PENERAPAN METODE BRAINSTORMING DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 1 Kutabuluh)
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial
Oleh :
SENTOSA
1204855
SEKOLAH PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENERAPAN METODE BRAINSTORMING DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 1 Kutabuluh)
Oleh Sentosa
S.Pd. Universitas Negeri Medan, 2000
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Sentosa 2014
Universitas Pendidikan Indonesia Februari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
ABSTRAK
Sentosa, NIM: 1204855. Judul tesis “PENERAPAN METODE BRAINSTORMING
DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 1 Kutabuluh)” Dibimbing oleh, Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd sebagai pembimbing 1 dan Dr. Cecep Darmawan M,Si sebagai pembimbing II.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masalah lemahnya proses pembelajaran IPS yang mengakibatkan rendahnya kreativitas siswa. Adapun masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran awal pembelajaran IPS sebelum penerapan metode brainstorming, bagaimana pelaksanaan metode brainstorming dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan kreativitas siswa, bagaimana efektivitas penerapan metode brainstorming dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan kreativitas siswa dan bagaimana upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala penerapan metode brainstorming dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan kreativitas siswa. Masalah tersebut harus segera diselesaikan karena kreativitas belajar merupakan salah satu yang yang harus diperhatikan dalam proses pembelajaran IPS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran awal, pelaksanaan, efektivitas dan mengatasi kendala kendala yang muncul dalam pelaksanaan metode brainstorming dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan kreativitas siswa. Teori yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teori kreativitas yang dioperasionalkan oleh Parnes yang mengatakan bahwa ciri-ciri kreativitas adalah kelancaran, keluwesan, keaslian, keterperincian dan kepekaan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri I Kutabuluh, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara. Subjek dari penelitian ini adalah guru IPS dan siswa kelas VIIIA yang berjumlah 36 orang yang terdiri dari laki-laki 12 orang dan perempuan 24 orang. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 1 Oktober 2013 sampai dengan 13 Nopember 2014. Tindakan dilaksanakan selama tiga siklus. Setiap siklus terdir i dari tiga pertemuan. Berdasarkan hasil temuan penelitian diketahui bahwa penerapan metode brainstorming dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan kreativitas siswa terjadi peningkatan pada aktifitas guru dan siswa dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Kreativitas siswa mengalami peningkatan dalam tiap siklus. Kreativitas siswa yaitu berupa perhatian, keberanian dalam mengemukakan ide-ide atau pendapat dan keberanian dalam bertanya dan menjawab pertanyaan. Dengan penerapan metode brainstorming dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan kreativitas siswa, guru mampu membangkitkan dan meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif, sehingga kreativitas siswa menjadi meningkat.
ABSTRACT
Sentosa, NIM: 1204855. Thesis title “APPLICATION METHOD BRAINSTORMING IN
SOCIAL STUDIES TO INCREASE STUDENT CREATIVITY (Classroom Action Reseach in SMP Negeri I Kutabuluh)” Supervised by Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd. as a supervisor I and Dr. Cecep Darmawan, M.Si as supervisor II.
This research was motivated by the weakness problem in the learning process of social studies that resulted in students’ low creativities. The issues examined in this study were how the initial overview of social studies learning before the brainstorming method was implemented, how brainstorming method was implemented in the social studies learning to enhance students’ creativities, how the effectiveness of the brainstorming method in the social studies learning to enhance students' creativities and what efforts were made to overcome those obstacles in the implementation of brainstorming method in social studies learning to enhance students' creativities. These problems must be resolved because the creativity of learning is one that must be considered in the process of social studies learning. This study aimed to describe the initial overview, the implementation, the effectiveness and how to overcome the obstacles that arise in the implementation of brainstorming methods in social studies learning to enhance students' creativities. The theory used in this study was the theory of creativity operated by Parnes who said that the characteristics of creativity are fluency, flexibility, originality, and sensitivity of detail. The approach used in this study was a qualitative approach to classroom action research method. This research was conducted at SMP Negeri I Kuta Buluh, Karo Regency, North Sumatra Province. The subjects of this research were a social studies teacher and 36 students of class VIIIA consisting of 12 boys and 24 girls. The study conducted from October 1, 2013 until 13 November 2014. The actions carried out for three cycles. Each cycle consisted of three meetings. Based on the research findings, it was known that the implementation of brainstorming method in social studies learning to enhance students' creativity showed enhancement in the activities of teachers and students in the planning, implementation and evaluation of learning. Creativity of students had increased in each cycle. Creativities of the students were seen in the form of attention, courage in expressing ideas or opinions and courage in asking and answering questions. With the application of the brainstorming method in social studies learning to enhance students' creativity, the teacher was able to generate and increase students’ activeness, so that the creativity of the students were increased.
34 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan , Metode, Teknik Pengumpulan Data
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yakni
sebuah proses inkuiri yang menyelidiki masalah-masalah sosial dan kemanusiaan dengan
tradisi metodologi yang berbeda , (Creswell dalam Wiriaatmadja 2012:8). Menurut
Bogdan dan Taylor dalam Meleong, (2005:4) bahwa pendekatan kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan pelaku yang diamati. Sementara menurut Denzin dan Lincol, (2005:5)
menyebutkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar
alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan
melibatkan berbagai metode yang ada.
Adapun menurut Creswell (2010 :4) pendekatan kualitatif merupakan
metode-metode untuk mengesplorasi makna yang dianggap berasal dari masalah sosial atau
kemanusiaan. Proses penelitian ini melibatkan upaya-upaya penting seperti mengajukan
pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari para
partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema
tema yang umum dan menafsirkan makna data.
Penelitian kualitatif juga bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk
kata-kata atau gambar (atau keduanya), sehingga tidak menekankan angka dan lebih
menekankan pada proses daripada produk. Analisis data dalam kualitatif dilakukan secara
induktif. Yang lebih penting dari pada penelitian kualitatif adalah menekankan pada
makan (arti) data dibalik yang diamati. Adapun menurut Sudjana (2004:200) Penelitian
kualitatif tidak dimulai dari teori yang dipersiapkan sebelumnya, tetapi dimulai dari
lapangan berdasakan lingkungan alami. Data dan informasi lapangan ditarik makna dan
konsepnya melalui penerapan deskriptif analitik tanpa menggunakan enumerasi dan
statistic sebab lebih mengutamakan proses terjadiya suatu perisriwa dan tingkah laku
dalam situasi alami. Generalisasi tidak perlu dilakukan sebab deskripsi dan interpretasi
terjadi dalam konteks ruang, waktu dan situasi tertentu.
Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif, yaitu metode yang tidak
variable-variabel yang diteliti. Hal ini bukan berarti pendekatan kualitatif sama sekali
tidak menggunakan dukungan kuantitatif akan tetapi penekanannya tidak pada pengujian
hipotesis melainkan pada usaha menjawab pertanyaan penelitian melalui cara-cara berpikir
formal dan argumentatif. Banyak penelitian kualitatif merupakan penelitian sampel kecil.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
(PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari classroom action research
yaitu satu action research yang dilakukan di kelas. Penelitian tindakan kelas adalah
penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri,
dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga proses pembelajaran
dapat berjalan dengan baik, dan hasil belajar siswa meningkat.
Penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasi
kondisi praktek pembelajaran dan belajar dari pengalaman mereka sendiri, dapat
mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka dan melihat
pengaruh nyata dari upaya itu Wiriaatmadja (2006:13).
Menurut Kemmis (1983) dalam Wiriaatmadja, mengartikan bahwa penelitian
tindakan kelas adalah sebuah bentuk inkuiri replektif yang dilakukan secara kemitraan
mengenai situasi social tertentu ( termasuk pendidikan ) untuk meningkatkan rasionalitas
dan keadilan dari: (a) kegiatan praktek social dan pendidikan mereka (b) Pemahaman
mereka mengenai kegiatan praktek pendidikan (c) situasi yang memungkinkan
terlaksanannya kegiatan praktek ini.
Sedangkan menurut pandangan Hopkins (dalam Wiriaatmadja 2005:11) penelitian
tindakan merupakan penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan
tindakan substantif, suatu tindakan inkuiri atau suatu usaha seseorang untuk memahami
apa yang sedang terjadi sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.
Oleh karena itu guru dapat melakukan penelitian tindakan kelas ini untuk mengetahui
kelemahan dan kekurangan dalam proses belajar mengajar sehingga kekurangan tersebut
dapat diperbaiki.
Penelitian tindakan kelas terutama memanfaatkan data pengamatan dan prilaku
seseorang. Penelitian tindakan kelas menelaah ada tidaknya kemajuan, sementara itu
kegiatan proses pembelajaran tetap berjalan. Informasi-informasi dikumpulkan, diolah,
pristiwa ke peristiwa. Tujuannya adalah memberikan masukan bagi pengembalian
keputuasan praktis dalam situasi konkrit dan validasi teori atau hipotesis yang dihasilkan
tidak tergantung hanya pada uji kebenaran ilmiah semata, namun lebih-lebih manfaatnya
dalam membantu orang untuk bertindak lebih terampil dan lebih intelitjen dalam
menghadapi berbagai permasalahan penelitian.
Adapun yang menjadi karakteristik PTK dan yang membedakannya dengan
penelitian yang lain dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai berikut:
1. Masalah dalam PTK dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri guru bahwa
praktek yang dilakukannya selama ini di kelas mempunyai masalah yang perlu
diselesaikan.
2. Self-reflective inquiry atau penelitian melalui refleksi diri, merupakan ciri PTK
yang paling esensial.
3. Penelitian tindakan kelas dapat dilakukan di dalam kelas, sehingga fokus penelitian
adalah kegiatan pembelajaran berupa prilaku guru dan siswa dalam melakukan
interaksi belajar mengajar.
4. Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran. Perbaikan
dilakukan secara bertahap dan terus menerus, selama kegiatan penelitian
dilakukan.
(Hamzah, dkk 2011:41)
Akhirnya hakekat dari penelitian tindakan kelas adalah suatu usaha berupa tindakan atau intervensi yang dilakukan dengan prosedur terencana dan sistematis untuk memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapi guru di kelas (Depdikbud,1996). Karenanya, seperti juga kata Sudjana dan Ibrahim (1989: 198), penelitian ini lebih menekankan segi proses, bukan hasil dari kegiatan suatu pembelajaran.
C. Teknik pengumpulan data
Proses pengumpulan data adalah keterangan yang berhubungan dengan penelitian, data
yang dimaksud berupa data hasil pengamatan, pencatatan atau data yang telah siap untuk
disajikan. Untuk memperoleh data maka dibutuhkan beberapa macam metode atau teknik
pengumpulan data agar bukti-bukti atau fakta yang diperoleh berfungsi sebagai data yang
objektif dan valid.Data yang dihimpun dalam penelitian ini adalah:
a. Pelaksanaan proses pembelajaran dengan mengimplementasikan penerapan metode
brainstorming pada mata pelajaran IPS di SMP. Informasi tentang data tersebut
teknik pengumpulan datanya melalui observasi, wawancara, pedoman wawancara,
dan pedoman study dokumentasi.
b. Unjuk kerja guru dalam penerapan metode brainstorming pada mata pelajaran IPS
di SMP. Informasi tentang data tersebut bersumber dari guru yang menggunakan
teknik pengumpulan datanya melalui teknik observasi dan diskusi balikan dengan
alat bantunya pedoman observasi.
c. Hambatan dan kesulitan guru dalam penerapan metode brainstorming pada mata
pelajaran IPS di SMP.
d. Upaya yang dilakukan guru dalam penerapan metode brainstorming pada mata
pelajaran IPS di SMP. Informasi tentang data tersebut bersunber dari guru yang
menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi dan siskusi balikan serta
wawancara dengan alat bantunya adalah pedoman observasi dan diskusi balikan.
Ada beberapa teknik pengumpulan data yaitu:
1. Observasi
Observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian ketika peneliti atau
pengamat melihat situasi penelitian. Observasi sangat sesuai digunakan dalam penelitian
yang behubungan dengan kondisi/interaksi belajar mengajar, tingkah laku, dan interaksi
kelompok (Hamjah dkk, 2011: 90).
Manfaat observasi dalam penelitian akan terwujud apabila masukan balik atau
feedback dilakukan dengan cermat yaitu dengan cara:
Dilakukan dalam waktu 24 jam sesudah kegiatan tindakan dilakukan
Berdasarkan catatan lapangan yang ditulis dengan sistematis dan cermat
Berdasarkan data factual
Data factual ditafsirkan berdasarkan criteria yang telah disetujui
Penafsiran diberikan pertama kali oleh guru yang diobservasi
Untuk selanjutnya dirundingkan bersama mitra peneliti lainnya dalam diskusi dua arah
Peneliti dalam hal ini berusaha untuk objektif dalam mengumpulkan data, tidak
mengkritik apalagi menghakimi pola guru mitra yang belum berhasil, tetapi lebih bersifat
persuasive dan tetap berpegang pada prinsip bahwa penelitian tindakan kelas dengan
penerapan metode brainstorming diarahkan untuk memperbaiki pembelajaran IPS di SMP
Negeri 1 Kutabuluh
Tiga fase esensial dalam mengobservasi kelas adalah pertemuan, perencanaan, dan
diskusi balikan. Guru dan peneliti akan mempelajari bersama hasil observasi, menyepakati
hasil pengamatan yang berbentuk kekurangan atau keberhasilan untuk dijadikan catatan
lapangan, dan mendiskusikan langkah-langkah berikutnya. Tiga fase observasi dapat
dilihat dalam bagan dibawah ini:
Gambar: 3.1
Bagan Alur Obesrvasi Kelas
Sumber: Wiriaatmadja (2012:106)
2. Wawancara
Salah satu cara untuk mengumpulkan data ialah dengan jalan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada subjek penelitian. Instrumen ini digunakan untuk
mendapatkan informasi mengenai fakta, keyakinan, peasaan, niat dan sebagainya.
Menurut Denzin dalam Geotz dan Le Compe (1984) dalam Wiriaatmadja 2011:117
wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada
orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang
perlu.
Sedangkan menurut Hopkins (1993:125 dalam Wiriatmadja 2011:117) Wawancara
adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat dari sudut Diskusi
Balikan
Observasi
Kelas
Perencanaan
pandang orang lain. Orang-orang yang diwawancarai adalah beberapa siswa, teman
sejawat, kepala sekolah, orang tua siswa dan lain-lain.
Menurut Lincoln dan Guba (Moleong, 2001:135) menjelaskan bahwa maksud
mengadakan wawancara adalah untuk mengontruksi mengenai orang, kejadian,
kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain.
3. Dokumen
Ada beberapa macam dokumen yang dapat membantu kita dalam menumpulkan
data penelitian yang ada kaitannya dengan permasalahan dalam penelitian tindakan
kelas, misalnya:
Silabi dan rencana pelajaran
Laporan diskusi tentang kurikulum
Berbagai macam ujian dan tes
Laporan tugas siswa
Bagian-bagian dari buku teks yang digunakan dalam pembelajaran
Contoh essay yang ditulis oleh siswa (Ellot,1991:78 dalam Wiriaatmadja 2005:121
4. Bahan Audio-visual
Agar mempunyai alat pencatatan untuk menggambarkan apa yang sedang terjadi di
kelas pada waktu pembelajaran dalam rangka penelitian tindakan kelas, maka untuk
menangkap suasana kelas, detail tentang peristiwa-peristiwa penting/khusus yang terjadi
atau ilustrasi episode tertentu, alat-alat elektronik ini dapat saja digunakan untuk
membantu mendeskripsikan apa yang dicatat di lapangan, apabila memungkinkan.
Gambar-gambar foto, cuplikan rekan tape atau slide, berguna juga dalam
wawancara, baik untuk melalui topik pembicaraan maupun untuk meningkatkan agar
tidak menyimpang dari tujuan wawancara. Alat video kalau digunakan sebaiknya kamera
buakan dipegang oleh yang berperan menyajikan pembelajaran melainkan oleh mitra
peneliti atau sejawat lainnya, serta tidak mengganggu jalannya pembelajaran di kelas
karena siswa tidak terpikat kepada kesibukan rekan video daripada berpartisipasi dalam
pembelajaran itu sendiri (Elliot, 1991: 79: Hopkins 1993:142 dalam Wiriaatmadja
5. Angket
Selain hal diatas, teknik pengumpulan data juga dilakukan melalui angket, untuk
mengukur kreativitas siswa. Metode angket merupakan pernyataan yang disusun dengan
kalimat pernyataan dengan opsi jawaban yang tersedia (Gulo 2005:122). Cara
pengambilan data dengan menggunakan angket adalah dengan meminta subjek penelitian
untuk mengisi daftar pernyataan yang dibuat berdasarkan pada indikator-indikator
kreativitas.
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, dimana responden
memilih salah satu jawaban yang tersedia. Angket dinyatakan dalam bentuk pernyataan
untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolaknya melalui
rintangan nilai tertentu yang disusun berdasarkan model Likert (Sudjana, 2005: 80). Model
ini memberikan kemudahan bagi responden untuk memberikan jawaban karena hanya
dengan memberikan tanda check atau silang.
Pernyataan dalam angket kreativitas disusun dengan mengacu pada indikator-indikator
kreativitas yaitu sebagai berikut :
Variabel kelancaran. Indikatornya meliputi keterampilan berpikir lancar
Variabel kelenturan. Indikatornya meliputi keterampilan berpikir luwes
Variabel keaslian. Indikatornya meliputi keterampilan berpikir rasional
Variabel penguraian. Indikatornya meliputi keterampilan memperinci atau mengelaborasi
Guliford (dalam Munandar, 2009)
Skala yang digunakan dalam angket ini adalah skala likert dengan memodifikasi
penghilangan jawaban tengah yang tujuannya untuk mengurangi kecendrungan subjek
memilih jawaban aman yaitu jawaban sedang atau tidak punya pendapat, terutama bagi
mereka yang ragu-ragu.Skala ini menggunakan empat kategori jawaban yaitu :
Sangat sesuai (SS)
Sesuai (S)
Tidak sesuai (TS)
Sangat tidak sesuai (STS)
Dari tiap indikator yang ada dibuat pernyataan dalam dua bentuk yaitu bentuk Favourabel
dan Unfavourabel. Favourabel adalah pernyatan yang mendukung dan positif sedangkan
anfavourabel adalah pernyataan yang yang tidak mendukung dan negative.
Tabel 3.1
Skoring untuk item favourabel dan unfavourabel
Kategori jawaban Jawaban Favourabel
Skoring Unfavourabel
SS 4 1
S 3 2
TS 2 3
STS 1 4
Subjek yang memiliki skor yang tinggi memiliki kreativitas yang tinggi dan subjek yang
memberikan skor yang rendah memiliki kreativitas yang rendah.
Data kreativitas siswa diolah dengan menghitung persentase siswa yang kreatif
dengan penerapan metode brainstorming dalam pembelajaran IPS sesuai dengan indikator
dengan rumusan:
F
P = X 100 % N
Keterangan:
P = persentase jumlah siswa yang terlibat
F= Jumlah siswa yang terlibat
N= jumlah siswa
Menurut Suharsimi Arikunto 1996 interprestasi kreativitas siswa adalah sebagai
berikut:
81 - 100 % = tinggi sekali ( TS)
61 - 80 % = Tinggi (T)
41 - 60 % = sedang (S)
21 - 40 % = rendah (R)
Teknik analisa data kualitatif dalam penelitian ini dengan mempedomani tahap
analisis yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (dalam Madya 2006:76) yakni ada
tiga komponen yang perlu dilakukan menganalisis data kualitatif yakni mereduksi data,
Jadi target ketercapaian dalam pembelajaran IPS pada semua indikator yang
sudah ditetapkan, yaitu 80% artinya kreativitas siswa dalam pembelajaran IPS, tercapai.
Tabel: 3.2
Sebaran item kreativitas Pembelajaran IPS
D. Indikator Keberhasilan Penelitian
Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah:
1. Adanya peningkatan kriteria pada setiap aspek kemampuan kreativitas peserta
didik dari sebelum tindakan diberikan dan sesudah tindakan diberikan dengan
penerapan metode brainstorming dalam pembelajaran IPS.
2. Adanya kerjasama kelompok dalam mengerjakan tugas-tugas secara tepat waktu
meningkatkan kreativitas peserta didik, indikator keberhasilannya jika dalam
proses pembelajaran di setiap tindakan 75% peserta didik dapat meningkatkan
kreativitasnya.
3. Di setiap akhir pembelajaran guru mengadakan tes evaluasi, indikator
keberhasilannya, jika setiap tindakan peserta didik yang yang dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar ≥75 sebanyak 80% dari 36 jumlah peserta didik.
4. Terlaksananya tahap-tahap metode pembelajaran brainstorming yang telah
ditetapkan.
E. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di SMP Negeri 1 Kutabuluh, beralamat di Desa
Kutabuluh Kecamatan Kutabuluh Kabupaten Karo Propinsi Sumatera Utara. Alasan
peneliti memilih lokasi ini adalah untuk memudahkan pengumpulan data penelitian serta
proses observasi, hal ini disebabkan karena peneliti adalah salah seorang guru pada
sekolah tersebut sehingga secara langsung maupun tidak langsung peneliti lebih
menguasai karakter dan fenomena yang terjadi pada objek penelitian, selain itu
kemudahan untuk kerja sama dengan tenaga pendidik dalam melaksanakan proses
pembelajaran yang telah disetting sebelumnya sehingga diharapkan diperoleh hasi
penelitian yang optimal.
2. Subjek Penelitian
Subyek Penelitian pendekatan kualitatif untuk penelitian kelas berupa peristiwa
manusia, dan situasi yang diamati (Hopkins, 1993). Dalam penelitian ini yang menjadi
subjek penelitian ini adalah para siswa kelas VIIIA dengan guru-guru IPS di SMP Negeri
1 Kutabuluh serta proses-proses interaktif yang terjadi anatara guru dengan siswa dan
F. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan ini dilakukan secara partisipatori dan kolaborasi dengan guru
yang proses pelaksaannya dilakukan secara siklus. Siklus ini tidak hanya berlangsung satu
kali, tapi beberapa kali hingga mencapai tujuan yang diinginkan, yakni perubahan
perbaikan dalam pembelajaran IPS yang menjadi kepedulian penelitian ini. Prosedur dasar
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam berbentuk siklus yang mengacu pada
model Kemmis Mc Taggart (Wiriaatmaja,2011:66) yang meliputi tahap perencanaan
(plan), pelaksanaan (act), pengamatan (observer), dan refleksi (reflect).
Sebelum tahap-tahap siklus dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan study
kelayakan penelitian pendahuluan (orientasi) untuk mengidentifikasi dan mengangkat
masalah ide yang tepat dalam kemampuan guru mengembangkan kreativitas siswa dalam
metode brainstorming pada mata pelajaran IPS di SMP. Pada kegiatan ini, guru sudah
terlibat secara aktif dan intensif dalam rangkaian kegiatan penelitian.
Secara garis besar pelaksanaan tindakan ini dilakukan melalui lima tahap yaitu
tahap orientasi, perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Berdasarkan hal tersebut,
skema sistematis model pengembangan penelitian tindakan kelas ini penulis gambarkan
Gambar 3.2 Penelitian Tindakan Model Spiral
(Adaptasi dari Kemmis dan Taggart, 1988 (dalam Wiriaatmajda, 2012:66)
P
L
A
N
OBSERVE
AC
T
RE
F
L
E
C
T
RE
V
IS
E
D
P
L
A
N
OBSERVE
A
C
T
RE
F
L
E
C
Prosedur penelitian dalam bagan tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Perencanaan
Perencanaan yaitu kegiatan yang dilakukan dalam menyusun rencana tindakan
yang hendak dilaksanakan di kelas. Rencana disusun secara fleksibel, karena untuk
mengakomodir berbagai kemungkinan yang dapat terjadi ketika tindakan dilaksanakan.
Perencanaan disusun secara partisipatif, kolaboratif dan reflektif antara peneliti dengan
guru mitra, agar tindakan dapat lebih terarah pada sasaran yang hendak dicapai dengan
didasari pertimbangan apakah tindakan yang dilaksanakan tersebut mungkin untuk dapat
dilaksanakan scara efektif dalam berbagai situasi kelas. Tahapan yang dilaksanakan dalam
tahap perencanaan meliputi identifikasi masalah, analisis masalah, perumusan masalah dan
formulasi tindakan.
2. Pelaksanaan (tindakan)
Pelaksanaan (tindakan) yaitu kegiatan pembelajaran yang dilakukan berdasarkan
rencana yang telah disepakati sebelumnya antara peneliti dengan guru mitra. Kegiatan
pelaksanaan tindakan adalah pelaksanaan pembelajaran IPS di kelas VIIIA SMP Negeri 1
Kutabuluh. Yang sesuai dengan perencanaan sebelumnya antara peneliti dengan guru
mitra. Tindakan ini dilakukan untuk memperbaiki keadaan atau proses pembelajaran dan
hasil belajar siswa.Tindakan juga diarahkan untuk memperbaiki keadaan pembelajaran
IPS sebelumnya, untuk meningkatkan kualitas dan mencari cara cara penyelesaian
masalah yang dihadapi dalam pembelajaran di kelas.
3. Obervasi
Observasi yaitu kegiatan mengamati, mengenali sambil mendokumentasikan
(mencatat dan merekam terhadap proses, hasil, dan pengaruh dan masalah baru yang
mungkin ada dan muncul selama tindakan dilakukan). Hasil observasi akan dijadikan
bahan analisis dan dasar refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan bagi
penyusunan rencana tindakan selanjutnya. Peneliti melakukan observasi terhadap
penerapan metode brainstorming yang dilakukan guru mitra dalam rangka mengumpulkan
data, selanjutnya dianalisis dalam diskusi balikan sesudah pembelajaran selesai.
6. Refleksi
Refleksi meliputi kegiatan analisis, sintesis, penafsiran (penginterpretasian),
perencanaan yang telah dilaksanakan, yang akan diperguanakan untuk memperbaiki
kinerja guru mitra pada pertemuan selanjutnya. Refleksi merupakan upaya mengkaji apa
yang telah terjadi , apa yang telah dihasilkan atau yang belum berhasil dituntaskan dengan
tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan
langkah lebih lanjut dalam upaya pencapaian tujuan penelitian ini. Dengan kata lain
refleksi merupakan kajian terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan
sementara, dan untuk menentukan tindak lanjut dalam rangka pencapaian berbagai tujuan
lainnya.
Refleksi juga merupakan merenungkan sambil mengevaluasi tentang apa-apa saja
rencana dan tindakan yang sudah tercapai dan apa yang belum dan sempat dilakukan pada
satu siklus. Refleksi dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru mitra.
Berangkat dari hasil refleksi ini, peneliti bersama guru mitra merumuskan kembali rencana
pembelajaran untuk ditindaklanjuti pada siklus berikutnya.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan keputusan mengenai cara menampilkan data dalam tabel,
matriks atau bentuk ceritra. Analisis data dilakukan sejak awal yaitu sejak tahap orientasi
lapangan, seperti yang dikatakan Miles Huberman (dalam Wiriaatmadja, 2012: 139) bahwa “…the ideal model for data collection and analysis is one that interweaves them from the beginning”. Yang artinya, model ideal dari pengumpulan data dan analisis adalah
yang secara bergantian berlangsung sejak awal.
Adapun analisis data yang digunakan adalah metode analisis yang dikembangkan
oleh Walcoot (dalam Wiriaatmadja. 2012:136). Dengan tahapannya adalah:
1. Membuat sketsa gagasan yaitu dengan memberi tekanan pada deskripsi informasi
yang berhubungan dengan keterampilann peserta didik untuk menggali dan
merefleksikan pengalamannya menjadi sumber pembelajaran IPS
2. Diplay Data (penyajian data) yaitu membuat tabel, peta, bagan, dan perbandingan
dengan ukuran baku/standar sumber pembelajaran IPS. Setelah mereduksi terhadap
data yang dikumpulkan maka peneliti menyajikan data dalam bentuk deskripsi yang
berdasarkan aspek-aspek yang diteliti dan disusun berturut-turut mengenai
implementasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru mitra dari tahap persiapan atau
3. Mereduksi data adalah sebagai proses pemilihan, pemusatan, dan perhatian pada penyederhanaan. Pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari pencatatan tertulis di lapangan. Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup
banyak sehingga diperlukan pencatatan secara teliti dan rinci. Untuk itu diperlukan
rangkuman dan pemilahan hal-hal yang pokok dan penting.
Hal ini sejalan dengan teknik analisis data model interaktif Miles Huberman,
analisis data kualitatif dengan model interaktif. Analisis interaktif terdiri dari tiga
komponen, yaitu: reduksi data, paparan data, dan penarikan kesimpulan. Analisis ini
dilakukan pada setiap refleksi sehingga hasil dari analisis tersebut dapat diproleh alternatif
pemecahan masalah untuk menentukan rencana tindakan selanjutnya.
Komponen-komponen analisis data model interaktif tergambar dalam bagan dibawah ini:
Gambar: 3.3 Teknik Analisis Data
Sumber: Bugin. B. (2003 :69)
Analisis data di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Reduksi data (data reduction ) yaitu kegiatan mengikhtiarkan hasil pengumpulan data selengkap mungkin, dan memilah-milahnya ke dalam satuan konsep tertentu, kategori tertentu atau tema tertentu.
2. Display data yaitu dengan membuat table, diagram, sketsa, synopsis, matriks, peta, bagan, angka-angka, perbandingan untuk memudahkan upaya pamaparan dan penegasan kesimpulan.
DATA
COLLECTION
DATA
DISPLAY
DATA
REDUCTION
CONCLUTION
DRAWING&
3. Pemaparan dan penegasan kesimpulan (conclusion drawing and verification ) yaitu kegiatan menyimpulkan data yang mengacu pada hasil reduksi data dan display data.
H. Uji Validitas Data
Validitas data adalah suatu kegiatan pengujian terhadap keobjektifan dan
keabsahan data. Uji validasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Member Check
Member check adalah memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi
data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari nara sumber Wiriaatmadja.
(2012:168), seperti kepala sekolah, guru, teman sejawat guru, siswa, pegawai administrasi
sekolah, dan orang tua siswa apakah keterangan, informasi, atau penjelasan itu tetap
sifatnya atau berubah sehingga dapat dipastikan data itu terperiksa kebenarannya. Member
chek dilakukan dilakukan untuk mengecek kebenaran dan kesahihan data temuan
penelitian, yakni dengan cara mengonfirmasikan dengan sumber data (Miles& Huberman
dalam Rochmadi, 1997:35; Muhadjir N, 2002:45). Dalam proses ini data atau informasi
yang diperoleh dikonfirmasikan dengan guru kelas melalui kegiatan diskusi pada setiap
akhir pelaksaan tindakan.
2. Audit Trail,
Audit Trail adalah mengecek kebenaran hasil penelitian sementara, beserta
prosedur dan metode pengumpulan datanya, dengan mengonfirmasikan pada bukti temuan
yang telah diperiksa dan dicek kesahihannya pada sumber data tangan pertama (Nasution,
dalam unardi,2003:112). Diskusi juga dilakukan dengan pembimbing, teman mahasiswa
S2 IPS, atau siapa saja yang dianggap berkompetensi.
3. Ekpert Opinion,
dilakukan dengan cara mengkunsultasikan hasil temuan dengan para ahli (Nasution
dalam Rochmadi, 1997:35). Dalam kegiatan ini, peneliti mengkonsultasikan hasil temuan
penelitian kepada pembimbing untuk memperoleh arahan dan masukan sehingga validasi
temuan penelitian dapat dipertanggungjawabkan.
4. Menggunakan bahan refrensi, adalah adanya pendukung untuk membuktikan data
yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh, data hasil wawacara perlu
didukung dengan adanya rekaman wawancara, foto-foto dan film hasil perekaman
I. Interpretasi
Pada tahap ini peneliti berusaha menginterpretasikan temuan-temuan penelitian
atau hasil penelitian dengan merujuk atau menghubungkan dengan teori dan norma-norma
lainnya yang telah diterima secara umum. Selain itu, setiap temuan lapangan yang
diperoleh dari catatan lapangan dan beberapa instruman lainnya tentang pelaksanaan
metode brainstorming pada mata pelajaran IPS, duhubungka pula dengan hasil temuan
para peneliti atau penulis sebelumnya sebagai rujukan. Semua interpretasi diatas dijadikan
bahan dalam memperbaikai atau djadikan tolak ukur untuk melakukan tindakan
berikutnya yang berkaitan dengan kinerja guru, aktivitas siswa atau kegiatan sekolah
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berdasarkan hasil yang diperoleh selama penelitian yang dilanjutkan dengan
analisis data dan refleksi terhadap proses pelaksanaan tindakan, maka penerapan metode
brainstorming dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan kreativitas siswa kelas VIII A
di SMP Negeri 1 Kutabuluh dapat dipetik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
A. Kesimpulan
1. Kesimpulan Umum
Berdasarkan hasil yang diperoleh selama penelitian maka diperoleh kesimpulan
umum yaitu, dengan penerapan metode brainstorming dalam pembelajaran IPS dapat
meningkatkan kreativitas siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1 Kutabuluh. Kreativitas belajar
tersebut berupa perhatian, keberanian mengemukakan pendapat, serta kerjasama semakin
meningkat. Penerapan metode brainstorming menyebabkan keberanian peserta didik
dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan serta banyak ide-ide peserta didik yang
menyebabkan peserta didik makin bertanggung jawab. Penerapan metode brainstorming
menyebabkan peserta didik bebas menyumbangkan ide-ide baru dan tidak perlu merasa
takut salah.
2. Kesimpulan Khusus
Adapun secara khusus, kesimpulan dari penerapan metode brainstorming dalam
pembelajaran IPS adalah
a. Sebelum pengenalan penerapan metode brainstorming dalam pembelajaran IPS,
pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah dan tanya jawab. Peran guru terlihat
sangat mendominasi. Guru hanya memberikan banyak materi tanpa mengoptimalkan
kemampuan serta partisipasi aktif siswa. Guru bersikap kurang tegas terhadap peserta
didik yang tidak memperhatikan penjelasan guru, sehingga banyak peserta didik yang
melakukan aktifitas lain selama pembelajaran. Peserta didik kurang berani dalam
mengemukakan pendapat atau menyampaikan ide-ide karena takut salah. Hal tersebut
menyebabkan kreativitas siswa dalam pembelajaran IPS tidak berkembang atau tidak
b. Pelaksanaan metode brainstorming dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan
kreativitas siswa dilaksanakan dalam tiga siklus. Dalam setiap siklus tindakan, terdiri
dari perencanaan (plan), pelaksanaan (act), pengamatan (observe), dan refleksi
(reflect). Dalam setiap pelaksanaan kegiatan pembelajaran terdiri dari tiga kegiatan
yaitu :
1. Kegiatan Pendahuluan.
Kegiatan pendahuluan diawali dengan guru memberikan apersepsi dan
mengkondisikan kesiapan kelas dalam pembelajaran seperti mengabsen ,
memeriksa kebersihan kelas.Memberikan informasi dan motivasi dengan cara
guru menjelaskan masalah yang dihadapi beserta latar belakangnya dan mengajak
peserta didik untuk aktif dalam mengembangkan pikirannya. Guru
mengonfirmasikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
2. Kegiatan Inti.
Guru menjelaskan konsep secara umum masalah penyimpangan sosial. Dalam
kegiatan inti Guru menjelaskan tentang mekanisme brainstorming. Guru membagi
kelas menjadi 6 kelompok. Dengan dibimbing guru, peserta didik disuruh
mengemukakan ide atau sarannya serta memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk menuliskan idenya di papan tulis sesuai dengan materi pembelajaran
yaitu penyimpangan sosial di keluarga dan masyarakat.Pada saat memberikan
saran, guru tidak boleh mengkritik. Pimpinan kelompok dan siswa hanya boleh
bertanya untuk meminta penjelasan. Hal ini dubuat agar kreativita siswa tidak
terhambat. Semua siswa disuruh mendiskusikan dan mengevaluasi semua gagasan
yang diinverntarisasi serta memperjelas kalimat dan menyimpulkan materi yang
telah ditentukan. Guru melakukan penilaian terhadap proses dan hasil
brainstorming atau yang dikemukakan peserta didik disertai posttes sebagai
umpan balik dengan memberikan beberapa pertanyaan.
3. Kegiatan penutup
Dalam kegiatan penutup dengan dibimbing oleh guru, peserta didik
menyimpulkan materi pelajaran yang telah dibahas. Guru melakukan penilaian
terhadap proses dan hasil brainstorming disertai post test sebagai umpan balik.
Pada bagian akhir guru menugaskan peserta didik mengumpulkan laporan
menugaskan siswa untuk mempelajari topik pembelajaran yang akan dibahas pada
pertemuan berikutnya.
c. Penerapan metode brainstorming dalam pembelajaran IPS sangat efektif untuk
meningkatkan kreativitas siswa. Hal ini terbukti dengan banyaknya siswa yang
mengajukan banyak pertanyaan, menjawab sejumlah pertanyaan yang diajukan guru
dan temannya, mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah, lancar
mengungkapkan gagasan-gagasannya, siswa banyak memberikan macam-macam
penafsiran (interpretasi) terhadap suatu masalah. Selain itu Tiap-tiap kelompok
bekerja sama untuk menemukan penyelesaian suatu masalah dengan cara baru dan
senang menganalisa situasi. Di samping itu mereka mereka menanggapi
pertanyaan-pertanyaan secara bergairah, aktif dan bersemangat dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan guru, dan mereka memiliki kemampuan mendeteksi, mengenali, dan
memahami serta menanggapi suatu pernyataan, situasi atau masalah. Dan yang paling
penting mereka menjadi mandiri dalam mengikuti pembelajaran IPS.
d. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam penerapan metode
brainstorming dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan kreativitas siswa adalah
sebagai berikut:
1.Guru berusaha memahami betul tentang makna dan langkah-langkah metode
brainstorming, dengan demikian dapat dapat memberikan pengarahan kepada
peserta didik.
2.Guru memberikan masalah yang dapat merangsang pikiran siswa, sehingga siswa
berusaha berpikir dan dapat meningkatkan kreativitas siswa.
3.Guru berusaha untuk lebih professional dalammenciptakan suasana pembelajaran
yang kondusif, terutama dalam hal pengelolaan kelas.
4.Selama proses pembelajaran berlangsung guru harus berpedoman pada perangkat
pembelajaran, agar tidak mengalami kesulitan dalam mengalokasikan waktu
sehingga pembelajaran dapat dilaksanakan sesuai rencana
5.Guru harus berusaha untuk menumbuhkan kepercayaan diri peserta didik, sehingga
mereka yakin dan tidak takut salah dalam menyampaikan pendapatnya.
6.Guru berusaha untuk lebih kreatif dalam mencari dan memanfaatkan media cetak
B.Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan diatas, dan dalam upaya meningkatkan kualitas dan
perbaikan proses pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kutabuluh, khususnya kemampuan
guru dalam menerapkan metode brainstorming, maka beberapa rekomendasi dapat
disampaikan sebagai berikut:
1. Bagi Guru
a.Guru hendaknya mempersiapkan materi, media, dan perencanaan pembelajaran secara
matang, agar dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas dapat berjalan sesuai rencana
yang telah disusun, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
b.Agar penerapan metode brainstorming dalam pembelajaran IPS dapat berlangsung
dengan baik, guru hendaknya dapat lebih meningkatkan perannya sebagi motivator,
evaluator, dan fasilitator selama proses pembelajaran berlangsung, terutama berkaitan
dengan keterampilan membimbing kelompok kecil agar menjadikan kelompok diskusi
lebih terkontrol dalam melakukan proses pembelajaran.
c.Dalam melakukan evaluasi pembelajaran,guru jangan hanya berorientasi pada tes
kemampuan kognitif tetapi juga mengadakan penilaian terhadap afektif dan psikomotor
peserta didik.
2. Bagi Siswa
a. Siswa hendaknya melakukan persiapan yang matang sebelum pelaksanaan pembelajaran
IPS dengan menggunakan metode brainstorming, yaitu dengan membaca materi yang
akan dibahas baik dari buku paket maupun sumber lain yang relevan.
b. Siswa diharapkan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, sehingga dapat
meningkatkan kreativitas yang didasarkan pada kebutuhan dan tujuan yang ingin
dicapai olehnya.
3. Bagi Sekolah
Pihak sekolah dalam hal ini terutama kepala sekolah selayaknya selalu
memberikan dorongan dan dukungan dalam upaya peningkatan kualitas kinerja guru
dalam mengajar dengan berbagai cara seperti pelatihan-pelatihan atau
penataran-penataran. Sekolah hendaknya lebih meningkatkan dukungannya terhadap pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan metode brainstorming. Dukungan yang diberikan
mendukung terlaksananya proses pembelajaran dengan menerapkan metode
brainstorming.
4.Bagi Peneliti Selanjutnya
Kepada para peneliti selanjutnya sudah tentu dapat mengadakan penelitian sejenis
dengan variasi variable, sehingga dapat dipakai sebagai bahan studi yang lebih baik dan
bermanfaat. Serta lebih memperhatikan proses pembelajaran bukan hasil daripada
pembelajaran itu sendiri, serta memilih alat ukur yang benar-benar valid untuk mengetahui
113
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKUAl Muchtar, S (2004) Epistomologi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Bandung: Gelar Pustaka Mandiri.
__________, (2008) Strategi Pembelajaran IPS Bandung UPI.
Ardian, (2007) Pengembangan Model Pembelajaran Brainstorming Untuk Meningkatkan Kreativitas Mahasiswa Pada Mata Kuliah Praktik. UNY Yokyakarta.
Banks, J&A Clegg A. (1975). Teaching Strategies For the Social Studies Inquiri, Valuing and Decision Making.New York. White Plan.
Bachman, E (2005). Metode Berpikir Kritis dan Inovatif. Jakarta: Pustaka Publisher.
Bean R. (1993). Cara Mengembangkan Kreativitas Anak. Terjemahan Meitasari .Tjandrasa.1995. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Budiningsih Asri, (2005) Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:PT Rineka Cipta.
Bungin, B. (2003). Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Craft,A.2000. Membangun Kreativitas Anak. Terjemahan M. Chairul Annam.2003. Jakarta: Inisiasi Press.
Dahar W R. 2006. Teori-Teori Belajar&Pembelajaran. Jakarta:Erlangga.
Filsaisme, D. K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta: Preastasi Pustaka.
Hasan, S Hamid. (1995). Pendidikan Ilmu Sosial. Depdikbud Ditjen Pendidikan Tinggi Jakarta: Proyek Pendidikan Tenaga Pendidikan.
Hassoubah Zaleka, Izhab. (2004). Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis. Bandung: Nuansa Indah.
Ibrahim, Syaodih N. S (2003). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Komalasari Kokom. (2010). Pembelajaran kontekstual Konsep Dan Aplikasi. Bandung: Reflika Aditama.
Munandar, Utami S.C (1987). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah Jakarta:PT Gramedia.
_________________ (2009). Pengembangan kreativitas Anak berbakat. Jakarta:Rineka Cipta.
Mulyasa,E (2005). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran kreatif dan Menyenangkan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mutakim Awan. (1998). Ilmu Pengetahuan Sosial.Bandung: Genesindo.
Nasution,S. (1988). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar Jakarta:Sinar Baru Algesindo.
Nasution ,S (1992).Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar Jakarta:Sinar Baru Algesindo.
National Council For the Social Studies.(1944). The Curriculum Standard For Social Studies. Washington DC: NCSS.
Nursito. (1999). Kiat Menggali Kreativitas. Yokjakarta: Mitra Gama Media.
Rawlinson Geoffrey, (1989). Berpikir Kreatif & Sumbang Saran. Jakarta: Gower Publishing- Binarupa Aksara.
Rachmawati, Y dan Kurniati, E. (2010). Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak. Jakarta: Kencana.
Roestiyah NK, (2012). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Rineka Cipta.
Rohani, Ahmad, (1997). Media Instruksional Edukatif. Jakarta:Rineka Cipta.
Sagala, Syaiful. (2007). Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alpabeta.
Sardiman A.M. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Schunk H Dale. (2012). Learning Theoris. Yokyakarta.: Pustaka pelajar.
Semiawan, C.Munandar,S.C.U.(1990). Memupuk Bakat danKreativitas Siswa Sekolah Menengah. (Petunjuk bagi Guru dan orang tua). Jakarta:PT Gramedia.
Suciati, dkk. (2007). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka.
Suparman Atwi. (1997). Model-Model Pembelajaran Interaktif. Bandung: Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI.
Sugiono, (2008). Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. bandung:Alpabeta.
Sujana, Nana Ibrahim, (2001). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:Sinar Baru Algesindo.
Supriyadi, Dedi. (1994). Kreativitas, Kebudayaan & Perkembangan Iptek. Bandung: Alpabeta.
Smith K.M dkk. (2010). Teori Pembelajaran dan Pengajaran.Mengukur Kesuksesan Anda dalam Proses Belajar Mengajar Bersama Psikologi Pendidikan Dunia.Yokjakarta:Mirzan Media Pustaka.
Sanjaya Wina, (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan Jakarta:Kencana Pranada Media.
Sapriya, (2011).Pendidikan IPS.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Sudjana N. (2009). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Sinar Bumi.
_________.(2011). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Sumantri,M,N.(2001). Menggagas Pembaruan IPS.Bandung:Remaja Rosdakarya.
Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi pustaka.
Uno B Hamzah dkk. (2011). Menjadi Peneliti PTK Yang Profesional.Jakarta:Bumi Aksara.
Wahab Azis Abdul. (2009). Metode dan Model-Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung:Alpabeta
Wiriaatmaja, R. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas.Bandung:Remaja Rosdakarya.
Yoni Acep, (2012). Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yokyakarta:Famolia Pustaka Keluarga.
B. JURNAL, TESIS, DAN DISERTASI
Al Mukhtar. S. (2001). Pengembangan Kemampuan Berpikir dan Nilai Dalam Pendidikan IPS: Suatu Studi Sosial Budaya Pendidikan, Disertasi PPS IKIP bandung: Tidak dipublikasikan.
Barus A. Penerapan Model Pembelajaran Braintorming Untuk Meningkatkan Hasil Belajar, Kemampuan Kritis dan Kreatif Siswa SMK-2 Kabanjahe Pada Materi Trigonometri: Suara Pendidikan ISSN 0852-016X.
Mariana M Deties. (2010). Pengaruh Metode Problem Solving Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Tesis pada Sps UPI Bandung:tidak dipubilkasikan.
Ony Prawiyanto. (2012).” Model Bimbingan Belajar Behavioristik Untuk Meningkatkan Kreativitas Belajar Siswa”. Jurnal Bimbingan Konseling 1 (1) (2012) ISSN 2252-6889.
Rohmad Junaidi. (2011). Penerapan Model Make A Match Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa (Penelitian Tindakan kelas Pada Siswa kelas VIII Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 25 Jakarta.Tesis Pada SPs UPI Bandung:Tidak dipublikasikan.
Sastromihardjo Andoyo. (2007). Kreatifitas Siswa Sekolah Menengah Pertama Dalam Berbahasa Indonesia Tulis (Study kasus tentang Kreativitas Siswa kelas 2 SMPN 1 Lembang Kabupaten bandung dalam menulis argumentasi). Disertasi Universitas Negeri Malang.Tidak dipublikasikan.
Supardan D. (2000). Kreativitas Guru Sejarah ( Study Deskriptif Analitik Terhadap Guru dan Implikasinya Untuk Program Pengembangan Kreativitas Guru Sejarah Sekolah Menengah Umum Di kotamadya Bandung). Tesis PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
__________.(2001). Kreativitas Guru Sejarah dalam Proses Pembelajaran (Jurnal Historia). Bandung : Jurusan Pendidikan sejarah.
Wardani N S. (2011). “Upaya Meningkatkan Kreativitas Siswa Dalam Pembelajaran IPS
SD Melalui Diskusi Kelompok”.Widya Sari Vol.13 N0.1 Januari 2011:1-20.
Welu F. (2009). Pembelajaran Terpadu Model Shared Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa (Penelitian Tindakan kelas Dengan Tema Peristiwa Alam, Aktivitas Ekonomi Serta Ilmu Pengetahuan Dan Tegnologi IPTEK ) Pada kelas IVB SDN Ende7-Flores-NTT).Tesis Pada SPs UPI Bandung:Tidak dipublikasikan.
C.Dokumen-
Depdiknas, (1997). Pengembangan Kurikulum Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G). Departemen Pendidikan dan kebudayaan.
_________, (2006) Model pembelajaran terpadu IPS SMP/MT/SMPLB. Jakarta, Badan Peneltian dan Pengembangan Pendidikan Nasional. Pusat Kurikulum.
Tim Penyusun Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (2012).Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Bandung:UPI Bandung.
D. INTERNET
Degeng, I Nyoman S. (2008). Komparasi pembelajaran Behavioristik dengan Konstrukstivistik. Kurikulum dan pembelajaran.Posted on Desember 14 th (Online). Tersedia: http://www.google.co.id (17 desember 2009)
Harris, R. 1998.Introduction to Creative Thinking, (Online), (http://www.Virtualsalt com /crebook1.html.diakses 3 Desember 2004
Martiningsih, (2007). Jenis-Jenis Metode Pembelajaran, www.martiningsih-online.com, diakses juni 2013
Myrmel, M. K. (2003). Effek of Using Creative Problem Solving in Eight Grade Tegnology Education Class At Hopkins North Junior High School. Research Paper to Submittedin Partial Fulfillment of The Requirenment for Master of Science Degree. The Graduate Scholl University of Wincinsin: Stout [Online]. Tersedia: http://www.scirus.com
Roestiyah. (2001). Metode diskusi Dalam pembelajaran, www.belajar mengajar online.co.id, diakses pada juni 2013
Smalling,R.L.1993.CreativeThinking,(Online),(http://www.geotcities.com/joyfullyserving /pages/creative.html.diakses 3 Desember 2004
Fajar Laode,Riki. (2011). Model-Model Pembelajaran konsep Dasar IPS. [online] tersedia :http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2200377 model-model-pembelajaran-konsep-dasar/#ixzzlkfnI8pj2.[25 Februari 2012]
Siti Masyitoh, Oim dkk. (2010). Model Pembelajaran Curah Pendapat Untuk meningkatkan Partisipasi dan keterampilan Sosial mahasiswa. [online]