• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HILANGNYA HAK GUNA BANGUNAN KARENA DITELANTARKAN OLEH PEMILIKNYA JURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HILANGNYA HAK GUNA BANGUNAN KARENA DITELANTARKAN OLEH PEMILIKNYA JURNAL"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HILANGNYA HAK GUNA BANGUNAN KARENA DITELANTARKAN

OLEH PEMILIKNYA

JURNAL

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

RUDYANTO NIM 130200592

DEPARTERMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(2)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HILANGNYA HAK GUNA BANGUNAN KARENA DITELANTARKAN

OLEH PEMILIKNYA

JURNAL

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum

Oleh : RUDYANTO NIM : 130200592

DEPARTERMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Disetujui Oleh : Departermen HAN

Ketua

Dr. Agusmidah, SH., M.Hum NIP . 197608162002122002

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H.,M.S.,CN Mariati Zendrato, S.H.,M.Hum.

NIP. 196112311987031023 NIP. 195703231987032001

(3)

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Rudyanto NIM : 130200592 Departemen : Hukum Agraria

Judul Skripsi : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HILANGNYA HAK GUNA BANGUNAN KARENA DITELANTARKAN OLEH PEMILIKNYA

Dengan ini menyatakan :

1. Bahwa skripsi ini yang saya tulis tersebut di atas adalah benar tidak merupakan ciplakan dari skripsi atau karya ilmiah orang lain.

2. Apabila terbukti dikemudian hari skripsi tersebut adalah jiplakan, maka segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggung jawab saya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan atau tekanan dari pihak manapun.

Medan, 26 September 2017

Rudyanto NIM : 130200592

(4)

ABSTRAK

Rudyanto*)

Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H.,M.S.,CN**) Mariati Zendrato, S.H.,M.Hum.***)

Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang diberikan kepada manusia untuk dikelola, digunakan dan dipelihara sebaik - baiknya sebagai sumber kehidupan dan penghidupan. Dalam kenyataanya kegiatan penelantaran tanah ini masih sangat massif. Keberadaan tanah terlantar ini jika tidak ditangani dengan penuh perhatian, hal ini pada gilirannya akan mengganggu jalannya pembangunan, mengingat persediaan tanah yang semakin terbatas dan kebutuhan tanah untuk pembangunan yang semakin meningkat. Sehubungan dengan itu dipandang perlu untuk mengadakan ketentuan - ketentuan yang menetapkan kriteria yang lebih jelas mengenai tanah terlantar dalam PP No. 11/2010 dan bagaimana pandangan masyarakat terhadap tanah terlantar ini sendiri.

Permasalahan yang diajukan dalam skripsi ini adalah bagaimana konsep hak guna bangunan yang berlaku di Indonesia, bagaimana ketentuan hak guna bangunan dapat hapus akibat ditelantarkan, dan apa hubungan dan akibat hukum dari tanah yang ditelantarkan dengan hilangnya hak guna bangunan dan sebab- sebab serta penyelesaian dari konflik tanah terlantar oleh pemiliknya.

Untuk memperoleh data penelitian yang akurat, digunakan metode penelitian mengarah pada yuridis normatif. Dari data primer dan sekunder yang dikumpulkan kemudian dianalisa dengan mempergunakan analisa kualitatif dan disampaikan dengan metode deskriptif analisis, serta metode pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan cara studi kepustakaan.

Setelah dilakukan pembahasan diketahui bahwa konsep dasar Hak Guna Bangunan ialah hak untuk mendirikan bangunan di atas tanah yang bukan miliknya sendiri. Ketentuan Hak Guna Bangunan dan Hak milik dalam kaitannya dengan tanah terlantar dapat hapus sesuai UU No.5 1960 diatur dalam pasal 27 dan 40 huruf e. serta akibat hukum bagi pemegang hak atas tanah yang ditelentarkan adalah adanya pemutusan hubungan hukum dengan cara tanahnya dikembalikan kepada negara antara subjek pemegang hak atas tanah dengan objek tanah sebagaimana dinyatakan dalam pasal 9 ayat (2) dan (3) PP No 11/2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar.

Kata Kunci : Hak Guna Bangunan, ditelantarkan, Pemiliknya *Mahasiswa/I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara * Dosen Pembimbing I

* Dosen Pembimbing II

(5)

ABSTRACT

The land is a gift of God Almighty given to humans to be managed, used and maintained as well as possible as a source of life and livelihood. In reality the neglect of this land is still very massive. The existence of this abandoned land if it is not handled with care, this in turn will disrupt the course of development, given the increasingly limited land supply and the need for increased land for development. In this connection it is deemed necessary to enact provisions stipulating clearer criteria on abandoned land in GR no. 11/2010 and how people's views of this derelict land.

The problems raised in this thesis are how the concept of building use rights in Indonesia, how the terms of right to use the building can be abandoned due to neglect, and what the legal relations and consequences of the land abandoned by the loss of rights to the building and the causes and settlement of the conflict land abandoned by its owner.

To obtain accurate research data, used research method leads to normative juridical. From the primary and secondary data collected and then analyzed by using qualitative analysis and delivered by descriptive method of analysis, as well as data collection methods used is by way of literature study.

After the discussion is known that the basic concept of Building Rights is the right to build a building on land that is not his own. The provisions on the Right to Build and Ownership in relation to abandoned land may be deleted pursuant to Law No. 1960 set forth in articles 27 and 40 letter e. as well as the legal consequences for the holder of the right to the land that is deliberated is the existence of termination of the legal relationship with the way the land is returned to the state between the subject of the holder of the land right and the object of the land as stated in Article 9 paragraph (2) and (3) PP No 11/2010 on and Utilization of Abandoned Land.

Keywords: Hak Guna Bangunan, neglected, Owner

(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang diberikan kepada manusia untuk dikelola, digunakan dan dipelihara sebaik - baiknya sebagai sumber kehidupan dan penghidupan. Dimana dewasa ini tanah merupakan salah satu modal utama dalam rangka pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

Indonesia sebagai negara yang berlatar belakang agraris, menyadari arti penting tanah sebagai sesuatu yang memiliki nilai dalam kehidupan masyarakatnya. Bagi petani di pedesaan, tanah berfungsi sebagai tempat warga masyarakat bertempat tinggal dan tempat memperoleh penghidupan. Bagi warga perkotaan tanah menjadi tempat menjalankan segala aktivitas sehari hari.1Sehingga secara umum tanah merupakan sumber hidup dan kehidupan bagi masyarakat Indonesia yang mempunyai fungsi yang sangat strategis baik sebagai sumber daya alam maupun sebagai ruang untuk pembangunan.

Ketersediaan tanah yang relatif tetap sedangkan kebutuhan akan tanah terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk dan kegiatan pembangunan yang terus meningkat,menjadikan kepentingan sebesar-besar kemakmuran rakyat.

1 Soerjono Soekanto dan Soleman B. Taneko, 2001, Hukum Adat Indonesia, Cetakan Keempat, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hlm.172

(7)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam karya tulis ini ialah :

1. Bagaimana konsep hak guna bangunan yang berlaku di Indonesia?

2. Bagaimana ketentuan hak guna bangunan dapat hapus akibat ditelantarkan?

3. Apa hubungan dan akibat hukum dari tanah yang ditelantarkan dengan hilangnya hak guna bangunan dan sebab – sebab serta penyelesaian dari konflik tanah terlantar oleh pemiliknya.

C. Metode Penelitian

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Menurut Soetandyo Wignyosoebroto jenis penelitian terbagi atas penelitian hukum doktrinal dan penelitian hukum non doktrinal.2 Penelitian hukum doctrinal terdiri dari penelitian yang berupa inventarisasi hukum positif, penelitian yang berupa usaha penemuan asas dan dasar falsafah (dogma atau doktrin) hukum positif, dan penelitian yang berupa usaha penemuan hukum in concreto yang layak diterapkan untuk menyelesaikan suatu perkara hukum tertentu.

Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian hukum doctrinal, khusunya penelitian yang berupa inventarisasi hukum positif. Skripsi ini merupakan hasil inventarisasi hukum positif yang berkaitan dengan pengadaan tanah yang kemudian dilakukan analisis terhadap berbagai hukum positif yang berkaitan.

2 Soetandyo Wignyosoebroto dalam Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 1998, hal 43

(8)

Penelitian menurut sifatnya terbagi atas penelitian eksploratoris, penelitian deskriptif dan penelitian eksplanatoris.3.4 Sifat penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan dan memaparkan kembali secara detail serta melakukan analisis terhadapnya mengenai hukum yang berkaitan dengan pengadaan hak atas tanah.

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penelitian hukum adalah pendekatan perundang-undangan( statute approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis ( historical approach), pendekatan perbandingan(comparative approach) dan pendekatan konseptual( conceptual approach)5

Pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan perundang-undangan( statute approach). pendekatan perundang-undangan(

statute approach) merupakan pendekatan yang dilakukan dengan menelaah semua peraturan perundang-undangan dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.6 Skripsi ini berisi penelaahan terhadap semua peraturan perundang-undangan dan regulasi yang berkaitan dengan isu pengadaan tanah sebagai wujud pelaksanaan fungsi sosial.

3 Soeryono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Press, 1986, hal 50

4 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta, Sinar Grafika, 1996, hal 8-9

5 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum: Edisi Revisi, Jakarta, Kencana, 2011, hal 13

6 ibid

(9)

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian dapat berupa data primer dan data sekunder.

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya baik melalui wawancara, observasi maupun laporan dalam bentuk dokumen tidak resmi yang kemudian diolah oleh peneliti, sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian dan peraturan perundang-undangan.7 Data sekunder kemudian terbagi atas bahan hukum primer , bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier.8

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoratif dan mengikat yang terdiri dari peraturan perundang-undangan, catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan hakim. Adapun bahan sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen resmi dan sifatnya tidak mengikat yang dapat berupa buku teks, jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan pengadilan.9 Bahan hukum tertier merupakan bahan yang member petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, misalnya kamus-kamus hukum, ensiklopedia, indeks kumulatif dan sebagainya.10

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri atas :

7 Zainuddin Ali, Penelitian Hukum, Jakarta, Sinar Grafika, 2009, hal 106

8 Bambang Sunggono, Op. Cit, hal 116-117

9 Peter Mahmud Marzuki, Op. Cit, hal 181

10 Bambang Sunggono, Op. Cit, hal 117

(10)

a. Bahan hukum primer yang digunakan yaitu Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) tahun 1945, Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA), Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2006 Tentang Peerubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum, Undang-undang Nomor 2 tahun 2012 dan bahan hukum primer lainnya yang terkait.

b. Bahan hukum sekunder yang digunakan yaitu berupa buku, jurnal, yang berkaitan dengan Hukum Agraria, khususnya mengenai Pengadaan Tanah sebagai Wujud Pelaksanaan Fungsi Sosial.

c. Bahan hukum tertier yang digunakan yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Kamus Hukum.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian hukum dapat berupa studi lapangan ( field research ) dan studi kepustakaan ( library research).11 Studi lapangan ( field research ) merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data primer yang diperoleh langsung dari lapangan yang dapat berupa wawancara atau pengamatan(observasi) terhadap perilaku. Sedangkan studi kepustakaan ( library research) merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data sekunder.

11 Zainuddin Ali, Op. Cit, hal 107

(11)

Teknik pengumpulan data dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan studi kepustakaan (library research) agar dapat diperoleh konsep dan teori yang bersifat umum berkaitan dengan permasalahan penelitian melalui buku, jurnal hukum, dan kamus-kamus(hukum) maupun melalui peraturan perundang- undangan yang berkaitan dengan pengadaan tanah sebagai wujud pelaksanaan fungsi sosial.

4. Analisis Data

Analisis data yang dipergunakan adalah dengan pendekatan secara kualitatif terhadap data sekunder. Analisis tersebut dilakukan untuk menentukan isi atau makna aturan hukum yang menjadi objek kajian.12 Kegiatan yang dilakukan dalam analisis data dalam penelitian ini adalah dengan memilih pasal- pasal yang berisi kaidah hukum yang mengatur masalah pengadaan tanah sebagai wujud pelaksanaan fungsi sosial, membuat sistematika dari pasal-pasal tersebut sehingga menghasilkan klasifikasi tertentu yang selaras, dan dilakukan analisis secara kualitatif terhadap peraturan perundang-undangan terkait.

12 Ibid

(12)

BAB II

HAK – HAK ATAS TANAH

A. Dasar Hukum Hak-Hak Atas Tanah menurut UUPA

Pasal – pasal UUPA yang menyebutkan adanya dan macamnya hak – hak atas tanah adalah Pasal 4 ayat 1 dan 2, 16 ayat 1 dan 53. Pasal 4 ayat 1 dan 2 bunyinya sebagai berikut :

(1) Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai dimaksud dalam Pasal 2 , ditentukan adanya macam- macam hak atas permukaan bumi , yang disebut tanah , yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang – orang , baik sendiri maupun bersama- sama dengan orang – orang lain serta badan – badan hukum .

(2) Hak – hak atas tanah yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini memberi wewenang untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan , demikian pula tubuh bumi dan air serta ruang yang ada di atasnya sekadar diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu dalam batas –batas menurut undang –undang ini dan peraturan –peraturan hukum yang lebih tinggi .

Pasal –pasal UUPA mengenai Hak Guna Usaha , Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai atas tanah telah dilengkapi dengan ketentuan pelaksanaan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1996 , tentang Hak Guna Usaha , Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah.

(13)

B. Pengertian Hak –hak atas Tanah menurut UUPA a. Hak Milik

Pengertian hak milik menurut ketentuan pasal 20 ayat(1) UUPA adalah hak yang turun temurun , terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah dengan mengingat ketentuan pasal 6 UUPA.Hak yang terkuat dan terpenuh yang dimaksud dalam pengertian tersebut bukan berarti hak milik merupakan hak yang bersifat mutlak, tidak terbatas dan tidak dapat diganggu gugat, sebagaimana dimaksud dalam hak eigendom , melainkan untuk menunjukkan bahwa di antara hak –hak atas tanah , hak milik merupakan hak yang paling kuat dan paling penuh.

b. Hak Guna Usaha

Hak Guna Usaha(HGU) adalah hak khusus untuk mengusahakan tanah yang bukan miliknya sendiri atas tanah yang dikuasai langsung oleh negara untuk perusahaan pertanian , perikanan , atau peternakan. Bedanya dengan Hak Pakai , Hak Guna Usaha hanya dapat diberikan untuk keperluan pertanian , perikanan atau peternakan untuk tanah yang luasnya minimal 5 hektar , serta terhadap Hak Guna Usaha tidak dapat beralih atau dialihkan kepada pihak lain namun dapat dibebani dengan Hak Tanggungan.

c. Hak Guna Bangunan

Hak Guna Bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan di atas tanah yang bukan miliknya sendiri , dengan jangka waktu paling lama 30 tahun dan dapat diperpanjang dengan jangka waktu paling lama 20 tahun , atas permintaan pemegang hak dengan mengingat keperluan

(14)

serta keadaan bangunan-bangunannya. Hak Guna Bangunan tersebut di atas dapat juga beralih dan dialihkan kepada pihak lain. Perpanjangan jangka waktu hanya dapat diberikan satu kali. Dalam hal demikian hak yang bersangkutan terus berlangsung hingga habisnya waktu perpanjangan. Ikut tetap berlangsung hak – hak atas tanah dan Hak Tanggungan yang membebaninya.

Menurut Pasal 29 UUPA jangka waktu Hak Guna Usaha adalah palimg lama 25 tahun. Bagi perusahaan yang memerlukan waktu lebih lama dapat diberikan Hak Guna Usaha dengan jangka waktu paling lama 35 tahun.

Jangka waktu perpanjangannya paling lama 25 tahun. Bagi Hak Guna Bangunan jangka waktunya paling lama 30 tahun dan dapat diperpanjang paling lama 20 tahun(Pasal 35 UUPA). Hak Pakai atas tanah Negara , demikian juga Hak Pakai oleh pemilik tanah , berjangka waktu paling lama 25 tahun. Hak Pakai atas tanah Negara dapat diperpanjang lama 20 tahun.

Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai atas Hak Milik tidak dapat diperpanjang.

Setelah jangka waktu pemberiannya berakhir dan tidak dimintakan ataupun tidak diberikan perpanjangan waktu , jika syarat – syaratnya dipenuhi dapat diberikan hak baru. Istilahnya dapat diberikan “pembaharuan hak” . Pembaharuan hak adalah pemberian hak baru yang sama kepada pemegang hak atas tanah sesudah jangka waktu haknya atau perpanjangannya habis.

Permohonan perpanjangan jangka waktu atau pembaharuan hak harus diajukan selambat – lambatnya 2 tahun sebelum berakhirnya hak yang bersangkutan.

(15)

d. Hak Pakai

“ Hak Pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau tanah milik orang lain yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya.

e. Hak Sewa

Hak Sewa adalah hak yang memberi wewenang untuk menggunakan tanah milik pihak lain dengan kewajiban membayar uang sewa pada tiap-tiap waktu tertentu.

f. Hak Membuka Tanah dan Hak Memungut Hasil Hutan

Hak membuka tanah adalah hak yang dimiliki oleh warga negara indonesia untuk membuka lahan tanah yang diatur berdasarkan peraturan pemerintah.

Hak memungut hasil hutan adalah hak yang dimiliki oleh warga negara indonesia untuk memungut hasil-hasil htan bumi indonesia yang diatur berdasarkan peraturan pemerintah.

C. Alasan dapat Dihapusnya Hak – hak atas Tanah

Untuk ketertiban administrasi dan kepastian hukum bagi pihak – pihak yang bersangkutan , hapusnya hak atas tanah harus dinyatakan dengan Surat Keputusan oleh Pejabat yang berwenang. Bagi hapusnya hak yang terjadi karena hukum, seperti yang ditentukan dalam Pasal 21, Surat Keputusan tersebut hanya bersifat deklaratoir , sebagai pernyataan tentang hapusnya hak yang bersangkutan. Tetapi bagi hapusnya hak yang merupakan pembatalan ,

(16)

karena tidak dipenuhinya kewajiban terntentu oleh pemegang haknya , seperti yang dimaksudkan dalam Undang – undang Nomor 29 Tahun 1956 tentang peraturan – peraturan dan tindakan – tindakan mengenai tanah – tanah perkebunan , Surat Keputusan tersebut bersifat konstitutif artinya hak yang bersangkutan baru menjadi hapus dengan dikeluarkannuya Surat Keputusan tersebut.

Mengenai Hak – hak atas tanah yang berjangka waktu tertentu , seperti Hak Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan , dengan berakhirnya jangka waktu yang bersangkutan , berakhirnya jangka waktu yang bersangkutan , haknya menjadi hapus , jika tidak ada kemungkinan untuk dan tidak dimintakan perpanjangan jangka waktu ( Pasal 29 jo 34 huruf a dan 35 jo 40 huruf a).

Perpanjangan jangka waktu adalah penambahan jangka waktu berlakunya hak atas tanah yang bersangkutan , tanpa mengubah syarat – syarat dalam pemberian hak tersebut.

Hak atas tanah juga menjadi hapus , jika dibatalkan oleh Pejabat yang berwenang , sebagai sanksi terhadap tidak dipenuhinya oleh pemegang hak yang bersangkutan kewajiban tertentu atau dilanggarnya suatu larangan. Ada kemungkinan suatu hak atas tanah menjadi hapus karena hukum , yang juga disebabkan karena tidak dipenuhinya suatu kewajiban atau dilanggarnya suatu larangan. Hapusnya hak yang bersangkutan juga memerlukan penerbitan suatu Surat Keputusan oleh Pejabat yang berwenang. Tetapi berbeda dengan Surat Keputusan yang dimaksudkan dalam uraian di atas , sifat Surat Keputusan ini adalah deklaratoir , yaitu sekadar memuat

(17)

pernyataan mengenai sudah menjadi hapusnya hak yang dimaksudkan , sebagai akibat berlakunya ketentuan hukum yang bersangkutan.

Hak atas tanah juga hapus karena pencabutan hak yang disebut dalam Pasal 18 dan diatur dalam Undang – undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak – hak Atas Tanah dan Benda – benda Yang Ada Di Atasnya.

Hak atas tanah juga hapus kalau tanah yang bersangkutan musnah , demikian dinyatakan dalam Pasal 27 huruf b , 34 huruf f dan 40 huruf f. Kiranya sudah dengan sendirinya hak yang bersangkutan menjadi hapus , kalau tanah yang dihaki musnah. Tanah musnah , kalau menjadi “hilang” karena proses alamiah ataupun bencana alam , hingga sama sekali tidak dapat dikuasai lagi secara fisik dan tidak dapat dipergunakan lagi , karena secara fisik tidak dapat lagi diketahui keberadaannya.

(18)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari uraian di atas , maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Konsep dasar Hak Guna Bangunan ialah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan di atas tanah yang bukan miliknya sendiri , dengan jangka waktu paling lama 30 tahun dan dapat diperpanjang dengan jangka waktu paling lama 20 tahun , atas permintaan pemegang hak dengan mengingat keperluan serta keadaan bangunan-bangunannya.

2. Ketentuan Tanah Terlantar sesuai Perundang – Undangan dalam UU No.5 tahun 1960 yang adalah sebagai berikut:

- Pasal 27 Hak Milik hapus bila :

 Tanahnya jatuh kepada Negara : Karena pencabutan hak

berdasarkan Pasal 18, karena penyerahan dengan sukarela oleh pemiliknya ,karena ditelantarkan

 Tanahnya musnah

- Pasal 40 huruf e, menyatakan bahwa Hak Guna Bangunan hapus karena ditelantarkan. Ketentuan - ketentuan tersebut di atas menunjukkan bahwa setiap hak atas tanah yang diberikan atau diperoleh dari negara (Hak Guna Bangunan) hapus apabila ditelantarkan. Artinya, ada unsur kesengajaan melakukan perbuatan tidak mempergunakan sesuai dengan keadaannya atau sifat dan tujuan haknya.

(19)

3. Hubungan dan Akibat hukum bagi pemegang hak atas tanah dengan tanah yang ditelantarkan adalah adanya pemutusan hubungan hukum dengan cara tanahnya dikembalikan kepada Negara antara subjek pemegang hak atas tanah dengan objek tanah. Demikian sebagaimana dinyatakan dalam pasal 9 ayat (2) dan ayat (3) PP No. 11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar.

Saran

1. Hak – hak atas tanah yang tertera di dalam UUPA harus dilaksanakan menurut dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Begitu juga dengan proses perpanjangan hak guna bangunan dan alasan dapat di hapusnya hak atas tanah itu harus sesuai dengan peraturan yang berlaku dan tidak menyalahi peraturan yang ada.

2. UUPA sebagai produk hukum lokal yang ada mengatur tentang ketentuan tanah terlantar harus dilaksanakan dan diamalkan dengan sebaik mungkin agar tidak terjadi penyalahgunaan ataupun konflik hak atas tanah maupun tanah di masa yang akan datang.

3. Apabila seseorang yang merupakan pemilik tanah harus menaati peraturan yang berlaku tentang tanah terlantar sebab akan dikembalikan kepada Negara apabila tanah tersebut tidak dipergunakan sesuai dengan peraturan yang ada , ataupun tidak produktif di dalam jangka waktu berlakunya hak atas tanah yang telah ditetapkan.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

A.P. Parlindungan ,1983, Aneka Hukum Agraria, Bandung :Alumni.

Arie, S.Hutagalung,2000 , Penerapan Lembaga “Rechtsverwerking” Untuk Mengatasi Kelemahan Sistem Publikasi Dalam Pendaftaran Tanah , Jakarta:

Lembaga Pemberdayaan Hukum Indonesia.

Bambang, Waluyo,1996, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta:Sinar Grafika.

Bambang , Sunggono, 1998, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Malik ,Abdul,1983 ,Sejarah Adat Indonesia , Jakarta: Bina Cipta

Peter , Mahmud , Marzuki , 2011 , Penelitian Hukum : Edisi Revisi ,Jakarta : Kencana.

Soekanto, Soerjono , Soleman, B. Taneko, 2001, Hukum Adat Indonesia, Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada.

Soekanto,Soerjono, 1986, Pengantar Penelitian Hukum,Jakarta: UI Press

Winahyu , Erwiningsih,2009,Hak Menguasai Negara Atas Tanah, Yogyakarta : Total Media.

Zainuddin , Ali , 2009 , Penelitian Hukum , Jakarta: Sinar Grafika

(21)

B. KARYA ILMIAH , MAKALAH , PAPER

- Sobardo Hamonangan, 2015, Hakikat Perlindungan Hukum Bagi Pekerja/Buruh Dalam Sistem Pengupahan Pada Perusahaan Perkebunan, Ringkasan Disertasi, Program Pascasarjana, Universitas Hasanuddin, Makassar.

- Laporan Tahunan 2014 Kementerian Agraria atau Kepala Badan Pertanahan Nasional

C. PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN - Undang – Undang Dasar 1945

- Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Undang – Undang Pokok Agraria.

- Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 - Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak

Guna Bangunan , Hak Guna Usaha , dan Hak Pakai atas tanah.

- Peraturan Pemeritnah No. 11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar.

D. INTERNET

- http://www.hukum-hukum.com/2017/05/penelantaran-tanah-hak-guna- bangunan.html(diakses tanggal 15 April 2017)

- http://www.jurnalhukum.com/hak-guna-bangunan/

- https://id.scribd.com/document/55150110/Kajian-Yuridis-Penertiban-Dan-an- Tanah-Terlantar-Serta-Pengenaan(diakses tanggal 25 april 2017)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam menjalankan Proses Bisnisnya penjual memanfaatkan peluang dengan menggunakan aplikasi media sosial mobile agar dengan mudah digunakan kapan dan dimanapun berada

Pada penelitian ini peneliti membahas tentang keterampilan proses sains siswa, hasil belajar kognitif siswa dan pengaruh pemebelajaran dengan penerapan

Ranto (Sugiarti, 1999) memaparkan bahwa secara folkloris yang dimaksud dengan masyarakat Betawi adalah sekelompok masyarakat yang telah lebih dari dua generasi

Adapun variabel independen dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan publik, ukuran dewan komisaris, reputasi auditor, leverage, dan ukuran

dan mereka itu tidak nampak yang ia adalah satu gerakan atau pertubuhan

angka keluaran hongkong tahun 2004 sampai dengan thn 2005, arsip data paito result pasaran togel dan pengeluran togel hkg pools.. 2.1 Aset 2.2 Liabiliti 2.3 Ekuiti Pemilik 2.4 Hasil

Latar belakang dari penelitian ini adalah semakin baik kedisiplinan dan semangat karyawan makin tinggi tingkat prestasi kerja yang akan dicapai, disamping itu

Sedangkan pada return on equity (rentabilitas) tingkat pertumbuhan bank umum konvensional mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, berbeda dengan bank umum