5 2.1. Kajian Teori
Menurut John W Creswell dalam bukunya yang berjudul Research Design yang mendefinisikan teori sebagai serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah. Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan teori sebagai ide pemikiran
“pemikiran teoritis” yang mereka definisikan sebagai “menentukan” bagaimana dan mengapa variable-variabel dan pernyataan hubungan dapat saling berhubungan.
Suatu teori akan memperoleh arti yang penting, apabila lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan, dan meramalkan gejala yang ada. Teori-teori yang relevan dapat digunakan untuk menjelaskan tentang variabel yang akan diteliti, sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan. Kajian teori sangat penting untuk membangun kerangka berfikir atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian.
2.1.1. Model Student Teams-Achievement Divisions (STAD)
Model pembelajaran STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif. Menurut Nur Citra Utomo dan C. Novi Primiani (2009: 9), “STAD didesain untuk memotivasi siswa-siswa supaya kembali bersemangat dan saling menolong untuk mengembangkan keterampilan yang diajarkan oleh guru”.
Menurut Mohamad Nur (2008: 5), pada model ini siswa dikelompokkan dalam tim dengan anggota 4 siswa pada setiap tim. Tim dibentuk secara heterogen menurut tingkat kinerja, jenis kelamin, dan suku.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran STAD lebih menekankan kepada pembentukan kelompok. Kelompok yang dibentuk nantinya akan berdiskusi untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Oleh karena itu model pembelajaran STAD dapat membuat siswa untuk saling membantu dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
2.1.1.1. Pengertian Model Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Strategi belajar kooperatif STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas Jonh Hopkin.
Menurut Slavin (2007) model STAD (Student Teams-Achievement Divisions) merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti.
Model ini juga sangat mudah diadaptasi, telah digunakan dalam matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris, dan banyak subjek lainnya, dan pada tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa didalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya semua siswa menjalani kuis perseorangan tentang materi tersebut, dan pada saat itu mereka tidak boleh membantu satu sama lain. Nilai-nilai hasil kuis siswa dibandingkan dengan nilai rata-rata mereka sendiri yanf diperoleh sebelumnya, dan nilai-nilai itu diberi hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi nilai itu melampui nilai mereka sebelumnya. Nilai-nilai ini kemudian dijumlah untuk mendapat nilai kelompok, dan kelompok yang mendapat kriteria tertentu bisa mendapatkan sertifikat atau hadiah-hadiah yang lainnya. Keseluruhan siklus aktifitas itu, mulai dari paparan guru ke kerja kelompok sampai kuis, biasanya memerlukan tiga sampai lima kali pertemuan kelas. STAD adalah yang paling tepat untuk mengajarkan materi- materi pelajaran ilmu pasti, seperti perhitungan dan penerapan matematika, penggunaan bahasa dan mekanika, geografi dan ketrampilan perpetaan, dan konsep-konsep lainnya.
Lebih juah Slavin memaparkan bahwa: “Gagasan utama dibelakang STAD adalah memacu siswa saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai ketrampilan yang diajarkan guru”. Jika siswa menginginkan kelompok memperoleh hadiah, mereka harus membantu teman sekelompok mereka dalam mempelajari pelajaran. Mereka harus mendorong teman sekelompok untuk melakukan yang terbaik, memperlihatkan norma-norma bahwa belajar itu penting, berharga dan menyenangkan. Para siswa diberi waktu untuk bekerja sama setelah pelajaran diberikan oleh guru, tetapi tidak saling membantu ketika menjalani kuis, sehingga setiap siswa harus menguasai materi itu (tanggungjawab perorangan). Para siswa mungkin bekerja berpasangan dan bertukar jawaban, mendiskusikan ketidaksamaan, dan membantu satu sama lain, mereka bisa mendiskusikan pendekatan-pendekatan untuk memecahkan masalah itu, atau mereka bisa saling memberikan pertanyaan tentang isi dari materiyang mereka pelajari itu. Mereka mengajari teman sekelompok dan menaksir kelebihan dan kekurangan mereka untuk membantu agar bisa berhasil menjalani tes. Karena skor kelompokdidasarkan pada kemajuan yang diperoleh siswa atas nilai sebelumnya (kesempatan yang sama untuk berhasil), siapapun dapat menjadi “bintang”
kelompok dalam satu minggu itu, karena nilainya lebih baik dari nilai sebelumnya atau karena makalahnya dianggap sempurna, sehingga selalu menghasilkan nilai yang maksimal tanpa mempertimbangkan nilai rata-rata siswa yang sebelumnya.
2.1.1.2. Langkah-Langkah Model Student Teams-Achievement Divisions (STAD)
a. Menyampaikan Tujuan dan Memotivasi siswa
Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.
b. Pembagian Kelompok
Siswa dibagi dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik,gender/jenis kelamin, rasa atau etnik.
c. Presentasi dari Guru
Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Di dalam proses pebelajaran guru dibantu oleh media, demontrasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan serta cara-cara mengerjakannya.
d. Kegiatan Belajar dalam Tim (Kerja Tim)
Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari STAD.
e. Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan.
f. Penghargaan Prestasi Tim
Mencari cara –cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Penghargaan atas keberhasilan kelompok dpat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Menghitng skor individu
Menurut Slavin Dalam Trianto (2007:55) untuk memberikan skor perkembangan individu dihitung seperti pada tabel 2.1.
Perhitungan Skor Perkembangan
No. Nilai Tes Skor Perkembangan
1. Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 0 poin 2. 10 sampai 1 poin di bawah skor dasar 10 poin 3. Skor 0 sampai 10 poin di atas skor
dasar
20 poin
4. Lebih dari 10 poin di atas skor dasar 30 poin 5. Pekerjaansempurna(tanpa
memperhatikan skor dasar)
30 poin
Menurut Slavin (Ftriakha,2011:7) salah satu cara perhitungan dalam penerusan nilai perkembangan sebagai berikut:
Langkah 1 : Menetapkan skor dasar
Setiap siswa diberikan skor dasar berdasarkan skor kuis sebelumnya.
Langkah 2 : Menentukan skor kuis terkini
Siswa memperoleh skor dari kuis yang diberikan yang berkaitan dengan materi terkini.
Langkah 3 : Menghitung skor perkembangan
Setiap siswa memperoleh poin peningkatan individu yang besarnya dihitung dari selisih skor sekarang dan skor dasar poin.
b. Menghitung skor kelompok
Skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan semua skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok.
Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh kategori skor kelompok seperti tercantum pada tabel 2.2.
Tingkat Penghargaan Kelompok
No. Rata-rata Tim Predikat
1. 0 ≤ N ≤ 5 -
2. 6 ≤ N ≤ 15 Tim yang baik (Good Team) 3. 16 ≤ N ≤ 20 Tim yang baik sekali (Great Team) 4. 21 ≤ N ≤ 30 Tim yang istimewa (Super Team)
c. Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok
Setelah masing-masing kelompok memperoleh predikat, guru memberikan hadiah/penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai predikatnya.
2.1.1.3. Kelebihan Model Student Teams-Achievement Divisions (STAD)
Pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai beberapa kelebihan (Slavin, 1995:17) diantaranya sebagai berikut:
1) Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma- norma kelompok.
2) Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama.
3) Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.
4) Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.
2.1.1.4. Kelemahan Model Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Pembelajaran kooperatif tipe STAD juga memiliki kekurangan- kekurangan, menurut Dess (1991:411) diantaranya sebagai berikut:
1) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum.
2) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.
3) Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif.
4) Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama.
2.1.2. Belajar
2.1.2.1. Pengertian Belajar
Belajar menurut Gagne dalam Dimiyati dan Mujiono (2009:10) belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki ketrampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (i) stimulus yang berasal dari lingkungan, dan (ii) proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar dengan demikian belajar adalah
seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulus lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.
Belajar menurut Skiner (dalam Dimiyati dan Mujiono, 2009:9) bahwa belajar adalah suatu prilaku. Pada saat orang belajar, maka responsnya akan menjadi lebih baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar maka resposnya menurun.
Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut:
(i) Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons pebelajar, (ii) respons pebelajar, dan (iii) konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut. Pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut.
Sebagai ilustrasi, prilaku respons sipebelajar yang baik diberi hadiah. Sebaliknya, prilaku respons yang tidak baik diberi teguran dan hukuman.
Belajar menurut piaget dalam Dimiyati dan Mujiono (2009:13) pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus- menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang.
Perkembangan intelektual melalui tahap-tahap berikut. (i) sensori motor (0;0-2;0 tahun), (ii) pra-oprasional (2;0-7;0 tahun), (iii) oprasional kongkrit (7;0- 11;0 tahun), dan oprasi formal (11;0-ke atas).
Pada tahap sensori motor anak mengenal lingkungan dengan kemampuan sensorik dan motorik. Anak mengenal lingkungan dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan dan menggerak-gerakkannya. Pada tahap pra- oprasional, anak mengandalkan diri pada persepsi tentang realitas. Iya telah mampu menggunakan simbol, bahasa, konsep sederhana, berpartisipasi, membuat gambar dan menggolong-golongkan. Pada tahap operasional kongkret anak dapat mengembangkan pikiran logis. Iya dapat mengikuti penalaran logis, walau kadang-kadang memecahkan masalah secara “trial and error”. Pada tahap oprasi formal anak dapat berpikir abstrak seperti pada orang dewasa.
2.1.2.2. Pengertian IPA
Menurut Winaputra dalam Samatowa(2009: 3) IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun
secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasian eksperimen/sistematis (teratur) artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu system, tidak berdiri sendiri, satu dengan yang lainya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisiten.
Menurut Suyoso (1998:23) IPA sendiri berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains merupakan “pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal”.
Menurut KTSP, (2006)” IPA atau SAINS merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersususn secara sistematis, dan dalam pengetahuannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangan IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis hasil kegiatan manusia tentang alam sekitar yang terwujud melalui suatu rangkaian kerja ilmiah, nilai dan sikap ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
2.1.3. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:17), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.
Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan meliputi aspek kognitif, afektif, psikomotor. Menurut Muhibbin dalam Karso (1998) menyatakan bahwa hasil belajar juga dapat dilihat dari 3 aspek , yaitu secara kuantitatif, institusional, dan kualitatif. Aspek kuantitatif
menekankan pada pengisian dan pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta-fakta yang berarti. Aspek institusional atau kelembagaan menekankan pada ukuran seberapa baik perolehan belajar siswa yang dinyatakan dalam angka–
angka. Sedangkan aspek kualitatif menekankan pada seberapa baik pemahaman dan penafsiran siswa terhadap lingkungan disekitarnya. Sehingga dapat memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari–hari.
Menurut Oemar Hamalik dalam Munawar(2009) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor Slametto dalam Viklund (2012).
2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Menurut Seno (2012) yang berjudul Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran STAD (Student Team Achievement Divisions) Bagi Siswa Kelas IV SD Kertomulyo 02 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati pada Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 menyatakan bahwa peningkatan prestasi belajar IPA dapat dilihat dari perolehan nilai siklus I dan II. 1. Siklus I dengan penerapan pembelajaran STAD siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM =65) sebanyak 17 siswa (70%) dan yang belum mencapai KKM sebanyak 7 siswa (30%). Nilai rata-ratanya adalah 73,05 sedangkan nilai tertinggi adalah 95 dan nilai terendahnya adalah 30. 2. Siklus II dengan penerapan pembelajaran STAD siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM
=65) sebanyak 22 siswa (92%) dan yang belum mencapai KKM sebanyak 2 siswa (8%). Nilai rata-ratanya adalah 80,28 sedangkan nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendahnya adalah 40.
Dari penelitian lainnya yang dilakukan oleh Yeni, Selvia (2012) yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student
Teams-Achievement Divisions (STAD) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV Semester II pada Mata Pelajaran IPA SD Negeri Dukuh 02 Salatiga Kecamatan Sidomukti Tahun Pelajaran 2011/2012”. Hasil penelitiannya menunjukkan hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil postest kelas eksperimen yaitu 79,92 sedangkan nilai rata-rata hasil postest kelas kontrol 69,92. Terbukti jika hasil nilai rata-rata postest kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe student teams-archievement divisions (STAD) efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
2.3. Kerangka Berfikir
Hal yang masih menjadi masalah dalam pendidikan di Indonesia akhir- akhir ini adalah bagaimana cara membuat siswa fokus dan antusias dalam mengikuti pembelajaran.
Belajar tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan saja akan tetapi harus menghibur, menginspirasi, membangkitkan semangat, dan rasa senang siswa.
Melalui model STAD siswa akan dipancing untuk lebih aktif dalam pross pembelajaran.
Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilakukan dalam mengajar. Cara tersebut berkaitan dengan cara menyampaikan bahan pelajaran oleh guru kepada siswa yang dalam proses belajar agar dapat menerima, menguasai dan lebih mengembangkan bahan pelajaran itu maka cara mengajar harus menggunakan cara yang tepat. Dengan menggunakan suatu model/metode, maka minat belajar siswa akan tumbuh dengan sendirinya. Minat belajar adalah salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran STAD pada mata pelajaran IPA dapat menentukan hasil belajar siswa. dari pemikiran diatas dapat digambarkan kerangka berfikir dalam penelitian ini sebagai berikut:
Gambar 2.1. Skema Kerangka Berfikir Pembelajaran
Model Pembelajaran
STAD
Menyediakan
Pengalaman Belajar Kegiatan Memonitoring
Memahami berbagai bentuk
energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan
sehari-hari
Kerja Kelompok
Siswa aktif berkomunikasi
Siswa aktif membantu dan
memotivasi semangat untuk berhasil bersama
Siswa aktif berperan sebagai tutor sebaya
Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.
Mengevaluasi hasil diskusi kelompok
Memberikan umpan balik
Menarik kesimpulan
evaluasi
Hasil Belajar
2.4. Hipotesis Penelitian
Penggunaan model pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaram IPA pokok bahasan Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari pada siswa kelas 4semester II SD Negeri 3 Asemrudung Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2013/2014.