• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGELOLAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DALAM PERSPEKTIF MANAJEMEN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN. 1. Pengertian Dana Bantuan Operasional Sekolah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II PENGELOLAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DALAM PERSPEKTIF MANAJEMEN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN. 1. Pengertian Dana Bantuan Operasional Sekolah"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENGELOLAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DALAM PERSPEKTIF MANAJEMEN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

1. Dana Bantuan Operasional Sekolah

1. Pengertian Dana Bantuan Operasional Sekolah

Bantuan Operasional Sekolah yang selanjutnya disebut BOS adalah program pemerintah untuk penyediaan pendanaan biaya operasi non personalia bagi satuan pendidikan dasar dan menengah.32

Biaya non personalia menurut Peraturan Pemerintah No.48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan adalah biaya untuk bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak dan lain-lain. Namun demikian, ada beberapa jenis pembiayaan investasi dan personalia yang diperbolehkan dibiayai dengan dana BOS.33

Dana BOS diberikan kepada satuan pendidikan pada jenjang sekolah dasar. Definisi Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.34

32 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Petunjuk Teknis Penggunaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah Untuk Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. (Jakarta, 2015) hal. 4

33 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Petunjuk Teknis Penggunaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah Tahun Anggaran 2015. (Jakarta, 2014) hal. 2

34 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Petunjuk Teknis Penggunaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah Untuk Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. (Jakarta, 2015) hal. 4

(2)

Pada satuan pendidikan terdapat pendidik dan tenaga pendidikan.

Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.35

Sedangkan tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.36 Misalnya tenaga pustakawan, tenaga administrasi, penjaga sekolah.

2. Tujuan Bantuan Operasional Sekolah

Program BOS secara umum bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu, serta berperan dalam mempercepat pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) pada sekolah-sekolah yang sudah memenuhi SPM.37

Secara khusus program BOS bertujuan untuk:

A. Membebaskan pungutan bagi seluruh peserta didik SD/SDLB negeri dan SMP/SMPLB/SD-SMP Satap/SMPT negeri terhadap biaya operasi sekolah.

35 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Petunjuk Teknis Penggunaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah Untuk Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. (Jakarta, 2015) hal. 4

36 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Petunjuk Teknis Penggunaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah Untuk Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. (Jakarta, 2015) hal. 4

37 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Petunjuk Teknis Penggunaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah Tahun Anggaran 2015. (Jakarta, 2014) hal. 3

(3)

B. Membebaskan pungutan seluruh peserta didik miskin dari seluruh pungutan dalam bentuk apapun, baik di sekolah negeri maupun swasta.

C. Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi peserta didik di sekolah swasta.

Pelaksanaan Program BOS diatur dengan 1 peraturan presiden dan 3 peraturan menteri, yaitu:

1. Peraturan Presiden Nomor 162 Tahun 2014 Tentang Rincian APBN Tahun 2015.

2. Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur tentang mekanisme penyaluran Dana BOS dari pusat ke provinsi dan pelaporannya.

3. Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur tentang mekanisme penyaluran Dana BOS di daerah dan mekanisme penyaluran dari kas daerah ke sekolah.

4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan tentang petunjuk teknis penggunaan dan pertanggungjawaban keuangan dana BOS.38

3. Sasaran Program dan Besar Bantuan

BOS berhak diterima oleh sekolah negeri maupun swasta yang memiliki ijin operasional. Namun untuk sekolah yang mampu membiayai kebutuhan personalia dan non personalia dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan maka diperbolehkan menolak penerimaan BOS.

38 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Petunjuk Teknis Penggunaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah Untuk Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. (Jakarta, 2015) hal. 2

(4)

BOS yang diterima oleh sekolah dasar, dihitung berdasarkan jumlah peserta didik pada satuan pendidikan dengan ketentuan jumlah Rp800.000,-/peserta didik/tahun.

Sasaran program BOS adalah semua sekolah SD/SDLB, SMP/SMPLB/SMPT, dan SD-SMP Satu Atap (Satap), baik negeri maupun swasta di seluruh provinsi di Indonesia yang sudah memiliki Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN) dan sudah terdata dalam sistem Data Pokok Pendidikan (Dapodik).39

Dalam perkembangannya, pemerintah mengeluarkan kebijakan program BOS untuk memenuhi pembiayaan sekolah dasar bagi masyarakat. Dalam prosesnya program BOS mengalami peningkatan biaya satuan dan juga perubahan mekanisme penyaluran, sejak tahun 2012 penyaluran dana BOS dilakukan dengan mekanisme transfer ke provinsi selanjutnya ditransfer ke rekening sekolah secara online. Melalui mekanisme ini, penyaluran dana BOS ke sekolah berjalan lancar.

Dengan mempertimbangkan bahwa biaya operasi sekolah ditentukan oleh jumlah peserta didik dan beberapa komponen biaya tetap yang tidak tergantung dengan jumlah peserta didik, besar dana BOS yang diterima oleh sekolah dibedakan menjadi dua kelompok sekolah sebagai berikut:

1. Sekolah dengan jumlah peserta didik minimal 60, baik untuk SD/SDLB maupun SMP/SMPLB/Satap . BOS yang diterima oleh

39 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Petunjuk Teknis Penggunaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah Tahun Anggaran 2015. (Jakarta, 2014) hal. 3

(5)

sekolah, dihitung berdasarkan jumlah peserta didik dengan ketentuan:

a. SD/SDLB : Rp800.000,-/peserta didik/tahun b. SMP/SMPLB/SMPT/Satap : Rp1.000.000,-/ peserta didik/tahun 2. SD/SDLB/SMP/SMPLB/Satap dengan jumlah peserta didik di

bawah 60 (sekolah kecil).

Akan tetapi dengan pertimbangan bahwa beberapa komponen biaya tetap (fix cost) dari biaya operasi satuan pendidikan tidak tergantung pada jumlah peserta didik, maka pemerintah menerapkan kebijakan khusus untuk satuan pendidikan dengan jumlah peserta didik kurang dari 60 orang. Kebijakan khusus tersebut adalah dengan memberikan besar alokasi dana BOS minimal sebanyak 60 peserta didik, baik untuk satuan pendidikan tingkat SD maupun tingkat SMP.

Bagi sekolah setingkat SD dan SMP dengan jumlah peserta didik kurang dari 60 akan diberikan dana BOS sebanyak 60 peserta didik.

Kebijakan ini dimaksudkan agar sekolah kecil yang berada di daerah terpencil/terisolir atau di daerah tertentu yang keberadaannya sangat diperlukan masyarakat, tetap dapat menyelenggarakan pendidikan dengan baik. Kebijakan ini tidak dimaksudkan untuk memunculkan sekolah kecil yang baru.

Kebijakan ini tidak berlaku bagi sekolah-sekolah dengan kriteria sebagai berikut:

e. Sekolah swasta yang menetapkan standar iuran/pungutan mahal; atau

(6)

f. Sekolah yang tidak diminati oleh masyarakat sekitar karena tidak berkembang, sehingga jumlah peserta didik sedikit dan masih terdapat alternatif sekolah lain di sekitarnya; atau

g. Sekolah yang terbukti dengan sengaja membatasi jumlah peserta didik dengan tujuan untuk memperoleh dana BOS dengan kebijakan khusus tersebut.

Sekolah kecil yang menerima kebijakan alokasi minimal 60 peserta didik adalah sekolah yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. SD/SMP/Satap yang berada di daerah terpencil/terisolir yang pendiriannya telah didasarkan pada ketentuan dan syarat yang ditetapkan oleh pemerintah. Daerah terpencil/terisolir yang dimaksud adalah daerah yang telah ditetapkan oleh Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi; atau

b. Satap, SLB, SDLB dan SMPLB; atau

c. Sekolah di daerah kumuh atau daerah pinggiran yang peserta didiknya tidak dapat tertampung di sekolah lain di sekitarnya; dan d. Bersedia membebaskan iuran bagi seluruh siswa

e. Khusus untuk satuan pendidikan swasta, juga harus sudah memiliki izin operasional minimal 3 tahun, dan bersedia membebaskan iuran bagi seluruh peserta didik.40

40 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Petunjuk Teknis Penggunaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah Untuk Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. (Jakarta, 2015) hal. 4

(7)

Kebijakan ini tidak dimaksudkan untuk memunculkan sekolah kecil yang baru. Kebijakan ini tidak berlaku bagi satuan pendidikan dengan kriteria sebagai berikut:

a. Satuan pendidikan swasta yang menetapkan standar iuran/pungutan mahal; atau

b. Satuan pendidikan swasta yang izin operasionalnya kurang dari 3 tahun; atau

c. Satuan pendidikan yang tidak diminati oleh masyarakat sekitar karena tidak berkembang, sehingga jumlah peserta didik sedikit dan masih terdapat alternatif satuan pendidikan lain di sekitarnya yang masih dapat menampung peserta didik; atau

d. Satuan pendidikan yang terbukti dengan sengaja membatasi jumlah peserta didik dengan tujuan untuk memperoleh dana BOS dengan kebijakan khusus tersebut; atau

e. Satuan pendidikan swasta yang tidak bersedia menerima kebijakan alokasi minimal

Agar kebijakan khusus ini tidak salah sasaran, maka mekanisme pemberian perlakuan khusus ini mengikuti langkah sebagai berikut;

a. Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota memverifikasi sekolah yang akan mendapatkan kebijakan khusus tersebut.

b. Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota merekomendasikan sekolah kecil penerima kebijakan khusus dan mengusulkan kepada Tim

(8)

Manajemen Provinsi dengan dilampiri daftar sekolah berdasarkan Data Pokok Pendidikan (Dapodik)

c. Tim Manajemen BOS Provinsi menetapkan alokasi bagi sekolah kecil berdasarkan surat rekomendasi dari Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota. Tim Manajemen BOS Provinsi berhak menolak rekomendasi dari Tim manajemen BOS Kabupeten/Kota apabila ditemukan fakta/informasi bahwa rekomendasi tersebut tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.41

Satuan pendidikan yang memperoleh dana BOS dengan perlakuan khusus ini harus mengikuti ketentuan sebagai berikut:

b. Harus menyampaikan informasi jumlah dana BOS yang diterima satuan pendidikan secara tertulis kepada orang tua peserta didik dan di papan pengumuman;

c. Mempertanggungjawabkan dana BOS sesuai jumlah yang diterima;

d. Membebaskan iuran/pungutan dari orang tua peserta didik.42

Ketentuan bagi sekolah penerima Bantuan Operasional Sekolah adalah sebagai berikut:

1. Semua sekolah SD/SDLB negeri dan SMP/SMPLB/Satap/SMPT negeri yang sudah memiliki Nomor Pokok Sekolah Nasional

41 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Petunjuk Teknis Penggunaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah Untuk Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. (Jakarta, 2015) hal. 4-5

42 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Petunjuk Teknis Penggunaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah Untuk Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. (Jakarta, 2015) hal. 4-5

(9)

(NPSN) dan terdata dalam sistem Data Pokok Pendidikan (Dapodik) wajib menerima dana BOS;

2. Semua sekolah swasta yang sudah memiliki Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN) dan terdata dalam sistem Data Pokok Pendidikan (Dapodik) juga berhak menerima dana BOS. Akan tetapi sekolah swasta berhak pula menolak untuk menerima dana BOS, dimana penolakan tersebut harus melalui persetujuan orang tua peserta didik melalui Komite Sekolah dan tetap menjamin kelangsungan pendidikan peserta didik miskin di sekolah tersebut.

3. Semua sekolah SD/SDLB negeri dan SMP/SMPLB/Satap/SMPT negeri dilarang melakukan pungutan kepada orang tua/wali peserta didik;

4. SD/SDLB swasta dan SMP/SMPLB/ SMPT/ Satap swasta dapat memungut biaya pendidikan yang digunakan untuk memenuhi kekurangan biaya investasi dan biaya operasi;

5. Semua sekolah yang menerima BOS harus mengikuti pedoman BOS yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah.

6. Sekolah dapat menerima sumbangan dari masyarakat dan orang tua/wali peserta didik yang mampu untuk memenuhi kekurangan biaya yang diperlukan oleh sekolah. Sumbangan dapat berupa uang dan/atau barang/jasa yang bersifat sukarela, tidak memaksa, tidak mengikat, dan tidak ditentukan jumlah maupun jangka waktu pemberiannya;

(10)

7. Pemerintah Daerah harus ikut mengendalikan dan mengawasi pungutan yang dilakukan oleh sekolah, dan sumbangan yang diterima dari masyarakat/orang tua/wali peserta didik tersebut mengikuti prinsip nirlaba dan dikelola dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas;

8. Menteri dan Kepala Daerah dapat membatalkan pungutan yang dilakukan oleh sekolah apabila sekolah melanggar peraturan perundang-undangan dan dinilai meresahkan masyarakat.

Melalui program BOS yang terkait pendidikan dasar 9 tahun, setiap pengelola program pendidikan harus memperhatikan hal-hal berikut:

1. BOS harus menjadi sarana penting untuk meningkatkan akses pendidikan dasar 9 tahun yang bermutu.

2. BOS harus memberi kepastian bahwa tidak ada peserta didik miskin putus sekolah karena alasan finansial seperti tidak mampu membeli baju seragam/alat tulis sekolah dan biaya lainnya.

3. BOS harus menjamin kepastian lulusan setingkat SD dapat melanjutkan ke tingkat SMP.

4. Kepala sekolah SD/SDLB menjamin semua peserta didik yang akan lulus dapat melanjutkan ke tingkat SMP/SMPLB;

5. Kepala sekolah berkewajiban mengidentifikasi anak putus sekolah di lingkungannya untuk diajak kembali ke bangku sekolah;

6. Kepala sekolah harus mengelola dana BOS secara transparan dan akuntabel;

(11)

7. BOS tidak menghalangi peserta didik, orang tua yang mampu, atau walinya memberikan sumbangan sukarela yang tidak mengikat kepada sekolah. Sumbangan sukarela dari orang tua peserta didik harus bersifat ikhlas, tidak terikat waktu dan tidak ditetapkan jumlahnya, serta tidak mendeskriminasikan meraka yang tidak memberikan sumbangan.

Dana BOS diterima oleh sekolah secara utuh, dan dikelola secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan Dewan Guru dan Komite Sekolah dengan menetapkan MBS sebagai berikut:

1. Sekolah mengelola dana secara profesional, transparan dan akuntabel;

2. Sekolah harus memiliki Rencana Jangka Menengah yang disusun 4 tahunan;

3. Sekolah harus menyusun Rencana Kerja Tahunan (RKT) dalam bentuk Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS), dimana dana BOS merupakan bagian integral dari RKAS tersebut;

4. Rencana Jangka Menengah dan RKAS harus didasarkan hasil evaluasi diri sekolah;

5. Rencana Jangka Menengah dan RKAS harus disetujui dalam rapat dewan pendidik setelah memperhatikan pertimbangan Komite

(12)

Sekolah dan disahkan oleh SKPD Pendidikan Kabupaten/Kota (untuk sekolah negeri) atau yayasan (untuk sekolah swasta).43

Setelah Dana BOS dibelanjakan sesuai dengan RKAS yang sebelumnya telah dirumuskan dan disahkan. Kemudian Sekolah harus membuat Rekapitulasi dan Realisasi Penggunaan Dana BOS sesuai dengan Petunjuk Teknis yang berlaku, dan menyusunnya menjadi laporan pertanggungjawaban yang kemudian dilaporkan kepada Dinas Pendidikan. Begitu pula untuk penerimaan Dana BOS di Triwulan- triwulan berikutnya.

Dana BOS dialokasikan pada beberapa ketentuan diantaranya 10%

untuk pengembangan perpustakaan, 15% untuk Pembayaran Honorarium bulanan guru honorer dan tenaga kependidikan honorer. Dan untuk komponen yang lain seperti kegiatan pembelajaran, ekstrakurikuler, pembelian bahan habis pakai, kegiatan ulangan, perawatan sekolah, membantu peserta didik miskin, dan lainnya tidak ditentukan persentasinya (jumlah dana alokasi bebas).

Tentunya jumlah Dana yang diterima oleh sekolah tidak selalu sama disetiap triwulannya, jumlah tersebut disesuaikan dengan keadaan jumlah murid yang cenderung mengalami peubahan. Perubahan jumlah murid tersebut bisa karena ada siswa yang mutasi atau jumlah siswa lulusan dengan jumlah siswa baru yang masuk tidak seimbang.

43 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Petunjuk Teknis Penggunaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah Tahun Anggaran 2015. (Jakarta, 2014) hal. 9

(13)

4. Waktu Penyaluran Dana

Penyaluran dana dilakukan setiap periode 3 bulanan, yaitu periode Januari-Maret, April-Juni, Juli-September dan Oktober-Desember.44

Misalnya pada tahun anggaran 2016, dana BOS akan diberikan selama 12 bulan untuk periode januari 2016 sampai dengan Desember 2016, yaitu Triwulan I dan II tahun anggaran 2016 tahun ajaran 2015/2016 dan Triwulan III dan IV tahun anggaran 2016 tahun ajaran 2016/2017.

Bagi wilayah yang secara geografis sangat sulit (wilayah terpencil) sehingga proses pengambilan dana BOS oleh satuan pendidikan mengalami hambatan atau memerlukan biaya pengambilan yang mahal, atas usulan pemerintah daerah dan persetujuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, penyaluran dana BOS kepada satuan pendidikan dilakukan setiap semester, yaitu pada awal semester.45

5. Organisasi Pelaksana

Organisasi pelaksana BOS meliputi Tim Pengarah dan Tim Manajemen BOS Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota serta Tim Manajemen BOS Sekolah.46

A. Tim Pengarah

44 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Petunjuk Teknis Penggunaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah Tahun Anggaran 2015. (Jakarta, 2014) hal. 6

45 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Petunjuk Teknis Penggunaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah Untuk Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. (Jakarta, 2015) hal. 5

46 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Petunjuk Teknis Penggunaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah Untuk Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. (Jakarta, 2015) hal. 9

(14)

1. Tingkat Pusat

a. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan;

b. Menteri Perencanaan Pembangunan Negara/Kepala Bappenas;

c. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan;

d. Menteri Keuangan;

e. Menteri Dalam Negeri.

2. Tingkat Provinsi a. Gubernur;

b. Wakil Gubernur.

3. Tingkat Kabupaten/Kota a. Bupati/Walikota;

b. Wakil Bupati/Walikota.

B. Tim Manajemen BOS Pusat 1. Penanggung Jawab Umum

a. Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kemdikbud (Ketua).

b. Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan, Bappenas (Anggota).

c. Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama, Kemenko Bidang PMK (Anggota).

d. Direktur Jenderal Bina Keuangan Daerah, Kemdagri (Anggota);

(15)

e. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan, Kemenkeu (Anggota).

2. Penanggung Jawab Program BOS

a. Direktur Pembinaan SMP, Kemdikbud (Ketua).

b. Direktur Pembinaan SD, Kemdikbud (Anggota).

c. Direktur Pembinaan SMA, Kemdikbud (Anggota).

d. Direktur Pembinaan SMK, Kemdikbud (Anggota).

e. Direktur Dana Perimbangan, Kemenkeu (Anggota).

f. Direktur Fasilitas Dana Perimbangan, Kemdagri (Anggota).

g. Direktur Pendidikan, Bappenas (Anggota).

h. Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kemdikbud (Anggota).

i. Kepala Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan, Kemdikbud (Anggota).

3. Tim Pelaksana Program BOS a. Ketua Tim Pelaksana.

i. Ketua Tim Pelaksana SD.

ii. Ketua Tim Pelaksana SMP.

iii. Ketua Tim Pelaksana SMA.

iv. Ketua Tim Pelaksana SMK.

b. Sekretaris Tim Pelaksana

i. Sekretaris Tim Pelaksana SD.

ii. SekretarisTim Pelaksana SMP.

(16)

iii. Sekretaris Tim Pelaksana SMA.

iv. Sekretaris Tim Pelaksana SMK.

c. Penanggung jawab sekretariat

i. Penanggung jawab sekretariat SD.

ii. Penanggung jawab sekretariat SMP.

iii. Penanggung jawab sekretariat SMA.

iv. Penanggung jawab sekretariat SMK.

d. Bendahara

i. Bendahara SD.

ii. Bendahara SMP.

iii. Bendahara SMA.

iv. Bendahara SMK.

e. Unit Data

i. Unit data SD.

ii. Unit data SMP.

iii. Unit data SMA.

iv. Unit data SMK.

v. Tim Dapodikdasmen Pendidikan Dasar dan Menengah.

f. Unit Monitoring dan Evaluasi, serta Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Masyarakat

i. Unit Monitoring dan Evaluasi, serta Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Masyarakat SD.

(17)

ii. Unit Monitoring dan Evaluasi, serta Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Masyarakat SMP.

iii. Unit Monitoring dan Evaluasi, serta Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Masyarakat SMA.

iv. Unit Monitoring dan Evaluasi, serta Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Masyarakat SMK.

g. Unit Publikasi/Humas.

Struktur Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota diatas dapat disesuaikan di daerah masing-masing, dengan mempertimbangkan beban kerja dalam pengelolaan program BOS. Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota ditetapkan dengan surat keputusan Bupati/Walikota.

Sekretariat Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota berada di Kantor SKPD Pendidikan Kabupaten/Kota.

C. Tim Manajemen BOS Sekolah 1. Penanggung Jawab

Kepala Sekolah 2. Anggota

a. Bendahara

h. Satu orang dari unsur orang tua peserta didik di luar Komite Sekolah yang dipilih oleh Kepala Sekolah dan Komite Sekolah dengan mempertimbangkan kredibilitasnya, serta menghindari terjadinya konflik kepentingan.

4. Tugas dan Tanggung Jawab Tim Manajemen BOS Pusat

(18)

a. Menyusun rancangan program.

b. Melakukan kompilasi data jumlah peserta didik tiap satuan pendidikan dengan dengan Tim Dapodikdasmen.

c. Menyusun dan menyiapkan peraturan yang terkait dengan pelaksanaan program BOS.

d. Menyalurkan dana BOS dari Kas Umum Negara ke Kas Umum Daerah sesuai dengan peraturan yang berlaku.

e. Merencanakan dan melakukan sosialisasi program.

f. Menyediakan media informasi BOS melalui situs resmi Kemdikbud.

g. Melatih/memberikan sosialisasi kepada Tim Manajemen BOS Provinsi/Kabupaten/Kota.

h. Merencanakan dan melaksanakan monitoring dan evaluasi.

i. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat.

j. Memonitor perkembangan penyelesaian penanganan pengaduan yang dilakukan oleh Tim Manajemen BOS Provinsi/Kabupaten/Kota.

k. Menyusun laporan pelaksanaan BOS, termasuk laporan keuangan hasil penyaluran dana BOS ke satuan pendidikan.

l. Memantau laporan penyaluran dana BOS dari bank penyalur ke satuan pendidikan.

(19)

5. Tata Tertib Yang Harus Diikuti Oleh Tim Manajemen BOS Pusat diantaranya yaitu:

a. Tidak diperkenankan melakukan pungutan dalam bentuk

apapun kepada Tim Manajemen BOS

Provinsi/Kabupaten/Kota/Sekolah;

b. Mengelola dana operasional dan manajemen secara transparan dan akuntabel;

c. Dilarang bertindak menjadi distributor atau pengecer buku/barang.

Tim Manajemen BOS Pusat ditetapkan dengan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

D. Tim Manajemen BOS Provinsi

Tim Manajemen BOS Provinsi yang diatur dalam Petunjuk Teknis ini adalah Tim Manajemen BOS Provinsi pada jenjang pendidikan dasar. Sedangkan untuk Tim Manajemen BOS Provinsi pada jenjang pendidikan menengah akan diatur dalam Petunjuk Teknis terpisah.

1. Penanggung Jawab

a. Sekretaris Daerah Provinsi (Ketua)

b. Kepala SKPD Pendidikan Provinsi (anggota)

c. Kepala Dinas/Badan/Biro Pengelola Keuangan Daerah (anggota).

2. Tim Pelaksana Program BOS Dikdas

(20)

a. Ketua Tim/Pelaksana (dari unsur SKPD Pendidikan) b. Sekretaris I (dari unsur SKPD Pendidikan)

c. Sekretaris II (dari unsur DPKD/BPKD) d. Bendahara (dari unsur SKPD Pendidikan)

e. Unit Data (Unit Data BOS SD, Unit Data BOS SMP dan Tim Dapodikdasmen Pendidikan Dasar dan Menengah dari unsur SKPD Pendidikan)

f. Unit Monitoring dan Evaluasi serta Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Masyarakat (unit yang menangani SD dan SMP dari unsur SKPD Pendidikan dan dari unsur DPKD/BPKD)

g. Unit Publikasi/Humas (dari unsur SKPD Pendidikan).

3. Tugas dan Tanggung Jawab Tim Manajemen BOS Provinsi a. Mempersiapkan DPA-PPKD berdasarkan alokasi dana BOS

yang ditetapkan dari Pusat.

b. Membuat dan menandatangani perjanjian kerjasama dengan Bank Penyalur dana BOS yang telah ditunjuk dengan mencantumkan hak dan kewajiban masing-masing pihak.

c. Melakukan kompilasi data jumlah peserta didik di tiap satuan pendidikan dari Dapodikdasmen.

d. Mempersiapkan Naskah Perjanjian Hibah (NPH) antara Provinsi dengan Satuan Pendidikan yang dilampiri dengan

(21)

alokasi dana BOS tiap satuan pendidikan berdasarkan Dapodikdasmen.

e. Kepala SKPD Pendidikan Provinsi sebagai penanggung jawab Tim Manajemen BOS Provinsi menandatangani NPH atas nama Gubernur.

f. Melakukan pencairan dan penyaluran dana BOS ke satuan pendidikan tepat waktu sesuai dengan jumlah peserta didik ditiap satuan pendidikan.

g. Memerintah Bank Penyalur yang ditunjuk untuk melaporkan hasil penyaluran dana ke Monev Online Kemdikbud.

h. Melakukan monitoring laporan penyaluran dana BOS dari Bank Penyalur ke satuan pendidikan yang dikirim ke Sistem Monev Online Kemdikbud.

i. Melakukan koordinasi/sosialisasi/pelatihan kepada Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota.

j. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program BOS di satuan pendidikan.

k. Melakukan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat.

l. Mengupayakan penambahan dana untuk satuan pendidikan dan untuk manajemen program BOS dari sumber APBD.

m. Membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan ke Tim Manajemen BOS Pusat paling lambat pada tanggal 20 Januari tahun berikutnya.

(22)

n. Mengumpulkan dan merekapitulasi laporan penggunaan dana BOS dari Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota, selanjutnya dikirim ke pusat (Formulir BOS-K8) paling lambat pada tanggal 20 Januari tahun berikutnya.

o. Membuat dan menyampaikan Laporan Realisasi Penyaluran dana BOS tiap triwulan (Formulir BOS-K9) untuk daerah non terpencil dan tiap semester (Formulir BOS-K9a) untuk daerah terpencil ke Tim Manajemen BOS Pusat.

4. Tata Tertib Yang Harus Diikuti Tim Manajemen BOS Provinsi, yaitu:

a. Tidak diperkenankan menggunakan dana BOS yang telah ditransfer dari KUN ke KUD untuk kepentingan selain BOS.

b. Dilarang dengan sengaja melakukan penundaan penyaluran dana BOS ke satuan pendidikan.

c. Tidak diperkenankan melakukan pungutan dalam bentuk apapun terhadap Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota/Sekolah.

d. Tidak diperkenankan melakukan pemaksaan dalam pembelian barang dan jasa dalam pemanfaatan dana BOS dan tidak mendorong satuan pendidikan untuk melakukan pelanggaran terhadap ketentuan penggunaan dana BOS.

(23)

e. Dilarang bertindak menjadi distributor atau pengecer buku/barang.

Struktur Tim Manajemen BOS Provinsi diatas dapat disesuaikan di daerah masing-masing, dengan mempertimbangkan beban kerja dalam pengelolaan program BOS. Tim Manajemen BOS Provinsi ditetapkan dengan surat keputusan Gubernur. Sekretariat Tim Manajemen BOS Provinsi berada di Kantor SKPD Pendidikan Provinsi.

E. Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota

Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota yang diatur dalam Petunjuk Teknis ini adalah Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota pada jenjang pendidikan dasar.47

1. Penanggung Jawab Kepala SKPD Pendidikan Kabupaten/Kota 1. Tim Pelaksana BOS (dari SKPD Pendidikan)

a. Manajer

b. Unit Pendataan SD/SDLB

c. Unit Pendataan SMP/SMPLB/SMPT/Satap

d. Tim Dapodikdasmen Pendidikan Dasar dan Menengah e. Unit Monitoring dan Evaluasi dan Pelayanan dan

Penanganan Pengaduan Masyarakat.

2. Tugas dan Tanggung Jawab Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota

47 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Petunjuk Teknis Penggunaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah Untuk Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. (Jakarta, 2015) hal. 14

(24)

a. Melatih, membimbing dan mendorong satuan pendidikan untuk memasukkan data pokok pendidikan dalam sistem pendataan yang telah disediakan oleh Kemdikbud.

b. Melakukan monitoring perkembangan pemasukan/updating data yang dilakukan oleh satuan pendidikan secara online.

c. Memverifikasi kelengkapan data (jumlah peserta didik dan nomor rekening) di satuan pendidikan yang diragukan tingkat akurasinya. Selanjutnya meminta satuan pendidikan untuk melakukan perbaikan data melalui sistem Dapodikdasmen.

d. Kepala SKPD Pendidikan Kabupaten/Kota sebagai penanggung jawab Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota menandatangani Naskah Perjanjian Hibah (NPH) mewakili satuan pendidikan dasar.

e. Memberikan sosialisasi/pelatihan kepada satuan pendidikan, Komite Sekolah dan masyarakat tentang program BOS termasuk melalui pemberdayaan pengawas sekolah.

f. Mengupayakan penambahan dana untuk satuan pendidikan dan untuk manajemen program BOS dari sumber APBD.

(25)

g. Melakukan pembinaan terhadap satuan pendidikan dalam pengelolaan dan pelaporan dana BOS.

h. Memantau pelaporan pertanggungjawaban penggunaan dana BOS, baik yang secara offline maupun yang secara online oleh satuan pendidikan.

i. Menegur dan memerintahkan satuan pendidikan yang belum membuat laporan.

j. Mengumpulkan dan merekapitulasi laporan realisasi penggunaan dana BOS dari satuan pendidikan, selanjutnya melaporkan kepada Kepala SKPD Pendidikan Provinsi paling lambat 10 Januari tahun berikutnya.

k. Melakukan monitoring pelaksanaan program BOS di satuan pendidikan termasuk dengan memberdayakan pengawas sekolah sebagai Tim Monitoring Kabupaten/Kota.

l. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat.

m. Memverifikasi sekolah kecil yang memenuhi syarat untuk diusulkan ke Tim BOS Provinsi agar memperoleh alokasi dana BOS minimal.

A. Tata Tertib Yang Harus Diikuti Oleh Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota

(26)

a. Tidak diperkenankan melakukan pungutan dalam bentuk apapun terhadap satuan pendidikan.

b. Tidak diperkenankan melakukan pemaksaan dalam pembelian barang dan jasa dalam pemanfaatan dana BOS dan tidak mendorong satuan pendidikan untuk melakukan pelanggaran terhadap ketentuan penggunaan dana BOS.

c. Dilarang bertindak menjadi distributor atau pengecer buku/ barang.

B. Tugas dan Tanggung Jawab Tim Manajemen BOS Sekolah a. Mengisi, mengirim dan meng-update data pokok

pendidikan (Formulir BOS-01A, BOS-01B, BOS-01C, BOS-01D, dan BOS-01E) secara lengkap kedalam sistem yang telah disediakan oleh Kemdikbud;

b. Memastikan data yang masuk dalam Dapodikdasmen sesuai dengan kondisi riil di satuan pendidikan;

c. Memverifikasi jumlah dana yang diterima dengan data peserta didik yang ada;

d. Mengumumkan besar dana yang diterima dan dikelola oleh satuan pendidikan dan rencana penggunaan dana BOS (RKAS) di papan pengumuman sekolah yang ditandatangani oleh Kepala Sekolah, Bendahara dan Ketua Komite Sekolah (Formulir BOS-03);

(27)

e. Mengumumkan penggunaan dana BOS di papan pengumuman (Formulir BOS-04, atau Formulir BOS- K3 dan BOS-07);

f. Menginformasikan secara tertulis rekapitulasi penerimaan dan penggunaan dana BOS kepada orang tua peserta didik setiap semester bersamaan dengan pertemuan orang tua peserta didik dan satuan pendidikan pada saat penerimaan rapor;

g. Bertanggung jawab secara formal dan material atas penggunaan dana BOS yang diterima;

h. Membuat dan menandatangani form register penutupan kas dan berita acara pemeriksaan kas (BOS-K7B dan BOS-K7C);

i. Membuat laporan realisasi penggunaan dana BOS triwulanan (Formulir BOS-K7 dan BOS-K7A) di tiap akhir triwulan sebagai bentuk pertanggungjawaban penggunaan dana dan disimpan di satuan pendidikan untuk keperluan monitoring dan audit;

j. Memasukkan data penggunaan dana BOS setiap triwulan kedalam sistem online melalui www.bos.kemdikbud.go.id;

k. Membuat laporan tahunan yang merupakan kompilasi dari laporan penggunaan dana BOS tiap triwulan untuk

(28)

diserahkan ke SKPD Pendidikan Kabupaten/Kota paling lambat tanggal 5 Januari tahun berikutnya;

l. Melakukan pembukuan secara tertib (Formulir BOS- K3, BOS-K4, BOS-K5 dan BOS-K6);

m. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat;

n. Memasang spanduk di satuan pendidikan terkait kebijakan pendidikan bebas pungutan (Formulir BOS- 05), terutama menjelang dan selama masa penerimaan peserta didik baru;

o. Bagi satuan pendidikan negeri, wajib melaporkan hasil pembelian barang investasi dari dana BOS ke SKPD Pendidikan Kabupaten/Kota;

p. Menandatangani surat pernyataan tanggung jawab yang menyatakan bahwa BOS yang diterima telah digunakan sesuai NPH BOS (Lampiran Format BOS-K7).

C. TataTertib Yang Harus Diikuti Oleh Tim Manajemen BOS Sekolah

a. Bersedia diaudit oleh lembaga yang berwenang terhadap seluruh dana yang dikelola satuan pendidikan, baik yang berasal dari dana BOS maupun dari sumber lain;

(29)

b. Dilarang bertindak menjadi distributor atau pengecer buku kepada peserta didik di satuan pendidikan yang bersangkutan.

Tim Manajemen BOS Sekolah ditetapkan dengan SK dari Kepala Sekolah.

6. Prosedur Pelaksanaan BOS A. Pendataan

Tahapan pendataan Data Pokok Pendidikan Dasar dan Menengah (Dapodikdasmen) merupakan langkah awal dalam proses pengalokasian dan penyaluran dana BOS.48

Tahapan pendataan Dapodikdasmen adalah sebagai berikut:

1. Satuan pendidikan menggandakan (fotocopy) formulir data pokok pendidikan (BOS-01A, BOS-01B, BOS-01C, BOS-01D, dan BOS-01E) sesuai dengan kebutuhan;

2. Satuan pendidikan melakukan sosialisasi ke seluruh peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan tentang cara pengisian formulir pendataan;

3. Satuan pendidikan membagi formulir kepada individu yang bersangkutan untuk diisi secara manual dan mengumpulkan formulir yang telah diisi;

4. Satuan pendidikan memverifikasi kelengkapan dan kebenaran/

kewajaran data profil satuan pendidikan, rombongan belajar,

48 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Petunjuk Teknis Penggunaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah Untuk Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. (Jakarta, 2015) hal. 19.

(30)

individu peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, serta sarana dan prasarana;

5. Satuan pendidikan memasukkan/meng-update data ke dalam aplikasi Dapodikdasmen secara offline yang telah disiapkan oleh Kemdikbud, kemudian mengirim ke server Kemdikbud secara online;

6. Satuan pendidikan harus mem-backup secara lokal data yang telah dientri;

7. Formulir yang telah diisi secara manual oleh peserta didik/pendidik/ tenaga kependidikan/satuan pendidikan harus disimpan di satuan pendidikan masing-masing untuk keperluan monitoring dan audit;

8. Melakukan update data secara reguler ketika ada perubahan data, minimal satu kali dalam satu semester;

9. Satuan pendidikan dapat berkonsultasi dengan dinas pendidikan setempat mengenai penggunaan aplikasi pendataan dan memastikan data yang di-input sudah masuk kedalam server Kemdikbud;

10. Satuan pendidikan memastikan data yang masuk dalam Dapodikdasmen sudah sesuai dengan kondisi riil di satuan pendidikan;

(31)

11. Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota bertanggung jawab terhadap proses pendataan bagi satuan pendidikan yang memiliki keterbatasan untuk melakukan pendataan secara mandiri.

B. Penetapan Alokasi BOS untuk Penganggaran Dalam APBD

Penetapan alokasi BOS di tiap provinsi untuk keperluan anggaran adalah sebagai berikut:

1. Sebagai langkah awal, pada setiap awal tahun pelajaran baru, Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota bersama Tim Manajemen BOS Provinsi dan Tim Manajemen BOS Pusat melakukan rekonsiliasi progres update data jumlah peserta didik tiap satuan pendidikan yang ada pada Dapodikdasmen sebagai persiapan pengambilan data untuk penetapan alokasi BOS tahun anggaran mendatang.

2. Sebagai tindak lanjutnya, Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota melakukan kontrol terhadap data jumlah peserta didik tiap satuan pendidikan yang ada di Dapodikdasmen berdasarkan data yang ada. Apabila terdapat perbedaan dengan data riil di satuan pendidikan, maka Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota harus meminta kepada satuan pendidikan untuk memperbaiki data dalam sistem Dapodikdasmen.

3. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan pengambilan data jumlah peserta didik pada Dapodikdasmen untuk membuat usulan alokasi dana BOS tiap

(32)

Provinsi/Kabupaten/Kota yang akan dikirim ke Kementerian Keuangan untuk dijadikan dasar penetapan alokasi.

4. Alokasi BOS tiap provinsi/kabupaten/kota tersebut dihitung sebagai hasil rekapitulasi dari data jumlah peserta didik di tiap satuan pendidikan yang ada di Dapodikdasmen pada tahun pelajaran yang sedang berjalan ditambah dengan perkiraan pertambahan jumlah peserta didik tahun pelajaran baru.

5. Pemerintah menetapkan alokasi BOS tiap provinsi/

kabupaten/kota melalui peraturan yang berlaku.

C. Penetapan Alokasi BOS Tiap Satuan Pendidikan

Penetapan alokasi BOS di tiap satuan pendidikan untuk keperluan pencairan dana di tiap triwulan adalah sebagai berikut.

1. Provinsi mengunduh data jumlah peserta didik tiap satuan pendidikan dari Dapodikdasmen, yang selanjutnya digunakan dalam penetapan alokasi dana BOS tiap satuan pendidikan;

2. Alokasi dana BOS untuk satuan pendidikan ditetapkan dalam 2 tahap, yaitu alokasi sementara untuk penyaluran di awal triwulan berjalan dan alokasi final untuk dasar penyaluran lebih/kurang salur. Adapun penetapan alokasi di kedua tahap tersebut adalah sebagai berikut:

a. Alokasi sementara untuk penyaluran dana BOS tiap satuan pendidikan di awal triwulan didasarkan pada data Dapodikdasmen dengan ketentuan sebagai berikut:

(33)

i. Triwulan 1 (Januari-Maret) didasarkan pada Dapodikdasmen tanggal 15 Desember tahun sebelumnya;

ii. Triwulan 2 (April-Juni) didasarkan pada Dapodikdasmen tanggal 1 Maret;

iii. Triwulan 3 (Juli-September) didasarkan pada Dapodikdasmen tanggal 1 Juni;

iv. Triwulan 4 (Oktober-Desember) didasarkan pada Dapodikdasmen tanggal 21 September;

b. Alokasi final dana BOS tiap satuan pendidikan yang digunakan sebagai dasar untuk perhitungan dan penyaluran kekurangan/kelebihan salur triwulan berjalan didasarkan data Dapodikdasmen dengan ketentuan sebagai berikut:

i. Triwulan 1 (Januari-Maret) didasarkan pada Dapodikdasmen tanggal 30 Januari;

ii. Triwulan 2 (April-Juni) didasarkan pada Dapodikdasmen tanggal 30 April;

iii. Triwulan 3 (Juli-September) dan triwulan 4 (Oktober- Desember) didasarkan pada Dapodikdasmen tanggal 30 Oktober.49

49 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Petunjuk Teknis Penggunaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah Untuk Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. (Jakarta, 2015) hal. 21-22.

(34)

B. Manajemen Pembiayaan Pendidikan 1. Pengertian Manajemen

Manajemen beasal dari kata to manage yang artinya mengatur.

Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu. Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan.50

Karena manajemen diartikan mengatur maka timbul beberapa pertanyaan bagi kita.

a. Apa yang diatur?

Yang diatur adalah semua unsur-unsur manajemen yang terdiri dari men, money, methods, materials, machines, and market, disingkat dengan 6M dan semua aktivitas yang ditimbulkannya dalam proses manajemen itu.

b. Kenapa harus diatur?

Agar 6M itu lebih berdaya guna, berhasil guna, terintegrasi, dan terkoordinasi dalam mencapai tujuan yang optimal.

c. Siapa yang mengatur?

Yang mengatur adalah pemimpin dengan wewenang kepemimpinannya melalui instruksi atau persuasi, sehingga 6M dan semua proses manajemen tertuju serta terarah kepada tujuan yang diinginkannya.

50 Hasibuan, Malayu S.P. . Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah. (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2009) hal. 1.

(35)

d. Bagaimana mengaturnya?

Mengaturnya yaitu melalui proses dari urutan fungsi-fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian = planning, organizing, directing, and controlling).

e. Dimana harus diatur?

Dalam suatu organisasi atau perusahaan, karena organisasi merupakan “alat” dan “wadah” (tempat) untuk mengatur 6M dan semua aktivitas proses manajemen dalam mencapai tujuannya.

Tegasnya, pengaturan hanya dapat dilakukan di dalam suatu organisasi (wadah/tempat). Sebab dalam wadah (organisasi) inilah tempat kerja sama, proses manajemen, pembagian kerja, delegation of authority, koordinasi, dan integrasi dilakukan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan mengatakakan bahwa “Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.51

G.R. Terry menjelaskan bahwa “Management is a distinct process consisting of planning, organizing, actuating, and controlling performed to determine and accomplish stated objectives by the use of human being and other resources”. Artinya Manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,

51 Hasibuan, Malayu S.P. . Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah. (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2009) hal. 2.

(36)

pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.52

Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen adalah suatu kegiatan, pelaksanaannya adalah “managing” pengelolaan, sedang pelaksananya disebut manager atau pengelola.53

Manajemen mencakup kegiatan untuk mencapai tujuan, dilakukan oleh individu-individu yang menyumbangkan upayanya yang terbaik melalui tindakan-tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya.54

Hal tersebut meliputi pengetahuan tentang apa yang harus mereka lakukan, menetapkan cara bagaimana melakukannya, memahami bagaimana mereka harus melakukannya dan mengukur efektivitas dari usaha-usaha mereka. Selanjutnya perlu menetapkan dan memelihara pula suatu kondisi lingkungan yang memberikan responsi ekonomis, psikologis, social, politis dan sumbangan-sumbangan teknis serta pengendaliannya.

Perlu dihayati bahwa manajemen dan organisasi bukan tujuan, tetapi hanya alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan, karena tujuan yang ingin dicapai itu adalah pelayanan dan atau laba (profit).55

52 Hasibuan, Malayu S.P. . Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah. (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2009) hal. 2.

53 G.R. Terry, L.W. Rue. Dasar-Dasar Manajemen. (Jakarta : Bumi Aksara, 1993) hal.1.

54 Terry , George R. Prinsip-Prinsip Manajemen. (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2006) hal. 9.

(37)

Walaupun manajemen dan organisasi hanya merupakan “alat dan wadah” saja, tetapi harus diatur dengan sebaik-baiknya. Karena jika manajemen dan organisasi ini baik maka tujuan optimal dapat diwujudkan, pemborosan terhindar, dan semua potensi yang dimiliki akan lebih bermanfaat.

Mismanagement (salah urus) harus dihindari, karena Mismanagement akan menimbulkan kerugian, pemborosan, bahkan tujuan tidak akan tercapai.

2. Pentingnya Manajemen

Pada dasarnya kemampuan manusia itu terbatas (fisik, pengetahuan, waktu dan perhatian) sedangkan kebutuhannya tidak terbatas. Usaha untuk memenuhi kebutuhan dan terbatasnya kemampuan dalam melakukan pekerjaan mendorong manusia membagi pekerjaan, tugas dan tenggung jawab.56

Dengan adanya pembagian kerja, tugas dan tanggung jawab ini maka terbentuklah kerja sama dan keterikatan formal dalam suatu organisasi. Dalam organisasi ini maka pekerjaan yang berat dan sulit akan dapat diselesaikan dengan baik serta tujuan yang diinginkan tercapai.

55 Hasibuan, Malayu S.P. . Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah. (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2009) hal. 2.

56 Hasibuan, Malayu S.P. . Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah. (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2009) hal. 3.

(38)

Pada dasarnya manajemen itu penting, sebab:

1. Pekerjaan itu berat dan sulit untuk dikerjakan sendiri, sehingga diperlukan pembagian kerja, tugas dan tanggung jawab dalam penyelesaiannya.

2. Perusahaan akan dapat berhasil baik, jika manajemen diterapkan dengan baik.

3. Manajemen yang baik akan meningkatkan daya guna dan hasil guna semua potensi yang dimiliki.

4. Manajemen yang baik akan mengurangi pemborosan-pemborosan.

5. Manajemen menetapkan tujuan dan usaha untuk mewujudkan dengan memanfaatkan 6M dalam proses manajemen tersebut.

6. Manajemen perlu untuk kemajuan dan pertumbuhan.

7. Manajemen mengakibatkan pencapaian tujuan secara teratur.

8. Manajemen merupakan suatu pedoman pikiran dan tindakan.

9. Manajemen selalu dibutuhkan dalam setiap kerja sama sekelompok orang.57

Manajemen selalu terdapat dan sangat penting untuk mengatur semua kegiatan dalam rumah tangga, sekolah, koperasi, yayasan-yayasan, pemerintahan, dan lain sebagainya. Dengan manajemen yang baik maka pembinaan kerja sama akan serasi dan harmonis, saling menghormati dan mencintai, sehingga tujuan optimal akan tercapai.

57 Hasibuan, Malayu S.P. . Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah. (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2009) hal. 3-4.

(39)

Manajemen pada dasarnya baru dapat diterapkan, jika:

1. Ada tujuan bersama dan kepentingan yang sama yang akan dicapai.

2. Ada kerja sama di antara sekelompok orang dalam ikatan formal dan ikatan tata tertib yang baik.

3. Ada pembagian kerja, tugas dan tanggung jawab yang teratur.

4. Ada hubungan formal dan ikatan kerja yang tertib.

5. Ada sekelompok orang dan pekerjaan yang akan dikerjakan.

6. Ada organisasi (wadah) untuk melakukan kerja sama.

7. Ada wewenang (authority) dan tanggung jawab (responsibility) dari setiap individu anggota.

8. Ada koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi dari proses manajemen tersebut.

9. Ada pemimpin/pengatur dan bawahan yang akan diatur.

10. Ada relationship in organization dan human organization.

11. Ada the nature of men and the nature of organization.

12. Ada komunikasi dan delegation of authority.58 3. Fungsi Manajemen

Fungsi manajemen menurut G.R. Terry yaitu planning, organizing, actuating dan controlling.59

a. Perencanaan (Planning)

58 Hasibuan, Malayu S.P. . Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah. (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2009) hal. 5.

59 Hasibuan, Malayu S.P. . Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah. (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2009) hal. 38.

(40)

Perencanaan adalah fungsi seorang manajer yang berhubungan dengan memilih tujuan-tujuan, kebijaksanaan- kebijaksanaan, prosedur-prosedur, dan program-program dari alternatif-alternatif yang ada.60

Planning ialah menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan. Planning mencakup kegiatan pengambilan keputusan, karena termasuk pemilihan alternatif-alternatif keputusan. Diperlukan kemampuan untuk mengadakan visualisasi dan melihat ke depan guna merumuskan suatu pola dari himpunan tindakan untuk masa mendatang.61

b. Pengorganisasian (Orgazinig)

Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan- hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan dengan demikian memperoleh kepuasan pribadi dalam hal melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu.62

Organizing mencakup: membagi komponen- komponen kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan ke dalam kelompok-kelompok, membagi tugas kepada seorang manajer

60 Hasibuan, Malayu S.P. . Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah. (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2009) hal. 40.

61 Terry , George R. Prinsip-Prinsip Manajemen. (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2006) hal. 17.

62 Hasibuan, Malayu S.P. . Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah. (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2009) hal. 40.

(41)

untuk mengadakan pengelompokan tersebut, dan menetapkan wewenang diantara kelompok atau unit-unit organisasi.63

Pengorganisasian berhubungan erat dengan manusia, sehingga pencaharian dan penugasannya ke dalam unit-unit organisasi dimasukkan sebagai bagian dari unsur organizing.

c. Pengarahan (Actuating)

Pengarahan adalah membuat semua anggota kelompok agar mau bekerja sama dan bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian.64

Actuating atau disebut juga “gerakan aksi” mencakup kegiatan yang dilakukan seorang manajer untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat tercapai. 65

Actuating mencakup penetapan dan pemuasan kebutuhan manusiawi dari pegawai-pegawainya, memberi penghargaan, memimpin, mengembangkan dan memberi kompensasi kepada mereka.

63 Terry , George R. Prinsip-Prinsip Manajemen. (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2006) hal. 17.

64 Hasibuan, Malayu S.P. . Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah. (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2009) hal. 41.

65 Terry , George R. Prinsip-Prinsip Manajemen. (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2006) hal. 17.

(42)

d. Pengendalian (Controlling)

Pengendalian adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu perusahaan, agar sesuai dengan ketetapan-ketetapan dalam rencana.66

Controlling mencakup kelanjutan tugas untuk melihat apakah kegiatan-kegiatan dilaksanakan sesuai rencana. Pelaksanaan kegiatan dievaluasi dan penyimpangan-penyimpangan yang tidak diinginkan diperbaiki supaya tujuan-tujuan dapat tercapai dengan baik.67

4. Pembiayaan Pendidikan

Biaya pendidikan adalah sumber daya keuangan yang disediakan dan/atau diperlukan untuk biaya satuan pendidikan, biaya penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan, serta biaya pribadi peserta didik sesuai peraturan perundang-undangan.68

Biaya (cost) dapat diartikan pengeluaran yang dalam istilah ekonomi biaya/pengeluaran dapat berupa uang atau bentuk moneter lainnya. Biaya pendidikan merupakan hal yang penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Dapat dikatakan bahwa proses pendidikan tidak dapat berjalan tanpa dukungan biaya. Biaya pendidikan merupakan salah satu komponen masukan instrumental

66 Hasibuan, Malayu S.P. . Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah. (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2009) hal. 41.

67 Terry , George R. Prinsip-Prinsip Manajemen. (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2006) hal. 17.

68 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Petunjuk Teknis Penggunaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah Untuk Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. (Jakarta, 2015) hal. 4.

(43)

(instrumental input) yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan, khususnya di sekolah. Berdasarkan sumbernya, biaya pendidikan dapat digolongkan menjadi empat jenis: pertama, biaya pendidikan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Kedua, biaya pendidikan yang dikeluarkan oleh masyarakat atau orang tua/wali siswa. Ketiga, biaya pendidikan yang dikeluarkan oleh masyarakat bukan orang tua siswa, misalnya sponsor dari lembaga keuangan dan perusahaan. Dan keempat, dari lembaga pendidikan itu sendiri.69

Ketika berbicara tentang pembiayaan pendidikan maka persoalan yang muncul yaitu bagaimana produktivitas dan efisiensi yang bisa dicapai oleh sekolah berkaitan penggunaan biaya pendidikan itu. Kedua persoalan pokok tersebut (produktivitas dan efisiensi) merupakan konsep yang sejalan (harmonis) dalam kaitannya dengan penggunaan atau analisis biaya. Namun demikian hal tersebut banyak diabaikan dan bahkan ditinggalkan oleh para pengelola dunia pendidikan.

Para pengelola pendidikan dan para pemimpin selalu menganggap bahwa biaya pendidikan merupakan persoalan yang mudah dan selalu dianggapnya sebagai suatu komponen yang tidak menentukan terhadap kualitas pendidikan. Pemikiran tersebut sangatlah keliru dan kita sebagai masyarakat telah terkecoh dengan persoalan biaya pendidikan. Selama ini kita telah salah memposisikan biaya dalam

69 Harsono, Pengelolaan Pembiayaan Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007), hal. 10.

(44)

kontek peningkatan kualitas pendidikan. Apabila hal ini dipertahankan terus oleh pola pikir para pengelola pendidikan dan para pemimpin maka sulit bahkan tidak akan pernah dunia pendidikan kita akan maju.

Pada dasarnya, pembiayaan pendidikan terkait dengan masalah bagaimana mencari dana (sumber dana), bagaimana menggunakan dana itu dengan memanfaatkan rencana biaya standar, memperbesar modal kerja dan merencanakannya untuk kebutuhan masa yang akan datang. Sementara biaya pendidikan adalah seluruh usaha yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat baik berupa uang maupun non moneter. Biaya tersebut memerlukan pengelolaan yang jelas.

Satu hal yang perlu disadari bersama bahwa pembiayaan pendidikan merupakan kunci sukses penyelenggaraan pendidikan yang pada gilirannya akan memiliki dampak terhadap negara atau daerah otonom tertentu. Suatu negara atau daerah otonom tertentu yang menghendaki percepatan dalam pertumbuhan dalam segala aspek harus memperhatikan dunia pendidikan lebih dari yang lainnya.

Biaya adalah jumlah uang yang disediakan (dialokasikan) dan digunakan atau dibelanjakan untuk melaksanakan berbagai fungsi atau kegiatan guna mencapai suatu tujuan dan sasaran-sasaran dalam rangka proses manajemen. Di sisi lain, biaya adalah harga pokok yang merupakan gambaran pengorbanan dalam pengertian kuantitatif pada saat barang atau jasa dipertukarkan.

(45)

Di dalam terminologi administrasi keuangan, khususnya adminsitrasi keuangan bidang pendidikan, dibedakan antara biaya (cost) dan pembelanjaan (expenditure). Biaya (cost) adalah nilai besar dana yang diperkirakan perlu disediakan untuk membiayai kegiatan tertentu, misalnya kegiatan akademik, kegiatan kesiswaan, dan sebagainya. Sedangkan pembelanjaan (expenditure) adalah besar dana riil yang dikeluarkan untuk membiayai unit kegiatan tertentu, misalnya kegiatan praktikum siswa. Oleh karena itu, seringkali muncul adanya perbedaan antara biaya yang dianggarkan dengan pembelanjaan riil.70

Biaya (cost) dapat diartikan pengeluaran yang dalam istilah ekonomi biaya/pengeluaran dapat berupa uang atau bentuk moneter lainnya. Biaya pendidikan merupakan hal yang penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Dapat dikatakan bahwa proses pendidikan tidak dapat berjalan tanpa dukungan biaya. Biaya pendidikan merupakan salah satu komponen masukan instrumental (instrumental input) yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan, khususnya di sekolah. Berdasarkan sumbernya, biaya pendidikan dapat digolongkan menjadi empat jenis: pertama, biaya pendidikan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Kedua, biaya pendidikan yang dikeluarkan oleh masyarakat atau orang tua/wali siswa. Ketiga, biaya pendidikan yang dikeluarkan oleh masyarakat

70 Saiful Mufid, Artikel Pembiayaan Pendidikan, Stit Attaqwa, 2012, hal. 1.

(46)

bukan orang tua siswa, misalnya sponsor dari lembaga keuangan. dan perusahaan. Dan keempat, dari lembaga pendidikan itu sendiri.71

Masing-masing sumber tersebut adalah pos strategis dalam sirkulasi pembiayaan pendidikan untuk menopang program pendidikan yang diagendakan, baik oleh pihak lembaga pendidikan sendiri sebagai wadah pemberdayaan dan pengembangan, maupun pemerintah sebagai pihak yang mempunyai kebijakan dalam penganggaran yang secara institusional memiliki tanggung jawab utama dan pendorong ke arah efektivitas dan efisensi aktivitas pendidikan. Oleh karena demikan, faktor biaya adalah sangat berpengaruh terhadap penyelenggaraan pendidikan.

Dalam setiap upaya pencapaian tujuan pendidikan, baik tujuan- tujuan yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif, biaya pendidikan memiliki peranan yang sangat menentukan. Hampir tidak ada upaya pendidikan yang dapat mengabaikan peranan biaya, sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa biaya, proses pendidikan (di sekolah) tidak akan berjalan dengan maksimal. Biaya dalam pengertian ini memiliki cakupan yang luas, yakni semua jenis pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan, baik dalam bentuk uang maupun barang dan tenaga (yang dapat dihargakan dengan uang).

Pembiayaan Pendidikan dapat dikatakan sebagai beberapa kegiatan manajemen keuangan yaitu memperoleh dan menetapkan sumber-

71 Harsono, Pengelolaan Pembiayaan Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007), hal. 10.

(47)

sumber pendanaan, pemanfaatan dana, pelaporan, pemeriksaan dan juga pertanggungjawaban. Pembiayaan dalam kegiatan pendidikan merupakan salah satu substansi manajamen sekolah yang ikut menentukan berjalannya kegiatan pendidikan di sekolah. Pembiayaan pendidikan merupakan kegiatan manajemen keuangan dilakukan melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian.

Dalam hal ini, biaya pendidikan diperuntukan bagi terselenggaranya aktivitas pembelajaran dalam mencapai etos bangsa yang luhur yang tercantum dalam tujuan pendidikan. Tujuan ini bersifat filosofis, luas, menyeluruh dan mendasar dalam mewujudkan cita-cita luhur bangsa.72

Pembiayaan pendidikan pada dasarnya menitik beratkan pada upaya pendistribusian benefit pendidikan dan beban yang harus ditanggung masyarakat. Biaya secara sederhana adalah sejumlah nilai uang yang dibelanjakan untuk mendukung proses pendidikan atau jasa pelayanan yang diberikan pada siswa. Pembiayaan pendidikan berhubungan dengan distribusi beban pajak dalam berbagai jenis pajak kelompok manusia serta metode pengalihan pajak ke sekolah. Hal yang sangat penting dalam pembiayaan pendidikan adalah berupa

72 Suhardan, Dadang, Riduwan dan Enas. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. (Bandung:

Alfabeta, 2014) hal.9

(48)

besar uang yang harus dibelanjakan, dari mana sumber uang yang diperoleh dan kepada siapa uang harus dibelanjakan.73

Di sisi lain, pembiayaan pendidikan adalah merupakan jumlah uang yang dihasilkan dan dibelanjakan untuk berbagai keperluan penyelenggaraan pendidikan yang mencakup gaji guru, peningkatan profesionalisme guru, pengadaan sarana ruang belajar, perbaikan ruang, pengadaan peralatan, buku pelajaran, alat tulis kantor, pendukung kegiatan ekstra kurikuler, kegiatan pengelolaan pendidikan, dan supervisi pendidikan.74

Dalam perencanaan pembiayaan, terlebih dahulu harus memahami jenis-jenis biaya dalam istilah pembiayaan. Ada 2 jenis penting yang harus dibiayai dalam ekonomi pendidikan, yaitu biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost).75

Dalam kajian pembiayaan pendidikan, ada beberapa istilah penting yang harus diperhatikan, di antaranya objek biaya, informasi manajemen biaya, pembiayaan (financing), keuangan (finance), anggaran (budget), biaya (cost), pemicu biaya (cost driver). Istilah- istilah tersebut merupakan greenlight dalam kajian ilmu ekonomi.

Untuk mengetahui hal tersebut, penulis jabarkan sebagai berikut:

Objek Biaya Setiap lembaga atau organisasi, ketika menjalankan programnya, selalu terkait dengan aktivitas-aktivitas sebagai ujung

73 Thomas H Jhones, Introduction to School Finance Technique An Social Policy, (New York:

Macmillan Publishing Company, 1985), hal. 12.

74 Nanang Fatah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: Rosdakrya, 2000), hal. 12.

75 Suhardan, Dadang, Riduwan dan Enas. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. (Bandung:

Alfabeta, 2014) hal.7

(49)

tombak sistem lembaga atau organisasi yang membutuhkan biaya.

Oleh karena itu, biaya dari seluruh kegiatan yang ada itu merupakan objek biaya.76

Sebagaimana dikemukakan oleh Blocher, bahwa objek biaya adalah akumulasi dari berbagai aktivitas. Lebih lanjut Blocher membagi jenis objek biaya menjadi empat: a) produk atau kelompok produk yang saling berhubungan, b) jasa, c) departemen (departemen teknis, departemen sumber daya manusia), d) Proyek (penelitian, promosi pemasaran atau usaha jasa komunitas).77

Informasi Pembiayaan apabila dikontekskan pada penyelenggaraan pendidikan, maka informasi manajemen biaya ini dapat dikaitkan dengan informasi tentang sumber biaya, baik dari pemerintah, orang tua murid, masyarakat, serta potensi lain yang menopang biaya penyelenggaraan pendidikan. Di sisi lain juga dapat memberi informasi tentang sistem layanan proses belajar mengajar yang dikaitkan dengan biaya yang layak untuk suatu layanan yang sifatnya lebih baik serta upaya mendukung keputusan dengan program yang harus dilakukan secara baik dan benar sebagai manifestasi dari pertanggungjawaban.

Dengan pengetahuan tentang informasi manajemen pembiayaan tersebut, diharapkan akan meningkatkan kualitas jasa atau produk serta

76 Blocher, et. al, Manajemen Biaya Dengan Tekanan Strategic. Penerjemah. Susty ambarrini, (Jakarta: Salemba, 2001), hal. 8.

77 Blocher, et. al, Manajemen Biaya Dengan Tekanan Strategic. Penerjemah. Susty ambarrini, (Jakarta: Salemba, 2001), hal. 84.

Referensi

Dokumen terkait

Namun terhalang oleh belum adanya media online yang informatif untuk pemesanan yang menjelaskan secara detail makanan yang di tawarkan sebagai media promosi

Kanamit Barat, untuk terus mengawasi kinerja Perangkat desanya dikarenakan peneliti melihat meskipun kinerja perangkat Desa Kanamit Barat pada Tahun 2019 dalam

Dalam penelitian ini diperlukan adanya data dari Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen yang dapat membantu penelitian yang nantinya akan disusun dan diolah untuk

Tujuan dari kegiatan ini agar pembudidaya ikan lele di kota Probolinggo mampu membuat pakan ikan lele sendiri dari bahan lokal, sehingga dapat menekan biaya

Rincian kebiasan menahan diri untuk tidak merokok di area terlarang oleh mahasiswa Universitas Lancang Kuning setelah bangun tidur seperti pada Tabel 4... Dan mahasiswa

Isi 1. Analisis Menggunakan Transformasi Laplace 3. Tanggapan Frekuensi Rangkaian Orde-1 5.. Perhitungan rangkaian akan memberikan kepada kita hasil yang juga merupakan fungsi

Rasa suka sama suka antara penjual dan pembeli itu diwujudkan dalam bentuk ucapan lisan, sehingga jumhur ulama yang terdiri dari salafiah, syiah dan zhahiriyah mewajibkan

Sebelumnya oleh (Suoth., dkk, 2012) telah dibuat sebuah sistem akusisi data untuk survei panas bumi. Sistem instrumentasi yang telah dikembangkan mampu mengukur dan