• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN DENGAN METODE JARIMATIKA PADA ANAK KELOMPOK A TK TUNAS HARAPAN II MAGELANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN DENGAN METODE JARIMATIKA PADA ANAK KELOMPOK A TK TUNAS HARAPAN II MAGELANG."

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

i

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN MENGGUNAKAN METODE JARIMATIKA PADA ANAK

KELOMPOK A TK TUNAS HARAPAN II MAGELANG

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Sari Purwanti Mudiyatun NIM 12111247016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

“Berhitung mengoptimalkan fungsi otak kanan dan otak kiri” (Dede Supriyadi)

“Menguasai berhitung adalah kunci utama untuk melangkah ke jenjang

(6)

vi

PERSEMBAHAN

a. Suamiku tercinta, yang selalu memberi dukungan doa dan motivasi. b. Anak tersayang, yang selalu mendukung.

c. Rekan-rekan pendidik TK Tunas Harapan II Magelang atas kerjasamanya. d. Almamaterku tercinta Universitas Negeri Yogyakarta

(7)

vii

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN DENGAN METODE JARIMATIKA PADA ANAK

KELOMPOK A TK TUNAS HARAPAN II MAGELANG

Oleh

Sari Purwanti Mudiyatun NIM 12111247016

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung permulaan dengan metode jarimatika pada anak Kelompok A TK Tunas Harapan II Magelang. Penelitian ini dilakukan karena terdapat permasalahan dalam kemampuan berhitung permulaan pada anak Kelompok A TK Tunas Harapan II Magelang. Pembelajaran dengan menggunakan metode jarimatika dipilih karena dapat meningkatkan kemampuan berhitung permulaan pada anak.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah anak-anak Kelompok A TK Tunas Harapan II yang berjumlah 20 anak. Objek penelitian ini adalah kemampuan berhitung permulaan pada anak terutama kegiatan membilang dan mengetahui hasil penjumlahan atau pengurangan bilangan 1-10. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui metode jarimatika mampu meningkatkan kemampuan berhitung permulaan anak. Peningkatan dapat dilihat pada hasil penelitian pratindakan dengan rata-rata persentase 34,38%, setelah dilakukan tindakan pada Siklus I dengan rata-rata persentase 66,25% dan siklus II dengan persentase rata-rata 84,38%, dan sudah memenuhi kriteria keberhasilan indikator yang telah ditetapkan sebesar 80%.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirobbil’alamin puji dan syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga tugas akhir skripsi yang berjudul "Meningkatkan Kemampuan Berhitung Permulaan dengan Metode Jarimatika pada Anak Kelompok A TK Tunas Harapan II Magelang” dapat terselesaikan dengan baik dan lancar sesuai harapan.

Sehubungan dengan selesainya penelitian ini dilaksanakan untuk melengkapi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Skripsi ini tentu tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu perkenankanlah dalam kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada Bapak/Ibu tersebut di bawah ini.

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini yang telah memberikan pengarahan dan memberikan izin dalam melakukan penelitian.

(9)

ix

5. Nur Hayati, M.Pd., dosen pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktu, untuk memberikan bimbingan, arahan, saran, dan motivasi kepada penulis selama proses penelitian hingga penulisan skripsi.

6. Bapak dan ibu dosen PG PAUD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya.

7. Kepala sekolah dan guru TK Tunas Harapan II Magelang yang telah memberikan izin, kesempatan, dan kemudahan dalam kegiatan penelitian. 8. Seluruh keluargaku yang selalu mendo’akan dan memberikan dukungan.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan barokah kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis dan semoga skripsi ini dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Yogyakarta, Desember 2015

(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Usia Dini ... 7

1. Pengertian Kemampuan Berhitung Permulaan ... 7

2. Tujuan Pembelajaran Berhitung Permulaan di TK ... 9

3. Prinsip Pembelajaran Berhitung Permulaan di TK ... 10

(11)

xi

B. Metode Jarimatika ... 14

1. Pengertian Metode Jarimatika ... 14

2. Keunggulan Matode Jarimatika ... 17

3. Pengenalan Formasi Jarimatika ... 18

4. Formasi Jarimatika pada Operasi Penjumlahan dan Pengurangan ... 21

C. Karakteristik Anak Usia Dini ... 23

1. Pengertian Anak Usia Dini ... 23

2. Karakteristik Berhitung Anak Usia Dini ... 24

D. Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung Permulaan dengan Metode Jarimatika ... 25

E. Kerangka Pikir ... 28

(12)

xii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 41

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 41

2. Deskripsi Subjek Penelitian ... 41

3. Kondisi Awal Sebelum Dilakukan Tindakan ... 42

4. Deskripsi Hasil Penelitian ... 44

a. Siklus I ... 44

b. Siklus II ... 55

B. Pembahasan ... 65

C. Keterbatasan Penelitian ... 68

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 69

B. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal Tabel 3.1. Instrumen Observasi tentang Kemampuan Membilang ... 37 Tabel 3.2. Rubrik Observasi Penilaian tentang Kemampuan

Membilang. ... 38 Tabel 3.3. Rubrik Observasi Penilaian tentang Kemampuan Menjumlah/

Mengurangi ... 41 Tabel 4.1. Kemampuan Membilang Permulaan Kelompok A Pra Siklus 43 Tabel 4.2. Kemampuan Berhitung Permulaan Kondisi Siklus I

Pertemuan 1 ... 48 Tabel 4.3. Kemampuan Berhitung Permulaan Kondisi Siklus I

Pertemuan 2 ... 50 Tabel 4.4. Kemampuan Berhitung Permulaan Kondisi Siklus I

Pertemuan 3 ... 51 Tabel 4.5. Rekapitulasi Kemampuan Berhitung Permulaan Kondisi

Siklus I... 52 Tabel 4.6. Kemampuan Berhitung Permulaan Kondisi Siklus II

Pertemuan 1 ... 60 Tabel 4.7. Kemampuan Berhitung Permulaan Kondisi Siklus II

Pertemuan 2 ... 61 Tabel 4.8. Kemampuan Berhitung Permulaan Kondisi Siklus II

Pertemuan 3 ... 62 Tabel 4.9. Rekapitulasi Kemampuan Berhitung Permulaan Kondisi

Siklus II ... 63 Tabel 4.10 Rekapitulasi Kemampuan Berhitung Permulaan Pra Siklus,

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir ... 29 Gambar 3.1. Desain Penelitian menurut Kemmis dan Mc. Taggart ... 32 Gambar 4.1. Grafik Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Kondisi

Pra Siklus I Pertemuan I ... 43 Gambar 4.2. Grafik Kemampuan Berhitung Permulaan Kondisi Siklus I

Pertemuan I ... 49 Gambar 4.3. Grafik Kemampuan Berhitung Permulaan Kondisi Siklus I

Pertemuan II ... 50 Gambar 4.4. Grafik Kemampuan Berhitung Permulaan Kondisi Siklus I

Pertemuan III ... 51 Gambar 4.5. Grafik Kemampuan Berhitung Permulaan Kelompok A

Kondisi Siklus I ... 52 Gambar 4.6. Grafik Kemampuan Berhitung Permulaan Kondisi Siklus II Pertemuan I ... 60 Gambar 4.7. Grafik Kemampuan Berhitung Permulaan Kondisi Siklus II Pertemuan II ... 61 Gambar 4.8. Grafik Kemampuan Berhitung Permulaan Kondisi Siklus II Pertemuan III ... 63 Gambar 4.9. Grafik Kemampuan Berhitung Permulaan Kelompok A

Kondisi Siklus II ... 63 Gambar 4.10. Grafik Rekapitulasi Kemampuan Berhitung Permulaan

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 73

Lampiran 2. Lembar Observasi Pra Tindakan ... 75

Lampiran 3. Lembar Observasi Siklus I Pertemuan 1, 2 dan 3... 76

Lampiran 4. Lembar Observasi Siklus II Pertemuan 1, 2 dan 3 ... 79

Lampiran 5. Lembar Rekap Observasi Siklus 1, 2 dan 3 ... 82

Lampiran 6. Hasil Pra Tindakan ... 83

Lampiran 7. Hasil Observasi Setelah Siklus I Pertemuan 1, 2 dan 3 ... 84

Lampiran 8. Hasil Observasi Setelah Siklus II Pertemuan 1, 2 dan 3 .... 89

Lampiran 9. Rencana Kegiatan Harian ... 94

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak Taman Kanak-Kanak adalah anak yang sedang berada pada rentang usia 4-6 tahun. Dalam rentang usia ini anak akan mengalami suatu proses perkembangan sebagai sosok individu. Perkembangan anak tersebut merupakan proses perilaku dari yang sederhana menjadi komplek, dari ketergantungan menjadi mandiri. Perkembangan anak ini adalah suatu proses perubahan dimana anak mulai belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari seluruh aspek-aspek yang yang mempengaruhi perkembangannya, seperti: gerakan, berpikir, perasaan, dan interaksi baik dengan sesama maupun dengan benda-benda dalam lingkungan sekitarnya.

Usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh pendidikan (Novita Lila, 2012: 8). Aspek perkembangan anak usia dini meliputi nilai agama dan moral, kognitif, fisik motorik, sosial emosional, dan bahasa. Diperlukan stimulasi yang dapat membantu perkembangan anak, karena stimulasi yang baik dianggap sebagai kebutuhan otak yang berperan penting pada tingkat kecerdasan anak di masa yang akan datang.

(17)

2

pengkhayalan, pengambilan keputusan, dan penalaran (Muhammad Fadillah, 2012: 41-42).

Perkembangan kognitif anak usia dini sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan sel otak dan perkembangan hubungan antar sel otak,kondisi kesehatan anak dan gizi. Walaupun masih dalam kandungan ibu kedua faktor tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kognitif anak. Dari teori Piaget yang membicarakan perkembangan kognitif, perkembangan dari tahapan sensorimotor (0-2 tahun), praoperasional (2-7 tahun), operasional konkret (7-12 tahun), dan operasional formal (12-15 tahun), maka perkembangan kognitif anak masa prasekolah berada pada tahap praoperasional (Soemiarti Padmonodewo, 2003: 19).

Pendidikan prasekolah utamanya Taman Kanak-kanak, sebagaimana terdapat dalam Garis-Garis Besar Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-Kanak (Depdikbud, 1994) menyatakan bahwa tujuan program kegiatan belajar anak Taman Kanak-kanak adalah untuk membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya (Moeslichatoen, 2004: 3).

(18)

3

kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang merupakan juga dasar bagi pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan selanjutnya (Depdiknas, 2007: 1-2).

Di lingkungan sekitar banyak sekali hal yang selalu berhubungan dengan matematika. Begitu juga dengan dunia anak TK yang sering dilihat adalah matematika dalam porsi yang masih sangat sederhana. Tingkat pencapaian perkembangan anak TK pada Kelompok A membilang banyak benda satu sampai sepuluh, mengenal konsep bilangan, mengenal lambang bilangan, mengenal lambang huruf. Pembelajaran berhitung akan berguna bagi anak karena pada kehidupan selanjutnya anak akan lebih sering bersentuhan dengan beberapa konsep tersebut dalam berbagai permasalahan yang kompleks.

Jarimatika adalah salah satu metode berhitung dalam operasi KaBaTaKu dengan menggunakan jari-jari tangan, merupakan metode yang praktis dan efisien, tidak membebani memori otak anak, mudah dipelajari, dan menyenangkan.

(19)

4

Beberapa permasalahan yang sering muncul terkait dengan pembelajaran berhitung permulaan pada anak kelompok A TK Tunas Harapan II Magelang adalah metode pembelajaran yang kurang tepat atau kurang sesuai dengan karakteristik, kebutuhan, dan minat anak, misalnya dalam pembelajaran berhitung anak tidak dikenalkan dengan benda-benda yang konkrit karena hanya dikenalkan melalui gambar. Penyampaian materi pembelajaran lebih banyak menggunakan metode ceramah sehingga anak belum terlibat secara langsung dalam pembelajaran. Ketika pembelajaran berhitung, anak terlihat menggunakan bantuan jari-jari tangan namun belum dikenalkan metode yang tepat untuk membantu mempermudah proses berhitung. Dalam pembelajaran yang dilaksanakan terbukti masih banyak menggunakan LKA (Lembar Kerja Anak). Dengan menggunakan LKA, anak hanya menghitung gambar benda, menebalkan angka atau menuliskan angkanya secara langsung. Hal ini tentu saja mengakibatkan anak menjadi tidak antusias dalam mengikuti proses pembelajaran sedangkan anak belum mampu melakukan kegiatan berhitung. Kurangnya kreativitas guru dalam memanfaatkan bahan, media dan metode yang digunakan dalam pembelajaran membuat anak menjadi tidak berminat khususnya untuk mengikuti pembelajaran berhitung permulaan sehingga kemampuan berhitung anak Kelompok A TK Tunas Harapan II belum berkembang secara optimal.

(20)

5

“Meningkatkan Kemampuan Berhitung Permulaan dengan Metode Jarimatika pada Kelompok A TK Tunas Harapan II Magelang”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasi masalah-masalah yang ada seperti:

1. Anak kurang terlibat secara langsung dalam pembelajaran karena dalam penyampaian materi pembelajaran guru hanya menggunakan metode ceramah. 2. Anak kurang berminat untuk mengikuti pembelajaran berhitung karena dalam

pembelajarannya lebih banyak menggunakan LKA. 3. Anak belum mampu melakukan kegiatan berhitung. 4. Metode jarimatika belum dikenalkan kepada anak. C. Batasan Masalah

Berdasarkan beberapa permasalahan yang ada maka Penelitian Tindakan Kelas ini hanya dibatasi pada permasalahan yaitu kemampuan berhitung permulaan pada anak Kelompok A TK Tunas Harapan II Magelang menggunakan metode Jarimatika.

D. Rumusan Masalah

(21)

6 E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berhitung permulaan pada anak Kelompok A TK Tunas Harapan II Magelang menggunakan metode Jarimatika.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi para pendidik Taman Kanak-Kanak dalam meningkatkan kemampuan berhitung permulaan pada anak melalui kegiatan yang lebih bervariasi.

2. Manfaat praktis a. Sekolah

Hasil penelitian ini dapat mengembangkan pembelajaran yang inovatif dan memberi wawasan untuk membantu meningkatkan kemampuan berhitung permulaan pada anak.

b. Guru

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam upaya pengadaan inovasi pembelajaran bagi guru dan memotivasi guru untuk selalu melakukan inovasi dalam pembelajaran yang tepat dan efektif.

c. Anak Didik

(22)

7 BAB II KAJIAN TEORI

A. Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Usia Dini 1. Pengertian Kemampuan Berhitung Permulaan

Kemampuan dalam kamus bahasa Indonesia berasal dari kata mampu yang berarti kuasa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya, mempunyai harta berlebihan. Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu yang harus ia lakukan, sedangkan menurut Sudrajat dalam Siti Jenab (2011: 3), menghubungkan kemampuan dengan kata kecakapan.

Membilang satu, dua, tiga, dan seterusnya pada mulanya tidak bermakna bagi anak yang belum memahami bilangan. Anak bisa mengucapkannya tetapi tidak memahami apa artinya. Sejak anak mulai bicara, anak bisa mengucapkan satu, dua, tiga dan seterusnya hanya sekedar menirukan orang dewasa yang ada dilingkungannya dan belum memahami apa artinya. Ia tidak tahu bahwa bilangan merupakan simbol dari banyaknya benda (Sudaryanti, 2006: 4).

(23)

8

Susanto (2011: 98) adalah kemampuan yang dimiliki setiap anak untuk mengembangkan kemampuannya, karakteristik perkembangannya dimulai dari lingkungan yang terdekat dengan dirinya, sejalan dengan perkembangan kemampuannya anak dapat meningkat ke tahap pengertian mengenai jumlah yang berhubungan dengan penjumlahan dan pengurangan.

Dari beberapa pendapat tersebut maka dapat diartikan bahwa kemampuan berhitung permulaan adalah kemampuan yang dimiliki anak yang berhubungan dengan membilang, menjumlahkan, mengurangi, menambah, memperbanyak dan mengalihkan yang dilakukan secara lebih awal yang pada mulanya tidak bermakna bagi anak yang belum memahami bilangan.

(24)

9

2. Tujuan Pembelajaran Berhitung Permulaan di TK

Pendidikan di Taman Kanak-kanak sangat penting untuk mencapai keberhasilan belajar pada tingkat pendidikan selanjutnya. Hal ini bukanlah sekedar proses pelatihan agar anak mampu membaca, menulis dan berhitung, tetapi merupakan cara belajar mendasar yang meliputi kegiatan yang dapat memotivasi anak untuk menemukan kesenangan dalam belajar, mengembangkan konsep diri, melatih kedisiplinan, keberminatan, spontanitas, inisiatif dan apresiatif.

Menurut Piaget dalam Slamet Suyanto (2005: 157), tujuan berhitung untuk anak usia dini adalah belajar berpikir logis dan matematis dengan cara yang menyenangkan dan tidak rumit. Secara umum tujuan berhitung permulaan di Taman Kanak-kanak adalah untuk mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung dalam suasana yang menarik, aman, nyaman dan menyenangkan sehingga diharapkan anak akan memiliki kesiapan dalam mengikuti pembelajaran berhitung pada jenjang selanjutnya yang lebih kompleks (Ahmad Susanto, 2011: 105). Secara khusus tujuan berhitung di TK agar anak memiliki kemampuan: a. Dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat yang

dalam kesehariannya memerlukan ketrampilan berhitung, misalnya anak dapat melakukan transaksi pada saat jajan.

(25)

10

c. Memiliki kreativitas dan imajinasi dalam menciptakan sesuatu secara spontan, misalnya pada kegiatan bermain menyusun pola yang ada disekitarnya secara berurutan

d. Memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu serta dalam memperkirakan kemungkinan urutan peristiwa yang terjadi di sekitarnya, dapat ditunjukkan dalam kegiatan bermain estimasi (memperkirakan) sesuatu misalnya perkiraan terhadap waktu, luas, jumlah atau ruang melalui kegiatan menghitung jumlah benda yang ada disekitar anak.

e. Dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini melalui pengalaman terhadap benda-benda konkret, gambar-gambar atau angka yang terdapat di sekitar anak. Berdasarkan uraian di atas, kemampuan berhitung permulaan di Taman Kanak-kanak memiliki tujuan untuk memperkenalkan anak dalam menggunakan hitungan. Hal tersebut terdapat dalam Kurikulum 2010 Standar Kompetensi Taman Kanak-kanak pada Kelompok A membilang banyak benda satu sampai sepuluh, mengenal konsep bilangan, mengenal lambang bilangan, mengenal lambang huruf.

3. Prinsip Pembelajaran Berhitung Permulaan di TK

Dalam pembelajaran berhitung permulaan yang dilakukan di TK, ada beberapa prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan. Beberapa prinsip tersebut menurut Siti Jenab (2011: 3), adalah sebagai berikut:

(26)

11

b. Pengetahuan dan keterampilan pada permainan berhitung diberikan secara bertahap menurut kesukaannya, misal dari konkrit ke abstrak, mudah ke sukar, dan dari sederhana ke yang lebih komplek.

c. Permainan berhitung akan berhasil jika anak-anak diberi kesempatan berpartisipasi dan distimulasi untuk menyelesaikan masalah-masalahnya sendiri.

d. Permainan berhitung membutuhkan suasana yang menyenangkan dan memberikan rasa aman serta kebebasan bagi anak. Untuk itu diperlukan alat peraga atau media yang sesuai dengan benda sebenarnya (tiruan), menarik dan bervariasi, mudah digunakan dan tidak membahayakan.

e. Bahasa yang digunakan di dalam pengenalan konsep berhitung sebaiknya bahasa yang sederhana dan jika memungkinkan mengambil contoh yang terdapat di lingkungan sekitar anak.

f. Dalam permainan berhitung anak dapat dikelompokkan sesuai tahap penguasaannya yaitu tahap konsep, masa transisi dan lambang.

g. Dalam mengevaluasi hasil perkembangan anak harus dimulai dari awal sampai akhir kegiatan.

(27)

12

4. Tahapan Kemampuan Berhitung di Taman Kanak-kanak

Menurut Depdiknas (2007: 6) berbagai cara dapat dilakukan oleh guru dan orang tua untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan berhitung. Tahapan yang dapat dilakukan untuk membantu mempercepat penguasaan berhitung dapat dilakukan melalui tiga tahapan penguasaan berhitung, yaitu 1) tahap penguasaan konsep yang dimulai dengan mengenalkan konsep atau pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan benda-benda yang nyata, seperti pengenalan warna, bentuk dan menghitung bilangan; 2) tahap transisi, merupakan peralihan dari pemaham secara konkret dengan menggunakan benda-benda nyata menuju kearah pemahaman secara abstrak; 3) tahap pengenalan lambang adalah di mana setelah anak memahami sesuatu secara abstrak, maka anak dapat dikenalkan pada tingkat penguasaan terhadap konsep bilangan dengan cara meminta anak melakukan proses penjumlahan dan pengurangan melalui penyelesaian soal.

(28)

13

Proses pembelajaran berhitung yang baik menurut Ariesandi (2007: 8) mempunyai tahapan-tahapan yang disesuaikan dengan perkembangan anak. Pada level dasar, pembelajaran harus dimulai dari suatu yang konkret dan perlahan-lahan menuju pemahaman yang abstrak atau yang simbolis. Selain itu, unsur-unsur psikologi pembelajaran juga perlu diperhatikan. Oleh karena itu, para guru sebaiknya mempelajari sedikit psikologi praktis.

Tahapan berhitung pada anak usia dini dengan mengacu pada hasil penelitian Piaget tentang intelektual, yang menyatakan bahwa anak usia 2-7 tahun berada pada tahap pra operasional, maka penguasaan berhitung pada anak usia Taman Kanak-kanak akan melalui tahap sebagai berikut:

a. Tahapan konsep atau pengartian

Tahapan anak berekspresi untuk menghitung segala macam benda-banda yang dapat dihitung dan yang dapat dilihat. Guru dan orang tua harus dapat memberikan pembelajaran yang menarik sehingga anak tidak bosan.

b. Tahapan transisi atau peralihan

Tahapan transisi atau peralihan dari konkret ke lambang, tahap di mana anak mulai benar-benar memahami. Tahapan ini diberikan kepada anak apabila tahap konsep sudah benar-benar dikuasai oleh anak.

c. Tahap lambang

(29)

14

Proses pembelajaran berhitung yang baik menurut Ariesandi (2007: 8) mempunyai tahapan-tahapan yang disesuaikan dengan perkembangan anak. Pada level dasar, pembelajaran harus dimulai dari suatu yang konkret dan perlahan-lahan menuju pemahaman yang abstrak atau yang simbolis. Selain itu, unsur-unsur psikologi pembelajaran juga perlu diperhatikan. Oleh karena itu, para guru sebaiknya mempelajari sedikit psikologi praktis.

Tahapan pembelajaran berhitung permulaan menurut beberapa pendapat diatas disebutkan bahwa permainan berhitung permulaan dilakukan secara bertahap dari konkret ke abstrak, mudah ke sukar, dari hal sederhana ke yang lebih komplek melalui kegiatan bermain sesuai dengan tahapan-tahapan perkembangan anak yaitu anak usia 4-5 tahun anak mampu membilang banyak benda satu sampai sepuluh, mengenal konsep bilangan, mengenal lambang bilangan, mengenal lambang huruf.

B. Metode Jarimatika

1. Pengertian Metode Jarimatika

Metode menurut Moeslichatoen (2004: 7), merupakan bagian dari strategi kegiatan. Metode dipilih berdasarkan strategi kegiatan yang sudah dipilih dan ditetapkan. Metode merupakan cara, yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan.

(30)

15

Metode pembelajaran lebih bersifat prosedural, yaitu berisi tahapan tertentu. Dengan kata lain metode yang dipilih oleh masing-masing guru adalah sama, tetapi mereka menggunakan teknik yang berbeda.

Sebagai seorang guru TK, sebelum melakukan proses kegiatan belajar mengajar terlebih dahulu harus menetapkan tujuan dan ruang lingkup program kegiatan belajar bagi anak agar proses kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik dan bermakna. Sebagaimana terdapat dalam Garis-Garis Besar Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-Kanak (Depdikbud, 1994) dalam Moeslichatoen (2004: 3), tujuan program kegiatan belajar anak TK adalah untuk membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.

Ruang lingkup program kegiatan belajar meliputi pembentukan perilaku melalui pembiasaan dalam pengembangan moral Pancasila, agama, disiplin, perasaan atau emosi, dan kemampuan bermasyarakat serta pengembangan dasar melalui kegiatan yang dipersiapkan oleh guru meliputi pengembangan kemampuan berbahasa, daya pikir, daya cipta, keterampilan dan jasmani.

(31)

16

dibandingkan dengan metode-metode yang lain, misalnya guru TK jarang sekali menggunakan metode ceramah. Orang akan segera menyadari bahwa metode ceramah tidak berdaya guna bagi anak TK. Metode yang memungkinkan anak satu dengan anak lain berhubungan akan lebih memenuhi kebutuhan dan minat anak. Melalui kedekatan hubungan guru dan anak, guru akan dapat mengembangkan kekuatan pendidik yang sangat penting.

Menurut penemu jarimatika, Septi Peni Wulandani (2009: 17), Jarimatika adalah salah satu metode berhitung dalam operasi KaBaTaKu (kali-bagi-tambah-kurang) dengan menggunakan jari-jari tangan. Jarimatika adalah suatu cara menghitung matematika dengan menggunakan alat bantu jari. Dalam metode Jarimatika, masing-masing jari mewakili 1 (satu) bilangan misal telunjuk terbuka dan jari lainnya tertutup mewakili bilangan angka 1, kemudian dua jari telunjuk dan jari tengah terbuka sedangkan lainnya tertutup mewakili bilangan angka 2 demikian seterusnya. Menurut (Prasetyono, 2009: 16-30) untuk penjumlahan jari tangan harus terbuka. Jari tangan menutup adalah pengurangan (dalam Ria Nugraeni, 2013: 13).

(32)

17

Pembelajaran yang sederhana menurut Sungatmi (2010: 1), dapat dimulai dengan mengenalkan nama-nama benda yang ada disekitar kita kemudian dapat dilanjutkan dengan pengenalan huruf dan angka, hal ini bertujuan agar anak sudah mempunyai sedikit bekal ketika anak mulai memasuki bangku sekolah yang lebih lanjut yaitu jenjang Sekolah Dasar (SD). Belajar Jarimatika tidak perlu menggunakan alat yang mahal, cukup dengan jari anak sudah dapat berhitung dengan tepat dan cepat.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode Jarimatika adalah cara untuk membuat proses berhitung mudah yang dikerjakan dengan menggunakan alat bantu jari. Anak harus memahami terlebih dahulu cara penggunaan jari, jari tangan kanan sebagai angka satuan sedangkan jari tangan kiri sebagai puluhan.

2. Keunggulan Metode Jarimatika

Metode Jarimatika mempunyai beberapa keunggulan, antara lain:

a. Berhitung dengan metode Jarimatika mudah dipelajari dan menyenangkan bagi anak. Mudah dipelajari karena jarimatika mampu menjembatani antara tahap perkembangan kognitif anak yang konkret dengan materi berhitung yang bersifat absrak. Menyenangkan karena anak merasakan seolah mereka bermain sambil belajar dan merasa tertantang dengan metode Jarimatika.

(33)

18

c. Tidak membebani memori otak anak. Metode berhitung Jarimatika mampu menyeimbangkan kerja otak kanan dan kiri, hal ini dapat ditunjukkan pada waktu berhitung mereka akan mengotak-atik jari-jari tangan kanan dan kirinya secara seimbang.

d. Praktis dan efisien. Dikatakan praktis karena alat hitungnya jari, maka selalu dibawa ke mana-mana. Efisien, karena alatnya selalu tersedia dan tidak perlu membeli.

e. Penggunaan Jarimatika lebih menekankan pada penguasaan konsep sehingga anak menguasai ilmu secara matang.

f. Pengaruh daya pikir dan psikologi karena diberikan secara menyenangkan, maka sistem limbik di otak anak akan senantiasa terbuka sehingga memudahkan anak dalam menerima materi baru.

3. Pengenalan Formasi Jarimatika

Beberapa hal yang perlu dipahami dalam mengaplikasikan jari tangan sebagai alat bantu menghitung menurut Prasetyono (dalam Ria Nugraeni, 2013: 14) adalah sebagai berikut:

a. Jari tangan kanan mewakili bilangan satuan. b. Jari kiri mewakili bilangan puluhan dan ratusan.

c. Jari tangan terbuka dipahami sebagai operasi penjumlahan. d. Jari tangan tertutup dipahami sebagai operasi pengurangan.

(34)

19

Untuk lebih jelasnya pengoperasian metode Jarimatika yang digunakan oleh anak TK (Trivia Astuti, 2013: 10) adalah sebagai berikut :

a. Bila kelima jari pada tangan kanan ditutup semua atau tangan mengepal maka posisi seperti ini menunjukkan bilangan 0 (nol).

b. Satu jari (jari telunjuk) pada tangan kanan dibuka, sedangkan keempat jari lainnya (jari kelingking, jari manis, jari tengah, dan ibu jari) ditutup maka ini menujukkan bilangan 1 (satu).

c. Dua jari (jari telunjuk dan jari tengah) pada tangan kanan dibuka,sedangkan ketiga jari lainnya (jari kelingking, jari manis dan ibu jari) dibuka, posisi tersebut

menunjukkan bilangan 2 (dua).

d. Tiga jari (jari telunjuk, jari tengah dan jari manis) pada tangan kanan dibuka, sedangkan kedua jari lainnya (jari kelingking dan ibu jari) ditutup. Keadaan tersebut menunjukkan bilangan 3 (tiga). e. Empat jari (jari kelingking, jari manis, jari tengah

dan jari telunjuk) pada tangan kanan dibuka,

(35)

20

f. Untuk menunjukkan bilangan 5 kita tidak perlu membuka semua jari pada tangan kanan. Kita hanya cukup membuka ibu jari (jempol), sedangkan keempat ibu jari lainnya (jari telunjuk, jari tengah, jari manis, dan jari kelingking) dalam keadaan tertutup.

g. Untuk menunjukkan bilangan 6 jari yang harus dibuka adalah ibu jari (yang memiliki nilai 5) ditambah dengan jari telunjuk (yang mempunyai nilai 1). Dengan demikian kita akan memperoleh bilangan 6. Operasi perhitungan ini juga berarti bahwa 1+5 atau 5+1.

h. Untuk menunjukkan bilangan 7, jari yang dibuka adalah ibu jari (yang memiliki nilai 5) ditambah dengan kedua jari (jari telunjuk dan jari tengah),

sehingga menunjukkan bilangan 7. Operasi perhitungan ini sama dengan 2+5 atau 5+2.

(36)

21

j. Jika kita membuka kelima jari berarti kita hendak menunjukkan bilangan 9. Operasi perhitungan ini sama dengan 4+5 atau 5+4.

4. Formasi Jarimatika pada Operasi Penjumlahan dan Pengurangan

a. Jarimatika pada Operasi Penjumlahan

Menurut Komandoko (dalam Ria Nugraeni, 2013: 19) posisi buka adalah operasi penjumlahan setiap jari membuka satu, maka itu berarti penambahan 1 (satu). Jari membuka dua berarti menambah 2 (dua) dan seterusnya. Sebagai contoh misalnya, berapakah hasil penjumlahan dari 1 ditambah 2? Untuk mengetahui hasil dari penjumlahan tersebut dengan jarimatika maka formasikan jari kanan untuk melambangkan angka 1 (satu) kemudian buka 2 jari sesuai urutan buka selanjutnya, maka hasilnya adalah 3.

(37)

22

Maka untuk menjumlahkan kedua bilangan tersebut (1 dan 7), kita dapat melakukan penjumlahan menggunakan cara basis 5, yaitu kita terlebih dahulu harus membuka ibu jari yang memiliki nilai 5, selanjutnya menghitung maju secara berurutan sesuai dengan jumlah bilangan yang akan ditambah. Ini akan lebih mempersingkat dan memperjelas dalam proses penjumlahannya, Komandoko (dalam Ria Nugraeni 2013: 23).

b. Jarimatika pada operasi pengurangan

Menurut Komandoko (dalam Ria Nugraeni,2013: 25), posisi tutup sesungguhnya adalah operasi pengurangan. Setiap jari menutup satu, maka pengurangan 1 (satu), setiap jari menutup 2 (dua), berarti pengurangan 2 (dua) dan seterusnya. Misalnya, berapakah hasil pengurangan dari 3-1? Untuk mengetahui hasil pengurangannya dengan jarimatika adalah sebagai berikut: formasikan jari kanan untuk melambangkan angka 3 (tiga) kemudian tutup 1 jari sesuai urutan selanjutnya, maka hasil yang akan didapat adalah 2 (dua).

Operasi pengurangan menurut Prasetyono (dalam Ria Nugraeni, 2013: 26) diterapkan formasi BALI (di bawah lima) satu digit ketentuan umum untuk pengurangan dari sebuah bilangan jarimatika adalah dengan menutup jari.

(38)

23

Sedangkan ketentuan untuk pengurangan dibawah lima satu digit sebagai berikut:

1) 5= TUTUP jempol.

2) 4=TUTUP jempol kanan, BUKA 1 3) 3=TUTUP jempol kanan, BUKA 2 4) 2=TUTUP jempol kanan, BUKA 3 5) 1=TUTUP jempol kanan, BUKA 4 Misal, contoh 5-3=...

Soal ini adalah pengurangan dengan bilangan 3 maka TUTUP jempol kanan, BUKA 2 dengan langkah-lngkah sebagai berikut:

a. BUKA posisi jari bilangan 5, lalu TUTUP ibu jari pada hitungan pertama b. BUKA 2 yaitu jari telunjuk, jari tengah

c. Dengan demikian akan diperoleh hasil posisi terakhir dari hitungan jari jatuh pada bilangan 2 (Prasetyono, 2009: 46-47).

C. Karakteristik Anak Usia Dini

1. Pengertian Anak Usia Dini

Menurut Muhammad Fadlillah (2012: 18-19) anak usia dini adalah anak yang berkisar antara usia 0-6 tahun yang memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang luar biasa sehingga memunculkan berbagai keunikan pada dirinya. Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya.

(39)

24

bimbingan sehingga kebutuhan anak dapat terpenuhi dan tersalurkan dengan sebaik-baiknya menuju perkembangan yang optimal.

Anak usia dini adalah anak yang berada pada masa strategis untuk mengenalkan pembelajaran berhitung, karena anak usia dini sangat peka terhadap rangsangan yang diterima dari lingkungan. Rasa ingin tahunya sangat tinggi akan tersalurkan apabila mendapat stimulasi/rangsangan/motivasi yang sesuai dengan tugas perkembangannya. Apabila kegiatan berhitung diberikan melalui berbagai macam permainan tentunya akan lebih efektif.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan pada masa anak usia (usia 0-6 tahun) anak berada pada masa yang sangat strategis untuk mengenal pembelajaran berhitung, maka sudah menjadi tugas bagi orang tua atau guru untuk memberikan stimulasi pembelajaran berhitung melalui berbagai macam permainan yang menarik sehingga kemampuan berhitung permulaan anak akan berkembang dengan baik.

2. Karakteristik Berhitung Anak Usia Dini

(40)

25

dapat melakukannya secara spontan terhadap peristiwa atau benda-benda yang ada di sekitarnya.

D. Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung Permulaan

dengan Metode Jarimatika

Pembelajaran berhitung permulaan bagi anak TK ini dimaksudkan supaya anak TK dapat memperoleh dan mengembangkan kemampuan berhitungnya dengan optimal sebagai dasar dan bekal bagi anak sebelum anak melanjutkan pada jenjang pendidikan selanjutnya.

Penggunaan metode Jarimatika dalam pembelajaran berhitung permulaan pada anak usia dini maka akan terjadi suatu proses interaksi yang menarik dan menyenangkan bagi anak, dimana pada saat proses pembelajaran berlangsung anak akan senantiasa melakukan interaksi dengan pendidik melalui percakapan dan permainan Jarimatika yang menyenangkan. Apabila interaksi pembelajaran monoton dan membosankan, anak tidak memilki semangat dalam proses pembelajaran.

Dalam pembelajaran berhitung permulaan dengan metode jarimatika anak akan belajar sesuai dengan tahapan penguasaan berhitung (Depdiknas, 2006: 6), tahapan tersebut meliputi:

1. Penguasaan konsep yang dimulai dengan mengenalkan konsep atau pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan benda-benda yang nyata, seperti pengenalan warna, bentuk dan menghitung bilangan.

(41)

26

3. Tahap pengenalan lambing adalah dimana setelah anak memahami secara abstrak, maka anak dapat dikenalkan pada tingkat penguasaan terhadap konsep bilangan dengan cara meminta anak melakukan proses penjumlahan dan pengurangan melalui penyelesaian soal.

Tahapan perkembangan berhitung tersebut menjadi dasar dari pembelajaran berhitung permulaan dengan metode jarimatika yang dilakukan pada Kelompok A TK Tunas Harapan II Magelang yang dirangkum dalam beberapa contoh kegiatan yang tersusun pada RKH, sebagai berikut:

1. PL membilang angka 1-10 dengan jari

 Guru memberi contoh cara membilang angka 1-10 dengan jari

 Anak-anak memperhatikan penjelasan guru

 Guru meminta anak untuk membilang angka 1-10 dengan jari

 Anak membilang 1-10 dengan jari

 Guru mengamati, membimbing, memotivasi dan menilai hasil anak

2. PT menghubungkan dan menyebutkan tulisan dengan simbol yang melambangkan

 Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan

 Anak memperhatikan penjelasan guru

 Guru memberi tugas kepada anak menghubungkan dan menyebutkan tulisan dengan simbol yang melambangkannya

 Anak melaksanakan tugas yang diberikan guru, menghubungkan dan menyebutkan tulisan sambil menunjukkan jari

(42)

27

 Guru mengamati, membimbing, memotivasi dan menilai hasil anak d u a ● ● 1

s a t u ● ● 3

 t i ga ● ● 2

3. PT membilang dengan menunjuk jumlah benda dan menulis angkanya

 Guru memberi contoh cara membilang dengan menunjuk benda

 Anak memperhatikan contoh guru

 Guru memberi tugas kepada anak untuk membilang dengan menunjuk benda

 Anak melaksanakan tugas yang diberikan

 Guru mengamati, membimbing, memotivasi dan menilai hasil anak

= ....

= ....

= ....

4. PT menuliskan dan menyebutkan angka 1-5

 Guru memberi contoh cara menulis angka 1-5

 Anak memperhatikan penjelasan guru

 Guru memberi tugas kepada anak untuk mengerjakan seperti contoh guru

 Anak melaksanakan tugas menulis dan menyebutkan angka 1-5 dengan jari

 Guru mengamati, membimbing, memotivasi dan menilai hasil anak





(43)

28

5. PT menjumlah dua kumpulan gambar dengan menggunakan jari dan menulis angkanya

 Guru memberi contoh cara menjumlah dua kumpulan gambar dengan menggunakan jari

 Anak memperhatikan contoh guru

 Guru memberi tugas kepada anak untuk menjumlah dua kumpulan gambar dengan jari

 Anak melaksanakan tugas yang diberikan

 Guru mengamati, membimbing, memotivasi dan menilai hasil anak

+ =

+ =

+

E. Kerangka Pikir

(44)

29

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir A.

B.

(45)

30 D.Hipotesis Tindakan

(46)

31 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas menurut Suharsimi Arikunto (2010: 130) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas. Peneliti mengumpulkan data yang dilakukan oleh anak dalam kegiatan berhitung. Peneliti sebagai pengamat dengan mencatat secara seksama sesuai dengan langkah-langkah penelitian yang meliputi penyusunan rencana, pelaksanaan kegiatan, observasi dan analisis serta refleksi terhadap hasil observasi aktifitas anak serta menilai hasil dari peningkatan kemampuan berhitung permulaan dengan metode Jarimatika di TK Tunas Harapan II Magelang.

B. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di TK Tunas Harapan II, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Pertimbangan peneliti mengambil tempat penelitian ini adalah karena sebagai salah satu guru pada TK Tunas Harapan II, dan peneliti mengetahui kondisi kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan TK tersebut.

2. Waktu Penelitian

(47)

32 3. Subjek Penelitian

Subyek penelitian adalah semua anak Kelompok A TK Tunas Harapan II Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah yang berjumlah 20 siswa dan terdiri atas 7 anak perempuan dan 13 anak laki-laki. C. Model Penelitian

Desain penelitian ini mengacu pada teori Kemmis & Mc Taggart (Suharsimi Arikunto, 2010: 131) yang memandang komponen sebagai langkah dalam siklus, sehingga menyatukan dua komponen yang ke-2 dan ke-3, yaitu tindakan (acting) dan pengamatan (observing) sebagai satu kesatuan. Hasil dari pengamatan ini kemudian dijadikan dasar sebagai langkah berikutnya, yaitu refleksi mencermati apa yang sudah terjadi (reflecting). Setelah refleksi selesai, lalu disusun sebuah modifikasi yang diaktualitaskan dalam bentuk rangkaian tindakan dan pengamatan lagi, seterusnya. Jangka waktu untuk suatu siklus dan langkah-langkah dalam suatu siklus sangat tergantung konteks dan setting permasalahan.

Penjelasan lebih rinci akan disajikan melalui gambar berikut:

Keterangan: 0 = Perenungan 1 = Perencanaan

2 = Tindakan dan Observasi 3 = Refleksi 1

4 = Rencana Terevisi 1

5 = Tindakan dan Observasi II 6 = Refleksi 2

(48)

33 D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksankan secara kolaborasi yang artinya penelitian ini dilakukan berkolaborasi dengan guru kelas. Penelitian tindakan kelas akan dilaksanakan dalam beberapa siklus meliputi perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi penelitian.

1. Perencanaan Tindakan

Dalam tahap ini, peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan dilakukan. Dalam tahap menyusun rancangan ini, peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapat perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.

Pada tahap ini peneliti merancang tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian, diantaranya:

a. Mengidentifikasi masalah yang ada di dalam kelas yang akan menjadi topik yang perlu perhatian khusus dan merupakan topik dalam penelitian ini.

b. Membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH) dengan tema diri sendiri, materi yang diajarkan sesuai dengan kurikulum yang dituangkan dalam RKH. RKH ini berguna sebagai pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan pengembangan kognitif.

(49)

34

d. Mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dalam setiap pertemuan.

e. Materi yang ditekankan pada penelitian ini meliputi kegiatan, yaitu “Kegiatan berhitung permulaan dengan metode Jarimatika”.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan ini dilakukan selama pembelajaran berlangsung dengan dibantu guru untuk mengamati keterlibatan atau partisipasi anak saat melaksanakan kegiatan berhitung. Hasil dari kegiatan anak diamati dan dicatat sebagai hasil pengamatan untuk dievaluasi dan direflaksi bersama kolaborator, sehingga dapat menentukan, merencakan pertemuan berikutnya kearah peningkatan.

3. Observasi

Kegiatan yang dilakukan adalah observasi terhadap tindakan dengan cara mengamati, mencatat secara teliti dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Observasi dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan oleh peneliti bersama kolaborator yang sebelumnya sudah sepakat persepsinya terhadap kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi.

4. Refleksi

(50)

35

sesuai perncanaan, apakah format observasi perlu ditambah dan sebagainya, sehingga hasil analisis tadi dapat digunakan untuk menentukan langkah selanjutnya. Tujuan dari diskusi tersebut adalah untuk mengevaluasi hasil tindakan, masalah yang muncul dan segala hal yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan. Setelah selesai berdiskusi peneliti mencari jalan keluarnya agar dibuat rencana perbaikan pada tahap kegiatan selanjutnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi

Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki (Cholid, 2010: 70). Pengamatan dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh gambaran kondisi selama proses pembelajaran berlangsung, mulai dari peneliti memulai pelajaran, materi yang disampaikan, metode, dan sumber belajar yang digunakan, mengamati aktivitas anak selama mengikuti kegiatan pembelajaran.

2. Tes

(51)

36

1-10. Tes diberikan kepada anak untuk mengetahui sejauh mana pemahaman anak terhadap kegiatan berhitung dengan menggunakan metode Jarimatika.

F. Instrumen Penelitian

Suharsimi Arikunto (2002: 136) menyatakan bahwa instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar penelitiannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

(52)

37

Tabel 3.1 Instrumen Observasi tentang Kemampuan Berhitung Permulaan

No Nama Anak

Aspek yang dinilai Berhitung Permulaan

Membilang angka 1-10 Mengetahui hasil penjumlahan dan pengurangan 1-10

BB : Belum berkembang (anak tidak mau melaksanakan kegiatan).

MB : Mulai berkembang ( anak belum lancar membilang dan menghitung). BSH : Berkembang sesuai harapan (anak dapat membilang dan menghitung). BSB : Berkembang Sangat Baik (anak dapat membilang dan menghitung

(53)

38

Berdasarkan kisi-kisi instrumen observasi untuk mengembangkan kemampuan kognitif melalui kegiatan berhitung pada anak kelompok A TK Tunas Harapan II, maka kriteria penilaian diuraikan sebagai berikut:

Tabel 3.2 Rubrik Observasi Penilaian tentang Kemampuan Membilang

No Kriteria Deskripsi Skor Keterangan

1 BSB Kemampuan membilang 1-10 lancar dan tepat

3 Anak dapat membilang 1-10 dengan lancar dan tepat

2 BSH Kemampuan membilang anak 1-10

2 Anak dapat membilang 1-10 dengan lancar

3 MB Kemampuan membilang anak 1-10 dengan bimbingan

1 Anak dapat membilang 1-10 dengan bimbingan

4 BB Anak tidak mampu

membilang

0 Anak tidak mampu melakukan kegiatan

Tabel 3.3 Rubrik Penilaian tentang Kemampuan Menjumlah atau Mengurangi 1-10

No Kriteria Deskripsi Skor Keterangan

1 BSB Kemampuan anak

mengoperasikan penambahan dan pengurangan 1-10 baik

3 Anak dapat mengoperasikan penjumlahan atau pengurangan 1-10 dengan baik dan tepat menggunakan

metode jarimatika

2 BSH Kemampuan anak

mengoperasikan penambahan atau pengurangan 1-10

2 Anak dapat mengoperasikan penambahan atau

(54)

39 E.Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian menurut Igak Wardahani, dkk (2007: 59), bahwa analisis data adalah merangkum data dengan cara yang akurat dan dapat di pertanggungjawaban sehingga mampu memberikan makna. Selanjutnya, untuk mengetahui keefektifan suatu metode yang digunakan pada penelitian tindakan kelas ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Data kemampuan berhitung yang dapat ditingkatkan melalui metode jarimatika dibandingkan dari hasil observasi sebelum tindakan dan sesudah tindakan, dengan demikian hasilnya akan diketahui.

Analias data adalah proses penyususun data saat kegiatan tindakan penelitian agar dapat ditafsirkan secara mendalam. Suwarsih Madya (2006: 75) menyatakan bahwa analisis data dalam penelitian tindakan diawali oleh momen refleksi putaran penelitian tindakan.

F. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan ini ditandai dengan perubahan pada proses berhitung yang dilakukan oleh anak meningkat, perubahan menuju kearah perbaikan. Keberhasilan akan terlihat apabila hasil kegiatan anak dalam membilang dan mengoperasikan penjumlahan atau pengurangan 1-10 dalam penelitian ini mencapai 80% anak mendapat nilai dengan kriteria berkembang sesuai harapan (Suharsimi Arikunto, 2002: 43).

Kriteria berupa persentase kesesuaian (Suharsimi Arikunto, 2002: 44): a. Kesesuaian kriteria (%) : < 40 = belum berkembang

(55)

40

c. Kesesuaian kriteria (%) : 61 – 80 = berkembang sesuai harapan d. Kesesuaian kriteria (%) : 81 – 100 = berkembang sangat baik

Berdasarkan kriteria kesesuaian diatas, maka untuk mengetahui persentase hasil observasi anak adalah:

X = x 100% (Suharsimi Arikunto, 2002: 44) Keterangan :

X : persentase total yang diperoleh A : jumlah skor yang diperoleh anak B : jumlah skor total maksimal

(56)

41 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di TK Tunas Harapan II Magelang yang beralamat di Tempursari, Tempurejo, Tempuran Magelang,yang memiliki 2 kelas, yaitu kelas A dan B. Layanan pendidikan yang dilaksanakan di TK Tunas Harapan II Magelang yaitu layanan untuk anak usia 4-6 tahun.

TK Tunas Harapan II Magelang mempunyai tenaga pendidik 3 orang, 1 orang merangkap sebagai kepala sekolah. TK Tunas Harapan II Magelang memiliki beberapa ruangan, 1 kantor atau ruangan kepala sekolah, 1 ruangan tamu, 2 ruang kelas, 1 kamar mandi, 1 halaman utama.

Peneliti dalam penelitian ini mengambil setting tempat di dalam ruangan kelas, khususnya ruang kelas Kelompok A, di mana anak yang menjadi subjek penelitian peningkatan kemampuan berhitung permulaan.

2. Deskripsi Subjek Penelitian

(57)

42

3. Kondisi Awal Sebelum Dilakukan Tindakan

Peneliti melakukan pengamatan atau observasi terhadap tingkat kemampuan berhitung anak khususnya membilang 1-10 dan mengetahui hasil penjumlahan atau pengurangan 1-10 sebagai langkah awal sebelum diadakan penelitian tindakan kelas. Hasil yang diperoleh pada kemampuan awal sebelum tindakan pada akhirnya akan dibandingkan dengan hasil setelah tindakan melalui kegiatan berhitung permulaan dengan menggunakan metode Jarimatika. Perbandingan tersebut bertujuan untuk menunjukkan adanya peningkatan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada kondisi awal, ada beberapa masalah dalam pembelajaran berhitung yaitu anak kurang berminat dalam mengikuti pembelajaran berhitung dan sebagian besar anak belum paham dengan kegiatan berhitung. Selain itu, metode pembelajaran yang kurang tepat atau kurang sesuai dengan karakteristik, kebutuhan, dan minat anak merupakan salah satu penyebab kurangnya stimulasi terhadap kemampuan kognitif anak sehingga aspek perkembangan anak kurang optimal. Pembelajaran dilaksanakan cenderung klasikal sehingga anak mudah bosan dan kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran.

(58)

43

dilakukan dengan menggunakan instrumen lembar observasi hasilnya disajikan dalamtabel berikut :

Tabel 4.1 Data Kemampuan Berhitung PermulaanAnak Kelompok A

No. Aspek Penilaian Persentase

(%)

1 Membilang 61,25%

2 Mengetahui hasil penjumlahan / pengurangan 1-10 32,50%

Rata - rata 46,88%

Indikator Keberhasilan 80%

Tabel di atas menunjukkan hasil observasi Pra Siklus kemampuan berhitung permulaan pada anak Kelompok A TK Tunas Harapan II Magelang. Untuk lebih jelasnya akan ditampilkan pada grafik berikut ini:

Gambar 4.1 Grafik Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Kelompok A pada Kondisi Pra Siklus

Dari tabel dan grafik di atas dapat diketahui bahwa kemampuan berhitung anak belum berkembang baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil rekapitulasi data kemampuan berhitung permulaan anak Kelompok A yang memperoleh rata-rata

(59)

44

46,88%. Perolehan rata-rata di atas belum mencapai target keberhasilan yang diinginkan yaitu dengan kriteria berkembang sesuai harapan dan persentase mencapai 80%. Hal ini yang menjadikan landasan peneliti untuk meningkatkan kemampuan berhitung permulaan pada anak Kelompok A TK Tunas Harapan II Magelang melalui metode Jarimatika.

4. Deskripsi Hasil Penelitian a. Siklus I

1) Perencanaan Tindakan Siklus I

Perencanaan tindakan Siklus I dengan merencanakan pelaksanaan pembelajaran yang disusun secara bersama antara peneliti dan kolaborator guru kelas Kelompok A, kemudian dikonsultasikan kepada kepala sekolah untuk mendapat persetujuan atau saran. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam tahap perencanaan ini adalah peneliti melakukan diskusi dengan guru kelas atau kolaborator untuk menentukan kapan dilakukan penelitian, menentukan tema dan subtema sesuai dengan program sekolah. Adapun perencanaan kegiatan pembelajaran pada Siklus I adalah sebagai berikut:

(a) Peneliti mempersiapkan rencana kegiatan harian yang akan digunakan yaitu penggunaan metode Jarimatika untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak.

(b) Menyusun lembar observasi yang berisi aspek-aspek penilaian meliputi kemampuan membilang dan kemampuan menjumlah atau mengurangi 1-10. (c) Peneliti mengkondisikan kelas dengan mengatur posisi duduk anak dan

menenangkan suasana kelas.

(d) Peneliti membuka pembelajaran dengan salam dan doa kemudian memberikan apersepsi.

(60)

45

(f) Peneliti menyampaikan cara penggunaan metode Jarimatika untuk meningkatkan kemampuan membilang dan menjumlah atau mengurangi 1-10. (g) Peneliti memberikan pembelajaran membilang dengan menggunakan metode Jarimatika. Dalam kegiatan ini peneliti dibantu oleh teman sejawat untuk mengamati aktivitas anak selama mengikuti kegiatan pembelajaran.

(h) Peneliti mengulas kegiatan yang telah dilaksanakan dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi dan memberikan pertanyaan. (i) Peneliti menutup kegiatan dengan salam dan doa.

2) Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Tindakan Siklus I terdiri atas tiga kali pertemuan, dimulai dari pukul 07.30-10.00 WIB yang dilaksanakan pada hari Senin sampai dengan Rabu tanggal 16 – 18 Maret 2015 dengan tema Diri Sendiri. Hasil penelitian dalam Siklus I ini diperoleh melalui tahap observasi dengan pengisian lembar checklist.

(a) Pelaksanaan tindakan Siklus I Pertemuan 1

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 16 Maret 2015dengan tema diri sendiri dan sub tema anggota tubuh. Kegiatan terbagi menjadi tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara klasikal.

(61)

46

“Siapa Penciptanya?” Setelah apersepsi guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan pada kegiatan inti. Anak-anak diminta duduk dan menyimak kegiatan yang dilakukan pada hari itu yaitu membilang dengan menggunakan jari.

Peneliti mendemonstrasikan cara membilang dengan menggunakan jari dengan baik dan benar. Selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti dan kolaborator mengamati kemampuan anak dalam kegiatan membilang. Pada saat anak mengerjakan tugasnya, guru dan peneliti mengamati dan mencatat perkembangan anak. Selain itu guru juga memberikan motivasi kepada anak. Sebelum kegiatan pembelajaran selesai guru mengingatkan anak untuk membereskan peralatan yang digunakan. Setelah selesai kegiatan anak istirahat dan bermain di luar ruangan, kemudian dilanjutkan makan bersama. Pada kegiatan akhir kolaborator melakukan evaluasi kegiatan sehari dengan memberikan pertanyaan seputar pembelajaran yang sudah dilaksanakan, berdoa mau pulang, dan salam.

(b) Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan 2

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 17 Maret 2015 dengan tema diri sendiri dan sub tema mengenal diriku. Kegiatan dimulai pukul 07.30-10.00 WIB yang terbagi menjadi tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara kelompok.

(62)

47

inti, peneliti mengkondisikan anak terlebih dahulu dengan menyanyikan lagu bersama-sama “Satu-satu” agar anak siap untuk mengikuti pembelajaran. Kolaborator atau guru melakukan apersepsi sesuai dengan tema pada hari itu dan memberi gambaran tentang materi berhitung.

Pada kegiatan inti, kolaborator menjelaskan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada hari itu. Kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu membilang dengan menggunakan jari. Setelah selesai kegiatan anak istirahat dan bermain di luar kelas, kemudian dilanjutkan makan bersama. Pada kegiatan akhir kolaborator melakukan evaluasi kegiatan sehari, berdoa mau pulang, dan salam. (c) Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan 3

Pertemuan Ketiga dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 18 Maret 2015 dengan tema diri sendiri dan sub tema mengenal tubuhku. Kegiatan dimulai pukul 07.30-10.00 WIB yang terbagi menjadi tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Kegiatan dilaksanakan dengan posisi duduk anak secara klasikal.

(63)

48

melakukan kegiatan ini dengan senang gembira dan dilakukan secara bergantian. Setelah selesai, anak-anak masuk kelas dan duduk di kursi.

Pada kegiatan inti, kolaborator menjelaskan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada hari itu. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan yaitu penjumlahan dan pengurangan 1-10 dengan menggunakan metode Jarimatika. Setelah selesai kegiatan anak istirahat dan bermain di luar kelas, kemudian dilanjutkan makan bersama. Pada kegiatan akhir kolaborator melakukan evaluasi kegiatan sehari, berdoa mau pulang, dan salam.

3) Hasil Observasi Tindakan Siklus I (a) Pertemuan Pertama

Observasi dilakukan selama pembelajaran berlangsung pada Siklus I. Pada Pertemuan Pertama peneliti melihat dan mengamati perkembangan anak dengan hasil belajar yang telah dilaksanakan anak yaitu membilang 1-10 dengan menggunakan metode Jarimatika. Kegiatan observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data sebagai bahan atau analisis dalam kegiatan pembelajaran.

Tabel 4.2 Data Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Kelompok A pada KondisiSiklus I Pertemuan 1

No. Aspek Penilaian Persentase (%)

1 Membilang 1-10 67,50%

2 Mengetahui hasil penjumlahan / pengurangan 1-10 40,00%

Rata - rata 53,75%

(64)

49

Gambar 4.2 Grafik Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Kelompok A pada Kondisi Siklus I Pertemuan 1

Dari pertemuan yang telah dilaksanakan pada Siklus I diperoleh hasil observasi pertemuan pertamadengan menggunakan instrumen lembar observasi menyebutkan bahwa kemampuan berhitung permulaan pada anak Kelompok A sesuai data yang diperoleh adalah anak yang mendapat kriteria belum berkembang 9 anak, kriteria penilaian mulai berkembang 9 anak, dan ktiteria penilaian berkembang sangat baik 2 anak. Perhitungan penilaian rata-rata kelas Kelompok A yaitu aspek membilang 1-10 sebesar 67,50%, aspek menjumlah dan mengurangi 1-10 sebesar 40%. Dari kedua aspek penilaian tersebut dapat disimpulkan nilai rata-rata kelas Kelompok A dalam kemampuan berhitung permulaan dengan menggunakan metode Jarimatika pada Siklus I Pertemuan Pertama adalah 53,75% dengan kriteria penilaian mulai berkembang.

(b) Pertemuan Kedua

Hasil dari analisis observasi pertemuan kedua memperoleh data berupa angka persentase kemampuan berhitung permulaan dengan metode Jarimatika.

53.75%

80%

0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00%

Siklus I Pertemuan 1 Indikator Keberhasilan

(65)

50

Tabel 4.3 Data Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Kelompok A pada Kondisi Siklus I Pertemuan 2

No. Aspek Penilaian Persentase

(%)

1 Membilang 1-10 72,50%

2 Mengetahui hasil penjumlahan / pengurangan 1-10 45,00%

Rata - rata 58,75%

Indikator Keberhasilan 80%

Gambar 4.3 Grafik Kemampuan Berhitung Permulaan pada Kondisi Siklus I Pertemuan 2

Hasil analisis pertemuan kedua dengan menggunakan instrumen lembar observasi menyebutkan bahwa anak yang memperoleh kriteria penilaian belum berkembang 7 anak, kriteria penilaian mulai berkembang 10 anak, kriteria penilaian berkembang sesuai harapan 2 anak, dan kategori berkembang sangat baik 1 anak. Hasil dari perolehan persentase rata-rata kelas anak Kelompok A yaitu dari aspek membilang 72,50%, dari aspek mengetahui hasil pengurangan atau penjumlahan 1-10 sebesar 45%. Dari kedua aspek penilaian tersebut dapat disimpulkan nilai rata-rata kelas Kelompok A dalam kemampuan berhitung

58.75%

80%

0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00%

Siklus I Pertemuan 2 Indikator Keberhasilan

(66)

51

permulaan pada Siklus I Pertemuan Kedua adalah 58,75% dengan kriteria penilaian mulai berkembang.

(c) Pertemuan ketiga

Hasil dari analisis observasi Pertemuan Ketiga memperoleh data berupa angka persentase kemampuan berhitung permulaan dengan metode Jarimatika.

Tabel 4.4 Data Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Kelompok A pada Kondisi Siklus I Pertemuan 3

No. Aspek Penilaian Persentase (%)

1 Membilang 1-10 77,50%

2 Mengetahui hasil penjumlahan / pengurangan 1-10 57,50%

Rata - rata 67,50%

Indikator Keberhasilan 80%

Gambar 4.4 Grafik Data Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Kelompok A pada Kondisi Siklus I Pertemuan 3

Dari data tabel dan grafik di atas menyebutkan bahwa kemampuan berhitung permulaan dengan menggunakan metode Jarimatika pada anak Kelompok A sesuai data yang diperoleh adalah anak yang mendapat kriteria penilaian belum berkembang 3 anak, kriteria penilaian mulai berkembang 10 anak, kriteria penilaian berkembang sesuai harapan 6 anak, dan kriteria

67.50%

Siklus I Pertemuan 3 Indikator Keberhasilan

(67)

52

berkembang sangat baik 1 anak. Hasil dari perolehan persentase rata-rata kelas anak Kelompok A yaitu dari aspek membilang 1-10 77,50%, mengetahui hasil penjumlahan atau pengurangan 1-10 57,50%. Dari kedua aspek penilaian tersebut dapat disimpulkan nilai rata-rata kelas Kelompok A dalam kemampuan berhitung permulaan pada Siklus I Pertemuan Ketiga adalah 67,50% dengan kriteria penilaian mulai berkembang.

Tabel 4.5 Rekapitulasi Data Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Kelompok A pada Kondisi Siklus I

No. Aspek Penilaian Persentase (%)

Rata-rata

1 2 3

1 Membilang 1-10 67,50% 72,50% 77,50% 72,50%

2 Mengetahui hasil penjumlahan /

pengurangan 1-10 40,00% 45,00% 57,50% 47,50%

Pra Siklus 46,88%

Siklus I 60%

Indikator Keberhasilan 80%

Berdasarkan perolehan persentase kemampuan berhitung permulaan pada Siklus I dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:

Gambar 4.5 Grafik Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Kelompok A pada Kondisi Siklus I

46.88%

Pra Siklus Siklus I Target Pencapaian

(68)

53

Berdasarkan hasil data analisis observasi Siklus I dari Pertemuan Pertama sampai dengan Pertemuan Ketiga kemampuan berhitung permulaan dengan menggunakan metode Jarimatika anak Kelompok A TK Tunas Harapan II Magelang mengalami peningkatan yaitu dari 46,88% menjadi 54,16% dari 20 anak yang diteliti. Hasil persentase tersebut belum dapat dikatakan berhasil karena belum mencapai pada target pencapaian yaitu 80% dari 20 anak dengan kriteria penilaian berkembang sesuai harapan. Oleh karena itu peneliti masih perlu melakukan penelitian lagi pada Siklus II.

4) Refleksi Tindakan Siklus I

Refleksi berupa koreksi terhadap tindakan yang telah dilaksanakan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan yang ada pada Siklus I. Pada tahap refleksi ini, peneliti melakukan perbandingan dengan melihat tabel dan grafik hasil observasi sebelum dilakukan tindakan dan pada pelaksanaan tindakan Siklus I. Peningkatan berhitung pada anak Kelompok A dapat dilihat melalui persentase yang diperoleh pada pratindakan hingga Siklus I dari Pertemuan Pertama sampai Pertemuan Ketiga. Peneliti dan kolaborator melakukan diskusi mengenai kegiatan yang telah dilaksanakan dari Pertemuan Pertama sampai Pertemuan Ketiga kemudian menjabarkan permasalahan apa saja yang menjadi kendala pada Siklus I sehingga belum dapat mencapai target yang ditetapkan. Permasalahan yang muncul pada Siklus I antara lain:

(69)

54

(b) Masih ada beberapa anak yang tidak fokus dalam memperhatikan penjelasan guru. Hal ini disebabkan guru kurang mampu mengkondisikan anak.

(c) Masih banyak anak yang memerlukan bimbingan guru.

Berdasarkan permasalahan yang muncul diatas pada Siklus I peneliti dan kolaborator melakukan diskusi untuk mencari solusi dari permasalahan yang muncul pada Siklus I. Adapun solusi untuk permasalahan tersebut antara lain: (a) Memberi penjelasan kepada anak dengan cara dan bahasa yang mudah

dipahami anak.

(b) Memberi contoh cara membilang dan menjumlah atau mengurangi 1-10 dengan pelan agar anak benar-benar paham.

Kelebihan dari pelaksanaan pembelajaran pada Siklus I adalah peneliti telah melaksanakan perbaikan pembelajaran sesuai dengan rencana kegiatan harian yang telah disusun, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.

Pada Siklus I hasil dari penelitian peningkatan yang dicapai belum sesuai dengan indikator keberhasilan atau target pencapaian yang ditentukan. Peneliti dan kolaborator melakukan Siklus II dengan harapan akan terjadi peningkatan sesuai dengan indikator keberhasilan. Peningkatan dilakukan yaitu dengan memberikan penjelasan dengan cara dan bahasa yang mudah dipahami anak serta memberi contoh cara membilang dan menjumlah atau mengurangi 1-10 dengan pelan-pelan sampai anak benar-benar paham.

5) Hipotesis Tindakan menuju Siklus II

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
Gambar 3.1. Desain Penelitian Menurut Kemmis & Mc. Taggart (Suwarsih Madya, 2007: 67)
Tabel 3.1 Instrumen Observasi tentang Kemampuan Berhitung Permulaan
Tabel 3.3 Rubrik Penilaian tentang Kemampuan Menjumlah atau Mengurangi 1-10
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menyatakan bahwa dengan menggunakan media kartu angka dapat meningkatkan kemampuan berhitung permulaan anak di KB/TK Aisyiyah Al-Amin Nusukan,

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berhitung permulaan anak melalui permainan, sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui

Berdasarkan hasil tindakan siklus I, siklus II, dan siklus III yang telah dilaksakanakan selama penelitian, menunjukkan adanya perkembangan kemampuan Berhitung

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam pembelajaran melalui kegiatan permainan berhitung permulaan tahap konsep bilangan pada anak

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus dapat diketahui bahwa menggunakan bermain stick angka dapat meningkatkan kemampuan berhitung

dengan judul “ UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN MELALUI BERMAIN STICK ANGKA PADA ANAK KELOMBOK B DI TK DESA WONOLOPO TASIKMADU KARANGANYAR TAHUN

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu upaya meningkatkan kemampuan berhitung permulaan anak dapat dilakukan melalui puzzle angka pada anak kelompok A di TK Pertiwi

3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung Anak Taman Kanak- kanak Melalui Kegiatan Meronce Pada Anak Kelompok B TK Tunas Karya