• Tidak ada hasil yang ditemukan

1/28 SINKRONISASI DAN UPDATE DATABASE KEMISKINAN DI KELURAHAN BRINGIN KECAMATAN NGALIYAN KOTA SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "1/28 SINKRONISASI DAN UPDATE DATABASE KEMISKINAN DI KELURAHAN BRINGIN KECAMATAN NGALIYAN KOTA SEMARANG"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

1/28

SINKRONISASI DAN UPDATE DATABASE KEMISKINAN DI KELURAHAN BRINGIN KECAMATAN NGALIYAN KOTA SEMARANG

Nama Diklat : Diklatpim Tingkat IV Angkatan XCVIII

Tahun : 2017

Ruang lingkup inovasi : Kelurahan Cluster inovasi : Sosial

Inovator : AULIA DAMASTRI KOSALAWATI, SE

Jabatan : Kasi Kesejahteraan Sosial Kelurahan Beringin Kecamatan Ngaliyan Instansi : Kelurahan Beringin Kecamatan Ngaliyan Kota Smg

Latar Belakang

Kemiskinan merupakan masalah yang multi dimensi atau multi kompleks. Masalah kemiskinan adalah masalah klasik dan merupakan masalah global yang telah lama menjadi diskusi baik dari segi penyebab kemiskinan dan bagaimana cara penanganannya. Pemerintah khususnya memberi perhatian yang tinggi kepada masalah kemiskinan karena kaitannya yang erat dengan kesejahteraan social masyarakat.

Kelurahan Bringin sebagai ujung tombak pemerintah diharapkan dapat mengidentifikasikan, menginventarisasikan, dan mengakomodir kegiatan Program Penanggulangan Kemiskinan baik dari Pemerintah Pusat maupun dari Pemerintah Kota Semarang.

Kelurahan Bringin sebagai pelaksana seluruh kebijakan pemerintah pada level paling bawah dalam struktur organisasi pemerintah banyak dihadapkan pada kendala yang kompleks terkait dengan upaya penanggulangan kemiskinan diantaranya adalah sebagai berikut :

1.

Pelayanan distribusi bantuan penanggulangan kemiskinan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kota Semarang masih rancu dikarenakan perbedaan database warga miskin Pusat yang tidak sinkron dengan database warga miskin Kota Semarang;

2.

Pendataan warga miskin baik dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kota Semarang yang tidak tepat sasaran, tidak valid, tidak akurat dan tidak update sehingga dalam pelaksanaannya pihak Kelurahan Bringin harus berkali-kali melakukan verifikasi dan validasi data sebelum bantuan benar-benar didistribusikan ke warga miskin;

(2)

2/28

Hal inilah yang dapat menimbulkan permasalahan di Kelurahan Bringin khususnya dalam menghadapi konflik dan keluhan dari masyarakat terutama warga miskin yang tidak masuk dalam pendataan database dan merasa berhak mendapatkan bantuan yaitu warga miskin yang tidak ter-cover dalam pendataan tahun 2015 sehingga minta untuk dimasukkan ke dalam data warga miskin dan warga masyarakat yang sebenarnya mampu tapi minta dimasukkan ke data warga miskin. Dengan melihat masalah tersebut, maka penulis selaku Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial mempunyai gagasan untuk membangun suatu basis database warga miskin di Kelurahan Bringin yang update dan sudah bersinkronisasi antara database Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kota Semarang, sehingga pengentasan kemiskinan melalui proses pemberian bantuan kepada masyarakat dapat tepat sasaran tanpa menimbulkan gejolak Sosial.

Di Indonesia, masalah kemiskinan sendiri menjadi pusat perhatian bagi Pemerintah untuk dapat menekan dan mengurangi angka kemiskinan. Perkembangan angka kemiskinan di Indonesia pada saat ini dengan negara lain tercatat mampu menurunkan dengan cepat, namun belum bisa dikatakan bahwa masalah kemiskinan di Indonesia sudah tidak perlu diperhatikan lagi. Sejauh ini pemerintah dengan berbagai upaya mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk menanggulangi masalah kemiskinan yang ada, namun hasil keseluruhan belum maksimal.

Sebagaimana yang tertulis pada Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara” menjelaskan bahwa permasalahan kemiskinan merupakan suatu masalah yang memprihatinkan sehingga perlu mendapatkan penanganan yang serius oleh Pemerintah untuk dapat ditanggulangi..

Pemerintah merumuskan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2011 tentang penanganan fakir miskin. Dalam Undang-undang ini penanganan fakir miskin adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat dalam bentuk kebijakan, program dan kegiatan pemeberdayaan, pendampingan serta fasilitasi untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap warga. Pasal 8 pada Undang-Undang Nomor 13 tahun 2011 menerangkan bahwa Menteri menetapkan kriteria fakir miskin sebagai dasar untuk melaksanakan penanganan fakir miskin serta berkordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait.

Lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kegiatan statistik untuk melakukan pendataan fakir miskin serta melakukan verifikasi dan validasi terhadap hasil pendataan secara berkala sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun sekali. Pelaksanaan program bantuan untuk fakir miskin adalah Program Kesehatan / Pendidikan gratis (KIP/KIS), Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), Program Keluarga Harapan (PKH) dan Beras sejahtera (Rastra);

Pada era otonomi daerah, setiap daerah memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Menurut Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 bahwa daerah memiliki hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Contoh daerah otonom (local self-government) adalah Kabupaten dan Kota.

Kota Semarang sebagai Ibukota Provinsi Jawa Tengah yang secara otomatis menjadi barometer pembangunan di Wilayah Jawa Tengah dengan segala kemajuan dan prestasi yang telah dicapai ternyata belum terlepas dari permasalahan kemiskinan. Pada tahun 2009 jumlah keluarga miskin di Kota Semarang mencapai 135.110 KK dan mengalami penurunan pada tahun 2010 menjadi 111.558 KK atau 398.009 jiwa dari total 1.553.8 jiwa, dapat diartikan bahwa angka kemiskinan pada tahun 2010 mencapai 25,61 % dari jumlah penduduk. Pada tahun 2011 jumlah keluarga miskin Kota Semarang mencapai 128.637 KK atau 448.389 jiwa dari total penduduk sebanyak 1.60.000 jiwa, ini berarti angka kemiskinan di Kota Semarang dari tahun 2010 ke 2011 naik sebesar 1,23 % menjadi 26,84 %. Pada tahun 2013 jumlah keluarga miskin di Kota Semarang mencapai 113.259 atau 373.978 jiwa dari total penduduk 1.739.989 jiwa yang menunjukan bahwa persentase angka kemiskinan di Kota Semarang mencapai 21,49 % terdapat penurunan jumlah warga miskin di Kota Semarang sebanyak 4,95 % dalam kurun waktu 2011 – 2013. Jika dibandingkan

(3)

3/28

dengan data hasil verifikasi dan identifikasi warga miskin Kota Semarang tahun 2013 terdapat penurunan jumlah warga miskin sebesar 6.130 jiwa. Dan hasil sementara penduduk miskin Kota Semarang pada tahun 2015 adalah 20,85 %.

Data jumlah warga miskin bukanlah suatu data yang statis, namun data yang sangat dinamis dengan berbagai faktor penyebab antara lain: migrasi penduduk, kelahiran dan kematian, warga miskin sudah menjadi mampu, ataupun ada warga miskin baru. Beberapa kejadian tersebut menyebabkan terjadinya perubahan data warga miskin di Kota Semarang seiring berjalannya waktu.

Untuk mengatasi masalah kemiskinan tersebut sejak tahun 2008 Pemerintah Kota Semarang telah merumuskan Peraturan Daerah Nomor 4 tahun 2008 tentang penanggulangan kemiskinan. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 4 tahun 2008, identifikasi warga miskin dilakukan melalui pendataan dan penetapan warga

miskin.Pendataan warga miskin dilakukan melalui survey berdasarkan kriteria yang mengacu pada hak-hak dasar warga miskin dan ditetapkan oleh Peraturan Walikota.

Identifikasi warga miskin Kota Semarang dilakukan setiap 2 (dua) tahun sekali oleh Bappeda Kota Semarang dimana dalam pelaksanaannya dibantu oleh perangkat Kelurahan dan RT/RW. Program dalam Peraturan Daerah Nomor 4 tahun 2008 meliputi bantuan pangan, bantuan kesehatan, bantuan pendidikan, bantuan perumahan, bantuan peningkatan ketrampilan, bantuan modal usaha dan bantuan perlindungan rasa aman. Pelaksanaan program bantuan tersebut meliputi Kartu Identitas Miskin (KIM) dan Kartu Semarang Sehat (KSS).Seluruh program bantuan tersebut dimaksudkan untuk memudahkan warga miskin dalam mendapatkan fasilitas-fasilitas yang disediakan Pemerintah Kota Semarang.

Terselenggaranya tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) sebagai tolok ukur fungsi pemerintah dalam upaya pencapaian kesejahteraan umum dengan penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat.Percepatan reformasi birokrasi di daerah dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintah daerah yang baik (good governance) diprioritaskan pada peningkatan kualitas penyelenggaraan pelayanan publik.

Dalam rangka menunjang pelayanan publik maka perlu ditunjang oleh visi dan misi. Adapun visi dan misi Kota Semarang adalah sebagai berikut :

Visi Kota Semarang adalah Terwujudnya Semarang Kota Perdagangan dan Jasa, yang Berbudaya menuju Masyarakat Sejahtera.

Misi Kota Semarang adalah : 1.

Mewujudkan sumberdaya manusia dan masyarakat Kota Semarang yang berkualitas.

2.

Mewujudkan Pemerintah Daerah yang efektif dan efisien, meningkatkan kualitas pelayanan publik, serta menjunjung tinggi supremasi hukum.

3.

Mewujudkan kemandirian dan daya saing daerah.

4.

Mewujudkan tata ruang wilayah dan infrastruktur yang berkelanjutan.

5.

Mewujudkan kesejahteraan sosial masyarakat

(4)

4/28

Kelurahan merupakan ujung tombak Pemerintahan Kota Semarang dalam pelayanan publik kepada masyarakat. Untuk meningkatkan pelayanan publik menjadi salah satu fokus perhatian dalam peningkatan peran pemerintah untuk lebih mendekatkan pelayanan pada masyarakat, fungsi pemerintah bukan hanya semata melakukan aktifitas pelayanan tetapi juga menjamin bahwa pelayanan yang diberikan berkualitas, dalam pengertian sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat atau berorientasi pada kepentingan public, lembaga pemerintah diharapkan dapat memenuhi tuntutan yang berkembang dan dapat lebih meningkatkan pelayanan prima terhadap warga miskin.

PETA KELURAHAN BRINGIN

Kelurahan Bringin merupakan salah satu kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang. Kelurahan Bringin mempunyai luas sebesar 106.458

(5)

5/28

Km2. Jumlah penduduk Kelurahan Bringin Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang sebanyak 16.158 jiwa terdiri dari laki-laki 8.04 jiwa dan perempuan 8.084 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga 4.589. Dengan jumlah RW sebanyak 21 RW dan 140 RT. jumlah database warga miskin tahun 2015 sebanyak 499 KK dan 1602 jiwa , yang terdiri dari Kategori hampIr miskin adalah 477 KK 1.545 Jiwa , sedangkan untuk kategori Miskin berjumlah sebanyak 22 KK 5 Jiwa. Adanya perubahan data warga miskin di Kelurahan Bringin dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2017 disebabkan adanya warga Miskin yang Pindah, meninggal , mampu (naik status social). Untuk

Pendataan data warga miskin di Kota Semarang sesuai amanah Perda Kemiskinan Kota Semarang No. 4 Tahun 2008 dilaksanakan 2 tahun sekali oleh Bappeda ,dan mulai Tahun 2017 ini pendataan warga miskin dilaksanakan oleh Dinas Sosial.

Kelurahan Bringin Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang secara administratrif berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Wilayah Kelurahan Tambakaji

Sebelah Timur : Wilayah Kelurahan Ngaliyan

Sebelah Selatan : Wilayah Kelurahan Wates

Sebelah Barat : Wilayah Kelurahan Gondoriyo

(6)

6/28

BAGAN STRUKTUR PEMERINTAH KELURAHAN BRINGIN

Berdasarkan Peraturan Walikota Semarang Nomor 90 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan Kota Semarang, Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut:

(7)

7/281.

menyiapkan kegiatan penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran Seksi Kesejahteraan Sosial;

2.

membagi tugas kepada bawahan Dibidang Kesos;

3.

membimbing bawahan dalam lingkup tanggungjawabnya;

4.

memeriksa hasil kerja bawahan;

5.

menyiapkan kegiatan penyusunan kebijakan Seksi Kesejahteraan Sosial;

6.

menyiapkan kegiatan fasilitasi pembinaan anak terlantar dan yatim piatu, pembinaan karang taruna, wanita tuna susila dan gelandangan;

7.

menyiapkan kegiatan penyajian data dalam rangka pemberian bantuan kepada badan sosial dan korban bencana alam;

8.

menyiapkan kegiatan fasilitasipendataan warga miskin, pengelolaan dan pendistribusian beras (Raskin) kepada masyarakat miskin di wilayah Kelurahan;

9.

menyiapkan kegiatan penyusunan data dan informasi Seksi Kesejahteraan Sosial;

10.

menyiapkan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan Seksi Kesejahteraan Sosial;

11.

menyiapkan kegiatan penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan Seksi Kesejahteraan Sosial;

Dalam mengidentifikasi permasalahan yang ada di Kelurahan Bringin terkait dengan gagasan untuk membangun suatu basis database warga miskin di Kelurahan Bringin yang update dan sudah bersinkronisasi antara database Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kota Semarangadalah dengan menggunakan model Open System Theory (1996).

Gambar

Open System Theory (1996)

(8)

8/28

ENVIRONMENT/LINGKUNGAN

(9)

9/28

KOMPONEN KONDISI SETIAP KOMPONEN KOMPONNEN YANG PALING PERLU DIINTERVENSI DAMPAK PERUBAHAN KOMPONEN YANG DIINTERVENSI TERHADAP KOMPONEN LAIN SOLUSI/ INOVASI/ TEROBOSAN

(10)

10/28

Lingkungan organisasi

Kurangnya kesadaran masyarakat berkaitan dengan kemiskinan

Kenyataan di masyarakat tidak malu memiskinkan diri karena banyak fasilitas yang diberikan untuk warga miskin

Mental dan budaya miskin yang terus dipelihara oleh warga miskin dan lingkungannya sehingga mengakibatkan mereka masih terus masuk dalam database warga miskin

Pengembangan potensi yang dimiliki oleh warga miskin

Pentingnya sosialisasi atau pelatihan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh warga miskin

(11)

11/28

Kurangnya kesadaran ketua RT/RW berkaitan dengan pendataan warga miskin

Unsur suka atau tidak suka dalam mendata warga miskin Pendataan warga miskin sesuai dengan panduan Bappeda Mengadakan sosialisasi mengenai pendataan warga miskin yang benar sesuai dengan panduan Bappeda

Input/masukan

1.

MAN :

Tenaga Surveyor yang terbatas dengan wilayah yang sangat luas

Tidak ada Tenaga IT khusus untuk melakukan pemutakhiran databasewarga miskin

Kebutuhan tenaga surveyor untuk mendata warga miskin

Kebutuhan Tenaga IT untuk melakukan pemutakhiran databasewarga miskin

Adanya tenaga surveyor untuk mendata warga miskin

Adanya Tenaga IT untuk melakukan pemutakhiran databasewarga miskin

Pengadaan tenaga surveyor dan tenaga IT di Kelurahan Bringin

1.

MONEY :

Anggaran untuk tenaga surveyor terbatas atau sedikit (th 2016 hanya Rp. 200,-perlembar questioner)

(12)

12/28

Anggaran yang tidak sesuai dengan pemenuhan kebutuhan tenaga Surveyor

Anggaran yang sesuai dengan pemenuhan kebutuhan tenaga surveyor Menyediakan anggaran untuk tenaga surveyor yang sesuai dengan Standar

(13)

13/28

1.

MATERIAL:

Sumber database warga miskin berbeda yaitu :

data Pemerintah Kota Semarang bersumber dari Bappeda Kota Semarang yang disurvey oleh Perangkat Kelurahan dan RT RW ; dan

data Pemerintah Pusat bersumber dari BDT/Basis Data Terpadu yang disurvey oleh Lembaga Statistik BPS

Idikator/kriteria pendataan warga miskin berbeda : Pemerintah Kota Semarang menggunakan indicator dan Pemerintah Pusat menggunakan 14 indikator dalam mendata warga miskin

Database warga miskin yang dihasilkan masing-masing Pemerintah berbeda karena menggunakan indicator pendataan yang berbeda

Sumber database warga miskin yang tersinkronisasi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kota Semarang sehingga menghasilkan data sama

Pemerintah Pusat Memberikan rujukan kepada Pemerintah Kota Semarang untuk dapat mensinkronisasikan data warga miskin

(14)

14/28

1.

METHOD :

Cara yang digunakan untuk mendata warga miskin tidak sesuai dengan panduan dari Bappeda

Pendataan warga miskin tidak sesuai dengan panduan dari Bappeda dan berdasarkan suka/ tidak suka Pendataan warga miskin sesuai dengan panduan dari Bappeda

Mengadakan sosial mengenai pendataan warga miskin yang benar sesuai dengan panduan Bappeda

(15)

15/28

1.

MACHINE :

Jumlah Komputer di Kelurahan Bringin yang dapat dioperasikan 2 unit dan Printer 2 unit

Sarana prasarana yang ada terbatas untuk melakukan updating pendataan warga miskin

Terpenuhinya sarana prasarana untuk melakukan updating pendataan warga miskin

Menyediakan anggaran untuk pemenuhan sarana prasarana di Kelurahan Bringin yang mendukung updating pendataan warga miskin

(16)

16/28

Transformasi/ proses

Pelayanan Pendistribusian bantuan kemiskinan yang belum maksimal atau sepenuhnya dirasakan warga miskin baik bantuan dari Pemerintah Pusat maupun bantuan dari Pemerintah Kota Semarang

Pelayanan kesehatan yang tidak optimal karena belum terintegrasinya data warga miskin yang masuk database dan warga miskin yang belum masuk database warga miskin

Pelayanan pendidikan dalam hal pemberian beasiswa masih rancu karena data yang digunakan data lama (KIP untuk SD sedang anak sudah SMP/sudah tidak sekolah lg

Pelayanan pembagian beras Rastra yang masih rancu karena data warga miskin yang menerima bantuan masih menggunakan data lama (double nama, alamat tidak jelas, status sudah meninggal/ pindah)

Pelayanan yang prima yang tepat sasaran, valid, akurat dan sudah tersinkronisasi dengan database Pemerintah Pusat sehingga tidak menimbulkan konflik kecemburuan masyarakat

Melakukan koordinasi dengan stakeholder terkait

Menyiapkan sarana prasarana dalam pendataan warga miskin

Melakukan verifikasi, validasi dan sinkronisasi pendataan warga miskin secara ulang sesuai dengan panduan Bappeda

Melakukan input data warga miskin kedalam system computer

Melakukan monitoring dan evaluasi hasil pendataan warga miskin

(17)

17/28

(18)

18/28

Output/ keluaran

Adanya kerancuan database Pemerintah Pusat dengan database Pemerintah Kota Semarang berdasarkan kriteria/ indikator masing-masing aturan

Pendataan warga miskin baik dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kota Semarang yang tidak tepat sasaran, tidak valid dan tidak akurat

Sering kali terjadi perbedaan data warga miskin antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Kota Semarang

Data yang digunakan adalah data lama,

kriteria/indikator pendataan warga miskin yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kota Semarang cenderung tidak rasional dengan kondisi nyata

Kesamaan database warga miskin antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Kota Semarang

warga miskin yang baru, valid dan akurat sesuai dengan kondisi nyata

Pemerintah Pusat Memberikan rujukan kepada Pemerintah Kota Semarang untuk dapat mensinkronisasikan data warga miskin

Updating data atau pemutakhiran data warga miskin di Kelurahan Bringin agar tepat sasaran

Permasalahan yang ada pada tiap komponen mempengaruhi komponen yang lain, diantaranya : 1.

Pemberian bantuan warga miskin yang tidak tepat sasaran akibat perbedaan database warga miskin Pemerintah Pusat dengan database warga miskin Pemerintah Kota Semarang serta data yang digunakan merupakan database lama,tidak valid dan tidak akurat (double name, alamat tidak jelas, status warga tidak jelas);

2.

Perbedaan database warga miskin Pemerintah Pusat dengan database warga miskin Pemerintah Kota akibat database warga miskin diambil dari sumber yang berbeda dan dengan penggunaan indicator/kriteria yang berbeda sehingga data yang tersedia tidak sinkron;

(19)

19/28

(20)

20/283.

Database warga miskin yang tidak tepat sasaran, tidak akurat dan tidak valid akibat metode pendataan warga miskin tidak sesuai dengan panduan dari Bappeda atau tidak sesuai dengan indicator/kriteria yang berlaku;

4.

Data yang tersedia merupakan database warga miskin yang sudah lama atau belum update akibatnya Kelurahan Bringin harus berkali-kali melakukan verifikasi dan validasi data sebelum program bantuan benar-benar didistribusikan ke warga miskin;

5.

Perlunya pendataan database warga miskin yang update atau terbaru (pendataan warga miskin terakhir dilaksanakan pada tahun 2015);

6.

Kurangnya tenaga surveyor dan pemahaman tenaga surveyor mengenai indicator/kriteria dalam mendata warga miskin yang benar-benar sesuai dengan panduan dari Bappeda (selama ini di Kelurahan Bringin untuk pendataan dibantu oleh Ketua RT/RW);

7.

Tidak adanya tenaga IT khusus untuk melakukan pemutakhiran databasewarga miskin di Kelurahan Bringin;

Dalam kegiatan Benchmaking di Kecamatan Padang Barat, Kota Padang ada beberapa temuan Best Practise yang dapat diaplikasikan di Kelurahan Bringin Kecamatan Ngaliyan yaitu :

1.

Kecamatan Padang Barat bisa me Link kan jaringan website Dispenduk dalam pelayanan masyarakat lewat pelayanan on line dengan alamat

(http://dukcapilonline.padang.go.id:8085). Pelayanan On Line ini hanya terbatas untuk pengurusan KTP & KK dan dilaksanakan mulai 3 April 2017.Dengan proses adalah Masyarakat mengisi form On Line kemudian kecamatan mengirim persyaratan ke dispenduk capil.Setelah proses jadi dispenduk capil mengirim data ke kecamatan. dokumen kependudukan yang sudah jadi dapat diambil oleh masyarakat setelah menerima sms gateway dari kecamatan Padang Barat.

2.

Pengiriman surat menyurat Dinas dari OPD ke Kecamatan sudah menggunakan system On Line. Sehingga mempercepat sampainya Informasi dan penghematan penggunaan kertas.

3.

Karena kelurahan di kecamatan Padang Barat tidak memiliki anggaran maka mereka berusaha untuk memaksimalkan potensi wilayah yang dimiliki, termasuk dalam memenuhi kebutuhan biaya anggaran lomba kelurahan dan lain-lain.

4.

Di beberapa Kelurahan di Kecamatan Padang Barat termasuk salah satunya di Kelurahan Purus ,memiliki inovasi dan etos kerja yang tinggi yakni pelayanan tiap hari termasuk hari sabtu dan Minggu, dengan menerapkan sistem piket jaga.

Melihat kemajuan di bidang e-Gov dengan sarana website di Kecamatan Padang Barat Kota Padang,maka dapat dilihat besarnya manfaat bagi masyarakat dalam akses informasI dan pelayanan publik. Dalam proper ini diharapkan kenyamanan dalam pelayanan publik yang dirasakan oleh masyarakat Kota Padang juga dapat dirasakan oleh warga Kota Semarang khususnya di Kelurahan Bringin Kecamatan Ngaliyan.

Berdasarkan analisis tersebut diatas dan hasil dari Benchmarking ke Kota Padang, maka tujuan yang akan dicapai dalam pelaksanaan proyek perubahan dengan judul

(21)

21/28

“Sinkronisasi dan Update Database Kemiskinan di Kelurahan Bringin Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang” adalah terkoordinasikannya seluruh stakeholder, tersinkronisasikannya database warga miskin Pusat dan Kota Semarang serta tersedianya database warga miskin Kelurahan Bringin yang terupdate sehingga pemberian bantuan Pemerintah baik Pusat maupun Kota Semarang untuk warga miskin dapat berjalan dengan efektif, efisien, valid, akurat, tepat sasaran dan berkelanjutan.

Manfaat

1.

MANFAAT

Manfaat dari proyek perubahan terkait dengan pelayanan public di bidang kesejahteraan social masyarakat adalah : 1.

Manfaat bagi Pengguna

Memberikan informasi secara terbuka kepada masyarakat sehingga tidak menimbulkan konflik di masyarakat berkaitan dengan penetapan penerima bantuan Pemerintah sebagaimana terjadi selama ini.

1.

Manfaat bagi Stakeholder Internal

Dengan adanya perubahan database warga miskin yang baru (update, valid dan akurat) yang sesuai dengan panduan indicator/kriteria dari Bappeda serta database warga miskin Pemerintah Kota Semarang yang sudah tersinkronisasi dengan database warga miskin Pemerintah Pusat maka sangat membantu bagi seksi-seksi lain dalam menentukan kegiatan, program maupun pemberian bantuan lain.

(22)

22/281.

Manfaat bagi Stakeholder Eksternal

Dengan adanya perubahan database warga miskin yang baru (update, valid dan akurat) yang sesuai dengan panduan indicator/kriteria dari Bappeda serta database warga miskin Pemerintah Kota Semarang yang sudah tersinkronisasi dengan database warga miskin Pemerintah Pusat maka Ketua RT/RW maupun warga miskin mengetahui peraturan pelayanan warga miskin untuk mendapatkan pelayanan yang kaitannya dengan kemiskinan.

1.

Manfaat bagi organisasi

Meningkatkan kualitas pelayanan publik dan memudahkan pendistribusian bantuan kemiskinan serta menghindari adanya kesalahan dalam pendistribusian bantuan yang salah sasaran sehingga meminimalkan konflik warga dan dapat meningkatkan kepercayaan warga atas pelayanan public yang diberikan oleh Pemerintah.

Milestone

NO TAHAP DAN CAPAIAN UTAMA OUTPUT WAKTU 1.

JANGKA PENDEK

(23)

23/28

1.

Pembentukan Tim Efektif 1.

Penyusunan draft SK Tim Efektif 2.

Pengesahan SK Tim Efektif 3.

Pendistribusian dan pembagian tugas Tim Efektif

Terbentuknya Tim Efektif

Minggu IV

Agustus 2017

2.

Melakukan koordinasi dengan instansi terkait : 1.

Melakukan koordinasi dengan Kecamatan Ngaliyan 2.

Melakukan koordinasi dengan Bappeda, Dinas Sosial dan Dinas Komunikasi, Informasi, Statistik dan Persandian Kota Semarang 3.

Melakukan koordinasi dengan BPS Kota Semarang

Terjadinya koordinasi dengan stakeholder terkait

Minggu I

September 2017

(24)

24/28

3.

Menyiapkan sarana dan prasarana pendataan warga miskin : 1.

Rapat internal identifikasi kebutuhan sarana prasarana pendataan warga miskin 2.

Menambah kebutuhan sarana prasarana pendataan warga miskin

Teridentifikasinya kebutuhan sarana prasarana pendataan warga miskin

Minggu II

September 2017

4.

Membentuk Tim Survey dan Tenaga IT 1.

Penyusunan draft SK Tim Survey dan Tenaga IT 2.

Pendistribusian dan pembagian tugas Tim Survey dan Tenaga IT

Terbentuknya Tim Survey dan Tenaga IT

Minggu III

September 2017

5.

Melakukan verifikasi dan validasi serta sinkronisasi data warga miskin : 1.

Tahap penyusunan data warga miskin;

2.

Tahap penyelesaian data warga miskin yang telah diverivikasi

(25)

25/28

Terkumpulnya data warga miskin yang telah diverifikasi dan validasi

(sementara hanya 6 RW saja)

Minggu IV

September 2017

(26)

26/28

6.

Membuat Aplikasi : 1.

Merancang Desain Aplikasi;

2.

Uji coba desain aplikasi.

Terbentuknya Aplikasi Minggu I Oktober 2017

7.

Melakukan input data warga miskin kedalam system komputer : 1.

Mengentry data warga miskin 2.

Menyusun nama KK per RT sesuai urutan rangking kelurahan

Tersusunnya database warga miskin yang terbaru

Minggu II

Oktober 2017

8.

Mengadakan Sosialisasi mengenai pendataan warga miskin yang benar sesuai dengan panduan Bappeda kepada masyarakat melalui Ketua RT/RW dan pendistribusian hasil verikasi data warga miskin

Telah diadakan kegiatan Sosialisasi dan pembagian pendistribusian data warga miskin

Minggu III

Oktober 2017

9.

Monitoring dan Evaluasi 1.

Rapat monitoring dan evaluasi 2.

Penyusunan hasil monitoring dan evaluasi

Hasil monev

Minggu IV

Oktober 2017

1.

JANGKA MENENGAH

(27)

27/28

1. Melanjutkan verifikasi dan validasi serta sinkronisasi data warga miskin Terkumpulnya data warga miskin yang telah diverifikasi dan validasi (bertambah menjadi 9 RW} November- Desember 2017

2. Mengoptimalkan kegiatan pelayanan dan pendistribusian bantuan untuk warga miskin

Pemberian pelayanan dan bantuan untuk warga miskin sesuai dengan indicator/kriteria panduan dari Bappeda

3.

Monitoring dan Evaluasi 1.

Rapat monitoring dan evaluasi 2.

Penyusunan hasil monitoring dan evaluasi

Hasil monev

1.

JANGKA PANJANG

1.

Melaksanakan tertib administrasi database warga miskin

Terwujudnya tertib administri database warga miskin

Januari – Desember 2018

(28)

28/28

2.Update database warga miskin sesuai panduan Bappeda

Terwujudnya database warga mskin yang sesuai dengan kriteria/indicator Bappeda

3. Monitoring dan Evaluasi

Terpantaunya ketepatan sasaran pada pelayanan warga miskin

Dicetak melalui website E-Proper BPSDMD Provinsi Jawa Tengah (https://bpsdmd.jatengprov.go.id/eproper) pada 03 Apr 2022 07:27:38

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Referensi

Dokumen terkait

6DDW LQL SHUVDOLQDQ VHFWLR FDHVDUHD WLGDN PHPDNDL DQHVWHVL XPXP \DQJ PHPEXDW LEX WHWDS VDGDU WHWDSL NHDGDDQ OXND GL SHUXW UHODWLI PHQJKDPEDW SURVHV PHQ\XVXL 1\HUL VHWHODK

Karena transaksi restrukturisasi entitas sepengendali tidak mengakibatkan perubahan substansi ekonomi pemilikan atas aset, liabilitas, saham atau instrumen kepemilikan

Kemitraan Sektor Publik dan Swasta telah digunakan di banyak negara untuk mengembangkan infrastruktur telekomunikasi, mempercepat akses sekolah ke perangkat keras

LEDRIK SAHUBURUA, mengundang segenap Warga Jemaat Sektor I sampai degan Sektor IV untuk hadir dalam Ibadah Pengucapan Syukur yang akan dilaksanakan pada hari Kamis, 01

Dengan memanfaatkan teknologi barcode yang dihubungkan dengan port USB dan mesin conveyor yang dihubungkan dengan port Parallel pada computer yang nantinya dibantu

Komunikasi verbal (verbal communication) yang dikembangkan oleh dosen secara lisan dan tulisan dalam proses perkuliahan baik secara langsung maupun melalui media komunikasi

Pemberian PGV-0 menunjukkan kadar cAMP yang tidak berbeda bermakna dibandingkan kadar cAMP kelompok kontrol yang diikuti dengan tidak adanya perbedaan pada produksi