9
Universitas Kristen Petra
2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA
2.1 Landasan Teori Tentang Fotografi 2.1.1 Sejarah Fotografi
Di dalam buku “The History of Photography” karya Alma Davenport, terbitan University of New Mexico Press tahun 1991, disebutkan bahwa pada abad ke-5 Sebelum Masehi, seorang lelaki berkebangsaan Cina bernama Mo Ti sudah mengamati sebuah gejala fotografi. Apabila pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang kecil (pinhole), maka lewat lubang itu pemandangan yang ada di luar akan terefleksikan secara terbalik.
Selang beberapa abad kemudian, banyak ilmuwan menyadari serta mengagumi fenomena pinhole tadi. Bahkan pada abad ke-3 SM, Aristoteles mencoba menjabarkan fenomena pinhole tadi dengan segala ide yang ia miliki, lalu memperkenalkannya kepada kalayak ramai. Aristoteles merentangkan kulit yang diberi lubang kecil, lalu digelar di atas tanah dan memberinya jarak untuk menangkap bayangan matahari. Dalam eksperimennya itu, cahaya dapat menembus dan memantul di atas tanah sehingga gerhana matahari dapat diamati.
Khalayak pun dibuat terperangah.
Selanjutnya, pada abad ke-10 Masehi, seorang ilmuwan muslim asal Irak yang bernama Ibnu Al-Haitham juga menemukan prinsip kerja kamera seperti yang ditemukan Mo Ti. Ia pun mulai meneliti beragam fenomena cahaya, termasuk sistem penglihatan manusia. Haitham bersama muridnya, Kamal ad-Din, untuk pertama kali memperkenalkan fenomena obscura. Waktu itu, obscura yang ia maksud adalah sebuah ruangan tertutup yang di salah satu sisinya terdapat sebuah lubang kecil sehingga seberkas cahaya dapat masuk dan membuat bayangan dari benda-benda yang ada di depannya. Pada abad ke-11 M, orang- orang Arab sudah memakainya sebagai hiburan dengan menjadikan tenda mereka sebagai kamera obscura.
Kemudian kamera obscura mulai diteliti lagi oleh Leonardo da Vinci, seorang pelukis dan ilmuwan, pada akhir abad ke-15. Ia menggambar rincian sistem kerja alat yang menjadi asal muasal kata "kamera" itu dan mulai
10
Universitas Kristen Petra
menyempurnakannya. Pada mulanya kamera ini tidak begitu diminati karena cahaya yang masuk amat sedikit, sehingga bayangan yang terbentuk pun samarsamar. Penggunaan kamera ini baru populer setelah lensa ditemukan pada tahun 1550. Dengan lensa pada kamera ini, maka cahaya yang masuk ke kamera dapat diperbanyak dan gambar dapat dipusatkan sehingga menjadi lebih sempurna.
Pada tahun 1575, para ilmuwan berhasil membuat kamera portable yang pertama. Tapi kamera buatan yang sangat kuno ini tetap hanya bisa digunakan untuk menggambar. Lalu pada tahun 1680 lahir kamera refleks pertama yang penggunaannya juga masih untuk menggambar, tapi sudah memiliki sedikit kemajuan. Tapi, lantaran bahan baku untuk mengabadikan benda-benda yang berada di depan lensa belum ditemukan, maka kamera ini juga masih dipakai untuk mempermudah proses penggambaran benda (Arie, 7).
2.1.1.1 Joseph Nicephore Niepce
Sejarah penemuan film baru dimulai pada tahun 1826. Joseph Nicephore Niepce, seorang veteran Perancis, bereksperimen menggunakan kamera obscura dan plat logam yang dilapisi bahan aspal untuk mengabadikan gambar sebuah obyek. Setelah 8 jam mengekspos pemandangan dari jendela kamarnya melalui proses “Heliogravure”, ia berhasil melahirkan sebuah imaji yang agak kabur dan mempertahankan gambar secara permanen. Keberhasilannya itu dianggap sebagai awal dari sejarah fotografi. Gambar yang dibuat oleh Niepce itu diberi judul
“View from The Window at Le Gras” dan menjadi foto pertama yang pernah ada di dunia.
Kalau nama Niepce tercatat sebagai fotografer pertama yang mengabadikan sebuah gambar, Louis J.M. Daguerre adalah orang yang pertama kali membuat foto yang di dalamnya terdapat sosok manusia. Pada foto yang diambil dari jarak jauh di tahun 1839 itu, tampak seseorang lelaki sedang berdiri dan mengangkat salah satu kaki saat sepatunya sedang dibersihkan oleh orang lain di pinggir sebuah jalan raya. Daguerre dinobatkan sebagai orang pertama yang berhasil membuat gambar permanen pada lembaran plat tembaga perak yang dilapisi larutan iodin, lalu disinari selama satu setengah jam dengan pemanas
11
Universitas Kristen Petra
mercuri (neon). Proses ini disebut “daguerreotype”. Untuk membuat gambar permanen, pelat itu dicuci dengan larutan garam dapur dan air suling.
Percobaan-demi percobaan terus berlanjut, sampai akhirnya William Henry Talbott dari Inggris pada 25 Januari 1839 memperkenalkan “lukisan fotografi” yang juga menggunakan kamera obscura, tapi ia membuat foto positifnya pada sehelai kertas chlorida perak. Kemudian, pada tahun yang sama Talbot menemukan cikal bakal film negatif modern yang terbuat dari lembar kertas beremulsi, yang bisa digunakan untuk mencetak foto dengan cara “contact print”. Teknik ini juga bisa digunakan untuk cetak ulang layaknya film negatif modern. Proses ini disebut Calotype yang kemudian dikembangkan menjadi Talbotypes. Untuk menghasilkan gambar positif, Talbot menggunakan proses Saltprint. Gambar dengan film negatif pertama yang dibuat Talbot pada Agustus 1835 adalah pemandangan pintu perpustakaan di rumahnya di Hacock Abbey, Wiltshire, Inggris.
Penemuan-penemuan teknologi pun semakin bermunculan seiring dengan masuknya fotografi ke dunia jurnalistik. Tapi, lantaran orang-orang jurnalistik belum bisa memasukkan foto ke dalam proses cetak, mereka menyalin foto yang ada dengan menggambarnya memakai tangan. Surat kabar pertama yang memuat gambar dengan teknik ini adalah The Daily Graphic, yakni pada 16 April 1877.
Gambar berita pertama dalam surat kabar itu adalah sebuah peristiwa kebakaran.
Kemudian, ditemukanlah proses cetak “half tone” pada tahun 1880 yang memungkinkan foto dimasukkan ke dalam surat kabar. Foto paling pertama yang ada di surat kabar adalah foto tambang pengeboran minyak Shantytown yang muncul di surat kabar “New York Daily Graphic” di Amerika Serikat pada tanggal 4 Maret 1880, foto itu adalah karya Henry J Newton.
Fotografi kemudian berkembang dengan sangat cepat. Menurut Szarkowski (Hartoyo, 22), arsitek utama dunia fotografi modern adalah seorang pengusaha bernama George Eastman. Melalui perusahaannya yang bernama Kodak Eastman, George Eastman mengembangkan fotografi dengan menciptakan serta menjual roll film dan kamera boks yang praktis. Saat itu, dunia fotografi sudah mengenal perbaikan lensa, shutter, film, dan kertas foto. Penemuan- penemuan tersebut telah mempermudah orang mengabadikan benda-benda yang
12
Universitas Kristen Petra
berada di depan lensa dan mereproduksinya. Dengan demikian, para fotografer, baik amatir maupun profesional, bisa menghasilkan suatu karya seni tinggi tanpa terhalang oleh keterbatasan teknologi. Pada Tahun 1900 seorang juru gambar telah menciptakan kamera Mammoth. Ukuran kamera ini amat besar. Beratnya 1,400 pon, sedangkan lensanya memiliki berat 500 pon. Untuk mengoperasikan atau memindahkannya, sang fotografer membutuhkan bantuan 15 orang. Kamera ini menggunakan film sebesar 4,5 x 8 kaki dan membutuhkan bahan kimia sebanyak 10 galon ketika memprosesnya.
Pada tahun 1950, pemakaian prisma untuk memudahkan pembidikan pada kamera Single Lens Reflex (SLR) mulai ramai. Dan di tahun yang sama, Jepang mulai memasuki dunia fotografi dengan memproduksi kamera NIKON. Di tahun 1972, kamera Polaroid yang ditemukan oleh Edwin Land mulai dipasarkan.
Kamera Polaroid ini mampu menghasilkan gambar tanpa melalui proses pengembangan dan pencetakan film. Kemajuan teknologi turut memacu fotografi dengan sangat cepat. Kalau dulu kamera sebesar tenda hanya bisa menghasilkan gambar yang tidak terlalu tajam, kini kamera digital yang cuma sebesar dompet mampu membuat foto yang sangat tajam dalam ukuran sebesar koran.
2.1.1.2 Sejarah Fotografi di Indonesia
Indonesia memiliki sejarah Fotografi yang cukup menarik dan terhitung cukup lama. Fotografi sendiri pertama kali masuk Indonesia berkat jasa dua orang bernama Woodbury dan Page, yang pada tahun 1857 membuka studio foto di Jakarta (pada waktu itu masih bernama Batavia). Dua teknik foto yang sudah dikenal pada saat itu adalah Daguerreotype dan Calotype, dan dua teknik foto ini masih belum bisa merekam gambar yang bergerak. Selain itu kamera yang digunakan juga masih besar, berat, dan tidak bisa digunakan oleh sembarang orang.
Untungnya bersamaan dengan ditemukannya kamera Kodak pada tahun 1900, perkembangan Fotografi di Indonesia mengalami kemajuan pesat. Ini dikarenakan kamera Kodak mudah digunakan, sehingga orang awam pun bisa merekam gambar yang mereka inginkan. Karya-karya fotografer dan juga masyarakat awam pada masa-masa awal berkembangnya Fotografi di Indonesia
13
Universitas Kristen Petra
ini sekarang tersimpan di Museum Sejarah Jakarta. Tentu saja karena waktu itu perkembangan teknologi Fotografi hanya berpusat di Jakarta, maka foto-foto yang ditampilkan di Museum Sejarah Jakarta adalah foto kota Jakarta pada tahun 1900 – 1930an. Jika berbicara mengenai perintis Fotografi di Indonesia, maka ada tiga nama yang cukup dikenal yaitu Kassian Cephas dan Mendur bersaudara, Frans Mendur dan Alex Mendur. Kassian Cephas terkenal akan foto-foto dengan tema budaya, sementara itu Mendur bersaudara terkenal akan foto-foto yang mengabadikan perjuangan rakyat Indonesia dalam melawan penjajahan Belanda.
Kassian Cephas sendiri lahir pada 15 Januari 1845 di Yogyakarta dari pasangan Kartodrono dan Minah, ada juga yang mengatakan bahwa ia adalah anak angkat dari orang Belanda yang bernama Frederik Bernard Fr. Schalk. Sejak usia belia Cephas sudah mendalami dunia Fotografi, guru pertamanya adalah seorang misionaris bernama Christina Petronella Philips-Steven. Pada umur 15 tahun Cephas mulai menekuni dunia Fotografi secara profesional. Ia bahkan pernah belajar pada Isidore van Kinsbergen, salah fotografer terkenal yang pertama kali mengabadikan kebudayaan Jawa dalam media foto. Sultan Hamengku Buwono ke VI, yang pada waktu itu menyadari bakat Cephas dalam bidang Fotografi, kemudian meminta Simon Willem Camerik, Fotografer resmi kesultanan, untuk melatih Cephas. Cephas menunjukkan perkembangan yang sangat pesat, dan pada tahun 1971 ia diangkat menjadi Fotografer resmi kesultanan.
Sebagai fotografer resmi kesultanan, Cephas mampu memotret momen- momen khusus di dalam keraton yang tidak boleh dihadiri oleh khalayak umum.
Karya pertama Cephas terbit pada tahun 1888 dalam buka Isaac Groneman yang berjudul In den Kedaton te Jogjåkartå. Di buku tersebut Cephas menampilkan 16 foto yang menggambarkan tarian khas Jawa. Setelah itu Cephas kembali terlibat dengan Groneman dalam sebuah proyek baru, kali ini ia ditugasi untuk memotret candi Prambanan. Dari tahun 1889 – 1991 Cephas mengabadikan proses restorasi dan pelestarian candi Prambanan, dan pada tahun 1893, 62 foto yang diambil Cephas akhirnya diterbitkan. Pada tahun yang sama, Cephas juga ditunjuk untuk memotret fondasi rahasia dari candi Borobudur yang ditemukan di tahun 1885.
Sayang karena masalah dana, foto yang tadinya diperkirakan akan berjumlah
14
Universitas Kristen Petra
sekitar 300 lembar harus dikurangi menjadi 164 lembar saja. Puncak kejayaan Cephas hadir di tahun 1899 ketika untuk terakhir kalinya ia bekerjasama dengan Groneman. Kali ini Cephas ditugaskan untuk mengabadikan peringatan empat tahun naiknya Hamengkunegara III sebagai putra mahkota. Perayaan yang direncanakan selama satu setengah tahun dan berlangsung selama empat hari ini diabadikan oleh Cephas dalam sebuah buku yang berlapis emas dan berlian. Pada tahun 1901, buku ini kemudian dipersembahkan sebagai hadiah untuk pernikahan Queen Wilhelmina dan Prince Henry dari Belanda.
Atas jasa-jasanya dalam melestarikan budaya Jawa, pada tahun yang sama Cephas dianugerahi medali emas dari Order of Orange-Nassau. Jika Cephas dikenal akan foto-foto budaya Jawa, maka Frans Mendur dan Alex Mendur terkenal akan foto-foto yang membakar semangat perjuangan. Karya mereka yang paling terkenal jelas adalah foto-foto yang mereka buat pada saat bung Karno menyatakan proklamasi kemerdekaan RI. Karya-karya mereka pada saat itu menjadi sangat terkenal dan bahkan digunakan untuk membangkitkan semangat perjuangan, karena foto yang mereka ambil kental dengan suasana heroik, yang pada masa itu sangat dibutuhkan.
Selain foto proklamasi kemerdekaan, foto-foto mereka yang terkenal lainnya meliputi foto Jendral Sudirman, foto-foto pertempuran di surabaya, foto penyobekan bendera merah putih biru menjadi merah putih di Hotel Oranye, dan tidak ketinggalam adalah foto bung Tomo yang sedang berpidato di lapangan Mojokerto. Foto yang terakhir ini kemudian diterbitkan di koran dwi bahasa Indonesia – Mandarin, Nanjang Post, edisi Februari 1947. Selain bertanggung jawab atas berbagai foto bersejarah, Mendur bersaudara juga merintis berdirinya IPPHOS (Indonesia Press Photo Service) pada tanggal 2 Oktober 1946 di Jakarta.
Fotografi di Indonesia semakin berkembang dengan pesat sejak negara kita ini meraih kemerdekaan.
Sekarang ini, munculnya digital kamera membuat dunia fotografi semakin marak dan banyak memunculkan bibit-bibit fotografer dari usia dini. Di Indonesia sendiri Fotografi sangat diminati, bukan saja hanya untuk mengabadikan moment- moment, fotografi juga seringkali dijadikan sebagai media komersial.
15
Universitas Kristen Petra
2.1.2 Pengertian Fotografi
Menurut R.Amin Nugroho (93), fotografi dikaji dari asal mula katanya, berasal dari bahasa latin, yaitu “photos” dan “graphos”. Photos artinya cahaya atau sinar, sedang “graphos” artinya menulis atau melukis. Jadi arti sebenarnya dari fotografi adalah proses dan seni pembuatan gambar (melukis dengan sinar atau cahaya) pada sebuah bidang film atau permukaan yang dipetakan. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat.
Prinsip fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghasilkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa). Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan merubah kombinasi ISO/ASA (ISO Speed), diafragma (Aperture), dan kecepatan rana (speed). Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed disebut sebagai pajanan (exposure). (“The First Photograph”, par. 2). Gambar yang dihasilkan diharapkan sama persis dengan aslinya, hanya dalam ukuran yang jauh lebih kecil. Orang yang pertama kali memperkenalkan istilah fotografi adalah Sir John Herschel. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata fotografi berarti seni dan penghasilan gambar dan cahaya pada film atau permukaan benda yang dipekakan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008).
2.1.2.1 Teori Fotografi
Di dalam teori dan teknik fotografi, selalu ada hal yang pertama dan prioritas di pikiran kita. Terutama setelah kita mengetahui efek dari masing- masing kombinasi. Mayoritas digolongkan menjadi dua bagian besar yaitu;
Aperture Priority, dimana dalam memotret kita menghendaki efek dari bukaan tertentu sebagai faktor yg ditetapkan yang lain variable & Speed Priority dimana dalam memotret kita menghendaki speed tertentu dalam mengabadikan moment, yang lainnya variable.
16
Universitas Kristen Petra
Fotografi sebuah pemandangan yang semuanya akan ditonjolkan membutuhkan dept of field (DOF) yang besar, sehingga orang dapat mengatur bukaan sekecil mungkin. Begitu pula halnya dengan memotret model, di mana dikehendaki pengisolasian subject dari lingkungan membutuhkan dept of field (DOF) yang sekecil mungkin. Hal yang terkait tentang DOF. DOF, depth of Field, kedalaman medan. DOF adalah daerah tajam di sekitar fokus. Kedalaman objek dipengaruhi oleh besar aperture, panjang fokal, dan jarak ke obyek.
1. Aperture, semakin besar aperture (f number makin kecil) maka DOF akan makin dangkal/sempit.
2. Panjang fokal (riil), semakin panjang fokal, DOF makin dangkal/sempit.
3. Jarak ke obyek, semakin dekat jarak ke obyek maka DOF makin dangkal/sempit.
Pemilihan DOF
1) Jika DOF sempit, foreground dan background akan blur. DOF sempit digunakan jika kita ingin mengisolasi/menonjolkan obyek dari lingkungan sekitarnya misalnya pada foto-foto portrait atau foto bunga.
2) Jika DOF lebar, foreground dan background tampak lebih tajam. DOF lebar digunakan jika kita menginginkan hampir seluruh bagian pada foto nampak tajam, seperti pada foto landscape atau foto jurnalistik.
Kecepatan yang merupakan sebuah variable di setting mengikuti takaran sesuai ISO yang dipilih. Kalau perlu pakai tripod atau monopod. Memotret pemandangan tanpa tripod orang akan mempertahankan kecepatan terendah yang dia bisa pertahankan, aperture akan mengikuti. Memotret sport dengan kecepatan tinggi orang akan menetapkan speed yang tinggi dan aperture mengikuti.
Demikian pula memotret low exposure dan panning, orang akan menetapkan speed yang akan diikuti aperture sesuai ISO yang dipakai. Komponen variabel yang mensuport pilihan di atas juga harus dipilih untuk lebih memperkuat pilihan efek yang hendak dibuat.
Memotret pemandangan orang cenderung memakai wide angle lens yang memiliki dept of field yang dalam dan distorsi cembung. Dalam memilih ISO juga cenderung memakai film ISO rendah yang memiliki butiran yang halus yang akan menunjang dept of field (DOF) yang dalam tersebut. Memotret model orang
17
Universitas Kristen Petra
cenderung memakai tele yang memiliki depth of field yang tipis dan distorsi cekung yang akan membuat muka orang menjadi langsingan. Kalau perlu memakai fast lens yang memiliki bukaan 2,8 bahkan 1.4. Komponen penunjang lainnya seperti tripod di mana kecepatan yang dipilih lebih rendah dari yang mampu kita tahan. Netral Density Filter dimana kecepatan yang dihasilkan dari bukaan yang paling memungkinkan masih lebih cepat dari yang kita inginkan.
Komposisi adalah penempatan obyek dalam bingkai foto. Sedangkan angle adalah sudut pemotretan, dari bawah, atas, atau sejajar. Komposisi dan angle lebih menyangkut ke seni dari fotografi. Faktor selera fotografer sangat besar pengaruhnya. (“Goresan Kecil: Sebuah Teori dan Teknik Dasar Fotografi”, par. 1)
2.1.2.2 Kamera
Dalam melakukan proses pemotretan sehingga menghasilkan sebuah karya fotografi tentu diperlukan kamera. Kamera merupakan bagian penting dalam fotografi. Menurut Soelarko, kamera sebenarnya berarti ruang atau kotak . Sedang menurut Dini Yozardi dan Itta Wijono, kamera adalah alat untuk merekam gambar suatu objek pada permukaan yang peka cahaya. Masih menurut Dini Yozardi dan Itta Wijono, kamera merekam melalui cara kerja optik, yaitu memasukkan cahaya dengan bantuan lensa sehingga terbentuklah gambar seperti yang tampak pada jendela bidik pada permukaan film atau pelat. Banyaknya cahaya yang masuk ke dalam kamera dikendalikan melalui kecepatan rana dan bukaan diafragma. Dengan demikian hanya cahaya yang diperlukan saja yang bisa masuk agar pemotret bisa mendapatkan hasil yang diharapkan. Mekanisme pemfokusan akan menyesuaikan posisi lensa sehingga kita tetap dapat memperoleh gambar yang tajam suatu objek dari jarak berapa pun.
2.1.2.3 Bagian-bagian Kamera
Menurut Dini Yozardi dan Itta Wijono, keberhasilan suatu pemotretan bergantung pada pengetahuan bagian-bagian kamera. Oleh karena itu, mengenal berbagai fasilitas kamera sangatlah penting, terutama bagi pemula. Dengan banyaknya merek kamera saat ini, maka fasilitas yang ditawarkan oleh merek-
18
Universitas Kristen Petra
merek tersebut sangatlah bervariasi. Namun setiap kamera memiliki fasilitas dasar, yaitu lensa, tombol rana, jendela bidik, kompartemen film, angka penunjuk sisa film, pengokang film. Berkembangnya teknologi fotografi dan elektronika akhirnya memungkinkan terciptanya kamera bermekanisme serba-otomatis, baik untuk saku maupun kamera SLR, sehingga sangat memudahkan pemotret untuk mendapatkan foto yang diinginkannya.
2.1.2.4 Jenis-jenis Kamera
Menurut Dini Yozardi dan Itta Wijono, ada beberapa jenis kamera dalam dunia fotografi, yaitu kamera saku, kamera SLR (Single Lens Reflex), Kamera format medium, dan kamera digital. Sekarang, dengan kemajuan teknologi yang demikian pesat, kamera-kamera tersebut mengalami kombinasi, misalnya kamera saku ada yang memiliki pilihan lensa yang berbeda-beda ukuran, kamera SLR ada yang manual, tetapi ada juga yang memiliki dua fasilitas sekaligus, yaitu yang bisa disetel manual atau serba-otomatis, sehingga memudahkan pemakai. Kamera digital pun ada yang berbentuk kamera saku dan SLR.
A. Kamera Saku
Istilah ini muncul karena bentuk kamera yang kecil, mudah dibawa, bahkan bisa masuk ke dalam saku baju atau celana. Kamera ini populer dengan nama kamera otomatis. Hal ini karena kamera jenis ini biasa dipakai oleh orang awam, karena mudah pengoperasiannya. Cara kerja kamera ini serba otomatis.
Kecepatan rana, bukaan diafragma, fokus (autofocus), dan pencahayaan diatur total oleh mekanisme dalam kamera tanpa perlu campur tangan pemotret.
Setelah tinggal memasukkan film ke dalam kamera, pemotret melihat objek ke dalam jendela bidik, lalu klik, dan film akan memutar sendiri. Proses ini berlangsung terus sampai isi film habis. Setelah jepretan terakhir, kamera akan menggulung (rewinding) film sendiri. Mudah dan praktis.
B. Kamera SLR
Sebutan kamera SLR (Single Lens Reflex) didasarkan oleh cara kerja kamera, di mana pembidikan dilakukan secara horizontal dan berpandangan langsung dengan lensa utama. Kamera SLR ada yang menggunakan format film 35 mm (kamera format kecil) dan ada yang 120 mm (kamera format medium).
19
Universitas Kristen Petra
Kamera ini sangat populer dan banyak digunakan oleh pemotret amatir maupun profesional. Dengan kamera SLR, pemotret harus memperhitungkan ukuran kecepatan rana, bukaan diafragma, dan fokus objek, juga pilihan lensa yang akan digunakan sebelum melakukan pemotretan. Oleh sebab itu, kamera ini mempunyai prinsip dasar man behind the gun. Pemotretlah yang menentukan kualitas foto. Dengan fasilitas kamera yang bisa diatur oleh pemotret, pemotret bebas berkreasi. Dengan kemajuan teknologi dan kebutuhan manusia untuk bisa menjalani kehidupan dengan lebih mudah dan lebih praktis, sekarang jenis kamera SLR ada yang bekerja secara manual, elektronik, atau keduanya, dan digital. Selain itu, sebagian besar kamera SLR sekarang, telah memiliki fokus otomatis. Fasilitas ini akan membantu kecepatan memfokus objek. Termasuk juga memiliki fasilitas menggulung film secara otomatis.
Beberapa fasilitas yang biasanya ada pada kamera SLR :
- Kecepatan rana maksimum. Makin tinggi kecepatan rana, makin baik, misalnya 1/4000 detik.
- Aturan pemakaian ISO (ukuran kecepatan film) - Alat ukur pencahayaan (exposure meter)
- Tombol bidik otomatis (self-timer) - Dudukan kaki tiga (tripod).
C. Kamera Format Medium
Prinsip kerjanya sama dengan kamera SLR, hanya menggunakan format film yang berbeda, yaitu 120 mm. Meski ada beberapa kamera jenis ini yang menggunakan sistem pengamatan twin lens refelx (refleks lensa kembar), namun jenis ini sudah jarang digunakan. Dengan format film 120 mm, kualitas pembesaran filmnya lebih baik sehingga kamera ini cocok digunakan sebagai kamera profesional, misalnya kamera di studio foto atau dalam ruangan, dan biasanya banyak digunakan untuk tujuan bisnis. Misalnya untuk pemotretan mode, makanan, benda tak bergerak (still life). D. Kamera Digital Jenis kamera ini baru berkembang pada akhir tahun 1990-an. Kamera digital berkembang karena tuntutan efisiensi dan kemudahan. Cara pengambilan gambarnya mudah, tinggal tekan tombol saja. Bedanya, kamera digital tidak
20
Universitas Kristen Petra
perlu lagi memikirkan laboratorium foto, karena pemotret bisa langsung melihat hasilnya dari monitor yang ada di bagian belakang kamera. Bahkan, ada yang sudah memiliki fasilitas koneksi ke televisi. Bila ingin mencetak hasil pemotretan, kita cukup menyambungkan kamera ke mesin cetak (printer) berwarna dengan kertas khusus. Hal ini bisa dilakukan pula dengan komputer yang juga berfungsi sebagai kamar gelap. Di sini foto bisa dikoreksi “tanpa batas” sesuai keinginan. Kelebihan lain kamera digital adalah foto-foto digital bisa disimpan dalam album elektronik seperti CD. Jenis kamera digital ada yang berbentuk saku yang lebih banyak digunakan oleh fotografer amatir, dan jenis SLR yang banyak digunakan oleh fotografer profesional.
D. Kamera Jenis Lainnya
Selain jenis-jenis kamera yang telah disebutkan di depan, ada jenis kamera yang tidak dijelaskan di sini karena kurang populer, yaitu kamera format besar (large format camera) atau disebut juga view camera yang menggunakan film ukuran 4 x 5 inci atau 8 x 10 inci, dan kamera Polaroid. Menurut Soelarko (2023), selain jenis-jenis kamera di atas, terdapat jenis-jenis kamera lain yang tergolong kamera khusus, antara lain :
- Kamera Udara.
Kamera ini digunakan untuk pemetaan bumi. Penggunaannya adalah dengan dipasang pada dasar pesawat yang memotret bumi. Kemudian secara berturut-turut dilakukan pemotretan dengan jangka waktu yang dikehendaki.
- Viewcamera Plaubel.
Kamera jenis ini digunakan untuk pemotretan arsitektur.
- Viewcamera Bertram.
Kamera jenis ini banyak digunakan sebagai press-camera di Amerika.
- Kamera Linhof.
Kamera ini banyak digunakan di studio kamera profil, untuk melakukan tugas pemotretan misalnya model, fashion, dan stillife, untuk keperluan iklan.
- Kamera dalam air (underwater-camera).
Dapat berfungsi untuk reportasi ilmiah, penyelidikan dasar laut.
21
Universitas Kristen Petra
- Kamera Stereo.
Adalah kamera berlensa dua, yang dapat seklaigus membuat dua gambar dalam setiap jepretan.
- Kamera 3-D.
Kamera ini mengambil gabar dengan bergerak sendiri, lewat suatu rel lengkung, hingga tiap-tiap titik dari dari jalan itu mempunyai jarak yang sama terhadap objek.
- Kamera Polaroid.
Kamera ini pertama kali terkenal sebagai kamera langsung jadi (instant camera). Satu menit setelah pemotret menekan tombol pelepas, foto langsung jadi.
2.1.2.5 Lensa
Sebuah kamera tidak bisa berfungsi dengan seutuhnya tanpa kehadiran lensa. Dalam fotografi, lensa menjadi mata kedua dalam melihat objek. Ketajaman untuk mengabadikan sebuah objek ditentukan oleh lensa. Kualitas warna, kekontrasan foto, juga ditentukan oleh kualitas lensa. Oleh sebab itu, lensa menjadi bagian penting untuk menghasilkan foto yang baik.
Menurut R.Amin Nugroho (108), secara umum lensa diartikan sebagai sekeping gelas optik, plastik cetakan, atau bahan tembus cahaya lainnya yang dibatasi oleh bidang lengkung dan dirancang untuk membentuk gambar bayangan pada bidang fokus. Permukaan lensa merupakan sebagian dari sebuah bola, pusat bola ini disebut pusat kelengkungan (centre of curvature) lensa. Sedangkan menurut Soelarko (26), lensa merupakan bagian kamera yang menyalurkan sinar dari luar tubuh kamera ke dalam kamera. Lensa juga bertugas untuk memperbesarpengumpulan sinar yang dapat disalurkan ke dalam tubuh kamera dan kepada film. Jika sinar datangnya dari suatu sumber pada jarak tak tentu mengenai lensa, maka sinar itu dibelokkan ke arah sebuah titik tertentu, yang bersifat tetap, titik ini disebut titik api.
22
Universitas Kristen Petra
2.1.2.6 Jenis-jenis Lensa
Dalam bidang fotografi, lensa merupakan alat vital dari kamera yang berfungsi memfokuskan cahaya hingga mampu membakar medium penangkap (atau lebih umum dikenal dengan nama film). Terdiri atas beberapa lensa yang berjauhan yang bisa diatur sehingga menghasilkan ukuran tangkapan gambar dan variasi fokus yang berbeda. Di bagian luar lensa fotografi biasanya ditempatkan tiga cincin pengatur, yaitu cincin panjang fokus (untuk lensa jenis variabel), cincin diafragma, dan cincin fokus. Menurut Dini Yozardi dan Itta Wijono (21- 24), ada beberapa jenis lensa yang dilihat dari panjangnya daya jangkau dalam melihat objek, yaitu :
A. Lensa Standar
Semua kamera menyediakan fasilitas lensa standar, yaitu berukuran 50 mm.
lensa ini akan menunjukkan objek yang sebenarnya yang tampak melalui mata kita. Lensa ini sangat cocok digunakan untuk menangkap objek di mana pemotret sejajar dengan pandangan mata objek. Sudut pandang pemotretan ini membuat objek tampak alami.
B. Lensa Sudut Lebar
Lensa sudut lebar (wide lens) dapat menjangkau objek pemotretan lebih luas atau lebar. Lensa ini membuat objek yang di tengah jendela bidik terlihat lebih jauh dan lebih kecil. Ada beberapa ukuran lensa sudut lebar, yaitu 17 mm, 20 mm, 24 mm, 28 mm, dan 35 mm. Lensa ini cocok untuk memotret panorama, arsitektur, dan suasana kemeriahan. Ada juga jenis lensa wide berukuran 14 mm, 15 mm, dan 16 mm, yang disebut fish eye. Lensa ini biasanya digunakan untuk memotret arsitektur atau pemandangan alam.untuk rekaman kegiatan jurnalistik, sangat baik bila menggunakan lensa wide.
C. Lensa Tele
Sebaliknya dari lensa sudut lebarm lensa tele (length lens) membuat efek
“memendekkan” ukuran objek atau mendekatkannya dengan pemotret. Lensa panjang ini membentuk ruang tajam (depth of field) yang sempit. Sehingga objek menjadi lebih menonjol dari sekitarnya. Yang termasuk lensa tele adalah ukuran 70 mm ke atas. Ukuran lensa ini baik untuk pemotretan profil.
Baik juga untuk kroping komposisi yang tidak diinginkan dan membuat efek
23
Universitas Kristen Petra
mengaburkan pada lingkungan sekitar objek yang tidak menjadi titik perhatian. Ukuran lensa tele yang dianjurkan untuk memotret wajah adalah 85 mm. Beberapa ukuran lensa tele yang lain adalah 135 mm, 180 mm, 300 mm, dan 400 mm. lensa ukuran ini cocok untuk pemotretan model, panorama, olahraga, dan jurnalistik. Untuk pemakaian ukuran lensa lebih dari 200 mm, sebaiknya menggunakan penyangga kamera, yaitu tripod atau monopod untuk menghindari terjadinya getaran pada waktu tombol rana dilepaskan.
D. Lensa Zoom
Lensa ini merupakan gabungan dari ketiga jenis lensa di atas, yaitu sudut lebar, standar, dan tele. Dengan kata lain, sebenarnya kita sudah mempunya beberapa ukuran lensa tersebut sekaligus. Oleh karena itu, dengan anggaran yang terbatas, banyak orang memilih membeli lensa zoom, daripada lensa tele fixed, yang hanya memiliki satu ukuran lensa saja. Kelebihan lainnya menggunakan lensa zoom, adalah kita tidak perlu sering mengganti lensa. Kita tinggal memutar ukuran lensa sesuai dengan kebutuhan daya jangkau objek yang kita inginkan. Kita juga menjadi lebih leluasa dan cepat melakukan pemotretan. Beberapa ukuran lensa zoom adalah 35-70 mm, 80-200 mm, 135- 200 mm.
E. Lensa Makro
Lensa ini biasanya digunakan untuk memotret benda-benda yang kecil seperti perhiasan, berlian, serangga, bunga, dan sebagainya. Jenis ukuran lensa makro tidak sama pada setiap merek kamera, ada yang 55 mm, 60 mm. lensa tele tertentu juga memiliki fasilitas lensa makro, misalnya ukuran 105 atau 200 mm. Dari berbagai jenis lensa yang telah disebutkan di atas, sebenarnya masingmasing orang memiliki pandangan yang berbeda mengenai ukuran sebuah lensa. Jika menurut Dini Yozardi dan Itta Wijono, lensa tele dimulai dari lensa yang berukuran 70 mm ke atas. Namun menurut Soeprapto (14), lensa tele dimulai dengan ukuran 60 mm ke atas. Ini merupakan contoh yang nyata bahwa setiap orang memiliki pandangan mengenai ukuran sebuah lensa menurut pemikirannya masing-masing. Menurut Weston (49-50), jenis lensa berdasarkan jenis range, dibedakan menjadi dua, yaitu lensa zoom, yang
24
Universitas Kristen Petra
memiliki range panjang fokus, dan lensa fix, yaitu lensa yang hanya memiliki satu panjang fokus.
2.1.2.7 Aksesori Kamera
Menurut Dini Yozardi dan Itta Wijono (28-31), meski dengan kamera dan lensa saja, sebuah foto bisa dihasilkan dengan bagus. Namun kadangkala perlu tambahan aksesori kamera bila menginginkan hasil foto yang berbeda, unik, bahkan mungkin dramatis. Beberapa aksesori foto tersebut akan dipaparkan di bawah ini.
- Tripod
Tripod atau kaki tiga adalah alat untuk menyangga kamera. Fungsi sebenarnya adalah untuk mengatasi getaran kamera, karena pemotretan yang menggunakan kecepatan rana lambat atau lensa tele.
- Monopod
Memiliki fungsi yang sama dengan kaki tiga, bedanya monopod berkaki satu dan pemotret harus tetap memegangnya.
- Lightmeter
Alat ini berfungsi untuk mengukur pencahayaan yang diperlukan untuk pemotretan. Pada alat tersebut akan tercantum ukuran bukaan diafragma yang tepat dengan kecepatan rana dan pencahayaan yang sedang berlangsung. Alat ini biasanya digunakan di dalam studio, namun juga dapat digunakan di luar ruangan.
- Colormeter
Alat untuk mengukur atau menghitung temperatur warna guna mendapatkan warna aslinya atau yang sebenarnya. Alat ini kadang digunakan pada pemotretan studio atau fotografer profesional.
- Reflector
Umumnya, reflektor digunakan untuk pemotretan luar ruangan. Tungsinya adalah untuk memeratakan pantulan sinar dan mengurangi kepekatan bayangan (shadow) yangkuat pada objek foto. Bila digunakan di dalam ruangan, reflektor berfungsi menyebarkan sinar dari lampu kilat, hingga sinar lebih terpancar.
25
Universitas Kristen Petra
- Motordrive
Alat ini berfungsi untuk memutar dan menggulung film secara otomatis dan cepat.
- Kabel pelepas rana
Kabel pelepas rana berfungsi sebagai tombol kamera yang digunakan memotret dengan kecepatan rana lambat. Kabel ini untuk menghindari getaran kamera yang menyebabkan gambar menjadi kabur.
- Filter
Filter adalah suatu sistem optis pembantu yang biasanya dipasang di depan lensa dan dapat memodifikasi gambar asli di saat pemotretan. Beberapa jenis filter dapat mengubah warna-warna atau bayangan, sedangkan yang lainnya dapat menciptakan efek fisik baru pada bidang gambarnya. Filter kamera biasanya terbuat dari kaca, resin plastic, polyster dan polycarbonate, ada juga yang terbuat dari serat asetat atau bahkan dari gel.
1. Filter Clear
Filter Clear adalah jenis filter yang sepenuhnya transparan, dan tidak melakukan penyaringan masuk di semua gelombang cahaya. Fungsi dari filter ini adalah untuk melindungi bagian depan lensa.
2. Filter Ultraviolet
Fungsi filter ini untuk mengurangi kekaburan gambar akibat gelombang ultraviolet transparan yang berlebih seperti di daerah pegunungan dan di sekitar daerah pantai. Kelebihan memasang filter UV ke lensa adalah membuat lensa lebih aman dari goresan, debu, cuaca dan lensa terjatuh tanpa sengaja, filter dapat membersihkan tanpa harus khawatir tentang kerusakan coating lensa, karena bila filter yang tergores oleh pembersihan jauh lebih murah bila dibandingkan dengan mengganti lensa.
3. Infrared Filter
Digunakan untuk menyaring cahaya yang mempunyai panjang gelombang inframerah yang berada di seberang sisi terang dari spektrum UV akan diteruskan ke sensor kamera atau film.
4. Filter Polarizer
26
Universitas Kristen Petra
Filter polarizer dalam fotografi hitam/putih maupun fotografi berwarna digunakan untuk menggelapkan warna langit. Karena awan relatif tidak berubah, kontras antara awan dan langit meningkat. Kabut pada atmosfer dan sinar matahari terpantul juga dapat dikurangi dengan filter ini dan dalam warna foto keseluruhan saturasi warna dapat meningkat. Filter polarizer tidak efektif pada kamera film yang tidak dipasang dengan benar. Filter polarizer sering digunakan untuk menangani situasi yang melibatkan imajinasi, seperti yang menyangkut air ataupun kaca.
5. Filter Neutral Density
Digunakan untuk mengurangi jumlah cahaya yang mencapai sensor, yang memungkinkan fotografer untuk menggunakan aperture yang lebih besar untuk waktu yang lebih lama daripada apertur dalam keadaan normal tanpa filter.
6. Color correction filter
Fungsinya untuk mengurangi efek pencahayaan yang tidak seimbang untuk white balance, semisalnya, filter biru 80A digunakan dengan siang hari untuk memperbaiki warna jingga hingga kemerahan pada lampu pencahayaan tungsten rumah tangga, sedangkan 85B digunakan untuk pencahayaan tungsten kebiru-biruan pada siang hari.
7. Color subtraction filter
Digunakan untuk menyerap warna tertentu dari cahaya dan membiarkan warna sisanya. Filter ini dapat digunakan untuk mendominasi warna utama yang membentuk sebuah gambar.
8. Color Diffusion filter
Sering digunakan untuk potret yang mempunyai efek untuk mengurangi kontras, dan filter yang dirancang menggunakan beberapa bentuk grid atau jaring pada filter.
9. Cross screen Filter
Disebut juga filter bintang karena filter ini dapat membuat pola bintang berupa baris yang menyebar keluar dari objek yang terang. Pola bintang yang dihasilkan oleh sinar yang datang diakibatkan oleh kisi-kisi filter atau kadang-kadang oleh penggunaan prisma pada filter.
27
Universitas Kristen Petra
10. Diopters Filter dan Split diopters filter
Diopters filter yang sering disebut filter makro atau filter close-up terdiri dari satu atau dua elemen lensa yang digunakan untuk membantu fotografi dengan obyek atau fokus yang relatif dekat seperti dalam foto-foto close- up dan dalam fotografi makro. (“sedikit tentang filter kamera”, par 1 ).
2.1.3 Teknik Memotret
Menurut Dini Yozardi dan Itta Wijono (33-46), teknik pemotretan adalah cara menguasai teknik fotografi untuk menghasilkan sebuah foto. Pada dasarnya teknik fotografi adalah menguasai kecepatan rana dan bukaan diafragma pada kamera manual. Ada hal penting yang harus diperhatikan dalam teknik pemotretan, yaitu unsur pencahayaan. Sinar yang diperoleh objek harus cukup, sehingga dapat direkam dalam film. Dengan kata lain, foto merupakan perpaduan ketiga unsur tersebut.
2.1.3.1 Bukaan Diafragma
Bukaan difragma adalah alat pengatur cahaya yang dapat masuk ke dalam lensa kamera. Bukaan difragma berbentuk lempengan bundar terbuat dari logam yang bisa membuka dan menutup dan terdapat pada lensa.ukuran bukaan diafragma dilambangkan dengan f/angka. Ukuran bukaan diafragma pada lensaadalah f/1,4; f/2; f/2,8; f/4; f/5,6; f/8; f/11; f/16; f/22; dan f/32. Ukuran ini menunjukkan berbanding terbalik, semakin besar f/angka, semakin kecil bukaan diafragmanya. Bukaan diafragma digunakan untuk menentukan cahaya yang masuk ke dalam lensa. Semakin kecil f/angka, semakin lebar bukaan diafragmanya, sehingga cahaya yang masuk ke dalam lensa semakin banyak.
2.1.3.2 Ruang Tajam
Ruang tajam adalah area ketajaman objek foto dari mulai latar depan sampai latar belakang. Ruang tajam bergantung pada tiga hal:
28
Universitas Kristen Petra
- Bukaan diafragma
Semakin kecil bukaan diafragma atau besar f/angka, semakin luas ruang tajamnya. Sebaliknya, semakin besar bukaan diafragma atau semakin kecil f/angka, semakin sempit ruang tajamnya. Misalnya bukaan diafragma f/16 memiliki ruang tajam lebih luas daripada f/5,6. Dengan kata lain lebar ruang tajam dipengaruhi oleh ukuran bukaan diafragmanya.
- Lensa
Panjang lensa menentukan ruang tajam. Makin panjang lensanya, makin sempit ruang tajamnya. Semakin pendek panjang lensanya, semakin luas ruang tajamnya.
- Jarak kamera dan objek
Makin jauh objek, makin luas ruang tajamnya. Sebaliknya untuk pemotretan jarak dekat, ruang tajamnya sangat sempit. Misalkan pemotretan dengan lensa 50 mm dan f/8, dengan jarak objek 10 m akan memiliki ruang tajam lebih luas daripada dengan jarak ke objek hanya 1 m. Menurut Thomas McGovern (15), ruang tajam atau depth of field, adalah sejauh mana fokus bisa dilakukan pada objek pemotretan, yaitu mulai dari jarak objek terdekat hingga jarak objek terjauh dari kamera. Misalkan pada tiga objek, seorang teman pria yang berada pada jarak 10 meter dari pemotret, kemudian seekor anjing yang berjarak 8 meter, serta seorang perempuan yang berdiri pada jarak 14 meter. Bila pemotret memfokuskan kamera pada seorang teman pria, maka seekor anjing yang lebih dekat dengan pemotret dan perempuan yang lebih jauh dari pemotret tidak akan tampak fokus. Sedang menurut Michael Langford dan Efthimia Bilissi (40), depth of field digunakan untuk menyusun kesan secara keseluruhan terhadap ketajaman dari suatu foto. Yang dimaksud adalah jarak di antara poin yang terdekat dan yang terjauh pada suatu gambar yang menunjukkan ketajaman fokus. Menurutnya terdapat tiga aspek yang mempengaruhi ruang tajam, yaitu aperture yang dipilih, bukaan diafragma, dan seting fokus.
29
Universitas Kristen Petra
2.1.3.3 Kecepatan Rana
Kecepatan rana adalah pengaturan kecepatan rana dalam menerima pencahayaan objek. Rana adalah tutup jendela kamera yang mengatur cahaya masuk ke dalam film. Semakin cepat rana membuka dan menutup, semakin sedikit cahaya yang masuk. Sebaliknya, semakin lama rana membuka dan menutup, semakin banyak pula cahaya yang masuk. Ukuran kecepatan rana dihitung dalam pecahan detik, yaitu: 1, 1/2, 1/4, 1/8, 1/15, 1/30, 1/60, 1/125, 1/250, 1/500, 1/1000, 1/2000, 1/4000, 1/8000 dan B (bulb) untuk kecepatan tanpa batas waktu, atau tergantung pemotretnya. Semakin besar angka kecepatan rananya, semakin tinggi kecepatannya. Menentukan kecepatan rana tergantung pencahayaan buatan (lampu atau lampu kilat), pencahayaa alam (matahari), lensa, bukaan diafragma, ISO film dan objek foto. Oleh sebab itu, pemotret belajar memadukan semuanya itu untuk menghasilkan foto yang diinginkan. Kecepatan rana 1/125 detik umumnya digunakan pada suasana di luar ruangan, cuaca normal, ISO 100 dan f/8. Pemakaian lampu kilat bisa menggunakan kecepatan rana 1/60 atau 1/125 detik, dan diafragma f/4 atau f/5,6, ISO 100 atau 200.
Semakin tinggi ISO yang digunakan, pemilihan kecepatan rana bisa semakin lambat. Selain pengaturan bukaan diafragma, ruang tajam dan kecepatan rana, masih terdapat teknik pemotretan lainnya, di antaranya adalah Eksposur, Bracketing, dan Fokus.
- Eksposur
Istilah ini digunakan untuk menentukan pencahayaan pemotretan. Eksposur merupakan hasil pengaturan bukaan diafragma dan kecepatan rana. Kombinasi kedua unsur tersebut menentukan cahaya yang dipantulkan dari objek masuk ke dalam film. Pencahayaan (eksposur) normal adalah warna yang sama yang muncul pada hasil foto sesuai dengan yang diharapkan. Ini dapat diperoleh dengan diperoleh dengan mengkombinasikan bukaan diafragma, dan kecepatan rana dan film. Untuk membantu pencahayaan normal, pada kamera terdapat alat pengukur pencahayaan yang disebut light meter yang terdapat pada jendela bidik. Kelebihan pencahayaan dapat mengakibatkan hasil warna foto lebih putih dari keadaan normal. Sebaliknya, kekurangan pencahayaan mengakibatkan hasil warna foto lebih gelap.
30
Universitas Kristen Petra
- Bracketing
Untuk mengurangi kemungkinan foto kelebihan atau kekurangan cahaya adalah dengan melakukan bracketing. Teknik mengatur pencahayaan dengan menaikkan atau menurunkan 1/2 atau 1 stop dari perkiraan ukuran normal setiap objek pemotretan. Yang dimaksud stop adalah menaikan atau menurunkan tingkat ukuran bukaan diafragma.
- Fokus
Ketajaman gambar akan dipengaruhi oleh fokus dalam memotret objek. Oleh karena itu, untuk memperoleh foto yang tajam dan jelas diperlukan ketepatan pada pengaturan fokus. Ketidaktepatan dalam mengatur fokus mengakibatkan hasil foto menjadi kabur. Uumnya kamera sekarang memiliki fokus otomatis (autofocus). Kamera autofocus akan langsung memfokus objek yang letaknya di tengah jendela bidik. Untuk mengatur fokus bisa dilakukan dengan cara menekan setengah tombol bidik. Setelah benar-benar fokus, baru tekan penuh tombol bidik pada kamera dan klik.
2.1.3.4 Lampu Kilat
Orang biasanya mengenal lampu kilat atau blitz sebagai alat untuk memotret objek di dalam ruangan. Lampu kilat membantu pencahayaan suatu objek. Lampu kilat seringkali menjadi sumber cahaya utama, bahkan satu-satunya dalam pemotretan di dalam ruangan. Sebagai cahaya buatan, lampu kilat dapat memberikan efek yang berbeda pada setiap objek, misalya bila dipasang di atas kamera, lampu kilat dapat memberikan efek pencahayaan yang datar (flat).
Demikian pula bila dipadukan dengan ukuran kecepatan rana tertentu. Misalnya dengan kecepatan 1/15 detik dengan disertai lampu kilat, maka hasil pemotretan dapat menangkap suasana pencahayaan asli di dalam ruangan.
Lampu kilat mempunyai beberapa fungsi, antara lain : - Pemotretan jarak dekat.
Setiap lampu kilat memiliki daya jangkau maksimal untuk bisa menerangi objek. Semakin besar kekuatan cahaya lampu kilat, semakin jauh kemampuannya untuk menerangi objek. Semakin jauh jarak pemotret dengan objek, semakin sedikit cahaya lampu kilat yang dapat menerangi objek.
31
Universitas Kristen Petra
Kemampuan lampu kilat dalam menerangi objek dipengaruhi oleh ukuran bukaan diafragma, kecepatan rana, dan ISO film. Semakin besar bukaan diafragma, atau semakin lambat kecepatan rana dan semakin tinggi ISO film, akan menambah kemampuan lampu dalam menerangi objeknya. Faktor lain yang juga mempengaruhi kemampuan daya jangkau pencahayaan lampu kilat adalah lensa. Semakin panjang lensa yang digunakan, semakin berkurang cahaya lampu kilat yang dapat menerangi objek.
- Menghentikan gerak
Kecepatan cahaya lampu kilat membantu merekam objek foto bergerak, dengan cara “menghentikan” gerakan objek. Oleh karena itu, bila ingin mendapatkan objek yang sedang bergerak menjadi terekam statis, gunakan kecepatan rana tinggi. Sebaliknya, bila ingin merekam gerak objek, perlambat kecepatan rana, misalkan 1/30 atau 1/15 detik atau yang lebih lambat lagi.
- Menggelapkan latar belakang
Memotret dengan jarak sangat dekat, menjauhkan objek dari latar belakang atau dalam ruangan yang besar menghasilkan foto dengan latar belakang sekitar objek yang gelap atau hitam sebab cahaya lampu kilat akan jatuh pada objek yang terdekat. Hal ini terjadi karena cahaya lampu kilat tidak mampu menjangkau ruangan atau latar belakang yang jauh. Efek latar belakang yang gelap akan menonjolkan objek, sehingga objek menjadipusat perhatian.
- Fill in
Fungsi lampu kilat sebagai fill in akan melunakkan atau meratakan efek pencahayaan pada objek. Misalnya, melunakkan bayangan pada pemotretan profil pada siang hari yang menyebabkan timbul bayangan kuat pada bagian wajah,. Selain itu, fungsi fill in dapat menghilangkan kerutan pada kening atau alis yang berlebihan. Pada cuaca mendung atau sinar matahari yang terhalang, lampu kilat dengan fill in membantu wajah menjadi lebih terang. Pada hakekatnya lampu kilat terdiri dari dua jenis, yaitu lampu kilat otomatis, dan lampu kilat manual. Lampu kilat otomatis biasanya menyatu dengan kamera (pada bagian atas body kamera). Lampu kilat otomatis ini memiliki daya jangkau pencahayaan yang terbatas, maksimal sekitar dua meter. Kelemahan lampu kilat ini adalah pemotret tidak bisa mengatur pencahayaan sesuai
32
Universitas Kristen Petra
dengan yang diinginkannya. Sedang lampu kilat manual bisa dilepas dan daya jangkau pencahayaannya lebih besar. Kemampuan daya jangkau pencahayaan tidak sama setiap lampu kilat. Untuk membantu pencahayaan lampu kilat supaya cukup untuk menerangi objek adalah dengan film ISO tinggi, atau mengatur kecepatan rana lebih lambat.
2.1.3.5 Teknik Bounce
Teknik ini bekerja dengan memantulkan cahaya lampu kilat ke arah langit- langit atau dinding dekat objek. Dengan demikian objek disinari oleh cahaya lampu kilat yang datang dari atas atau samping objek. Lampu yang diarahkan ke atas akan memantul ke bawah sehingga tidak menimbulkan refleksi pada objek.
Sifat cahaya yang diperoleh melalui teknik ini tidak begitu tajam dan merata.
Teknik ini sebainya digunakan bila dinding untuk memantulkan cahaya berwarna putih atau netral.
2.1.4 Langkah Pemotretan
Menurut Soelarko (117-120) langkah-langkah pemotretan terdiri dari : - Langkah pertama sebelum melakukan pemotretan adalah menyesuaikan
petunjuk ISO film dalam kamera.
- Langkah kedua adalah memilih objek. Objek dapat berupa suatu pemandangan, benda mati, atau orang.
- Langkah ketiga, memilih kecepatan rana. Taksirlah kekuatan sinar dan perhatikan arah datangnya sinar.
- Langkah berikutnya adalah memilih bukaan diafragma.
- Pilihan diafragma ditujukan untukmembuat latar bagian depan atau belakang menjadi kabur atau jelas.
- Pemilihan latar belakang pada saat pemotretan.
- Pengaturan komposisi, yaitu penempatan objek di dalam bingkai gambar.
- Menajamkan gambar (focusing). Menajamkan gambar atau focusing merupakan langkah terakhir sebelum menekan tombol pelepas rana.
- Setelah selesai penajaman, tinggal menunggu momen yang tepat, yang ingin didapatkan dari objek.
33
Universitas Kristen Petra
- Lepaskan bidikan, tekan tombol, kemudian akan disertai dengan suara kamera klik! Tanda pemotretan telah dilakukan.
- Akhir bidikan tergantung dari jenis kamera yang digunakan. Jika menggunakan kamera manual, maka harus dilakukan pengokangan untuk memotret objek yang baru, dan banyaknya gambar yang diambil bergantung dari jenis film yang digunakan, apakah itu gulungan 20, 24, atau 36. Jika kamera yang digunakan berjenis digital, maka banyaknya gambar yang dapat diambil bergantung dari besarnya kartu memori yang dipasang di dalam kamera. Dalam bukunya, Antok Sugiarto (160) menjelaskan bahwa cara aman dalam melakukan pemotretan adalah dengan melakukan bracketing. Memang semua cara dalam bracketing punya efek yang merugikan dan menguntungkan. Yang penting adalah bagaimana pemotret mampu meminimalkan segi yang merugikan, dan memaksimalkan segi yang menguntungkan.
2.1.5 Komposisi
Komposisi merupakan elemen penting yang sangat berpengaruh terhadap bagus tidaknya suatu foto. Peletakan objek pada posisi yang berbeda akan memberi kesan penampilan yang berbeda pula. Menurut Dini Yozardi dan Itta Wijono (67-74), komposisi merupakan penempatan objek foto pada bidang pemotretan, sehingga menjadi pusat perhatian. Komposisi menuntun mata kita menuju titik perhatian yangmenyatukan objek foto secara keseluruhan. Dalam menentukan komposisi, fotografer harus kreatif dan peka melihat dan menempatkan objek foto dalam jendela bidik.
Dengan satu objek yang sama dapat dibuat beberapa foto dengan komposisi yang menarik, oleh karena itu tidak ada hukum yang pasti dalam membuat sebuah foto. Komposisi dilakukan berdasarkan:
- Point of Interest
Pusat perhatian, merupakan hal yang paling menonjol pada foto, sehingga mampu membuat orang langsung melihat pada objek tertentu.
- Framing
34
Universitas Kristen Petra
Kegiatan membingkai suatu objek tertentu dalam viewfinder. Dilakukan dengan cara memutar ring zoom ke kiri atau ke kanan untuk mendapatkan balance yang sesuai.
Berkaitan dengan keseimbangan objek foto yang akan dibidik.
Namun di balik semua itu ada beberapa komposisi dasar yang turut mengikat semua itu :
a) Off Center, merupakan pertimbangan untuk tidak meletakkan objek tepat di tengah frame, kecuali terpaksa.
b) Keseimbangan dengan mengusahakan unsur pendukung yang berada di seberang dari ojek utama, sehingga koposisi ideal dapat dicapai.
c) Arah pandang dan arah gerak dapat digunakan dengan memberikan ruangan sesuai dengan arah tujuan atau pandangan orang.
d) Hukum Pertigaan, merupakan tata letak penempatan objek yang ideal dengan membagi frame menjadi 9 kotak sama besar oleh dua garis vertikal dan dua garis horizontal. Titik perpotongan antara garis-garis tersebut merupakan tempat ideal untuk menempatkan objek utama.
Gambar 2.1 Komposisi hukum pertigaan (Sumber: http://1.bp.blogspot.com/-
60RweOzJuyA/UuZ0loTKolI/AAAAAAAAGxM/4wzVwwIf0E4/s1600/pertigaan.jpg)
e) Komposisi L, merupakan komposisi yang diatur menyerupai huruf “S”.
f) Komposisi lengkung S, merupakan komposisi yang diatur menyerupai huruf
“S”.
g) Komposisi diagonal, merupakan komposisi yang diatur agar foto yang tercipta mempunyai garis khayal diagonal.
h) Komposisi oval, merupakan komposisi yang diatur menyerupai bentuk oval.
35
Universitas Kristen Petra
i) Komposisi segitiga, dapat dilakukan jika ada 3 objek foto yang ingin dimasukkan dalam satu foto, yang jika dirangkai membentuk segitiga.
Komposisi juga diatur berdasarkan jarak pemotretan yang dilakukan dengan variasi pengambilan gambar, antara lain:
a. Extreme Long Shot
Digunakan untuk menggambarkan keseluruhan area yang luas atau untuk mengorientasikan suatu bentuk pemandangan.
b. Medium Long Shot
Digunakan untuk menggambarkan seluruh figur ataupun sosok seseorang tetapi tidak keseluruhan setting.
c. Medium Close Up
Digunakan untuk menggambarkan sebagian figur, dari perut sampai kepala.
d. Close Up
Digunakan untuk menggambarkan sebagian figur, elemen subjek yang maupun pemain ditampakan dari bahu sampai kepala.
e. Extreme Close Up
Digunakan untuk menggambarkan detil sebuah subjek yang hanya ditonjolkan elemen tubuhnya, seperti mata, hidung, dll.
Angle sendiri di bagi menjadi 3, yaitu:
a. Low Angle, merupakan teknik pengambilan gambar di bawah titik normal manusia. Sering juga disebut angle mata kodok. Angle ini dapat mengakibatkan efek tinggi pada objek yang di toko.
b. Normal Angle, merupakan sudut pengambilan yang diambil sebatas mata normal manusia.
c. High Angle, merupakan teknik pengambilan gambar di atas titik normal manusia. Sering juga disebut angle mata burung. Angle ini dapat mengakibatkan efek pendek pada objek yang difoto.
Menurut Antok Sugiarto (93), sudut pandang “high angle” sering disebut juga dengan istilah sudut pandang wartawan, sebab wartawan terbiasa memotret objek dari sudut atas. Kalangan fotografer menyebutnya sudut pandang burung atau elang terbang (bird’s eye view), sebab cara memotret objek dari sudut yang lebih tinggi ini mirirp cara pandang burung yang sedang terbang.
36
Universitas Kristen Petra
2.1.6 Pencahayaan
Menurut Dini Yozardi dan Itta Wijono (57-66), fotografi merupakan bahasa sinar (the language of light). Melalui pencahayaan objek, pemotret dapat mengkomunikasikan suatu keinginnannya. Pencahayaan dapat memberikan jiwa pada foto. Pencahayaan memberikan efek tertentu dalam foto. Efek tersebut bisa tampak alami, atau dibuat-buat, bahkan mengubah bentuk objek aslinya.
Pencahayaan juga dapat memberikan kesan emosi yang berbeda, menonjolkan atau menutupi kekurangan objek foto.
Cara memperoleh efek tersebut adalah dengan mengatur arah jatuhnya cahaya pada objek dan mengetahui kekuatan penyebarannya. Hal ini bisa dilakukan dengan menonjolkan efek cahaya dalam satu sisi dan menggelapkan penuh atau setengah penuh atau sedikit objek di sisi yang lain. Dengan demikian timbullah kesan dramatis. Cara mudah untuk mengetahui berbagai efek tersebut adalah melihat dulu efek jatuhnya cahaya terhadap objek secara kasat mata. Lalu mengatur posisi objek sesuai dengan pencahayaan yang kita inginkan, juga mengatur bukaan diafragma dan kecepatan rana sesuai dengan efek chaya yang kita inginkan. Dengan cara ini kita bisa mengubah kesan dan suasana yang biasa saja menjadi lebih dramatis. Pencahayaan dalam pemotretan bisa bersumber dari alam (cahaya matahari), dan buatan (lampu kilat dan lampu studio).
2.1.7 Pemotretan di Luar Ruangan
Tidak banyak yang menyadari, cahaya matahari merupakan sumber cahaya yang luar biasa bagi pemotretan. Kunci pemotretan di luar ruangan adalah dapat memanfaatkan cahaya matahari yang jatuh ke objek foto. Cahaya matahari dapat memberikan efek foto yang sangat beragam. Efek foto yang diperoleh ini sangat tergantung pada waktu pemotretan dan bagaimana pemotret dapat memanfaatkan cahaya matahari tersebut terhadap objek pemotretan.
2.1.7.1 Cahaya Matahari Penuh
Saat matahari bercahaya penuh, yang ditandai dengan langit yang berwarna biru dan awan yang berwarna putih, merupakan saat yang panjang untuk melakukan pemotretan di luar ruangan. Dengan cahaya matahari penuh ini, objek
37
Universitas Kristen Petra
foto tidak akan kekurangan pencahayaan. Saat tersebut merupakan saat terbaik bila ingin memotret pemandangan dengan menonjolkan detail yang jelas.
Pemotretan dengan posisi cahaya matahari di belakang pemotret dan wajah objek menghadap matahari akan menyebabkan objek menyempitkan mata sebagai reaksi otomatis untuk melindungi mata dari cahaya matahari. Bila cahaya matahari berada di atas pemotret, maka terbentuk efek cahaya yang menyilaukan, cahaya yang menyerupai garis, atau foto memiliki kekontrasan yang rendah atau kelebihan cahaya (over-exposure).
2.1.7.2 Cahaya Matahari Tidak Langsung
Efek cahaya matahari tidak langsung memiliki ciri-ciri cahayanya menyebar, merata, dan tidak menimbulkan bayangan kuat pada wajah. Hal ini yang terjadi pada posisi matahari pukul 14.00-17.00. Bila bisa memanfaatkan jatuhnya cahaya matahari ini, pemotret akan mendapatkan efek foto yang berdimensi dan artistik.
2.1.7.3 Pemotretan Dalam Ruangan
Selama ini sudah berkembang anggapan bahwa untuk mendapatkan hasil foto yang baik dalam ruangan, identik dengan penggunaan lampu kilat. Sangat sulit mengembangkan pemahaman bahwa pencahayaan yang ada (lampu ruangan) atau cahaya luar yang masuk (cahaya matahari) dalam ruangan bisa dimanfaatkan untuk pemotretan, bahkan bisa menghasilkan foto yang berseni. Kadang memang tidak memungkinkan melakukan pemotretan dengan mengandalkan hanya pada satu sumber pencahayaan, apalagi bila pencahayaan tersebut sangat minim. Kita bisa tetap memanfaatkan pencahayaan yang ada tersebut tetapi ditambah dengan lampu kilat, sehingga suasana tetap kental dan kentara. Untuk mengurangi efek terang lampu kilat, arahkan lampu kilat ke langit-langit hingga pantulan cahayanya akan menerangi isi ruangan secara merata.
38
Universitas Kristen Petra
2.1.8 Fungsi dan Peranan Fotografi
Beberapa tujuan dari fotografi, yaitu (Feininger 6) : - Informasi
Fotografi dokumentasi serta mayoritas foto yang ditemukan dalam majalah, koran, dan gambar - gambar yang digunakan untuk pendidikan berasal dari kategori ini. Tujuannya tidak lain adalah untuk mengajar orang- orang atau memungkinkan untuk membuat keputusan yang benar.
- Slanted Information / Gosip
Tujuan yang ini digunakan dalam kepentingan komersial, advertising, dan propaganda politik. Tujuan dari gambar ini adalah untuk membuat subjek menjadi lebih terkenal dan lebih diinginkan. Biasanya fotografi dengan tujuan ini digunakan untuk menjual produk, servis, atau ide.
- Discovery/Ide
Kamera memiliki beberapa keunggulan bila dibandingkan dengan mata manusia, seperti mampu menangkap gambar yang bergerak cepat, mampu melakukan close up, dll. Oleh karena itu fotografi sangat cocok digunakan dengan mengambil gambar yang tidak bisa ditangkap mata manusia biasa. ini adalah ladang untuk penelitian dan fotografi ilmiah. Close up dan Telefotografi, ultra wide angle dan fotografi kecepatan tinggi, fotografi abstrak dan fotogram. Tujuan dari gambar yang diambil adalah untuk membuat ladang baru untuk dieksplorasi. Untuk melebarkan visualisasi manusia dan intelektual horizon dan memperkaya hidupnya.
- Recording/Rekaman
Fotografi memberikan cara yang paling simple dan murah untuk menjaga fakta dalam bentuk gambar. Katalog, buku gambar identifikasi, dan jenis tertentu fotografi dokumentasi masuk dalam kategori ini. Digunakan untuk tujuan merekam. fotografi menjaga pengetahuan dan fakta dalam bentuk akses yang lebih mudah untuk penyebaran dan pemanfaatan.
- Entertainment
Fotografi menyediakan sumber yang tak terbatas untuk entertainment dan kesenangan: amatir, fotografi, fotografi travel, pin up fotografi dalam majalah bergambar.
39
Universitas Kristen Petra
- Self Expression/Ekspresi diri
Dengan adanya sarana yang relatif murah untuk mengekspresikan diri, fotografi mampu meningkatkan kreatifitas dari tiap individu. Hampir semua fotografer lebih ekspresif dalam membawakan bentuk fotografi yang akan digunakan untuk berbagi dengan orang lain, dengan visi mereka sendiri tentang dunia, perasaan mereka ide - ide dan pemikiran.
2.1.9 Fotografi Dokumenter
Seperti namanya, sub-genre ini adalah tentang mendokumentasikan lokasi, situasi, peristiwa, atau adegan. Semua foto-foto yang merekam peristiwa hari ini, pada waktunya, akan menjadi foto-foto dokumenter, dalam banyak cara yang sama seperti yang kita rasakan foto-foto dari masa lalu (Diprose dan Robins 347).
Fotografi dokumenter adalah salah satu jenis fotografi yang menggambarkan kronologis dari peristiwa yang penting dan bersejarah. Dalam fotografi dokumenter seorang fotografer diwajibkan mengambil gambar secara sebenar-benarnya, objektif, dan biasanya dilakukan secara candid. Menurut Marry Warner, lewat bukunya yang berjudul “Photography: A cultural History”, secara umum dokumenter bisa diartikan sebagai segala sesuatu representasi non-fiksi di buku atau media visual.
Ada dua hal yang sangat penting dalam fotografi dokumenter, yang pertama adalah Fotografi Dokumenter harus mampu mengkomunikasikan suatu hal yang penting dan menggelitik orang yang melihatnya untuk memberi pendapat atau komentar. Masalahnya suatu hal yang penting ini tergantung dari subyektifitas dan pendapat sang fotografer. Bisa jadi sang fotografer menganggap apa yang ia angkat adalah sesuatu yang penting, namun khalayak berpendapat lain. Karena itulah fotografi dokumenter juga bisa bersifat privat. Sifat privat ini merupakan konsep baru dalam fotografi dokumenter. Pelopornya adalah Robert Frank, karyanya dalam buku “The Americans” (1958), memuat 83 foto yang bercerita tentang kehidupan penduduk Amerika kala itu. Setelah terbitnya “The Americans”, fotografi dokumenter memasuki perubahan ke arah kontemporer dengan banyaknya fotografer menarik diri dari kehidupan publik ke arah kehidupan privat, tentang pengakuan dan problem-problem dalam diri manusia.
40
Universitas Kristen Petra
Hal kedua yang terpenting dalam fotografi dokumenter adalah bagaimana foto yang diambil bisa dimengerti dengan mudah oleh khalayak. Karena Fotografi Dokumenter berusaha untuk mengkomunikasikan suatu hal penting, maka foto yang diambil juga selayaknya mudah dipahami oleh orang yang melihatnya. Untuk membuat sebuah foto dokumenter yang bagus tentunya tidak sekedar asal jepret, seorang fotografer harus mampu menampilkan representasi visual dari peristiwa yang menyentuh secara psikologi dan melibatkan emosi dari orang yang melihat. Untuk itu emosi sang fotografer menjadi penting, sehingga fotografer tidak hanya sekedar menghadirkan permasalahan dan realitas sosial.
2.2 Landasan Teori Tentang Buku
Buku adalah kumpulan beberapa atau banyak lembar kertas yang dijilid dan biasanya berisi gambar, tulisan atau kosong. Setiap sisi dari sebuah kertas pada buku disebut halaman. Buku memiliki berbagai kelebihan dibanding media penyampai informasi lainnya, di mana buku dapat dimiliki secara nyata, dapat dibaca di mana saja dan kapan saja. Buku adalah perantara antara penulis dengan pembacanya, sehingga hal-hal yang disampaikan penulis dapat dimengerti dan dipahami oleh pembacanya. Sebuah buku dapat dianggap berbobot apabila setelah membaca buku tersebut, pembacanya dapat merasakan suatu nilai tambah yang positif dan mengarah pada perbaikan (EM Zul Fajri).
Berdasarkan jenisnya, buku dapat dibedakan dalam beberapa kategori sebagi berikut (Sabjan Badio, Par.4) :
a. Novel
Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif, biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Kata novel berasal dari bahasa Italia novella yang berarti “sebuah kisah, sepotong berita”. Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks dari cerpen, dan tidak dibatasi keterbatasan struktural dan metrikal sandiwara atau sajak. Umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitik beratkan pada sisisisi yang aneh dari naratif tersebut.
41
Universitas Kristen Petra
b. Cergam
Cergam sama dengan komik, gambar yang dinarasikan, kisah ilustrasi, picto- fiksi dan lain-lain.
c. Komik
Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita.
Biasanya, komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam majalah, hingga berbentuk buku tersendiri.
d. Ensiklopedi
Ensiklopedia atau ensiklopedi, adalah sejumlah buku yang berisi penjelasan mengenai setiap cabang ilmu pengetahuan yang tersusun menurut abjad atau menurut kategori secara singkat dan padat. Seringkali ensiklopedia dicampurbaurkan dengan kamus dan ensiklopediaensiklopedia awal memang berkembang dari kamus. Perbedaan utama antara kamus dan ensiklopedia ialah bahwa sebuah kamus hanya memberikan definisi setiap entri atau lemma dilihat dari sudut pandang linguistik atau hanya memberikan kata-kata sinonim saja, sedangkan sebuah ensiklopedia memberikan penjelasan secara lebih mendalam dari yang kita cari. Sebuah ensiklopedia mencoba menjelaskan setiap artikel sebagai sebuah fenomena.
e. Nomik
Nomik adalah singkatan dari novel komik.
f. Antologi (kumpulan)
KBBI mendefinisikan antologi sebagai kumpulan karya tulis pilihan dr seorang atau beberapa orang pengarang.
g. Dongeng
Merupakan suatu kisah yang di angkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral, yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan mahluk lainnya. Dongeng juga merupakan dunia hayalan dan imajinasi, dari pemikiran seseorang yang kemudian di ceritakan secara turun-temurun dari generasi kegenerasi.