• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produksi Darah Dan Karakteristik Pendonor Darah Berdasarkan Golongan Darah ABO Dan Rhesus Di UTD PMI Kota Yogyakarta Tahun 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Produksi Darah Dan Karakteristik Pendonor Darah Berdasarkan Golongan Darah ABO Dan Rhesus Di UTD PMI Kota Yogyakarta Tahun 2019"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

64

Produksi Darah Dan Karakteristik Pendonor Darah Berdasarkan Golongan Darah ABO Dan Rhesus Di UTD PMI Kota Yogyakarta

Tahun 2019

Arum Sari Dwi Putri1, Francisca Romana Sri Supadmi2, Nurpuji Mumpuni3 Fakultas Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta, Indonesia

Email: francisca.ro74@gmail.com; arumsariputri27@gmail.com ABSTRACT

Blood type is a unique characteristic of blood in individuals because of the different kinds of carbohydrates and proteins on the surface of red blood cell membranes which classified into blood type A, B, O, and AB. In addition to proteins A and B, there is a factor of rhesus blood type that is positive and negative.

Suitability of blood types are very crucial when used for blood transfusion purposes. Proper grouping of blood groups can minimize the risk of transfusion reactions to recipients. This research identifies the blood production and characteristics of blood donor based on the ABO blood group and Rhesus, gender, age, and donor type in the Blood Transfusion Service of Yogyakarta’s Indonesian Red Cross in 2019. The design of research is descriptive retrospective. The result of this study is the majority of blood groups production is O Rh+ 17.165 (37,23%) and O Rh- 47 (0,10%), while the fewest is AB Rh+ 3.567 (7,73%) and AB Rh- 1 (0,00%). The result of this study is the majority of blood groups production is O Rh+ 17.165 (37,23%) and O Rh- 47 (0,10%), while the fewest is AB Rh+ 3.567 (7,73%) and AB Rh- 1 (0,00%).

The majority of the blood donor’s gender is male 35.721 (77,47%), for female 10.388 (22,53%). The majority of the blood donor’s age is 18-24 years old 13.335 (28,92 %);

the fewest is 17 years old 317 (0,69%). The majority of the type of donor is routine voluntary blood donors 33.602 (72,88%) and new voluntary blood donors 12.507 (27,12%) from 46.109 blood donors.

Keywords: Blood Production, Characteristic of Blood Donors, Blood Groups, ABO and Rhesus

PENDAHULUAN

Golongan darah merupakan ciri khusus darah suatu individu yang disebabkan adanya perbedaan jenis karbohidrat serta protein pada permukaan membran sel darah merah. Sistem golongan darah ABO ditentukan oleh ada atau tidak adanya antigen (Ag) A dan antigen B yang terekspresikan pada sel darah merah serta ada tidaknya antibodi (Ab) A dan B dalam serum atau plasma (Andriyani et al., 2015).

Sistem golongan darah ABO terdiri atas 4 macam, yaitu golongan darah A, B, AB dan O. Individu dengan golongan darah A memiliki antigen (Ag) A dan antibodi (Ab) B, golongan darah B memiliki Ag B dan Ab A, golongan darah AB memiliki Ag A dan B namun tidak memiliki Ab A dan B, dan golongan darah O tidak memiliki Ag namun memiliki Ab A dan B (Oktari & Silvia, 2016).

Dalam sistem penggolongan darah, terdapat pula sistem penggolongan darah rhesus (faktor Rh), yaitu penggolongan darah yang hasilnya positif atau negatif setelah mengetahui penggolongan darah A, B, AB, O (Maharani & Noviar, 2018). Seseorang yang memiliki rhesus positif maka dia memiliki antigen rhesus (faktor Rh) dalam sel darah merahnya, dan seorang yang memiliki rhesus negatif tidak ditemukan adanya antigen rhesus (faktor Rh) dalam sel darah merahnya (Lemone et al., 2015).

Berdasarkan data Kemenkes RI tahun 2018, di Indonesia jumlah pemilik rhesus negatif kurang dari 1%

penduduk ini dari atau sekitar 1,2 juta orang. Pasangan dengan golongan rhesus berbeda akan menyebabkan terbentuk antibodi yang berbeda, hal ini akan mengancam nyawa janin yang dikandung oleh ibu karena ketidak cocokan golongan darah rhesus ibu dan janin (Sulastri et al., 2018). Data dari Rumah Sakit Umum Vancouver Columbia menyatakan bahwa golongan darah ibu yang paling banyak mengalami abortus spontan yaitu golongan darah O, 52.0%, kemudian golongan darah A, 37.1%, B, 9.2%, AB, 1.7%, yang disebabkan karena ketidak cocokan rhesus ibu dengan rhesus janin (Sulastri et al., 2018).

Darah adalah komponen yang paling penting dalam tubuh. Kekurangan darah dalam tubuh dapat memicu sejumlah penyakit seperti anemia, hipotensi, dan serangan jantung. Beberapa kasus kekurangan darah tersebut dan beberapa kasus lain, seperti kecelakaan, luka bakar, dan proses persalinan memerlukan transfusi darah dari pendonor darah dengan golongan darah yang tepat.

Transfusi darah dari pendonor ke resipien harus diselesikan jenis golongan darahnya (Bayususetyo, dkk 2017).

Transfusi darah dari golongan darah yang tidak sesuai dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian (Swastini et al., 2016).

Pada keadaan tertentu seperti kehamilan, dapat terbentuk sensibilitas (rangsangan antibodi terhadap antigen perangsang) yang mengakibatkan erytroblastosis fetalis (pada janin) dan Haemolytic Disease of The Newborn atau HDN (pada bayi baru lahir). HDN paling sering terjadi pada sistem golongan darah ABO dan rhesus, yang dapat mengakibatkan kematian pada janin atau bayi dan ibu yang mengandung. HDN dapat dicegah serta diminimalisir dengan mengetahui secara dini golongan darah ABO dan rhesus ibu hamil (Arosa, 2016) Selain itu pengelompokan golongan darah sesuai dengan tipe golongan darah ABO dan rhesus dapat mencegah serta meminimalisir terjadinya

(2)

65 risiko reaksi transfusi pada resipien penerima transfusi

darah (Swastini et al., 2016). Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin mengetahui produksi darah serta karakteristik pendonor darah berdasarkan golongan darah ABO dan rhesus, sehingga dilakukan penelitian untuk mendapatkan data produksi darah dan karakteristik pendonor darah berdasarkan golongan darah ABO dan rhesus di UTD PMI Kota Yogyakarta pada tahun 2019.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian dengan desain deskriptif, pendekatan waktu retrospektif dengan menggunakan sumber data sekunder. Variabel dalam penelitian ini adalah produksi darah dan karakteristik pendonor darah berdasarkan golongan darah ABO dan rhesus di UTD PMI Kota Yogyakarta Tahun 2019.

Penelitian ini dilakukan di UTD PMI Kota Yogyakarta dengan menggunakan alat penelitian berupa buku laporan produksi golongan darah yang didapat dari UTD PMI Kota Yogyakarta pada Tahun 2019. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah peneliti mengumpulkan data dengan cara menghitung dan mengolah jumlah data produksi darah dan karakteristik pendonor darah berdasarkan golongan darah ABO dan rhesus yang di dapat di PMI Kota Yogyakarta pada Tahun 2019 dengan menggunakan aplikasi SPSS.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produksi Darah Berdasarkan Golongan Darah ABO dan Rhesus

Pengukuran untuk kategori golongan darah dibagi menjadi golongan darah A, golongan darah B, golongan darah O, dan golongan darah AB, sedangkan untuk golongan darah rhesus ada positif dan negatif. Selama tahun 2019 didapatkan sebanyak 46.109 darah pendonor.

Produksi darah di UTD PMI Kota Yogyakarta pada tahun 2019 tercatat sejumlah 46.109 darah pendonor.

Golongan darah O merupakan golongan darah yang memiliki tingkat produksi yang tinggi dibandingkan dengan golongan darah lainnya. Pada tahun 2019 tercatat bahwa golongan darah O rhesus positif sebanyak 17.165 darah donor (37,23%), golongan darah O rhesus negatif sebanyak 47 darah donor (0,10%), kemudian golongan darah B rhesus positif 13.884 darah donor (30,11%), golongan darah B

rhesus negatif 23 darah donor (0,05%), selanjutnya golongan darah golongan darah A rhesus positif 11.396 darah donor (24,72%), golongan darah A rhesus negatif 27 darah donor (0,06%), dan urutan paling sedikit golongan darah AB rhesus positif sebanyak 3.567 darah donor (7,73%), dan golongan darah AB rhesus negatif sejumlah 1 darah donor (0,00%).

Berdasarkan data Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer RI tahun 2018 menyatakan bahwa produksi darah terbanyak adalah darah dengan golongan darah O sebanyak 39%, kemudian golongan darah B yaitu 28%, golongan darah A sebanyak 24% dan urutan paling sedikit yaitu golongan darah AB sebanyak 8%. Jumlah produksi darah dengan rhesus positif sebanyak 99,9% sedangkan jumlah produksi darah dengan rhesus negatif yaitu 0,1%. Menurut Kemenkes tahun 2018, rhesus positif adalah jenis golongan darah yang paling umum dan diwariskan oleh kedua orangtua berdasarkan ras.

Di Asia, hanya 1% hingga 2% yang memiliki rhesus negatif. Artinya, orang Indonesia mayoritas memiliki rhesus positif. Sedangkan persentase rhesus negatif paling banyak ditemukan pada ras Kaukasia, sebanyak 15% (Kemenkes RI, 2018).

Rhesus positif berarti darah memiliki antigen rhesus yang ditunjukkan dengan reaksi positif atau terjadi penggumpalan eritrosit pada waktu dilakukan test dengan antisera D. Rhesus negatif berarti darah tidak memiliki antigen rhesus yang ditunjukkan dengan reaksi negatif atau tidak terjadi penggumpalan eritrosit. Di Indonesia jumlah populasi rhesus posotif sekitar 85% dan rhesus negatif 15%

(Maharani & Noviar). Sedangkan di UTD PMI Kota Yogyakarta tahun 2019, jumlah pendonor darah dengan rhesus positif sebanyak 99,79% sedangkan pendonor darah dengan rhesus negatif sebanyak 0,21%.

Karakteristik Pendonor Darah Berdasarkan Jenis Kelamin

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pendonor di UTD PMI Kota Yogyakarta pada tahun 2019 berjenis kelamin laki-laki, yaitu berjumlah 35.721 darah donor (77,47%) sedangkan jumlah pendonor perempuan lebih sedikit, yaitu sebanyak 10.388 darah donor

(3)

66 (22,53%). Hasil ini serupa dengan data dari Direktorat

Pelayanan Kesehatan Primer tahun 2018 menyatakan bahwa pendonor laki-laki sebanyak 72,5% dan perempuan lebih sedikit, yaitu sebanyak 27,5%.

Menurut Kemenkes RI tahun 2017, jumlah pendonor laki-laki lebih banyak daripada pendonor perempuan sebanyak 75% sedangkan jumlah pendonor perempuan sebanyak 25%. Jumlah pendonor perempuan lebih sedikit daripada pendonor laki-laki disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, pendonor perempuan memiliki lebih banyak syarat untuk mendonorkan darahnya. Perempuan yang sedang menstruasi, hamil, dan menyusui tidak boleh mendonorkan darahnya (Alvira & Danarsih, 2016).

Berkaitan dengan siklus menstruasi perempuan seringkali berisiko pada anemia yang dialami calon pendonor perempuan tersebut, yang berpengaruh pada kadar hemoglobin yang belum stabil setelah fase menstruasi dan mempengaruhi keputusan diterima atau ditolaknya calon pendonor tersebut untuk mendonorkan darahnya Charbounneau et al., 2016).

Selain itu terdapat faktor lain ditolaknya calon pendonor darah berjenis kelamin perempuan, yaitu dikarenakan faktor kecemasan pada calon pendonor darah berjenis kelamin perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan calon pendonor darah laki-laki yang mempengaruhi tekanan darah calon pendonor tersebut (Charbounneau et al., 2016)). Berkaitan dengan syarat donor darah oleh Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) No 92 Tahun 2015 yaitu:

1) Usia (17-60 Tahun)

2) Berat Badan (Minimal 50 Kg) 3) Golongan Darah (ABO dan Rhesus) 4) Kadar Hemoglobin (Hb) (12,5 - 17,0)

5) Tekanan Darah Sistole (110-140), Diastole (70-90) 6) Riwayat Kesehatan

7) Persayaratan donor lainnya

Faktor lain penyebab jumlah pendonor laki-laki lebih mendominasi daripada pendonor perempuan yaitu, dikarenakan rerata hematokrit darah yang berkaitan dengan syarat hemoglobin pendonor. Pendonor berjenis kelamin laki-laki memiliki rerata hematokrit lebih tinggi daripada pendonor perempuan. Dengan nilai hematokrit normal laki- laki yaitu (40-48%), sedangkan nilai normal hematokrit darah perempuan (37-43%). selain itu sayarat donor darah adalah berat badan atau IMT (Indeks Massa Tubuh. IMT pendonor laki-laki rata-rata memenuhi syarat untuk donor darah dibandingkan dengan IMT perempuan (Alvira &

Danarsih, 2016). Hal-hal tersebut diatas merupakan penyebab jumlah pendonor dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada pendonor berjenis kelamin perempuan.

Karakteristik Pendonor Darah Berdasarkan Usia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pendonor berada pada kategori usia dewasa awal yaitu 25-44 tahun sebanyak 21.301 darah donor (46,20 %), kemudian usia remaja akhir yaitu 18-24 tahun sebanyak 13.335 darah donor (28,92 %), selanjutnya usia dewasa akhir yaitu 45-64 tahun sebanyak 10.198 darah donor (22,12%), usia > (lebih dari) 64 tahun atau lansia sebanyak 958 darah donor (2,08%), dan terakhir usia 17 tahun atau remaja awal sebanyak 317 darah donor (0,69%). Hasil ini sedikit berbeda dengan data dari Kemenkes RI tahun 2017.

Menurut Kemenkes RI tahun 2017, menurut kelompok usia di Indonesia pendonor dengan jumlah paling banyak yaitu pada usia 18-24 tahun yaitu sebanyak 39%, selanjutnya usia 25-44 tahun yaitu sebanyak 30%.

Kemudian pada usia 45-59 tahun yaitu 29%, dan jumlah pendonor paling sedikit pada kategori usia >59 tahun yaitu sebanyak 2%. Variasi jumlah pendonor berdasarkan usia dipengaruhi oleh beberapa faktor. Untuk usia dewasa awal memiliki jumlah paling banyak daripada rentang usia lainnya dikarenakan pada usia dewasa sudah memenuhi syarat untuk mendonorkan darah, sedangkan syarat donor darah adalah berusia 17 tahun. Pada umur 17-24 tahun baru mendonorkan darah, dan untuk pendonor berusia tua sudah mendonorkan darahnya berulang kali (Alvira & Danarsih, 2016).

Kemungkinan penyebab jumlah pendonor dengan kategori usia remaja awal (17 tahun) paling sedikit, dikarenakan pada usia ini merupakan syarat usia untuk donor darah. Sehingga menyebabkan pendonor pada usia remaja awal baru mendonorkan darahnya, alasan lain penyebab jumlah pendonor usia remaja awal sedikit adalah, pada usia ini sebagian pendonor belum merasakan efek donor secara rutin yang signifikan, sehingga tidak menjadi pendonor ulang atau pendonor rutin. Berbeda dengan pendonor usia dewasa awal (25-44 tahun) yang berjumlah paling banyak diantara kategori usia lainnya. Dikarenakan pada usia ini rata-rata pendonor sudah melakukan donor darah rutin atau berulang, sehingga donor darah sudah menjadi kebiasaan para pendonor di usia dewasa awal.

Kondisi tubuh pendonor usia dewasa awal rata-rata sedang dalam kondisi fit atau bugar berkaitan dengan usia yang sudah dewasa dan matang. Pada usia ini pula rata-rata

(4)

67 pendonor produktif yang memiliki aktivitas harian dan rutin

atau sudah bekerja, sehingga kondisi tubuhnya stabil dan memenuhi kriteria atau syarat donor darah. Hal ini menyebabkan pendonor usia dewasa awal memiliki jumlah paling banyak.

Karakteristik Pendonor Darah Berdasarkan Jenis Pendonor Darah

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh pendonor di UTD PMI Kota Yogyakarta adalah pendonor darah sukarela. Berdasarkan data yang diperoleh dari UTD PMI Kota Yogyakarta pendonor darah sukarela dibagi menjadi pendonor sukarela baru dan pendonor darah sukarela ulang. Dengan jumlah pendonor sukarela ulang lebih banyak daripada pendonor darah sukarela baru yaitu pendonor sukarela ulang sebanyak 33.602 darah donor (72,88%) dan pendonor sukarela baru sebanyak 12.507 darah donor (27,12%) dari total 46.109 darah pendonor.

Menurut data Kemenkes RI tahun 2017, pendonor berdasarkan jenis pendonor dibagi menjadi pendonor sukarela, pendonor pengganti. Jumlah pendonor sukarela lebih banyak daripada pendonor pengganti, yaitu sebanyak 90,03%. Sedangkan pendonor pengganti jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan pendonor darah sukarela yaitu sejumlah 9,97%. Sedangkan menurut data Kemenkes RI tahun 2018, pendonor darah berdasarkan jenis penonor dibagi menjadi pendonor sukarela, pendonor pengganti.

Jumlah pendonor sukarela lebih banyak daripada pendonor pengganti, yaitu sebanyak 91,80%. Sedangkan pendonor pengganti jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan pendonor darah sukarela yaitu sejumlah 8,2%.

Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena pendonor darah sukarela ulang sudah secara langsung merasakan manfaat dari donor darah, dan menjadi alasan utama pendonor darah sukarela rutin mendonorkan darahnya ke Unit Transfusi Darah (UTD) setiap bulannya atau menjadi pendonor darah sukarela ulang, serta pendonor darah sukarela dikategorikan sudahmemiliki pengetahuan yang baik terkait donor darah, sehingga niat dan minat untuk mendonorkan darahnya tinggi. Sedangkan pendonor darah pengganti hanya mendonorkan darahnya ketika diperlukan saja oleh pasien atau terdapat faktor lain pada pasien berupa kecocokan golongan darah dari keluarga yang mendonorkan darah maupun karena keadaan darurat dengan kondisi khusus, misalnya pada Ibu melahirkan yang mengalami perdarahan hebat dengan kondisi yang harus segera ditangani dan memerlukan banyak darah, sehingga

menggunakan transfusi dari pendonor darah keluarga atau disebut pendonor darah pengganti.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah:

Gambaran produksi darah di UTD PMI Kota Yogyakarta tahun 2019 terbanyak adalah golongan darah O rhesus positif sebanyak 17.165 darah donor (37,23%) dan O rhesus negatif sebanyak 47 darah donor (0,10%). Untuk urutan ke-2 golongan darah B rhesus positif sebanyak 13.884 darah donor (30,11%), dan B rhesus negatif 23 darah donor (0,05%). Urutan ke-3 golongan darah A rhesus positif 11.396 darah donor (24,72%) dan golongan darah A rhesus negatif 27 darah donor (0,06%). Urutan terakhir golongan darah AB rhesus positif 3.567 darah donor (7,73%) dan AB rhesus negatif 1 darah donor (0,00%) dari total 46.109 darah pendonor.

Gambaran karakteristik pendonor berdasarkan jenis kelamin mayoritas adalah laki-laki yaitu sebanyak 35.721 darah donor (77,47%) pendonor dan untuk perempuan sebanyak 10.388 darah donor (22,53%) pendonor dari total 46.109 darah pendonor.

Gambaran karakteristik pendonor berdasarkan usia mayoritas pada kategori usia dewasa awal yaitu 25-44 tahun sebanyak 21.301 darah donor (46,20 %), kemudian usia remaja akhir yaitu 18-24 tahun sebanyak 13.335 darah donor (28,92 %), selanjutnya usia dewasa akhir yaitu 45-64 tahun sebanyak 10.198 darah donor (22,12%), usia > (lebih dari) 64 tahun atau lansia sebanyak 958 darah donor (2,08%), dan terakhir usia 17 tahun atau remaja awal sebanyak 317 darah donor (0,69%).

Gambaran karakteristik pendonor berdasarkan jenis pendonor adalah Pendonor sukarela baru dan ulang.

Mayoritas pendonor adalah sukarela ulang sebanyak 33.602 darah donor (72,88%) dan pendonor sukarela baru sebanyak 12.507 darah donor (27,12%) dari total 46.109 darah pendonor.

Berdasarkan kesimpulan penelitian yang diperoleh, maka saran yang diberikan oleh peneliti adalah :

Bagi Pengembang Ilmu Pengetahuan

Diperlukan penelitian selanjutnya terkait perkembangan penelitian dengan tema golongan darah ABO dan rhesus di daerah selain kota Yogyakarta yang lebih detail dan terperinci.

Bagi UTD PMI Kota Yogyakarta

Diperlukan peningkatan jumlah pendonor darah sukarela ulang maupun pendonor sukarela baru dengan sosialisasi maupun pendekatan lainnya terhadap calon pendonor maupun pendonor agar produksi darah dapat selalu terpenuhi bahkan meningkat setiap tahunnya.

Bagi Masyarakat

Diperlukan kesadaran diri sejak dini untuk mendonorkan darah dan menjaga pola hidup sehat agar rutin mendonorkan darah dan memenuhi syarat donor darah guna

(5)

68 memenuhi kebutuhan darah di Indonsesia khususnya di

daerah Yogyakarta.

Bagi Pemerintah Kota Yogyakarta

Diperlukan dukungan pihak pemerintah untuk mendukung kegiatan yang berkaitan dengan donor darah maupun pelestarian pendonor darah di UTD PMI di Indonesia khususnya di daerah Yogyakarta, dan memberi kebijakan terhadap masyarakat agar dapat lebih termotivasi mendonorkan darahnya.

REFERENSI

Alvira, N., & Danarsih, D. E. (2016). Frekuensi donor darah dapat mengendalikan faktor risiko penyakit kardiovaskuler di Unit Donor Darah PMI Kabupaten Bantul. Jurnal Formil Kesmas Respati, 1(1).

Formilkesmas.respati.ac.id Tanggal 11 Mei 2020 Jam 22.00 WIB

Amita, D. (2019). Psikologi Remaja Dan Permasalahannya.

Jurnal ISTIGHNA.

Https://doi.org/10.33853/istighna.v1i1.20

Andriyani, R., Juliarti, W., & Triana, A. (2015). Buku Ajar Biologi Reproduksi dan Perkembangan (1st ed.), 92- 279. CV Budi Utama.

Arosa, F. (2016). Jurnal Riset Kesehatan. Mengenal Penyakit Hemolitik Pada Bayi Baru Lahir, 5(2), 104–

111. https://ejournal.poltekkes-

smg.ac.id/ojs/index.php/jrk diakses tanggal 14 Maret 2020 Jam 23:12 WIB.

Bayususetyo, Dhimas Santoso, Rukun dan Tarno. (2017).

Klasifikasi Calon Pendonor Darah Menggunakan Metode Native Bayes Classifier". Jurnal Gaussian, Volume 6(2)

Charbounneau, J., MS, C., & E, C. (2016) Why Do Blood Donors Lapse or Reduce Their Donation’s Frequency?

Transfus Med Rev, 1, 1-5.

https://doi.org/10,1016,j.tmrv.2015.12.001

Lemone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 1 (5th ed.), 371- 524. Buku Kedokteran EGC.

Maharani, E. A., & Noviar, G. (2018). Bahan Ajar Teknologi Laboratorium Medik (TLM)

Imunohematologi Dan Bank Darah, 39-54.

Oktari, A., & Silvia, N. D. (2016). Pemeriksaan Golongan Darah Sistem ABO Metode Slide dengan Reagen Serum Golongan Darah A , B , O. Jurnal Teknologi

Laboratorium, 5(2), 49–54.

http://garuda.ristekdikti.go.id/documents/detail/4919 90 diakses tanggal 25 Februari 2020 jam 10.23 WIB.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 92 tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Program Kerja Sama Antara Puskesmas, Unit Transfusi Darah, dan Rumah Sakit dalam Pelayanan Darah Untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu (2015). Indonesia

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Rakyat Indonesia, 2018, 2242-7659, diakses tanggal 19 maret 2020 Jam 11.00 WIB.

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Rakyat Indonesia, 2017. diakses tanggal 5 Juni 2020 Jam 12.00 WIB

Suherman. (2018). Hipertensi Esensial : Aspek Neurobehaviour dan Genetika. Syiah Kuala University Pers.

Sulastri, Susilaningsih, E., Hakim, L., & Rahmawati, D.

(2018). No T. Identifikasi Dan Analisis Hasil Pemeriksaan Hematologi Pada Pasangan Infertil,

15(2), 108–109.

https://doi.org/http://dx.doi.org/10.26576/profesi.262 Swastini, D. A., Lestari, A. A. W., Arisanti, C. I. S.,

Laksmiani, N. P. L., & Setyawan, E. I. (2016).

Pemeriksaan Golongan Darah Dan Rhesus Pelajar Kelas 5 Dan 6 Sekolah Dasar Di Desa Taro Kecamatan Tegal Lalang Gianyar. Jurnal Udayana Mengabdi, 15(1).

https://ojs.unud.ac.id/index.php/jum/article/view/208 14/13619 diakses tanggal 25 Februari 2020 jam 10.30 WIB.

World Health Organization, Classification of Age.

https://www.who.int diakses tanggal 6 Juni 2020 jam 10.00 WIB.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran golongan darah ABO dan Rhesus pada siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan.. Desain

Berdasarkan hasil dan analisis data tersebut di atas, terlihat bahwa golongan darah tipe ABO tidak memiliki korelasi yang signifikan terhadap modalitas dan gaya

Sedangkan sistem informasi yang penulis usulkan yaitu tersedianya fitur untuk mengintegrasikan data pendonor dan informasi stok darah antar cabang PMI di wilayah

Cara pengumpulan data dengan mengumpulkan data tentang produksi dan wawancara dengan warga Hasilpenelitianmenunjukkan bahwaluas lahan tanaman seukee yang hanya mencapai 15

Penelitian ini mengevaluasi data hasil pengukuran dan menghitung nilai dan karakteristik efikasi cahaya global dan difus berdasarkan fluktuasi harian, bulanan dan

Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang dilakukan peneliti. untuk memperoleh dan mengumpulkan data

yaitu dengan cara mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data yang diperoleh berupa keterangan yang lengkap dan benar. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

Berdasarkan penjelasan diatas maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik tipe pola sulur ujung jari tangan, jumlah sulur ujung jari tangan