PATRIOT
Volume 11 Nomor 1 Juni 2018 P-ISSN: 1979-7052
Diterbitkan oleh: Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Bintuni
TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP PEREDARAN DAN PENYALAHGUNAAN PSIKOTROPIKA
Daniel Daud Balubun, Wilibrodus Lefteu, Adrianus R. Putnarubun Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Bintuni E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Peredaran dan penyalahgunaan psikotropika di Kota Manokwari sangat mengkhawatirkan, peredaran dan penyalahgunannya tidak mengenal batas usia sehingga dalam menanggulanginya di perlukan langkah yang lebih profesional.
Faktor-faktor penyebab peredaran psikotropika di kota Manokwari antara lain: Faktor permintaan (demand), Faktor penawaran (supply), Faktor penunjang. Faktor strategis., Faktor-faktor penyebab penyalahgunaan psikotropika di kota Manokwari antara lain:
Faktor individu, Faktor zat, Faktor Lingkungan.
Dampak peredaran psikotropika di kota Manokwari, di uraikan dalam dua hal yaitu : dampak secara tidak langsung mengganggu Kamtibmas dan dampak secara langsung menimbulkan rasa malas, ketagihan, gangguan pencernaan, komplikasi penyakit, halusinasi dan menyebabkan kematian.
Dampak penyalahgunaan psikotropika di kota Manokwari, menguraikan dampak khusus antara lain: keracunan (intoksikasi), toleransi, ketagihan, kecanduan (adiksi), ketergantungan (dependensi), jasmaniah dan kejiwaan.
Upaya-upaya penanggulangan peredaran psikotropika di kota Manokwari, ada tiga upaya penanggulangan yang paling efektif untuk dilaksanakan antara lain (1) Upaya penanggulangan Pre-emtif berupa memberikan penyuluhan tentang bahaya psikotropika. (2) Upaya penanggulangan Preventif berupa pencegahan terhadaptimbulnya peredaran psikotropika. (3)Upaya penanggulangan represif berupa penjatuhan sanksi pidana kepada remaja yang menggunakan psikotropika yang sanksinya bersifat mendidik. Upaya penanggulangan penyalahgunaan psikotropika di kota Manokwari, antara lain: Upaya penanggulangan Preventif dan Edukatif.
Kata kunci: Kriminologis, penyalahgunaan, psikotropika
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Sesuai dengan semangat Pembukaan UUD 1945, dijelaskan bahwa Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechstaat) dan tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machstaat). Hal ini mengandung arti bahwa negara termasuk didalamnya pemerintah dan lembaga-lembaga negara yang lain
serta warga masyarakat, didalam melaksanakan tindakan-tindakan apapun harus dilandasi oleh hukum dan harus dipertanggungjawabkan secara hukum.
Pengertian negara hukum menurut UUD 1945 adalah negara hukum dalam arti luas, yaitu negara hukum dalam arti materiil, yang berarti negara bukan saja melindungi segenap bangsa Indonesia tetapi juga harus memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sebagai negara yang berkembang dan negara hukum, Indonesia tidak terlepas dari masalah pelanggaran dan kejahatan, baik yang mengancam stabilitas negara secara langsung ataupun hal-hal yang bisa mengancam mental warga negaranya, antara lain penyalahgunaan narkotika, alkohol, zat psikotropika dan zat adiktif lainnya.
Seiring dengan semangat pembangunan nasional disegala aspek kehidupan masyarakat yang ditandai meningkatnya taraf hidup, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, kemajuan teknologi dan derasnyaarus informasi sebagai pengaruh globalisasi, membawa dampak terhadap perilaku dan pola hidup masyarakat di kota-kota besar. Semakin sempitnya ruang, jarak dan waktu, menjadikan budaya- budaya asing, yaitu budaya barat masuk ke Indonesia, bahkan dalam beberapa hal menjadi trend di kalangan remaja.
Keterlibatan para remaja/generasi muda dalam peredaran dan penyalahgunaan narkotika, alkohol dan psikotropika lainnya secara kuantitatif, jumlah pelaku atau korban penyalahgunaan psikotropika, ditinjau dari jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 200 juta jiwa relatif kecil. Namun apabila ditinjau dari populasi umur adalah remaja/generasi muda, maka secara kualitatif merupakan angka yang sangat potensial, sehingga dapatmenjadi hambatan terhadap terwujudnya tingkat ketahanan nasional dan stabilitas nasional yang mantap.
Pihak Kepolisian menyatakan bahwa Indonesia tidak lagi menjadi daerah transit perdagangan narkotika dan psikotropika, tetapi telah menjadi daerah pemasaran yang berakibat semakin besarnya jumlah dan jenis zat psikotropika yang beredar. Hal tersebut dimungkinkan karena para pengedar psikotropika yang terorganisir secara internasional menganggap Indonesia adalah daerah yang masih
“aman”. Pengertian aman disini adalah bahwa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang masih mementingkan pemasukan devisa bagi negara dari pada segi keamanan, yaitu bahwa Indonesia tidak terlalu ketat dalam pengawasan terhadap orang asing yang masuk ke Indonesia apalagi sebagai wisatawan.
Awalnya Indonesia hanya merupakan jalur alternatif peredaran psikotropika karena jalur utamanya telah diobrak-abrik oleh polisi international.
Celah-celah inilah yang digunakan oleh para pengedar psikotropika dari luar negeri untuk keluar masuknya obat-obat terlarang, narkotika dan psikotropika.
Sehingga pada akhirnya Indonesia menjadi daerah pemasaran yang sangat menguntungkan.
Perkembangan psikotropika dalam berbagai bentuk dan dampak yang ditimbulkan merupakan suatu yang dihadapi berbagai negara di dunia, masalah ini merupakan masalah nasional dengan kompleksitas persoalan yang dapat
mengancam integritas keutuhan bangsa dan negara serta dapat berpengaruh kepada proses pembangunan yang berjalan dewasa ini.
Untuk era reformasi sekarang ini secara kuantitas tingkat peredaran dan penyalahgunaan psikotropika dengan melihat perkembangan dan kondisi sekarang yang terlalu bebas dalam kalangan generasi muda makin tak terkendali, hingga dirasakan perlunya langkah antisipatif, perlu adanya suatu kewaspadaan dikalangan masyarakat umumnya dan para orang tua khususnya. Peredaran dan penyalahgunaan psikotropika yang demikian pesatnya hingga mencapai kondisi yang memprihatinkan, maka dirasa perlu diadakan tindakan yang tegas terhadap para pengedar psikotropika sekaligus memberikan sinyal bahaya psikotropika bagi generasi muda dan dapat dijadikan suatu bahan peringatan akan dampak-dampak di hari akan datang didalam kehidupan masyarakat.
Salah satu potensi ataupun alat yang dapat digunakan oleh negara untuk meredam peredaran dan penyalahgunaan psikotropika di Indonesia melalui jalur penegakan hukum, dengan mengikutsertakan segala unsur atau komponen yang ada dalam masyarakat untuk berpartisipasi terutama generasi muda dalam rangka penegakan supremasi hukum mengingat Indonesia merupakan negara hukum yang senantiasa mendahulukan pelaksanaan dan penegakan hukum disemua sektor kehidupan. Penegakan hukum merupakan salah satu usaha untuk memantapkan ketertiban, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu melalui usaha pencegahan maupun penindakan yang tegas terhadap para pengedar obat terlarang setelah terjadinya suatu pelanggaran hukum.
Dalam kaitannya dengan penegakan hukum tersebut, pemerintah kemudian mengeluarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika (UU 5/1997), guna menekan jalur peredaran gelap psikotropika, dengan dikeluarkannya UU 5/1997 maka pemerintah menilai ketentuan perundang-undangan yang mengatur tentang psikotropika perlu didukung oleh para penegak hukum itu sendiri termasuk didalamnya polisi, kejaksaan dan hakim dalam rangka menerapkan UU 5/1997, karena disadari bahwa kelemahan dari segi moral para penegak hukum itu sendiri dapat menyebabkan ketidakadilan dan sangat sulit mewujudkan supremasi hukum.
Adapun ketentuan perundang-undangan yang mengatur tentang psikotropika sebelum dikeluarkannya UU 5/1997 adalah Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 213/MENKES/V/1993 Tentang Obat Keras Tertentu(Permenkes 213/MENKES/V/1993) dan yang terakhir Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 782/MENKES/V/1996 tanggal 17 Juli 1996 Tentang perubahan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 124/MENKBS/PER/II/1993 (Permenkes 782/MENKES/V/1996).
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti dengan mengangkat judul: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP PEREDARAN DAN PENYALAHGUNAAN PSIKOTROPIKA DI KOTA MANOKWARI.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya peredaran dan penyalahgunaan psikotropika di kota Manokwari?
2. Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan akibat penyalahgunaan psikotropika di Manokwari?
3. Apa upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak berwenang untuk menanggulangi peredaran dan penyalahgunaan psikotropika di Manokwari?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya peredaran dan penyalahgunaan psikotropika di kota Manokwari.
2. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat penyalahgunaan psikotropika di Manokwari.
3. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak berwenang untuk menanggulangi peredaran dan penyalahgunaan psikotropika di Manokwari.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau masukan bagi perkembangan ilmu hukum khususnya hukum yang berkaitan dengan kriminologi dan psikotropika.
2. Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran terhadap pemecahan masalah yang berkaitan dengan masalah hukum psikotropika. Selanjutnya hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan bahan pertimbangan bagi para praktisi hukum yaitu: polisi (penyidik), jaksa (penuntut umum), hakim dalam rangka mengantisipasi peredaran dan penyalahgunaan psikotropika.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Psikotropika 1. Sejarah Psikotropika
Sejak ribuan tahun yang lalu, manusia sudah mengenal penggunaan bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan yang tumbuh liar seperti alkohol, opium, ganja/kanabis dan kokain. Bahan ini selain digunakan untuk obat- obatan juga sering digunakan sebagai pelengkap dalam ritus keagamaan.
Bahan ini kemudian dikenal sebagai zat psikoaktif artinya dapat menyebabkan perubahan prilaku, kesadaran pikiran dan perasaan seseorang menjadi nyaman sekaligus gembira.1
Opium masuk ke China pada abad X yang pada awalnya digunakan sebagai obat disentri sampai berabad-abad kemudian melatarbelakangi perang candu (1839-1842) dan pada abad XIX ketergantungan terhadap candu
1... diakses 19-03-2018.
merupakan masalah terbesar di China. Pada awal abad XX dibeberapa negara Asia Tenggara terjadi legalisasi distribusi dan pemakaian opium sampai kemudian dilarang kembali setelah perang dunia ke II. Pelarangan tersebut tidak berhasil menghentikan pemakaian opium karena para pecandu beralih kebahan-bahan pengganti seperti morfin dan heroin, sedangkan catatan awal pemakaian ganja pertama kali dalam kompendium pengobatan China dahulu sempat terjadi kontraversi terhadap pemakaian ganja ada yang menganggapnya bermanfaat dan ada pula yang beranggapan tidak akan tetapi sepanjang sejarahnya pemakaian ganja yang menarik perhatian karena dapat menimbulkan perasaan gembira, meningkatkan rasa percaya diri dan optimisme.2
Anfetamin pertama kali disintesa pada tahun 1888 tetapi baru diterima oleh masyarakat sebagai obat pada tahun 1932. Penyebarluasan kehebatan khasiatnya disertai dukungan banyak dokter mengakibatkan hal ini mendorong timbul serta meluasnya peredaran dan penyalahgunaan obat ini, salah satu turunan obat ini yang lagi trend adalah ekstasi.3
Sejarah perkembangan ekstasi itu sendiri pada perang dunia ke II digunakan oleh tentara Nazi sebagai obat perangsang terhadap pasukannya dalam perang agar kuat tanpa mengenal rasa lapar dan lelah, setelah perang dunia ke Il ekstasi digunakan oleh parapelajar/mahasiswa dan kalangan olahragawan sebagai doping untuk meningkatkan prestasi diluar kemampuan normalnya.4
Tahun 1950 digunakan oleh tentara Amerika untuk mengorek keterangan dari tawanan perang, tahun 1967 dikembangkan oleh A. Shugin dari Amerika untuk terapi kasus penyakit kejiwaan tetapi tidak berhasil, tahun 1970 Dokter-dokter menggunakannya untuk obat stress dan depresi tetapi dihentikan, pada tahun 1985 oleh presiden Amerika Serikat Ronald Reagen melarang peredaran dan penggunaan obat ini karena banyak disalahgunakan oleh pelajar, sedangkan di Indonesia ekstasi yang masuk dalam golongan psikotropika mulai dikenal pada tahun 1990 dan lebih terkenal pada tahun 1994 sejak kasus kematian seorang pemuda dirumah seorang artis yang bernama Ria Irawan, sejak itulah hingga sekarang perkembangan peredaran dan penyalahgunaan psikotropika, narkotika dan zat aktif lainnya kian pesat serta menjamur dikalangan masyarakat Indonesia hingga sangat sulit menghalau dan menghambat peredaran dan penyalahgunaannya.5
2. Pengertian Psikotropika
Pasal 1 ayat 1 UU 5/1997 menyebutkan bahwa:Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika, yang berkhasiat
2... diakses 19-03-2018.
3... diakses 19-03-2018.
4... diakses 19-03-2018.
5... diakses 19-03-2018.
psikoaktif melalui pengaruh selektif, pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan prilaku.
Ini artinya UU 5/1997 dengan tegas membedakan antara zat atau obat yang dikategorikan psikotropika dan zat atau obat yang termasuk kategori narkotika, walaupun akibat yang dialami pengguna psikotropika yang menjadikan hidupnya mengalami ketergantungan atau Edixdan ketagihan adalah sama dengan penggunaan narkotika.
Psikotropika adalah berbagai obat-obat yang bukan termasuk narkotika tetapi mempunyai efek serta bahaya yang sama dengan narkotika apabila disalahgunakan sasarannya membahayakan syaraf pusat,sedangkan Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis atau bukan sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.6
Kedua zat diatas dikenal pula zat psikoaktif lainnya yang berarti bahan atau zat-zat kimiawi yang juga dimasukkan kedalam tubuh dan dapat mengubah pikiran, suasana hati, perasaan dan perilakuseseorang.
B. Pengertian Peredaran Dan PenyalahgunaanPsikotropika
Pembangunan kesehatan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, yang dilakukan berbagai upaya kesehatan, diantaranya penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.7
Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan tersebut, psikotropika memegang peranan penting. Disamping itu, psikotropika juga digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan meliputi, penelitian, pengembangan, pendidikan dan pengajaran sehingga ketersediaannya perlu dijamin melalui kegiatan produksi dan impor.8
Pengertian peredaran psikotropika yang dimaksud dalam penelitian adalah9
Pengertian penyalahgunaan psikotropika yang dimaksud dalam penelitian adalah10
Penyalahgunaan psikotropika mendorong adanya peredaran gelap, sedangkan peredaran gelap psikotropika, adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan penyaluran atau penyerahan psikotropika, baik dalam rangka perdagangan, bukan perdagangan maupun pemindahtanganan yang menyebabkan meningkatnya penyalahgunaan psikotropika dan makin meluas serta berdimensi internasional. Sedangkan penyalahgunaan psikotropika,
6... diakses 19-03-2018.
7... diakses 19-03-2018.
8... diakses 19-03-2018.
9... diakses 19-03-2018.
10... diakses 19-03-2018.
adalah penggunaan yang dapat menimbulkan sindroma ketergantungan apabila penggunanya tidak dibawah pengawasan dan petunjuk tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu. Hal ini tidak saja merugikan bagi penyalahguna, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan pula mengancam keamanan nasional sehingga hal ini merupakan ancaman bagi kehidupan bangsa dan negara. Oleh karena itu, diperlukan upaya pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan psikotropika serta upaya pemberantasan peredaran gelap di era globalisasi ini yang begitu mudahnya komunikasi, informasi dan transportasi sebagai sarana berkembangnya peredaran gelap tersebut.
C. Penggolongan Psikotropika
Pasal 2 ayat 2 UU 5/1997 menyebutkan bahwa psikotropika digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu:
1. Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi yang amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan;
2. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi yang kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan;
3. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang untuk mengakibatkan sindroma ketergantungan;
4. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Berdasarkan penggolongan diatas, golongan I hanya dapat .digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan dinyatakan barang terlarang karena berpotensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan diantaranya LSD dan Anfetamin. Sehingga hanya dapat diimpor dan digunakan dalambidang ilmu pengetahuan lembaga tertentu setelah mendapat izin khusus dari Menteri Kesehatan.
LSD artinya11 Anfetamin artinya12
Golongan I, II dan III yang digunakan sebagai obat hanya dapat diproduksi oleh pabrik obat yang memiliki izin dari departemen kesehatan (Depkes) dan memenuhi standar yang ditentukan berdasarkan penggolongan potensi sindroma ketergantungan yang amat kuat sampai yang sedang.
11... diakses 19-03-2018.
12... diakses 19-03-2018.
Golongan IV ini banyak digunakan dalam sarana pelayanan kesehatan yang tentunya juga dalam pengawasan menteri kesehatan (Menkes).13
Berdasarkan ilmu kedokteran dalam penggunaan kliniknya, psikotropika dibagi menjadi4golongan:14
1. Anti psikotikatauneurotik, adalah obat yang digunakan untuk pengobatan gangguan jiwa yang berat. Obat ini selain mempunyai efek yang menguntungkan terhadap jiwa/mental dan pikiran juga merupakan penenang(sedatifa) yang kuat;
2. Antiensietas, adalah obat-obat yang secara spesifik berkhasiatmenenangkan ketergantungan-ketergantungan mental dan perasaan (anxiety). Dalam banyak hal antiensietas menyerupai barbiturat dan penenang non barbiturat, yaitu dapat menimbulkan ketergantungan psikis pada pemakai yang menggunakannya dalam dosis tinggi untuk waktu yang lama. Dibandingkan dengan penenang(sedativa) suatu antiensietas tidak begitu banyak menimbulkan rasa ngantuk, contohnya:
Alprezolam, Barbital, dan Bromazepamdengan nama Lexotan;
3. Anti depresi, adalah obat-obat yang digunakan untuk mengatasi tekanan mental karena secara langsung mengancam susunan syaraf pusat.
Pengurangan depresi berwujud sebagai perbaikan alam perasaan, bertambahnya aktivitas fisik dan kewaspadaan mental, nafsu makan dan pola tidur yang lebih baik serta berkurangnya pikiran tidak menentu, contohnya : Amfetamina, Amfepramona, Benzafetammadengan nama dagang Teronac, Metamfemina dan Pipradol;
4. Psikotegenik(halusignogenik), adalah obat yang dapat menimbulkan kelainan kelakuan disertai dengan timbulnya halusinasi, ilusi, gangguan cara berfikir, dan perubahan alam perasaan. Obat golongan ini tidak digunakan dalam pengobatan, contohnya :Psikotogenik, Etisiklidina, Fenmetrezina, LSD 25, Meskalin, Spsilosin, Psilosibindan Tenosiklidina.
Adapun jenis-jenis psikotropika yang peredaran danpenyalahgunaannya sangat trend digunakan oleh para remaja sekarang ini, yaitu:15
1. Ekstasi
Ekstasi dikenal didunia pengobatan sebagai MethydixyMethanpetamindengan namapopulernya MDMA. Ekstasi merupakan obat sintetis yang dikembangkan oleh perusahaan Ernst Merk di Jerman pada tahun 1914. Ekstasiberedar dalam bentuk tablet dan kapsul dengan ukuran sebesar kancing baju yang terdiri dari berbagai jenis yang sekarang ini beredar antara lain:Flash, Dollar, Bon jovi, Play boy, Butter fly, Lemon fry, Paman gober, dll.
Efek Penggunaan dari Ekstasi adalah:16
a. Ekstasipsikologis, yaitu: meningkatkan kegembiraan, kepercayaan diri, energi dan stamina menjadi aktif menggambarkan suatu perasaan saling mengerti diantara mereka.Setelah beberapa jam pemakaian,
13... diakses 19-03-2018.
14... diakses 19-03-2018.
15... diakses 19-03-2018.
16... diakses 19-03-2018.
pemakai akan mengalami depresi dan kelesuan serta apabila dirangsang terus menerus akan dapat terjadi kerusakan otak.
b. Efekterhadap tubuh adalah: berkeringat, mulut kering, rasa haus meningkat, mata berair, kelebihan tenaga, kehilangan nafsu makan, mual-mual dan muntah.
2. Shabu-Shabu
Shabu-shabu merupakan komoditas baru yang sedang laris. Zat ini mempunyai nama kimia Methmfetaminyang mempunyai kesamaan sifat dengan ekstasi yaitu sama tergolong dalam zat psikotropika dan mempengaruhi stimulasi otak yang menyebabkan ketergantungan. Shabu- shabu ini biasanya dikomsumsi dari kalangan eksekutif, profesional dan para selebritis.
Efek penggunaan dari Sahbu-shabu umumnya hampir sama dengan ekstasi yaitu menyebabkan badan lebih segar dan tidak lelah, kepercayaan diri meningkat, tenaga bertambah dan perasaan menjadi gembira serta nafsu makan berkurang.
Efeknya bermacam-macam tergantung kondisi kejiwaan sebelum mengkomsumsi atau berupa delusiformikasi yang seolah-olah ada seranggadisekujur tubuhnya. Beberapa kasus menunjukkan dampak desirukufshabu-shabu yaitu menyebabkan orang menjadi ganas agitatifserta meningkatkan kepercayaan diri yang tinggi berbuntut tingkah laku yang brutal.
3. LSD (Lysergic Acid Dieihylamide)
LSD berasal dari jamur yang tumbuh pada kotoran sapi yang kemudiandikembangkan dalam bubuk putih buatan yang dapat larut dalam air. LSDtersedia dalam berbagai jenis :kapsul, gula balok, butiran kecil sertaberbentuk kertas.
Efek Penggunaannyadapat menimbulkan efek halusinasi, yang mana pemakai dapat melihat segalasesuatu yang tidak dapat dilihat orang lain. Halusinasi ini dapat menjadisangat berbahaya jika yang dilihat ini mendorong bertingkah laku sesuai dunia khayalannya itu. Jika pemakaian berlansung dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan pemakainya tidak memiliki identitas diri dan mengalami kilas balik (flashback) disertai rasa cemas yang tinggi.
4. M. Steroid
Steroid merupakan istilah bahan anabolik yang dapat meningkatkan ukuran otot dan kekuatan. Anabolik steroid merupakan zat sintesistestoteronyang memiliki struktur kimia yang sama dengan testoteron.Anabolikmerangsang pertumbuhan otot dan mengakibatkanperkembangan ciri-ciri seksualitas pria. Penggunaan steroid ini dengancara ditelan atau disuntikkan(Stacking).
Efek Penggunaan steroid dapat meningkatkan kumpulan otot yang berlemak,jika dikombinasikan dengan protein dan makanan berkalori tinggi sertaolah raga berat seperti angkat besi maka sangat berpengaruh terhadap kejantanan, steroid meningkatkan pula kompetisikeagresifan yang mendorong seseorang berlatih lebih keras. Resiko terhadap kesehatan
yang disebabkan peningkatan hormon yang tidak wajar dan berhubungan dengan perubahan biologi.
Komplikasi medis yang biasa timbul adalah berhentinyapertumbuhan testis, kanker hati, kegagalan fungsi ginjal, tekanan darah tinggi, pertumbuhan badan berlebihan dan diabetes mellitus.
Efek secara psikologis adalah termasuk mania, depresi, paranoid, dan sifat agresif yang berlebihan, perasaan perkasa dan agresif yang ditimbulkan yang bersamaan dengan peningkatan prestasi dan fisik membuat penghentian obat ini semakin sulit.
5. Amfetaminy
Amfetamin merupakan zat perangsang sintetik yang dapat berbentuk tablet dan kapsul serta bentuk lainnya yang digunakan untuk pengobatan medis. Anfetamin tersedia dalam merek-merek umum dalam bentuk Dexamphetamin(dexadrme) dan pamolme(Volisal).
Efek penggunaannya sebagai zat stimulan yang ampuh, juga digunakan orang untuk meningkatkan kewaspadaan; rasa percaya diri, konsentrasi dan menurunkan berat badan. Jika digunakan dalam dosis tinggi dapat menimbulkan pengaruh fisologis, seperti detak jantung dan tekanan darah meningkat, mulut kering, selalu berkeringat sedangkan efek psikologisnyasuasana gampang berubah, gelisah, mudah marah,bingung dan tegang. Selain itu dapat juga mempengaruhi tingkah laku sipemakai yang dapat juga mengarah ke tingkah psikotik yang ditandai paranoid yaitu sikap curiga yang tidak pada tempatnya, menghayal danberhalusinasi dan hal ini dapat mengarah ke gangguan jiwa.
Berdasarkan berbagai jenis psikotropika yang disalahgunakan, maka menurut UU 5/1997, tentang psikotropika dijelaskan bahwasegala kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika meliputi seluruhaktivitas kegiatan yang dimulai dari kegiatan atau proses produksi sampaidengan penyerahan psikotropika, termasuk pemusnahannya. Yang diatur dalam Undang-Undang ini hanyalah psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan ketergantungan yang berbahaya.
Mengingat akibat yang dapat ditimbulkan oleh psikotropika, khususnya yang mempunyai potensi amat kuat sampai sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan apabila disalahgunakan untuk selain pelayanan kesehatan atau ilmu pengetahuan, maka diperlukan suatu perangkat hukum untuk mengendalikan psikotropika atau zat-zat adiktif lainnya secara khusus.
Setelah Indonesia meratifikasiKonvensi Psikotropika Tahun 1971, Pemerintah berkewajiban untuk memberlakukan dan mengendalikan psikotropika secara khusus dengan kovensi tersebut.
Dengan mengingat pola peredaran dan penyalahgunaan psikotropika, maka seseorang yang menyimpan serta mengedarkan psikotropika tanpa izin yang telah diatur dalam UU 5/1997, tentang psikotropika akan dikenakan sanksi hukum yang tegas baik terhadap para pengedarmaupun penggunanya hingga pelaksanaan hukum dapat terlaksana dengan baik.
D. Keterikatan Psikotropika Dalam Kriminalitas
Psikotropika terkenal akibat penggunaannya yang dapat menimbulkan kesenangan dan gairah yang luar biasa disertai dengan daya halusinasi, tetapi dibalik dari kenikmatan itu sangat terkenal pula efek sampingnya yang dapat merusak kesehatan jiwa dan mental setiap manusia yang pada akhirnya setiap pemakai/pengguna zat psikotropika tersebut merasakan ketergantungan didalam penggunaan zat tersebut maka dengan berfikiran pendek segala daya dan upaya apapun akan mereka lakukan guna memperoleh sekaligus menikmati barang tersebut. Pada saat inilah keterikatan psikotropika dalam kriminalitasakan nampak dimana setiap pengguna zat tersebut tidak segan lagi menjual barang orang lain yang bisa diuangkan atau sekaligus mencuri uang secara langsung guna dapat membeli zat tersebut.17
Hardjohusodo(Psychiaterneurolog)danAlam (Pakar Kriminologi) ,menjelaskan bahwa:Penyalahgunaan psikotropika menimbulkan kerugian atau bahaya, yakni suatu keinginan atau kebutuhan luar biasa (compulsion) untuk meneruskan penggunaan zat/obat tersebut dengan cara apapun, demikian pula cara mendapatkannya.18
Beberapa tindakan kriminalitas yang tercatat akibat efekpemakaian psikotropika, dan lebih menarik pula maraknya seks secara bebas dapat terjadi akibat adanya zat dari pemakaian psikotropika tersebut yang dapat merangsang gairah seksual yang berlebihan sehingga kadang dapat pula terjadi pemerkosaan yang pelakunya telah terkena efek dari zat psikotropikatersebut sehingga menjadi berani, muncul khayalan-khayalanyang menyenangkan dan tanpa memperhitungkan norma-norma.
mencegah modus-modus baru dalam tindakan kriminalitas lain terhadap efek penggunaan psikotropika maka layaklah Pemerintah dan Aparat Hukum yang berwenang menindak lanjuti secara seksama tanpa pandang bulu terhadap pengguna dan pengedar barang haram tersebut.
17... diakses 19-03-2018.
18... diakses 19-03-2018.
BAB III
METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kepolisian Kota Manokwari.
B.Jenis dan Sumber Data 1.Jenis-jenis data
Adapun jenis data yang penulis gunakan antara lain :
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dengan mengadakan wawancara dan penelitian secara langsung dengan pihak yang terkait.
2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari bahan dokumentasi atau bahan yang tertulis yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.
2.Sumber Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini bersumber:
1. Penelitian kepustakaan (library research),yaitu penelitian terhadap berbagai tulisan-tulisan ilmiah, peraturan perundang-undangan yang berlaku, dokumen-dokumen, serta sumber lain yang terkait dengan materi yang dibahas.
2. Penelitian lapangan (field research),yaitu penelitian terhadap obyek yang menjadi sample dalam hal ini di wilayah Kepolisian Kota Manokwari.
C.Teknik Pengumpulan Data
1. Studi dokumen atau bahan pustaka, peneliti mengumpulkan dan mempelajari bahan-bahan literatur yang ada kaitannya dengan bahan penelitian.
2. Interview atau wawancara, sehubungan dengan kelengkapan data yang akan dikumpulkan, maka peneliti melakukan wawancara dengan pihak yang memberikan informasi yang ada kaitannya dengan bahan penelitian.
E. Analisis Data
Dalam penulisan ini, peneliti menggunakan analisis datakualitatif, yaitu berupaya menggambarkan secara umum, konkrit tentangfaktor penyebab terjadinya peredaran psikotropika dan dampak penyalahgunaan psikotropika serta upaya penanggulangan psikotropika di wilayah Kepolisian Kota Manokwari.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum objek penelitian.
Dalam penangan kasus psikotropika ini langsung dibawah kepala satuan criminal dan kejahatan yang bertanggung jawab langsung kepada kepala kepolisian baik di tingkat pusat mampun daerah adapun satuan yang menanggani masalah ini adalah kepala satuan narkoba atau Kasat yang membawahi 2 kepala satuan unit ( Kanit ) yang terdiri dari 4 – 6 personil
Satuan Narkoba adalah unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah kapolres dimana satuan narkoba ini bertugas menyelenggarakan/membina fungsi penyelidikan dan peyidikan tindak pidana narkoba serta koordinasi dalam rangka pembinaan,pencegahan,rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba.
B. Peredaran dan Penyalahgunaan Psikotropika Di Kota Manokwari Peredaran dan penyalahgunaan psikotropika di kotaManokwari pada tahun 2015 ini sangat meningkat, sejak diberlakukannya UU.NO 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA, aparat Kepolisian kota Manokwari telah menangani 455 kasus yang terdiri dari pengedar dan pengguna psikotropika. Jumlah kasus ini sangatlah besar dan pengaruhnya terhadap generasi penerus bangsa sangat mengkhawatirkan sehingga dalam menanggulangi perlu cara-cara yang lebih profesional.
Peredaran dan penyalahgunaan psikotropika di kotaManokwari ini sangat menjadi perhatian besar bagi aparat Kepolisian Kota Manokwari walaupun masih banyak lagi tindak pidana lainnya yang terjadi tetapi memberantas peredaran dan penyalahgunaan psikotropika merupakan hal terpenting dimana peredaran dan.Penyalahgunaan tersebut tidak mengenal batas usia yang dapat mempengaruhi tindakan setiap manusia ke arah kriminalitas semata.
Dari data yang penulis peroleh di Kepolisian Resort Manokwari tentang penyalahgunaan psikotropika antara tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 adalah sebagai bagimana terlampir pada table 1.1 dibawah ini
Tabel 1
Data Jumlah Pengedar Psikotropika Tahun 2011-2013
TAHUN PENGEDAR
2011 2012 2013
37 ORANG 76 ORANG 62 ORANG
JUMLAH 175 ORANG
Sumderdata :Polres Manokwari 2017.
Berdasarkan table di atas dapat dilihat bahwa jumlah pengedar psikotropika di manokwari tahun 2011 berjumlah 37 orang atau 37 kasus,lalu tahun 2012 ada 76 orang atau 76 kasus dan tahun 2013 62 orang atau 62 kasus dari data tersebut dapat dilihat bawah ada terjadi peningkatan orang atau kasus yang di tanggani dan ini menandakan bawah peredaran obat yang ada di kota manokwari menunjukkan adanya peningkatan.
Tabel 2 : Data Jumlah Pengguna Psikotropika Tahun 2011-2013
TAHUN PENGEDAR
2011 2012 2013
48 ORANG 65 ORANG 167 ORANG
JUMLAH 280 ORANG
Sumber data:Polres Manokwari 2017
Dari data yang terlihat pada table di atas,maka dapat dilihat bawah pada tahun 2011 pengguna psikotropika berjumlah 48 orang dengan tersebar di beberapa tempat kemudian tahun 2012 mengalami peningkatan dimana jumlah bertambah menjadi 65 orang dengan kenaikan sebesar 15%
dar tahun 2011 dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 167 atau naik hampir 50% dimana konsumennya adalah anak-anak muda usia 17 tahun keatas dengan status pelajar dan mahasiswa sisanya adalah orang dewasa ini di karenakan tingkat pergaulan yang bebas dan juga kurangnya pengawasan orang tua kepada anak- anak mereka.
C. Faktor Penyebab Peredaran Psikotropika
Peredaran psikotropika dengan berbagai bentuk dan jenisnya,merupakan hal yang sangat gencar dibicarakan masyarakat dewasa ini. Halini menunjukkan bahwa tingkat peredaran dan penyalahgunaan psikotropika cenderung meningkat dengan berbagai cara atau modus operandi yang mereka lakukan dalam menjalankan aksinya.
Modus operandi yang dilakukan oleh para tersangkasangat rapi sehingga tidak mudah untuk diketahui kecuali pelanggan tetap. identitas dan alamat para tersangka tidak dapat diketahui pula karena berpindah- pindah.
Kota Manokwari sebagai salah satu daerah Ibu Kota Provinsi Di Papua Barat yang masyarakatnya sudah mulai mengarah ke kehidupan kota Metropolitan. Dalam kondisi masyarakat yang cenderung menimbulkanpermasalahan yang kompleks, misalnya timbulnya berbagai macam tindak kejahatan yang pelakunya tidak terbatas pada orang dewasa saja tetapi juga pada remaja.
Pembunuhan, penganiayaan, pencurian, perkelahian antar remaja, peredaran psikotropika dan penyalahgunaannya merupakan contoh
kejahatan (kenakalan) yang dilakukan oleh remaja di kota Manokwari . Timbulnyakejahatan ini tidak terlepas dari pengaruh pola kehidupan masyarakat seiringdengan perkembangan zaman.
Peredaran psikotropika yang merupakan salah satu bentuk dari sekian banyak kejahatan yang terjadi di kota Manokwari sebagai akibat dari perubahan sosial masyarakat, mempunyai ikatan erat dengan tingkah laku yang menyimpang dalam bentuk kejahatan, khususnya peredaran psikotropika, walaupun kehadirannya tidak dikehendaki namun kenyataannya ia timbul dengan sendirinya seiring dengan perputaran waktu. Menyangkut peredaran psikotropika di kotaManokwari termasuk kasus yang menonjol bahkan dapat dikategorikan sebagai daerah yang rawan peredaran psikotropika dibanding kota besar, seperti Surabaya, Medan dan Semarang. Menurut Kasat Serse PolresManokwari (wawancara, 22 Desember 2013), memberikan keterangan bahwa:
Kota Manokwari merupakan daerah yang tergolong sangat rawan terhadap peredaran psikotropika disamping daerahnya yang sangat strategis juga sangat menguntungkan karena pengguna penyalahgunaannya sangat banyak, sehingga kasus-kasus menyangkut peredaran dan penyalahgunaannya sangat sering ditemukan. Sejak tahun 2011 sampai 2013, terdapat 455 Kasus yang berhasil diungkap, itupun mayoritas pelaku dari kasus-kasus tersebut mempunyai hubungan dengan orang yang berada diluar pulau seperti Jakarta, Surabaya dan denpasar.
Maraknya peredaran psikotropika dewasa ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berdasarkan hasil penelitian penulis, faktor-faktor antara lain akan dijelaskan sebagai berikut.
Faktor-faktor maraknya peredaran psikotropika itu ada 4 (empat), yaitu Faktor permintaan' (demand), Faktor penawaran (supplay), Faktor penunjang dan Faktor strategis.
1. Faktor Permintaan (Demand)
Sama seperti barang ekonomi lainnya, pola hidup komsumtifpadasekelompok masyarakat dimanfaatkan oleh oknum- oknum pencari keuntungan walaupun harus berhadapan dengan resiko hukum yang berlaku. Selain itu efek dari penggunaan psikotropika yang akan menimbulkan khayalan yang menyenangkan dan nikmat sehingga dapat menyebabkan penggunanyaketagihan dan selalu ingin mendapatkan barang haram tersebut. Penggunaan psikotropika yang demikian pesatnya hingga peredarannya sudah memasuki seluruh lapisan masyarakat dan tidak terhalang oleh tempat dan jangkauannya, yang paling memprihatinkan lagi karena masuk dalam lingkungan pelajar antara lain sekolah, kampus bahkan sampai pada lingkungan pesantren.
Maraknya peredaran psikotropika di kotaManokwari disebabkan oleh persoalan multideminsionalyang dihadapi oleh masyarakat, terutama kaum mudanya. Persoalan itu antara lain, misalnya kurang perhatian dari keluarga karena kesibukan orang tua ataupun, karena keluarga
tidak harmonis (broken home). Keluarga sangat berperan dalam membentuk perkembanganmentalitas anak, kekecewaan dalam keluarga dapat menjadi penyebab seorang anak frustasi dan lari dari persoalan tersebut dengan menjadi pengguna psikotropika.
Lingkungan pergaulan seorang remaja juga sangat berpengaruh dalam pembentukan sifat dan karakternya, lingkungan yang buruk dapatmenjadi penyebab maraknyakenakalan remaja, para remaja biasanya lebih senang berada di tengah teman-temannya dari pada berkumpul bersama anggota keluarga lain dirumah. Apa yang disenangi teman-temannya itu pula yang menjadi kesenangannya, ia merasa lebih aman, bebas dan santai bila berada ditengah pergaulannya tersebut.
Oleh karena itu berkumpul dengan teman-temannya lebih disukai dan pada dengan keluarga. Sehingga pergaulannya lebih memberi warna terhadap sikap dan pembentukan karakter si anak tadi, dari sinilah bisa dilihat apabila pergaulan anak tersebut rata-rata pengguna psikotropika maka anak tersebut kemungkinan besar akan turut serta menjadi pengguna barang haram tersebut.
Penyebab lainnya adalah westernisasi.sebagai dampak dari globalisasi, pola kehidupan yang kebarat-baratan menjadi trend dikalangan generasi muda, apa lagi yang mereka saksikan dari media cetak danelektronik selalu ingin mereka praktekkan dalam kehidupan sehari-hari lazimnyaanak muda yang masih labil. Begitu mereka tabu tentang psikotropika bukannya menghindari malah penasaran untuk ingin mencobasetelah mencoba akhirnya ketagihan dan jadilah mereka pengguna yang permanen. Jadi ringkasnya faktor permintaan (demand) itu dipengaruhi oleh pola hidup masyarakat kota besar yang ingin mencoba sesuatu yang baru, kurangnya informasi tentang bahaya psikotropika, semakin trendnya anak muda menggunakan psikotropika dan adanya gejolak jiwa anak remaja untuk menggunakan psikotropika serta dipengaruhi pula oleh lingkungan keluarga yangtidak harmonis.
Banyaknya pemakaian psikotropika secara otomatis menyebabkan tingginya permintaan akan barang tersebut sehingga semakin rumitlah penanggulangannya apalagi pengguna sebagian besar adalah generasi muda yang seyogyanya menjadi harapan penerus bangsa dimasa akan datang.
2. Faktor Penawaran (supply)
Biaya ekonomi yang tinggi sebab sebagian masyarakat di kotaManokwari terpaksa harus menyesuaikan diri dengan tuntutan kehidupan yang serba mewahdisekelilmgnya, hal tersebut berpengaruh pada kehidupan masyarakat. Banyak masyarakat yang berangan-angan ingin kaya mendadak bahkan tidak jarang dalam memenuhi kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat dan didukung dengan tipisnyakeimanan kepada Yang Maha Kuasa seseorang dapat saja dengan mudah menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya.
Salah satunya dengan mengedarkan psikotropika sebab dapat
mendatangkan keuntungan yang sangat tinggi serta biasanya pula berlipat-lipat dari harga pokok. Barang-barang tersebut biasanya diselundupkan dari luar negeri dengan partai yang besar yang omzetnya mencapai millyaran rupiah sekali kirim, terbukti banyaknya pengedar psikotropika berwarga negara asing.
Di sisi lain kebijakan pemerintah dalam pengelolaan devisa negara melalui sektor pariwisata dengan membuka lebar-lebar pintu masuk Indonesia baik melalui darat, laut maupun udara tanpa dibarengi peningkatan kualitas dan kuantitas pengamanannya maka dapat menyebabkan barang terlarang tersebut dengan mudah disuplai masuk ke Indonesia. Jadi secara ringkas Faktor penawaran (supply) dipengaruhi oleh keuntungan yang menggiurkan, mudahnya wisatawan asing masuk ke Indonesia yang kemungkinan membawa psikotropika dan mudahnya mendapatkan psikotropika dipasar gelap serta harganya terjangkau didalam kalangan masyarakat menengah keatas.
3. Faktor Penunjang
Maraknya peredaran psikotropika ditunjang pula oleh faktor- faktorantara lain pengawasan serta pemberian izin terhadap tempat hiburan yang begitu longgar diakui atau tidak tempat hiburan menjadi pasar tersendiri bagi transaksi psikotropika tersebut, terbukti setiap kali diadakan penggerebekan di tempat-tempat hiburan ada saja yang tertangkap menyimpan atau memakai barang tersebut.
Kurangnya perhatian dan pendidikan orang tua dalam membekali anak- anaknya juga berperan dalam menunjang peredaran psikotropika, sering terjadi orang tua baru tahu setelah anaknya masuk rumah sakit akibat over dosis. Di sisi lain pola hidup borjuismemendorong orang-orang tertentu menghamburkan uangnya ditempat hiburan yang salah satunya hal inilah yang menunjang peredaran psikotropika.
4. Faktor Strategis
Dibukanya pintu masuk Indonesia melalui berbagai pelabuhan udara dan laut maupun melalui daratan, memberi peluang yang cukup besar bagi penyelundupan psikotropika apalagi mengingat kekurangan peralatan maupun minimnyapengetahuan yang dimiliki oleh aparat baik dari pihak bea cukai mengakibatkan begitu mudahnya peredaran psikotropika masuk ke Indonesia, sementara Indonesia memang pada dasarnya adalah pusat lalu lintas dunia yang ramai karena letaknya yang strategis. Meningkatnya volume ekspor-impor juga menjadi faktor yang dominan disebabkan seringnya terjadipenyelundupan dengan menyisipkan barang-barang haram tersebut pada peti kemas yang lalu dikirim masuk ke dalam wilayah Indonesia.
Maraknya hiburan malam dan Tempat Diskotikyang selain dijadikan sebagai tempat transaksi juga sebagai tempat pesta barang terlarang tersebut yang salah satu faktor sebagai tempat peredaran yang sangat strategis, disamping itu modus operandinya yang sangat rapi juga sangat berperan hanya orang-orang tentu sajalah yang tahu dimana dan
kapan mereka melakukan transaksi serta bagaimana melakukan transaksi tersebut.
Hal yang paling menonjol dikarenakan juga kurangnya partisipasimasyarakat terutama dalam memberikan informasi yang dibutuhkan untuk pemberantasan peredaran psikotropika. Apalagi disisi lain penegakanhukumnya sangat lemah yang menyebabkan para pengedartidak jera untuk kembali melakukan kejahatan. Bahkan lebih parah lagi karena beberapa kali ditemukan aparatlah yang terlibat di dalam peredaran psikotropika.
D. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Psikotropika
Dari hasil penelitian, bertempat di Plan Internasional (cabang Manokwari ) yang merupakan salah satu LSM yang peduli akandampak- dampak bahaya psikotropika, narkotika dan zat adiktif lainnya. Penulis menemukan ada beberapa faktor pendorong yang menyebabkan penyalahgunaan psikotropika dan zat adiktif lainnya, yaitu:
1. Faktor Individu
Seperti yang diketahui penyalahgunaan psikotropika dipengaruhi oleh keadaan mental, kondisi fisik dan psikologis seseorang. Faktor individu ini pada umumnya ditentukan oleh faktor biologis yang menunjukkan babwa faktor-faktor genetik berperan pada beberapa bentuk prilaku yang menyimpang dan anti sosial termasuk penyalahgunaan zat.
Kelainan-kelainan biokimiawiyang spesifik didapatkan pada orang- orangyang mengalami ketergantungan psikotropika dan alkohol.
Sedangkan faktor psikologis menunjukkan bahwa sebagian besar penyalahgunaan psikotropika dimulai pada masa remaja, beberapa ciri perkembangan yang mendorong ke hal tersebut ialah kepercayaan diri kurang, ketidakmampuan mengelola masalah yang dihadapi, coba-coba, ingin memperoleh pengalaman yang baru dan depresi. Sebagian pula remaja melakukannya karena ingin diterima oleh teman-teman yang merupakan perwujudan daripenentangan terhadap otoritas orang tua.
Pada usia remaja pada umumnya mempunyai kepercayaan yang unik tetapikeliru, bahwa apa yang terjadi terhadap orang lain tidak akan terjadipadanya termasuk akibat penyalahgunaan psikotropika. Ada faktor yang dapat berdiri sendiri ataupun bergabung untuk menjelaskan mengapa seseorang bisa menjadi penyalahguna psikotropika sedang orang lain tidak, ialah : kebutuhan untuk menekan frustasi sertaagresif, ketidakmampuan menunda kepuasan, tidak ada identifikasi seksual yang jelas, kurangnya kesadaran serta upaya untuk mencapai tujuan-tujuan yang bisa diterimasecara sosial, menggunakan perilaku yang menyerempet bahaya untuk menunujukkan kemampuan diri dan menekan rasa bosan.
2. Faktor Zat
Hanya zat yang mempunyai khasiat tertentu yang dapat menyebabkan mendorong penyalahgunaan psikotropika, disamping
pengaruhdari pengalaman dan harapan pemakai terhadap dosis penyalahgunaan psikotropika yang telah digunakan. Tetapi hal lainnya juga menunjukanbahwa suatu prasyarat keadaanpsikopatologitidak selalu harus ada baik pada pemakai pertama atau lanjutan.
3. Faktor Lingkungan
Beberapa faktor sosiologis yang dianggap dapat menyebabkan penyalahgunaan psikotropika antara lain ialah : hubungan dalam keluarga yang dimana orang tua memisahkan diri dan tidak mau terlibat dalam urusan keluarga, pengaruh teman yang merupakan alasan utama dan kuat bagi pemakaian pertama serta pengarah lingkungan sebagai salah satu sumber dalam penerimaan keberadaan seseorang dilingkungan budaya tertentu.
Urutan tahap penyalahgunaan psikotropika secara umum terbagi dalam beberapa tahap, yaitu:
a. Resiko kecil, dimana anak atau remaja mempunyai karakteristik/ciri-ciri sebagai berikut: sehat secara fisik maupun mental, mempunyai kemampuan adaptasi sosial yang baik, memiliki sifat jujur dan bertanggung jawab, mempunyai cita-cita yang rasional dan dapat mengisi waktu senggang yang positif.
b. Resiko besar, dimana anak remaja mempunyai karakteristik/ciri-ciri sebagai berikut: mempunyai sifat mudah kecewa dan untuk mengatasinya cenderung agresif dan destruktif, bila mempunyai keinginan tidak bisa menunggu, pembosan, sering membuat sensasi, kurang dorongan untuk berhasil dalam dunia pendidikan, mempunyai rasa rendah diri, suka tidur larut malam, ada riwayat perilaku penyimpangan hubungan seksual sejak dini, merasa hubungan keluarga kurang dekat dan kehidupan agama kurang relegius.
c. Coba-coba, kontak pertama dengan zat psikotropika sering terjadi pada usia remaja. Berkumpul bersama teman sebaya lalu apabila seorang menggunakan maka yang lainnya turut mencoba. Mungkin sekedar ingin tahu, mungkin juga ingin memperlihatkan kehebatannya. Kebanyakan, tidak mengulangi pengalaman pertama ini tetapi beberapa hari kemudian mereka melakukan eksperimen dengan mencoba zat yang lain dengancara yang lebih canggih.
d. Kadang-kadang, sebagian setelah tahap eksperimen, kemudian melanjutkan ke zat psikoaktif sehingga menjadi bagian dan kehidupan sehari-hari. Meskipun demikian, karena pemakaian tersebut masih terbatas maka tidak ada perubahan mendasar yang dialami bagi pemakai, jadi mereka tetap dapat bersekolah atau bekerja seperti biasa.
e. Ketagihan, pada fase ini frekwensi penggunaan menjadi meningkat termasuk bertambahnya pemakaian bahan-bahan yang beresiko tinggi.
Gangguan fisik, mental dan masalah-masalah sosial makin jelas. Tahap ini sering disebut sebagai tahap kritis karena ada bahaya yang nyata.Meskipun demikian beberapa pemakai masih dapat berhenti.
f. Ketergantungan, merupakan bentuk ekstrim dan ketagihan. Upaya pemakaian secara teratur dan mendapatkan zat psikoaktif merupakan aktivitas utama sehari-hari, mengalahkan semua kegiatan lainnya, kondisi fisik dan mental terus menerus menurun, hidup sudah kehilangan makna.
Ketergantungan secara psikologis ditunjukkan olehadanya perasaan tidak percaya diri dalam pergaulan sehari-hari jika tidak menggunakan psikotropika.
E. Dampak Peredaran Psikotropika
Dampak perederan psikotropika tidak saja berpengaruh bagi diri pribadi pemakai, tetapi lebih dari itu ia berakibat luas baik pada keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut KasatBinmas Polres Manokwari menjelaskan panjang lebar tentang dampak peredaran psikotropika tersebut dalam wawancara tanggal 22 Desember 2017 di PolresManokwari . KasatBinmasPolresManokwari menjelaskan pengaruhnya antara lain adalah rusaknya generasi muda pewaris bangsa yang seyogyanya siap untuk menerima tongkat estafet dari generasi tua.
Generasi yang sudah kecanduan psikotropika akan menjadi (lost generation) generasi yang hilang. Mereka yang diharapkan akan meneruskan pembangunan bangsa justru tidak bisa menolong dirinya sendiri, larut dalam khayalan yang indah-indah akibat pemakaian psikotropika dan lupa dengan beban tanggung jawab dipundaknya, jiwa patriotisme dan cinta tanah air luntur bahkan hilang sehingga memudahkan pihak luar untuk meluluhlantahkan bangsa ini.
KasatBinmasPolres Manokwari juga menjelaskan dampaknya terhadap gangguan kamtibmas antara lain banyaknya permasalahan yang timbul akibat pemakaian psikotropika baik langsung maupun tidak langsung. Gangguan itu dapat berupa kecelakaan lalu lintas, hal ini biasa terjadi disebabkan pengguna psikotropika biasanya mengalami halusinasi dari gangguan terhadap syaraf pusat yangmerupakan pusat pengendalian seluruh anggota tubuh, sehingga kehilangan kontrol dari segala tindakan yang dilakukan. Hal ini sangat berbahaya jika orang tersebut sedang mengemudikan kendaraan, tidak hanya membahayakan dirinya sendiri tetapi juga orang lain. Banyak bukti dan data terjadinya kecelakaan akibat pengemudinya menggunakan psikotropika, cuma jarang dipublikasikan.
Gangguan kamtibmas lainnya yang sering ditimbulkan sebagai akibat dari penggunaan psikotropika adalah kejahatan baik yang dilakukan oleh orang mabuk maupun karena ketagihan. Contoh kongkritnyaadalah : membuat onar, mencuri agar mendapatkan uang untuk membeli psikotropika atau bahkan kejahatan yang lebih sadis, pencurian dengankekerasan atau pembunuhan.
Kemudian terhadap keluarga menurut
KasatBinmasPolresManokwari pengaruhnya antara lain adalah tidak bisa lagi menjaga sopan santun bahkan cenderung melawan terhadap orang.tua, seorang anak yang sudah ketagihan terhadap psikotropika biasanya berbuat seenaknya dan tidak memperdulikan siapapun termasuk orang tuanya, dan jika ada yangtidak berkenan dihatinya akan dilawan termasuk orang tua, ia juga tidak akan menghargai harta yang ada dirumah, misalnya dengan
membawa kendaraan tanpa perhitungan segala halnya atau menjual murah barang-barang dirumah untuk bisa membeli psikotropika. Akibat lain secara psikologis memberikan tekanan kepada anggota keluarga akibat salah satu anggota keluarganya terlibat sebagai pengguna psikotropika yang sangat dibenci oleh masyarakat.
Sedangkan dampak langsung yang dirasakan oleh pemakai psikotropika antara lain;
a. Gangguan pada saluran pernafasan, batuk-batuk.
b. Malas, masa bodoh dan tidak peduli.
c. Daya tahan tubuh lemah.
d. Kehilangan keinginan untuk belajar dan bekerja.
e. Ketergantungan, sehingga kehidupannya hanya bagaimana memperoleh dan menggunakan psikotropika tersebut.
f. Gangguan pencernaan, pusing-pusing, mual, susah tidur dan gangguan mental
g. Ketagihan, yakni keadaan seseorang sudah berada dalarn tahap ketergantungan apabila penggunaannya dihentikan maka akan timbul rasa nyeri pada tubuh dan nanti hilang jika sudah menggunakan psikotropika tersebut.
h. Timbulnya komplikasi penyakit antara lain paru-paru, hati, ginjal dan jantung.
i. Pemakaian yang berlebihan dapat menyebabkan kematian.
Secara psikis psikotropika dapat pula menimbulkan dampak sebagai berikut:
a. Rasa gelisah, gugup, curiga merasa dikejar-kejar dan mudah tersinggung.
b. Putus asa, pendiam, bingung dan menyendiri.
c. Pikiran kabur, acuh tak acuh, sinis dan muram.
d. Haluslnasi.
e. Akibat psikis yang paling parah adalah seseorang bisa gila.
F. Dampak Penyalahgunaan Psikotropika
Dari uraian terdahulu terlihat bahwa efek psikotropika bagi tubuh tergantung jenis psikotropika yang digunakan dan juga berdasarkan banyak atau sering tidaknya menggunakan, serta apakah digunakan bersamaan dengan psikotropika lainnya. Juga tergantung dari berbagai baik faktor psikologis maupun biologis.
(wawancara dengan Dr.NurhayatiMusada, 26 Desember 2017) dikatakan bahwa secara fisiologisorgan tubuh yang paling banyakdipengaruhi adalah sistem saraf pusat (otak dan sum-sum tulang belakang), organ otonomi dan panca indra, jadi penyalahgunaan psikotropika ini akanmenimbulkan komplikasi seluruh organ tubuh.
Secara khusus dampak yang sering dirasakan oleh si pemakaiadalah:
a. Intoksikasi(keracunan), merupakan keadaan dimana si pemakai dalam prilakunya sudah menunjukkan pengaruh zat-zat yang digunakan.
Dalam percakapan sehari-hari kita sering memakai istilah mabuk tetapi
tidak semua gejala intiksikasiseperti gejala mabuk terutama pada pemakaian obat perangsang (stimulan).
b. Toleransi, istilah ini digunakan untuk menunjukkan bahwa secara fisik/fisologis seseorang membutuhkan jumlah zat yang lebih banyak untuk memperoleh efek atau akibat yang sama setelah pemakaian berulang kali. Oleh karena itu dalam jangka waktu lama jumlah atau dosis yang digunakan akan meningkat. Toleransi akan hilang jika gejala ketagihan menunjukkan bahwa tubuh kita masih membutuhkan zat atau bahan tertentu.
c. Gejala putus psikotropika (ketagihan), jika seseorang pemakai psikotropika yang telah kronis tiba-tiba tidak mendapatkan psikotropika yang biasa ia pakai, maka timbul gejala-gejala seperti : berkeringat, rasa sakit diseluruh tubuh, suhu badan meningkat atau menurun, mual-mual, dan lain-lain. Gejala seperti ini akan hilang bila psikotropika diberikan. Semuajenis psikotropika yang digunakan tidak sesuai dengan petunjuk dokter, akan menunjukkan gejala putus psikotropika yang berbeda.
d. Kecanduan psikotropika (adiksi), keadaan dimana seorang pemakai menjadi tergantung pada pemakaian psikotropika sehingga menimbulkan akibat-akibat buruk, baik bagi diri si pemakai maupun masyarakat disekitarnya.
e. Ketergantungan (dependent), keadaan dimana seseorang selalu membutuhkan psikotropika tertentu. Ada dua jenis ketergantungan tersebut yaitu : ketergantungan fisik/fisiologis (badan menjadi lemah) dan ketergantungan mental/psikologis (perasaan tidak percaya diri).
Selain dari itu penyalahgunaan psikotropika, secara umummemberikan dampak sebagai berikut:
a. Dampak Jasmaniah, dapat secara langsung maupun tidak langsung dirasakan terhadap pemakai psikotropika. Berikut macam-macam gangguan jasmaniah akibat penyalahgunaan zat, yaitu : gangguan pada sistem saraf (neorologis), gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kafdiovaskuler), gangguan pada kulit (dermaiologis), gangguan pada paru-paru (pulmoner), gangguan pada pembentukan sel darah (hemopeotik), gangguan pada lambung serta hepatitis (gastrointestinal), gangguan pada fungsi hormon reproduksi(endoktrin), gangguan pada fungsi seksual (traktururmanus), gangguan pada otot dan tulang dan dapat terinveksi virus HIV/AIDS.
b. Dampak kejiwaan, bermacam-macam gangguan psikiatrik seperti psikotik(gangguan jiwa berat), depresi, tindak kekerasan dan pengrusakan, percobaan bunuh diri dapat dijumpai pada penyalahgunaan zat. Depresi sering muncul sebagai akibat rasa bersalah dan putus asa karena gagal berhenti dan penyalahgunaan zat, terlebih lagi adanya sikap yang menyudutkan/ menyalahkan diri dari pihak keluarga. Beberapa pemakai sudah mempunyai masalah kejiwaan sebelumnya dan penyalahgunaan ini merupakan cara untuk mengatasinya. Maka dari itu mereka perlu diperhatikan kemungkinan adanya gangguan medis dan kejiwaan pada seseorang penyalahguna zat, karena yang bersangkutan biasanya tidak melaporkan hal itu. Mungkin karena tidak disadari atau tidak
merasakannya misalnya rasa nyeri dapat tertutup oleh efek analgesikpsikotropika yang digunakan.
G. Upaya Penanggulangan Peredaran Psikotropika
Setelah mengetahui faktor penyebab dan dampak peredaranpsikotropika tampak bahwa persoalan ini merupakan masalah besar dan kompleks. Karena itu dalam penanggulangannya tentu menghadapipersoalan yang kompleks pula. Persoalan psikotropika ini tidak bisa diselesaikan dengan cara main hakim sendiri tetapi harus diiringi dengan cara-cara preventif melalui pendekatan kemanusiaan maupun kasih sayang terutama kepada para pemakai yang sebagian besar adalah anak muda. Hal ini diperlukan untuk mengembalikan mereka kepada kehidupan yang wajar sebagai anggota masyarakat, generasi muda hams menjadi tumpuan harapan bagi bangsa kita dimasa yang akan datang.
Untuk lebih jelasnya, berikut akan penulis uraikan upaya penanggulangan yang sudah dilakukan Polres Manokwari dalam menanggulangi dan mengantisipasi peredaran psikotropika. Kasat Serse PolresManokwari , menjelaskan bahwa ada tiga penanggulangan psikotropika antara lain upaya-upaya :
1. Upaya Penanggulangan Pre-Emtif
Dalam wawancara tanggal 22 Desember 2017; dengan Kasat Serse PolresManokwari memaparkan bahwa upaya Pre-emtif yang mereka lakukan ialah dengan memberikan penyuluhan ke sekolah-sekolah, bekerjasama denganpihak sekolah serta organisasi kemasyarakatan dan pemuda. Dalam dua tahun terakhir ini tercatat sudah 56 kali diadakan penyuluhan mengenai psikotropika tersebut dengan melibatkan aparat Polres Manokwari. Disisi lain Kasat Serse mengharapkanbahwa bahaya psikotropika tersebut juga dapat di sosialisasikan melalui pendidikan formal di sekolah-sekolah dengan meningkatkan pemahaman terhadap ajaran agama. Di program pendidikan non formal juga dapat disisipkan sosialisasi tentang bahaya psikotropika tersebut, misalnya ditempat-tempat kursus dan TPA.
Upaya Pre-emtif ini kata Kasat Serse butuh peran serta aktif dari masyarakat. Masyarakat harus melihat persoalan psikotropika bukan cuma persoalan para penegak hukum, tetapi merupakan persoalan bersama yang harus ditanggulangi.
2. Upaya Penanggulangan Preventif
Upaya Pre-emtif dan Preventif dijelaskan oleh Kasat Serse Polres Manokwari jauh lebih menguntungkan dan lebih efektif dibanding upaya Represif dengan pertimbangan bahwa upaya pencegahan tidak terlalu memerlukan organisasi yang rumit dan birokrasi yang justru sering menimbulkan penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan. Disisi lain upaya Preventif lebih ekonomis dalam arti dapat melayani orang dalam jumlah yang lebih besar tanpa memerlukan banyak tenaga dan materi.
Tindakan Preventif meliputi segala daya dan upaya untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika, mempersempit ruang geraknya, mengurangi dan memperkecil pengaruhnya terhadap aspek- aspek kehidupan masyarakat secara luas. Disini terkadang pengertian bahwa setiaporang terutama remaja harus dihindarkan dari kemungkinan terlibat dalam penggunaan dan peredaran psikotropika tersebut.
Dalam upaya pencegahan ini, keluarga memegang peranan dominan dalam hal ini orang tua disamping lingkungan pergaulan maupuntanggung jawab aparat keamanan. Orang tua selaku orang yang paling dekatterhadap anak hendaknya memberikan pengawasan dan pendidikan secara dini dalam aktivitas sehari-hari terhadap anak-anak.
Pendidikan moral, pendidikan agama maupun tingkah laku serta kedisiplinan dalam keluarga dapat menjadi penuntun bagi anak untuk mengarungi kehidupannya yang penuh dengan dinamika.
Apabila mereka tidak dibimbing dan dikendalikan secara tepat, pada saat menginjak dewasa mereka akan terdorong mencari jati diri atau menentukan sikap hidup diluar lingkungan keluarga. Dan jenis pergaulan diluar keluarga inilah yang membentuk si anak, kalau.pergaulannya rusak kemungkinan besar si anak juga brengsek. Jika teman-teman pergaulannyaadalah pengguna psikotropika, besar kemungkinan si anak juga ikut jadipenikmat barang haram tersebut.
Berdasarkan keterangan Aries Diego Kakori, S.I.K KasatReskrim Polres Manokwari, upaya preventif yang telah dilakukan oleh Polres Manokwari dalam rangka menanggulangi peredaran psikotropika antara lain :
1. Razia di sekolah ;
2. Razia ke pusat pertokoan ;
3. Razia di tempat hiburan yang diperkirakan menjadi tempat transaksi psikotropika;
4. Pendekatan ke Tokoh masyarakat, pemuda, Tokoh agama dan para kepala sekolah mengenai dampak psikotropika sehingga diharapkan mereka dapat bekerja sama paling tidak memberikan laporan jika terjadi penyalahgunaan psikotropika yang mereka ketahui;
5. Melakukan pemeriksaan dan pengawasan secara berkala terhadap penjualan psikotropika di toko obat dan apotik.
Selain orang tua dan aparat keamanan, peran serta masyarakat sangat penting dan menentukan. Masyarakat pada dasarnya juga turut bertanggung jawab terhadap kejahatan yang dilakukan oleh remaja, sebabpada umumnya pengaruh masyarakat sangat berperan bagi pembentukansikap mental dan karakter remaja baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu diperlukan kesadaran dari tiap-tiap individu anggota masyarakat untuk memahami tanggung jawabnya dalam penanggulangan psikotropika.
Fuller dan Mayers (Muhammad Kemal Dermawan, 1994 :127)mengatakan bahwa:
Suatu masalah sosial adalah sesuatu yang memang dianggap sebagai suatu masalah oleh orang-orang, dan jika kondisi-kondisi tertentu tidak dianggap sebagai suatu masalah sosial oleh orang yang terlibat di dalamnya, maka kondisi-kondisi tersebut tidaklah merupakan masalah bagi orang-orang yang bersangkutan, walaupun mungkin saja kondisi-kondisi tersebut dianggap oleh orang lain sebagai suatu masalah sosial.
Jadi upaya-upaya antisipatif terhadap kemungkinan bahaya atau ancaman kejahatan sebagai suatu gejala sosial akan terselenggaranya dengan baik apabila persepsi masyarakat memandang kejahatan itu merupakan masalah sosial yang kehadirannya dirasakan sebagai ancaman bagi kehidupan masyarakat,
Menurut Kompol Mapparenta, Waka Polres Manokwari (wawancara tanggal 22 Desember 2017) mengatakan bahwa peran serta masyarakat dalam menanggulangi peredaran psikotropika antara lain melalui:
1. Masyarakat dapat memberikan nasehat langsung kepada anak yang bersangkutan agar tidak menggunakan psikotropika.
2. Membicarakan dengan orang tua/wali si anak agar dapat dicarikan jalan keluar dari persoalan tersebut.
3. Melaporkan pada pihak kepolisian jika mengetahui adanyaperedaran psikotropika.
3. Upaya Penanggulangan Represif
Penanggulangan secara represif dimaksudkan sebagai upaya yang dilakukan oleh berupa pemberian sanksi kepada pelaku pengedar psikotropika. Berkaitan dengan upaya represif ini pihak Polres Manokwari bekerjasama dengan pihak yang terkait dengan masalah peredaran psikotropika, untuk mengambil langkah hukum, terhadap pelaku pengedar psikotropika dalam wilayah hukum Polres Manokwari.
Pada dasarnya pemberian sanksi yang merupakan upaya represif bukan untuk tindakan balas dendam atau semata-mata membuat jera pelaku, tetapi lebih dari itu merupakan sarana pendidikan, sehingga kelak terpidana dapat menyadari hakekat dari pemberian hukuman tersebut sehingga sadar dan tidak mengulangi perbuatannya lagi.
Penjatuhan hukuman sebagai upaya penanggulangan secara represifterhadap kejahatan remaja dalam hal ini peredaran psikotropika meliputipula pembinaan mental untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan meliputi rasa tanggung jawab atas perbuatan yang dilakukan, sehingga remaja yang menjalani masa hukuman merasa bahwa hukuman yang dijatuhkan padanya bukan sebagai suatu siksaan melainkan sebagai sarana pendidikan bagi mereka.
Jadi pada dasarnya setiap tindakan terhadap bentuk-bentuk tindak pidana atau prilaku menyimpang dan remaja haruslah bersifat mendidik untuk mencegah jangan sampai kejahatan itu terjadi atau paling tidak diharapkan dapat menekan laju pertumbuhan prilaku yang menyimpang itu. Dengan demikian, upaya-upaya tersebut mengandung tujuan, yaitu
sebagai upaya pencegahan terhadap pelaku tindak pidana, agar tidak melakukan hal-hal yang lebih buruk lagi, diharapkan agar kelak dikemudian hari remaja tidak melakukan tindakan yang menyimpang maupun tindakan lain yang mungkin akan merugikan masyarakat dan pemerintah.
H. Upaya Penanggulangan Penyalahgunaan Psikotropika
Penanggulangan penyalahgunaan psikotropika perlu perhatian serta metode pendekatannya yang harus dilakukan secara menyeluruh untuk menilai segala aspek organobiologik, psiko edukatif dan sosio kultural pemakai. Dari hasil penelitian yang penulis dapatkan di Plan International (Cabang Manokwari) salah satu LSM yang peduli akan dampak-dampak penyalahgunaan psikotropika yang bekerja sama dengan Tim Medis RumahSakit Ketergantungan Obat (wilayah Manokwari) ditemukan ada beberapa metode yang dapat dilakukan dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan psikotropika, yaitu:
1. Prevetif dan Edukatif
Yaitu pada saat penyalahgunaan belum terjadi. Penyembuhan penderita sangatlah sulit, sehingga pencegahan melalui upaya preventif dan edukatif menjadi sangat penting. Upaya preventif dan edukatif padapencegahan penyalahgunaan psikotropika adalah untuk mengurangi kebutuhan atau permintaan (demand reduction), dengan sasaran faktor agen (obat-obatan), host (pemakai), dan lingkungan.
Upaya ini mempengaruhi faktor-faktor penyebab, pendorong dan peluang terjadinya penyalahgunaan zat psikoaktif, sehingga timbul kesadaran, kewaspadaan dan daya tangkal pada para penyalahgunaan atau calon penyalahguna. Upaya preventif terutama penting sekali bagi remaja yang mempunyai resiko tinggi (potensial user). Upaya yang dipandang paling efektif untuk menanggulangi penyalahgunaan psikotropika dikalangan anak dan remaja adalah melalui pendidikan dan mencegahnya sebelum terjadi. Sedangkan usaha-usaha untuk mengatur, membatasi agen (obat), baik melalui hukum, teknologi maupun kontrol sosial tampaknya kurang membawa hasil.
Kebanyakan upaya preveatif diarahkan pada kombinasi faktor pemakai dan lingkungan. Upaya preventif secara khusus juga perlu memperhatikan apa yang disebut zat/obat sebagai pembuka jalan (gateway) seperti rokok, ganja dan alkohol yang digunakan terlebih dahulu sebelum menggunakan zat atau obat yang lebih berat perlu dicegah.
Adapun bentuk-bentuk upaya preventif dan edukatif itu adalah:
a. Pemberian Informasi dan Pengetahuan
Merupakan usaha awal (drug education) berupa penyampaian informasi yang tepat, terpercaya. Obyektif, jelas dan mudah dimengerti tentang zat-zat yang disalahgunakan dan efek-efek terhadap tubuh dan prilaku manusia. Bagi para remaja dan orang
tua selain pengenalan tentang bahan-bahan adiktif juga perlu penjelasan tentang penyebab, perundang-undangan yang berlaku, dampak fisik dan psikologik, sosial ekonomi dan penyalahgunaan zat.
Pemberian informasi terhadap remaja harus dilakukan secara hati- hati, penekanan (semata-mata) pada dampak negatif dari penyalahgunaan psikotropika sering malah merangsang keinginan untuk mencoba zat-zat adiktif karena merasa tertantang. Cara paling bijaksana adalah mengaitkannyadengan pendidikan kesehatan secara luas dan, bagaimana menghadapi serta menyelesaikan permasalahan hidup.
b. Pendidikan atau Peningkatan Afektif
Tujuan pendidikan adalah pengembangan kepribadian, pendewasaan diri peningkatan kemampuan untuk membuat keputusan yang bijaksana mengetahui cara mengatasi tekanan mental secara efektif, peningkatan kepercayaan diri, menghilangkan citra negatif tentang diri sendiri dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi. Melalui pendidikan efektif remaja akan lebih memahami dirinya, mengetahui faktor penyebab mengapa seseorang bisa terjerumus dalam penyalahgunaan psikotropika dan bagaimana mengatasi faktor-faktor tersebut, disamping itu juga pengertian tentang bahaya psikotropika/zatpsikoaktifpada umumnya.
c. Program Teman Sebaya
Sasarannya adalah mengembangkan kemampuan untuk menolak dan kemampuan untuk pergaulan kehidupan sosial. Termasuk didalamnya adalah bagaimana remaja mampu mengatakan tidak pada semua ajakan penyalahgunaan zat/ psikotropika serta hal lain yang lebih luas tentang interaksi dengan teman sebaya, keterampilan sosial dan peningkatan harga diri.
d. Pengenalan dan Intervensi Diri
Pengenalan ini terutama pada mereka yang tergolong potensial user dan pemakai eksperimental. Intervensi ini dilakukan dengan memberikan kesempatan untuk mengemukakan isi hati atau pikiran dan dengarkan secara simpatik sehingga masalah tersebut lebih mudah diselesaikan.
e. Peran Serta Orang Tua dan Guru
Hubungan komunikasi yang baik antara orang tua dan guru dengan anak/ remaja membantu remaja menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Disamping juga membantu berkembangnya nilai dan sikap positif bagi anak serta watak yang tangguh. Bila remaja merasa lebih dekat dan terbuka pada gurunya maka kerjasama orang tua danguru bukan saja dapat mencegah penyalahgunaan psikotropika, tapi dapat juga mendeteksi penggunaan awal penyalahgunaan psikotropika.
Upaya preventif serta edukatif ini dapat dijalankan melalui beberapa jalur, diantaranya:
a. Melalui Jalur Keluarga
Dengan sasaran anak/ remaja atau anggota keluarga yang lain.
Keluarga adalah unit masyarakat terkecil yang pertama bagi prevensi penyalahgunaan psikotropika.
b. Melalui Sarana Pendidikan
Dengan sasaran anak didik, melalui kegiatan intra kurikuler dan ekstra kurikuler dapat ditimbulkan sikap dan perilaku siswa yang sehat serta mampu menangkal pengaruh negatif yang datang baik dari dalam diri maupun dari luar dirinya.
c. Melalui Lembaga Keagamaan.
Dengan sasaran umat. Lembaga-lembaga keagamaan merupakan sumber daya dan figur pembinaan moral.
d. Melalui Organisasi Masyarakat, Pemuda, dan Wanita.
Dengan sasaran pemuda, wanita dan masyarakat.
e. Melalui Media Massa dengan sasaran masyarakat luas.
2. Kuratif Dan Rehabilitatif
Terapi dan rehabilitasi penyalahgunaan zat psikoaktif merupakan suatu upaya yang berkesinambungan yang secara umum bertujuan membebaskan pemakai dari ketergantungannya terhadap psikotropika serta gangguan fisik yang terjadi sehingga mampu berfungsi kembali berintegrasi ke masyarakat.
Fase-fase terapi dan rehabilitasi penyalahgunaan psikotropika di Indonesia dapat dibagi menjadi:
a. Fase penerimaan Awal (initial Intake)
Berlangsung antara 1 sampai 3 hari. Pada fase ini dilakukan anamnesa dan pemeriksaan (fisik dan mental) yang diteliti untuk mendapatkan tanda-tanda penyalahgunaan psikotropika, bahan-bahan dan dosis yang digunakan serta kemungkinan terlibat dalam masalah-masalah hukum.
Berdasarkan hal itu kemudian dibuat rencana terapi.
b. Fase Detoksikasidan Terapi KomlikasiMedik
Berlangsung 1 sampai 3 minggu. Pada fase ini dilakukan pengurangan ketergantungan terhadap bahan-bahan adiktif secara bertahap danjuga terapi terhadap bermacam-macam komplikasi yang ditimbulkan dari penyalahgunaan psikotropika.
c. Fase Stabilisasi
Berlangsung antara 3 sampai 12 bulan. Pada masa ini mantan penyalahguna psikotropika, dibimbing kembali ke masyarakat secara langsung maupun tidak langsung melalui program khusus seperti masa percobaan. Program bimbingan khusus seperti konseling, psikologi, agama serta bimbingan kelompok untuk penguatan pribadi.
d. Fase Sosialisasi dalam masyarakat
Berlangsung sekitar 1.000 hari. Pada fase ini seorang mantan penyalahguna psikotropika harus mampu mengembangkan kehidupanyang bermakna di masyarakat dengan memanfaatkan