• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN KADAR DEBU KACA DENGAN PENURUNAN KAPASITAS FUNGSI PARU PADA TENAGA KERJA DI Hubungan Antara Lama Paparan Kadar Debu Kaca Dengan Penurunan Kapasitas Fungsi Paru Pada Tenaga Kerja Di Bagian Produksi Kaca CV. Family Glass Sukoha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN KADAR DEBU KACA DENGAN PENURUNAN KAPASITAS FUNGSI PARU PADA TENAGA KERJA DI Hubungan Antara Lama Paparan Kadar Debu Kaca Dengan Penurunan Kapasitas Fungsi Paru Pada Tenaga Kerja Di Bagian Produksi Kaca CV. Family Glass Sukoha"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN KADAR DEBU KACA DENGAN PENURUNAN KAPASITAS FUNGSI PARU PADA TENAGA KERJA DI

BAGIAN PRODUKSI KACA CV. FAMILY GLASS SUKOHARJO

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh :

KARINAWATI J 410 090 029

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)
(3)
(4)

HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN KADAR DEBU KACA DENGAN PENURUNAN KAPASITAS FUNGSI PARU PADA TENAGA KERJA DI BAGIAN PRODUKSI KACA CV. FAMILY GLASS SUKOHARJO

Karinawati J 410 090 029

Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Surakarta 57162

Abstrak

Debu batu bara merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya penyakit akibat kerja terutama gangguan fungsi paru. Proses kerja produksi CV. Family Glass Sukoharjo terdiri dari ruang penyemprotan dan ruang penggrindaan kaca tersebut berisiko tinggi terhadap paparan debu kaca dan mengakibatkan tenaga kerja terpapar langsung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lama paparan kadar debu kaca dengan penurunan kapasitas fungsi paru pada tenaga kerja di bagian produksi kaca CV. Family Glass Sukoharjo. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat survai analatik, dengan pendekatan Cross Sectional dan jenis rancangan One-Shot Case Study . Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja di bagian produksi kaca yang berjumlah 35 orang.Pemilihan sampel menggunakan teknik Total Sampling. Responden yang memenuhi criteria adalah 30 orang. Sebagian besar berusia <40 tahun dengan kelompok masa kerja <5 tahun. Analisis data dilakukan dengan uji korelasi Pearson Product Moment dan menggunakan bantuan SPSS versi 21. Hasil uji statistik menunjukan nilai p value 0,000 < 0,05 sehingga dapat dikatakan ada hubungan yang signifikan antara lama paparan kadar debu kaca dengan penurunan kapasitas fungsi paru dan diperoleh nilai r= -0,623 pada tingkat hubungan kuat menunjukan hubungan yang berbanding terbalik, bahwa setiap peningkatan lama paparan diikuti dengan penurunan FVC.

Kata Kunci : Lama Paparan, Debu Kaca, Penurunan Kapasitas Fungsi Paru

Abstract

(5)

research was an analytical survey with the Cross Sectional Approach and One-Shot Case Study. The population in this research were the workers who work in the Production with the total number 35 people. The purposive sampling was used to determine the samples. The respondents who fulfilled the criteria were 30 people. Most of the respondents less than 40 years old with working experience for less than 5 years. The data analysis was carried out by using the Pearson Product Moment Correlation Test and program SPSS version 21. Based on the statistic test result, the probability value as big as 0.000 (p < 0.05), so that it can be said that there was a significant correlation between the exposition duration and it was achieved the r value = - 0.623 on the strong correlation level and showed the inversely proportional correlation, that every exposition duration was followed by the decline of FVC.

Key Words : Exposition Duration, Glass Dust, Decline of Lungs Function Capacity.

PENDAHULUAN

Debu merupakan partikel zat kimia padat yang disebabkan oleh kekuatan alami atau mekanis seperti pengolahan, penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakan dan lain-lain dari benda, baik organis maupun anorganis, misalnya batu, kayu, biji, logam, batu bara, butir-butir zat dan sebagainya (Suma’mur, 2009).

(6)

Diantara gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja, debu merupakan salah satu sumber gangguan yang tidak dapat diabaikan. Dalam kondisi tertentu, debu merupakan bahaya yang menyebabkan pengurangan kenyamanan kerja, gangguan pengelihatan, gangguan fungsi faal paru, bahkan dapat menimbulkan keracunan umum (Depkes, 2003).

Menurut International Labor Organization (ILO) tahun 1999, penyakit saluran pernapasaan merupakan salah satu penyebab kematian yang angkanya mencapai 21%. Di USA penyakit paru akibat kerja merupakan penyakit akibat kerja nomer satu yang dikaitkan dengan frekuensi, tingkat keparahan dan kemampuan pencegahannya. Biasanya disebabkan oleh paparan, iritasi atau bahan toksik yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan akut maupun kronis. Sedangkan di Indonesia penyakit atau gangguan paru akibat kerja disebabkan oleh debu dan angka ini diperkirakan cukup banyak (Widjasesana, 2010).

Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Fahmi 2012, hasil analisis hubungan korelasi rank spearman antara masa kerja dengan kapasitas fungsi paru (KVP dan VEP1) dengan nilai p-value masing-masing 0,01 dan 0,019 hal ini menuujukan adanya hubungan antara masa kerja dengan kapasitas fungsi paru. Semakin lama masa kerja seseorang maka semakin lama juga tekena paparan debu dan paparan debu tersebut akan berakumulasi.

(7)

No.107 Sukoharjo. Berdasarkan survey pendahuluan yang telah dilakukan, para pekerja yang mengalami keluhan gangguan pernafasan antara lain batuk pilek, batuk berdahak, pusing, bersin-bersin, kelelahan dan sesak nafas karena terpapar debu kaca serta kebiasaan pekerja tidak memakai masker. Penulis juga menjumpai gambaran keadaan di tempat kerja yang secara kasat mata debu kaca terlihat dimana-mana dan di CV. Family Glass Sukoharjo para pekerja mayoritas menghirup debu yang berasal dari kaca, walaupun sudah menyediakan masker bagi pekerja tetapi masih kurang memperhatikan masalah K3. Di bagian produksi kaca merupakan bagian berisiko tinggi terhadap pajanan debu kaca.

Di CV. Family Glass Sukoharjo, Jawa tengah, bahwa kadar debu yang terdapat di ruangan bagian penggerindaan kaca dan bagian penyemprotan kaca, yaitu menurut Keputusan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Per.13/MenX/2011 masih melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) debu kaca yaitu 10 mg/m3.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan lama paparan kadar debu kaca terhadap penurunan kapasitas fungsi paru pada tenaga kerja CV. Family Glass Sukoharjo.

Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

(8)

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengukur kadar debu kaca pada tenaga kerja di bagian Produksi Kaca

b. Untuk mengetahui penurunan kapasitas fungsi paru pada tenaga kerja di bagian Produksi Kaca

c. Untuk menguji tingkat hubungan antara lama paparan kadar debu kaca dengan penurunan kapasitas fungsi paru pada tenaga kerja di bagian Produksi Kaca

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah Survey Analitik dengan menggunakan cross sectional yaitu mempelajari dinamika kolerasi antara faktor risiko (lama paparan kadar debu kaca) dan efek (kapasitas fungsi paru) dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini dilakukan di bagian Produksi Kaca CV. Family Glass pada bulan Agustus 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja di bagian produksi kaca yang berjumlah 35 orang. Sampel yang memenuhi criteria adalah sebanyak 30 orang dengan menggunakan tehnik PurposiveSampling.

(9)

tingkat signifikansi 0,05. Jika nilai p < 0,05 maka Ho ditolak dan jika nilai p > 0,05 maka Ho diterima.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Lama Paparan Kadar Debu Kaca

Berdasarkan frekuensi data lama paparan kadar debu kaca responden sebagian besar terpapar antara selama 1-5 tahun sebanyak 22 orang (73,33%) dari 30 responden, sedangkan yang terpapar antara 6-10 tahun ada 2 orang (66,7%) dan terpapar >10 tahun ada 6 orang (20%). 2. Penurunan Kapasitas Fungsi Paru

Berdasarkan frekuensi data penurunan kapasitas fungsi paru responden sebagian besar mengalami penurunan kapasitas fungsi paru normal sebanyak 4 orang (13%) dari 30 responden, sedangkan yang ringan ada 14 orang (47%) dan yang penurunan kapasitas fungsi paru sedang ada 12 orang (40%).

3. Hubungan Antara Lama Paparan Kadar Debu Kaca Dengan

Penurunan Kapasitas Fungsi Paru .

(10)

didapat nilai p value 0,000<0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara lama paparan kadar debu kaca dengan penurunan kapasitas fungsi paru pada tenaga kerja di bagian Produksi Kaca CV. Family Glass Sukoharjo.

B. Pembahasan

1. Lama Paparan Kadar Debu Kaca

Berdasarkan hasil pengukuran kadar debu batu bara lingkungan kerja rata-rata didapat nilai paparan yang melebihi NAB yakni 22,2 mg/m³. Hal ini sesuai dengan Keputusan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Per.13/Men/X/2011 dan hasil penelitian yang dilakukan dengan wawancara didapat lama paparan responden berkisar antara <1 – <5 tahun dengan lama paparan mininal 1 tahun. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kondisi lingkungan kerja di bagian produksi kaca sudah tidak aman karena nilai NAB kadar debu kaca yang dihasilkan telah melebihi dari nilai NAB yaitu 10 mg/m³ dan kebanyakan responden telah lama terpapar dan menghirup kadar debu kaca di bagian produksi kaca yang dapat menyebabkan penurunan kapasitas fungsi paru.

(11)

oleh tempat kerja dapat mempengaruhi kesehatan terutama saluran pernapasan.

2. Penurunan Kapasitas Fungsi Paru

Hasil pengukuran kapasitas fungsi paru dengan spirometer di bagian produksi kaca CV. Family Glass Sukoharjo dapat diketahui bahwa dari 30 tenaga kerja terdapat 4 tenaga kerja dengan FVC normal (13%), 14 tenaga kerja dengan FVC Restruktif ringan (47%) dan 12 tenaga kerja dengan FVC Restriktif sedang (40%). Hal ini berarti bahwa penurunan kapasitas fungsi paru yang dipengaruhi oleh hasil %FVC (Forced Vital Capacity) dari tenaga kerja yang mengalami kelainan fungsi paru restriktif yaitu Penyempitan saluran paru yang diakibatkan oleh bahan yang bersifat alergi seperti debu, spora, jamur yang mengganggu saluran pernafasan dan kerusakan jaringan paru-paru dari tingkat ringan (60-79% FVC), sedang( 30-55% FVC) dan berat (<30% FVC).

Berdasarkan hasil pengukuran kapasitas fungsi paru didapat 47 % restriktif ringan dan 40% restriktif sedang dari total tenaga kerja yang mengalami penyempitan disaluran paru dan dengan demikian akan menurunkan kapasitas vital paru (Guyton, 2008).

3. Hubungan Antara Lama Paparan Kadar Debu Batu Bara Dengan

Penurunan Kapasitas Fungsi Paru.

(12)

dengan nilai kadar debu kaca yang melebihi NAB yaitu 22,2 mg/m³ sehingga menyebabkan penurunan kapasitas fungsi paru sebanyak 47% mengalami restriktif ringan dan 40% mengalami restriktif sedang dari total responden yang bekerja dilingkungan tersebut.

Hasil uji analisis hubungan antara lama paparan kadar debu kaca dengan penurunan kapasitas fungsi paru (FVC) dengan menggunakan uji person correlation atau product moment didapat nilai korelasi r -0,623 pada tingkat hubungan korelasi kuat (r=0,60-0,799). Sifat korelasi pada nilai r yang negatif menunjukan hubungan yang berlawanan artinya bahwa setiap peningkatan lama paparan diikuti dengan penurunan FVC atau sebaliknya. Dari nilai p value didapat nilai 0,000 < 0,05, hasil ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan. Dasar pengambilan keputusan ini adalah jika p value kurang dari 0,05 maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan yang signifikan antara lama paparan kadar debu kaca dengan penurunan kapasitas fungsi paru di bagian produksi kaca CV. Family Glass Sukoharjo.

(13)

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Berdasarkan hasil uji korelasi didapat nilai p value =0,000<0,05, maka hasil ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara lama paparan kadar debu kaca dengan penurunan kapasitas fungsi paru pada tingkat hubungan korelasi kuat yaitu -0,623. Tanda negatif menunjukan hubungan yang berbanding terbalik artinya bahwa setiap peningkatan lama paparan diikuti dengan penurunan FVC atau sebaliknya.

2. Kadar debu kaca di bagian produksi kacabagian penyemprotan adalah 22,1 mg/m3 (>NAB), di bagian penggrindaan 22,3 mg/m3 (>NAB). 3. Hasil dari pengukuran spirometer menunjukkan adanya gangguan

penurunan kapasitas fungsi paru pada tenaga kerja di produksi kaca unit, tenaga kerja yang mengalami gangguan kapasitas fungsi paru restriktif ringan sebanyak 14 orang (47%), restriktif sedang sebanyak 12 orang (40%) sedangkan jumlah tenaga kerja yang hasil pengukuran sprirometer normal sebanyak 4 orang (13%).

B. Saran

1. Bagi Perusahaan

(14)

b. Perusahaan diwajibkan menyediakan secara cuma-cuma alat pelindung diri dan menyediakan bagi setiap orang yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli-ahli keselamatan kerja yang berdasarkan pada UU No. 1 tahun 1970 pasal 14.

2. Bagi Tenaga Kerja

Diharapkan dapat lebih meningkatkan kesadaran dalam penggunaan APD terutama masker yang telah disediakan oleh perusahaan dengan baik dan benar selama jam kerja berlangsung, guna untuk meminimalisir gangguan atau PAK terutama yang berhubungan dengan kesehatan paru-paru.

DAFTAR PUSTAKA

Fahmi T. 2012. Hubungan Masa Kerja dan Penggunaan APD Dengan Kapasitas Fungsi Paru Pada Pekerja Tekstil Bagian Ring Frame Spinning I di PT.X Kabupaten Pekalongan. Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.1, No.2, 2012: 828-835

Guyton dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Keputusan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Per.13/Men/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di tempat kerja.

Notoatmodjo S. 2005. Imu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Graha Ilmu. Suma’mur PK. 2009. Hiegiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: CV

Sagung Seto.

Referensi

Dokumen terkait

Bahan baku kertas Koran Kompos memberikan pertumbuhan terbaik untuk pertumbuhan benih, dan meningkatkan tinggi dan diameter berturut-turut sebesar 3,90% dan

Untuk mengetahui tingkat stres kerja perawat di IRNA Ashifa RSUI Kustati Surakarta, untuk mengetahu nilai pendokumentasian proses keperawatan di IRNA Ashifa RSUI Kustati Surakarta

Kesimpulan:Korelasi positif antara ekspresi p53 dan p21 pada sel mukosa buli buli penderita HPJ dengan retensi urin yang dipasang kateter uretra menunjukkan bahwa fungsi

Parameter yang diamati yaitu: produksi per rumpun, kerapatan sel minyak, tinggi tanaman, diameter batang, panjang daun, lebar daun, jumlah daun per rumpun, jumlah cabang per

Proses pengajaran disekolah merupakan bagian dari kegiatan pendidikan pada umumnya secara otomatis berusaha untuk membawa siswa menuju keadaan yang lebih baik

On the last pass (an odd-numbered pass from left to right), the rightmost locker will be closed, leaving only the leftmost locker open.. Therefore, starting with a row of 2 2 c + 1

Sedangkan pada kelompok pengguna kontrasepsi nonhormonal didapatkan nilai korelasi Spearman r = 0,363; p &lt; 0,05 yang berarti terdapat korelasi positif yang secara

Bagi guru, penelitian ini dapat membantu dalam penyajian bentuk soal pemecahan masalah jenis terbuka yang benar dan mengetahui kesulitan atau kelemahan siswa yang