• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINDAK TUTUR ILOKUSI ACARA MAPPETTU ADA BUGIS BONE DAN IMPLIKASI TERHADAP PENGAJARAN BAHASA INDONESIA (KAJIAN PRAGMATIK)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TINDAK TUTUR ILOKUSI ACARA MAPPETTU ADA BUGIS BONE DAN IMPLIKASI TERHADAP PENGAJARAN BAHASA INDONESIA (KAJIAN PRAGMATIK)"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

81

TINDAK TUTUR ILOKUSI ACARA MAPPETTU ADA BUGIS BONE DAN IMPLIKASI TERHADAP PENGAJARAN BAHASA INDONESIA

(KAJIAN PRAGMATIK)

Nurlyana Muhtar, Usman dan Agussalim

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Makassar Jalan Daeng Tata Raya, Makassar, Sulawesi Selatan

Nurlyanamuhtar088@gmail.com

Abstract: Ilocution Speaking Actions at the Mappettu Ada of The Bugis Bone and Implications on The Teaching of Indonesian Language. This research aimed to describe Ilocution Speaking Actions at the Mappettu Ada of The Bugis Bone and Implications on The Teaching of Indonesian Language .The subject of this research was people who do Mappettu Ada in Kabupaten Bone. This research was a qualitative descriptive study regarding Ilocution Speaking Actions at the Mappettu Ada of The Bugis Bone and Implications on The Teaching of Indonesian Language. The data collection methods used was observation and documentation. Data were analyzed using contextual methods, namely by applying context dimensions in interpreting the collected, identified and classified data. The findings showed that there was 33 illocutionary data found in a voice recording Mappettu Ada of the Bugis Bone community which was taken randomly in each conversation. Then, the used of assertive speech acts will be very useful for the effectiveness of communication in the world of teaching, especially language teaching. Through the used of assertive speech acts with its paradigm, It was hoped that it can provide better language teaching results for students.

Keywords: speech act, illocutionary, Indonesian language teaching

Abstrak: Tindak Tutur Ilokusi Acara Mappettu Ada Bugis Bone dan Implikasi terhadap Pengajaran Bahasa Indonesia. Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan tindak tutur ilokusi acara mappettu ada bugis Bone Sulawesi selatan dan implikasi terhadap pengajaran bahasa Indonesia. Subjek penelitian ini adalah orang-orang yang melakukan mappettu ada di Kab. Bone. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif mengenai tutur ilokusi acara mappettu ada bugis Bone dan implikasi terhadap pengajaran bahasa Indonesia. Metode pengumpulan data yang dilakukan yaitu, observasi dan Dokumentasi. Data dianalisis menggunakan metode kontekstual, yakni dengan menerapkan dimensi-dimensi konteks dalam menafsirkan data yang dikumpulkan, diidentifikasi dan diklasifikasikan. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat 33 data ilokusi yang ditemukan dalam sebuah rekaman suara dalam acara mappettu ada masyarakat bugis Bone yang diambil secara acak pada setiap percakapan. Penggunaan tindak tutur asertif akan sangat berguna bagi efektivitas komunikasi dalam dunia pengajaran terutama pengajaran bahasa. Melalui penggunaan tindak tutur asertif dengan paradigmanya, diharapkan dapat memberikan hasil pengajaran bahasa yang lebih baik bagi para peserta didik.

Kata kunci: tindak tutur, ilokusi, pengajaran Bahasa Indonesia

(2)

PENDAHULUAN

Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi untuk menyampaikan informasi. Bahasa merupakan alat vital bagi manusia karena dipakai untuk berkomunikasi tanpa bahasa manusia tak dapat berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya (Juanda, 2015:4). Suatu proses komunikasi tidak terlepas dengan adanya tindak tutur. Tindak tutur sebagai wujud peristiwa komunikasi bukanlah peristiwa yang terjadi dengan sendirinya, melainkan mempunyai fungsi, mengandung maksud dan tujuan tertentu serta dapat menimbulkan pengaruh atau akibat pada mitra tutur.

Teori tindak tutur yang digunakan dalam penelitian ini adalah tindak tutur ilokusi.

Tindak tutur ilokusi adalah sebuah tuturan selain untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu, juga dapat dipergunakan untuk melakukan sesuatu situasi tuturnya dipertimbangkan secara seksama (Wijana, 1996:18). Tindak ilokusi tidak mudah diidentifikasi karena hal ini berkaitan dengan siapa bertutur, kepada siapa, kapan, dan dimana tindak tutur dilakukan.

Dalam hal ini tindak tutur ilokusi perlu disertakan konteks tuturan dalam situasi tutur. Pada dasarnya tindak tutur ilokusi merupakan sentral untuk memahami tindak tutur. John R, Searle mengklasifikasikan tindak tutur dalam aktivitas bertutur ke dalam lima macam bentuk tuturan yaitu asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif (dalam Rahma, 2018:15).

Percakapan yang mengandung tindak tutur dapat terjadi pada acara mappettu ada.

Oleh karena itu, proses pernikahan adat bugis Bone tersebut diiringi dengan penggunaan bahasa yang berbeda sesuai dengan tingkatan atau kedudukannya dalam masyarakat. Bahasa yang berupa ungkapan-ungkapan tradisional tersebut diwarisi secara turun temurun dan dilestarikan oleh masyarakat penganutnya. Sesuai dengan tabiatnya, masyarakat tidak akan dapat berkembang tanpa adanya perkawinan, karena perkawinan menyebabkan adanya keturunan, dan keturunan menimbulkan keluarga yang berkembang menjadi kerabat dan masyarakat. Jadi perkawinan merupakan unsur tali temali yang meneruskan kehidupan manusia dan masyarakat (Hadikusuma, 1983: 221).

Situasi tindak tutur dapat terjadi dimana saja, sehingga peristiwa tutur pun bisa terjadi disana. Dengan demikian tindak tutur ada di dalamnya. Pada acara mappettu ada yang dilakukan di perkawinan masyarakat bugis Bone tempat bertemunya keluarga mempelai laki- laki dan keluarga mempelai perempuan, di dalamnya terjadi peristiwa tindak tutur. Tindak tutur yang terjadi di dalam acara mappettu ada sangat menarik karena mereka menggunakan bahasa yang efektif. Tuturan-tuturan yang terjadipun tidak selalu panjang, namun tepat sasaran. Hal inilah yang menarik minat peneliti untuk melakukan analisis ini pada acara mappettu ada perkawinan masyarakat bugis Bone Sulawesi Selatan.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya ketertarikan peneliti akan terjadinya proses tindak tutur yang dilakukan oleh penutur dan lawan tutur yang terdapat dalam acara mappettu ada. Harapan peneliti adalah di tempat ini diversitas dari sampel akan memberi keleluasan bagi peneliti untuk mendapatkan data secara lebih variatif sehingga hasilnya bisa mewakili masyarakat seumumnya.

Penelitian yang relevan dengan judul peneliti, pernah dilakukan oleh Monika Indah.

2018, “Tindak Tutur Ilokusi Bahasa Bugis dalam Transaksi Jual Beli di Pasar Parigi (Kajian Pragmatik) dengan hasil penelitian yaitu tindak tutur ilokusi dalam proses transaksi jual beli di pasar Parigi, yaitu tindak tutur ilokusi asertif, tindak tutur ilokusi direktif, tindak tutur komisif, tindak tutur ilokusi ekspresif dan tindak tutur ilokusi deklaratif.

Berdasarkan hal-hal tersebut maka peneliti tertarik meneliti mengenai “Tindak Tutur Acara Mappettu Ada Bugis Bone dan Implikasi Terhadap Pengajaran Bahasa Indonesia (Kajian Pragmatik)” dengan tujuan untuk mendeskripsikan bentuk tindak tutur ilokusi bahasa

(3)

bugis yang digunakan pada acara mappettu ada bugis Bone dan implikasi tindak tutur yang terdapat pada acara mappettu ada bugis Bone terhadap pengajaran bahasa Indonesia.

METODE

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, yakni penelitian yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena yang memang secara empiris hidup pada penuturnya dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan- temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistic atau bentuk hitungan lainnya. Pada dasarnya desain penelitian ini untuk mendeskripsikan fenomena yang terjadi tanpa mengadakan perlakuan, pengukuran dan perhitungan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan pragmatik. Pendekatan ini digunakan untuk mendeskripsikan bentuk tindak tutur ilokusi bahasa bugis acara mappettu ada bugis Bone dan implikasi terhadap pengajaran bahasa Indonesia.

Sumber data penelitian ini adalah informan yang telah dipilih berdasarkan pertimbangan ilmu pengetahuan mengenai ungkapan bahasa Bugis yang digunakan dalam acara mappettu ada perkawinan masyarakat bugis Bone Sulawesi Selatan dan implikasi terhadap pengajaran bahasa Indonesia. Teknik pengumpulan data adalah teknik observasi dan teknik dokumentasi. Setelah data terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kualitatif yaitu pengumpulan data rekaman.

HASIL

Sesuai dengan rumusan masalah, hasil penelitian ini meliputi bentuk tindak tutur ilokusi bahasa Bugis dalam acara mappettu ada serta implikasi terhadap pengajaran bahasa Indonesia yang diperoleh melalui teknik observasi, perekamana dan dikumentasi.

1. Bentuk tindak tutur ilokusi bahasa bugis yang digunakan dalam acara mappettu ada masyarakat bugis Bone Sulawesi Selatan.

a. Tindak Tutur Asertif

Tindak tutur asertif yaitu tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas apa yang dikatakannya misalnya: menyatakan, memberitahukan, membanggakan, mengeluh, menuntut, melaporkan.

1) Menyatakan

Tindak tutur menyatakan yaitu tindak tutur yang dinyatakan penutur sesuai dengan kenyataan (dalam KBBI, 2008). Tindak tutur asertif “menyatakan” dalam proses mappettu ada masyarakat bugis bone sulawesi selatan berikut ini:

Data 1:

Tamu 1 : Bahhh. Tapauni se' ko wullei manui nrapi'i bah, assaleng de'to kasi' namatanre ladde' nanuakki.

Iya sebutkan jumlahnya barangkali saya bisa saja menyanggupinya, yang terpenting tidak terlalu tinggi.

Tuan Rumah 1 : Bettoanna tanrena ro. Bettoanna engkato makkeda mariawa, engkato makkeda matanrei pa' makkokkoe megawe laleng.

(4)

Artinya tingginya. Artinya seperti ini ada yang mengatakan rendah, ada juga mengatakan terlalu tinggi karena zaman sekarang banyak jalan keluarnya.

Tamu 1 : Iyye', iyye'...

Iya, iya.

Tuan Rumah 1 : Ehhh... Iyye laleng tengngami wola sijurusanna kongnge biasae...

Mappabbotting nana'ee kongnge he engka lima pulo, engka patappulo mappakkero.

Eh, sebagai jalan tengahnya yang pernah saya alami ketika pernah menikahkan anak di kampung ini ada yang lima puluh, ada juga empat puluh, seperti itu.

Tuturan pada data (1) termasuk ke dalam tindak tutur asertif “menyatakan” ditandai dengan kalimat “Ehhh... Iyye laleng tengngami wola sijurusanna kongnge biasae...

Mappabbotting nana'ee kongnge he engka lima pulo, engka patappulo mappakkero”. Dari percakapan di atas dijelaskan bahwa pihak perempuan menyatakan pengalaman pribadinya ketika menikahkan orang-orang di kampungnya, maksud dari pernyataan tersebut agar pihak laki-laki menaikkan mahar pernikahan yang sedang dibicarakan.

Data 2:

Tamu 1 : Wedding mupa no'?

Mungkin masih bisa di turunkan?

Tuan Rumah 1 : Ye'...?

Iye?

Tamu 1 : Iyya’ menre-enreka.

Saya yang naikkan.

Tuan Rumah 1 : Ye', mappakkoniro kapang iyya'. Pa' mappakkotoniro sedding pura rekeng malurui. Ko polei makkeda denagenne' ko diseseku bettoanna kubantui, ko ne'deaga riseseku sabbaraki'. Iyye', pa'iyya se' upuji deceng- decenge pah.

Iye, mungkin begitu saja, karena seperti itu yang pernah saya alami. Jika kalian mengatakan belum sanggup, artinya kalau saya bisa membantu saya akan membantu, tetapi kalau saya tidak bisa membantu, semoga bisa dimaklumi. Iye, karena saya mengharapkan hal baiknya.

Tuturan pada data (2) termasuk ke dalam tindak tutur asertif “menyatakan” ditandai dengan kalimat “Ye', mappakkoniro kapang iyya'. Pa' mappakkotoniro sedding pura rekeng malurui. Ko polei makkeda denagenne' ko diseseku bettoanna kubantui, ko ne'deaga riseseku sabbaraki'. Iyye', pa'iyya se' upuji deceng-decenge pah”. Dari percakapan di atas dijelaskan bahwa tamu 1 menanyakan “mungkin uangnya masih bisa diturunkan?”, dan tuan rumah 1 menjawab mungkin begitu saja, karena seperti itu yang pernah saya alami. Jika kalian mengatakan belum sanggup, artinya kalau saya bisa membantu saya akan membantu, tetapi kalau saya tidak bisa membantu, semoga bisa dimaklumi. Iye, karena saya mengharapkan hal baiknya, sehingga tuan rumah melakukan tindak tutur “menyatakan”. Maksudnya pihak perempuan menyatakan begitu saja kesepakatan yang dibuat, jika dikemudian hari keperluannya belum tercukupi maka pihak perempuanlah yang akan membantu.

(5)

Data 3:

Tamu 1 : Iyya' massangkani iyya', yaro ba' anukku napau rekeng mai denre ro anukku.

Iye, sudah jelas semua yang saya katakan tadi maksud dan keinginan saya.

Tuan Rumah 1 : Pa' elo dipikkiri makkokkoe dirampe anuni ko loki mappabbotting makkokkoe we... De..ee... Urane mettokki we. Hm..hm..hm...

Karena jika dipikir sekarang, harapan dalam pernikan yang akan di gelar, saya mengakui kalian…

Tamu 1 : Yaro pale ko tellu pulo juta siladde kasi maddapi pakkadakku, siladde' tongeng maddapi. Tetta-tettani dasengnge deceng.

Jika harapan saya 30 juta tidak dapat dipenuhi, dan sangat tidak dapat dipenuhi. Maka sudah tidak ada yang namanya kebaikan

Tuturan pada data (3) termasuk ke dalam tindak tutur asertif “menyatakan” ditandai dengan kalimat “Yaro pale ko tellu pulo juta siladde kasi maddapi pakkadakku, siladde' tongeng maddapi. Tetta-tettani dasengnge deceng”. Dari percakapan di atas dijelaskan bahwa pihak laki-laki menyatakan bahwa pihak laki-laki belum sanggup memberikan uang 30 juta, tidak sampai pada apa yang sudah diduga sebelumnya. Rezeki sudah terbagi-bagi. Pernyataan tersebut disampaikan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan.

Data 4:

Tuan Rumah : Ya pah bettoannaro addepperetta' yah dipaddeppeni. Tapi bettoanna perantarami ro ade'e lo dibicara. Koordinasi ki dolo.

Iye, artinya niat kebaikan kalian sudah sampai kepada kami. tetapi artinya, Aturan cuma perantara, bicarakan terlebih dahulu dengan keluarganya Tamu 2 : Pa' ko yaro elo' dibicara degaga cappuna. Ye' bettoanna ro tomatoanna ro

elo'...

Karena kalau dibicarakan terus menerus, tidak ada habis-habisnya, artinya karena orang tuanya yang memiliki keinginan

Tamu 1 : Iyye' tomatoanna ro, nana'e pa' denissengngi punia-nia'na. Nasengngi kapang anu maddibonga-bonga bawang.

Iya, karena orang tua anak itu tidak mengetahui apa-apa. Mungkin yang seperti ini merutnya hal sepeleh.

Tuan Rumah : Pa' yaro denre napau'e yaro. De' disseng makkeda apakah nangerang denre napau'e yaro. Kebetulan ucappa wengkalinga di telepon e, engka denre napau makkeda 25, makkedaka auh... Tellu pulo pah ndi', nello topa were' na golla.

Karena yang mereka katakan tadi, kami tidak mengetahui apakah mereka mengingat apa yang mereka telah katakan, kebetulan saya mendenggarnya di telepon, mereka mengatakan 25 juta, saya mengatakan hanya bisa 30 juta beserta beras dan gula.

Tuturan pada data (4) termasuk ke dalam tindak tutur asertif “menyatakan” ditandai dengan kalimat “engka denre napau makkeda 25, makkedaka auh... Tellu pulo pah ndi', nello topa were' na golla”. Dari percakapan diatas dijelaskan bahwa hasil pembicaraan pihak laki- laki dengan orang tua laki-laki maharnya hanya sanggup 25 juta sedangkan pihak perempuan mengatakan sudah cukup 30 juta beserta beras dan gula.

(6)

Data 5:

Tuan Rumah 1 : Yaro... Koordinasi ni' ro makkeda engka parellaunna makkeda tellu pulo majjabe nello doi', were' sipikulu, golla sikarung ye nacatakeng kojaji'i bagi dua'i. Pa aturanna mappakkero mettoi ro.

Bicarakan kepada mereka bahwa kami menginginkan 30 juta uang pernikahanya, beras satu pikul, gula satu karung, itu catatannya jika sepakat dengan lamaran ini, karena aturannya seperti itu.

Tamu 1&2 : Iya, makkomaneng mettoi ro ye'...

Iya, semua seperti itu.

Tuan Rumah 1 : Pa' sedangkan lagi kojaji'i kasi', de' nakkongnge. Koi kero jaji bolana anurena di Palakka ye'... Jadi yaro mi bawang lo' koordinasikan’i makkeda bettoanna tanressona depa nodding dicarita. Tapi bettoanna ko siruntuni mappakkoe de'tona magagana. Yaro jolo jajingenna elo' dipappura. Ye' tapi bettoanna mappakkuniro pattaroni pada elo' naseddingi. Jadi yaro mi bawang to talisu rekeng, pa' iyya tosi paddokoriki, lisu tadokoria makkeda pakkero napalisuangnga tau we kero.

Sedangkan jika kita menyepakatinya. Pernikannya tidak dilaksanakan disini tetapi dilaksanakan dirumah kakaknya yang berada di daerah Palakka. Jadi mungkin bisa di sampaikan artinya tinggal pernikahannya belum dapat dibicarakan. Tetapi artinya pertemuan yang seperti ini juga tidak apa-apa.

Terlebih dahulu kesepakatannya harus diselesaikan, artinya sudah ada kemauan kita bersama. Jadi mungkin itu saja yang bisa kalian bawa pulang, pulang sampaikan bahwa pesannya seperti yang telah di bicarakan.

Tamu 1 : Ya... Dipahangini doko'ta ria.

Iya, saya paham pesan kalian

Tuturan pada data (5) termasuk ke dalam tindak tutur asertif “menyatakan” ditandai dengan kalimat “Pa' sedangkan lagi kojaji'i kasi', de' nakkongnge. Koi kero jaji bolana anurena di Palakka ye'... Jadi yaro mi bawang lo' koordinasikan’i makkeda bettoanna tanressona depa nodding dicarita”. Dari percakapan di atas dijelaskan bahwa pihak perempuan menyatakan bahwa jika pernikahan ini disepakati maka penyelenggaraan dirumah tersebut melaingkan dilaksanakan di daerah Palakka.

2) Memberitahukan

Tindak tutur memberitahukan yaitu tindak tutur yang menyampaikan (kabar dan sebagainya) supaya diketahui (dalam KBBI, 2008). Tindak tutur asertif “memberitahukan”

dalam proses mappettu ada masyarakat bugis bone sulawesi selatan berikut ini:

Data 6:

Tuan Rumah 1 : Pessaka pale jolo makkaja ko dilaleng pa' bettoanna majjalekka ammengnga wekkadua na maja'i.

Kalau begitu biarkan saya kedalam, artinya jangan sampai saya mengingkari perjanjian yang ke dua kalinya dengan mereka.

Tamu 1 : Ya,, ya,, ya..

Iya iya iya

Tuan Rumah 1 : Na majjalekka na asenna.

Tetapi sebenarnya saya telah mengingkarinya

(7)

Tamu 1 : Iyye', ya pah najaji sianu manengpi.

Iya, karena pembicaraan ini dapat diselesaikan jika semua orang mengatakan menyepakatinya.

(sambil diskusi keluarga besar pihak perempuan)

Tuan Rumah 1: Pa' engka to informasi, apakah betul atau tidak. Ehhh... Bettoanna koordinasiki se' ro di keluarga urane'e, ye'. Pa' ko de'usala rekeng, iyya' tauwe elo botting rekeng bettoanna deto nasibelang dokoe napidakki tapaue toh.

Saya juga mendengar informasi, tetapi saya tidak mengetahui kebenarannya.

Artinya kalian bicarakan terlebih dahulu dengan keluarga laki-laki. Karena kalau tidak salah, yang mau mengadakan pernikan, kesepakatan yang di buat tidak jauh berbeda.

Tuturan pada data (6) termasuk ke dalam tindak tutur asertif “memberitahukan”

ditandai dengan kalimat “Pa' ko de'usala rekeng, iyya' tauwe elo botting rekeng bettoanna deto nasibelang dokoe napidakki tapaue toh”. Dari percakapan di atas dijelaskan pihak perempuan memberitahukan pendapatnya bahwa ketika akan melaksanakan pernikahan maka kedua belah pihak harus menyepakati keputusan.

Data 7:

Tamu 2 : Kalo untuk pakaian na?

Kalau untuk pakainnya?

Tuan Rumah 2 : Kalo untuk pakaian'e makkunraie.

Kalau untuk pakaian perempuan

Tamu 1 : Makkunraie mato manui, murusu'i pakaian'e.

Pihak perempuan yang mengurus pakaian

Tamu 2 : Ye.. De'we pa' artinna, ceritana kan kalo bansa iyya', ko bansana indo' botting maneng'e ko di Bone masalah-masalah pakaian na alena iyya' maneng tuh. Pa' indo' bottinge majarang ko de’gaga peccu ko di bolae.

Mappammula ya matanre sampena mariawa-riawa'e engka maneng peccu di bolae.

Iye, seperti ini menurut saya, begini ceritanya kalau masalah pakaian pengantin saya mengenal banyak orang yang menyewakan baju pengantin.

Karena rata-rata orang yang menyewakan baju pengantin di Bone tak jarang jika tidak datang kerumah, mulai dari orang-orang yang tinggi sampai yang terendah semuanya datang kerumah.

Tuturan pada data (7) termasuk ke dalam tindak tutur asertif “memberitahukan”

ditandai dengan kalimat “ceritana kan kalo bansa iyya', ko bansana indo' botting maneng'e ko di Bone masalah-masalah pakaian na alena iyya' maneng tuh”. Dari percakapan di atas dijelaskan bahwa pihak laki-laki memberitahukan kepada pihak perempuan bahwa pihak laki- laki mengetahui banyak tempat penyewaan yang ada di Bone. Maksud dari penjelasan di atas yaitu pihak laki-laki senang tiasa mengurus segala keperluan yang berkaitan dengan masalah pakaian pengantin.

(8)

Data 8:

Tamu 1 : Lokka pi siponcing ceritana na elo' toni kawing soro'.

Ceritanya saya membawakan uang maharnya kemudian melaksanakan akad lalu resepsinya

Tamu 2 : Marippe' to we' na ro.

Yang seperti itu cukup mudah dilaksanakan

Tamu 1 : Hari kawing soro'ki ro senna ko elo'i sulengnge ye ko dibacangangngi kato'bah. Pa' uleng dimunrie uleng taccipi ni. Ko elo'ki kawingi ye ulengnge, ko elo'ki magello'e.

Hari pelaksaan akad terlebih daulu kemudian resepsinya dibulan ini jika ingin memperadakan kotbah, kerana bulan selanjutnya bulan yang tidak diperbolehkan membuat aktivitas. Jika ingin melaksanakan akadnya di bulan ini, jika menginginkan yang lebih baik.

Tuturan pada data (8) termasuk ke dalam tindak tutur asertif “memberitahukan”

ditandai dengan kalimat “Pa' uleng dimunrie uleng taccipi ni”. Dari percakapan di atas dijelaskan pihak laki-laki memberitahukan pendapatnya kepada pihak perempuan bahwa ingin melaksanakan akad terlebih dahulu lalu dikemudian hari melaksanakan resepsinya, sebab dibulan pernikahan yang mereka rencanakan adalah bulan menurut kepercayaan tradisi adalah larangan untuk melaksanakan segala aktivitas.

3) Melaporkan

Tindak tutur melaporkan yaitu tindak tutur yang berisi tuturan yang mengadukan (dalam KBBI, 2008). Tindak tutur asertif “melaporkan” dalam dalam proses mappettu ada masyarakat bugis bone sulawesi selatan berikut ini:

Data 9:

Tuan Rumah 1 : Aga rekeng denre napedakki, wettutta mabbicaraki?

Apa yang mereka katakan sewaktu pembicaraan kalian tadi?

Tamu 1 : Ya mato ro ba naseng, ya mato tuh naseng tellu puloe napedakka ne' naseng kasi' denullei kasi' molai yatu tellu puloe, diawana tommi ba loh, loka dipanorang pah. Maka iyya' makkomato he duappulo mato ba urekkeng mai menre'.

Dia mengatakan seperti tadi, tidak sanggup menyepakati 30 juta, hanya dibawahnya. Kalau bisa diturunkan, kalau saya menghitungnya 20 juta untuk kesanggupannya.

Tuan Rumah 1 : Tapi napedakki diangkalinga siaga? Makkada e,,, idi' dua pulo. Puraki mabbicara denre tue pasti to kapang engka enre'na.

Tetapi berapa jumlahnya yang dia sampaikan ? kalian mengatakan 20 juta, setelah pembicaraan tadi pasti dapat dinaikkan.

Tamu 1 : Yaro napidangnga denre makkeda bah maelopa diawana ro...

Seperti itu yang dia katakan tadi, masi mengingkan untuk diturunkan

Tuturan pada data (9) termasuk ke dalam tindak tutur asertif “melaporkan” ditandai dengan kalimat “Tapi napedakki diangkalinga siaga?”. Dari percakapan di atas dijelaskan bahwa pihak laki-laki melaporkan hasil pembicaraannya kepada pihak perempuan setelah piohak laki-laki membicarakan dengan orang tua laki-laki.

(9)

b. Tindak Tutur Direktif

Tindak tutur ini dimaksudkan untuk menimbulkan beberapa efek melalui tindakan oleh penyimak, misalnya memerintahkan, memohon, meminta, menyarankan, menganjurkan, menasihatkan. Searle (dalam Tarigan, 2015:43). Semua ini seringkali termasuk dalam kategori kompetitif, dan terdiri atas suatu kategori ilokusi-ilokusi di mana kesopansantunan yang negatif menjadi penting. Sebaliknya, beberapa direktif (seperti undangan) pada hakikatnya dianggap sopan. Perlu diccatat bahwa untuk menghilangkan kebingungan dalam pemakaian istilah direktif dalam hubungan direct and indirect illocutions; Leech menganjurkan pemakaian istilah impositif bagi ilokusi-ilokusi kompetitif dalam kelas ini.

1) Memerintahkan

Tindak tutur direktif “memerintahkan” yaitu tindak tutur yang dituturkan dengan maksud memerintahkan seseorang untuk melakukan sesuatu (dalam, KKBI, 2008). Tindak tutur direktif “memerintahkan” dalam proses mappettu ada masyarakat bugis bone sulawesi selatan berikut ini:

Data 10:

Tamu 2 : Seddi bawang ye, pa' yaro bawang engka doi'na.

Yang menjadi pertimbangan kami, karena mereka memiliki uang

Tuan Rumah 1 : Ye' de..eee... Magello ko koordinasiki dolo pa' bettoanna kasi' tau kongnge kasi' mappakkuniro parellaunna.

Iya, maksud saya alangkah baiknya kalian bicarakan terlebuh dahulu, karena disini seperti itu permintaannya

Tuan Rumah : ( iyya iyya koordinasi dolo)

Iya, kalian bicarakan terlebih dahulu

Tuturan pada data (10) di atas merupakan tindak tutur direktif “memerintah”, ditandai dengan kalimat “Ye' de..eee... Magello ko koordinasiki dolo pa' bettoanna kasi' tau kongnge kasi' mappakkuniro parellaunna.”. Dari percakapan di atas dijelaskan bahwa ketika pihak perempuan memberikan perintah kepada pihak laki-laki agar membicarakan kembali pembicaraan mereka dengan orang tua laki-laki. Hal tersebut merupakan bentuk tuturan yang dimaksudkan untuk memberi perintah kepada pihak laki-laki agar mengkomunikasikan pembicaraan mereka. Tindak tutur “memerintah” mengacu pada penutur yang memberikan arahan dalam melakukan perbuatan untuk memeroleh keinginannya. Tindak tutur

“memerintah” adalah ketika seseorang dalam sebuah kondisi tidak sanggup mengerjakan sesuatu.

2) Memohon

Tindak tutur direktif “memohon” merupakan tindak tutur yang ditandai dengan ungkapan penanda kesantunan “memohon” (dalam, KBBI, 2008). Tindak tutur direktif

“memohon” dalam proses mappettu ada masyarakat bugis bone sulawesi selatan berikut ini:

Data 11:

Tuan Rumah 1 : Dee... Pakkonie, ri bettuanna dipakkalepu dolo Nappa malai cappa'na.

Tidak, begini saja, artinya kita bulatkan saja keputusannya lalu kita ambil kesepakatannya.

(10)

Tamu 1 : Iyye.. iyye.. Taroni palena pa' engka maneng ni elo' taanue deh, taroni pale iyyaro kasi'na mase-mase dokoku utiwie. Taroni iyyaro jolo anukku elo’ wanue. Pa denengka mariase tu idi aroane, pasti jolo mariawaki.

Makkarempeki' jolo menre' riase, de’nakkeda tanpa menre'ki dolo' nappa no'diawaki. Anukku tommi sedding iyya' ndi' seppulo lima juta maddilalenni gollana na terigunna. Pa' mammase-maseka hati pissengi anukku.

Iya iya, biarkanlah, karena di dalamnya terdapat semua yang tadi anda sebutkan. Biarkanlah saja kasihan maksud baik yang saya bawa. Biarkan saya simpan saja hal yang saya lakukan, karena kami sebagai laki-laki tidak pernah berada di atas, pasti kami akan berada di bawah terlebih dahulu. Kita akan terlebih dahulu merangkak untuk naik ke atas, bukan bahwa kita akan ada di atas lalu setelahnya di bawah. Menurut saya dik, saya mau lima belas juta, sudah terhitung gula dan tepungnya. Karena, sudah seridho-ridhonya untuk mengatakan keinginan saya.

Tuturan pada data (3) di atas merupakan tindak tutur direktif “memohon”, ditandai dengan kalimat “Anukku tommi sedding iyya' ndi' seppulo lima juta maddilalenni gollana na terigunna. Pa' mammase-maseka hati pissengi anukku”. Dari percakapan di atas dijelaskan bahwa pihak laki-laki memohon kepada pihak perempuan agar mahar pernikahnnya sebanyak lima belas juta beserta gula dan tepungnya terigunya, karena sudah seridho-ridhonya mengatakan keinginan saya. Hal tersebut merupakan bentuk tuturan yang dimaksudkan untuk mendapatkan sesuatu sesuai dengan permohonan penutur.

3) Meminta

Tindak tutur direktif “meminta” merupakan tindak tutur yang ditandai dengan ungkapan penanda suatu pengharapan (dalam KBBI , 2008). Tindak tutur direktif “meminta”

dalam mappettu ada masyarakat Bugis Bone adalah sebagai berikut:

Data 12:

Tuan Rumah 1 : Menasa tatiwie kibali rennutoi, macolli maddaung.

Jika baik tujuannya kalian, kami balas juga dengan kebaikan,

Tamu 1 : Aro kasi' bali bola ku kiellaungeng tudangeng massibali paddai tengkenne.. Maeloi tapadeppe todongi tepparapi pattapping tudangeng iyye'..

Kami datang kesini mewakili tetangga kami untuk melamar anak anda menjadi pendamping hidupnya.

Tuan Rumah 1: Duawe pajajianna palengeng pale' lima tantang rio rennu kasi'. Tapi ya'tosi we iya komappakkoe deullei malakku seddinna. Pa engka wangkalinga yarowe tanggala dua pulo dua kojaji rekeng pabbicarae matu, bettoanna lebbipi pulo esso makkokoe. Seppulopi siaga essona ro?

Tanggal a siaga yessoe? (Makkutana tanggala)

Pada tanggal 22 seumpama jika telah sepakat dengan apa yang telah kita bicarakan, artinya berpuluh hari jika dihitung dari hari ini. Ada berapa hari kah itu?, hari ini tanggal berapa?.

Tamu 1 : Tanggala lima'i, tanggala enneng'i gah? ( makkutana ri seddena) Kalau bukan tanggal 5, tanggal 6.

(11)

Tuturan pada data (12) di atas termasuk ke dalam tindak tutur direktif “meminta”, ditandai dengan kalimat “kiellaungeng tudangeng massibali paddai tengkenna, maeloi tapadeppe todongi tepparapi pattapping tudangeng iyye”. Dari percakapan di atas dijelaskan bahwa kedatangan pihak laki-laki di rumah pihak perempuan untuk meminta pihak perempuan agar anak perempuannya bersedia dinikahkan dengan keluarga pihak laki-laki.

Data 13:

Tuan Rumah 1 : Iyye'..

Iye

Tamu 1 : Taroni pale mecu-ecu', idi' ye' noki. Mappakkoe hee, tarona pale seppulu pitu juta majjaling, maddilaleng golla na terigu.

Biarkan kami yang bergeser, kami yang memintanya kurang. Kalau begitu, biarkan 10 juta semuanya, berserta gula dan teringunya

Tuan Rumah 1: Magairo Mir...? Sibelang sedding wengkalinga ro.

Bagaimana Mir? Jauh perbandingan yang saya dengarkan Tuan Rumah 2 : Siaga...?

Berapa?

Tuan Rumah 1 : Siaga, siaga..? ( memastikan ke pihak laki-laki) Berapa, berapa?

Tamu 1 : Seppulo pitu juta.

17 juta

Tuturan pada data (13) di atas termasuk tindak tutur direktif “meminta”, ditandai dengan kalimat “Taroni pale mecu-ecu', idi' ye' noki. Mappakkoe hee, tarona pale seppulu pitu juta majjaling, maddilaleng golla na terigu.”. Dari percakapan di atas dijelaskan bahwa pihak laki-laki meminta kepada pihak perempuan agar mahar pernikahnnya sebanyak sepeuluh juta beserta gula dan tepungnya terigunya. Hal tersebut merupakan bentuk tuturan yang dimaksudkan untuk mendapatkan sesuatu sesuai dengan permintaan penutur.

Data 14:

Tuan Rumah 1 : Ya... Mappakkero rekeng ba iyya' wellau tosi makkeda tellu pulo, alanni were'. Were' gah ato golla denre upau, de'tona upau terigu pa' makka' ko kurang pale terigunna pekko-pekko carana matu massuangi melliang terigu.

Iya, permintaan saya 30 juta berserta beras. Beras atau gula seperti bebeberapa yang saya katakan tadi. Saya juga tidak menyinggung terigu, jika sampai nantinya tidak mencukupi mungkin bisa dipikirkan untuk keluar membelikannya.

Tamu 1 : Iyye'...

Iya…

Tuturan pada data (14) di atas termasuk tindak tutur direktif “meminta”, ditandai dengan kalimat “Ya... Mappakkero rekeng ba iyya' wellau tosi makkeda tellu pulo, alanni were'. Were' gah ato golla denre upau, de'tona upau terigu pa' makka' ko kurang pale terigunna pekko-pekko carana matu massuangi melliang terigu.”. Dari percakapan di atas dijelaskan bahwa pihak perempuan meminta uang mahar 30 juta beserta beras kepada pihak

(12)

laki-laki. Permintaan tersebut terjadi ketika pihak laki-laki telah memberikan penawaran kepada pihak perempuan.

Data 15:

Tamu 1 : Ya mato kasi utajeng mappakkuangnge tuh makkeda elo'mi bawang si anu. Pa' idi' dikampongnge siponcingngi ba asenna.

Yang seperti itu yang saya tunggu sampai sekarang, yang mau saling membantu di kampung ini

Tuan Rumah 1 : Aga rekeng denre napedakki, wettutta mabbicaraki?

Apa yang mereka katakan sewaktu pembicaraan kalian tadi?

Tuturan pada data (15) di atas termasuk tindak tutur direktif “meminta”, ditandai dengan kalimat “Ya mato kasi utajeng mappakkuangnge tuh makkeda elo'mi bawang si anu.

Pa' idi' dikampongnge siponcingngi ba asenna..”. Dari percakapan di atas dijelaskan pihak laki-laki menyampaikan permintaan agar dapat saling memperbaiki serta saling membantu antara sesama. Percakapan tersebut merupakan bentuk tuturan permintaan agar pernikahan dapat memberikan dampak positif baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan bermasyarakat.

Data 16:

Tuan Rumah 1 : Dee... Koordinasiki dolo paimeng pa' bettoanna pakkattangnge cedde' ka haaa. Bettonna sedangkan yaro termasuk nala tomatoa mika kasi' de' makkeda pessanni. Pa' coba’na de manengka mappakkero tapau. Pa' iyya' nappa wola tennawissenni ohhh degaga akkalenna ye.. Jadi apa boleh buat.

Kalian bicara lagi terlebih dahulu, artinya dengarkan juga keinginan saya. Artinya karena saya di sini dianggap orang tua. Sedangkan mengapa mereka mengatakan seperti itu. Sedangkan saya menyapakati tanpa saya mengetahui atau mungkin mereka tidak memikirkannya dengan baik. Jadi apa boleh buat

Tamu 1 : Yaro idi' anutta pajai risampeang pale.

Harapan kalian mohon tidak dibicarakan kembali.

Tuturan pada data (16) di atas termasuk tindak tutur direktif “meminta”, ditandai dengan kalimat “pa' bettoanna pakkattangnge cedde' ka haaa. Bettonna sedangkan yaro termasuk nala tomatoa mika kasi' de' makkeda pessanni. Pa' coba’na de manengka mappakkero tapau”. Dari percakapan di atas dijelaskan bahwa pihak perempuan permintaan agar pihak laki-laki mendengarkan apa yang menjadi keinginannya. Percakapan tersebut merupakan bentuk tuturan permintaan agar pihak laki-laki menyetujui keinginan pihak perempuan.

Data 17:

Tuan Rumah 1 : Yaro... Koordinasi ni' ro makkeda engka parellaunna makkeda tellu pulo majjabe nello doi', were' sipikulu, golla sikarung ye nacatakeng kojaji'i bagi dua'i. Pa aturanna mappakkero mettoi ro.

(13)

Bicarakan kepada mereka bahwa kami menginginkan 30 juta uang pernikahanya, beras satu pikul, gula satu karung, itu catatannya jika sepakat dengan lamaran ini, karena aturannya seperti itu.

Tamu 1&2 : Iya, makkomaneng mettoi ro ye'...

Semua seperti itu.

Tuturan pada data (17) di atas termasuk tindak tutur direktif “meminta”, ditandai dengan kalimat “Koordinasi ni' ro makkeda engka parellaunna makkeda tellu pulo majjabe nello doi', were' sipikulu, golla sikarung ye nacatakeng kojaji'i bagi dua'i. Pa aturanna mappakkero mettoi ro.”. Dari percakapan di atas dijelaskan bahawa pihak perempuan permintaan agar pihak laki-laki memenuhi kebutuhan, diantaranya uang mahar 30 juta, beras satu pikul dan gula satu karung. Percakapan tersebut merupakan bentuk tuturan permintaan agar pihak laki-laki memenuhi permintaan pihak perempuan.

Pelaksanaan tindak tutur “meminta” didasarkan atas keinginan supaya mitra tutur mempunyai pertimbangan kepada penutur. Tindak tutur “meminta” dilakukan penutur agar keinginannya dapat dipenuhi. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan data berikut.

Data 18:

Tuan Rumah 1 : Yah.. Yarona ko magello. Nasaba' ko diawanani ro kepepe'ni tuh, accetakenna kasi' aga. Na mega mopa elo' diurusu' pa' elo' toi tuh dalangangi sure' pengantara.

Iya, itu saja kalau sudah bagus, karena kurang dari tanggal itu, akan kurang pula waktu untuk mencatat. Dan masi banyak akan di urus dan harus disertakan dengan surat pengantar.

Tamu 2 : Ko iyya' we' yametto wellau ko nodding magatti-gatti pa' mattepu waju sikolaka na wettu assibukekku.

Kalau permintaan saya, semoga bisa dipercepat karena saya harus menyelesaiakan baju sekolah.

Tuturan pada data (18) di atas merupakan tindak tutur direktif “meminta”, ditandai dengan kalimat “Ko iyya' we' yametto wellau ko nodding magatti-gatti pa' mattepu waju sikolaka na wettu assibukekku”. Dari percakapan di atas dijelaskan bahawa pihak laki-laki meminta mempercepat tanggal pernikahan tersebut, sebab memerlukan banyak waktu untuk mengurus kebutuhan pernikahan. Percakapan tersebut merupakan bentuk tuturan permintaan pihak laki-laki untuk mempercepat tanggal pernikahan.

4) Menyarankan

Tindak tutur direktif “menyarankan” merupakan tindak tutur yang dituturkan oleh penutur untuk menganjurkan atau memberi saran kepada petutur untuk dipertimbangkan dan bersifat tidak memaksa (dalam KBBI, 2008). Tindak tutur direktif “menyarankan” dalam mappettu ada masyarakat bugis Bone adalah sebagai berikut:

Data 19:

Tamu 1 : Yaro pale enrekekku nulle kasi'na makkedae, urekkengngi ceritana ye anukku dua pulo juta majjali, maddilalengni golla na terigu.

Appakkero bah urennungang kasi' uluttu massoaja lao ri idi'.

(14)

Maksud yang saya katakan tadi, harapan saya 20 juta berserta gula dan terigunya. Seperti itu yang saya harapkan berada di sini.

Tuan rumah 1 : Yah, makkokkoe magellowe dita ko engka golla, naengka were' natiwi tae aga. Makkeda ammeng sislessurengnge degaga appakkuro. Jaji ko engka rekeng pakkuro do'na, pa' diade' rekengna tauwe kongnge toh.

Iye, sekarang alangkah baiknya jika kebutuhan gula, dan beras dibawakan oleh orang-orang. Jangan sampai kelaurga mengatakan mengapa tidak ada yang seperti itu. jika ada yang seperti itu, merupakan bentuk penghargaan kepada keluarga ini

Tuturan pada data (19) di atas termasuk tindak tutur direktif “menyarankan”, ditandai dengan kalimat “Yaro pale enrekekku nulle kasi'na makkedae, urekkengngi ceritana ye anukku dua pulo juta majjali, maddilalengni golla na terigu. Appakkero bah urennungang kasi' uluttu massoaja lao ri idi’”. Dari percakapan di atas dijelaskan bahwa pihak laki-laki menyarankan bahwa uang maharnya 20 juta beserta gula dan tepungnya terigunya. Hal tersebut merupakan bentuk tuturan yang dimaksudkan untuk menyampaikan jumlah mahar pernikahan yang diinginkan.

Tindak tutur “menyarankan” mengacu pada penutur yang menyampaikan maksud atau tujuan, apabila seorang penutur mengungkapkan perasaan atau kondisi terhadap keinginannya. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan data berikut:

Data 20:

Tamu 2 : Pekkogaro anunna, magello kapang ko kawing soro' dih.

Bagaimana menurut anda, mungkin alangkah baiknya jika akadnya terlebih dahulu kemudian resepsinya

Tuan Rumah 1 : Seppulopi pitu essona, ya.. Yanaro.

17 hari.

Tuturan pada data (20) di atas merupakan tindak tutur direktif “menyarankan”, ditandai dengan kalimat “magello kapang ko kawing soro' dih.”. Dari percakapan di atas dijelaskan bahwa pihak laki-laki menyarankan melaksanakan akd terlebih dahulu kemudian jauh harinya melaksanakan resepsi pernikahannya. Hal tersebut merupakan bentuk tuturan yang dimaksudkan untuk menyampaikan bahwa pernikahan memerlukan banyak persiapan sehingga akad dilaksanakan terlebih dahulu kemudian melaksanakan resepsinya.

5) Menasihatkan

Tindak tutur direktif “nasihat” merupakan tindak tutur yang dituturkan oleh penutur untuk memberi petunjuk yang isinya berupa pelajaran yang bersifat baik agar menjadi referensi atau alasan penutur dapat melakukan sesuatu, (dalam KBBI, 2008). Tindak tutur direktif “nasihat ” dalam mappettu ada masyarakat Bone adalah sebagai berikut:

Data 21:

Tamu 2 : Tanggala lima'i.

Hari ini tanggal 5.

Tuan Rumah 1 : Ko malatta wegai, pa'detosi weddiki makkeda diawana seppulo esso', pa' imangnge detunelo paccataki. Ha... Ha... Ha... Haa....

(Macawa maneng)

(15)

Jika kita lambat bergerak, kita tidak bisa mengatakannya di bawah sepuluh hari, karena imam tidak akan mau mencatatnya.

Tamu 1 : Iyye, makko tongeng tasengnge.

Betul sekali yang anda katakan.

Tuturan pada data (21) di atas termasuk ke dalam tindak tutur direktif “nasihat”

ditandai dengan kalimat “Ko malatta wegai, pa'detosi weddiki makkeda diawana seppulo esso', pa' imangnge detunelo paccataki”. Dari percakapan di atas dijelaskan bahwa pada saat pihak laki-laki menanyakan tanggal pernikahan, kemudian tuan rumah/ pihak perempuan memberikan nasehat bahwa jika lambat bergerak maka imam tidak akan mencatat pernikahan yang akan mereka laksanakan. Nasehat tersebut berusaha memberikan arahan atau petunjuk pihak perempuan kepada pihak laki-laki.

Tindak tutur “nasihat” adalah tindak tutur untuk menyampaikan arahan atau pelajaran dalam melakukan tindakan kepada orang lain atau suatu pekerjaan. Nasihat tersebut dilakukan penutur untuk memeroleh keinginannya. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan data berikut:

Data 22:

Tuan Rumah 1 : De' napappada luar negeri ko purani manre roti messodeh, idi' de’he... Namo manreki roti sikarung ko demetto wanre nanre de' uwesso'. (Tertawa bersama).Magello metto barakka'na were'e kapang ko eloki mappabbotting. Were'e mettoha kapang.

Tidak seperti di luar negeri, kenyang dengan hanya makan roti.

sedangkan kita tidak bisa, walaupun memakan roti satu karung tanpa nasi tidak akan mengenyangkan. Beras sangat baik manfaatnya jika ingin mengadakan pernikahan. Mungkin hanya beras yang lebi baik.

Tamu 2 : Taroni kapang mabbicara dolo....

Kalau begitu biarkan saya bicarakan terlebih dahulu.

Tuturan pada data (22) di atas termasuk ke dalam tindak tutur direktif “nasihat”

ditandai dengan kalimat “Magello metto barakka'na were'e kapang ko eloki mappabbotting.

Were'e mettoha kapang”. Dari percakapan di atas dijelaskan bahwa beraslah yang baik dibawakan jika ingin mengadakan pernikahan, tidak ada yang lebih dari pada beras. Hal tersebut di nasihatkan oleh pihak perempuan kepada pihak laki-laki agar pihak laki-laki memenuhi kebutahan beras dalam acara pernikahan tersebut.

Nasihat sebagai tuturan yang mengekspresikan penyampaian penutur sebagai ujarannya memberikan arahan untuk melakukan sesuatu dapat dilihat dalam kitipan data berikut:

Data 23:

Tuan Rumah 1 : ko iyya' to pappaseng wakkatenning. Engka mato pappaseng wakkatenning makkeda hari ko bettoanna dua telluni lo' molai ro de'na tuh namagello'.

Kalau saya memengang pesan, ada pesan yang saya pegang mengatakan artinya jika dua sampai tiga kali sudah dilewati hal itu tidak akan buruk.

Tamu 1 : Ye' makessing ye' makessing.

Iya, betul itu betul.

(16)

Tuturan pada data (23) di atas termasuk ke dalam tindak tutur direktif “nasihat”

ditandai dengan kalimat “bettoanna dua telluni lo' molai ro de'na tuh namagello'..”. Dari percakapan di atas dijelaskan bahwa untuk proses pelaksaan pernikahan pihak perempuan memberikan nasihat untuk proses pelaksaan pernikahan, jika hal yang dikatakan buruk itu sudah dilewati dua sampai tiga kali maka untuk melaksanakan hal baik itu tidaklah buruk untuk dilaksanakan.

Tindak tutur “nasihat” seorang penutur membuat sebuah arahan untuk melakukan suatu tindakan di waktu yang akan datang. Biasanya ditandai dengan penyampain pesan untuk kehidupan yang lebih baik. Hal tersebut dapat lihat dalam kutipan data berikut:

Data 24:

Tuan Rumah 1 : Madecengni riappasabbiang riulu gudang pangadereng, pabberekkeng sumange'na kuettopa ampikalena boroane', iyya engkae natiwi romai. Mamuare natanreangngi Puang Allahu Ta'ala, massessu sompa riarajang malebbi'na. Rekkua engka attassalang rilaleng pangadereng tosiaddampengeng. Natopada taneng ade' natuwo, natomassalle lolang. Narisappona awo lagading bolana sagalae, aja' namarusa'.

Niat baik disampaikan di tanah kelahiran. menjaga kebaikannya serta kelakuannya sebagai laki-laki, Sehingga kalian membawanya sampai kesini.. Semoga diberkahi oleh Allah SWT. Memenuhi sumpah disisi Allah SWT. Jika ada kesalahan di tanah kelahiran maka saling memaafkanlah, hidup berdasarkan aturan, jalan saling bergantian. Pagar bambu disegala rumah jangalah kamu merusaknya.

Tuturan pada data (24) di atas termasuk ke dalam tindak tutur direktif “nasihat”

ditandai dengan kalimat “Rekkua engka attassalang rilaleng pangadereng tosiaddampengeng.

Natopada taneng ade' natuwo, natomassalle lolang. Narisappona awo lagading bolana sagalae, aja' namarusa'..” Dari percakapan di atas disampaikanoleh pihak perempuan ketika pihak laki-laki akan meninggalkan rumah pihak perempuan, bahwa jika ada kesalahan maka hendaknya saling memaafkan serta hidup berdasarkan aturan. Hal tersebut merupakan bentuk nasihat yang disampaikan pihak perempuan, jika ada kasalahan dalam pembicaraan tersebut maka saling memaafkan.

c. Tindak Tutur Komisif

Tindak tutur ini melibatkan pembicara pada beberapa tindakan yang akan datang, misalnya menjanjikan bersumpah, menawarkan, memanjatkan (doa), Searle dalam Tarigan, 2015: 43). Semua ini cenderung lebih bersifat convivial daripada kompetitif, dilaksakan justru lebih memenuhi minat seseorang daripada sang pembicara. Tindak tutur komisif dalam acara mappettu ada masyarakat Bone adalah sebagai berikut:

1) Menawarkan

Tindak tutur komisif “menawarkan” merupakan tindak tutur yang dituturkan mengunjukkan sesuatu kepada mitra tutur dengan maksud supaya dibeli (dalam KBBI, 2008).

Tindak tutur komisif “menawarkan” dalam acara mappettu ada masyarakat bugis Bone sebagai berikut:

(17)

Data 25:

Tuan Rumah 1 : De' nappakkero Aji'..?. Magaro Mir..? Ko petappulo wellaungakko?.

Mappakkero, pa' maladde wengkinga sibelang.

Bukankah begitu aji? Bagaimana Mir? Jika empat puluh, saya akan memintanya untukmu. Begitu saja, karena jauh sekali perbandingan yang saya dengarkan

Tamu 1 : Iyye', iyye' maladde'.

Iye iye jauh perbandingannya

Tuturan pada data (25) di atas termasuk ke dalam tindak tutur komisif “menawarkan”

di tandai dengan kalimat “Ko’ petappulo wellaungakko.”. Dari percakapan di atas dijelaskan bahwa pihak perempuan menawarkan uang mahar pernikahan sebesar empat puluh juta, hal tersebut merupakan bentuk permintaan pengurangan jumlah mahar pernikahan atau mahar pernikahan mengusulkan untuk menjadi bahan pertimbangan pihan lai-laki. Makna yang terkandung dalam tuturan tersebut ialah pihak perempuan menawarkan jumlah mahar pernikahan. Tujuan pihak perempuan ialah agar tercapainya keinginan keluarga mengenai jumlah mahar pernikahan yang sedang dibicarakan dan agar dapat memenuhi semua kebutuhan pernikahan.

d. Tindak Tutur Ekspresif

Tindak tutur ini mempunyai fungsi untuk mengekspresikan, mengungkapkan atau memberitahuakan sikap psikologis sang pembicaramenuju suatu pernyataan keadaan yang diperkirakan oleh ilokusi. Misalnya: mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memaafkan, mengampuni, menyalahkan, memuji, menyatakan belasungkawa, dan sebagainya, Searle (dalam Tarigan, 2015: 43). Seperti juga komisif, maka semua ini juga cenderung menjadi konvivial. Dan oleh sebab itu pada hakikatnya dianggap sopan. Akan tetapi sebaliknya juga dapat dibenarkan, misalnya ekspresif-ekspresif seperti menyalahkan dan „menuduh.

1) Meminta maaf

Tuturan ekspresif meminta maaf merupakan tindak tutur yang terjadi karena beberapa faktor, yakni karena permintaan lawan tutur, karena perasaan tidak enak penutur terhadap lawan tutur, karena telah mengganggu waktu lawan tutur, atau karena telah melakukan kesalahan. Tindak tutur ekspresif “minta maaf” dalam acara mappettu ada masyarakat bugis Bone sebagai berikut:

Data 26:

Tamu 1 : Iyye', iyye'. Yaro were'na, pa' kasi tania paggalung.

Taddampengengnga lao ri idi' maraja pa' detosi napaggalung kasi', to anu mase-mase. Ko yaro golla na terigu maddilalenni tuh.

Iya iya, Tetapi berasnya, karena keluarga laki-laki bukan petani, saya minta maaf yang sebesar-besarnya karena tidak bertani jadi tidak bisa menanggung kebutuhan berasnya. Tetapi gula dan terigu kami bisa menanggungnya kebutuhannya.

Tuan Rumah 1 : Ko mabbicara addigalungeng bu', majarang memeng tau maggalung ri kota e. Tapi biasa tappa anu tepu ritirangngi ri kota e. Pura jai'

(18)

karungnge nassuang ki ri kota e, magello pasituh ri kota e pa' de'silemme-lemmeni.

Jika membicarakan petani bu, tidak banyak petani di kota, tetapi biasanya kebutuhan berasnya yang di beli di kota kemudian dibawakan.

Alangkah baiknya di kota karena beras tidak memerlukan pengerjaan yang sulit.

Tuturan pada data (26) di atas termasuk ke dalam tindak tutur ekspresif “minta maaf”

di tandai dengan kalimat “Taddampengengnga lao ri idi' maraja pa' detosi napaggalung kasi', to anu mase-mase.”. Dari percakapan di atas dijelaskan bahwa pihak laki-laki meminta maaf kepada pihk perempuan karena tidak dapat memenuhi kebutuhan beras. Hal tersebut merupakan bentuk tindakan atau upaya untuk memperbaiki hubungan yang berubah karena sebuah ketidaksanggupan.

Salah satu peristiwa tutur yang menuntut adanya kemampuan yang baik dalam bertutur adalah tatkala memohon maaf. Permohonan maaf sebagai suatu tindak tutur yang ditujukan untuk memberikan dukungan pada mitra tutur yang sebenarnya atau berpotensi telah melakukan pelanggaran. Memohon maaf merupakan suatu tuturan yang di dalamnya terkandung tindakan agar mitra tutur berbuat sesuai dengan maksud tuturan. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan data berikut:

Data 27:

Tamu 1 : Yaro were'na maddampenga bawang kasi' jolo'na. Depa dolo wullei rapi'i dolo were'na. Taroni jolo yaro gollana bawang. Ko yarodo'na maddampeng-dampengnga dolo.

Kalau untuk berasnya saya sampaikan maaf, saya belum bisa membawakan beras. Biarkan hanya gula, kalau beras saya memohon maaf.

Tuan Rumah 1 : Ko iyya' kasi', iyya' tommi kiyya, bettoanna toh magello ko were' pa yaro namo simminungngi uwai pella demetto gaga nanre. Wahh....

Were' memeng ha isappa.

Kalau saya, alangkah baiknya jika beras. Walaupun meminum teh/kopi setiap hari tanpa ada makanan, pastinya beras yang akan dicari.

Tuturan pada data (27) di atas termasuk ke dalam tindak tutur ekspresif “minta maaf”

di tandai dengan kalimat “ Yaro were'na maddampenga bawang kasi' jolo'na. Depa dolo wullei rapi'i dolo were'na. Taroni jolo yaro gollana bawang. Ko yarodo'na maddampeng- dampengnga dolo”. Dari percakapan di atas dijelaskan bahwa pihak laki-laki meminta maaf kepada pihk perempuan karena tidak dapat memenuhi kebutuhan beras. Hal tersebut merupakan bentuk tindakan atau upaya untuk memperbaiki hubungan yang berubah karena sebuah ketidaksanggupan.

2) Menyalahkan

Tindak tutur ekspresif “menyalahkan” merupakan tindak tutur yang sifatnya menyatakan salah (dalam KBBI, 2008). Tindak tutur ekspresif “menyalahkan” dalam acara mappettu ada masyarakat bugis Bone sebagai berikut:

(19)

Data 28:

Tuan Rumah 1 : Jadi koordinasiki se' dolo yehe urane e, koordinasi sige'.

Jadi, kalian bicarakan terlebih dahulu dengan pihak laki-laki.

Tamu 2 : Mappakkoe toniwe' yaro. Pa'na deaga rekeng mangkalinga ada. Kan rekenna yaro nana'e ko di iyya'i maccue. Iyya' paccue pa anureku mato, daenna mato rekeng iyya' upubaine. Upidang motu biasa makkedaka ko macceweki loki tuh mattaro-taro, loki makkatiang majjama, ko mappaketu caramu nah loko sedding maga, mappakkero.

Dia memang seperti itu, karena tidak ada yang mendengar nasihat.

Ceritanya anak itu hanya mengikuti nasihat nasihat saya . saya menasehatinya karena ponakan saya, kakak perempuannya adalah istri saya. Dulu saya sampaikan bahwa orang yang pacaran dan akan menikah harus memeiliki tabungan, giat bekerja, sedangkan kalau tidak ada yang kamu kerjakan maka kamu tidak akan mendapatkan apa-apa.

Seperti itu.

Tuturan pada data (28) di atas termasuk ke dalam tindak tutur ekspresif

“menyalahkan” di tandai dengan kalimat “ Upidang motu biasa makkedaka ko macceweki loki tuh mattaro-taro, loki makkatiang majjama, ko mappaketu caramu nah loko sedding maga, mappakkero”. Dari percakapan di atas dijelaskan bahwa pihak laki-laki menyalahkan mempelai laki-laki karena dari awal tidak menabung untuk keperluan pernikahanya. Hal tersebut merupakan bentuk menyatakan atau memandang, mempelai laki-laki penyebab dari masalah uang mahar yang jumlahnya tidak mencukupi dalam acara mappettu ada tersebut.

3) Memuji

Tindak tutur ekspresif “memuji” merupakan tindak tutur yang berisi pujian terhadap sesuatu hal (dalam Ellini, 2014). Tindak tutur ekspresif “memuji” dalam acara mappettu ada masyarakat bugis Bone adalah sebagai berikut:

Data 29:

Tamu 1 : Yah, ko mappakkero tuh madeceng pah siha.

Iya, kalau seperti itu jauh lebih baik Tuan Rumah 1 : Yeee... Nasipi' mo deceng.

Iya, dijepit kebaikan.

Tamu 1 : Yah, pa' sattui diaseng uleng taccipi'.

Iya, sepakati artinya bulan yang menurut keprcayaan tidak diperbolehkan membuat aktivitas

Tuturan pada data (29) termasuk ke dalam tindak tutur ekspresif “memuji ” ditandai dengan kalimat “Yah, ko mappakkero tuh madeceng pah siha”. Dari percakapan di atas dijelaskan bahwa pihak laki-laki memuji saran dari pihak perempuan, bahwa yang dikatakannya adalah jalan yang terbaik untuk pelaksaan pernikahan ini. Hal tersebut merupakan suatu tuturan yang memiliki nilai yang baik untuk seseorang sebagai ekspresi rasa kagumnya terhadap saran yang telah diberikan.

(20)

e. Tindak Tutur Deklaratif

Tindak tutur deklaratif adalah Ilokusi yang bila performansinya berhasil akan menyebabkan korespondensi yang baik antara isi proposisional dengan realitas. Contoh:

menyerahkan diri, memecat, membebaskan, membaptis, memberi nama, menamai, mengucilkan, mengangkat, menunjuk, menentukan, menjatuhkan hukuman, memvonis, dan sebagainya. Searle (dalam Tarigan, 2015:43).

1) Mengucilkan

Dalam acara mappetu ada masyarakat bugis Bone ditemukan ilokusi deskriftif

„mengucilkan”. ilokusi ini yaitu penutur mengambil suatu tindakan yang bersifat mengejek dan mengucilkan seseorang. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan data berikut:

Data 30:

Tamu 2 : Pa' ko yaro elo' dibicara degaga cappuna. Ye' bettoanna ro tomatoanna ro elo'...

Karena kalau dibicarakan terus menerus, tidak ada habis-habisnya, artinya karena orang tuanya yang memiliki keinginan

Tamu 1 : Iyye' tomatoanna ro, nana'e pa' denissengngi punia-nia'na.

Nasengngi kapang anu maddibonga-bonga bawang.

Iya, karena orang tua anak itu tidak mengetahui apa-apa. Mungkin yang seperti ini merutnya hal sepeleh.

Tuturan pada data (30) di atas termasuk ke dalam tindak tutur deklaratif

“mengucilkan” ditandai dengan kalimat “Iyye' tomatoanna ro, nana'e pa' denissengngi punia- nia'na. Nasengngi kapang anu maddibonga-bonga bawang”. Dari percakapan di atas dijelaskan bahwa pihak laki-laki mengucilkan atau menganggap orang tua pihak laki-laki tidak mengetahui apa-apa mengenai mappettu ada tersebut.

Bentuk tindak tutur yang mempengaruhi dan mengubah keadaan peristiwa tertentu yang terjadi pada saat itu biasanya diutarakan oleh suatu pihak tertentu, seperti suatu pihak yang mewakili. Hal ini dikarenakan pada saat menampilkan tindak tutur ini, penutur sendiri menghasilkan adanya suatu perubahan dunia.hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan data berikut.

Data 31:

Tuan Rumah 1 : iye, Pa' abbuinengnge makkokkoe de' napada biasa.

Iya, karena pernikahan sekarang tidak seperti dulu

Tamu 2 : Iyye', de na pada biasa. Pa' iyya' yatommiro bansana Andi maccami silo leta'-leta' na degaga dui'na yaro.

Iya, tidak seperti dulu. Karena yang seperti andi hanya keluar tanpa ada uang yang dia simpan.

Tuturan pada data (31) di atas termasuk ke dalam tindak tutur deklaratif “mengucilkan”

ditandai dengan kalimat “Pa' iyya' yatommiro bansana Andi maccami silo leta'-leta' na degaga dui'na yaro”. Dari percakapan di atas dijelaskan bahwa pihak laki-laki mengucilkan atau menganggap bahwa andi hanya keluyuran dan tidak tahu bekerja atau menyimpan uang.

Hal tersebut jika dilihat dari segi bentuknya yang ditandai dengan adanya nada yang cenderung memandang rendah, maka dapat disimpulkan bahwa percakapan tersebut

(21)

mengandung informasi yang dituturkan oleh pihak laki-laki oleh mengenai sosok andi cenderung mengucilkan.

2) Menentukan

Tindak tutur deklaratif “menentukan” merupakan tindak tutur yang menetapkan pilihan terhadap sesuatu hal (dalam KBBI, 2008). Tindak tutur deklaratif “menentukan”

dalam acara mappettu ada masyarakat bugis Bone berikut ini:

Data 32:

Tamu 2 : Ye' ko masalah were'na pale namo matupi di konfirmasi kan pa' manyamengmo, pa' engka mo nomoro'na bapa'e. Iyye' ajana dipermasalahkan'i akkonnaro.

Iya, kalau masalah berasnya nanti kami bicarakan, tidak susah karena ada nomor hp ayahnya yang saya ambil. Jangan dipermasalahkan yangseperti itu.

Tuan Rumah 1 : Pakkoni pale hee, yako rekeng na koordinasi'i tellu pulo natanggungi golla na terigu, tapi marillau were' setengah pikulu 50 kg bettoanna. Namo alena sianu, bettoanna masseddi-seddi yaro were'e sipikulue, supaya de'na kasi' na berlarut jadi diselesaikan ni.

Pekkoga dangkalinga ro idi' ye'..?

Iya, mungkin begitu saja, sampaikan bahwa 30 juta berserta gula dan teringunya tetapi meminta beras setengah pikul walapun berasnya disatukan dari beberapa orang, supaya tidak berlaurt-larut, jadi mungkin bisa di selesaikan, bagaimana menerut kalian?

Tuturan pada data (32) di atas termasuk ke dalam tindak tutur deklaratif “menentukan”

ditandai dengan kalimat “Pakkoni pale hee, yako rekeng na koordinasi'i tellu pulo natanggungi golla na terigu, tapi marillau were' setengah pikulu 50 kg bettoanna. Namo alena sianu, bettoanna masseddi-seddi yaro were'e sipikulue, supaya de'na kasi' na berlarut jadi diselesaikan ni”. Dari percakapan di atas dijelaskan bahwa pihak perempuan menentukan jumlah uang yang yang harus disediakan oleh pihak laki-laki senilai 30 juta sebagai maharnya.

Dalam acara mappetu ada masyarakat bugis Bone ditemukan ilokusi deskriftif

„menentukan”. ilokusi ini yaitu penutur mengambil suatu tindakan yang bersifat menentukan hasil kesepakatan. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan data berikut:

Data 33:

Tamu 1 : Yah, jadi pakkuniro pale. Tanggala arua siponcing, tanggala dua pulo dua nenre' kawing.

Iya, jadi begitu saja, tanggal 8 kami bawakan maharnya, tanggal 22 akadnya

Tamu 2 : Yah, ko masalah denre were' aganna tuh mai manyameng moh ripalettu keputusanna. Pa' engka moh daseng Hp.

Iya. Kalau masalah berasnya, apa yang baiknya saya sampaikan keputusannya, saya bisa sampaikan lewat hp

Tuang Rumah : Yah, yah, yah...

Iya iyaa

(22)

Tuturan pada data (33) termasuk ke dalam tindak tutur deklaratif “menentukan”

ditandai dengan kalimat “Yah, jadi pakkuniro pale. Tanggala arua siponcing, tanggala dua pulo dua nenre' kawing”. Dari percakapan di atas dijelaskan bahwa hasil pembicaran pihak laki-laki dengan pihak perempuan telah disepakati bahwa tanggal untuk penyerahan mahar adalah tanggal 8 dan untuk tanggal pernikahannya telah disepakati tanggal 22.

2. Implikasi tindak tutur pada acara mappettu ada masyarakat bugis bone sulawesi selatan pengajaran bahasa Indonesia.

Implikasi hasil analisis terhadap pengajaran bahasa Indonesia di sekolah dimaksudkan dalam penelitian ini lebih bersifat teoretis sebagaimana yang telah dipaparkan pada bagan kerangka pikir. Implikasi yang dimaksud mengacu pada tujuan pembelajaran di kelas, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia yang merupakan salah satu pelajaran wajib bagi siswa. Tindak tutur yang terdapat pada serpihan dalam tuturan dialog mappettu ada dapat dijadikan contoh penggunaan bahasa Indonesia sesuai konteks. Kompetensi dasar yang memuat ranah pengetahuan dalam teks drama terdapat pada KD 3.18 mengidentifikasi alur cerita, babak demi babak, dan konflik dalam drama yang dibaca atau ditonton. Kaitannya dengan bahan ajar tambahan tuturan pada dialog mappettu ada dapat dijadikan contoh dalam pembelajaran dengan materi drama baik dalam hal membandingkan teks dialog dan memproduksi teks drama.

Penelitian ini juga berimplikasi bagi guru bahasa Indonesia, untuk dapat menerapkan tindak tutur ilokusi dalam proses belajar mengajar sehingga siswa tidak merasa terbebani oleh perintah gurunya dan menjadi masukan dalam memilih bahan bacaan sebagai bahan ajar dan sekaligus memberikan model strategi yang akan digunakan di kelas. Selain itu, salah satu cara untuk menarik minat siswa dalam mempelajari budaya kuhusnya proses mappettu ada dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan pembicaraan dalam proses mappettu ada berupa tindak tutur ilokusi.

PEMBAHASAN

Hasil penyajian data yang dilakukan setelah melihat realitas di lapangan, membuktikan bahwa tuturan acara mappetu ada masyarakat Bone memiliki kesesuaian dengan teori tindak tutur ilokusi menurut Searle. Hasil tersebut berupa kategori asertif, direktif, komisif, ekspresif dan deklaratif. Dari hasil tuturan tersebut ditemukan sebanyak 33 tuturan yang termasuk dalam tindak tutur menurut klasifikasi Searle (1969). Hasil penelitian sebanyak 33 tuturan tersebut meliputi: (1) asertif sebanyak 9 yaitu menyatakan 5, memberitahukan 3, melaporkan 1; (2) direktif sebanyak 15 yaitu memerintahkan 1, memohon 1, meminta 7, menyarankan 2, dan menasehatkan 4; (3) komisif yaitu menawarkan 1; (4) ekpresif sebanyak 4 yaitu mengucapkan minta maaf 2, menyalahkan 1 dan memuji 1; (5) deklaratif sebanyak 4 yaitu mengucilkan 2 dan menentukan 2.

Dari hasil analisis, dapat dilihat bahwa tindak tutur direktif memiliki hasil temuan tertinggi yaitu lima belas, sedangkan yang paling rendah adalah tindak tutur komisif yaitu satu berdasarkan perhitungan analisis di atas. Dapat dilihat bahwa jumlah pemakaian tindak ilokusi jenis direktif lebih sering ketimbang tindak tutur yang lain. Jadi dapat dikatakan bahwa dalam bahasa interaksi mappettu ada, para penutur dan mitra tutur cenderung menggunakan bahasa direktif yang berfungsi untuk melakukan sebuah tindakan berdasarkan tuturan yang disampaikan.

Implikasi tindak tutur mappettu ada terhadap pengajaran bahasa Indonesia dapat menjadi bahan pengajaran. Tindak tutur acara mappetu ada dapat menjadi bahan referensi

(23)

pengembangan ilmu pengetahuan terutama tindak tutur dalam kajian pragmatik. Tuturan yang berbeda-beda dalam percakapan mappettu ada mengungkapkan ungkapan-ungkapan tradisonal. Selain hal tersebut, cara atau mekanisme acara mappettu ada dapat mendorong setiap masyarakat mempelajari kebudayaan yang mengandung norma-norma serta nilai-nilai kehidupan yang berlaku dalam tata pergaulan masyarakat serta dapat mendorong masyarakat untuk mengetahui ungkapan-ungkapan tradisonal dalam peristiwa tindak tutur mappettu ada.

Pengajaran bahasa Indonesia erat kaitannya dengan proses dan tata cara mappettu ada.

Dalam ruang lingkup pendidikan tata cara mappettu ada dapat digunakan dalam lingkup diskusi Mappettu ada memuat pendapat setiap orang yang terlibat acara tersebut, begitupun dengan kegiatan berdiskusi. Diskusi memuat tuturan yang berbeda mengenai pokok permasalahan sehingga pihak yang berlawanan saling mengutarakan topik yang dibicarakan.

Diskusi dapat menguji kemampuan tindak tutur terhadap pokok permasalahan yang dibicarakan.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan:

1. Bentuk tindak ilokusi bahasa bugis yang digunakan dalam acara Mappettu âda masyarakat bugis bone sulawesi selatan yakni: tindak tutur asertif, tindak tutur direktif, tindak tutur komisif, tindak tutur ekspresif, dan tindak tutur deklaratif.

2. Implikasi pada pengajaran bahasa Indonesia di sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan ajar tambahan berkaitan dengan materi pembelajaran yang akan dibelajarkan.

Tindak tutur yang terdapat pada serpihan dalam dialog mappettu ada dapat dijadikan contoh dalam pembelajaran dengan materi drama baik dalam hal membandingkan teks dan memproduksi teks drama.

DAFTAR PUSTAKA

Hilman Hadikusuma. 1983. Hukum Perkawinan Adat. Bandung: Cet. II.

Juanda, Juanda. 2015. Analisis Wacana. Makassar: Badan Penerbit UNM.

Monika. 2018. Tindak Tutur Ilokusi Bahasa Bugis dalam Transaksi Jual Beli di Pasar Parigi.

Skripsi

Searle, J. R. 1969. Speech Acts: An Essay in the Philosophy of Language. Cambridge:

Cambridge University Press.

Tarigan, H. G. (2015). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Wijaya. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi.

Referensi

Dokumen terkait

Rekonstruksi merupakan salah satu teknik dalam metode pemeriksaan yang dilakukan oleh penyidik dalam proses penyidikan tindak pidana, rekonstruksi adalah suatu

Sedangkan saluran pemasaran yang paling efisien untuk ikan sagela asap asal Desa Pasalae dan Pentadu Barat adalah saluran yang langsung dari produsen ke konsumen sedangkan di

Penelitian dilakukan dengan simulasi untuk melihat apakah sistem yang disarankan bisa mengontrol aliran paket data jaringan komputer sehingga.. dapat mengurangi

[r]

Dari hasil analisis terlihat bahwa saat switching kapasitor bank terjadi lonjakan arus atau arus inrush dan frekuensi osilasi pada setiap step pemasukan kapasitor

Melakukan penyiapan bahan pembinaan, pembimbingan, dan fasilitasi pelaksanaan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur, kriteria, serta pemantauan dan evaluasi di

Tujuan dari penelitian ini adalah : mengetahui gambaran modal sosial pengusaha mikro dan kecil di Jawa Timur, mengetahui gambaran kinerja bisnis pengusaha mikro

Dari permasalah yang didapat, maka penulis mencoba untuk membangun suatu aplikasi yang dapat meningkatkan daya beli dan kualitas usaha serta memudahkan pelanggan,