• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS BERBANTUAN MEDIA BOWLING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP HURUF PADA ANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS BERBANTUAN MEDIA BOWLING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP HURUF PADA ANAK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS BERBANTUAN MEDIA BOWLING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL

KONSEP HURUF PADA ANAK

Putu Ayu Aryani

1

, A. A. Gede Agung

2

, Luh Ayu Tirtayani

3

1,3

Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

2

Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: putuayu_aryani@yahoo.com.

1, agung2056@yahoo.co.id.2, ayu.tirtayani@gmail.com3

Abstrak

Permasalahan yang terjadi di PAUD ABC Singaraja masih rendahnya kemampuan mengenal konsep huruf anak kelompok A yang berjumlah 16 orang. Hal ini terlihat pada hasil observasi awal menunjukkan rata-rata persentase sebesar 52,8% yang berada pada kategori sangat rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan mengenal konsep huruf setelah penerapan metode pemberian tugas berbantuan media bowling pada anak kelompok A di PAUD ABC Singaraja tahun pelajaran 2014/2015. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah anak kelompok A semester II tahun pelajaran 2014/2015 di PAUD ABC Singaraja yang berjumlah 16 orang. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode observasi dengan instrument berupa lembar observasi. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis statistik deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan mengenal konsep huruf pada anak setelah penerapan metode pemberian tugas berbantuan media bowling. Hal ini dapat dilihat dari perolehan rata-rata persentase kemampuan mengenal konsep huruf anak pada siklus I sebesar 57,5% yang berada pada kategori rendah dan meningkat menjadi 70,9% pada siklus II yang berada pada kategori sedang. Dengan demikian nilai rata-rata persentase kemampuan mengenal konsep huruf anak meningkat dari siklus I ke siklus II sebesar 13,4%.

Kata-kata kunci: metode pemberian tugas, media bowling, kemampuan mengenal konsep huruf Abstract

The learning problem in Singaraja ABC kindergarten still categorized as low the ability concept of letters on childrens at group with the total 16 of childs. This is looked was result of first research showed percentage average of 52,8% in categorized as low. This research aimed to know the ability concept of letters increased the after implemented of assisted method by bowling media on childrens at group A in Singaraja ABC kindergarten of academic year 2014/2015. This research was designed does two cycle of Classroom Action Reaserach. The subjects of this research were children at group A in Singaraja ABC kindergarten the second semester of academic year 2014/2015 in Singaraja ABC kindergarten with the total 16 of childs. The research data was collected by used observation method with an instrument observations form. The data collected and analysis was used statistic descriptive analysis and quantitative statistic descriptive analysis. The result of this research was to showed the ability concept of letters that increase on childrens after implemented of assisted method by bowling media. This is looked was got percentage average the ability concept of letters on childrens, in first cycle it was 57,5% on categorized as low and the second cycle be an increased it was 70,9% with categorized as medium. So, the percentage average score at the ability concept of letters by bowling media could be increased from first cycle until second cycle was 13.4%.  

Key words : method of assignment, bowling media, ability concept of letters.

(2)

PENDAHULUAN

Anak Usia Dini (AUD) merupakan kelompok usia yang berada dalam proses perkembangan unik, karena proses perkembangannya (tumbuh dan kembang) terjadi bersama dengan golden age (masa peka). Golden age merupakan waktu paling tepat untuk memberikan bekal yang kuat kepada anak. Anak-anak pada masa usia dini memerlukan berbagai layanan dan bantuan orang dewasa, dari kebutuhan jasmani sampai rohani. Di mana bentuk layanan tersebut diarahkan untuk memfasilitasi pertumbuhan sebagai peletakan dasar yang tepat bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia seutuhnya, sehingga anak dapat tumbuh kembang secara optimal sesuai nilai, norma, serta harapan masyarakat. Dalam upaya mengoptimalkan segala kemampuan yang dimiliki anak usia dini yang berdasarkan prinsip PAUD, seharusnya setiap pendidikan anak usia dini memahami setiap tahapan pertumbuhan dan perkembangan karena segenap upaya yang dilakukannya harus berdasarkan pada tahapan tumbuh kembang anak agar mencapai hasil yang optimal.

Kegiatan membaca merupakan suatu kesatuan kegiatan yang terpadu yang mencakup beberapa kegiatan seperti mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkannya dengan bunyi, maknanya serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan. Menurut Anderson (dalam Dhieni 2007: 5.5) menyimpulkan bahwa kegiatan membaca terkait dengan pengenalan huruf atau aksara, bunyi dari huruf atau rangkaian huruf-huruf, makna atau maksud, dan pemahaman terhadap makna atau maksud berdasarkan konteks wacana.

Pada masa kanak-kanak, sering kita menemui masalah-masalah yang timbul dimana yang membuat guru kebingungan mengajar dan mendidik siswa. Dimana pada usia kanak-kanak, anak cenderung senang bermain bersama teman-temannya dan meningkatkan keinginan yang kuat untuk dapat diterima sebagai anggota kelompok.

Berbagai kendala dan hambatan sebagaimana yang dimaksud adalah

seperti yang peneliti temukan pada kegiatan pembelajaran di PAUD ABC Singaraja khususnya kelompok A yang menjadi subjek penelitian. Kemampuan pengenalan konsep huruf anak masih terbatas, dan upaya pemberiannya tidak atau kurang terprogram. Dalam beberapa kegiatan yang diharapkan bisa mengembangkan kemampuan konsep huruf anak didik yang diberikan oleh guru, masih banyak anak yang belum mengetahui konsep huruf dengan benar.

Berdasarkan hasil observasi awal di PAUD ABC Singaraja pada Kelompok A ditemukan bahwa guru kurang mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran. Guru mengenalkan huruf pada anak secara langsung dengan menuliskan huruf pada papan tulis lalu menyebutkan bunyi huruf sambil menunjuk huruf pada papan tulis, kemudian meminta anak untuk menirukan bunyi huruf.

Pembelajaran yang masih berpusat kepada guru ini mengakibatkan anak menjadi kurang aktif di dalam proses pembelajaran.

Sehingga yang terjadi di kelas anak hanya banyak melakukan kegiatan yang disuruh guru, seperti meniru konsep huruf, simbol huruf yang ada di papan tulis atau menyelesaikan tugas yang ada di majalah.

Pembelajaran yang diberikan tidak bermakna bagi anak sehingga menimbulkan permasalahan dimana anak tidak memahami konsep huruf dan simbol huruf. Anak juga cepat bosan serta tidak berminat untuk mengikuti proses pembelajaran mengenal huruf. Selain itu, kemampuan anak mengenal huruf juga masih rendah, baik dari cara pengucapan yang kurang jelas maupun anak kurang bisa membedakan bentuk huruf. Contoh, anak belum mampu membedakan huruf “b”

dan huruf “d”, ada juga anak yang belum mampu membedakan huruf “a” dan huruf

“G”. Ada beberapa anak yang mengerti kata, namun ketika ditanya tentang huruf mereka belum dapat membaca dengan baik. Contoh, anak-anak dapat mengenal dan menulis namanya sendiri, namun ketika ditanyakan huruf-huruf yang ada, mereka belum dapat mengenalnya. Anak mampu mengucapkan huruf abjad, namun ketika guru menugaskan untuk menulis huruf abjad yang disebutkan guru, anak belum

(3)

mampu menulis bentuk abjad yang dimaksud.

Bertolak dari keinginan pada latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk menerapkan kegiatan meningkatkan kemampuan pengenalan konsep huruf berbantuan media bowling. Ketertarikan ini, selanjutnya mendorong penulis dan berkolaborasi dengan guru PAUD ABC Singaraja untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Penerapan metode pemberian tugas berbantuan media bowling untuk meningkatkan kemampuan mengenal konsep huruf pada anak kelompok A semester II di PAUD ABC Singaraja tahun pelajaran 2014/2015”.

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan mengenal konsep huruf setelah penerapan metode pemberian tugas berbantuan media bowling pada anak kelompok A di PAUD ABC Singaraja tahun pelajaran 2014/2015.

Vera (2012:107) menyatakan bahwa

“metode pemberian tugas merupakan cara penyajian bahan pelajaran dari seorang guru dengan memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar”.

Menurut Suryani & Agung (2012) adapun kelebihan metode pemberian tugas yaitu:

lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar, baik individu maupun kelompok, dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan guru, dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa dan dapat mengembangkan kreativitas siswa. Kekurangan metode pemberian tugas menurut Suryani & Agung (2012) yaitu: Siswa sulit dikontrol, apakah benar ia mengerjakan tugas atau dikerjakan orang lain, khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikan adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota yang lainnya tidak berpartisipasi dengan baik, tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa, sering memberikan tugas yang menoton, sehingga dapat menimbulkan kebosanan siswa.

Menurut Suryani & Agung (2012) adapun langkah-langkah dalam penggunaan metode pemberian tugas. (1) Fase pemberian tugas.

Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan hal-hal

sebagai berikut: tujuan yang ingin dicapai, jenis tugas yang jelas dan tepat, sehingga siswa mengerti apa yang menjadi tugasnya tersebut, sesuai dengan kemampuan siswa, ada petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa, sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut. (2) Fase pelaksanaan tugas yaitu diberikan bimbingan/pengarahan oleh guru, diberikan dorongan sehingga siswa mau bekerja, diusahakan/dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain, dianjurkan agar siswa mencatat hal-hal yang penting dengan baik dan seksama. (3) Fase mempertanggungjawabkan tugas:

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam fase ini adalah. Laporan siswa, baik lisan/tertulis dari apa yang telah dikerjakan, ada tanya jawab/diskusi kelas, penilaian hasil pekerjaan siswa dengan tes atau non tes atau cara lain.

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti

‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’.

Garlach dan Ely (dalam Arsyad, 2006:3) menyatakan bahwa “media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan keterampilan, atau sikap”. Media pembelajaran merupakan alat pengantar yang membantu guru dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran mempunyai fungsi dan manfaat dalam pembelajaran. Menurut Arsyad (2006:21) mengemukakan bahwa “media berfungsi untuk tujuan instruksi dimana informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi”.

Sudjana & Rivai (dalam Arsyad, 2006:24) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu: (a) pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa, (b) bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya, (c) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, (d) siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti

(4)

mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan dan lain- lain.

Berdasarkan kamus bahasa indonesia, permainan adalah perbuatan bermain, dan bowling adalah suatu jenis olahraga atau permainan yang dimainkan dengan menggelindingkan bola dengan menggunakan tangan. Maka permainan bowling adalah suatu perbuatan olahraga yang dimainkan dengan mengelindingkan bola dengan menggunakan tangan.

Menurut Desmianti (2002:4) menyatakan bahwa “permainan bowling merupakan permainan yang menggunakan gerakan mata dan tangan secara bersamaan, permainan menggunakan alat sebagai media melakukan kegiatan”. Menurut Desmianti (2012:4) manfaat permainan bowling adalah “permainan bowling ini lebih berguna untuk melatih ketepatan gerak, koordinasi mata-tangan, dan motorik kasar melalui kegiatan melempar terutama saat anak berupaya menggelindingkan bola ke sasaran yaitu pin bowling”. Dengan mainan ini, anak juga dapat melatih kesabaran dan konsentrasinya.   Adapun langkah-langkah dalam permainan bowling menurut Strickland (dalam Kurnialita, 2013:32) yaitu:

(1) bola bowling akan digelindingkan atau dilempar ke pin yang berjumlah sepuluh buah yang telah disusun menjadi bentuk segitiga jika dilihat dari atas. (2) jika semua pin dijatuhkan dalam sekali gelinding (lemparan) maka itu disebut strike. (3) jika pin tidak dijatuhkan sekaligus maka diberikan satu kesempatan lagi untuk menjatuhkan pin yang tersisa.(4) bilamana pada lemparan kedua tidak ada lagi pin tersisa disebut spare. (5) jika setelah dua kali masih ada pin yang tersisa maka disebut open frame (missed) yang kesemuanya itu akan menentukan perhitungan angka yang didapat dalam setiap gamenya. (6) pin akan kembali disusun seperti semula untuk frame selanjutnya.

Valley (dalam Suswati 2015:1) menyatakan bahwa kemampuan anak mengenal huruf dapat terlihat dari kemampuan anak dalam menyebutkan bunyi dan nama dari setiap huruf abjad.

Huruf abjad yang dimaksud adalah huruf yang terdiri dari 26 buah dan dibagi atas

huruf konsonan terdiri dari (b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n , p, q, r, s, t, v, w, x, y, z) dan huruf vokal terdiri dari (a, i, u,o). Menurut Sulianah (2013:3) menyatakan bahwa

“mengenal huruf merupakan kegiatan yang melibatkan unsur auditif (pendengaran) dan visual (pengamatan)”. Menurut Sihombing (dalam Artini, 2013:10) menyatakan bahwa huruf adalah bagian terkecil dari struktur bahasa tulis dan merupakan elemen dasar untuk membangun sebuah kata atau kalimat. Rangkaian huruf dalam sebuah kata atau kalimat bukan saja dapat memberikansuatu makna yang mengacu kepada sebuah objek ataupun gagasan, tetapi juga memiliki kemampuan untuk menyuarakan suatu citra ataupun kesan secara visual.

Dari uraian di atas disimpulkan bahwa “pengenalan huruf merupakan kegiatan yang melibatkan unsur audif dan visual untuk memahami dan mengetahui simbol-simbol huruf serta membunyikan huruf tersebut sehingga membentuk sebuah kata atau kalimat.

METODE

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Agung (2012:24) mendefinisikan “PTK merupakan penelitian yang bersifat aplikasi (terapan), terbatas, segera, dan hasilnya untuk memperbaiki dan menyempurnakan program pembelajaran yang sedang berjalan”. Sedangkan Mills (dalam Wardhani, 2008:1.4) mendefinisikan

“penelitian tindakan sebagai sistematik inquiry yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah, atau konselor sekolah untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai praktik yang dilakukannya.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan guru, kepala sekolah, atau konselor sekolah untuk memperbaiki dan menyempurnakan program pembelajaran yang sedang berjalan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu:

perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

(5)

Gambar 1. Model Penelitian Tindakan (dimodifikasi dari Agung, 2012) Rancangan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 yang bertempat di PAUD ABC Singaraja. Adapun subjek penelitian yaitu anak didik yang tergabung dalam kelompok A yang berjumlah 16 anak.

Penelitian ini mengacu pada dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Menurut Suryabrata (dalam Agung, 2012) menyatakan bahwa “variabel bebas merupakan satu atau lebih variabel-variabel yang sengaja dipelajari pengaruhnya terhadap variabel tergantung”. Sedangkan

“variabel terikat merupakan variabel yang keberadaannya atau munculnya bergantung pada variabel bebas”. Variabel bebas dalam peneltian ini yaitu metode pemberian tugas berbantuan media bowling dan variabel terikatnya adalah kemampuan mengenal konsep huruf pada anak.

Definisi Operasional Variabel pada penelitian ini yaitu metode pemberian tugas Menurut Moeslichatoen (dalam Widiastri, 2013:3) menyebutkan bahwa “metode pemberian tugas merupakan tugas yang sengaja diberikan kepada anak TK yang harus dilaksanakan dengan baik”. Bowling merupakan permainan yang dilakukan dengan cara menggelindingkan bola untuk menjatuhkan pin. Kemampuan mengenal konsep huruf merupakan kemampuan anak-anak mengenal bentuk maupun bunyi masing-masing huruf. Anak-anak harus belajar untuk memahami suara-suara umum di lingkungan mereka dan membedakan diantara suara-suara tersebut. Mereka harus membedakan suara-suara huruf dalam abjad di taman

kanak-kanak, terutama suara-suara yang dihasilkan oleh konsonan awal dalam kata.

pengenalan huruf merupakan kegiatan yang melibatkan unsur audif dan visual untuk memahami dan mengetahui simbol- simbol huruf serta membunyikan huruf tersebut sehingga membentuk sebuah kata atau kalimat.

metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi. Menurut Agung (2012:61) menyatakan bahwa “metode observasi ialah suatu cara memperoleh data dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang suatu objek tertentu. Observasi dilakukan oleh peneliti kepada siswa dalam menerapkan metode pemberian tugas melalui kegiatan bermain bowling. Setiap kegiatan yang diobservasi diberikan nilai berupa tanda bintang. * (Anak belum berkembang), **

(Anak mulai berkembang), *** (Anak mulai berkembang sesuai harapan) dan ****

(Anak mulai berkembang sangat baik).

Agung (2010:8) menyatakan bahwa metode analisis statistik deskriptif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti: distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata, median, modus, mean, dan standar deviasi, untuk menggambarkan suatu objek atau variabel tertentu, sehingga diperoleh kesimpulan umum. Adapun rumus-rumus yang digunakan yaitu tabel distribusi frekuensi, mean, median, modus dan grafik polygon.

Senada dengan Koyan (2012:4) menyatakan bahwa “statistik deskriptif yaitu statistik yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu data hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk generalisasi/inferensi. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa analisis statistik deskriptif adalah cara pengolahan data untuk menganalisis suatu statistik dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif.

Dalam penerapan metode analisis statistik deskriptif ini, data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dan disajikan ke dalam: a) tabel distribusi frekuensi, b) menghitung angka rata-rata (mean), c) menghitung median, d) menghitung modus,

Refleksi Awal

Rencana Tindakan 1

Pelaksanaan Tindakan 1

Refleksi

Siklus 1 Rencana

Siklus 2

Refleksi Siklus 2

Observasi/

Evaluasi 1 Pelaksanaan

Tindakan 2 Observasi/

Evaluasi 2

Siklus II Siklus I

(6)

e) menyajikan data ke dalam grafik polygon.

Agung (2010:8) menyatakan bahwa

“metode analisis deskriptif kuantitatif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase, mengenai suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum”. Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya kemampuan mengenal konsep huruf anak yang dikonversikan kedalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) Skala Lima. Adapun rumus yang digunakan pada analisis ini adalah sebagai berikut:

M (%) = X 100%

--- (Agung, 2012) Hasil perkembangan anak dapat ditentukan dengan membandingkan M (%) atau rata-rata persen ke dalam PAP skala lima dengan kriteria sebagai berikut.

Tabel 1. Pedoman Konversi PAP Skala Lima

Persentase Kriteria Perkembangan 90 – 100

80 – 89 65 – 79 55 – 64 0 – 54

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah Sumber: Agung (2012:16)

Peningkatan kemampuan mengenal konsep huruf anak ditentukan dengan membandingkan skor yang diperoleh pada pra siklus, siklus I dan siklus II. Tindakan dapat dikatakan berhasil apabila peningkatan kemampuan mengenal konsep huruf mencapai predikat sedang.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode pemberian tugas dapat menigkatkan kemampuan mengenal konsep huruf

berbantuan media bowling pada anak kelompok A semester II di PAUD ABC Singaraja. Data hasil kegiatan anak dalam kemampuan mengenal konsep huruf disajikan dalam tabel distribusi frekuensi, menghitung angka rata-rata (mean), menghitung median, menghitung modus, menyajikan data ke dalam grafik polygon serta membandingkan nilai rata-rata kedalam PAP skala lima. Berdasarkan hasil rata-rata dari pra siklus ke siklus I sebesar 4,7 dan mengalami peningkatan ke siklus II sebesar 13,4.

Rata-rata persentase kemampuan mengenal konsep huruf anak juga meningkat dari siklus I sebesar 57,5% yang berada pada kategori rendah 55-64%. Pada siklus II rata-rata persentase kemampuan mengenal konsep huruf anak meningkat sebesar 70,9% yang berada pada kategori sedang 65-79%. Dengan demikian penelitian ini dikatakan berhasil karena adanya peningkatan kemampuan mengenal konsep huruf dari kategori rendah menjadi sedang. Grafik polygon kemampuan mengenal konsep huruf pada siklus I dapat digambarkan sebagai berikut.

0 1 2 3 4 5

15 14 13 12 11 10 9 8

Skor X

Gambar 2.Grafik Polygon kemampuan mengenal konsep huruf pada siklus I

Berdasarkan gambar tersebut dapat diinterprestasikan bahwa Mo>Md>M (13>12<11,5), sehingga hasil kemampuan mengenal konsep huruf anak pada siklus II merupakan kurva juling negatif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa skor

M = 11,5 Md = 12 Mo = 13

(7)

kemampuan mengenal konsep huruf anak kelompo A semester II tahun pelajaran 2014/2015 di PAUD ABC Singaraja cenderung tinggi. Pada siklus I ini muncul beberapa permasalahan yang dirasa menghambat berlangsungnya kegiatan bermain bowling. Permasalahan yang muncul pada siklus I ini menyebabkan kemampuan mengenal konsep huruf pada anak kelompok A berada pada kategori rendah sehingga permasalahan tersebut perlu ditanggulangi serta ditingkatkan pada siklus II. Berikut ini merupakan gambar grafik polygon pada siklus II.

0 2 4 6 8

17 16 15 14 13 12 11 10 Skor X

Gambar 3. Grafik Polygon kemampuan mengenal konsep huruf pada siklus II

Berdasarkan gambar tersebut dapat diinterprestasikan bahwa Mo>Md>M (16>15>14,18), sehingga hasil kemampuan mengenal konsep huruf anak pada siklus II merupakan kurva juling negatif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa skor kemampuan mengenal konsep huruf anak kelompo A semester II tahun pelajaran 2014/2015 di PAUD ABC Singaraja cenderung tinggi.

Kemampuan mengenal konsep huruf anak meningkat dari siklus I ke siklus II sebesar 13,4% yang berada pada kategori sedang. Hal ini berarti tidak perlu dilakukan tindakan selanjutnya, karena sudah sesuai dengan harapan yang diinginkan.

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif penerpan metode pemberian tugas berbantuan media bowling pada anak kelompok A di PAUD ABC Singaraja diperoleh rata-rata persentasi pada siklus I sebesar 57,5% yang berada pada kategori rendah dan 70,9% pada siklus II yang berada pada kategori sedang. Rata-rata pesentase tersebut menunjukkan terjadi peningkatan kemampuan mengenal konsep huruf anak dari siklus I ke siklus II sebesar 13,4%.

Pada siklus I ini muncul beberapa permasalahan yang dirasa menghambat berlangsungnya kegiatan bermain bowling seperti anak mengalami kesulitan ketika menyebutkan sendiri huruf yang ada pada pin bowling, anak mengalami kesulitan dalam membedakan bentuk huruf dan anak kesulitan dalam mengenal beberapa huruf konsonan. Permasalahan yang muncul pada siklus I ini menyebabkan kemampuan mengenal konsep huruf pada anak kelompok A berada pada kategori rendah.

Permasalahan yang ditemukan pada siklus I ditanggulangi dengan beberapa solusi yaitu: melatih kembali anak yang mengalami kesulitan dalam mengenal konsep huruf, memberikan motivasi anak untuk lebih bersemangat dalam melakukan kegiatan mengenal konsep huruf, memberikan penguatan kepada anak yang sudah mampu dan belum mampu melakukan kegiatan dengan benar.

Pelaksanaan tindakan pada siklus II terjadi peningkatan terhadap kemampuan mengenal konsep huruf anak di PAUD ABC Singaraja. Peningkatan tersebut berada pada kategori sedang. Hal ini dikarenakan adanya perbaikan yang dilakukan pada siklus II. Adapun hasil perbaikan-perbaikan yang dilakukan pada siklus II yaitu: anak terlihat lebih antusias mengikuti kegiatan permainan bowling, hal ini dikarenakan peneliti selalu memotivasi dan memberikan penguatan kepada anak berupa bintang ditangan. Anak-anak sudah mampu menyebutkan bentuk huruf, hal ini dikarenakan peneliti menggunakan cara bervariasi dalam melakukan kegiatan permainan bowling, yaitu dengan membagi anak-anak menjadi beberapa kelompok dan

M =14,18

Md = 15 Mo = 16

(8)

anak memilih pasangan kelompok yang diinginkan.

Berdasarkan solusi yang telah diberikan dalam penelitian, maka terjadi peningkatan terhadap kemampuan mengenal konsep huruf anak pada saat penerapan metode pemberian tugas berbantuan media bowling di PAUD ABC Singaraja. Hal ini didukung oleh pendapat Suryani dan Agung (2012:63) menyatakan bahwa “metode pemberian tugas adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar”.

Penerapan metode pemberian tugas melalui media bowling membantu anak dalam meningkatkan kemampuan mengenal konsep hurufnya ketika anak- anak bermain sambil menyebutkan huruf- huruf yang menempel pada pin bowling.

Menurut Amin (2012) bowling adalah cabang olah raga yang berupa permainan dengan menggelindingkan bola khusus untuk merobohkan sejumlah gada/pin yang berderet, kemudian dapat tertata secara otomatis. Media bowling ini dirancang dengan tujuan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan kemampuan mengenal konsep huruf pada anak. Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung anak- anak dapat termotivasi dan mampu meningkatkan kemampuan mengenal konsep huruf dengan adanya media bowling.

Kemampuan mengenal konsep huruf anak perlu dikembangkan sejak dini karena usia dini merupakan waktu yang paling tepat untuk memberikan bekal yang kuat kepada anak. Anak-anak pada masa usia dini memerlukan berbagai layanan dan bantuan orang dewasa, dari kebutuhan jasmani sampai rohani. Dalam kegiatan sehari-hari anak memerlukan kemampuan berbahasanya untuk berkomunikasi dengan orang lain. Bromley (dalam Dhieni, 2007:1.13) mendefinisikan bahwa “bahasa sebagai simbol yang teratur untuk mentransfer berbagai ide maupun informasi yang terdiri dari simbol-simbol visual maupun verbal”. Simbol-simbol visual tersebut dapat dilihat, ditulis, dan dibaca, sedangkan simbol-simbol verbal dapat diucapkan dan didengar.

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut, ini berarti dengan penerapan metode pemberian tugas dapat menigkatkan kemampuan mengenal konsep huruf melalui media bowling pada anak kelompok A semester II di PAUD ABC Singaraja. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ni Made Sri Artini, dkk (2013) tentang “Penerapan Metode Pemberian Tugas Berbantuan Media Kartu Huruf untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep Huruf Pada TK Kelompok B Tunas Mulia”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa adanya peningkatan kemampuan mengenal konsep huruf dari siklus I ke siklus II. Kemampuan anak dalam mengenal konsep huruf pada siklus I dengan persentase klasikal 51%, dan pada siklus II 73% dengan peningkatan sebesar 22%.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pemberian tugas berbantuan media bowling dapat meningkatkan kemampuan mengenal konsep huruf kelompok A semester II di PAUD ABC Singaraja tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini terlihat adanya peningkatan rata-rata persentase kemampuan mengenal konsep huruf anak pada observasi awal sebesar 52,8 % yang berada pada kategori sangat rendah menjadi 57,5 % pada siklus I pada kategori rendah dan 70,9 % pada siklus II pada kategori sedang. Dengan demikian nilai rata-rata persentase kemampuan mengenal konsep huruf anak meningkat dari siklus I ke siklus II sebesar 13,4% dan sebesar 18,1% dari observasi awal ke siklus II.

Saran

Berdasarkan simpulan diatas, dapat disajikan saran-saran sebagai berikut.

Disarankan kepada guru agar lebih kreatif dalam memilih dan menerapkan metode pemberian tugas yang sesuai dengan meteri pembelajaran, sehingga pembelajaran bisa diterima dengan baik oleh anak. Disarankan kepada anak agar dapat melakukan dan memperhatikan

(9)

kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung dengan baik, sehingga kemampuan mengenal konsep huruf anak dapat meningkat. Disarankan kepada kepala sekolah agar mampu memberikan suatu informasi mengenai metode yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran berlangsung secara efektif, efisisen, dan inovatif.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A. A. Gede. 2010. Penelitian Tindakan Kelas (Teori dan Analisis Data dalam PTK). Singaraja:

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha.

---.2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha.

Amin, M. Amirul. 2012. Meningkatkan Kemampuan Koordinasi Gerak Mata Dan Tangan Melalui Permainan Bowling Adaptif Pada Anak Adhd Attention Deficit Hyperactive Disorder. Tersedia pada http://ejournal.unp.ac.id- /index.php/jupekhu. (Diakses tanggal 12 Maret 2014).

Arsyad, Azhar. 1997. Media Pembelajaran.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Artini, Ni Made Sri, dkk. 2013. Penerapan Metode Pemberian Tugas Berbantuan Media Kartu Huruf Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep Huruf Pada TK Kelompok B Tunas Mulia. Tersedia pada http:/-/ejournal.undiksha.ac- .id/index.php/JJPAUD/article/view/

1086. (Diakses tanggal 21 januari 2015).

Desmianti, Mimi. 2012. Improve The Coordination Of Eye And Hand Motion Through Bowling Game For Children Tunagrahita Are Classes Vi Slb Ypac Ekonomi. Tersedia pada

http://ejournal.unp.ac.id/index.php/ju pekhu. (diakses Mei 2012).

Dhieni, Nurbiani. 2007. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Koyan, I Wayan. 2012. Statistik Pendidikan.

Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Kurnialita, Eka Nur Rahmawati. 2013.

Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Permainan Bowling Pada Siswa Kelompok A1 TK An Nur Ii Stan Maguwoharjo Depok.

Skripsi. (tidak diterbitkan). Tersedia pada http://eprints.uny.ac.id/15665- /1/Eka%20Nur%20Rahmawati%20K urnialita(09111244029).pdf.(Diakses tanggal 21 April 2015).

Sulianah. 2013. Mengenalkan Konsep Huruf Dengan Metode Permainan Kartu Huruf Pada Anak. Tersedia pada http://ejournal.ikipveteran.ac- .id/index.php/belia/article/view/179.

(Diakses tanggal 7 Februari 2015).

Suryani, Nunuk dan Leo Agung, S. 2012.

Strategi Belajar Mengajar.

Yogyakarta: Ombak.

Suswati, Ida dan Mas’Udah. 2015.

Meningkatkan kemampuan Menyimak Tentang Mengenal Huruf Abjad Melalui Media Audio Pembelajaran Interktif pada Anak Kelompok A.Tersedia pada http://ejournal.unesa.ac.id/index.ph p/paudteratai/article/view/11104/ba ca-artikel. (Diakses tanggal 22 April 2015).

Vera, Adelia. 2012. Metode Mengajar Anak di Luar Kelas. Yogyakarta: Diva Press.

Wardhani, IGAK dan Kuswaya Wihardit.

2008. Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta: Universitas Terbuka.

Widiastri, Nyoman Desak Rani Febi dkk.

2013. Penerapan Metode

(10)

Pemberian Tugas Berbantuan Media Bahan Bekas Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Di TK Pradnya Paramita. Tersedia pada http:// ejournal.undiksha.ac.- id/index.php/JJPAUD/article/viewFi le/1050/915.(Diakses pada tanggal 26 April 2015).

Gambar

Gambar 1. Model Penelitian Tindakan  (dimodifikasi dari Agung, 2012)  Rancangan  penelitian  tindakan  kelas  ini  dilaksanakan  pada  semester  genap  tahun pelajaran 2014/2015 yang bertempat  di  PAUD  ABC  Singaraja
Tabel  1.  Pedoman  Konversi  PAP  Skala  Lima  Persentase  Kriteria  Perkembangan  90 – 100  80 – 89  65 – 79  55 – 64  0 – 54  Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah  Sangat rendah  Sumber: Agung (2012:16)
Gambar 3. Grafik Polygon kemampuan  mengenal konsep huruf pada siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan metode pemberian tugas berbantuan media gambar dengan teknik mozaik untuk meningkatkan kemampuan motorik halus yang menggunakan capaian perkembangan

pesan.. Peneliti terdahulu yang berkaitan yaitu Muhammad Aras dengan judul “Pengaruh Pengetahuan Awal Dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada

Secara umum proses pembelajaran dengan penerapan metode pemberian tugas melalui kegiatan menganyam berbantuan media daun pisang untuk meningkatkan kemampuan motorik

Kelemahan ini yang menyebabkan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan metode pemberian tugas berbantuan media mozaik untuk meningkatkan perkembangan motorik halus

Berdasarkan rumusan masalah yang dipakai, dapat dirumuskan tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk meningkatkan kemampuan kognitif melalui penerapan metode

yang berarti bahwa kemampuan anak dalam mengenal angka anak kelompok B di TK Dharmapatni Denpasar Barat pada siklus I berada pada kriteria rendah. Hal ini terjadi

Hal yang harus diperhatikan pada fase ini yaitu (a) laporan siswa baik lisan ataupun tertulis dari apa yang telah dikerjakan, (b) ada tanya jawab atau diskusi

Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan kemampuan mengenal huruf anak kelompok A2 TK Eka Dharma Singaraja.Setelah diterapkan kegiatan dalam mengenal huruf ini