel Parameter Sumber Mengidentifik

asi Elemen Citra Kawasan

Landmark Edge Nodes Distrcit Edge

- (Lynch,

1960), (Noor, 2015), (Eraydin, 2007), (Shalikha

(3)

Tujuan Variabel Parameter Sumber h, 2010), (Lazuardi , Astuti,

& Fitria, 2018), (Pettricia , 2012), (Purwant o, 2001) Menilai

Kualitas Visual Elemen Citra Kawasan

Singularity (Keistimewaa n)

Elemen citra kawasan memiliki karakter yang berbeda dengan bangunan lain di sekitarnya secara jelas, sehingga mudah dilihat dan di ingat (X1.1)

(Lynch, 1960), (Elsinga, 2017), (Al-Matrafi, 2017)

Elemen citra kawasan memiliki fungsi yang berbeda dari bangunan di sekitarnya (X1.2)

Form simplicity (Kesederhana an)

Bangunan elemen citra kawasan memiliki bentuk geometris yang sederhana seperti persegi panjang dan kubah (X2.1) Bangunan elemen citra kawasan memiliki bentuk ornamen yang sederhana seperti kotak, garis dan persegi panjang (X2.2)

Continuity

(Kontinuitas) Kedekatan secara posisi dan jarak antar elemen citra kawasan sehingga membentuk suatu kelompok sebagai citra kawasan (X3.1) Objek pembentuk elemen citra kawasan memiliki kesamaan secara fungsional yaitu mewakili aktivitas sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat setempat (seperti contoh deretan bangunan

Tujuan Variabel Parameter Sumber perdagangan

dan jasa) (X3.2) Kesamaan atau kemiripan objek pada bidang permukaannya sehingga membentuk suatu ritme yang harmonis seperti dari bahan bangunan dan pola jendela yang berulang (X3.3)

Dominance

(Dominansi) Elemen citra kawasan memiliki ukuran yang kontras atau mudah dilihat (X4.1) Elemen citra kawasan memiliki intensitas warna bangunan yang mencolok (X4.2) Elemen citra kawasan memiliki karakter fisik yang menonjol dan menjadi daya tarik atau perhatian sehingga dapat menggambarka n citra dari kawasan tersebut (X4.3) Clarity of joint

(Kejelasan Suatu Pertemuan)

Terdapatnya perpotongan yang terlihat jelas (seperti contoh perempatan, belokan jalan yang jelas) (X5.1) Elemen citra kawasan saling terkoneksi dengan jelas (seperti contoh jalan yang menghubung kan antar elemen (X5.2) Directional

differentiation (Pembedaan Arah)

Elemen citra kawasan mengikuti bentuk alami dari lingkungan sebagai (contoh kenaikan dan turunan pada jalanan yang berbukit dan

(4)

Tujuan Variabel Parameter Sumber terdapatnya

lengkungan pada elemen citra kawasan) (X6.1) Keragaman objek-objek fisik pembentuk elemen citra kawasan terlihat harmonis (fasade bangunan, vegetasi) (X6.2) Visual Scope

(Bidang Pandangan)

Transparansi atau material tembus cahaya pada elemen citra kawasan (seperti contoh elemen citra kawasan didominasi oleh material kaca atau yang bersifat tembus pandang) (X7.1) Terdapatnya pemandanga

n atau

panorama disekitar objek elemen citra kawasan, sehingga meningkatka n kedalaman penglihatan pengamat terhadap objek elemen citra kawasan (X7.2) Motion

Awareness (Kesadaran Suatu Pergerakan)

Elemen citra kawasan menjadi orientasi atau acuan pengamat dalam menafsirkan arah atau jarak (X8.1) Terdapatnya informasi dari petunjuk yang mencerminka n pentingnya fitur fisik seperti

“menanjak”

atau

“melewati

Tujuan Variabel Parameter Sumber jembatan”

(berkaitan dengan ketersediaan signage atau informasi yang informatif) (X8.2) Time Series (Serial Waktu) Kelima

elemen citra kawasan berada pada posisi dan jarak yang berdekatan yaitu di dalam satu kawasan (X9.1) Elemen citra kawasan mewakili aktivitas sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat setempat (X9.2) Name and Meaning (Nama dan Makna)

Elemen citra kawasan memiliki nilai historikal atas peristiwa sejarah di kawasan tersebut (X10.1) Penamaan pada elemen citra kawasan mewakili penataan lokasi elemen citra kawasan (X10.2)

Metode Analisis Data

Pada tujuan pertama, elemen citra kawasan diidentifikasi oleh masyarakat menggunakan peta mental yang selanjutnya dilakukan klasifikasi berdasar parameter pembentuk elemen citra kawasan yang didapatkan berdasarkan Teori Gestalt (Proksimitas, Similaritas, Kontinuitas, Closure, Figure-Ground) serta literatur lainnya. Selain itu dilakukan tabulasi data untuk memperoleh objek- objek yang termasuk dalam elemen citra kawasan. Melalui frekuensi kemunculan objek terbanyak pada setiap elemen maka akan diketahui objek yang mewakili dari setiap kelima elemen citra kawasan (path, nodes, edge, landmark, district).

Selanjutnya pada tujuan kedua, penilaian kualitas visual elemen citra kawasan dilakukan

(5)

dengan menentukan parameter masing-masing variabel kualitas visual terlebih dahulu.

Selanjutnya dituangkan dalam kuesioner yang dapat dinilai oleh masyarakat dengan penilaian skala likert. Berikut merupakan rentang skala penilaian pada kuesioner kualitas visual elemen citra Kawasan oleh responden masyarakat.

Tabel 2. Tingkat Penilaian Skala Likert pada Kuesioner

Tingkat Penilaian Nilai

Sangat Tidak Setuju 1

Tidak Setuju 2

Cukup 3

Setuju 4

Sangat Setuju 5

Sumber: Sugiyono, 2012

Metode selanjutnya yang dilakukan adalah metode Analisis Hierarki Proses digunakan untuk mendapatkan nilai bobot dari setiap parameter kualitas visual berdasarkan persepsi para ahli.

Selanjutnya nilai bobot AHP serta rata-rata (mean) nilai oleh masyarakat akan dikalikan untuk melakukan klasifikasi kualitas visual dari masing-masing elemen citra kawasan sesuai dengan rentang nilai yang telah ditentukan.

Setelah didapatkan nilai dari masing- masing parameter penilaian kualitas visual, maka dapat diklasifikasikan berdasarkan kategori yang telah ditentukan menggunakan rumus. Berikut merupakan rumus perhitungan untuk menentukan rentang kelas pada tabel Tingkat Klasifikasi Penilaian yang digunakan pada penelitian.

𝑀𝑖 =𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 + 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ 2

𝑀𝑖 =(0.1𝑥5) + (0.01𝑥1)

2 = 0.26

𝑆𝐷𝑖 =𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ 6

𝑆𝐷𝑖 =(0.1𝑥5) − (0.01𝑥1)

6 = 0.08

Keterangan:

Mi : Mean Ideal Sdi : Standar Deviasi Ideal

Berdasarkan perhitungan diatas, maka didapatkan tabel kategori nilai kualitas visual berdasar pada penilaian dari setiap parameter yang telah ditentukan. Berikut merupakan tabel Tingkat Klasifikasi Penilaian yang digunakan pada penelitian.

Tabel 3. Tingkat Klasifikasi Penilaian

Interval Penilaian Kategori

X > 0,38 Sangat Baik

0,3 < X ≤ 0,38 Baik

Interval Penilaian Kategori

0,22 < X ≤ 0,3 Cukup

0,14 < X ≤ 0,22 Kurang

X ≤ 0,14 Sangat Kurang

Sumber: Hasil Analisis, 2020

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan secara primer dan sekunder. Survei primer berupa peta mental, kuesioner kepada masyarakat dan ahli, serta observasi di Kawasan Kayutangan Kota Malang. Survei sekunder berupa data dan informasi bersumber dari instansi yaitu Barenlitbang Kota Malang dan beberapa studi literatur.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung atau masyarakat yang berada di Kawasan Kayutangan. Pengunjung tidak dapat ditentukan jumlahnya pada saat dilakukan survei sehingga penelitian ini menggunakan metode non probability sampling dalam menentukan sampel yang digunakan pada kedua tujuan penelitian. Penentuan jumlah sampel menggunakan teknik Accidental sampling dengan menggunakan Time Linier Function. Berikut rumus yang digunakan.

𝑛 =𝑇 − 𝑡0 𝑡1

Keterangan:

n : jumlah sampel yang terpilih

T : waktu yang tersedia untuk pelaksaan penelitian t0 : waktu tetap selama survei

t1 : waktu survei yang digunakan pada tiap sampling unit alam mengisi kuisioner pada masing-masing responden

Berdasarkan rumus yang digunakan didapatkan 200 responden untuk tujuan pertama yaitu mengidentifikasi kelima elemen citra Kawasan Kayutangan menggunakan peta mental dan 329 responden untuk tujuan kedua yaitu menilai kualitas visual elemen citra Kawasan Kayutangan menggunakan kuesioner. Serta didapatkan 4 (empat) pakar ahli untuk melakukan pembobotan terhadap parameter-parameter kualitas visual (analisis hierarki proses).

Responden pengisian kuesioner dan peta mental harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:

a. Bertempat tinggal di sekitar Kayutangan atau pernah melakukan perjalanan atau melewati Kawasan Kayutangan >1 b. Pernah melakukan aktivitas atau

mengunjungi ke Kawasan Kayutangan (seperti contoh melakukan wisata ke Kampoeng Heritage Kayutangan)

(6)

c. Melewati, melakukan kunjungan atau aktivitas yang pernah dilakukan di sekitar Kawasan Kayutangan dilakukan dalam jangka waktu 1 tahun terakhir ini

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Wilayah Studi

Wilayah studi penelitian terletak di Kawasan Kayutangan Kota Malang. Kawasan Kayutangan yang lebih identik dengan satu koridor Jalan Basuki Rahmat merupakan salah satu kawasan bersejarah di Kota Malang yang secara administratif kawasan ini berada di Kecamatan Klojen. Berdasarkan studi terdahulu dan hasil survei primer dengan responden, deliniasi batasan Kawasan Kayutangan berada pada:

Sebelah Utara : Jalan Pertigaan Oro-Oro Dowo depan Gedung PLN dan Toko Avia

Sebelah Timur : Sungai Brantas

Sebelah Barat : Sepanjang Jalan Bromo Persimpangan Jalan Bromo-Jalan Arjuno

Sebelah Selatan : Jalan Merdeka Utara- Jalan Arif Rahman Hakim

Kawasan Kayutangan masih merupakan kawasan perdagangan dan jasa. Namun selain menentukan fungsi kawasan, mengetahui jati diri suatu kota atau kawasan juga harus ditelusuri peran kawasan tersebut berdasarkan sejarahnya.

Gambar 1. Peta Administrasi Kawasan Kayutangan Elemen Citra Kawasan Kayutangan

Path

Path adalah jalur-jalur sirkulasi yang digunakan oleh orang untuk melakukan

pergerakkan (Purwanto, 2001). Path merupakan rute sirkulasi yang biasanya digunakan orang untuk melakukan pergerakan secara umum dan merupakan elemen yang paling penting dalam citra kota. Path dapat berupa jalan raya, jalur pejalan kaki, maupun jalur kereta api.

Tabel 4. Frekuensi Kemunculan Objek untuk Elemen Path

No Path Frekuensi

Kemunculan

Objek Proporsi

1. Jalan Basuki Rahmat 199 47%

2. Jalan Kahuripan 37 9%

3. Jalan Semeru 61 15%

4. Jalan Bromo 27 6%

5. Jalan Arjuno 35 8%

6. Jalan Brigjend Slamet

Riyadi 15 4%

7. Jalan Merdeka Utara 32 8%

8. Jalan Arif Rahman

Hakim 13 3%

Total 491 100%

Sumber: Hasil Analisis, 2020

Berdasarkan Tabel 4. dapat disimpulkan bahwa, Jalan Basuki Rahmat sebagai objek yang mewakili path di Kawasan Kayutangan dengan persentase 47%. Koridor Jalan Basuki Rahmat (dahulu terkenal sebagai Kayutangan) secara administratif berada di wilayah Kecamatan Klojen dan merupakan koridor jalan utama untuk menuju pusat kota dari arah Surabaya hingga saat ini serta menjadi salah satu saksi sejarah dari perkembangan budaya Kota Malang yang masih menyisakan jejak-jejak sejarah. Ruas jalan Basuki Rahmat memiliki karakteristik wilayah yang beragam, penggunaan lahan utama di koridor ini didominasi oleh peruntukan lahan perdagangan dan jasa.

Gambar 2. Peta path di Kawasan Kayutangan

(7)

Node

Node merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis dimana aktivitas saling bertemu atau tempat di mana orang mempunyai perasaan

‘masuk’ dan ‘keluar’ dalam tempat yang sama, hal ini dapat berupa persimpangan, titik pemberhentian transportasi, atau pergantian antara dua jenis struktur, stasiun, lapangan terbang, serta jembatan (Markus, 1999). Nodes berhubungan erat dengan elemen district, karena simpul yang kuat akan menandai karakter suatu district sebagai fokus intensif (Lynch, 1960).

Tabel 5. Frekuensi Kemunculan Objek untuk Elemen Node

No Nodes Frekuensi

Kemunculan Objek

Propors i

1. Monumen Chairil Anwar 136 39%

2. Jam Arah Avia 114 32%

3.

Persimpangan Jalan Basuki Rahmat-Semeru-

Kahuripan (Radja Bally) 74 21%

4. Monumen Adipura 27 8%

Total 351 100%

Sumber: Hasil Analisis, 2020

Berdasar Tabel 5. dapat disimpulkan bahwa Monumen Chairil Anwar sebagai objek yang mewakili node di Kawasan Kayutangan dengan persentase 39%. Monumen figuratif dengan menampilkan sosok Chairil Anwar ini dipugari oleh taman vegetas serta paving conblock di sekelilingnya, dimana banyak masyarakat yang melakukan aktivitas disini dan menjadikan monumen ini berbeda dengan lingkungan sekitarnya.

Gambar 3. Peta node di Kawasan Kayutangan

Landmark

Landmark memiliki identitas yang lebih baik jika bentuknya jelas dan unik dalam lingkungannya, dan ada sekuens dari beberapa landmark (merasa nyaman dalam orientasi), serta ada perbedaan skala masing-masing (Markus, 1999). Landmark memiliki identitas yang lebih baik jika bentuknya jelas dan unik dalam lingkungannya, dan ada sekuens dari beberapa landmark (merasa nyaman dalam orientasi), serta ada perbedaan skala masing-masing (Markus, 1999). Landmark memiliki kekhasan bentuk sehingga dapat dijadikan pembeda ataupun penanda suatu tempat.

Gambar 4. Peta landmark di Kawasan Kayutangan Tabel 6. Frekuensi Kemunculan Objek untuk Elemen Landmark

No Landmark Frekuensi Kemunculan

Objek Proporsi

1 Toko Oen 98 29%

2 Gedung Pln 76 22%

3 Gedung

Sarinah 45 13%

4 Gereja 66 20%

5 Toko Avia 53 16%

Total 338 100%

Sumber: Hasil Analisis, 2020

Berdasarkan Tabel 6. dapat disimpulkan bahwa Toko Oen sebagai objek yang mewakili Landmark di Kawasan Kayutangan dengan persentase 29%. Bangunan cagar budaya yang didirikan di sekitar tahun 1930 ini masih sangat menjaga keaslian arsitektural khas Belanda nya, agar nilai-nilai sejarah tetap terjaga. Hal tersebut menjadi salah satu faktor yang menjadikan Toko Oen sebagai bangunan cagar budaya di Kota Malang.

(8)

District

District dalam suatu kota atau kawasan memiliki identitas yang baik jika batasnya dibentuk dengan jelas tampilannya dan dapat dilihat homogen, serta fungsi dan posisi yang jelas (Markus, 1999). District merupakan kawasan dengan ciri yang khas dan mirip dari lingkungan sekitarnya, memiliki kesamaan (homogen) dapat berupa kesamaan karakter atau ciri bangunan secara fisik, fungsi wilayah, latar belakang sejarah, memiliki fungsi dan posisi yang jelas, serta akan identitas yang baik jika batasnya dibentuk dengan jelas.

Gambar 5. Peta district di Kawasan Kayutangan Tabel 7. Frekuensi Kemunculan Objek untuk Elemen District

No District Frekuensi

Kemunculan

Objek Proporsi 1. Kawasan Kampung

Heritage 183 77%

2. Kawasan Kampung

Sekabrom 54 23%

Total 248 100%

Sumber: Hasil Analisis, 2020

Berdasarkan Tabel 7. dapat disimpulkan bahwa Kampoeng Heritage Kayutangan sebagai objek yang mewakili district di Kawasan Kayutangan dengan persentase 77%. Kampoeng Heritage Kayutangan diresmikan sebagai wisata heritage Kota Malang pada tahun 2018, beberapa objek bangunan rumah dengan arsitektural Belanda menjadi daya tarik bagi para pengunjung seperti rumah yang memiliki nilai sejarah memiliki papan yang bertuliskan identitas bangunan tersebut, seperti contoh Rumah Mbah

Ndut, Gang 4 No. 938 yang dibangun tahun 1923.

Fungsi spesifik di district ini adalah sebagai permukiman serta dijadikan sebagai tempat wisata heritage di Kota Malang. Beberapa kesamaan (homogenitas) pada kampung ini seperti kesamaan tipologi fasade bangunan yaitu memiliki fasade bangunan kolonial, seperti memiliki bentuk atap perisai, pelana dan gevel dengan fungsi bangunan yang di dominasi oleh tempat tinggal serta beberapa perdagangan dan jasa.

Edge

Edge merupakan suatu pembeda antara wilayah satu dengan wilayah lainnya (Purwanto, 2001). Edge akan menjadi identitas yang baik apabila terlihat jelas baik secara kontinuitas maupun secara fungsinya yaitu membagi dan menyatukan, seperti pantai, potongan jalur kereta api, tepian bangunan, dinding, jajaran pohon atau lansekap (Lynch, 1960).

Gambar 6. Peta edge di Kawasan Kayutangan Tabel 8. Frekuensi Kemunculan Objek untuk Elemen Edge

No Edge Frekuensi

Kemunculan Objek

Propor si

1. Sungai Brantas 64 14%

2. Jalan Pertigaan Avia-Jalan

Brigjend Slamet Riyadi 167 37%

3. Jalan Merdeka Utara-Jalan

Arif Rahman Hakim 142 32%

5.

Jalan Basuki Rahmat-Jalan Semeru-Jalan Kahuripan (Persimpangan Radja

Bally) 18 4%

6. Jalan Bromo 26 6%

7. Jalan Arjuno 29 7%

8. Sungai Sukun 14 3%

(9)

No Edge Frekuensi Kemunculan

Objek

Propor si

Total 395 100%

Sumber: Hasil Analisis, 2020

Berdasarkan Tabel 8. dapat disimpulkan bahwa Jalan Pertigaan Avia-Jalan Brigjend Slamet Riyadi sebagai objek yang mewakili edge di Kawasan Kayutangan dengan persentase 37%.

Pertigaan serta koridor Jalan Bgridjend Slamet Riyadi menjadi batas Kawasan ini dari sebelah utara. Jalan Brigjend Slamet Riyadi menghubungkan antara Jalan buring dengan Jalan Bromo yang merupakan batas kawasan ini dari sebelah barat. Terdapatnya node berupa Jam Arah Avia sebagai tanda dari batas Kawasan ini dengan Kawasan lain disekitarnya.

Penilaian Kualitas Visual Elemen Citra Kawasan Berdasarkan Para Ahli dan Masyarakat

Penilaian ini dilakukan setelah didapatkan dari AHP yaitu bobot relatif (B) masing-masing parameter menggunakan software Expert Choice serta nilai (N) yang didapatkan dari hasil rata-rata penilaian kuesioner oleh responden yang selanjutnya dilakukan perkalian (BxN) yang akan menghasilkan nilai akhir.

Path

Setelah didapatkan hasil sintesis AHP kombinasi 4 pakar menggunakan software Expert Choice, dapat diketahui bobot relatif (B) masing- masing sub kriteria. Serta nilai yang didapatkan dari hasil rata-rata penilaian kuesioner oleh responden (N). Selanjutnya merupakan hasil akhir perkalian antara kedua nilai tersebut dari elemen path adalah sebagai berikut.

Tabel 9. Hasil Perhitungan Akhir AHP dan Likert untuk Elemen Path

Parameter Path Kualitas Visual Elemen Citra Kawasan Bobot Relatif (B) Nilai (N) BxN

X1.1 0.06 4 0.23

X3.1 0.04 4 0.15

X3.2 0.02 4 0.08

X3.3 0.03 4 0.12

X4.3 0.08 4 0.32

X5.1 0.04 4 0.16

X5.2 0.06 4 0.24

X6.1 0.08 4 0.31

X6.2 0.02 4 0.07

X7.2 0.07 4 0.25

X8.1 0.09 4 0.34

X8.2 0.03 4 0.12

X9.1 0.02 4 0.07

X9.2 0.09 4 0.34

X10.1 0.09 4 0.35

X10.2 0.03 4 0.11

Total 3.24

Sumber: Hasil Analisis, 2020

Berdasarkan Tabel 9. diketahui total hasil perhitungan adalah 3.24 dengan parameter tertinggi adalah Jalan Basuki Rahmat menjadi orientasi atau acuan pengamat dalam menafsirkan arah atau jarak saat berada di Kawasan Kayutangan dengan nilai total sebesar 0,35. Hal ini selaras dengan koridor Jalan Basuki Rahmat membentuk karakter khas Kota Malang yang secara visual dibentuk oleh deretan fasade beberapa bangunan kolonial yang masih menjaga nilai elemen arsitektur unik dan berkarakter di sepanjang jalan ini sehingga patut untuk tetap dilestarikan.

Node

Setelah didapatkan hasil sintesis AHP kombinasi 4 pakar menggunakan software Expert Choice, dapat diketahui bobot relatif (B) masing- masing sub kriteria. Serta nilai yang didapatkan dari hasil rata-rata penilaian kuesioner oleh responden (N). Selanjutnya merupakan hasil akhir perkalian antara kedua nilai tersebut dari elemen node adalah sebagai berikut.

Tabel 10. Hasil Perhitungan Akhir AHP dan Likert untuk Elemen Node

Parameter Node Kualitas Visual Elemen Citra Kawasan Bobot Relatif (B) Nilai (N) BxN

X1.1 0.06 4 0.26

X1.2 0.03 4 0.13

X4.1 0.02 4 0.10

X4.2 0.01 4 0.06

X4.3 0.08 4 0.36

X8.1 0.09 4 0.38

X8.2 0.03 4 0.14

X9.1 0.02 4 0.07

X9.2 0.09 4 0.39

X10.1 0.09 4 0.40

X10.2 0.03 4 0.12

Total 2.40

Sumber: Hasil Analisis, 2020

Berdasarkan Tabel 10. diketahui total hasil perhitungan adalah 2.40 dengan parameter tertinggi yaitu monumen ini memiliki nilai historikal atas peristiwa sejarah di Kawasan Kayutangan, memiliki daya tarik atau perhatian bagi pengunjung serta memudahkan dalam berorientasi saat berada di Kawasan Kayutangan dengan nilai sebesar 0,40. Monumen figuratif dengan menampilkan sosok tokoh Chairil Anwar dibangun pada tanggal 28 April 1955 yang bertujuan untuk mengenang semangat para pemuda pada saat itu. Selain itu, fungsi Monumen Chairil Anwar sebagai node dapat terlihat dengan jelas dengan terdapatnya aktivitas masyrakat di sekitar Monumen Chairil Anwar.

(10)

District

Setelah didapatkan hasil sintesis AHP kombinasi 4 pakar menggunakan software Expert Choice, dapat diketahui bobot relatif (B) masing- masing sub kriteria. Serta nilai yang didapatkan dari hasil perhitungan rata-rata penilaian kuesioner oleh responden masyarakat (N).

Selanjutnya merupakan hasil akhir perkalian antara kedua nilai tersebut dari elemen district adalah sebagai berikut.

Tabel 11. Hasil Perhitungan Akhir AHP dan Likert untuk Elemen District

Parameter District Kualitas Visual Elemen Citra Kawasan Bobot Relatif (B) Nilai (N) BxN

X1.1 0.06 4 0.25

X1.2 0.03 4 0.12

X3.1 0.04 4 0.15

X3.2 0.02 5 0.10

X3.3 0.03 4 0.12

X4.3 0.08 4 0.31

X7.2 0.07 4 0.25

X8.1 0.09 3 0.29

X8.2 0.03 4 0.12

X9.1 0.02 4 0.07

X9.2 0.09 4 0.36

X10.1 0.09 4 0.37

X10.2 0.03 4 0.12

Total 2.65

Sumber: Hasil Analisis, 2020

Berdasarkan Tabel 11. diketahui total hasil perhitungan adalah 2,65 dengan parameter tertinggi bahwa Kampoeng Heritage Kayutangan memiliki nilai historikal atas peristiwa sejarah di Kawasan Kayutangan dengan nilai 0,37.

Kayutangan memang diperuntuk kan untuk orang-orang Eropa bertempat tinggal sehingga bangunan-bangunan sekitar memiliki ciri berbentuk kubus serta mempunyai jalan kecil atau gang ke belakang untuk memudahkan mengawasi lingkungan sekitar, hingga saat ini masih terdapatnya beberapa bangunan yang masih terjaga yaitu mencirikan gaya arsitektur bangunan peninggalan Belanda sebagai contoh adalah Masjid Tua dan Rumah Punden.

Landmark

Setelah didapatkan hasil sintesis AHP kombinasi 4 pakar menggunakan software Expert Choice, dapat diketahui bobot relatif (B) masing- masing sub kriteria. Serta nilai yang didapatkan dari hasil perhitungan rata-rata penilaian kuesioner oleh responden masyarakat (N).

Selanjutnya merupakan hasil akhir perkalian antara kedua nilai tersebut (kualitas visual) dari elemen landmark (kualitas visual) adalah sebagai berikut.

Tabel 12. Hasil Perhitungan Akhir AHP dan Likert untuk Elemen Landmark

Parameter Landmark Kualitas Visual Elemen Citra Kawasan Bobot Relatif (B) Nilai (N) BxN

X1.1 0.06 4 0.26

X1.2 0.03 4 0.13

X2.1 0.05 4 0.23

X2.2 0.01 4 0.04

X3.3 0.02 4 0.09

X4.1 0.02 4 0.09

X4.2 0.01 4 0.06

X4.3 0.08 4 0.35

X7.1 0.02 4 0.10

X8.1 0.09 4 0.38

X8.3 0.03 4 0.13

X9.1 0.02 4 0.07

X9.2 0.09 4 0.39

X10.1 0.09 4 0.40

X10.2 0.03 4 0.12

Total 2.82

Sumber: Hasil Analisis, 2020

Berdasarkan Tabel 12. diketahui total hasil perhitungan adalah 2.82 dengan parameter tertinggi bahwa Toko Oen memiliki nilai historikal atas peristiwa sejarah di Kawasan Kayutangan dengan nilai sebesar 0,40 dimana Toko Oen merupakan salah satu warisan budaya karena menyimpan riwayat sejarah Kota Malang yang di dirikan sekitar tahun 1930. Sejak di dirikan hingga sekarang perubahan bangunan pada toko ini sangat minim sehingga keaslian arsitektural tetap terjaga dengan nilai sejarah tinggi serta unik dan khas, sehingga menjadikan Toko Oen sebagai bangunan cagar budaya Kota Malang.

Edge

Setelah didapatkan hasil sintesis AHP kombinasi 4 pakar menggunakan software Expert Choice, dapat diketahui bobot relatif (B) masing- masing sub kriteria. Serta nilai yang didapatkan dari hasil rata-rata penilaian kuesioner oleh responden (N). Berikut merupakan hasil akhir perkalian antara kedua nilai tersebut dari elemen edge.

Tabel 13. Hasil Perhitungan Akhir AHP dan Likert untuk Elemen Edge

Parameter Edge Kualitas Visual Elemen Citra Kawasan Bobot Relatif (B) Nilai (N) BxN

X1.1 0.02 3 0.07

X3.1 0.03 3 0.10

X3.2 0.08 3 0.27

X3.3 0.04 3 0.14

X4.3 0.06 3 0.20

X5.1 0.08 3 0.28

X5.2 0.02 3 0.07

X6.1 0.09 3 0.31

X6.2 0.03 3 0.10

X8.1 0.02 3 0.06

X8.2 0.09 3 0.30

X9.1 0.09 3 0.31

X9.2 0.03 3 0.09

(11)

Parameter Edge Kualitas Visual Elemen Citra Kawasan Bobot Relatif (B) Nilai (N) BxN

X10.1 0.02 3 0.07

X10.2 0.03 3 0.10

Total 2.61

Sumber: Hasil Analisis, 2020

Berdasarkan Tabel 13. diketahui total hasil perhitungan adalah 2,61 dengan parameter tertinggi adalah edge persimpangan Jalan Avia- Jalan Brigjend Slamet Riyadi menjadi orientasi atau acuan pengamat dalam menafsirkan arah atau jarak saat berada di Kawasan Kayutangan serta nilai historikal yang ada dengan nilai 0,31 dengan terdapatnya penunjuk arah atau signage yang berada di Jam Arah Avia serta jalan Brigjend Slamet Riyadi. Selain itu, objek-objek pembentuk Jalan Avia-Jalan Brigjend Slamet Riyadi memiliki kesamaan secara fungsional, dimana memang sepanjang jalan ini di dominasi oleh bangunan perdagangan dan jasa.

KESIMPULAN

Penelitian ini memiliki dua tujuan yaitu untuk mengidentifikasi kelima elemen citra kawasan di Kawasan Kayutangan Kota Malang dan melihat kualitas visual dari kelima objek yang mewakili dari setiap elemen citra kawasan tersebut. Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis citra kawasan, terdapatnya lima elemen fisik yang mewakili Kawasan Kayutangan berdasarkan persepsi responden. Jalan Basuki Rahmat sebagai path, Kampoeng Heritage Kayutangan sebagai district, Toko Es Krim Oen sebagai landmark, Patung Chairil Anwar sebagai nodes, Persimpangan Jalan Avia sebagai edge bagian utara, Persimpangan Jalan Merdeka Utara bagian selatan, Sungai Brantas bagian timur, Jalan Arjuno dan Jalan Bromo bagian barat Kawasan Kayutangan

2. Berdasarkan hasil analisis kualitas visual elemen citra kawasan didapatkan hasil nilai visual akhir yaitu path Jalan Basuki Rahmat (3.24), node Patung Chairil Anwar (2.40), district Kampoeng Heritage Kayoetangan (2.65), landmark Toko Oen (2.82), dan edge Persimpangan Jalan Toko Avia-Jalan Brigjend Slamet Riyadi (2.61). Hasil tersebut menunjukkan bahwa elemen path yaitu Jalan Basuki Rahmat memiliki nilai kualitas visual

tertinggi. Hal ini dapat di lihat bahwa Jalan Basuki Rahmat merupakan jalan utama di Kawasan Kayutangan. Sesuai dengan fungsi path, Jalan Basuki Rahmat menghubungkan elemen citra kawasan lainnya (node, district, landmark, edge).

Selain itu, pembangunan atau perbaikan fasilitas seperti hal nya proyek Heritage Kayutangan masih hanya terfokus di sepanjang Jalan Basuki Rahmat dan belum menyeluruh dalam satu Kawasan.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Matrafi, A. S. 2017. A conceptual framework for developing urban image in the middle East and Arab World Case Study: The urban image of Jeddah city. University of Liverpool.

Anggraini, Antariksa, & Hariyani. 2008. Citra Kawasan Bersejarah Alun-Alun Tugu Kota Malang. Arsitektur e-Journal, 1, 1-10.

Anggraini, S. D., Sayono, J., Pramono, W. T., &

Sidyawati, L. 2020. Sign System Dan Kap Lampu Sebagai Elemen Tata Fasade Gaya Indische Di Kampoeng Heritage Kajoetangan Kota Malang. Prosiding Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat, (pp. 204-213). Malang.

Antariksa,. Kusuma, W, D., & Pettricia, H, A. 2012.

Elemen Pembentuk Citra Kawasan Bersejarah di Pusat Kota Malang. Skripsi.

Tidak Dipublikasikan. Malang: Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang.

Elsinga, L. 2017. Seducing The Urban Visitor A Design Into Behavior And Preferences Of Tourists In Amsterdam.

Eraydin, Z. 2007. Building a Legible City: How Far Planning is Successful in Ankara.

Ferdianto, H. A. 2020. Menengok Patung sang Binatang Jalang, ini Dua Karya Puisi Chairil Anwar Ditulis di Kota Malang.

Malang, Jawa Timur. May 1, 2021.

Handinoto. 2010. Arsitektur dan Kota-Kota di Jawa Pada Masa Kolonial. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Lazuardi, M. J., Astuti, W., & Rini, E. F. 2018.

Analisis Citra Kawasan Mangkunegaran Berdasarkan Penilaian Stakeholder dengan Konsep Legibility. Jurnal Pembangunan Wilayah dan Perencanaan Partisipatif. 13(1), 95-114.

(12)

Lynch, K. 1960. The Image of the City.

Massachusetts Institute of Technology PRESS.

Markus, Z. 1999. Perancangan kota secara terpadu : teori perancangan kota dan penerapannya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Mijan, D. 2000. Imej Bandar Pemahaman tentnag Elemen yang membentuk Imej Bandar.

Mulyandari, H. 2011. Pengantar Arsitektur Kota.

Yogyakarta: C.V. Andi Offset.

Noor, B. 2015. Kajian Citra Kota dalam City- Branding Magelang Kota Sejuta Bunga.

MODUL. 15(1).

Peraturan Daerah Kota Malang No.4 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah 2010-2030.

Purwanto, E. 2001. Pendekatan Pemahaman Citra Lingkungan Perkotaan (melalui kemampuan peta mental pengamat).

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra.

an Basuki Rahmmemiliki

Santosa, H., Martiningrum, I., Astrini, W., &

Giriwati, N. S. 2016. Penilaian Estetika Fasade Bangunan Pertokoan melalui Pendekatan Enviromental Aesthetics dan Computational Aesthetics di Kota Malang. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI.

Saputri, N. E. 2009. Tingkat Vitalitas Kegiatan Perdagangan Lama di Kayutangan Kota Malang. Jurnal Tata Kota dan Daerah. 1.

Winarto, & Dhika, A. 2009. Pengembangan Koridor Jalan Basuki Rahmat Kawasan Kayutangan Dalam Upaya Melestarikan dan Memperkuat Identitas Kota Malang.

Perencanaan Kota.

Wulanningrum, S. D. 2014. Elemen-elemen Pembentuk Kota yang Berpengaruh terhdap Citra Kota (Studi Kasus: Kota Lama Semarang). Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota. 10(2), 197-204 Yuswantoro. 2019. Wujudkan Malang Kota

Heritage, Perlu Tim Kota Pusaka Daerah.

Malang, Jawa timur.

Gambar

Tabel 1. Variabel Penelitian
Tabel  2.  Tingkat  Penilaian  Skala  Likert  pada  Kuesioner
Gambar 2. Peta path di Kawasan Kayutangan
Tabel  5.  Frekuensi  Kemunculan  Objek  untuk  Elemen Node  No  Nodes  Frekuensi  Kemunculan  Objek  Proporsi
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dalam melakukan wawancara peneliti harus menyusun atau menyiapkan beberapa instrument terlebih dahulu atau berupa pertanyaan untuk diajukan kepada responden,

Hasil analisis statistik menunjukkan pengaruh nyata dan positif persepsi, dan kesadaran kesehatan terhadap keinginan membeli produk pangan organik pada umumnya, disamping

Proses perpindahan kalor secara konduksi adalah perpindahan kalor melalui suatu zat tanpa disertai perpindahan partikel zat tersebut. 55 Sebuah sendok logam yang

Dalam konteks budaya Jawa, hubungan interpersonal yang baik dalam keluarga seperti meluangkan waktu untuk saling bercerita atau bertukar pikiran, dan menyelesaikan

dari tabel ini dapat diketahui junlah yang sudah dipesan dan yang nasih ditenpati tanu }ain.. Berikut ini adalah

Kuhan massaosuuden kehitys merimetson ravinnossa Saaristo- ja Selkämeren kolonioissa 2010–2012... Siian massaosuuden kehitys merimetson ravinnossa Saaristo- ja Selkämeren

Pada hewan yang baru menetas, suara digunakan untuk memberi tahu induknya bahwa dia menetas sehingga induk akan membuka sarangnya (Hickman et al., 2008). Ketika

Dari data hasil tes awal perilaku khusus dan analisis karakteristik siswa di atas dapat disimpulkan bahwa ada dua perilaku yang sudah dimiliki oleh siswa dan tidak perlu diberikan