• Tidak ada hasil yang ditemukan

DUNIA MEMBUTUHKAN MINYAK SAWIT TERUS BERTUMBUH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DUNIA MEMBUTUHKAN MINYAK SAWIT TERUS BERTUMBUH"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Industri minyak sawit Indonesia saat ini sedang menghadapi tekanan dunia, yang bertujuan menghentikan pertumbuhan minyak sawit Indonesia. Dari sisi demand, tekanannya adalah munculnya berbagai isu negatif dan black campign dari sisi kesehatan, sisi lingkungan, proses sertifikasi dan berbagai skenario lainnya, hingga slogan Palm Oil Free (POF). Dari sisi Supply, adalah sejumlah tekanan seperti moratorium untuk menghentikan (menghentikan sementara) perkembangan sawit di Indonesia. Dan dari sisi international trade, tekanan yang diberikan dunia adalah IPOP. Tulisan ini menunjukkan bahwa pasar dunia sangat berkepentingan pada pertumbuhan minyak sawit, untuk memenuhi konsumsi minyak nabati yang terus tumbuh. CPO relatif paling murah dan memiliki produktivitas yang tinggi.

Komoditas terdekat dalam perang minyak nabati dunia adalah minyak kedelai. Namun dalam jangka panjang, minyak kedelai akan mengalami kesulitan untuk merespon laju konsumsi minyak nabati dunia, karena produktivitasnya 0.4 ton per ha, sedangkan minyak sawit 4 ton per hektar. Dari sisi harga, juga minyak kedelai lebih mahal 24 % dibandingkan minyak sawit, sehingga negara negara importir akan tetap menginginkan minyak sawit.

Misalkan negara importir membeli 100 ton CPO, maka dengan uang yang sama hanya memperoleh sekitar 80 ton minyak kedelai. Disamping itu, trend harga bahan bakar minyak (petroleum oil) yang diperkirakan akan terus menurun hingga beberapa tahun kedepan tidak berkorelasi dengan harga CPO. Hal ini memberikan penguatan akan kedudukan minyak sawit, dimana dunia sangat membutuhkan Minyak sawit dunia terus bertumbuh.

Keywords : perang minyak nabati, cpo vs minyak kedelai

DUNIA MEMBUTUHKAN MINYAK SAWIT TERUS BERTUMBUH

Oleh

Tim Riset PASPI

m nitor

Analisis Isu Strategis Sawit Vol. II, No. 21/6/2016

PASPI

Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute www.paspimonitor.or.id

“Dapat dikutip untuk pemberitaan”

(2)

PENDAHULUAN

Saat ini, industri persawitan Indonesia sedang menghadapi dua hal penting, di satu sisi sedang menghadapi bagian dari perang minyak nabati dunia dengan berbagai variasinya, dan di sisi lain persoalan yang sedang dihadapi sebagian besar petani Indonesia terlebih pada situasi harga CPO saat ini. Tulisan ini ingin melihat pada point yang pertama.

Berbagai tekanan dunia berusaha menghentikan atau memperlambat laju pertumbuhan minyak sawit Indonesia. Dari sisi demand, tekanannya adalah munculnya berbagai isu negatif dan black campign dari sisi kesehatan, sisi lingkungan, proses sertifikasi dan berbagai skenario lainnya, hingga slogan Palm Oil Free (POF). Dari sisi Supply, adalah sejumlah tekanan seperti moratorium untuk menghentikan (paling tidak menghentikan sementara) perkembangan sawit di Indonesia. Dan dari sisi international trade, tekanan yang diberikan dunia adalah IPOP. Keseluruhan skenario tersebut sangat nyata berusaha menghentikan pertumbuhan CPO Indonesia.

Negara Amerika telah lebih awal melakukan black campaign anti CPO dari daerah tropis untuk menekan perkembangan CPO yang relatif pesat dibandingkan dengan pertumbuhan minyak kedelai. (Othman dan Alias, 2000).

Kemudian disusul negara Eropa dengan mengembangkan isu kerusakan lingkungan.

Studi lainnya juga menegaskan posisi minyak sawit adalah komoditas subtitusi minyak kedelai (Othman, et al.,1995). Hal itu berdampak pada perubahan struktural permintaan minyak sawit di dunia, khususnya di Amerika Serikat, yang disebabkan oleh gencarnya kampanye anti minyak sawit dari negara tropis dengan alasan memiliki kandungan lemak jenuh yang tinggi dan tidak baik untuk kesehatan.

Sebaliknya perubahan sturktural tersebut mendorong percepatan ekspor CPO Indonesia ke sejumlah negara, terutama India dan China, dan laju demand di pasar CPO dunia menjad lebih tingggi dibandingkan dengan laju supply, sehingga pada era 2000-2010 terlihat trend global

excess demand dan mendrong harga CPO naik.

Keberjhasilan CPO menjadi komoditas substitusi terutama disebabkan oleh produktivitasnya yang tinggi dan bahkan paling tinggi dibandingkan dengan minyak kedelai, minyak rapeseed dan minyak bunga matahari, dan biaya produksi relatif paling rendah, sehingga harga CPO relatif paling rendah dan Indonesia menjadi menjadi negara produsen utama CPO di dunia, dan dalam hal ini Indonesia menjadi negara yang feed the world.

Pada saat Indonesia berada pada posisi teratas, maka tekanan LSM dunia pun semakin kuat. Namun sayangnya, fakta empiris menunjukkan sebagian besar dan hampir di seantero Indonesia, informasi yang benar tentang sawit sangat minim, dan bangsa Indonesia tidak berpihak pada komoditas sawit. Sementara satu satuanya komoditas strategis yang kita miliki saat ini dan sedang dalam posisi yang kuat adalah sawit. Sejumlah komoditas Indonesia yang sempat memiliki posisi di pasar dunia kini tinggal sejarah, dan tentu kita tidak menginginkan missi negative campign itu berhasil pada komoditas strategis ini.

KOMODITAS SAWIT AKAN TETAP LEBIH UNGGUL DI PASAR DUNIA

Dengan mengacu pada proyeksi nabati di pasar dunia hingga tahun 2050, tidak ada keraguan akan posisi komoditas sawit akan terus memimpin minyak nabati dunia.

Ambisi minyak kedelai untuk mengalahkan minyak sawit sangat sulit, karena tingkat produktivitas kedelai hanya 0.4 ton per ha, sementara CPO rata-rata mencapai 4 ton per herktar. Akan muncul masalah baru dalam hal ekstensifikasi lahan bila kedelai tetap berambisi menjadi nomor 1 dunia. Meskipun akan menggunakan areal penanaman di beberapa negara di dunia serta peningkatan teknologi benih untuk mendorong produktivitas.

Sebaliknya, bila Indonesia dikalahkan dalam perang nabati ini, maka komoditas sawit juga akan lahir dan berkembang di negara negara tropis lainnya di benua Afrika.

(3)

Gambar 1. Proyeksi Konsumsi Minyak Nabati Utama Dunia 2050

Hal ini didukung laju konsumsi per kapita untuk minyak sawit juga paling tinggi pada kurun waktu 2030-2050 yakni tumbuh 3,56 persen per tahun, sementara soybean oil (minyak kedelai) tumbuh 2,30 persen per tahun, rapeseed tumbuh 1,09 persen per tahun dan sun flower oil tumbuh 0,9 persen per tahun.

Proyeki konsumsi tahun 2050 minyak nabati utama dunia akan mencapai 334,68 juta ton, atau meningkat 2.5 kali lipat dari kondisi saat ini. Konsumsi masing-masing minyak nabati adalah minyak sawit 171.16 juta ton (51.14%), minyak kedelai 105.78 juta ton (31.61%), minyak repeseed 38.80 juta ton (11.59%) dan minyak bunga matahari sebesar 18.94 juta ton (9.34%) (Gambar 1).

Seiring dengan meningkatnya konsumsi, maka tahun 2050, proyeksi produksi minyak nabati utama dunia akan mencapai 358,56 juta ton, atau meningkat 2.6 kali lipat dari kondisi saat ini. Produksi masing-masing minyak nabati adalah minyak sawit 189.66 juta ton (52.9%), minyak kedelai 111.07 juta ton (31.0%), minyak repeseed 38.72 juta ton (10.8%) dan minyak bunga matahari sebesar 19.11 juta ton (5.3%).

Berdasarkan proyeksi FAO dan Oil World (Source Global Harvesting, 2014), konsumsi per kapita CPO dunia akan meningkat dari 7.43 kg/kapita pada tahun 2015 menjadi 12.12 kg/kapita pada tahun 2050, sedangkan konsumsi per kapita minyak kedelai akan meningkat dari 6.29 kg/kapita pada tahun 2015 menjadi 8.5 kg/kapita pada tahun 2050. Hal ini menunjukkan posisi CPO akan tetap menjadi minyak nabati utama dunia di masa mendatang. Dengan pertumbuhan penduduk dunia pada tahun tersebut, maka diperkirakan konsumsi CPO dunia akan mencapai 171.167 juta ton sedangkan minyak kedelai sebesar 105.179 juta ton.

ANALISIS HARGA CPO DAN MINYAK KEDELAI

Disamping keunggulan dalam laju konsumsi, maupun produksi minyaknabati di atas, salah satu indikator penting yang penting adalah dari sisi harga. Data Harga CPO dan Minyak kedelai pada kurun waktu 2001 hingga aprl 2016 disajikan berikut ini.

0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000 160.000 180.000

2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050

Ribu Ton

Proyeksi Konsumsi Minyak Nabati Utama Dunia

Palm Oil Rapeseed Oil Soybean Oil Sunflower Oil

(4)

Gambar 2. Harga CPO dan Minyak Kedelai di Pasar Dunia, 2010-2016

Pada trend harga naik, Januari 2001 hingga Juli 2008, harga minyak kedelai 30 persen lebih mahal dibandingkan harga CPO, dan pada trend harga minyak nabati menurun sejak Juli 2011 hingga September 2015 harga minyak kedelai 21 persen lebih mahal dibandingkan harga CPO, dan pada beberapa bulan terakhir sejak Oktober 2015 hingga April 2016 saat ini, tetap harga minyak kedelai relatif lebih mahal 19 persen dibandingkan dengan harga CPO. Secara keseluruhan, rata-rata harga minyak kedelai adalah 24 % lebih mahal dibandingkan dengan harga minyak sawit.

Bagi negara negara importir, data ini akan memberi makna, bahwa CPO akan menjadi pilihan impor utama dibandingkan dengan minyak kedelai, karena mampu menghemat sekitar 24 persen. Contoh sederhana, dengan sejumlah uang tertentu mengimpor CPO sebesar 100 ton, maka bila dibandingkan dengan minyak kedelai, uang

sama tersebut hanya mampu membeli sekitar 80 ton, dan bagi negara pengimpor, sangat logis akan membeli minyak sawit, meskipun dibarengi dengan sejumlah kampanye negatif. Dengan demikian, tidak ada keraguan akan keunggulan CPO dibandingkan dengan minyak kedelai, dalam jangka panjang,

ANALISIS HARGA CPO DENGAN PETROLEUM OIL

Harga CPO dunia sering dikaitkan dengan harga petroleum oil. Sehingga penurunan harga minyak dunia saat ini sering mengundang pesimisme pada pelaku sawit, bahwa harga sawit juga akan menurun. Perbandingan harga CPO dan Petroleum Oil disajikan pada gambar berikut.

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600

Jan-01 Oct 2001 Jul-02 Apr-03 Jan-04 Oct 2004 Jul-05 Apr-06 Jan-07 Oct 2007 Jul-08 Apr-09 Jan-10 Oct 2010 Jul-11 Apr-12 Jan-13 Oct 2013 Jul-14 Apr-15 Jan-16

CPO SBO

(5)

Gambar 3. Harga CPO dan Harga Minyak Bumi (Petroleum Oil), 1986-2016

Gambar di atas menunjukkan bahwa pada tahun 1986 hingga 2008, tidak ada korelasi yang positif antara harga CPO dan harga BBM. Namun seiring dengan perkembangan minyak sawit dunia, dan sekaligus sebagai salah satu sumber biodiesel, maka peran minyak sawit menjadi bertambah untuk foot dan energy. Korelasi harga CPO dan harga BBM begitu erat yakni 0.82 (sangat kuat). Artinya, jika harga minyak dunia naik, maka minyak kedelai akan ikut naik. Namun dengan mencermati penurun harga BBM (bahkan diperkirakan masih akan menurun hingga beberapa tahun ke depan, akibat melimpahnya supply minyak dunia), maka terlihat korelasi antara harga CPO dengan harga BBM adalah 0,61 atau sedang. Hal ini menunjukkan bahwa korelasi kedua harga ini tidak sekuat yang diperkirakan, karena proporsi sawit yang digunakan untuk bahan energy juga tidak dalam proporsi yang besar. Artinya, penurunan harga BBM tidak serta merta akan diikuti dengan penurunan harga CPO.

Dan hal ini terbukti, sejak November 2015 harga CPO sudah naik kembali, meskipun harga BBM masih bergerak turun. Data ini memberikan informasi yang menguatkan posisi minyak sawit di pasar dunia, dan tidak benar minyak sawit dalam kondisi over supply sehingga dimanfaatkan sebagai landasan untuk moratorium tanaman sawit.

Dunia mesih tetap membutuhkan sawit, baik perbaikan produktivitas maupun peningkatan ekstensifikasi.

KESIMPULAN

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kondisi yang dihadapi industri minyak sawit Indonesia saat ini adalah adanya perang minyak nabati minyak sawit dengan minyak kedelai. Dalam berbagai hal, minyak sawit memiliki keunggulan, baik dari sisi produktivitas, biaya produksi dan harga, sehingga minyak sawit tetap diperlukan di pasar dunia, untuk memenuhi konsumsi nabati dunia yang masih terus berkembang.

Negara negara importir nabati juga lebih menghendaki minyak sawit, karena harga minyak sawit lebih murah dibandingkan minyak kedelai.

Dengan memperhatikan trend harga bahan bakar minyak (petroleum oil) yang diperkirakan akan terus menurun hingga beberapa tahun kedepan, hal tersebut tidak berkorelasi positif dan kuat dengan harga CPO. Tidak ada alasan untuk pesimisme sawit, karena peran sawit dalam energy tidak dalam proporsi yang besar. Hal ini mengkonfirmasikan akan kedudukan minyak sawit sebagai komoditas dunia yang sangat penting, dimana dunia sangat membutuhkan Minyak sawit dunia terus bertumbuh. Pada situasi demikian, maka saatnya Indonesia secara berdauluat menjadi negara utama minyak sawit dunia, dan tidak terpengaruh dengan beraneka ragam strategi yang diupayakan menghentikan peran Indonesia di pasar dunia tersebut.

- 200,000 400,000 600,000 800,000 1000,000 1200,000

A 1986 Aug 1987 Dec 1988 Apr-90 Aug 1991 Dec 1992 Apr-94 Aug 1995 Dec 1996 Apr-98 Aug 1999 Dec 2000 Apr-02 Aug 2003 Dec 2004 Apr-06 Aug 2007 Dec 2008 Apr-10 Aug 2011 Dec 2012 Apr-14 Aug 2015

Petro CPO

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Oil World. 2000-2009. Oil World Statistic. ISTA Mielke GmbH. Hamburg.

Oil World. 2009-2012. Oil World Statistic. ISTA Mielke GmBh. Hamburg

Othman, B.J. and Alias, M.H. 2000. Examining Price Responsiveness in U.S. and EU Import Demand for Malaysian Palm Oil. Journal of International Food & Agribusiness Marketing, 11(2):83-96.

Othman, B.J., Houston, J.E., and McIntosh, C.S.

2003. Impact on US Vegetable Oil Demand.

Food Policy. 1993(1):214-223.

Othman, J.B.; Houston, J.E. and Ames, G.C.W. 1995.

Noneconomic Distortions in International Agricultural Trade: The Case of Palm Oil in the U.S. Journal of International Food &

Agribusiness Marketing, 7(2):79-89.

PASPI, 2014: Industri Minyak Sawit Indonesia Berkelanjutan. Peranan Industri Minyak Kelapa Sawit Dalam Pertumbuhan Ekonomi, Pembangunan Pedesaan , Pengurangan Kemiskinan Dan Pelestarian Lingkungan.

Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute. Bogor.

Purba JHV. 2011. Dampak Pajak Ekspor terhadap Industri Minyak Goreng Indonesia. Disertasi Doktor. SPS-IPB. Bogor.

Sipayung, T. 2012. Ekonomi Agribisnis Minyak Sawit. IPB Press. Bogor.

World Bank, 2010: Agricultural Rural Development Data. World Bank. Washington DC.

World Growth, 2011 World Bank’s Revised Palm Oil Strategy Undermines Economic Development and Restricts Global Markets.

World Growth.

Referensi

Dokumen terkait

Todėl, nusprendus taikyti taupią gamybą, vertėtų pasidomėti PPS teikiamais privalumais ir atvirkščiai – PPS diegimas gali palengvėti, jei prieš tai gamybos procesai

Inflasi yang terjadi di Kota Kendari tercatat disebabkan oleh naiknya indeks harga pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan 1,21 persen; kesehatan 1,05 persen;

Kredit investasi akan diberikan apabila manajemen bank merasa yakin bahwa nasabahnya dapat mengembalikan kredit investasi tersebut sesuai dengan waktu yang telah

(4) Terhadap berkas yang dikembalikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, Satuan Kerja pengusul harus melengkapi kelengkapan berkas yang diperlukan dengan cara

PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 58 - A TAHUN 2 01 23. TENTANG PERLIN

yang mana rataan total biaya produksi tertinggi pada perlakuan P0 (Penggunaan ransum kontrol dengan tepung limbah ikan gabus pasir sebanyak 0% dan tepung ikan komersil

E. Pertimbangan Lingkungan Hidup adalah Aspek-aspek yang mengintegrasikan kepentingan lingkungan yang dilakukan oleh pejabat yang berwenang Pemda/Pemprop pada tingkatan

Nilai-nilai Islam yang disampaikan melalui media cetak dapat memperdalam pemahaman pembaca karena bisa dikaji ulang secara saksama. Dengan menggunakan media cetak,