• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN COMMUNITY CENTER DI MEDAN LABUHAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO-VERNACULER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERANCANGAN COMMUNITY CENTER DI MEDAN LABUHAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO-VERNACULER"

Copied!
177
0
0

Teks penuh

(1)

DI MEDAN LABUHAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO-VERNACULER

OLEH :

MONIKA PUTRI IRAWANI LUBIS 170406036

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)

PERNYATAAN

PERANCANGAN COMMUNITY CENTER DI MEDAN LABUHAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO-VERNACULER

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 29 Desember 2021

Monika Putri Irawani Lubis

(3)
(4)

Tanggal lulus : 29 Desember 2021 Telah diuji pada

Tanggal : 29 Desember 2021

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Beny O.Y. Marpaung ST., MT., PhD.IPM Anggota Komisi Penguji : 1. Amy Marisa, ST., M.Sc., PhD

2. Putri Pandasari Napitupulu, ST., MT

(5)
(6)

ABSTRAK

Perancangan Community Center Di Medan Labuhan merupakan proyek TOD di Medan Labuhan yang menghasilkan Kawasan yang dapat memfasilitasi kegiatan masyarakat setempat terhadap ruang publik yang semakin hari kian minim di daerah Medan Labuhan.

Community center ini diperuntukkan bagi semua kalangan usia dengan menyediakan fasilitas penunjang bagi seluruh pengguna yang dizonafikasikan menurut fungsinya masing- masing. Tidak lupa, community center ini juga menerapkan konsep-konsep yang di ambil dari rumah adat melayu deli yang ditransformasi kedalam bentuk yanglebih modern untuk mencukupi kepuasan visual bagi para pengunjung dan dengan demikian perancangan ini juga mengingatkan kembali akan nilai-nilai budaya yang kian hari makin dilupakan oleh khalayak ramai. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Survei lokasi dan studi literatur tentang prinsip-prinsip arsitektur neo-verlakuler menjadi teknik utama pengumpulan data dalam penelitian ini. Penerapan desain dengan tema arsitektur neo- vernakuler diharapkan dapat merepresentasikan fungsi dari bangunan tersebut. Perancangan community center ini juga dimaksudkan sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan informasi baru bagi publik mengenai perancangan community center dan pendekatan arsitektur neo-vernacular yang dapat diterapkan untuk mengembangkan perancangan community center beragam fasilitas kedepannya.

Kata Kunci : arsitektur neo-vernakuler, community center, ruang publik, rumah adat

(7)

ABSTRACT

The Design Community Center in Medan Labuhan is a TOD project in Medan Labuhan that produces an area that can facilitate local community activities towards public spaces which are increasingly minimal in the Medan Labuhan area. This community center is for all age industries with facilities for users who are zoned according to their respective features. Don't forget, this community center also applies concepts taken from traditional Malay deli houses which are transformed into a more modern form to provide visual satisfaction for visitors, and thus this design also reminds us of cultural values that are getting more and more popular day by day. forgotten by the general public. This study used the descriptive qualitative method. Site survey and literature study on neo-vernacular architectural principles became the main data collection techniques in this research. The application of the design with the theme of neo-vernacular architecture is expected to represent the function of the building. This design community center is also the development of new knowledge and information for the public about community center design and neo- vernacular architectural approaches that can be applied to develop diverse community center designs in the future.

Keywords: neo-vernacular architecture, community center, public space, traditional house

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat memulai, melaksanakan, dan menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Arsitektur di Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan rahmat dan karunia, serta keteguhan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas skripsi ini dengan baik.

2. Ibunda Nirmala Wati Siregar dan Ayahanda Asrul Lubis selaku kedua orangtua tercinta, adik saya Siti khalizah, nenek saya , tulang saya, dan semua keluarga saya tercinta yang dengan setulus hati selalu mendoakan, mendidik, mencintai, mengasihi dan memberi dukungan dalam berbagai bentuk kepada penulis.

3. Ibu Dr.Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah senantiasa meluangkan banyak waktu serta sabar dalam membimbing penulis selama proses penyelesaian skripsi ini dari awal kuliah hingga akhir.

4. Ibu Beny O.Y. Marpaung ST., MT., PhD.IPM selaku dosen pembimbing yang telah senantiasa meluangkan banyak waktu serta sabar dalam membimbing, penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Serta Ibu Amy Marisa, ST., M.Sc., PhD. dan ibu Putri Pandasari Napitupulu, ST., MT. selaku dosen penguji yang telah bersedia menjadi penguji serta memberikan kritik dan saran yang membangun untuk penyelesaian skripsi ini.

5. Teman-teman seperjuangan dan teman terdekat penulis, Lisa Maharani, Putri pebridayanti, Imam Soleh Pulungan, Ibrahim Aziz Harahap, dan Nur Afifah luthfiyah

Penulis juga menyampaikan mohon maaf atas kekurangan dan kesalahan skripsi ini.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sebagai bahan dalam penyempurnaan skripsi ini agar lebih baik lagi.

Medan, 29 Desember 2021

Monika Putri Irawani Lubis

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan Perancangan ... 2

1.3 Tujuan Perancangan ... 2

1.4 Manfaat Penlitian Perancanagan ... 3

1.5 Batasan Masalah Penelitian Perancangan Arsitektur ... 3

1.6 Sistematika Perancangan ... 3

1.7 Kerangka Berfikir ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Terminologi Judul ... 6

2.2 Tinjauan Fungsi ... 7

2.2.1 Defenisi Community Center ... 7

2.2.2 Klasifikasi Community Center ... 7

2.2.3 Jenis-jenis community center ... 8

2.2.4 Karakteristik Community Center ... 8

2.2.5 Kriteria community center... 8

2.3 Community Center di Medan Labuhan ... 9

2.3.1 Fasilitas- fasilitas Labuhan Community Center ... 9

2.4 Studi banding ... 11

2.4.1 Studi Banding Tema Sejenis ... 11

2.4.2 Studi Banding Proyek Sejenis ... 17

2.5 Penerapan Arsitektur Neo-Vernacular dalam Perancangan Community Center di Medan Labuhan ... 21

(10)

2.6 Kajian Program Kegiatan Pengguna ... 29

2.7 Kajian Kebutuhan Ruang ... 34

BAB III METODOLOGI ... 35

3.1 Metodologi Pemilihan Lokasi ... 35

3.2 Metode Penyelesaian Masalah Perancangan Arsitektur ... 36

3.2.1 Metode Mengumpulkan Data ... 36

3.2.2 Metode Analisa ... 38

3.2.3 Konsep ... 39

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PERANCANGAN ARSITEKTUR ... 41

4.1 Deskripsi Umum Proyek ... 41

4.2 Deskripsi Kawasan Proyek ... 41

4.2.1 Data Umum Proyek ... 42

4.2.2 Pola Tata Ruang ... 43

4.2.3 Batas area lokasi Perancangan ... 44

4.2.4 Sirkulasi dan Parkir ... 45

4.2.5 Ruang Terbuka ... 49

BAB V ANALISA PERANCANGAN ARSITEKTUR ... 50

5.1 Analisis Peruntukkan Tanah ... 50

5.1.1 Peraturan Pemerintah untuk Peruntukkan Tanah Berdasarkan RTRW dan RDTR ... 50

5.1.2 Fungsi Sekitar dan Penggunaan Lahan Sekitar Tapak ... 51

5.1.3 Potensi Sekitar Tapak ... 54

5.2 Analisis Fungsional ... 55

5.2.1 Analisis Kebutuhan Ruang ... 55

5.2.2 Analisis Kebutuhan Parkir ... 56

5.3 Analisa Aksesbilitas ... 58

5.3.1 Analisis Akses Pencapaian ... 58

5.3.2 Sirkulasi ... 59

5.3.3 Pedestrian ... 60

(11)

5.3.4 Konsep Dasar Aksesbilitas ... 60

5.4 Analisis Intensitas Bangunan ... 61

5.4.1 Intensitas Kepadatan Bangunan ... 61

5.4.2 Intensitas Ketinggian Bangunan ... 62

5.4.3 Konsep Dasar Massa Bangunan ... 63

5.5 Konsep Dasar Wajah Bangunan ... 63

5.6 Analisa View ... 65

5.7 Analisa iklim ... 66

5.7.1 Arah Angin ... 66

5.7.2 Matahari ... 67

5.7.3 Konsep Dasar Pengaruh Iklim dalam Perancangan Bangunan Neo- Vernacular ... 68

5.8 Analisa tata ruang dalam ... 68

5.8.1 Analisis Hubungan Antar Ruang ... 68

5.8.2 Program Ruang ... 70

5.9 Analisa dan konsep sistem struktur/ konstruksi ... 73

5.9.1 Sistem struktur rumah panggung ... 73

5.9.2 Material struktur ... 74

5.9.3 Sistem konstruksi rumah panggung ... 76

5.10 Analisa sistem utilitas ... 78

BAB VI KONSEP PERANCANGAN ... 84

6.1 Konsep Dasar Penerapan Arsitektur Neo-Vernacular dalam Perancangan Arsitektur84 6.2 Konsep Sistem Kegiatan dan Program Ruang ... 85

6.3 Konsep Perancangan Ruang Luar dan atau Tapak ... 87

6.4 Konsep Tata Ruang Dalam... 88

6.5 Konsep Massa dan Perwajahan ... 89

6.6 Konsep Sistem Perancangan Struktur Arsitektur ... 91

6.7 Konsep Sistem Utilitas ... 91

(12)

BAB VII PERANCANGAN COMMUNITY CENTER DI MEDAN LABUHAN

DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO-VERNACULER ... 94

7.1 Site Plan ... 94

7.1.1 Aksonometri ... 98

7.2 Ground Plan dan Denah... 100

7.2.1 Denah Lantai 1 Gedung Utama ... 102

7.2.2 Denah Lantai 2 Gedung Utama ... 104

7.2.3 Denah lantai 1 dan 2 Area Olahraga dan Denah Foodcourt ... 106

7.3 Tampak Bangunan ... 108

7.3.1 Tampak Bangunan Utama ... 108

7.3.2 Tampak Bangunan Olahraga dan Mushollah ... 110

7.3.3 Tampak Bangunan Foodcourt ... 112

7.4 Potongan Bangunan ... 114

7.4.1 Potongan Bangunan Gedung Utama ... 114

7.4.1 Potongan Bangunan Gedung Olahraga dan Foodcourt ... 116

7.5 Sistem Utilitas Bangunan ... 118

7.5.1 Sistem Elektrikal Bangunan ... 118

7.5.2 Sistem Distribusi Air Kotor dan Air Bersih ... 121

7.5.3 Sistem Penanggulangan Kebakaran ... 124

7.6 Suasana Interior Bangunan ... 126

7.7 Suasana Eksterior Bangunan ... 128

BAB VIII KESIMPULAN ... 133

DAFTAR PUSTAKA ... 134

LAMPIRAN ... 135

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir ... 5

Gambar 2.1 Perspektif Philippine Pavilion ... 11

Gambar 2.2 Iterior Philippine Pavilion Of Progress ... 12

Gambar 2.3 Potongan Philippine Pavilion Of Progress ... 12

Gambar 2.4 Centre Culturel Jean ... 13

Gambar 2.5 Struktur Centre Culturel Jean ... 14

Gambar 2.6 Masjid Raya Sumatera Barat... 15

Gambar 2.7 Ukiran Motif Khas Sumatera Barat ... 15

Gambar 2.8 Masterplan Masjid Raya Sumatera Barat... 16

Gambar 2.9 Interior Masjid ... 17

Gambar 2.10 Eksterior Pani Community Center ... 18

Gambar 2.11 Denah Lantai 1 ... 18

Gambar 2.12 Denah Lantai 2 ... 19

Gambar 2.13 Ruang Kelas (Kiri), Workshop (Kanan) ... 19

Gambar 2.14 Pusat Komunitas West Vancouver ... 20

Gambar 2.15 Penerapan Konsep Desain Transparan Dengan Kaca ... 20

Gambar 2.16 Ruang Olahraga (Kiri), Area Lobi (Kanan) ... 21

Gambar 2.17 Atap Bubungan Pada Rumah Adat ... 22

Gambar 2.18 Material Batu Bata Pada Dinding Arsitektur Neo-Vernacular ... 22

Gambar 2.19 Kegiatan Pengguna ... 30

Gambar 2.20 Skema Pengunjung ... 31

Gambar 2.21 Skema Pengelola ... 32

Gambar 2.22 Skema Penyewa Foodcourt Dan Gedung Serbaguna ... 33

Gambar 2.23 Skema Alur Service ... 33

(14)

Gambar 3.1 Peta Sumatera Utara (Kiri), Peta Kecamatan Medan Labuhan (Tengah), Peta

Stasiun Labuhan (Kanan) ... 35

Gambar 4.1 Lokasi Perancangan ... 42

Gambar 4.2 Site ... 43

Gambar 4.3 Rencana Detail Tata Ruang (Rdtr) Daan Peraturan Zonasi Kota Medan Tahun 2015-2035 ... 44

Gambar 4.4 Peta Delianasi Kecamatan Medan Labuhan Radius 800 M ... 45

Gambar 4.5 Peta Delianasi Kecamatan Medan Marelan Radius 1600 M ... 45

Gambar 4.6 Sirkulasi Dan Parkir ... 46

Gambar 4.7 Sirkulasi Dan Parkir Stasiun Labuan ... 46

Gambar 4.8 Sirkulasi Dan Parkir Jalan Sei Seruawi ... 47

Gambar 4.9 Sirkulasi Dan Parkir Jalan Kol. Yos Sudarso ... 47

Gambar 4.10 Sirkulasi Dan Parkir Jalan Sekitar Bantaran Sungai ... 48

Gambar 4.11 Sirkulasi Dan Parkir Jalan Kol. Yos Sudarso (Depan Kuburan Muslim Pekan Labuhan) ... 48

Gambar 4.12 Sirkulasi Dan Parkir Jembatan Penghubung ... 49

Gambar 4.13 Ruang Terbuka Radius 800 M ... 49

Gambar 5.1 Rencana Detail Tata Ruang (Rdtr) Dan Peraturan Zonasi Kota Medan Tahun 2015-2035 ... 50

Gambar 5.2 Fungsi Komersil Radius 800 M ... 51

Gambar 5.3 Fungsi Komersil Radius 1.600 M ... 51

Gambar 5.4 Fungsi Pendidikan Radius 800 M ... 52

Gambar 5.5 Fungsi Pendidikan Radius 1.600 M ... 52

Gambar 5.6 Fungsi Permukiman Radius 1.600 M ... 52

Gambar 5.7 Lokasi Bersejarah Di Medan Labuhan ... 53

Gambar 5.8 Vihara Siu San Keng ... 54

Gambar 5.9 Konsep Area Parkir ... 58

(15)

Gambar 5.10 Aksesbilitas Dari Medan-Medan Labuhan ... 58

Gambar 5.11 Aksesbilitas Dari Belawan - Medan Labuhan ... 59

Gambar 5.12 Analisa Sirkulasi ... 59

Gambar 5.13 Pedestrian ... 60

Gambar 5.14 Konsep Dasar Aksesbilitas ... 61

Gambar 5.15 Titik Lokasi Pemukiman ... 61

Gambar 5.16 Pembagian Zona Sekitar Site Berdasarkan Ketinggian Bangunan ... 62

Gambar 5.17 Konsep Bentuk Gubahan Awal ... 63

Gambar 5.18 Berbagai Rumah Tradisional Melayu Di Sumatera Utara ... 64

Gambar 5.19 Rumah Adat Melayu ... 64

Gambar 5.20 Konsep Awal Fasad ... 65

Gambar 5.21 Analisa View ... 66

Gambar 5.22 Konsep View ... 66

Gambar 5.23 Analisa Angin ... 67

Gambar 5.24 Analisa Matahari ... 67

Gambar 5.25 Konsep Iklim Pada Rumah Tradisional ... 68

Gambar 5.26 Struktur Rumah Panggung Tradisional Melayu ... 74

Gambar 5.27 Sistem Rumah Panggung Modern ... 74

Gambar 5.28 Konstruksi Rumah Panggung Kayu ... 77

Gambar 5.29 Detail Sambungan Konstruksi ... 77

Gambar 5.30 Detail Sambungan Pondasi Tiang Dengan Balok ... 77

Gambar 6.1 Kajian Peraturan Pemerintah Untuk Peruntukkan Tanah Pada Lokasi Perancangan Berdasarkan Rtrw Kota Medan ... 85

Gambar 6.2 Konsep Sistem Kegiatan Pengguna ... 86

Gambar 6.3 Konsep Sistem Kegiatan Pengelola ... 86

Gambar 6.4 Konsep Sistem Kegiatan Service ... 87

(16)

Gambar 6.5 Konsep Perancangan Ruang Luar ... 88

Gambar 6.6 Konsep Perancangan Ruang Luar ... 88

Gambar 6.7 Matriks Hubungan Antar Ruang Gedung Serbaguna ... 88

Gambar 6.8 Matriks Hubungan Antar Ruang Fasilitas Penunjang ... 89

Gambar 6.9 Matriks Hubungan Antar Ruang Pengelola Dan Service... 89

Gambar 6.10 Konsep Gubahan Massa Community Center ... 90

Gambar 6.11 Konsep Fasad Community Center ... 90

Gambar 6.12 Konsep Struktur Community Center ... 91

Gambar 6.13 Distribusi Air Bersih Dengan Sistem Down Feed ... 92

Gambar 6.14 Distribusi Air Kotor ... 92

Gambar 6.15 Jaringan Elektrikal ... 92

Gambar 6.16 Sistem Kebakaran ... 93

Gambar 7.1 Rancangan Site Plan ... 95

Gambar 7.2 Potongan Site Plan ... 97

Gambar 7.3 Aksonometri ... 99

Gambar 7.4 Groundplan ... 101

Gambar 7.5 Denah Lantai 1 Gedung Utama ... 103

Gambar 7.6 Dinding Lipat Pembatas Ruangan Gedung Serbaguan ... 104

Gambar 7.7 Denah Lantai 2 Gedung Utama ... 105

Gambar 7.8 Denah Lantai 1 Dan 2 Area Olahraga Dan Denah Foodcourt ... 107

Gambar 7.9 Tampak Bangunan Utama ... 109

Gambar 7.10 Tampak Bangunan Olahraga Dan Mushollah ... 111

Gambar 7.11 Tampak Bangunan Foodcourt ... 113

Gambar 7.12 Potongan Bangunan Gedung Utama ... 115

Gambar 7.13 Potongan Gedung Olahraga Dan Foodcourt ... 117

Gambar 7.14 Rencana Elektrikal Gedung Utama ... 119

(17)

Gambar 7.15 Rencana Elektrikal Bangunan Olahraga Dan Foodcourt ... 120

Gambar 7.16 Rencana Plumbing Gedung Utama ... 122

Gambar 7.17 Rencana Plumbing Bangunan Olahraga Dan Foodcourt ... 123

Gambar 7.18 Rencana Kebakaran Gedung Utama ... 125

Gambar 7.19 Taman Baca ... 126

Gambar 7.20 Interior Aksses Aula ... 127

Gambar 7.21 Interior Panggung Aula ... 127

Gambar 7.22 Entrance ... 128

Gambar 7.23 Foodcourt Dan Area Makan ... 129

Gambar 7.24 Pendopo Dan Taman Bermain ... 129

Gambar 7.25 Koridor Bangunan Utama ... 130

Gambar 7.26 Gedung Olahraga ... 131

Gambar 7.27 Jogging Track Dan Gym Outdoor ... 131

Gambar 7.28 Area Parkir ... 132

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Perbandingan Perbedaan Tradisional,

Vernacular , Dan Neo-Vernacular ... 22

Tabel 2.2 Tabel Jenis-Jenis Ornament Melayu Dan Kejenis-Jenis Ornament Melayu Dan Ketangannya ... 28

Tabel 2.3 Analisa Kebutuhan Ruang ... 34

Tabel 5.1 Respon Terhadap Potensi Sekitar Lahan ... 54

Tabel 5.2 Kegiatan Dan Kebutuhan Ruang ... 55

Tabel 5.3 Penzoningan Tiap Ruang ... 69

Tabel 5.4 Konsep Dasar Besaran Ruang ... 71

Tabel 6.1 Penerapan Ciri Arsitektur Neo-Vernacular... 84

(19)

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kota Medan memiliki beberapa kawasan dengan nilai historis tinggi, diantaranya terdapat di Kecamatan Medan Labuhan yang dapat menjadi potensi. Adapun potensi tersebut seperti Masjid Al Oesmani, Vihara Tridharma, dan Stasiun Labuhan, serta di Kecamatan Medan Marelan yaitu potensi Pariwisata Danau Siombak. Pengembangan kawasan menjadi kawasan wisata memiliki keuntungan bagi kawasan tersebut. Hal ini karena secara tidak langsung meningkatkan pendapatan ekonomi pada wilayah itu (Van Blarcom & Kayahan, 2011).

Dengan meningkat jumlah penduduk setempat setiap tahunnya, mobilitas dalam kota-kota telah menjadi isu yang menantang untuk ditangani oleh pemerintah daerah.

Sekarang ini di Medan Labuhan telah tersedia fasilitas umum, antara lain rumah sakit, terminal dan institusi pendidikan. Namun, belum adanya suatu fasilitas umum yang berkaitan dengan aspek sosio-kultural yang dapat menampung aktivitas warga dalam aspek sosial, kultur-edukatif dan juga bahkan rekreatif.

Oleh karena itu dengan adanya community center ini maka di harapkan masyarakat tidak kesulitan untuk mencari tempat dan melangsungkan berbagai kegiatan sosial, seni, seminar, olahraga, pentas teater atau musik, dan kegiatan lainnya. Selain itu, didalam Community center ini juga akan difasilitasi dengan, internet café, amphiteater, auditorium dan mungkin beberapa fasilitas public lainnya, yang terangkum dalam suatu kawasan yang dilengkapi oleh penataan ruang luar yang baik. Dengan penataan lansekap yang baik, maka labuhan community center ini juga dapat berfungsi sebagai city park, karena di dalamnya juga terdapat taman yang dikelilingi oleh jogging track untuk sarana olahraga.

Pemilihan tema yang menerapkan Arsitektur Neo-vernacular pada perancangan community center ini berdasarkan pada keadaan budaya melayu yaitu budaya suku asli kota medan yang semakin dilupakan pada zaman modern ini, padahal suku melayu pada masanya sangat berpengaruh dan mengambil andil besar dalam sejarah perkembangan kota medan.

Singkatnya adalah sebuah community center ini akan semakin meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat Medan Labuhan, terutama dalam mengisi waktu luang sehabis bekerja di pabrik industri (yang banyak terdapat di kota ini), kantor pemerintahan, kantor usaha swasta atau sehabis belajar di sekolah. Sebagai pusat industri, kota medan labuhan ini

(20)

terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut: pusat pemerintahan, kawasan komersial dan bisnis, perumahan taman/ tempat rekeasi. Strategi penananganan kawasan ini dimaksud untuk dapat mendukung terciptanya suatu kawasan pusat kota yang berciri khusus sehingga dapat menjadi landmark bagi Medan Labuhan. Pada kota ini rencananya akan dikembangkan suatu konsep TOD dengan penataan ruang bagi fasilitas-fasilitas umum berskala kota seperti apartemen , hotel, stasiun kereta api dan sebagainya. Jadi pengadaan sebuah community center ini sejalan dengan arah kebijakan pembangunan Medan Labuhan sebagai titik transit oriented development.

Dengan demikian, community center ini diharapkan mampu menjadi pusat atau wadah dari segala jenis kegiatan baik seni, olahraga, maupun rekreasi yang juga dapat menjadi pusat sarana dan titik tumbuh untuk menghidupkan kembali kebudayaan melayu yang mulai dilupakan. Strategi penanganan kawasan ini dimaksudkan untuk dapat mendukung terciptanya suatu kawasan pusat kota yang berciri khusus sehingga dapat menjadi daya Tarik dan tempat persinggahan di Medan Labuhan.

Permasalahan Perancangan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka didapat permasalahan perancangan terhadap Labuhan Community Center ini yang di rumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana merancang program ruang, menata fasilitas, dan organisasi ruang yang dapat mewadahi berbagai macam kegiatan masyarakat di Medan Labuhan?

2. Bagaimana merancang sebuah Labuhan Community center yang mampu merepresentasikan arsitektur neo-vernacular pada desainnya

Tujuan Perancangan

Tujuan perancangan Labuhan Community Center di Medan Labuhan adalah sebagai berikut:

1. Merancang program ruang, menata fasilitas, dan organisasi ruang yang dapat mewadahi berbagai macam kegiatan masyarakat di Medan Labuhan.

2. Menciptakan pusat komunitas dengan pendekatan arsitektur neo-vernacular sebagai wujud representasi kearifan lokal kota Medan Labuhan dalam wujud arsitektur.

3. Menciptakan sebuah pusat komunitas yang mampu mewadahi interaksi sosial masyarakat Medan Labuhan.

(21)

Manfaat Penlitian Perancanagan

Penelitian perancangan ini penting dilakukan dengan tujuan menganalisis teori untuk menemukan penerapan tema dalam perancangan bangunan, untuk menginformasikan pemecahan permasalahan perancangan arsitektur, dan berkontribusi dalam mengembangkan pengetahuan mengenai perancangan community center yang sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia. Beberapa hal yang menunjukkan manfaat penelitian:

1. Untuk memahami berbagai masalah mengenai Perancangan Community Center Dengan Pendekatan Tema Arsitektur Neo-Vernacular.

2. Mendapatkan ilmu pengetahuan dan informasi baru mengenai Arsitektur Neo- Vernacular

3. Mencari solusi atas sebuah permasalahan tentang Arsitektur mengenai Arsitektur Neo- Vernacular.

Batasan Masalah Penelitian Perancangan Arsitektur

Batasan masalah dalam Perancangan Community Center di Medan Labuhan Dengan Pendekatan Arsitektur Neo-Vernaculer ini akan berfokus pada isu-isu sosial masyarakat setempat yang dapat menjadi acuan pembangunan community center dan dengan menggali informasi mengenai arsitektur neo-vernacular yang dalam perancangan ini berorientasi pada kebudayaan Melayu Deli.

Sistematika Perancangan

Penulisan penelitian dengan judul Perancangan Community Center di Medan Labuhan dengan Pendekatan Arsitektur Neo-Vernaculer terdiri dari 8 bab yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

BAB I merupakan pendahuluan yang berisi penjelasan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penelitian dan kerangka berpikir.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II menjelaskan dalam bentuk pencarian literatur yang terdiri dari sub bab terminology judul, tinjauan fungsi dan tinjauan tema.

BAB III METODOLOGI

(22)

BAB III menjelaskan tentang bagaimana penelitian dilakukan. Bab ini berisi Berisi tentang metodologi pemilihan lokasi, pendekatan penyelesaian masalah perancanga dan metode pengumpulan data.

BAB IV DESKRIPSI PROYEK

BAB IV terdiri dari deskripsi umum proyek dan deskripsi kawasan proyek. Berisi tentang judul proyek, luasan, batas kawasan, dan fungsi sekitar.

BAB V ANALISIS PERANCANGAN

BAB V merupakan analisis perancangan arsitektur dari berbagai aspek yang kemudian direspon. Berisi tentang analisis sistem kegiatan/program ruang, analisis perancangan ruang luar/tapak, analisis tata ruang dalam, analisis massa dan perwajahan, analisis sistem struktur, dan analisis sistem utilitas.

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB VI Berisi tentang konsep dasar, konsep sistem kegiatan/ program ruang, konsep perancangan ruang luar/ tapak, konsep tata ruang dalam, konsep massa dan perwajahan, konsep sistem struktur, dan konsep utilitas.

BAB VII PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VII berisi tentang kajian beserta hasil dari desain arsitektur terkait dengan penerapan perancangan berdasarkan teori, analisis data, serta konsep perancangan yang terdiri dari gambar-gambar hasil akhir perancangan yang meliputi site plan, ground plan, denah, tampak, potongan, maupun gambar lain yang turut memperjelas gambar hasil rancangan.

BAB VIII KESIMPULAN

BAB VIII Kesimpulan merupakan bagian akhir pada penelitian yang berisi kesimpulan dari hasil penelitian perancangan.

(23)

Universitas Sumatera Utara Kerangka Berfikir

Kerangka Berpikir penelitian perancangan arsitektur pada Gambar 1.1.

Latar belakang

x Meningkatny jumlah wisatawan asing bersama-sama dengan jumlah penduduk setiap tahunnya.

x Belum adanya suatu fasilitas umum yang berkaitan dengan aspek sosio-kultural yang dapat menampung aktivitas warga dalam aspek sosial, kultur-edukatif dan juga bahkan rekreatif.

Rumusan masalah

1. Bagaimana merancang program ruang, menata fasilitas, dan organisasi ruang yang dapat mewadahi berbagai macam kegiatan masyarakat di Medan Labuhan?

2. Bagaimana merancang sebuah Labuhan Community center yang mampu merepresentasikan arsitektur neo-vernacular pada desainnya

3.

Analisis perancangan x Analisa Tapak

x Analisis Aksesibilitas x Analisa Fungsi

x Analisa Aktivitas Ruang x Analisis Vegetasi x Analisis View

x Analisa Program Ruang x Analisa Struktur & Utilitas

Data

- Identifikasi penggunaan tanah di kawasan proyek dan sekitar

- Identifikasi fakta iklim

- Identifikasi sirkulasi dan aksesbilitas

- Identifikasi arsitektur di Kawasan proyek dan sekitar

- Identifikasi intensitas pembangunan

- Identifikasi tema yang ingin diterapkan pada bangunan

Konsep perancangan

x Konsep Massa Bangunan x Konsep Ruang Luar x Konsep Ruang Dalam x Konsep Struktur & utilitas

Metode -Observasi lapangan -Studi literatur kualitatif

Hasil Perancangan arsitektur x Perancangan Bentuk Massa x Perancangan Lansekap x Perancangan Sirkulasi x Perancangan Pencapaian x Perancangan Teknologi

Bangunan

x Perancangan Utilitas x Perancangan Denah x dll

Kesimpulan

Penelitian community center pada proyek TOD di Medan Labuhan ini menghasilkan Kawasan community center yang dapat memfasilitasi kegiatan masyarakat setempat terhadap ruang public yang semakin hari kian minim di daerah Medan Labuhan. Community center ini diperuntukkan bagi semua kalangan usia dengan menyediakan fasilitas penunjang bagi seluruh pengguna yang dizonafikasikan menurut fungsinya masing-masing. Tidak lupa, community center ini juga menerapkan konsep-konsep yang di ambil dari rumah adat melayu deli yang ditransformasi kedalam bentuk yanglebih modern untuk mencukupi kepuasan visual bagi para pengunjung dan dengan demikian perancangan ini juga mengingatkan kembali akan nilai-nilai budaya yang kian hari makin dilupakan oleh khalayak ramai.

Perancangan community center ini juga dimaksudkan sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan informasi baru bagi publik mengenai perancangan community center dan pendekatan arsitektur neo-vernacular yang dapat diterapkan untuk mengembangkan perancangan community center beragam fasilitas kedepannya.

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir

Landasan teori

x Hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan Community Center, diantaranya tapak, lokasi, organisasi ruang, sirkulasi, dan aksesibilitas (Henry Sanoff dan Evrim Mishchenko : The Architecture Handbook , 2015).

x Ciri-ciri Arsitektur Neo-Vernakular:

menggunakan atap bumbungan, Batu bata, Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional, , dan Warna-warna yang kuat dan kontras. (Charles Jencks: language of Post-Modern Architecture 1990)

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pemahaman tentang fungsi bangunan community center dalam arsitektur dapat dibangun berdasarkan referensi-referensi terkait. Sub bab berkenaan dengan tinjauan fungsi ini membahas mengenai terminologi judul, tinjauan fungasi, studi banding, penerapan teori Neo-vernacular yang diimplementasikan ke dalam bangunan. Dalam sub bab ini, Peneliti menjelaskan fungsi berdasarkan kegiatan yang tergolong pada jenis yang sama berdasarkan sifat atau pelaksanaannya. Peneliti menjelaskan fungsi sebagai kegunaan, serta cara untuk memenuhi keinginan yang timbul dari adanya kebutuhan-kebutuhan penghuni dan atau pengguna bangunan community center

Terminologi Judul

Judul dari Proyek Perancangan ini adalah Perancangan Community Center Di Medan Labuhan Dengan Pendekatan Arsitektur Neo-Vernaculer. Berikut merupakan pengertian terhadap judul perancangan yang ditinjau dari pengertian per kata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu :

1. Perancangan; proses, cara, perbuatan merancang.

2. Community; berasal dari bahasa Inggris yang artinya komunitas, kelompok organisme (orang dan sebagainya) yang hidup dan saling berinteraksi di dalam daerah tertentu;

masyarakat; paguyuban;

3. Center; berasal dari bahasa Inggris yang artinya pusat, tempat yang letaknya di bagian tengah; titik yang di tengah-tengah benar (dalam bulatan bola, lingkaran, dan sebagainya).

4. Medan Labuhan; nama tempat/lokasi.

5. Arsitektur Neo-Vernaculer; tema yang digunakan dalam perancangan.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa “Perancangan Community Center Di Medan Labuhan Dengan Pendekatan Arsitektur Neo-Vernaculer” adalah sebuah proses perencanaan tempat atau pusat kegiatan komunitas, masyarakat atau warga yang menampung aktivitas dalam aspek sosial, kultur-edukatif dan juga bahkan rekreatif yang berada di medan labuhan dengan menerapkan tema arsitektur neo-vernakular.

(25)

Tinjauan Fungsi

Defenisi Community Center

Pada dasarnya Community center adalah ungkapan yang diambil dari kata- kata dalam bahasa Inggris. Komunitas berasal dari bahasa Latin communitas yang berarti "kesamaan", kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti "sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak". Sedangkan dalam bahasa Indonesia Community Center dapat diartikan secara sederhana sebagai pusat kegiatan masyarakat. Namun untuk menambah pemahaman Community center dapat dipahami lebih mudah dari arti per kata yaitu Community dan Center. Community (masyarakat) merupakan bagian kelompok dari masyarakat (society) dalam lingkup yang lebih kecil, serta mereka lebih terkait oleh tempat (territorial) (Fairi,et al.1980;52n). Sedangkan kata center berasal dari bahasa Inggris yang artinya pusat (John M, Echols dan Hassan Shadilly, Kamus Inggris-Indonesia, 1996). Kata pusat dalam bahasa Indonesia mengandung pengertian, sesuatu yang menjadi pangkal atau yang menjadi pumpunan dari berbagai macam urusan, hal dan sebagainya. (Pusat Bahasa DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke IIII, 2001).

Klasifikasi Community Center

Menurut Crow dan Allan (Wenger, 2002: 4), Community center terbagi menjadi 3 komponen, yaitu

1. Berdasarkan lokasi tempat, dalam komponen ini sebuah komunitas dapat terbentuk karena adanya interaksi di antara beberapa orang kelompok yang tinggal di wilayah yang sama.

2. Berdasarkan minat, komunitas dapat terbentuk karena adanya interaksi antara orang- orang yang memiliki minat yang sama pada satu bidang tertentu, contohnya: komunitas musik, komunitas seni, komunitas pecinta alam dan sebagainya.

3. Berdasarkan Komuni, komunitas ini adalah komunitas yang terbentuk berdasarkan ide - ide tertentu yang menjadi landasan dari komunitas itu sendiri, contohnya: sebuah perguruan silat, sebuah partai politik dan yang lainnya.

Berdasarkan referensi tersebut, Peneliti berinterpretasi bahwa fungsi yang paling tepat untuk proyek bangunan community center ditinjau dari aspek lokasi tempat karena dalam kasus community center ini akan berfungsi sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat yang ditinjau oleh aktivitas yang ada di sekitar lokasi perancangan.

(26)

Jenis-jenis community center

Jenis-jenis community center dibedakan berdasarkan fungsinya, yaitu sebagai wadah kegiatan sosial, sebagai wadah kegiatan keagamaan, serta sebagai wadah kegiatan hiburan, edukasi, dan olahraga (A.Y. Hasyyati).

Berdasarkan teori A.Y. Hasyyati mengenai jenis Community Center diatas, Peneliti berinterpretasi bahwa jenis Community Center yang paling tepat untuk proyek ini adalah sebagai wadah kegiatas sosial, edukasi dan olahraga yang mengacu pada gabungan teori klasifikasi community center oleh Crow dan Allan.

Karakteristik Community Center

Community center memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim setempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah, detail, struktur dan ornamen).

2. Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi juga elemen non fisik yaitu budaya pola pikir, kepercayaan, tata letak yang mengacu pada makro kosmos dan lainnya menjadi konsep dan kriteria perancangan.

3. Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip bangunan vernacular melainkan karya baru (mengutamakan penampilan visualnya).

Kriteria community center

Menurut buku Community Art Centre handbook , Henry Sanoff dan Evrim Mishchenko (2015) dalam perencanaan merancang sebuah pusat komunitas diperlukan goals yang menjadi persyaratan dibangunnya pusat komunitas tersebut. Diantaranya:

1. Terdapat dasar yang kuat terhadap perencanaan

2. Mampu menjadi solusi serta dapat menjelaskan masalah yang ada 3. Adanya dukungan masyarakat dalam perencanaannya.

4. Terciptanya aktivitas positif

5. Mengarah kepada pemecahan masalah secara kreatif 6. Didasari pada potensi komunitas yang ada disekitar lokasi.

7. Dapat dievaluasi dan sadar akan perubahan.

8. Mampu mempromosikan pengembangan sumber daya manusianya.

(27)

9. Mampu mengidentifikasi kebutuhan dan nilai masyarakat minoritas.

10. Memiliki nilai pendidikan jangka pajang bagi peserta ataupun pengunjung.

11. Merupakan investasi yang baik Universitas Sumatera Utara 12 12. Partisipatif, di mana masyarakat adalah pemimpin

Selain menentukan beberapa tujuan dalam hal merancang pusat komunitas adapun menurut buku The Architecture Handbook , Henry Sanoff dan Evrim Mishchenko (2015) terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan Community Center, diantaranya tapak, lokasi, organisasi ruang, sirkulasi, dan aksesibilitas.

Community Center di Medan Labuhan

Community Center di Medan Labuhan ini merupakan tempat atau pusat kegiatan komunitas, masyarakat atau warga yang menampung aktivitas dalam aspek sosial, olahraga, kultur-edukatif dan juga bahkan sarana rekreatif yang berlokasi di Medan Labuhan, Sumatera Utara.

Fasilitas- fasilitas Labuhan Community Center

Fasilitas- fasilitas pada Labuhan Community Center ini merupakan fasilitas yang didisain berdasarkan kebutuhan masyarakat khusus nya Medan Labuhan di mana fasilitas tersebut mampu menjadi kebutuhan masyarakat dalam hal rekreasi, sosial, olahraga, dan Pendidikan.

Informasi kebutuhan akan fasilitas tersebut diperoleh berdasarkan hasil survey langsung ke lapangan. Fasilitas- fasilitas tersebut diantaranya : lapangan olahraga, dan Gedung Serba guna. Selain fasilitas utama tersebut, juga terdapat fasilitas tambahan berupa foodcourt, pendopo, sebagai daya tarik pengunjung untuk sekedar datang ke Labuhan Community center.

a. Lapangan Olahraga

Olahraga berasal dari dua kata yaitu olah dan raga. Olah berarti mengolah, mengerjakan, mengusahakan sesuatu supaya menjadi lain atau lebih sempurna, dan raga yang berarti badan atau tubuh. Olahraga merupakan bentuk kegiatan jasmani yang terdapat dalam permainan dalam rangka memperoleh rekreasi, kemenangan, dan prestasi yang tinggi.

Tujuan olahraga menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1984/1985:47) adalah:

a. Untuk mencari kesenangan (rekreasi)

(28)

b. Untuk mengisi waktu luang c. Untuk kesehatan tubuh d. Untuk physical fitness

e. Untuk penyembuhan/pengobatan f. Untuk pembentukan tubuh/sikap g. Untuk mencapai prestasi

h. Untuk prestise

i. Untuk mencari nafkah

j. Untuk mencapai tujuan pendidikan.

Olahraga berdasarkan tempat pelaksanaannya dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu:

a. Olahraga indoor Olahraga indoor adalah olahraga yang dilakukan di dalam ruangan.

Contoh :

Bola voli, bola basket, bulutangkis, tenis meja, senam, tinju, futsal, pencak silat, karate, taekwondo, dll.

b. Olahraga outdoor Olahraga outdoor adalah olahraga yang dilakukan di luar ruangan.

Contoh :

Atletik, sepak bola, voli pantai, dll.

Persyaratan lantai pada lapangan olahraga di Indonesia sudah dibakukan ke dalam Standar Nasional Indonesia yang memiliki ketentuan sebagai berikut:

a. Lantai harus stabil, kuat dan kaku, serta tidak mengalami perubahan bentuk atau lendut, selama dipakai.

b. Lantai harus mampu menerima beban kejut dan beban gravitasi minimal 400 kg/m2.

c. Permukaan lantai harus terbuat dari bahan yang bersifat elastis.

d. Permukaan lantai harus rata tanpa ada celah sambungan.

e. Permukaan lantai harus tidak licin.

f. Permukaan lantai harus tidak mudah aus.

g. Permukaan lantai harus dapat memberikan pantulan bola yang merata.

b. Gedung Serbaguna

Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia "Gedung” memiliki arti rumah Tembok (terutama yang besar-besar ); Bangunan (nunah) untuk kantor, rapatltempat pertunjukan.

Sedangkan pengertian dari “Serbaguna" adalah dapat digunakan untuk segala hal atau untuk berbagai maksud tertentu. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan arti dari

(29)

"Gedung Serbaguna" adalah Suatu bangunan dengan struktur yang relatif besar yang dapat dipergunakan sebagai wadah kegiatan yang majemuk (lebih dari satu kegiatan).

Adapun karakteristik dari bangunan serbaguna adalah sebagai berikut : a. terdiri dari tiga atau lebih, aktifitas-aktifitas yang saling menunjang.

b. komponen-komponen yang saling terintegrasi dengan baik, termasuk penggunaan pedestrian.

c. perkembangan yang saling melengkapi karena terdiri dari para pelaku aktifitas yang berbeda (terhadap pasar).

d. mempunyai orientasi yang kuat ke dalam tapak.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam suatu perancangan bangunan serbaguna : a. membentuk urban space yang baik.

b. berhubungan dan membuat urban activity.

c. menjadi suatu mata rantai dalam urban space.

d. Beragam fungsi harus berhubungan dengan baik.

e. pemakaian segi teknologi yang maksimum.

Studi banding

Studi Banding Tema Sejenis 1. Philippine Pavilion of Progress

Bangunan Philippine Pavilion mencoba memperlihatkan kebudayaan philippina dalam bentuk arsitektur neo- vernacular . Di mana representasi adat Filipina di kombinasikan dengan disain yang modern. Yang bertemakan “progress menuju harmonisasi keanekaragaman budaya”, eksebisi ini memperliatkan Filipina dalam konteks masyarakat dan aspirasi, aktivitas, dan pencapaian mereka.

Gambar 2.1 Perspektif Philippine Pavilion

(Sumber : www.designkultur.wordpress.com)

(30)

Terlihat atap yang dramatis yang mendulang dari dasar hingga ke langit yang dimaknai sebagai hakikat Filipina melihat ke masa depan. Pesan arsitekturalnya adalah, walaupun Filipina adalah negara muda tapi punya tekad untuk berkembang kearah masa depan yang lebih maju. Sisi vernacular dapat terlihat dari penggunaan kayu keras khas Filippina dan permainan bentuk masa yang merepresentasikan rumah adat Filipina.

Gambar 2.2 Iterior Philippine Pavilion of Progress

kain tenun dari Visayas, yang disebut hablon, juga menghiasi dinding interior pada bangunan, tekstil hablon juga menampilkan pola yang sangat abstrak (gambar 2.3). Nuansa interior dimaksudkan untuk menjadi lebih dramatis, dicapai melalui sentuhan akhir yang tinggi dari kayu narra yang sangat halus, selah diantara atap yang tembus cahaya, dan kaca yang berkilau.

Gambar 2.3 Potongan Philippine Pavilion Of Progress

(31)

Dengan kombinasi warna, struktur kayu dan baja yang keras (gambar 2.4). Kombinasi tersebut menghasilkan suatu bentuk yang modern tetapi juga dibalut dengan unsur kebudayaan filipina yang pekat membuat konsep Neo-vernacular sangat terlihat pada setiap detail desain bangunannya.

2. Centre Cultural Jean

Bangunan ini berada di ibukota kepulauan pasifik, kaledonia baru. Mungkin terdengar sebagai daerah yang asing bagi sebagian orang, namun kota ini menjadi semakin terkenal sejak dibangunnya Center Cultural Jean yaitu tahun 1998 dengan arsitek Renzo Piano yang berupa pusat budaya Tjibaou, membuat transformasi ekonomi yang ada di ibu kota semakin berkembang. Di mana banyak wisatawan yang tertarik dengan bangunan unik yang berfungsi sebagai pusat kebudayaan ini dan mengunjunginya. Sejak saat itu, New Caledonia mendapatkan perhatian dari dunia arsitektur.

Gambar 2.4 Centre Culturel Jean

(Sumber: www.archdaily.com )

Bentuk bangunan mengambil bentuk vernacular bangunan adat suku kanak dan elemen- elemennya. Kemudian di kombinasikan dengan disain modern dan material- material moderen masa kini. Bangunan ini dirancang untuk menghidupkan kembali budaya suku Kanak yang merupakan suku asli dari daerah tersebut. Sehingga dari bangunan inilah cara arsitek dan penduduk kota melestarikankebudayaan asli kota mereka.

(32)

Gambar 2.5 Struktur Centre Culturel Jean

Desain dari bangunan centre culturel jean berorientasi dengan keadaan eksisting site yang rimbun akan pepohonan. Pada struktur bangunan (gambar 2.6) digunakan bahan lokal yang didesain dengan bentuk yang lebih modern. Penghawaan alami juga di terapkan pada bangunan ini dengan penggunaan ventilasi alami yang dicapai dengan orientasi bangunan ke arah angin pusat yang berlaku dan penggunaan kisi-kisi dalam isolasi secondary skin bangunannya yang di desain dengan bentuk yang baik. Secondary skin yang di desain vertikal menggunakan material struktur yang ringan, yaitu kayu iroko yang dilaminasi dan dipadukan dengan baja tahan karat. Ruang pamer, yang tertinggi setinggi lebih dari 200 meter, ditambah dengan taman eksterior memamerkan tanaman asli dan amfiteater cekung untuk pertemuan komunal, diposisikan menyamping di sepanjang gang tertutup di sisi bawah yang dialiri oleh angin, yang melambangkan dengan kosmologi Kanak dan mitologi penciptaan, menurut suku kanak. Tata letak dengan jalur berliku menuju pintu masuk mencerminkan tradisi vernakular lokal dan lansekap pendekatan agar tidak langsung ke tempat tinggal.

3. Mesjid Raya Sumatera Barat

Masjid Raya Sumatera Barat merupakan masjid terbesar di Sumatera Barat, oleh arsitek Rizal Muslimin dengan luas Area site 40.343 m2 dan luas bangunan 4.430 m2. Arsitektur masjid ini mengikuti tipologi arsitektur Minangkabau dengan ciri bangunan berbentuk

(33)

lonjong, dan bentuk atap Masjid Raya ini mengadaptasi dari bentuk atap bergonjong pada rumah adat Minangkabau, yaitu rumah Gadang. (Gambar 2.6).

Gambar 2.6 Masjid Raya Sumatera Barat

(Sumber : https://www.google.com)

Berbeda dari kebanyakan masjid lainnya, masjid ini memiliki bentuk yang unik yaitu dengan menggabungkan unsur-unsur dari rumah gadang dan unsur modern yang mencirikan arsitektur neo-vernacular, bentuk yang unik ini menimbulkan persepsi yang bermacam- macam dari masyarakatnya sendiri, baik positif maupun negatif. Konsep yang diangkat pada keseluruhan bangunan adalah “Musyawarah dan Mufakat” yang dikenal sebagai filosofi masyarakat Minang Kabau dalam mengambil keputusan.

Gambar 2.7 Ukiran Motif Khas Sumatera Barat

(Sumber : https://www.google.com)

Pada bagian fasad eksterior masjid terdapat ukiran-ukiran Nama-Nama Allah SWT dan juga ukiran Nabi Muhammad Saw yang mengadopsi pola songket khas Minangkabau

(34)

(Gambar 2.7). Corak songket yang terbuat dari baja tersebut mengambil dari seluruh corak songket asli Sumatera Barat atau lebih tepatnya warisan budaya Minangkabau. Motif songket tersebut kemudian diterapkan pada dinding dengan ornamentasi kaligrafi yang melapisi seluruh dinding dari fasad masjid. Pintu masuk bermaterial kayu dan dinding masjid dibatasi oleh dinding berbentuk bilah-bilah yang tembus cahaya dan udara danterhubung dengan teras di sekelilingnya. Masjid Raya Sumatera Barat menggunakan material marmer, alumunium, garnit. Atap terbuatdari material pipa Baja. Dan liwan dalam masjidmenggunakan material beton dan keramik.

Gambar 2.8 Masterplan Masjid Raya Sumatera Barat

(Sumber : https://www.goasianews.com)

Kontruksi masjid raya Sumatera Barat ini terdiri dari tiga lantai, lantai pertama masjid digunakan sebagai tempat wudhu dan tempat tambahan jika pada lantai utama (lantai dua) para jemaah sudah tidak bisa dimuat. Lantai kedua adalah ruang utama dalam masjid yang digunakan sebagai tempat utama shalat berjama’ah. Sedangkan lantai ketiga juga bisa difungsikan sebagai tempat alternatif untuk para jemaah shalat, ataupun bisa digunakan sebagai tempat istirahat jika pengunjung sepi. Bangunan utama masjid memiliki daya tampung sebesar 20.000 jemaah. Lantai dasar masjid dapat menampung 15.000 jemaah, sedangkan lantai kedua dan ketiganya sekitar 5.000 jamaah. Tak hanya itu saja, masjid ini memang dirancang khusus oleh Rizal Muslimin sebagai masjid yang tahan gempa bumi hingga 10 SR. Jadi selain sebagai tempat ibadah, masjid ini juga bisa digunakan untuk shelter atau lokasi evakuasi bila sewaktu-waktu terjadi bencana gempa atau tsunami.

(35)

Gambar 2.9 Interior Masjid

(Sumber : https://www.google.com)

Pada bagian interior masjid (gambar 2.9) , bagian mihrabnya dibuat menyerupai bentuk batu Hajar Aswad dengan atapnya yang dihiasi dengan ukiran Asma’ul Husna berwarna keemasan di sebuah latar belakang berwarna putih. Sementara itu karpet permadaninya yang berwarna merah yang digunakan untuk sajadah ini merupakan hadiah dari pemerintah Turki.

Studi Banding Proyek Sejenis 1. Pani Community Center

Bangunan ini berfungsi sebagai sebuah pusat komunitas untuk orang- orang yang berasal dari daerah sekitar yang berusia balita hingga orang tua. Bagunan ini juga berfokus pada tujuannya yaitu sebagai sebuah sarana pendidikan bagi masyarakat di Bajar Rajarhat utara, Bangladesh. Dibangun oleh arsitek Scilder Scholte, Pani Community Center ini memiliki luas lahan sebesar 910,0 kaki dan dibangun tahun 2014.

Terlihat eksterior dari Pani Community Center (Gambar 2.10), yang menggunakan material lokal yang ramah lingkungan. Material berupa bambu, batu bata buatan tangan, kayu mangga, baja, mortar lokal, panel bergelombang hasil daur ulang, serta baja dan beton sbagai struktur penguat menjadi material yang di gunakan untuk bangunan ini. Di mana di Bangladesh sendiri, hampir semua bangunan di bangun menggunakan bata lokal dengan panel daur ulang.

(36)

Gambar 2.10 Eksterior Pani Community Center

(sumber: https://www.archdaily.com/)

Fasilitas yang tersedia di pusat komunitas ini antara lain sebuah ruang kelas yang digunakan sebagai area belajar (Gambar2.11), sebuah ruang serba guna (workspace) (Gambar 2.11) yang dapat di gunakan masyarakat sebagai area untuk musyawarah maupun kegiatan berkumpul lainnya seperti pesta maupun jamuan makan, halaman sebagai area hijau untuk masyarakat menanam berbagai macam tanaman serta area bermain juga bagi anak- anak, toko sebagai tempat berjualan bagi masyarakat guna mendukung prekonomian masyarakat sekitar, tempat penyimpanan barang (storage), wc kecil (lavatory) yang terdapat di setiap ruang kelas, jembatan kecil sebagai area penghubung tiap kelas, ruang workshop, serta sebuah plaza sebagai area berkumpul yang di jelaskan pada denah Pani Community Center ( Gambar 2.11) dan (Gambar 2.12).

Gambar 2.11 Denah Lantai 1 Ground Floor

(37)

(sumber: https://www.archdaily.com/)

Gambar 2.12 Denah Lantai 2

(sumber: https://www.archdaily.com/)

Konsep bangunan ini berlatar belakang dari arsitektur setempat yang ramah lingkungan. Di mana arsitek berfokus kepada ideologi masyarakat sekitar serta pengetahuan- pengetahuan arsitek berdasarkan pengalamannya berada di Bangladesh sebelum menciptakan Pani Community Center.

Gambar 2.13 Ruang kelas (kiri), Workshop (kanan)

(sumber: https://www.archdaily.com/)

2. West Vancouver Community Center

Tujuan didisainnya pusat komunitas ini adalah mengakomodasi sertamewadahi segala aktivitas yang ada di sekitar lokasi, serta menciptakan sebuah fasilitas publik yang berbeda dari bangunan lainnya yang mendukung kebutuhan masyarakat kota. Pusat komunitas ini

Upper Floor

(38)

juga bertujuan sebagai area rekreasi, sosial, kesehatan untuk masyarakat kota. Didisain oleh arsitek HCMA, pusat komunitas ini berlokasi di 2121 Marine Dr.West Van Couver dengan luas lahan 8000 m2 dan dibangun 2009.

Gambar 2.14 Pusat komunitas West Vancouver

(Sumber : https://www.archdaily.com/)

Proyek ini juga menunjukkan peran center di dalam sebuah struktur sosial yang jelas di West Vancouver. Bangunan ini juga merefleksikan simbolis dari budaya sekitar di mana tradisi yang kuat dalam bersosialisasi maupun beraktifitas mampu menciptakan kesehatan fisik.

Konsep disain pada bangunannya sangat transparan. Arsitek HCMA menggunakan material kaca pada facade nya di mana cahaya yang masuk dari luar ke dalam cukup maksimal begitupun sebaliknya. Sehingga pada malam hari cahaya dari dalam bangunan mampu menerangi hingga ke landscape bangunan dan setiap kegiatan tetap terlihat keluar bangunan (Gambar 2.14) di mana hal tersebut dimaksudkan untuk menciptakan keterhubungan antara landscape dengan bangunannya.

Gambar 2.15 Penerapan Konsep desain transparan dengan kaca (Sumber : https://www.archdaily.com/).

(39)

Fasilitas yang disediakan pada pusat komunitas ini antara lain fasilitas bermain seperti playground, atrium, ruang kebugaran, Puskesmas kesehatan fisik maupun visual, playground, plaza, shoufenir shop, lobi, dan fasilitas outdoor lainnya (Gambar 2.15).

Gambar 2.16 Ruang Olahraga (kiri), Area Lobi (kanan)

(Sumber : https://www.archdaily.com/)

Bangunan ini sudah menjadi sebuah jantung kota. Di mana dari bangunn ini tercermin sebuah pergerakan modern suatu kota namun tetap lekat dengan tradisi yang berlangsung dari aktivitas masyarakatnya. Sehingga mampu menciptakan masyarakat yang sehat sesuai dengan tujuan di bangunnya bangunan tersebut.

Penerapan Arsitektur Neo-Vernacular dalam Perancangan Community Center di Medan Labuhan

1. Arsitektur Neo-Vernacular

Kata NEO atau NEW berarti baru atau hal yang baru, sedangkan kata vernacular berasal dari kata vernaculus (bahasa latin) yang berarti asli. Maka arsitektur vernakular dapat diartikan sebagai arsitektur asli yang dibangun oleh masyarakat setempat.

Arsitektur Neo Vernakular adalah salah satu paham atau aliran yang berkembang pada era Post Modern yaitu aliran arsitektur yang muncul pada pertengahan tahun 1960-an, Post Modern lahir disebabkan pada era modern timbul protes dari para arsitek terhadap pola- pola yang berkesan monoton (bangunan berbentuk kotak-kotak).

Menurut Charles Jencks dalam bukunya “language of Post-Modern Architecture (1990)” maka dapat dipaparkan ciri-ciri Arsitektur Neo-Vernakular sebagai berikut.

a. Selalu menggunakan atap bumbungan. Atap bumbungan menutupi tingkat bagian tembok sampai hampir ke tanah sehingga lebih banyak atap yang diibaratkan sebagai elemen pelidung dan penyambut dari pada tembok yang digambarkan sebagai elemen pertahanan yang menyimbolkan permusuhan (Gambar 2.17).

(40)

Gambar 2.17 Atap Bubungan Pada Rumah adat

b. Batu bata (dalam hal ini merupakan elemen konstruksi lokal). Bangunan didominasi penggunaan batu bata abad 19 gaya Victorian yang merupakan budaya dari arsitektur barat (Gambar 2.18).

Gambar 2.18 Material Batu Bata pada Dinding Arsitektur Neo-Vernacular

c. Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang ramah lingkungan dengan proporsi yang lebih vertikal.

d. Kesatuan antara interior yang terbuka melalui elemen yang modern dengan ruang terbuka di luar bangunan.

e. Warna-warna yang kuat dan kontras.

Latar belakang penerapan tema arsitektur neo vernakular pada community center karena berkeinginan melestarikan unsur-unsur atau ciri arsitektur lokal dengan mengikuti perkembangan zaman yang semakin berkembang.

Tabel 2.1 Tabel Perbandingan perbedaan Tradisional, Vernacular , dan Neo-vernacular

Perbandingan Tradisional Vernacular Neo-vernacular

Ideologi

Terbentuk oleh tradisi yang diwariskan secara turun temurun, berdasarkan kultur dan kondisi lokal.

Terbentuk oleh tradisi turun temurun, tetapi terdapat pengaruh dari luar. Baik fisik maupun non fisik bentuk arsitektur tradisional.

Penerapan elemen arsitektur yang sudah ada ,dan kemudian sedikit atau banyaknya mengalami pembaharuan menuju suatu karya yang modern.

(41)

Prinsip

Tertutup dari perubahan zaman, terpaut pada satu kultur dan mempunyai

norma- norma

keagamaan yang kental.

Berkembang setiap waktu untuk merefleksikan lingkungan budaya dan sejarah dari daerah di mana arsitektur tersebut berada,transformasi dari situasi kultur Homogeny ke situasi yang lebih heterogeny.

Arsitektur yang bertujuan melestarikan unsur- unsur local yang telah terbentuk secara empiris oleh tradisi dan pengembangannya menjadi suatu Langgam yang modern kelanjutan dari Vernacular

Ide Desain

Lebih\mementingkan fasade atau bentuk ornament sebagai suatu keharusan.

Ornamen sebagai pelengkap, tidak meninggalkan nilai- nilai setempat tetapi dapat melayani aktivitas masyarakat di dalam bangunan.

Bentuk Disain lebih modern.

Dari table 2.1 dapat disimpulkan bahwa yang menjadi faktor pembanding antara Arsitektur tradisional, vernacular dan neo-vernacular terletak pada ideologi, prinsip dan ide desainnya yang dimana arsitektur tradisional cenderung terbentuk oleh tradisi yang diwariskan secara turun temurun, berdasarkan kultur dan kondisi lokal dari sisi ideologinya. Tertutup dari perubahan zaman, terpaut pada satu kultur dan mempunyai norma- norma keagamaan yang kental dari sisi prinsipnya. Dan Lebih\mementingkan fasade atau bentuk ornament sebagai suatu keharusan dari segi ide desainnya. Untuk arsitektur vernacular ideologinya Terbentuk oleh tradisi turun temurun, tetapi terdapat pengaruh dari luar. Baik fisik maupun non fisik bentuk arsitektur tradisional. Dengan prinsip Berkembang setiap waktu untuk merefleksikan lingkungan budaya dan sejarah dari daerah di mana arsitektur tersebut berada,transformasi dari situasi kultur Homogeny ke situasi yang lebih heterogeny. Dan ide desainnya lebih mengutamakan Ornamen sebagai pelengkap, tidak meninggalkan nilai- nilai setempat tetapi dapat melayani aktivitas masyarakat di dalam bangunan. Sedangkan arsitektur neo- vernacular akan mengangkat ideologi Penerapan elemen arsitektur yang sudah ada ,dan kemudian sedikit atau banyaknya mengalami pembaharuan menuju suatu karya yang modern. Dengan prinsip Arsitektur yang bertujuan melestarikan unsur- unsur local yang telah terbentuk secara empiris oleh tradisi dan pengembangannya menjadi suatu Langgam yang modern kelanjutan dari Vernacular. Dan ide desainnya merupakan pengembangan dari arsitektur tradisional dan vernacular yang di desain lebih modern mengikuti perkembangan zaman yang sedang berlaku.

(42)

2. Arsitektur Melayu

Menurut data statistik kependudukan kota medan tahun 2001 tentang jumlah etnis di lokasi perancangan pada kecamatan pekan labuhan bahwa Etnis Melayu merupakan etnis minoritas pada lokasi perancangan hanya 40 % dan lainnya pendatang. Oleh Karena itu, penerapan arsitektur Melayu pada Labuhan Community Center merupakan hal yang tepat dalam upaya memperkenalkan kebudayaan asli kota Medan yang diterapkan dalam sebuah desain fasilitas umum pemerintah.

Sebelum menerapkan sebuah karya arsitektur ke dalam sebuah langgam neo- vernacular , terlebih dahulu sang arsitek atau pun calon arsitek harus paham benar akan pentingnya menelaah lebih dalam apa itu arsitektur Melayu, seperti apa bentuk arsitektur melayu, elemen-elemen apa saja yang ada pada arsitektur melayu, serta penggunaan warna atau ornament apa saja yang muncul pada sebuah arsitektur tradisional Melayu.

Pengertian Arsitektur Melayu

Menurut Hans- Dieter ever dalam bukunya Sosiologi Perkotaan (1979) Masyarakat Melayu merupakan masyarakat yang multirasial sehingga masyarakat Melayu terkonsentrasi di daerah-daerah pedalaman yang menunjukan ciri “desa”. Dan ketika memasuki desa Melayu atau biasa disebut kampung Melayu kita dihadapkan pada masalah orientasi. Di mana biasanya tidak ada plaza atau lapangan utama, dan tidak ada jalan utama. Rumah- rumah orang Melayu dibangun dengan pola yang jelas di mana ada beranda (serambi), ruang utama (ibu rumah), ada kamar tidur dapat disekat, serta sebuah dapur yang selalu terletak di belakang. Menurut Wahid dan Alamsyah (2013) arsitektur Melayu merupakan bangunan yang dirancang berbentuk rumah tempat kediaman atau rumah tinggal. Rumah merupakan hasil cara hidup masyarakat Melayu yang berpegang pada nilai keluarga, adat, agama dan masyarakat banyak. Umri (2010) mengatakan bahwa dalam mendirikan rumah masyarakat Melayu juga mempunyai kaidah-kaidah yang berlandaskan pada adat, iklim dan syariat islam sehingga segalanya harus diperhatikan, misalnya dalam segi religious, kesehatan, rezeki, dan lain- lain. Pengaruh iklim dimanifestasikan dalam bentuk rumah berkolong/panggung dan bertiang tinggi dengan banyak jendela yang ukurannya hampir sama tinggi dengan pintu, banyaknya jendela dan lubang angin tujuannya untuk memberi udara dan cahaya yang cukup bagi penghuninya. Hal itu juga di ungkapkan oleh Amanati (2010), semua bangunan Melayu selalu memiliki tiang panggung, memiliki atap miring yang lebar atapnya selalu lebih besar dari luas bangunan sehingga interior menjadi lebih teduh dan nyaman, memiliki beranda atau teras, dan bukaan besar di hampir seluruh dinding.

(43)

a. Sejarah Kebudayaan Melayu di Kota Medan

Jhon Anderson seorang kebangsaan Inggris melakukan kunjungan ke Kampung Medan tahun 1823 dan mencatat dalam bukunya Mission to the East Coast of Sumatera (terbitan Edinburg 1826) Sebelum dikenal seperti saat ini dengan sebutan Sumatera Utara, pada awalnya daerah tersebut lebih dikenal dengan sebutan Sumatera Timur. Sumatera Timur memang nama daerah yang terdengar asing di telinga masyarakat

Indonesia baik di pulau Sumatera maupun di luar pulau Sumatera, terutama bagi para generasi baru. Di masa jayanya dulu, daerah ini (Sumatera Timur) adalah salah satu daerah yang menegaskan betapa kayanya Bumi Nusantara. Daerah yang sangat maju dan ramai aktivitas perdagangannya, kaya akan sumber daya alam, tak heran Sumatera Timur juga disebut sebagai Bumi Bertuah. Disini pula, lahir para pujangga-pujangga Melayu yang mumpuni, para ulama terkenal, raja-raja bijaksana, dan para patriot dan negarawan yang turut serta dalam menopang, mendukung, dan mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sumatera Timur, sebuah daerah yang dihuni oleh mayoritas Suku Melayu, berdampingan dengan serumpun lainnya seperti Minangkabau, Aceh, Batak Simalungun, Karo, Mandailing, dan pendatang dari berbagai bangsa seperti Tionghoa, Arab, Tamil dan lainnya. Awalnya daerah ini merupakan wilayah "jajahan" dari Kesultanan Aceh dan Kesultanan Siak. Wilayah ini terdiri dari beberapa monarki Melayu, yaitu Kesultanan Langkat, Kesultanan Deli, Kesultanan Serdang, dan Kesultanan Asahan. ada abad ke 18, wilayah ini merdeka dari Aceh maupun Siak, dan para penguasa monarki-monarki tersebut berhak menyandang gelar "Sultan".

Pada abad ke 19, wilayah ini akhirnya ditaklukkan oleh penjajah Belanda, dan pada 1 Maret 1887, wilayah Sumatera Timur resmi menjadi wilayah administrasi Hindia Belanda sebagai sebuah karesidenan yang dipimpin oleh seorang residen yang berkedudukan di Medan.

Dalam pengertian luas, kawasan Sumatera Timur sebenarnya juga mencakup wilayah-wilayah yang dihuni Suku Melayu di pantai timur Pulau Sumatera dalam hal ini Kerajaan Tamiang, Kesultanan Siak, Kerajaan Pelalawan, Kerajaan Indragiri, dan Kesultanan Riau Lingga. Kemakmuran wilayah ini secara luar biasa terjadi setelah berkembangnya perkebunan tembakau dan penemuan sejumlah ladang minyak. Pada abad ke 18-19, Langkat, Deli, dan Siak, adalah salah satu wilayah terkaya di Hindia Belanda.

(44)

Istana-istana dengan megah dibangun, begitu pula pusat bisnis, masjid-masjid, sekolah, pelabuhan, dan rumah sakit. Perdagangan Kesultanan Serdang dengan Pulau Penang juga sangat ramai. Johan Anderson, seorang utusan dari Inggris ketika mengunjungi Serdang pada tahun 1823, melaporkan bahwa Sultan Thaf Sinar Basyar Syah (1822-1851) memerintah dengan lemah lembut dan bijaksana, bahkan Baginda memiliki sebuah kapal dagang sendiri.

Baginda juga sangat terbuka terhadap orang-orang Batak dari pedalaman yang berdagang di Serdang.

b. Bentuk Arsitektur Melayu

Menurut Umri (2010) mengatakan bahwa bentuk arsitektur Melayu adalah rumah yang memakai kolong. Rumah seperti ini menurut Umri (2010) rumah panggung.

Pembangunan model rumah seperti ini , dapatlah dipahami bahwa rumah suku Melayu biasanya terletak di tepi pantai yang tidak jauh dari laut. Menurut Umri (2010) mengatakan bahwa rumah Melayu pada umumnya mempunyai bentuk yang sama. Seandainya ada perbedaan, hanyalah dalam hal besar kecilnya rumah tersebut, sesuai dengan kedudukan dan martabat si empunya. Umri (2010) menambahkan bahwa fungsi dari kolong rumah tersebut yang pertama adalah penyelamat dari air pasang dan bahaya banjir. Di samping itu sebagai pengaman dari ancaman binatang buas, sebagai tempat penyimpanan perkakas-perkakas untuk bekerja. Menurut Wahid dan Alamsyah (2013) rumah tinggal Melayu biasanya terdiri dari tiga bagian yaitu lantai, dinding, dan atap.

c. Elemen Arsitektur Melayu

x Pintu, adalah salah satu elemen yang sangat penting dalam suatu rumah tinggal ataupun bangunan. Pintu dalam rumah Melayu sangatlah penting peletakannya dan biasanya mempunyai ornamen–ornamen yang memiliki arti. Menurut Wahid dan Alamsyah (2013) pintu rumah Melayu biasanya terletak didepan rumah dan arahnya menyerong karena letak seperti itu dinyakini lebih sopan. Pintu rumah Melayu dihadapkan ke arah matahari terbit dan matahari terbenam. Posisi ini dipercaya guna memohon rezeki dari Allah SWT.

x Jendela, Menurut Wahid dan Alamsyah (2013) jendela dalam asli kata Melayu disebut sebagai tingkap atau kauri. Jendela pada bangunan Melayu biasanya memanjang ke atas dan berukuran sama tinggi dari pintu. Jendela dalam arsitektur Melayu sangat penting dan memiliki ukiran-ukiran. biasanya ukiran-ukiran dalam jendela Melayu bermotif sinar matahari dan tumbuhan. Hal ini dijelaskan oleh

(45)

Julaihi Wahid dan Bhakti Alamsyah mengatakan jendela dibuat angin-angin dari papan yang diukir dengan motif sinar matahari atau tumbuhan bunga dan daun.

x Dinding, dalam suatu bangunan adalah sebuah pemisah antara ruang satu dengan ruang yang lain dan dinding juga berfungsi sebagai stuktur pemikul beban yang diteruskan dari atap bangunan. Dinding dalam arsitektur Melayu biasanya terbuat dari kayu. Menurut Wahid dan Alamsyah (2013) dinding pada rumah Melayu bukan hanya sebagai unsur struktur bangunan saja namun juga mengedepankan fungsi pelindung dan simbolik.

x Lantai, Menurut Wahid dan Alamsyah (2013) lantai rumah Melayu asli mempunyai paras yang bertingkat-tingkat yang menunjukkan keutamaan fungsi kegunaan ruang. Tingkat paling tinggi adalah rumah induk.

x Atap, adalah penutup bangunan yang fungsi utamanya melindungi bagian dalam bangunan dari panas sinar matahari maupun air hujan. Menurut Aziz (2009) atap adalah penutup bagian atas dari bangunan, termasuk rangka yang mendukungnya.

Menurut Umri (2010) Dahulu atap Melayu bahan utamanya adalah daun rumbia, yang dianyam dan kebanyakan mempunyai dalam arsitektur Melayu sangat penting dan memiliki ukiran-ukiran. biasanya ukiran-ukiran dalam jendela Melayu bermotif sinar matahari dan tumbuhan. Hal ini dijelaskan oleh Julaihi Wahid dan Bhakti Alamsyah mengatakan jendela dibuat angin-angin dari papan yang diukir dengan motif sinar matahari atau tumbuhan bunga dan daun.

d. Penggunaan Warna Pada Arsitektur Melayu

Menurut Mahyudin Al Mudra (2004) penggunaan warna dalam Arsitektur Melayu menggunakan 4 warna yaitu kuning, hijau, putih, dan coklat.

x Kuning, dalam keyakinan masyarakat Melayu adalah melambangkan kemegahan dan kesuburan serta kemakmuran dalam suatu kehidupan.Warna kuning sering digunakan pada bangunan- bangunan Melayu seperti Istana, Masjid, dan juga rumah penduduk.

x Hijau, Pada umumnya warna hijau identik dengan agama islam. Sehingga warna ini banyak digunakan oleh masyarakat Melayu pada bangunan Masjid contohnya bisa dilihat dari Masjid Al Osmani di Belawan.

x Putih, dalam karakteristik melayu menurut Amini Padilla (2015) melambangkan kesucian, dan dalam menjalankan suatu tugas sangat dibutuhkan kejujuran agar terhindar dari kekerasan Coklat

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diperoleh merupakan desain dari sebuah fasilitas wisata edukasi kerajinan keramik berupa Malang Ceramic Craft Center dengan menggunakan Arsitektur Regionalisme

ASEAN Youth C merupakan sebuah tempat/wada pemuda ASEAN khususnya Pekanbaru pada umumn menyalurkan bakat, serta m berbagai kegiatan demi kemaj , yang menggunakan konsep

Perancangan Pusat Pendidikan Multimedia di Malang dengan pendekatan Smart Building Ziyaany Naavilah 14660094 Pada ruang area berkumpul didepan kelas menggunakan perabot berupa

Soemardja dilengkapi dengan fasilitas pencahayaan dan panel yang dapat dilepas. Ruang pameran pada Galeri Soemardja ini memiliki ukuran tinggi 4m di satu sisi. dan 2,4m di sisi yang

Perancangan sentral industri kreativ kulit memberikan fasilitas dan sarana edukasi dan rekreativ yang menjadi ruang penyamakan kulit, pusat produksi 1 untuk mengelola kulit

Yogyakarta serta kekurangan yang ada, maka muncul suatu ide gagasan untuk menciptakan sebuah fasilitas berupa Galeri Seni Rupa yang rekreatif dan edukatif dengan

Tujuan Tujuan dari perancangan Pusat Kecantikan di Medan ialah : Menciptakan suatu bangunan pusat kecantikan untuk kalangan menengah ke atas yang memiliki fasilitas terlengkap yang

Berdasarkan penjelasan diatas untuk merancang sebuah Pusat Kajian dan Kebudayaan Lingga dapat dirumuskan pendekatan tema yang tepat untuk sebuah Pusat Kajian dan kebudayaan ini adalah