• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Oleh RAGAIA BILLAHMAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Oleh RAGAIA BILLAHMAR"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Melakukan Penelitian pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

RAGAIA BILLAHMAR 105451108617

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 2022

(2)
(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Sebaik-baik manusia adalah yang banyak memberikan manfaat/kebaikan bagi orang lain”

“Perubahan yang besar terkadang bahkan sering disebabkan hanya

karena usaha dan kesungguhan satu orang

PERSEMBAHAN

Akhir perjalanan suatu usaha adalah hasil terbaik dari proses perjalanan dari usaha itu sendiri. Keberhasilan yang di temui diakhir perjalanan usahaku ini merupakan hadiah terindah bagi semua pihak yang mendukungku dalam proses ini. Dengan penuh rasa syukurku kepada Allah SWT, Kupersembahkan Skripsi ini untuk:

1. Allah SWT yang maha pemberi petunjuk alhamdulillah allah telah memberi saya rahma hidayah dan inayahnya.

2. Ayah ibu dan suami serta keluarga besarku yang slama ini telah memberikan kasih dan sayng, do’a, dorongan baik morol, materi spiritual sehingga aku dapat menyelesaikan Pendidikan S1 di perguruan tinggi.

3. Kepada prodi PG paud yang telah berbagi ilmu dan mendidikku, serta memberikan dukungan yang sangat besar dalam proses penyelesaian Pendidikan ini.

(7)

vii

Layang Selatan Kota Makasar. Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makasar.

Pembimbing I Rusmayadi dan Pembimbing II Fadhillah Latief.

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri Melalui Permainan Konstruktif Balok Pada Anak Kelompok A Di TK Aisyiyah Layang Selatan Kota Makasar. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart. Subjek penelitian adalah anak didik kelompok A di Tk Aisyiyah Layang Selatan yang berjumlah 12 anak. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi. Instrumen yang digunakan adalah pedoman observasi. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu jika minimal siklus I dan siklus II 75% dari 12 anak mengenal bentuk-bentuk geometri dengan kriteria sangat baik. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan secara bertahap pada kemampuan mengenal bentuk geometri dengan bermain konstruktif balok.

Peningkatan kemampuan mengenal bentuk geometri berdasarkan dari indikator kemampuan mengenal bentuk geometri. Peningkatan kemampuan anak dalam mengenal bentuk geometri melalui permainan konstruktif balok dalam pelaksanaan siklus I meningkat menjadi 47,91%, karena masih kurang dari kriteria keberhasilan maka dilakukan siklus II meningkat menjadi76,56%. Dengan perolehan tersebut maka penelitian dihentikan karena telah mencapai criteria keberhasilan

Kata Kunci: kemampuan mengenal bentuk geometri, permainan konstruktif balok.

(8)

viii

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan berkat, rahmat, dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik dan maksimal. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidik an Anak Usia Dini, Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.

Kemudian kepada kedua orang tuaku ibu dan ayah yangtelah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan, mendidik, dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu. Demikian pula penulis mengucapkan kepada para keluarga yang tak hentinya memberikan motivasi dan selalu menemaniku dengan candanya, kepada saya, dan dosen pembimbing I dan II yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta motivasi sejak awal penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini.

Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag S.E., M.M, Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., P.h.D., Dekan Fakultas keguruan dan Ilmu pendidikan universitas muhammadiyah Makassar yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian, dan Tasrif Akib. S..Pd,M,..Pd. ketua program studi pendidikan guru pendidik anak usia dini serta seluruh dosen dan para staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan. Dan Ilmu Pendidikan, Unversitas Muhammadiyah Makasar yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

(9)

ix

PG Paud .atas kebersamaan, motivasi, saran, dan bantuannya kepada penulis yang telah memberi pelangi dalam hidupku. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-satu.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut sifatnya membangun karna penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberi bahwa tugas akhir skripsi ini masih jauh darmanfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Aamiin

Makassar, Desember 2021

Penyusun

(10)

x

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Masalah Penelitian ... 5

1. Identifikasi Masalah ... 5

2. Alternatif Pemecahan Masalah ... 5

3. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Kajian Teori ... 7

B. Penelitian Relevan ... 21

C. Kerangka Berpikir ... 23

D. Hipotesis Tindakan... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

A. Jenis Penelitian ... 28

(11)

xi

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 30

C. Faktor yang diselidiki ... 30

D. Prosedur Penelitian... 31

E. Instrumen Penelitian... 35

F. Teknik Pengumpulan Data ... 37

(12)

vii

A. Hasil Penelitian ... 43

1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus I ... 43

2. Tindakan Siklus II ... 57

B. PEMBAHASAN ... 70

BAB V PENUTUP ... 75

A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77 LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(13)

ix

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Pengamatan Aktivitas Guru Dalam

Menggunakan Permainan Konstruktif ... 36 Tabel 3.3 Kriteria Persentase anak ... 40 Tabel 4.1 Subjek Penelitian ... 43 Tabel 4. 2 Hasil Observasi Pada Kondisi Awal (Pra Siklus) Kemampuan

Mengenal Geometri Anak pada Kelompok A di TK Aisyiyah

Layang Selatan Kota Makassar ... 43 Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri

Melalui Permainan Konstruktif Balok pada Anak di

TK Aisyiyah Layang Selatan Kota Makassar ... 47 Tabel 4.4 Observasi Aktivitas Guru Menggunakan Permainan Konstruktif

Balok ... 56 Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri Melalui

Permainan Konstruktif Balok Pada Anak di TK Aisyiyah Layang Selatan Kota Makassar ... 59 Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri Melalui

Permainan Konstruktif Balok Pada Anak di TK Aisyiyah Layang Selatan Kota Makassar ... 60 Tabel 4.7 Observasi Aktivitas Guru Menggunakan Permainan Konstruktif

Balok ... 69 Tabel 4.8 Hasil Peningkatan Kemampuan Kemampuan Mengenal Bentuk

Geometri Melalui Permainan Konstruktif Balok Pada Anak di TK Aisyiyah Layang Selatan Kota MakassarPada Siklus II

Pertemuan I Dan II ... 72 Tabel 4.9 Hasil Pengamatan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri Melalui

Permainan Konstruktif Balok Pada Anak ... 73 Tabel 4.10 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Setiap Siklus Kemampuan

Mengenal Bentuk Geometri ... 76

(14)

x

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran1 : Surat Izin Penelitian

1. Surat Keterangan Penyelesaian Penelitian 2. Keterangan Validasi

Lampiran 2 : Hasil Observasi Anak dan Guru

1. Hasil Observasi Pra Tindakan

2. Hasil Observasi Siklus I Pertemuan I 3. Hasil Observasi Siklus I Pertemuan II 4. Hasil Observasi Siklus II Pertemuan I 5. Hasil Obserfasi Siklus II Pertemuan II Lampiran 3 : Rencana Pembelajaran Harian (RPPH)

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian Siklus I Pertemuan I 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian Siklus I Pertemuan II 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian Siklus II Pertemuan I 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian Siklus II PertemuanII Lampiran 4 : Kartu kontrol penelitian

Lampiran 5 : Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian

(15)

1 A. Latar Belakang Masalah

Anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Peran pendidik (orang tua, guru, dan orang dewasa lainnya) sangat diperlukan dalam upaya pengembangan potensi anak 4-6 tahun. Upaya pengembangan tersebut harus dilakukan melalui kegiatan bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain.

Dengan bermain anak memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi belajar secara menyenangkan.

Selain itu bermain membantu anak mengenal dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan. Piaget (Morrison, 2012:69) menyatakan bahwa kecerdasan merupakan proses perkembangan kognitif atau mental yang digunakan anak untuk memperoleh pengetahuan. Kecerdasan adalah “mengetahui dan melibatkan penggunaan operasi mental, yang berkembang sebagai akibat dari tindakan mental dan fisik di lingkungan sekitar. Keterlibatan aktif adalah dasar teori Piaget yang menyatakan bahwa anak mengembangkan kecerdasan lewat pengalaman/praktik langsung di lingkungan fisik. Pengalaman praktik ini menjadi dasar bagi kemampuan otak untuk berfikir dan belajar.

(16)

Perkembangan kognitif anak sangat penting agar anak mampu melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui panca inderanya. Hari demi hari pemikirannya berkembang sejalan dengan pertumbuhannya. Jadi jika anak berkembang pemikirannya dengan cepat dan baik, maka anak akan menjadi lebih cepat memecahkan masalahnya. Pentingnya guru mengembangkan kemampuan kognitifanak menurut Piaget (2010:87) yaitu agar anak mengembangkan daya persepsinya berdasarkan apa yang ia lihat, dengar, dan rasakan, mampu melatih ingatannya terhadap semua peristiwa yang ia alami, melakukan penalaran- penalaran, memahami simbol-simbol, danmampu memecahkan masalah.

Perkembangan kemampuan kognitif dapat dilihat dari apa yang mereka lakukan, yang mendorong rasa ingin tahu besar pada diri anak.Kognitif akan cepat berkembang, apalagi melalui permainan yang mengunakan benda yang disukai anak.

Perkembangan dan pertumbuhan anak harus distimulasi dengan baik, agar tugas perkembangannya dapat berkembang secara optimal. Kehidupan pada masa anak dengan berbagai pengaruh-pengaruhnya merupakan masa kehidupan yang sangat penting khususnya berkaitan dengan diterimanya rangsangan (stimulasi) dan perlakuan dari lingkungan hidupnya. Kehidupan pada masa yang merupakan suatu periode yang disebut sebagai periode kritis ataupun periode sensitif dimana kualitas stimulus harus diatur sebaik-baiknya, tentunya memerlukan intervensi baik orangtua dan guru.

(17)

Perkembangan dan pertumbuhan pada anak harus distimulasi dengan baik, agar tugas perkembangannya dapat berkembang secara optimal. Salah satu tugas perkembangan yang harus distimulasi adalah perkembangan kognitif dengan mengenalkan benda-benda yang ada disekitar anak. Pertumbuhan anak-anak tidak dapat dipisahkan dari benda-benda yang ada di sekitarnya. Sejak kecil mereka sudah mengenal benda-benda di dekatnya yang bentuk bendanya sama dengan bentuk geometri, misalnya koin, bola, lemari meja, buku, atau benda lainnya yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari dan keperluan bermain. Mengenal bentuk geometri dapat dimulai dengan kegiatan sederhana sejak dini, misalnya dengan menggantung bentuk geometri berbagai warna dan mengajak anak untuk membandingkan perbedaan yang begitu mencolok antara bentuk-bentuk geometri, seperti bentuk setengah lingkaran, lingkaran, segiempat, dan segitiga (Sujiono, 2009:187)

Sedangkan menurut Triharso yang dikutip (dalam Raharjo, 2016: 99) menyatakan bahwa dalam membangun bentuk geometri pada anak dimulai dari mengidentifikasi bentuk-bentuk, menyelidiki bangunan dan memisahkan gambar- gambar biasa seperti: segiempat, segitiga dan lingkaran. Belajar konsep letak, seperti di bawah, diatas, kiri, kanan, meletakkan dasar awal memahami geometri.

Sebagaimana yang dikutipSafrina(2014: 99)dkk menyatakan bahwa dalam mempelajari geometri, seseorang akan melewati tingkatan berfikir yang hararkis, tahapan-tahapan tingkat berpikir siswa dalam geometri yaitu: pengenalan (tingkat 0), analisis (tingkat 1), pengurutan (tingkat 2), dedukasi (tingkat 3), dan tigor/akurasi (tingkat 4). Pada anak usia dini berada pada tahap pengenalan

(18)

(tingkat 0) dimana siswa baru mengenal bangun-bangun geometri dan memandang suatu bangun geometri sebagai suatu keseluruhan.

Salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan mengenal bentuk geometri adalah dengan pembelajaran konstruktif balok. Dengan pembelajaran media konstruktif balok anak di ajak secara aktif memperhatikan apa yang di ajarkan guru. Penggunaan media konstruktif balok sangat menarik karna memiliki beraneka macam bentuk dan warnanya sehingga membuat anak tertarik dan tidak cepat bosan salah satu cara yang di lakukan untuk mencapai hasil belajar yang maksimal dan memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan dalam kegiatan belajar mengajar, guru dapat menggunakan model pembelajaran inovatif dan menggunakan media yang lebih kreatif.

Peneliti melakukan observasi awaldi TK Aisyiyah layang selatan kota Makassar pada tangal 19-20 Agustus 2021. Peneliti mendapat informasi dari guru bahwa sebagian peserta didik dari kelompok A dengan jumlah 12 orang, teramati masihada anak yang belum mampu mengenal bentuk balok geometri. Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tgl 19 bulan Agustus dengan menggunakan media balok susun dan kertas origami yang dilakukan dengan cara melipat bentuk geometri. Peneliti menemukan ada 3 anak yang sudah mampu mengenal bentuk geometri menggunakan media tersebut. Pada tanggal 20 bulan Agustus, peneliti melakukan observasi yang kedua dengan menggunakan media yang sama. Peneliti menemukan lagi 1 anak didik yang sudah mampu mengenal bentuk geometri dengan menggunakan media yang sama pada saat observasi pertama, sehingga jumlah dari keseluruhan peserta didik yang sudah mampu

(19)

mengenal bentuk geometri ada 4 anak didik, sedangkan peserta didik yang belum bisa mengenal bentuk geometri ada 8anak didik. Dari 8 anak tersebut, ada yangbelum mampu membedakan macam-macam bentuk geometri seperti bentuk segitiga, segipanjang dan lingkaran. Kemudian teramati juga ada anak belum mampu melipat kertas origami sesuai pola yang guru contohkan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan gurubahwa masih ada beberapa Anak yang belum mampu membedakan bagaimana bentuk segiempat, segitiga, dan lingkaran.Adapun faktor yang menyebabkan peserta didik belum mampu mengenal bentuk geometri yaitu penggunaan media yang masih terbatas, guru hanya menggunakan papan tulis dan menggunakan media baloksusun dan kertas sebagai media untuk mengenalkan bentuk geometri. Dari hasil pengamatan,guru hanya menjelaskan tentang tema dan tidak menjelaskan macam-macam bentuk dan bangunannya, akibatnya anak tidak menguasai dengan baik. Anak masih belum mampu dalam meyebutkan macam-macam geometri misalnya segiempat, segitiga dan lingkaran. Sedangkan penyajian dalam metode pembelajaran yang digunakan adalah metode ceramah,guru hanya bercerita di depan kelas menerangkan gambar bentuk geometri. Jadi saat proses belajar berlangsung banyak anak yang bercerita dengan teman-temannya, dan ada juga yang bermain sendiri, akibatnya proses pembelajaran kurang maksimal. Kemudian guru menyatakan bahwa kemampuan kognitif anak dalam mengenal bentuk geometri masih cenderung rendah.

Menyikapi hal tersebut dalam penelitian ini mengunakan alat permainan konstruktif balok. Konstruktif balok adalah salah satu jenis bermain yang

(20)

menggunakan benda untuk membangun atau membentuk sesuatu. Media ini dapat dibuat dari balok-balok yang berbentuk lingkaran, segitiga, persegi panjang, dan kubus. Media konstruktif balok di pilih dengan alasan merupakan media yang ramah lingkungan, murah dan juga efektif dalam penggunaanya dan semuanya berfungsi sehingga permainan dalam konstruktif balok memiliki kontribusi yang kuat dalam meningkatkan kemampuan mengenal bentuk geometri.

Permainan konstruktif balok bertujuan untuk merangsang kreatifitas dan imajinasi anakbermain konstruktif akan membantu anak menjadi kreatif karena anak akan membayangkan bentuk yang akan dibuat menjadi sebuah bangunan.

Bermain konstruktif balok juga memerlukan kerjasama dan kekompakan di dalam kelas. Selain itu, bermain konstruktif balok juga dapat menstimulasi perkembangan yang lainnya. Aspek motorik halus anak dan juga aspek perkembangan sosialnya.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul: “Peningkatan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri Melalui Permainan Konstruktif Balok Pada Anak Kelompok A Di TK Aisyiyah Layang Selatan Kota Makassar”

B. Masalah Penelitian 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas penulis mengidentifikasi masalah yang terdapat pada anak kelompok A di TK Aisyiyah layang selatan kota Makassar yaitu:

a. Peserta didik belum bisa mengenal bentuk geometri

(21)

2. Alternatif Pemecahan

Menindak lanjuti dari hasil identifikasi masalah di atas penulis untuk menentukan alternatif pemecahan masalah, salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan mengenal bentuk geometri kelompok A Di TK Aisyiyah layang selatan kota Makassar adalah dengan menggunakan permainan konstruktif balok.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan pada penelitian ini, yaitu:

Apakah dengan menggunakan konstruktif balok dapat meningkatkan kemampuan mengenal bentuk geometri pada anak kelompokA di TK Aisyiyah layang selatan kota Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini, yaitu: Untuk megetahui apakah dengan menggunakan permainan konstruktif balok dapat meningkatkan kemampuan mengenal bentuk geometripada anak kelompok A Di TK Aisyiyah laying selatan kota Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

(22)

a. Hasil penelitian ini dapat berlangsung sebagai rujukan untuk mengoptimalkan kegiatan pembelajran khususnya dalam permainan konstruktif balok.

b. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi dewan guru dimana tempat penelitian ini berlangsung sehingga guru akan lebih kreatif dalam permainan konstruktif balok sehingga anak dapat melakukan permainan dan mentaati aturan main yang ada.

2. Manfaat Praktis

Bagi peneliti penelitian ini penting untuk meningkatkan wawasan serta menjadi pedoman bagi peneliti serta dapat meningkatkan kemampuan penulis sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan S1 di Universitas Muhammadiyah Makassar.

(23)

9

1. Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri

a. Pengertian Mengenal Kemampuan Bentuk Geometri

Mengenal Bentuk Geometri Anak Usia Dini menurut Lestari, (2011: 4), menjelaskan bahwa “mengenal bentuk geometri pada anak usia dini adalah kemampuan anak mengenal, menunjuk, menyebutkan serta mengumpulkan benda-benda di sekitar berdasarkan bentuk geometri”. Pendapat lain yang diungkapkan oleh Triharso (2013: 50), menyatakan bahwa” dalam membangun konsep geometri pada anak dimulai dari mengidentifikasi bentuk-bentuk, menyelidiki bangunan dan memisahkan gambar-gambar biasa seperti, segiempat, lingkaran, dan segitiga. Belajar konsep letak, seperti di bawah, di atas, kiri, kanan, meletakkan dasar awal memahami geometri.“

Tarigan (2015:32), menjelaskan bahwa ”belajar geometri adalah berpikir matematis, yaitu meletakkan struktur hierarki dari konsep-konseplebih tinggi yang terbentuk berdasarkan apa yang telah terbentuk sebelumnya, sehingga dalam belajar geometri seseorang harus mampu menciptakan kembali semua konsep yang ada dalam pikirannya tentang mengenalkan berbagai macam bentuk”.Geometri menurut Clements (Nidho 2013: 105)“ membangun konsep dimulai

(24)

dengan mengidentifikasi bentuk-bentuk dan menyelidiki bangunan dan memisahkan gambar-gambar seperti segiempat, lingkaran, segitiga”.

Ismiyani (Faudiyah, 2013: 97) Menyatakan bahwa“ geometri adalah pemahaman konsep berbagai bentuk geometri bangun datar dan bangun ruang. Mengenal nama dan ciri-ciri berbagai bentuk geometri itu serta mencari bentuk-bentuk yang sama dengan masing-masing bentuk tersebut dalam dunia nyata. Pembelajaran secara kongkrit benda-benda yang dikenalkannya memudahkan untuk anak lebih cepat memahami dari perbedaan bentuk, ciri-ciri dan sifat dari suatu benda.Geometri merupakan salah satu cabang ilmu matematika yang sangat terkait dengan bentuk, ukuran, dan pemposisian“.

Menurut Juwita (2010: 266) “ Geometri adalah studi hubungan ruang. Pembelajaran anak usia dini termasuk pendalaman benda-benda serta hubungan-hubungannya, sekaligus pengakuan bentuk dan pola.

Anak mampu mengenali, mengelompokkan, dan menyebutkan nama- nama bentuk bangun, baik bangun datar ataupun bangun ruang yang bermacam-mcam ukuran dan bentuknya. Geometri adalah membangun konsep dimulai dengan mengidentifikasi bentuk-bentuk dan menyelidiki bangunan dan memisahkan gambar-gambar seperti segi empat, lingkaran, segi tiga”.

Dari beberapa pendapat yang dinyatakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa, geometri adalah pendekatan untuk memecahkan suatu masalah dalam mengenali bentuk benda-benda, membandingkan,

(25)

membedakan, dan juga membedakan kesamaan dan perbedaan bentuk suatu benda yang ada disekitar.

b. Konsep mengenal bentuk dan ukuran.

Kemampuan yang berhubungan dengan pengembangan konsep bentuk dan ukuran. Sujionodkk( 2011:27). Adapun kemampuan yang dikembangkan antara lain:

1) Memilih benda menurut warna, bentuk dan ukurannya 2) Mencocokkan benda menurut warna, bentuk dan ukurannya

3) Membandingkan benda menurut ukurannya besar, kecil, panjang pendek, tinggi, rendah

4) Mengukur benda secara sederhana

5) Mengerti dan menggunakan bahasa ukuran, seperti besar, kecil, Panjang, pendek, tinggi, rendah dan sebagainya.

6) Menciptakan bentuk dari kepingan geometri.

7) Menyebut benda-benda yang ada di kelas sesuai dengan bentuk geometri.

8) Mencontoh bentuk-bentuk geometri

9) Menyebut, menunjukkan dan mengelompokkan lingkaran, segitiga, dan persegi

10) Menyusun Menara dari delapan kubus. Mengenal ukuran panjang, berat dan isi

(26)

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri.

Menurut Jamaris (2006: 44), menjelaskan bahwa“ kemampuan dasar matematika pada anak TK berada pada fase praoperasional yang diwarnai oleh 12 perkembangan kemampuan berpikir secara simbolis“. Kemampuan dasar geometri dikembangkan melalui pengenalan anak terhadap kemampuan spasialnya, yaitu kemampuan yang berkaitan dengan bentuk benda dan tempat di mana benda tersebut berada, dan kemampuan berpikirnya adalah berpikir secara simbolis. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan anak untuk dapat membayangkan benda-benda yang ada di sekitarnya. Pembelajaran melalui kegiatan bermain untuk mengenal bentuk geometri dapat membantu anak memahami, menggambarkan, dan mendeskripsikan benda-benda yang ada di sekitarnya.

Selain itu dipengaruhi oleh kemampuan berpikir intuitif yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu, seperti menggambar atau menyusun sesuatu. Keterkaitan faktor yang mempengaruhi kemampuan mengenal bentuk geometri tidak lepas dari faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif pada anak. Kemampuan berpikir secara simbolis dan kemampuan spasial dipengaruhi oleh faktor hereditas/keturunan, faktor lingkungan (psikososial), faktor asupan gizi, dan faktor pembentukan (Izzaty, dkk 2008: 8).

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kemampuan mengenal bentuk geometri pada anak Taman Kanak-kanak adalah cara berpikir simbolis, intuitif serta kemampuan

(27)

spasialnya untuk dapat mengetahui, memahami, dan menerapkan konsep bentuk geometri dalam kehidupan sehari-hari.

d. Tujuan Pengajaran Geometri

Setiap pembelajaran memiliki tujuan yang ingin dicapai. Seperti halnya pembelajaran geometri yang dipaparkan Dindyal (2015: 88) bahwa kemampuan geometri distimulasi dengan tujuan mengembangkan keterampilan anak, meliputi:

1) Keterampilan visual (pengakuan, pengamatan properti, menafsirkan peta, pencitraan).

2) keterampilan verbal (penggunaan terminologi yang benar dan komunikasi yang akurat dalam menggambarkan konsep dan hubungan spasial),

3) keterampilan menggambar (berkomunikasi melalui menggambar, kemampuan untuk mewakili bentuk geometri 2-D dan 3-D, untuk membuat diagram, skala, sketsa angka-angka isometrik)

4) keterampilan logis (klasifikasi, pengakuan penting) properti sebagai kriteria, pola perhatian, merumuskan dan menguji hipotesis, membuat kesimpulan, menggunakan contoh tandingan), dan keterampilan terapan (aplikasi kehidupan nyata menggunakan hasil geometri yang dipelajari).

Selainitu, Dindyal (2015: 88) juga mengemukakan bahwa tujuan mengajarkan geometri ialah mengembangkan keterampilan berpikir spasial anak-anak. Hal ini dikarenakan pengembangan penalaran spasial

(28)

anak-anak merupakan prediktor dalam pencapaian keberhasilan matematika anak diperiode selanjutnya. Pada penelitian ini, tujuan pengajaran geometri anak usia 5-6 tahun ialah dapat 19 mengembangkan kemampuan Berpikir spasial anak dari kegiatan menunjukkan perbedaan benda dari jenis ruang 2 D dan 3D.

Mengembangkan kemampuan menggambar anak dari kegiatan project yang dilakukan anak menggunakan kertas origami yang belum berbentuk.

Mengembangkan kemampuan visual anak dari aktivitas mengamati dan menunjukkan benda-benda yang ada di ruang kelas yang berbentuk geometri.

Serta mengembangkan kemampuan verbal anak dari aktivitas menyebutkan bentuk geometri dan menyebutkan contoh benda sekitar yang berbentuk geometri segitiga, persegi, persegi panjang, lingkaran dan tabung.

e. Standar Capaian Kemampuan Geometri Anak

Kemampuan Geometri pada anak usia dini khususnya terkait dengan kemampuan mengenali berbagai bentuk dan ruang meliputi segitiga, persegi, persegi panjang, lingkaran, tabung dan bola. Rohmah (2016: 99) mengemukakan indikator kemampuan geometri anak usia taman kanak-kanak meliputi:

1) menyebutkan bentuk geometri;,

2) mengelompokkan bentuk geometri, membuat bentuk;

3) dan membandingkan bentuk geometri.

4) Menafsirkan dunia fisik dengan ide-ide geometri dan mengambarkanya dengan kosa kata yang sesuai;

(29)

5) memberi nama;,

6) mendeskripsikan dan menjelaskan berbagai bentuk geometri;,

7) menggunakan bentuk dasar dan penalaran spasial untuk memodelkan objek di lingkungan dan untuk membangun bentuk yang lebih kompleks.

Menurut Kindergarten Common Core Mathematics dalam Jung & Greg (2017: 106) menyatakan standar keterampilan geometri pada usia taman kanak- kanak ialah 20 mengenali menjelaskan memberi nama, menunjukkan dan menyusun bentuk geometri. Elia & Heuvel-panhuizen (2018: 212) juga menjelaskan bahwa area keterampilan geometri meliputi:

1) mengenali;, 2) mengidentifikasi;, 3) memberi nama;

4) mengklasifikasikan;

5) menunjukkan dan

6) menggambarkan figur geometri.

Lee (2017: 56) juga mengemukakan ada beberapa tugas yang perlu dilakukan oleh anak agar memiliki keterampilan bentuk geometri, meliputi:

1) Tugas perbedaan meliputi menilai apakah anak bisa melihat perbedaan antara bentuk yang satu dengan bentuk lainnya.

2) Tugas Pelabelan menilai apakah anak dapat menemukan sebuah bentuk saat disebutkan namanya dan apakah anak dapat memberi nama bentuk saat gambar di tunjukkan kepadanya. Pada tingkat yang lebih tinggi, anak menemukan bentuk dalam gambar dan lingkungannya.

(30)

3) Tugas pencocokan, membutuhkan anak untuk menemukan bentuk seperti yang di tunjukkan kepadanya.

4) Tugas penyotoran adalah tugas di mana si anak harus memisahkan kelompok bentuk campuran menjadi kelompok-kelompok tersendiri.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik kemampuan geometri anak usia taman kanak-kanak umur 5-6 tahun meliputi: mengenali bentuk geometri dasar, menyebutkan atau memberi nama geometri, mengelompokkan atau mengklasifikasikan bentuk geometri, membuat 21 atau menggambar bentuk, membedakan bentuk geometri, menafsirkan bentuk geometri, mengidentifikasi, mendeskripsikan dan menjelaskan berbagai bentuk geometri, menunjukkan, menginvestigasi dan memperkirakan bentuk geometri mencocokkan dan membandingkan bentuk 2D dan 3D.

f. Indikator capaian kemampuan geometri

Perkembangan Mengenal Bentuk Geometri Pada AUD Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (permendikbud 146 tahun 2014) tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini, perkembangan geometri anak usia dini mencakup indikator-indikator sebagai berikut:

(31)

Tabel 2.1 Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak

Lingkup Perkembangan

Usia 4-5 tahun

Tingkat Pencapaian Perkembangan

Konsep bentuk, warna,

ukurandanpola

1. Melakukan kgiatan yang menunjukan anak mampu mengenal benda dengan berbagai benda berdasarkan ukuran (misalnya: besar-kecil Panjang-pendek, tebal tipis, berat ringan

2. Melakukan kegiatan yang menunjukan anak mampu mengenal benda dengan memasangkan benda degan pasangannya.

3. Melakukan kegiatan yang menunjukan anak mampu mengenal benda dengan mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari yang terpendek sampai yang terpanjang, terkecil-terbesar

4. Melakukan kegiatan yang menunjukan anak mampu mengenal benda berdasarkan bentuk, ukuran, dan warna, melalui kegiatan mengelompokkan

(32)

2. Bermain Konstruktif Balok

a. Pengertian Bermain Konstruktif Balok

Bermain konstruktif balok merupakan salah satu jenis bermain yang menggunakan benda untuk membangun atau membentuk sesuatu.

Seefeld & Barbour (Suarti, 2014:142) menjelaskan bahwa “bermain konstruktif merupakan bermain yang bersifat membangun, yaitu bermain yang menggunakan bahan atau media untuk membuat suatu bentuk atau bangunan”. Lebih lanjut Suyanto (Susanti, 2014:4) mengatakan, “bermain merupakan kebutuhan bagi anak, karena melalui bermain anak akan memperoleh pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya.

Banyak hal yang dipelajari dan diperoleh anak melalui bermain.

Anak usia dini diharapkan menguasai berbagai konsep warna, ukuran, bentuk, pola, arah, sebagai acuan untuk belajar menulis, bahasa, matematika, dan ilmu pengetahuan lain. Pengetahuan akan konsep-konsep tersebut jauh lebih mudah diperoleh melalui kegiatan bermain. Anak usia dini dalam kegiatan mengenal pola yang berurutan akan lebih memahami dengan jelas apabila dilakukan dengan bermain konstruktif.

Hartini (Susanti, 2014:4) mengatakan bahwa bermain konstruktif adalah bermain yang dilakukan oleh anak meliputi merancang, membentuk, atau mengkonstruksi dengan kemampuan, minat dan kesenangannya sendiri berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya sendiri.

(33)

Dockett dan Fleer Sujiono, (2009:144) berpendapat bahwa bermain merupakan kebutuhan bagi anak, karena melalui bermain anak akan memperoleh pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya. Bermain merupakan suatu aktivitas yang menyenangkan dan sangat berbeda dengan aktivitas lain seperti belajar dan bekerja yang selalu dilakukan dalam rangka mencapai suatu hasil akhir.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan arti bermain merupakan bentuk kegiatan yang memberikan kepuasan pada diri anak yang bersifat menyenangkan, non serius, dan dapat meningkatkan kemampuan pengetahuan anak dalam memecahkan masalah secara imajinatif serta lebih ditekankan pada caranya dari pada hasil yang diperoleh dari kegiatan tersebut. Bermain juga mempunyai makna penting bagi perkembangan anak.

Frank (Isjoni, 2009: 88) mengemukakan ada tujuh nilai bermain bagi anak yakni:

1) Bermain membantu pertumbuhan anak

2) Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela 3) Bermain memberi kebebasan anak untuk bertindak

4) Bermain memberikan dunia khayal yang dapat dikuasai. Bermain merupakan unsur berpetualang di dalamnya

5) Bermain meletakkan dasar pengembangan bahasa

6) Bermain mempunyai pengaruh yang unik dalam hubungan antar pribadi 7) Bermain memberi kesempatan untuk menguasai diri secara fisik

b. Jenis-Jenis Bermain Konstruktif

(34)

Bermain konstruktif dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain bermain plastisin, membuat konstruksi, meniru konstruksi, proyek dekorasi dan bermain geometri. (Ferlin, 2014: 67):

1) Bermain Plastisin

Bermain plastisin merupakan kegiatan menciptakan bentuk-bentuk tertentu dengan menggunakan plastisin. Kegiatan ini bertujuan untuk merangsang kemampuan anak dalam membuat konstruksi dengan bahan yang elastis. Kegiatan ini merupakan awal pengembangan seni patung, dan dapat dilakukan melaui proyek dan permainan.

2) Membuat Konstruksi

Kegiatan membuat konstruksi merupakan kegiatan bermain konstruksi secara bebas. Kegiatan ini bertujuan merangsang kemampuan untuk membuat konstruksi secara mandiri. Segala imajinasi dan kreativitas anak akan tercurah untuk membuat konstruksi.

3) Meniru konstruksi

Kegiatan meniru konstruksi bertujuan merangsang kemampuan anak membentuk suatu konstruksi berguna tertentu. Peniruan dimaksudkan sebagai model yang selanjutnya akan menstimulasi anak membuat sendiri desain konstruksi. Kegiatan dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, berikan contoh gambar konstruksi sederhana pada anak (permainan konstruksi biasanya disertai dengan contoh gambar konstruksi).

4) Proyek

(35)

Dekorasi Proyek dekorasi merupakan kegiatan bermain yang menghasilkan karya, yang perlu dirancang dan dilaksanakan secara bersama- sama. Kegiatan ini dikategorikan sebagai kegiatan konstruksi karena memerlukan kreasi rancang-cipta dalam berbagai tahapnya.

5) Bermain Geometri

Bermain geometri merupakan kegiatan eksploratif terhadap bangun geometri dan penyusunannya. Kegiatan ini bertujuan merangsang kepekaan anak terhadap unsur bangun pokok konstruksi. Dengan kegiatan ini anak-anak dituntut kreatif membuat konstruksi sederhana dengan bangun pokok, yakni bangun geometri.

c. Manfaat Bermain Konstruktif

Menurut Tedjasaputra (Susanti, 2014:5-6) manfaat yang diperoleh dengan bermain konstruktif antara lain anak menguasai berbagai konsep dasar, mengembangkan kemampuan anak untuk berdaya cipta (kreatif), melatih motorik halus, melatih konsentrasi, ketekunan, dan daya tahan. Bermain selain bermanfaat untuk perkembangan fisik, kognitif, sosial emosional dan moral, bermain juga mempunyai manfaat yang besar bagi perkembangan anak secara keseluruhan.

Montolalu, dkk (2011:22) menguraikan satu per satu manfaat bermain bagi anak dengan harapan dapat memunculkan gagasan-gagasan baru bagi guru untuk memanfaatkan kegiatan bermain dalam menyusun program pengembangan yang sesuai di TK:

1) Bermain memicu kreativitas bermain memicu anak untuk menemukan ide-ide sertameggunakandayahayal dan pikirnya.

(36)

2) Bermain bermanfaat mencerdaskan otak bermain membantu perkembangan kognitif anak.

3) Bermain bermanfaat menanggulangi konflik pada anak usia dini tingkah laku yang sering muncul adalah tingkah laku menolak, bersaing, agresif, bertengkar, meniru, kerjasama, egois, simpati, marah, ngambek, dan berkeinginan untuk diterima oleh lingkungan sosial mereka.

4) Bermain bermanfaat untuk melatih empati-empati merupakan suatu faktor yang berperan dalam perkembangan sosial anak karena dengan empati, anak akan pandai menempatkan dirinya dan perasaannya pada diri dan perasaan orang lain dan akan mengembangkan tenggang rasa.

5) Bermain bermanfaat mengasah panca indra ketajaman penglihatan dan pendengaran sangat penting dan sangat dibutuhkan anak usia TK sehingga perlu segera dikembangkan karena akan membantu anak lebih mudah belajar mengenal dan mengingat bentuk simbol-simbol tulisan yang akan membantu anak belajar membaca dan menulis di SD

6) Bermain sebagai media terapi (pengobatan) bermain sebagai alat diagnosis mengobati anak yang bermasalah, yang dikenal di kalangan para ahli dengan Terapi Bermain. Namun, tidak semua orang dapat melakukannya karena ini memerlukan keahlian khusus dari mereka yang mendapat pendidikan dan pelatihan khusus untuk itu.

Mulyadi (Vebianti, 2013:25) mengatakanada beberapa manfaat yang diperoleh dari permainan konstruktif, yaitu :

(37)

1) Manfaat fisik bermain konstruktif membantu anak mematangkan motorik kasarnya dan melatih keterampilan anggota tubuhnya.

2) Manfaat edukatif melalui permainan dengan alat-alat, anak dapat mempelajari hal-hal baru yang berhubungan dengan bentuk, warna, ukuran, dan tekstur suatu benda.

3) Manfaat kreatif bermain konsruktif memberikan kesempatan pada anak untuk dapat bereksperimen dengan gagasan-gagasan atau penemuan barunya, baik dengan menggunakan alat bermain ataupun tidak.

d. Langkah-Langkah Bermain Konstruktif Balok

Sebelum Bermain konstruktif Balok ada langkah-langkah yang harus dilakukan oleh anak menurut (Yuningsih, 2005:29) yaitu sebagai berikut:

1) Berikan setiap anak waktu yang cukup (minimal 60 menit untuk membangun dan waktu main), lantai yang luas, dan bahan-bahan untuk melengkapi pembangunan mereka.

2) Bebaskan anak untukbermain Bersama temanya.

3) Mencontohkan komunikasi yang tepat melalui percakapan individual mengenai bangunan anak

4) Meningkatkan kesempatan sosialisasi melalui dukungan terhadap hubungan teman sebaya.

5) Mengamati dan mendokumentasikan perkembangan dan kemajuan pembangunan anak

e. Permainan Konstruktif Balok

(38)

Bermain konstruktif Balok adalah kegiatan yang menggunakan berbagai benda yang ada untuk menciptakan suatu hasil karya tertentu seperti menggambar menciptakan sesuatu dari lilin mainan, menggunting dan menempel kertas atau kain, menyusun atau plastik menjadi bentuk tertentu. Menurut Johnson (2018: 76)

“anak usia 4 tahun yang berada di TK atau pun TPA menghabiskan lebih dari separu waktunya untuk melakukan kegiatan bermain konstruktif.”

Kegiatan bermain konstruktif balok merangsang kreativitas serta imajinatif anak, anak harus membayangkan bentuk yang akan dibuat, cita rasa seni dibutuhkan sehingga hasilnya enak dilihat keterampilan motorik halus juga akan terasa melalui aktivitas dari kegiatan bermain ini, ketekunan serta konsentrasi diperlukan melalui bermain konstruktif dan saat erat dengan berbagai manfaat. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bermain konstruktif menurut Johnson (2018:88) sebagai berikut:

1) Anak perlu diberikan kesempatan untuk mau melakukannya. Mengingat setiap anak adalah unik maka sangat besar kemungkinannya pada anak yang tidak menyukai bermain konstruktif, maka tugas orang dewasa adalah dengan sabar membujuk dan mengiringi anak agar mau melakukannya.

2) Mengingat perkembangan kognitif anak berada pada tahap pra operasional dengan ciri egosentris maka sangat dimungkinkan hasil karya anak bila ditinjau dari bentuknya akan sangat kurang atau tidak sesuai dengan tema yang ia sebutkan.

3) Ada anak yang unggul dalam kegiatan bermain yang satu tapi kurang unggul dalam kegiatan barmain lainnya. Permainan konstruktif tak dapat dilakukan

(39)

oleh seluruh anak. Permainan yang biasa dilakukan seorang anak dalam setiap hari berdasar tingkatan umur.

Pada anak Usia Dini kemampuan bermain Konstruktif balok terdeteksi melalui indikator menurut Johnson, (2018: 37) sebagai berikut:

1) Anak mampu mengenal berbagai bentuk bermain konstruktif 2) Anak memiliki daya imajinasi yang kuat

3) Anak dapat menggunakan fisik motoriknya dengan baik

4) Anak memiliki daya ingat yang kuat sehingga dapat membuat bangunan sesuai dengan pengalaman nyata.

5) Anak mampu berinteraksi dengan teman dan juga guru B. Penelitian Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian tersebut terdiri dari beberapa judul yaitu:

1. Ni Komang Ari Citra Dewi, Skripsi tahun 2016 Dengan judul Penerapan permainan konstruktif pada Kubus untuk meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri anak taman kanak-kanak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri melalui penerapan permainan konstruktif pada Kubus pada anak Kelompok B3 TK WidyaSanthi Denpasar Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 sebesar 20,67%. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan rata- rata persentase Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri anak pada siklus I sebesar 67,75% dengan kriteria sedang menjadi sebesar 88,42% pada siklus II yang berada pada kriteria tinggi. Dengan demikian penerapan permainan

(40)

konstruktif pada Kubus dapat meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri anak kelompok B3 TK WidyaSanthi Denpasar Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016.30.

Persamaan penelitian ini Komang Ari Citra Dewi dengan penelitian ini adalah sama-sama bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengenal bentuk geometri. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian DwiNovian iadalah penelitian ini lebih menitik beratkan pada permainan konstruktif balok sedangkan dalam penelitian ini Komang Ari Citra Dewi menitik beratkan pada metode melalui permainan konstruktif pada Kubus 2. Parlina, lia. 2017. Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri

dalam Mengenal Warna melalui Bermain Penjepit Baju Pada Anak Kelompok A Paud Al-Hasanah Jambi: Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Pendikan Anak Usia Dini, FKIP Universitas Jambi. Subjek dalam penelitian ini adalah anak usia 4-5 tahun yang berjumlah 13 anak di Paud Al-hasanah Jambi, Tahun pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas.

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri dalam Mengenal Warna melalui Bermain Penjepit Baju. Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif antar peneliti dengan guru kelas. Sesuai dengan Hipotesis tindakan pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode bermain penjepit baju pada anakkelompok A Paud Al- Hasanah Jambi kemampuan kognitif anak dalam mengenal warna dapat meningkat. Hasil penelitian menunjukan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri anak dalam mengenal warna melalui bermain penjepit baju, yakni

(41)

sebelum tindakan 26,02 % Siklus I 45,76 %dan siklus II mencapai 90,44%.

Sesuai dengan indikator keberhasilan 80 % maka penelitian tindakan kelas ini di anggap berhasil mengembangkan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri anak dalam mengenal warna.

Persamaan penelitian Parlina, Iia dengan penelitian ini adalah sama-sama bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengenal bentuk geometri. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian DwiNovian iadalah penelitian ini lebih menitik beratkan pada permainan konstruktif balok sedangkan dalam penelitian Parlina, Iin menitik beratkan pada metode melalui Bermain Penjepit Baju

Berdasarkan penelitian yang relevan di atas, terlihat jelas dengan menggunakan metode permainan konstruktif balok dapat meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri anak. Maka dari itu peneliti menggunakan metode permainan konstruktif untuk meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri anak usia dini.

C. Kerangka Pikir

Kemampuan dasar matematika pada anak TK berada pada fase praoperasional yang diwarnai oleh 12 perkembangan kemampuan berpikir secara simbolis. Kemampuan dasar geometri dikembangkan melalui pengenalan anak terhadap kemampuan spasialnya, yaitu kemampuan yang berkaitan dengan bentuk benda dan tempat di mana benda tersebut berada, dan kemampuan berpikirnya adalah berpikir secara simbolis. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan anak untuk dapat membayangkan benda-benda yang ada di sekitarnya. Pembelajaran melalui kegiatan bermain untuk mengenal bentuk geometri dapat membantu anak untuk

(42)

memahami, menggambarkan, dan mendeskripsikan benda-benda yang ada di sekitarnya.

Selain itu dipengaruhi oleh kemampuan berpikir intuitif yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu, seperti menggambar atau menyusun sesuatu. Keterkaitan faktor yang mempengaruhi kemampuan mengenal bentuk geometri tidak lepas dari faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif pada anak. Kemampuan berpikir secara simbolis dan kemampuan spasial dipengaruhi oleh faktor hereditas/keturunan, faktor lingkungan (psikososial), faktor asupan gizi, dan faktor pembentukan.

Anak Usia Dini mengenal bentuk geometri mulai dari kemampuan anak mengenal, menunjuk, menyebutkan serta mengumpulkan benda-benda di sekitar berdasarkan bentuk geometri dan membangun konsep geometri pada anak dimulai dari mengidentifikasi bentuk-bentuk, menyelidiki bangunan dan memisahkan gambar - gambar biasa seperti, segi empat, lingkaran, dan segitiga. Belajar konsep letak, seperti di bawah, di atas, kiri, kanan, meletakkan dasar awal memahami geometri.

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kemampuan mengenal bentuk geometri pada anak Taman Kanak- kanak adalah cara berpikir simbolis, intuitif serta kemampuan spasialnya untuk dapat mengetahui, memahami, dan menerapkan konsep bentuk geometri dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan mengenal bentuk geometri di TK adalah melalui penggunaan alat permainan

(43)

konstruktif balok. Alat permainan konstruktif balok merupakan alat permainan rancang bangun yang dapat dibongkar pasang sesuai keinginan anak. Alat ini banyak jenis dan ragamnya dan kebanyakan merupakan buatan pabrik. Oleh karenanya, diperlukan suatu alat permainan konstruktif balok yang dapat dibuat sendiri oleh guru namun cukup optimal untuk meningkatkan kemampuan mengenal bentuk geometri anak-anak TK. Selain diperlukan alat permainannya, maka perlu pula dibuat panduannya agar dapat membantu guru membuat dan menggunakan alat permainan tersebut. Berikut skema alur kerangka pemikiran 2.1 dalam penelitian ini adalah:

(44)

Kondisi Awal:

Kemampuan mengenal bentuk geometri Anak masih rendah

Penerapan metode bermain konstruktif dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak usia

dini Aspek Guru

1. Kurang mengaktifkan anak didik

2. Media yang di gunakan guru cenderung kurang menarik

Aspek Anak Didik Kurangnya

kemampuan dalam mengenal bentuk geometri

Langkah-Langkah bermain konstruktif balok menurut Yuningsih, 2005:29) yaitu sebagai berikut :

1. Berikan setiap anak waktu

2. Bebaskan anak untuk bermain bersama temanya.

3. Mencontohkan komunikasi yang tepat melalui percakapan individual mengenai bangunan anak

4. Meningkatkan sosialisasi melalui dukungan terhadap hubungan teman sebaya.

5. Mendokumentasikan perkembangan dan kemajuan pembangunan anak.

Indikator permendikbud 146 tahun 2014

1. Melakukan kegiatan yang menunjukkan anak mampu mengenal benda dengan mengelompokkan berbagai benda berdasarkan ukuran besar-kecil Panjang -pendek, tebal tipis, beratringan

2. Melakukan kegiatan yang menunjukkan anak mampu mengenal benda dengan memasangkan benda dengan pasangannya

3. Melakukan kegiatan yang menunjukkan anak mampu mengenal benda dengan mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari yang terpendek sampai yang terkecil-besar

4. Melakukan kegiatan yang menunjukan anak mampu mengenal benda berdasarkan bentuk ukuran dan warna melalui kegiatan mengelompokkan

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

(45)

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesisi tindakan dalam penelitian ini adalah jika, permainan media konstruktif balok diterapkan, maka kemampuan mengenal bentuk geometri anak di TK Aisyiyah Layang Selatan Kota Makassar akan meningkat.

(46)

32 A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas yang dimaksudkan untuk memberi informasi bagaimana tindakan yang tepat untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak melalui permainan konstruktif.

Penelitian Tindakan Kelas bertujuan bukan hanya mengungkapkan penyebab dari berbagai permasalahan yang dihadapi, tetapi yang lebih penting lagi adalah memberikan solusi yang berupa tindakan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran tersebut (Sarwiji Suwandi, 2010:27). Pada penelitian ini dilakukan secara kolaborasi antara guru kelas, kepala sekolah dan peneliti. Penelitian tindakan kelas ini bersifat praktis, situasional dan kondisional berdasarkan permasalahan yang muncul dalam pembelajaran disekolah. Penelitian ini mampu menawarkan pendekatan dan prosedur yang efektif.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) setiap siklus terdiri atas empat tahapan, yaitu: (1) perencaaan; (2) tindakan; (3) observasi; dan (4) refleksi.Siklus pertama dilakukan sebagai acuan refleksi terhadap pelaksanaan siklus selanjutnya Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus, siklus I terdiri dari dua kali pertemuan dan siklus II terdiri dari satu kali pertemuan. Setiap siklus meliputi tahapan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

Sebelum dilaksanakan siklus I, diadakan tindakan pendahuluan/pra- siklus untuk mengetahui kemampuan mengenal bentuk geometri melalui permainan konstruktif anak kelompok A di TK Aisyiyah layang selatan. Siklus I

(47)

dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebelumnya dan dilakukan sebagai acuan refleksi terhadap pelaksanaan siklus II, sedangkan siklus II merupakan siklus perbaikan jika dalam siklus I terdapat tujuan penelitian yang masih belum tercapai. Tindakan pada siklus II tetap dilaksanakan meskipun pada siklus I kemampuan mengenal bentuk geometri anak kelompok A di TK Aisyiyah laying selatan.

Rancangan penelitian ini menggunakan model skema spiral darispiral Kemmis dan Mc Taggart yang terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Berikut adalah alur Penelitian Tindakan Kelas menurut Model spiral Kemmis dan Mc Taggrat di gambarkan bagan sebagai berikut:

SIKLUS: I

SIKLUS: II

Perencanaa n Refleksi

Pengamatan

Perubahan

Perencanaan Tindakan

Tindakan Refleksi

Pengamatan

(48)

B. Lokasi Dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini yaitu di TK Aisyiyah laying selatan kota makasar. Beberapa pertimbangan melakukan penelitian di TK Aisyiyah layang selatan yaitu:

a. Mengetahui situasi dan kondisi lokasi penelitian, sehingga memudahkan untuk melakukan penelitian di lokasi tersebut

b. Adanya permasalahan yang sesuai judul penelitian 2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak didik pada kelompok A di TK Aisyiyah laying selatan yang berjumlah 12 anak, yaitu terdiri dari laki- laki 5 dan perempuan 7.

C. Faktor Yang Diselediki 1. Faktor proses

Berdasarkan faktor proses dalam penelitian ini, yang akan diteliti adalah bagaimana tingkat keaktifan anak didik selama melakukan proses belajar mengajar berlangsung

2. Faktor hasil

Berdasaarkan factor hasil dalam penelitian ini adalah, yang akan diteliti adalah aspek kognitif anak didik di TK Aisyiyah Layang Selatan Kota Makassar

D. Prosedur Penelitian

(49)

Penelitian untuk meningkatkan kemampuan mengenal bentuk geometri melalui permainan konstruktif balok di TK Aisyiyah laying selatan kota makasar dengan menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart. Adapun setiap langkah penelitian model Kemmis dan Mc Taggart dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Observasi Awal

Sebelum melakukan penelitian peneliti meminta izin terlebih dahulu kepadakepala TK Aisyiyah laying selatan kota makasar, lalu dilanjutkan observasi atau pengamatan untuk melihat permasalahan yang ada di sekolah tersebut. Penelitian ini berdasarkan observasi yang peneliti lakukan. Pada tahap ini peneliti mengunjungi setiap kelas untuk melihat pembelajaran di TK tersebut.

Peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian pada kelompok A karena pada kelompok A guru jarang melakukan permainan konstruktif balok.

Peneliti langsung melakukan pengumpulan data dan berkenalan untuk lebih dekat dengan anak-anak kelompok A di TK Aisyiyah Layang Selatan Kota Makassar.

2. Pelaksanaan Siklus

a. Perencanaan Tindakan

Perencanaan ini dibuat agar dalam penelitian ini tersusun rapi dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Perencanaan tindakan ini dibuat untuk dua siklus. Siklus kedua dibuat apabila pada siklus pertama belum

(50)

menunjukkan hasil dalam proses peningkatkan kemampuan mengenal bentuk geometrimelalui permainan konstruktifbalok pada anak-anak kelompok A di TKAisyiyah Layang Selatan Kota Makassar.

Dalam meningkatkan kemampuan mengenal bentuk geometri melalui permainan konstruktif balok pada anak-anak kelompok A di TK Aisyiyah Layang Selatan Kota Makassar, peneliti telah membuat dan menyusun perencanaan pembelajaran yaitu dengan membuat rencana pelaksanaan pembelajaraan harian (RPPH). Adapun perencanaan yang akan dilaksanakan pada penelitian ini yaitu:

1) Menyusun jadwal dengan guru kelompok A sebelum melakukan tindakan.

2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) yaitu berisi kegiatan pelaksanaan bermain konstruktif balok yang sesuai dengan tema dan sub tema dari sekolah.

3) Menyiapkan media yang akan digunakan dalam bermain permainan konstruktif balok.

4) Menyiapkan pedoman observasi.

5) Menyusun instrumen penelitian.

6) Melakukan simulasi pembelajaran bermain konstruktif balok.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan dilakukan untuk meningkatkan mengenal bentuk geometri anak. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran merupakan penerapaan perencanaan penelitian. Pelaksanaan tindakan penelitian ini sebagai berikut.

1) Kegiatan pendahuluan

(51)

a) Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam b) Guru dan anak berdoa sebelum kegiatan pembelajaran c) Guru mengabsenanak

d) Guru memotivasi dan menyanyi bersama anak

e) Guru memberikan apersepsi yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan kepada anak.

2) Kegiatan Inti

a) Guru menjelaskan dan tanya jawab dengan anak tentang tema/subtema pada hari ini

b) Guru tanya jawab kepada anak tentang bentuk-bentuk permainan konstruktif balok secara nyata/yang ada di lingkungan kelas

c) Guru mengajak anak untuk menghitung jumlah konstruktif balok yang mempunyai bentuk sama

d) Anak diperintah untuk mengucapkan kembali nama-nama bentuk permainan konstruktif balok

e) Guru menjelaskan cara menggunakan permainan konstruktif balok f) Anak mendengarkan penjelasan guru;

g) Guru mengajak anak bermain konstruktif balok

h) Anak menyelesaikan tugas yang telah diberikan oleh guru.

3) Kegiatan Penutup

a) Guru melakukan evaluasi tentang materi pada hari ini

b) Guru menutup pembelajaran dengan memotivasi, menyanyi, berdoa, dan mengucap salam kepada anak.

(52)

c. Pengamatan

Pengamatan yaitu pelaksanaan pengamatan oleh pengamat.

Pengamatan ini dilakukan secara bersamaan saat pelaksanaan berlansung.

Guru juga dapat mendapatkan peluang untuk menjadi pengamat. Dalam pengamatan ini guru mencatat dan menilai pada lembar penilaian untuk memperoleh data yang dibutuhkan.

Tujuannya adalah mengamati dan memonitor peningkatan kemampuan mengenal bentuk geometri anak melalui permainan konstruktif balok. Pengamatan ini dilakukan mulai dari anak bermain sampai selesai.

d. Refleksi

Refleksi yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi. Istilah ini biasanya dikenakan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti dan subjek peneliti (dalam hal ini anak yang diajar), untuk bersama-sama mendiskusikan implementasi rancangan tindakan.

Inilah inti dari penelitian tindakan, yaitu ketika guru pelaku tindakan mengatakan kepada pengamat tentang hal-hal yang dirasakan sudah berjalan dengan baik dan bagian mana yang belum. Pada tahap refleksi ini merupakan tahap akhir dalam Penelitian Tindakan Kelas. Setelah mengkaji, menganalisis, dan mengevaluasi pada Siklus I peneliti dan guru berkerja sama lagi untuk menindak lanjutinya dengan melakukan penelitian di Siklus II. Pada Siklus ke II nanti akan diketahui juga mengenai hasil apakah sudah maksimal atau belum.

(53)

E. Instrument Penelitian

Instrumen pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas adalah

1. Lembar Observasi

Observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gajala-gejalaalam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Lembar observasi yang digunakan berupa pengamatan, dengan member ceklis, instrumen observasi berupa rating skala dengan jujur berdasarkan pengamatan dengan pedoman skala perkembangan anak yaitu: belum berkembang (BB), mulai berkembang (MB), berkembang sesuai harapan (BSH), berkembang sangat baik (BSB). Berikut akan disajikan tabel kisi-kisi instrumen peningkatan kemampuan mengenal bentuk geometri anak usia dini kelompok A di TK Aisyiyah layang Selatan kota Makassar.

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri

No Indikator BB MB BSH BSB

1 Melakukan kegiatan yang menunjukan anak mampu mengenal benda dengan mengelompokkan berbagai benda berdadsarkan ukura besar-kecil Panjang- pendek,tebal tipi, berat ringan

2 Melakukan kegiatan yang menunjukan anak mampu mengenal benda dengan memasangkan benda dengan pasangannya.

3 Melakukan kegiatan yang menunjukan

(54)

anak mampu mengenal benda dengan mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari yang terpendek sampai yang terpanja, terkecil-terbesar

4 Melakukan kegiatan yang menunjukan anak mampu mengenalkan benda berdasarkan bentuk, ukuran dan warna, melalui kegiatan mengelopokkan

Keterangan:

Skor 1: Belum Berkembang (BB) Skor 2: Mulai Berkembang (MB)

Skor 3: Berkembang Sesuai Harapan (BSH) Skor 4: Berkembang Sangat Baik (BSB)

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Pengamatan Aktivitas Guru Dalam Menggunakan Permainan Konstruktif

No Butir Keterangan

1 Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam

2 Guru memotivasi dan menyanyi bersama anak 3 Guru menentukan metode pembelajaran 4 Guru menyiapkan media pembelajaran

5 Guru menjelaskan tema dan kegiatan yangakan dilakukan

6 Guru mengenalkan bentuk geometri dengan menggunakan permainan konstruktif balok

7 Guru meminta anak menyebutkan bentuk-bentuk

(55)

geometri

8 Guru meminta anak menyebutkan benda-benda yang berbentuk geometri

9 Guru meminta anak mengelompokkan bentuk-bentuk geometri yang sama atau sejenis

10 Guru meminta anak untuk mencoba sendiri menggunakan permainan konstruktif balok

11 Guru mengulas kembali kegiatan yang telah dilakukan

12 Guru melakukan Tanya jawab tentang kegiatan yang telah dilakukan

13 Guru melakukan evaluasi

14 Guru menutup pembelajaran dengan memotivasi, menyanyi, berdoa, dan mengucap salam kepada anak.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang dapat membantu peneliti dalam mengumpulkan data penelitian, peneliti membutuhkan dokumentasi meliputi:

a. Foto kegiatan pembelajaran.

b. Data anak, guru dan profil sekolah.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan tahap yang sangat menentukan dalam proses penelitian, sebab kualitas data yang dikumpulkan dalam suatu kegiatan proses penelitian, sebab kualitas data yang dikumpulkan dalam suatu kegiatan penelitian sangat menentukan kualitas hasil penelitian yang

(56)

dilakukan (Masyhud, 2014:213). Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh bahan-bahan atau data yang relevan dan akurat serta dapat digunakan secara tepat sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Metode Observasi

Observasi merupakan cara untuk memperoleh informasi, data, dan untuk merekam peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan berlangsung (Sumadayo, 2013:82). Observasi yang digunakan pada Penelitian Tindakan Kelas ini adalah observasi aktivitas belajar anak dan kegiatan pembelajaran guru. Penelitian ini menggunakan metode observasi karena melalui pengamatan langsung dapat diperoleh data aktivitas belajar anak kelompok A di TK Aisyiyah Layang Selatan Kota Makassar kegiatan pembelajaran guru. Observasi ini bertujuan untuk memperoleh data aktivitas belajar anak dan kegiatan pembelajaran guru yang dijadikan sebagai bahan evaluasi keberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran.

2. Metode Dokumentasi

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian adalah metode dokumentasi. Metode Dokumentasi merupakan instrumen pengumpul data untuk membantu menjaring data yang bersumber dari dokumentasi (Masyhud, 2014:227). Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi karena membutuhkan data baik secara tertulis atau berupa foto. Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh dokumen yang dibutuhkan, yaitu meliputi daftar nama anak kelompok A

(57)

di TK Aisyiyah Layang Selatan, daftar hasil belajar pra siklus, hasil wawancara dan hasil tes kemampuan mengenal bentuk geometri anak . G. Tehnik Analisis Data

Setelah semua kegiatan selesai dilaksanakan, maka langkah selanjutnya dalam penelitian ini adalah melakukan analisis terhadap semua data yang diperoleh selama penelitian. Tujuan analisis data ini adalah untuk menjawab permasalahan penelitian yang telah dirumuskan. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif.

Untuk mendeskripsikan data penelitian, maka dilakukan analisis sebagai berikut:

1. Analisis Data Aktivitas Guru

Data observasi aktivitas guru dan peserta didik dilakukan oleh pengamat selama pelaksanaan tindakan, dengan berpedoman pada lembar observasi yang disediakan peneliti, Suharsimi Arikunto, 2006: 88.

Analisis data hasil observasi aktivitas guru dan peserta didik dengan penggunaan permainan konstruktif balok dengan menganalisis persentase berikut ini:

P Keterangan:

P = Persentase yang dicari

f= Jumlah nilai yang diperoleh N= Jumlah aktivitas seluruhnya

(58)

Skor rata-rata aktivitas guru adalah sebagai berikut:

Aktivitas guru selama pembelajaran dikatakan mencapai taraf keberhasilan jika berada pada kategori baik atau baik sekali. Apabila dari hasil analisis data yang dilakukan masih terdapat aspek-aspek pengamatan yang masih berada dalam katagori sangat kurang, kurang atau cukup maka akan dijadikan bahan pertimbangan untuk merevisi perangkat pembelajaran selanjutnya.

2. Analisis Data Aktivitas Anak

Selanjutnya untuk menguji hipotesis tindakan yang peneliti ajukan, dilakukan dengan menganalisis kemampuan mengenal bentuk geometri anak melalui permainan kostruktif balok siklus pertama dengan kemampuan mengenal bentuk geometri anak melalui permainan kostruktif balok pada siklus kedua dengan melihat perbedaan rata-rata kemampuan mengenal bentuk geometri anak melalui permainan kostruktif yang diperoleh anak. Berikut Tabel 3.4 Kriteria Persentase anak (Arikunto 2010:192) sebagai berkut :

Tabel 3.3Kriteria Persentase anak

No Kriteria Persentase

1 BB ( Belum berkembang) (0%) :25

2 MB (Mulai berkembaang) (0%) :26-50

3 BSH ( Berkembang sesuai harapan) (0%) :51-75 4 BSB ( Berkembang sangat baik) (0%) :76-100

Referensi

Dokumen terkait

Esimerkiksi runossa ♠ 6: ”Yhtäkkiä havahdun jälleen siihen, että juuri tämä tässä on minun elämääni, sitä joka on ainutlaatuista ja joka ei kestä.” (J, 61)

Berdasarkan Tabel 3, pemasaran udang ke konsumen ecer untuk pemasaran pasokan Windu dan Vannamei pada periode April 2017 di UD Ali Ridho Group memiliki nilai efisiensi

dengan syarat pendaftaran membawa surat kuasa/tugas (bagi yang bukan direktur).. Keterangan lebih lanjut dapat diperoleh pada Kantor ULP

Pada saat kita mengizinkan Allah bertahta dalam hati dan batin kita dengan Firman-Nya, Ia akan membimbing kita melalui seluruh lembah pergumulan kehidupan disertai Roh

koefisien untuk Size sebesar 0,000005746 dengan tingkat signifikansi 0,000 yang menunjukkan berada di bawah 0,05 hal ini berarti variabel Size berpengaruh positif

Kepuasan batin itu disebut al-tajallī ; yaitu suatu kondisi spiritual yang dirasakan oleh peserta tasawuf yang seolah-olah dapat melihat Tuhan-nya secara

Pada data pembeli, berdasarkan histogram yang telah disajikan disimpulkan bahwa paling banyak alasan pembeli membeli pempek di kawasan pasar 26 ilir adalah karena harga yang

Usaha wisata selam adalah penyediaan sarana selam baik untuk rekreasi maupun olahraga secara komersial; 25 wisata perahu layar adalah kegiatan wisata yang