• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGIDENTIFIKASI DAN PERILAKU DAN KAREKTERIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MENGIDENTIFIKASI DAN PERILAKU DAN KAREKTERIS"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap siswa dapat dipastikan memiliki perilaku dan karakteristik yang sangat heterogen. Sebagian siswa sudah banyak tahu, sebagian lagi belum tahu sama sekali tentang materi yang diajarkan di kelas. Bila pengajar mengikuti kelompok siswa yang pertama, kelompok yang kedua merasa ketinggalan kereta, yaitu tidak dapat menangkap pelajaran yang diberikan. Sebaliknya, bila pengajar mengikuti kelompok yang kedua, yaitu mulai dari bawah, kelompok pertama akan merasa tidak belajar apa-apa dan bosan.1

Untuk mengatasi hal ini, menurut Suparman ada dua pendekatan yang dapat dipilih. Pertama, siswa menyesuaikan dengan materi pelajaran dan kedua, sebaiknya materi pelajaran disesuaikan dengan siswa.2

Pendekatan pertama, siswa menyesuaikan dengan materi pelajaran, dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Seleksi Penerimaan Siswa

a. Pada saat pendaftaran, siswa diwajibkan memiliki latar belakang pendidikan yang relevan dengan program pendidikan yang akan diambilnya;

b. Setelah memenuhi syarat-syarat pendaftaran di atas, siswa mengikuti tes masuk dalam pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan program pendidikan yang akan ditempuhnya. Proses seleksi ini sering dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan formal seperti sekolah dalam menyeleksi calon siswa untuk memasuki sekolah-sekolah menengah negeri yang ingin memilih calon siswa yang baik.

2. Tes dan Pengelompokan Siswa

Setelah melalui seleksi seperti dijelaskan dalam butir 1, masih ada kemungkinan pengajar menghadapi masalah heterogennya siswa yang mengambil mata pelajaran tertentu. Karena itu, perlu dilakukan tes sebelum mengikuti pelajaran untuk mengelompokkan siswa yang boleh mengikuti mata pelajaran tersebut. Selanjutnya atas dasar hasil tes setiap kelompok tersebut mengikuti tingkat pelajaran tertentu. Tes dan pengelompokan ini biasa dilakukan oleh lembaga-lembaga pengelola kursus bahasa Inggris.

3. Lulus Mata Pelajaran Prasyarat

1Atwi Suparman, Desain Instruksional Modern; Panduan Para Pengajar dan Inovator Pendidikan,

(2)

Alternatif lain untuk butir 2 di atas adalah mengharuskan siswa lulus mata pelajaran yang mempunyai prasyarat. Dalam suatu program pendidikan seperti di sekolah menengah pertama terdapat sebagian kecil mata pelajaran yang seperti itu.

Pendekatan kedua, materi pelajaran disesuaikan dengan siswa. Pendekatan ini hampir tidak memerlukan seleksi penerimaan siswa. Pada dasarnya, siapa saja boleh masuk dan mengikuti pelajaran tersebut.

Kedua pendekatan di atas bila dilakukan secara ekstrem, tidak ada yang sesuai untuk mengatasi masalah heterogennya siswa dalam sistem pendidikan biasa. Karena itu, marilah kita lihat pendekatan ketiga yang mengombinasikan kedua pendekatan di atas. Pendekatan ketiga ini mempunyai ciri sebagai berikut:

a. Menyeleksi penerimaan siswa atas dasar latar belakang pendidikan atau ijazah. Seleksi ini biasanya lebih bersifat administratif.

b. Melaksanakan tes untuk mengetahui kemampuan dan karakteristik awal siswa. Tes ini tidak digunakan sebagai alat menyeleksi siswa, tetapi untuk dijadikan dasar penyusunan bahan pelajaran.

c. Menyusun bahan instruksional yang sesuai dengan kemampuan dan karakteristik awal siswa.

d. Menggunakan sistem instruksional yang memungkinkan siswa maju menurut kecepatan dan kemampuan masing-masing.

e. Memberikan supervisi kepada siswa secara individual.

Dari uraian singkat tersebut diperoleh gambaran bahwa perilaku dan karakteristik awal siswa penting karena mempunyai implikasi terhadap penyusunan bahan belajar dan sistem instruksional.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

1. Apakah yang dimaksud dengan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa ?

2. Apakah manfaat mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa ? 3. Bagaimana teknik mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa ?

4. Bagaimana langkah-langkah mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa ?

(3)

Adapun tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui: 1. Hakikat mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa.

2. Manfaat mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa. 3. Teknik mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa.

4. Langkah-langkah mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa.

D. Manfaat Pembahasan

Penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat secara:

1. Teoretis, yaitu untuk menambah pemahaman mengenai kegiatan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa, manfaatnya, dan bagaimana cara mengidentifikasinya.

2. Praktis, dapat bermanfaat bagi mahasiswa agar mendapatkan pemahaman mengenai kegiatan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa, dan agar dapat memanfaatkannya dalam penerapan sebagai seorang perancang instruksional.

(4)

A. Hakikat Mengidentifikasi Perilaku dan Karakteristik Awal Siswa.

Langkah-langkah dalam desain instruksional ini mengacu kepada langkah-langkah desain instruksional yang diungkapkan oleh Suparman sebagai berikut:

Gambar. 1

Model Desain Instruksional3

Kegiatan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa dalam pengembangan instruksional merupakan pendekatan yang menerima siswa apa adanya dan untuk menyusun sistem instruksional atas dasar keadaan siswa tersebut. Konsekuensi dari digunakannya cara ini adalah: titik mulai suatu kegiatan pembelajaran tergantung kepada perilaku awal siswa. Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa bertujuan untuk menentukan materi apa yang harus diajarkan dan yang tidak perlu diajarkan dalam instruksional yang akan dilaksanakan. Dengan kata lain, kegiatan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa merupakan proses untuk mengetahui perilaku yang dikuasai siswa sebelum mengikuti instruksional, bukan untuk menentukan perilaku prasyarat dalam rangka menyeleksi siswa sebelum mengikuti instruksional. Perilaku yang akan diajarkan ini kemudian dirumuskan dalam bentuk tujuan instruksional khusus atau TIK itu.

Karakteristik siswa merupakan salah satu variabel yang berpengaruh terhadap keberhasilan sistem instruksional.4 Variabel ini didefinisikan sebagai aspek-aspek atau kualitas individu siswa. Aspek-aspek berkaitan dapat berupa bakat, minat, sikap, motivasi

3Ibid.

(5)

belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir dan kemampuan awal (hasil belajar) yang telah dimilikinya.5 Karakteristik siswa akan amat berpengaruh dalam pemilihan strategi pengelolaan, yang berkaitan dengan bagaimana menata pembelajaran, khususnya komponen-komponen strategi pembelajaran, agar sesuai dengan karakteristik individu siswa.6

Untuk melakukan kegiatan identifikasi perilaku dan karakteristik awal si belajar, maka menurut Suparman kita harus mengetahui sumber yang dapat memberikan informasi kepada pendesain instruksional yang antara lain adalah:

1. Siswa atau calon siswa;

2. Orang yang mengetahui kemampuan siswa atau calon siswa dari dekat seperti guru atau atasannya;

3. Pengelola program pendidikan yang biasa mengajar mata pelajaran tersebut.7

Berawal dari informasi-informasi tersebut, maka tingkat kemampuan populasi sasaran dalam perilaku-perilaku khusus yang diperoleh dari analisis instruksional, itu perlu diidentifikasi agar pengembang instruksional dapat menentukan mana perilaku khusus yang sudah dikuasai si belajar untuk diajarkan. Dengan demikian pengembang instruksional dapat pula menentukan titik berangkat yang sesuai bagi si belajar yaitu: aspek-aspek analisis pada kegiatan identifikasi perilaku dan karakterisitk awal siswa. Dalam hal ini, menurut Sanjaya ada tiga aspek kepribadian si belajar yang tergolong pada kegiatan identifikasi perilaku dan karakteristik awal si belajar, yaitu:

1. Aspek latar belakang siswa (pupil formative experiences); 2. Sifat yang dimiliki siswa (pupil properties).

3. Sikap dan penampilan siswa.8

Aspek latar belakang meliputi jenis kelamin siswa, tempat kelahiran, dan tempat tinggal siswa, tingkat sosial ekonomi siswa, dari keluarga yang bagaimana siswa berasal dan lain sebagainya; sedangkan dilihat dari sifat yang dimiliki siswa meliputi kemampuan dasar, pengetahuan dan sikap. Tidak dapat disangkal bahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda yang dapat dikelompokkan pada siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Siswa yang termasuk berkemampuan tinggi biasanya ditunjukkan oleh motivasi yang tinggi dalam belajar, perhatian dan keseriusan dalam mengikuti pelajaran dan lain sebagainya. Sebaliknya siswa yang tergolong pada kemampuan rendah ditandai dengan kurangnya

5Hamzah B. Uno, Desain Pembelajaran; Referensi Penting Untuk Guru, Dosen, Mahasiswa, Tutor Kursus, dan Trainer Pelatihan, (Bandung: MQS Publishing, 2010), h. 107. (Lihat juga: Sutardjo Atmowijoyo,

Perencanaan Sistem Instruksional, (Jakarta: Universitas Islam Jakarta, 2008), h. 95.)

6Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, cet. 5, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 58. 7Suparman, Desain Instruksional, h. 181-182.

(6)

motivasi belajar, tidak adanya keseriusan dalam mengikuti pelajaran termasuk menyelesaikan tugas dan lain sebagainya.9

Perbedaan-perbedaan semacam itu menuntut perlakuan yang berbeda pula baik dalam penempatan atau pengelompokan siswa maupun dalam perlakuan guru dalam menyesuaikan gaya belajar. Demikian juga halnya dengan tingkat pengetahuan siswa. Siswa yang memiliki pengetahuan yang memadai tentang penggunaan bahasa standar, misalnya akan memengaruhi proses pembelajaran mereka dibandingkan dengan siswa yang tidak memiliki tentang hal itu.10

Sikap dan penampilan siswa dalam proses pembelajaran, juga merupakan aspek lain yang dapat memengaruhi sistem pembelajaran. Adakalanya ditemukan siswa yang sangat aktif (hyperkinetic) dan adapula siswa yang pendiam, tidak sedikit juga ditemukan siswa yang memiliki motivasi yang rendah dalam belajar.11 Semua itu akan memengaruhi proses pembelajaran di dalam kelas. Sebab, bagaimanapun perilaku dan karakteristik siswa merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan dalam interaksi pembelajaran, sehingga guru sebagai pendesain mampu memilih bahan pembelajaran yang baik untuk diajarkan kepada siswa sebagai pembelajar.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa bertujuan untuk menentukan materi apa yang harus diajarkan dan yang tidak perlu diajarkan dalam instruksional yang akan dilaksanakan. Dengan kata lain, kegiatan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa merupakan proses untuk mengetahui perilaku yang dikuasai siswa sebelum mengikuti instruksional, bukan untuk menentukan perilaku prasyarat dalam rangka menyeleksi siswa sebelum mengikuti instruksional.

B. ManfaatMengidentifikasi Perilaku dan Karakteristik Awal Siswa

Mengidentifikasi perilaku awal dan karakteristik siswa dalam pengembangan program pembelajaran sangat perlu dilakukan, yaitu untuk mengetahui kualitas perseorangan sehingga dapat dijadikan petunjuk dalam mendeskripsikan strategi pengelolaan pembelajaran. Aspek-aspek yang diungkap dalam kegiatan ini bisa berupa bakat, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berfikir, minat, atau kemampuan awal.

9Ibid.

(7)

Hasil kegiatan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa merupakan salah satu dasar dalam mengembangkan sistem instruksional yang sesuai untuk siswa. Dengan melaksanakan kegiatan tersebut, masalah heterogen siswa dalam kelas dapat diatasi, setidak-tidaknya banyak dikurangi.

Dick dan Carey mengemukakan bahwa manfaat mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal peserta didik diantaranya yaitu membantu perancang pembelajaran (guru) mengidentifikasi dengan tepat apa yang sudah diketahui maupun yang belum diketahui peserta didik sebelum mereka memulai kegiatan instruksional.12

Menurut penulis sendiri, setidaknya ada enam manfaat dari mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal peserta didik, yaitu:

1. Untuk memperoleh informasi yang lengkap dan akurat berkenaan dengan kemampuan serta karakteristik awal siswa sebelum mengikuti program pembelajaran tertentu. 2. Menyeleksi tuntutan, bakat, minat, kemampuan, serta kecenderungan peserta didik

berkaitan dengan pemilihan program-program pembelajaran tertentu yang akan diikuti mereka.

3. Menentukan desain program pembelajaran dan atau pelatihan tertentu yang perlu dikembangkan sesuai dengan kemampuan awal peserta didik.

4. Mengetahui tentang luas dan jenis pengalaman belajar siswa, hal ini berpengaruh terhadap daya serap siswa terhadap materi baru yang akan disampaikan.

5. Mengetahui latar belakang siswa dan keluarga siswa. Meliputi tingkat pendidikan orang tua, sosial ekonomi, emosional dan mental sehingga guru dapat menyajikan bahan serta metode belajar yang lebih variatif, serasi, efektif dan efisien.

6. Mengetahui tingkat pertumbuhan, perkembangan, aspirasi dan kebutuhan siswa serta mengetahui tingkat penguasaan yang telah diperoleh siswa sebelum mengikuti proses instruksional.

C. Teknik Mengidentifikasi Perilaku dan Karakteristik Awal Siswa 1. Perilaku Awal Siswa

Entry behavior adalah pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki siswa sebelum ia melanjutkan ke jenjang berikutnya. Menurut De Cecco dalam H. Nashir, perilaku awal mempunyai karakteristik, yaitu merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran berikutnya, mempunyai hubungan yang relevan dengan tujuan hasil belajar yang

(8)

dicapai.13 Di sisi lain Abdul Ghafur dalam Nopita Windasari mendefinisikan perilaku awal adalah pengetahuan dan keterampilan yang relevan yang telah dimiliki siswa pada saat memulai kegiatan belajarnya telah memiliki berbagai pengalaman, pengetahuan, sikap dan keterampilan serta potensi yang dimiliki dapat dijadikan tolak ukur instruksional dan perencanaan kegiatan belajar lebih lanjut.14

Perilaku awal merupakan modal bagi siswa dalam aktivitas pembelajaran, karena aktivitas pembelajaran adalah wahana terjadinya negosiasi makna antara guru dan siswa berkenaan dengan materi pembelajaran.15

Siapa kelompok sasaran, populasi sasaran, atau sasaran didik kegiatan instruksional itu? Istilah itu digunakan untuk menanyakan dua hal tentang perilaku siswa: Pertama, menanyakan siswa yang mana atau siswa sekolah apa. Kedua, menanyakan sejauh mana pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka miliki sehingga dapat mengikuti pelajaran tersebut.16

Pertanyaaan di atas sangat penting dijawab oleh pengembang instruksional sehingga sejak permulaan kegiatan instruksional telah dapat disesuaikan dengan siswa yang akan mengikutinya. Jawaban itu merupakan pula suatu batasan bagi siswa yang bermaksud mengikuti pelajaran tersebut, sehingga bila mempunyai perilaku awal tersebut, siswa sebaiknya tidak mengikuti pelajaran tersebut.17

Populasi sasaran dirumuskan secara spesifik seperti contoh di bawah ini: 1. Mata pelajaran ini disediakan bagi siswa yang memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Terdaftar pada sekolah ini pada tahun ajaran atau semester ini; b. Setelah lulus mata pelajaran A.

2. Pelajaran ini disusun bagi siswa kelas dua MA yang mempunyai minat dalam kelompok bidang studi Agama.

3. Kursus ini disediakan bagi karyawan pemerintah atau perusahaan swasta yang memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Mempunyai ijazah minimal sarjana muda dalam bidang X atau setaraf; b. Telah pernah mengikuti dan lulus dalam kursus Y;

13H. Nashir, Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal, (Jakarta: Delia Press, 2004), h. 64.

14Nopita Windasari, Pengaruh Strategi Pembelajaran Modeling dan Ekspositori Terhadap Hasil Belajar Alquran Hadis Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa, (Medan: Tesis PPS IAIN SU, 2010), h. 43.

15H. Gardner, The Unschooled mind; How Children Think and School Should Teach, (New York: Basic Books, 1991), h. 27.

(9)

c. Menguasai bahasa Inggris minimal secara pasif untuk membaca dan mendengarkan kuliah dalam bahasa Inggris.18

Perumusan populasi sasaran seperti contoh tersebut di atas memang dapat membantu kelancaran penyelenggaraan kegiatan instruksional. Perumusan populasi ini biasanya diterapkan oleh lembaga pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan. Tetapi seorang pengembang instruksional masih perlu mencari informasi lebih jauh tentang kemampuan populasi sasaran yang dimaksud dalam menguasai setiap perilaku khusus yang telah dirumuskan dalam analisis instruksional. Perilaku-perilaku khusus itu tersusun secara hierarkikal, prosedural, pengelompokan, atau kombinasi kegiatannya atau dua di antaranya tingkat kemampuan populasi sasaran dalam perilaku-perilaku khusus itu perlu diidentifikasi agar pengembang instruksional dapat menentukan mana perilaku khusus yang sudah dikuasai siswa sehingga perlu diajarkan kembali, dan mana yang belum dikuasai siswa untuk diajarkan. Dengan demikian, pengembang instruksional dapat pula menentukan titik berangkat yang sesuai bagi siswa.19

Menurut Suparman teknik yang digunakan dalam mengidentifikasi kebutuhan instruksional yaitu kuesioner, interviu dan observasi, serta tes. Teknik tersebut dapat pula digunakan untuk mengidentifikasi perilaku awal siswa. Subjek yang memberikan informasi diminta untuk mengidentifikasi seberapa jauh tingkat penguasaan siswa atau calon siswa dalam setiap perilaku khusus melalui skala penilaian (rating scales).20

Perilaku awal siswa dapat dukur melalui tes awal, interviu atau cara-cara lain yang cukup sederhana seperti melontarkan pertanyaan-pertanyaan secara acak dengan distribusi perwakilan siswa yang representatif. Selanjutnya Gardner mengemukakan bahwa identifikasi perilaku siswa dilakukan dengan memberikan pree-testing yakni tes awal yang dilakukan sebelum dimulai pembelajaran, yang dimaksudkan untuk menguji entry-behavior (kemampuan awal) peserta didik berkenaan dengan tujuan pembelajaran tertentu yang harus dikuasai peserta didik. Identifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa juga dilakukan berkenaan dengan program pembelajaran sebuah mata pelajaran atau sebuah lembaga pendidikan tertentu.21

Teknik yang dapat menghasilkan data yang lebih keras adalah tes penampilan siswa dan observasi terhadap pelaksanaan pekerjaan siswa serta tes tertulis untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa. Tetapi, bila tes seperti itu tidak tepat dilakukan karena dirasakan

18Ibid.

19Ibid.

20Ibid., h. 182.

(10)

kurang etis, kesulitan teknik pelaksanaan, atau tidak mungkin dilakukan karena sebab yang lain, penggunaan skala penilaian cukup memadai. Skala penilaian tersebut diisi oleh orang-orang yang tahu secara dekat terhadap kemampuan siswa dan diisi oleh siswa sebagai self-report.22

Berdasarkan masukan ini, dapat ditetapkan. Titik berangkat atau permulaaan perjalanan yang harus diberikan pada siswa. Titik itu adalah perilaku khusus di atas garis batas yang telah dikuasi siswa atau calon siswa. Apa beda kegiatan ini dengan proses mengidentifikasi kebutuhan instruksional? Pertama, kebutuhan instruksional untuk mengidentifikasi benar tidaknya masalah yang dihadapi harus diselesaikan dengan menyelenggarakan kegiatan instruksional. Sedangkan mengidentifikasi perilaku awal tidak berhubungan dengan masalah tersebut. Kedua, kebutuhan intruksional untuk mengidentifikasi perilaku umum yang akan dijadikan tujuan instruksional umum. Sedangkan kegiatan mengidentifikasi perilaku awal untuk mengidentifikasi perilaku khusus yang telah dikuasai siswa. Hasil akhir dari kegiatan mengidentifikasi perilaku awal ini akan dijadikan pedoman untuk menetapkan perilaku khusus yang tidak perlu diajarkan lagi dan perilaku-perilaku khusus yang masih harus diajarkan. Dengan demikian hasil kegiatan tersebut dapat pula digunakan untuk menetapkan titik berangkat dalam mengajar.23

2. Karakteristik Awal Siswa

Di samping mengidentifikasi perilaku awal siswa, pengembang instruksional harus pula mengidentifikasi karakteristik siswa yang berhubungan dengan keperluan pengembangan instruksional. Minat siswa pada umumnya, misalnya pada olahraga, karena sebagian besar siswa adalah penggemar olahraga, dapat dijadikan bahan dalam memberikan contoh dalam rangka penjelasan materi pelajaran. Kemampuan siswa yang kurang dalam membaca bahasa Inggris merupakan masukan pula bagi pengembang instruksional untuk memilih bahan-bahan pelajaran yang tidak berbahasa Inggris atau menerjemahkannya terlebih dahulu ke dalam bahasa Indonesia.24

Demikian pula bila siswa senang dengan lelucon, pendesain instruksional sebaiknya mempertimbangkan penggunaan lelucon dalam strategi instruksionalnya. Bila siswa sebagian besar tidak mempunyai video di rumah, pendesain instruksional tidak dapat membuat program video untuk dipelajari siswa di rumah. Informasi di atas perlu dicari oleh

22Suparman, Desain, h. 182. 23Ibid., h. 182-183.

(11)

pengembang instruksional sehingga ia dapat mengembangkan sistem instruksional yang sesuai dengan karakteristik siswa tersebut.

Teknik yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi karakteristik awal siswa sama dengan teknik yang digunakan dalam mengidentifikasi perilaku awal, yaitu kuesioner, interviu, observasi, dan tes.25 Tujuan untuk mengetahui karakteristik awal siswa adalah untuk mengukur apakah siswa akan mampu mencapai tujuan belajarnya atau tidak; sampai dimana minat siswa terhadap pelajaran yang akan dipelajari. Bila si belajar mampu, hal-hal apa yang memperkuat, dan bila tidak mampu, hal-hal apa yang menjadi penghambat. Hal-hal yang perlu diketahui dari si pelajar bukan hanya dilihat faktor-faktor akademisnya, akan tetapi juga dilihat faktor-faktor sosialnya, sebab kedua hal tersebut sangat mempengaruhi proses belajar si pelajar. Informasi yang dikumpulkan dibatasi kepada karakteristik siswa sehingga ada manfaatnya dalam proses pengembangan instruksional.

D. Langkah-Langkah dan Hasil Identifikasi Perilaku dan Karakteristik Awal Siswa Berikut ini latihan dalam mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa. Latihan ini akan memakan waktu yang cukup panjang, karena harus mengumpulkan data dari lapangan. Ikutilah latihan ini dengan tekun.26

1. Kumpulkanlah data perilaku awal siswa dari orang-orang yang dekat dan dapat menilai kemampuan populasi sasaran dengan cara:

a. Tulislah kembali daftar perilaku khusus yang telah berhasil Anda buat dalam kegiatan analisis intruksional;

b. Atas dasar perilaku khusus tersebut, buatlah skala penilaian sebagai berikut: No

.

Perilaku Khusus Baik Buruk

Keterangan:

Kolom 1 : Nomor urut

Kolom 2 :Perilaku khusus yang telah dihasilkan dalam analisis instruksional Kolom 3 dan 4: Skala penilaian.

c. Berilah pengantar cara mengisi skala penilaian tersebut dan perbanyak secukupnya; d. Berikan skala penilaian tersebut kepada orang-orang yang dekat dan dapat menilai

kemampuan populasi sasaran seperti atasan dan guru mereka. Jumlah penilai ter-gantung kepada besarnya populasi sasaran. Untuk siswa dalam jumlah kecil, sekitar

25Ibid., h. 184.

(12)

10–20 responden sudah cukup memadai. Untuk siswa dalam jumlah besar dan ruang lingkup nasional misalnya, diperlukan sekitar 30 sampai 50 responden;

e. Kumpulkan hasil isian tersebut.

2. Kumpulkanlah data perilaku awal siswa dari sampel siswa. Di samping data dari orang-orang yang dekat dengan sasaran, diperlukan pula data dari sampel sasaran itu sendiri dengan bentuk self-report. Ikutilah langkah-langkah sebagai berikut:

a. Tulislah kembali perilaku khusus yang telah berhasil Anda buat dalam analisis intruksional;

b. Atas dasar perilaku khusus tersebut, buatlah skala penilaian dalam bentuk skala Likert (sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, dan sangat tidak setuju);

c. Berilah pengantar cara mengisi skala penilaian tersebut dan perbanyak secukupnya; d. Berikan skala penilaian tersebut kepada sejumlah orang yang dapat mewakili populasi

sasaran. Jumlahnya juga tergantung dari besarnya populasi sasaran. Yang paling penting diperhatikan adalah orang-orang tersebut memang memiliki ciri-ciri seperti populasi sasaran, sehingga dapat dipandang sebagai sampel yang representatif;

e. Kumpulkan hasil isian tersebut.

3. Kumpulkan data perilaku awal siswa dengan menggunakan observasi dan tes. Dibandingkan dengan dua cara mengumpulkan data perilaku awal siswa yang telah dikemukakan sebelumnya, observasi dan tes adalah cara yang lebih mantap, karena dapat mengumpulkan data yang lebih tegas. Observasi dilakukan untuk menilai kemampuan yang bersifat pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan atau keterampilan. Skala penilaian seperti butir 1 di atas dapat digunakan dalam observasi tersebut. Bedanya adalah: skala penilaian yang digunakan dalam observasi diisi oleh orang yang mengobservasi (mengamati) kegiatan yang sedang dilakukan siswa. Sedangkan dalam butir 1 di atas diisi oleh atasan atau guru atas dasar pendapat mereka tanpa mengamati langsung kegiatan siswa yang sedang dinilai. Tes digunakan untuk menilai kemampuan yang bersifat kognitif. Bila Anda dapat menggunakan observasi dan tes, cara dalam butir 1 dan 2 di atas tidak diperlukan lagi.

4. Kumpulkanlah data karakteristik awal siswa dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a. Buatlah daftar pertanyaan atau kuisioner tentang karakteristik siswa seperti: 1) Tempat kelahiran dan tempat dibesarkan;

(13)

3) Kesenangan (hobi);

4) Bahasa sehari-hari dan bahasa asing yang dikuasai;

5) Alat-alat audio-visual yang dimiliki di rumah atau biasa digunakan sehari-hari; 6) dan lain-lain yang dianggap penting bagi pengembangan desain instruksional. b. Berikanlah kuesioner tersebut kepada sejumlah sampel yang dapat mewakili populasi

sasaran;

c. Kumpulkan hasilnya.

5. Analisislah hasil pengumpulan data butir 1 dan 2 atau butir 3 saja untuk menentukan perilaku awal yang telah dikuasai populasi sasaran. Kelompokkan perilaku yang mendapat nilai cukup dan di atasnya. Pisahkan dari perilaku yang masih sedang, kurang atau buruk.

6. Buatlah garis batas antara kedua kelompok perilaku tersebut pada bagan hasil analisis instruksional untuk menunjukkan dua hal sebagai berikut:

a. Perilaku-perilaku yang ada di bawah garis batas adalah perilaku yang telah dikuasai oleh populasi sasaran sampai tingkat cukup dan baik. Perilaku-perilaku ini tidak akan diajarkan kembali kepada siswa;

b. Perilaku-perilaku yang ada di atas garis batas adalah perilaku yang belum dikuasai oleh populasi sasaran atau baru dikuasai sampai tingkat sedang, kurang, dan buruk. Perilaku-perilaku tersebut akan diajarkan kepada siswa.

7. Susunlah urutan perilaku yang ada di atas garis batas untuk dijadikan pedoman dalam menentukan urutan materi pelajaran.

8. Tafsirkanlah data tentang karakteristik siswa untuk menggambarkan hal sebagai berikut: a. Lingkungan budaya;

b. Pekerjaan atau bidang pengetahuan yang menjadi keahlian; c. Kesenangan (hobi);

d. Bahasa yang dikuasai;

e. Alat audio visual yang dimiliki atau yang biasa digunakan sehari-hari; f. dan lain-lain.

Berikut ini merupakan hasil identifikasi perilaku dan karakteristik awal terhadap siswa kelas X Jurusan Bisnis Manajemen (BM) di SMK Persiapan Kota Binjai. Identifikasi dilakukan pada siswa kelas X A-B secara acak sebanyak 20 siswa, dengan rincian: (X A: 10 siswa, dan X B: 10 siswa).

(14)

semester 1, yaitu: “Mendeskripsikan Tentang Puasa dan Hikmahnya serta Mampu Menerapkan Nilai-Nilainya dalam Kehidupan Sehari-Hari”. Langkah yang dilakukan adalah mengumpulkan data perilaku awal siswa dari hasil tes dengan cara:

1. Menuliskan kembali daftar perilaku khusus (kompetensi dasar) yang telah berhasil dibuat dalam kegiatan analisis instruksional, yakni:

a. Menjelaskan pengertian puasa.

b. Mengidentifikasi ayat Alquran yang mewajibkan puasa. c. Menjelaskan syarat wajib puasa.

d. Menjelaskan rukun puasa. e. Menjelaskan syarat sah puasa.

f. Menjelaskan hal-hal yang membatalkan puasa. g. Menjelaskan sunah-sunah puasa.

h. Melafalkan niat berpuasa.

i. Menjelaskan fungsi-fungsi puasa bagi manusia. j. Mendeskripsikan kaitan puasa dengan kesehatan.

k. Mengidentifikasi siapa saja yang dibolehkan untuk tidak berpuasa. l. Menyebutkan puasa-puasa yang wajib dilaksanakan.

m. Menyebutkan puasa-puasa yang disunahkan untuk dilaksanakan. 2. Membuat penilaian tes awal, yakni sebagai berikut:

Petunjuk penilaian

a. Untuk membantu mengembangkan desain instruksional, maka Anda diharapkan agar menjawab pertanyaan dengan yang sebenarnya.

b. Jawablah pertanyaan-pertanyaan dengan menjawabnya sesuai kemampuan Anda! Tabel 1.

Tes Awal yang Disesuaikan dengan Perilaku Khusus

No. Perilaku Khusus Tes Awal

1. Menjelaskan pengertian puasa. Jelaskan pengertian puasa? 2. Mengidentifikasi ayat Alquran

4. Menjelaskan rukun puasa. Jelaskan rukun puasa? 5. Menjelaskan syarat sah puasa. Jelaskan syarat sah puasa? 6. Menjelaskan hal-hal yang

membatalkan puasa.

(15)

7. Menjelaskan sunah-sunah puasa.

Jelaskan sunah-sunah puasa?

8. Melafalkan niat berpuasa. lafalkan niat berpuasa! (Praktik) 9. Menjelaskan fungsi-fungsi

Coba Anda identifikasi siapa saja yang dibolehkan untuk tidak

Tes penilaian awal ini diberikan langsung oleh guru bidang studi yang mengajar siswa tersebut. Selanjutnya melihat hasil penilaian tes, dan ini dilakukan langsung oleh guru bidang studi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu memberi tanda centang (√) pada kolom skala penilaian (kolom 3 dan 4) sesuai dengan hasil tes awal siswa.

Tabel 2.

Hasil Penilaian Tes Awal

No. Perilaku Khusus Dimiliki Belum

Dimiliki 1. Menjelaskan pengertian puasa.

2. Mengidentifikasi ayat Alquran yang mewajibkan puasa. 3. Menjelaskan syarat wajib puasa.

4. Menjelaskan rukun puasa. 5. Menjelaskan syarat sah puasa.

6. Menjelaskan hal-hal yang membatalkan puasa. 7. Menjelaskan sunah-sunah puasa.

8. Melafalkan niat berpuasa.

9. Menjelaskan fungsi-fungsi puasa bagi manusia. 10. Mendeskripsikan kaitan puasa dengan kesehatan.

11. Mengidentifikasi siapa saja yang dibolehkan untuk tidak berpuasa.

12. Menyebutkan puasa-puasa yang wajib dilaksanakan.

13.

(16)

3. Untuk mendapatkan data karakteristik awal siswa maka para siswa diharapkan mengisi/menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:

a. Nama :

b. Tempat tanggal lahir :

c. Tempat tinggal :

d. Pekerjaan yang dicita-citakan :

e. Hobi :

f. Bahasa :

g. Alat-alat audio visual yang dimiliki :

h. Apakah kamu sering menunaikan ibadah puasa? 1. Sangat sering 2. Sering 3. Jarang 4. Tidak Pernah i. Apakah kamu bisa mendeskripsikan puasa?

1. Sangat bisa 2. Bisa 3. Kurang bisa 4. Tidak bisa

j. Apakah kamu mampu melafalkan dalil diwajibkannya berpuasa? 1. Sangat mampu 2. Mampu 3. Kurang mampu 4. Tidak mampu

4. Pengelompokan perilaku awal yang telah dikuasai oleh siswa. Perilaku yang didapat yaitu nilai baik dan buruk. Perilaku yang mendapat nilai baik berarti siswa dianggap sudah memiliki penguasaan akan materi yang akan diajarkan tersebut. Sebaliknya siswa yang mendapat nilai buruk, berarti dianggap belum memiliki penguasaan akan materi/perilaku tersebut.

5. Berdasarkan data dan pengamatan penulis tentang karakteristik siswa, dapat diketahui bahwa:

a. Lingkungan Budaya;

Lingkungan budaya yang berkembang di daerah ini adalah budaya Padang dan Jawa. b. Pekerjaan;

Pekerjaan yang dicita-citakan: guru, POLWAN, pengusaha, akuntan, dan sekretaris. c. Hobi dan kesenangan;

Hobi, kesenangan para siswa sangat beragam, namun sebagian besar hobi mereka adalah olahraga, musik, dan membaca.

d. Bahasa yang digunakan; Bahasa Indonesia.

(17)

menunaikan ibadah puasa. Pada bagian i, tidak ada yang sangat bisa mendeskripsikan puasa, 2 siswa menyatakan bisa mendeskripsikan puasa, 9 siswa menyatakan kurang bisa mendeskripsikan puasa, dan 9 siswa menyatakan tidak bisa mendeskripsikan puasa. Dan bagian j, hanya ada 5 siswa yang mampu melafalkan dalil diwajibkannya puasa, selebihnya tidak mampu.

Tabel 3.

(18)

19. Miranda Lestari X B x x x x x x x √ x x x x x 8 dimiliki

20. Mutia Mawarni X B √ √ x x x x x √ x x x x x 1, 2 dan 8 dimiliki Kesimpulan: perilaku 1 dan 8 rata-rata sudah dimiliki oleh siswa dan sebagian perilaku 2

sudah dimiliki oleh siswa

Dari data hasil tes awal perilaku khusus dan analisis karakteristik siswa di atas dapat disimpulkan bahwa ada dua perilaku yang sudah dimiliki oleh siswa dan tidak perlu diberikan lagi untuk materi pembelajaran Kompetensi Dasar (KD) ke-5 Pelajaran Pendidikan Agama Islam semester 1, yaitu: “Mendeskripsikan Tentang Puasa dan Hikmahnya serta Mampu Menerapkan Nilai-Nilainya dalam Kehidupan Sehari-Hari”, dan perilaku 2 telah dimiliki oleh sebagian siswa namun tetap diberikan sebagai materi pelajaran bagi yang belum memiliki perilaku ini dan sebagai pengayaan bagi siswa yang telah memiliki perilaku ini. Secara lengkap daftar perilaku khusus yang sudah dimiliki dan belum dimiliki oleh siswa SMK Persiapan Kota Binjai adalah sebagai berikut.

Tabel 4

Daftar Perilaku Khusus yang Dimiliki dan Belum Dimiliki Siswa Kelas X (Sepuluh) SMK Persiapan Kota Binjai No

. Perilaku Khusus yang Dimiliki No.

Perilaku Khusus yang Belum Dimiliki

1. Menjelaskan pengertian puasa. 1. Menjelaskan syarat wajib puasa.

2. Mengidentifikasi ayat Alquran yang mewajibkan puasa.

2. Menjelaskan rukun puasa.

3. Melafalkan niat berpuasa. 3. Menjelaskan syarat sah puasa. 4. Menjelaskan hal-hal yang

membatalkan puasa.

5. Menjelaskan sunah-sunah puasa. 6. Menjelaskan fungsi-fungsi puasa

bagi manusia.

7. Mendeskripsikan kaitan puasa dengan kesehatan.

8. Mengidentifikasi siapa saja yang dibolehkan untuk tidak berpuasa. 9. Menyebutkan puasa-puasa yang

wajib dilaksanakan.

(19)

BAB III PENUTUP

A. Simpulan

(20)

dirumuskan dalam bentuk tujuan instruksional khusus atau TIK itu. Kegiatan ini memberi manfaat untuk mengetahui kualitas perseorangan sehingga dapat dijadikan petunjuk dalam mendeskripsikan strategi pengelolaan pembelajaran. Hasil kegiatan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa ini merupakan salah satu dasar dalam mengembangkan sistem instruksional yang sesuai untuk siswa. Sementara cara melaksanakan kegiatan ini adalah dilakukan di waktu awal sebelum menyusun instruksional pengajaran, teknik yang digunakan dapat dengan tes, interviu, observasi, dan kuisioner, dan dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran atau orang-orang yang dianggap paham dengan kemampuan siswa.

B. Implikasi

Implikasi guru dalam mengidentifikasi perilaku dan karakteristik siswa sangat diharapkan, agar pengelolaan instruksional tidak hanya asal jadi. Bisa kita bayangkan jika pengelolaan sistem instruksional yang asal jadi oleh guru, bagaimana mau menghasilkan SDM yang mampu bersaing secara global. Oleh karena itu, sebagai seorang pendidik harus menguasai dasar desain instruksional khususnya dalam mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal peserta didik.

C. Saran

Sebagai perancang kegiatan instruksional, guru hendaknya dapat mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa, karena kegiatan ini dapat dijadikan sebagai petunjuk guru dalam mengelola sistem instruksional yang sesuai dengan perilaku dan krakteristik siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Atmowijoyo, Sutardjo, Perencanaan Sistem Instruksional, (Jakarta: Universitas Islam Jakarta, 2008.

Dick, Walter, et. al., The Systematic Design of Instruction, 6th Edition, (Boston: Pearson, 2005).

H. Gardner, The Unschooled mind; How Children Think and School Should Teach, (New York: Basic Books, 1991).

(21)

Sanjaya, Wina, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, cet. 5, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2012).

Suparman, Atwi, Desain Instruksional Modern; Panduan Para Pengajar dan Inovator Pendidikan, (Jakarta: Erlangga, 2012).

Uno, Hamzah B., Desain Pembelajaran; Referensi Penting Untuk Guru, Dosen, Mahasiswa, Tutor Kursus, dan Trainer Pelatihan, (Bandung: MQS Publishing, 2010).

______________, Perencanaan Pembelajaran, cet. 5, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009).

Gambar

Tabel 1.
Tabel 2. Hasil Penilaian Tes Awal
Tabel 3.
Tabel 4

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya penelitian ini diharapkan perusahaan dapat mengetahui keinginan pelanggan dan kekurangan perusahaan mengenai layanan yang ditawarkan dengan cara

a. Memastikan jam pelaksanaan praktek kerja dilakukan secara proporsional dengan jam istirahat agar tidak menimbulkan kelelahan sangat yang dapat

Pada saat kepentingan pribadi, mengakibatkan strategi aliansi antara investor institusional dengan pihak manajemen ditanggapi negative oleh pasar sehingga kepemilikan

32.. Setelah melihat wajah jenazah itu, Indah tidak maigehiaikan sepatah katapun Indah hanya meneteskan air matanya, karena tercyata, seseorang yang terfaaring kaku di

3bstacle limitation dilakukan untuk men"amin keamanan dengan mengurangi resiko kecelakaan dengan cara menempatkan suatu ruang maya di sekitar  aerodrome yang

elongasi maksimum, karena sudut elongasi terbesarnya adalah 180 0 pada fase oposisi  Tidak terlihat bentuk sabit pada planet superior, tetapi memiliki lintasan yang

Baik penyuntikan bahan sklerosan (1.5% sodium tetradecyl sulfate atau 5% ethanolamine oleate) dan pemasangan ligator pada varises esophagus, terbukti dapat mencegah

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi tentang peningkatan kemampuan mengenal konsep lambang bilangan pada anak usia 4 ± 5 tahun