• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE BRAINSTORMING DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA(PENELITIAN TINDAKAN KELAS DI SMP NEGERI 1 KUTABULUH).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN METODE BRAINSTORMING DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA(PENELITIAN TINDAKAN KELAS DI SMP NEGERI 1 KUTABULUH)."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE BRAINSTORMING DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 1 Kutabuluh)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh :

SENTOSA

1204855

SEKOLAH PASCA SARJANA

PROGRAM STUDI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENERAPAN METODE BRAINSTORMING DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 1 Kutabuluh)

Oleh Sentosa

S.Pd. Universitas Negeri Medan, 2000

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Sentosa 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Februari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

ABSTRAK

Sentosa, NIM: 1204855. Judul tesis “PENERAPAN METODE BRAINSTORMING

DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 1 Kutabuluh)” Dibimbing oleh, Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd sebagai pembimbing 1 dan Dr. Cecep Darmawan M,Si sebagai pembimbing II.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masalah lemahnya proses pembelajaran IPS yang mengakibatkan rendahnya kreativitas siswa. Adapun masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran awal pembelajaran IPS sebelum penerapan metode brainstorming, bagaimana pelaksanaan metode brainstorming dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan kreativitas siswa, bagaimana efektivitas penerapan metode brainstorming dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan kreativitas siswa dan bagaimana upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala penerapan metode brainstorming dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan kreativitas siswa. Masalah tersebut harus segera diselesaikan karena kreativitas belajar merupakan salah satu yang yang harus diperhatikan dalam proses pembelajaran IPS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran awal, pelaksanaan, efektivitas dan mengatasi kendala kendala yang muncul dalam pelaksanaan metode brainstorming dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan kreativitas siswa. Teori yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teori kreativitas yang dioperasionalkan oleh Parnes yang mengatakan bahwa ciri-ciri kreativitas adalah kelancaran, keluwesan, keaslian, keterperincian dan kepekaan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri I Kutabuluh, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara. Subjek dari penelitian ini adalah guru IPS dan siswa kelas VIIIA yang berjumlah 36 orang yang terdiri dari laki-laki 12 orang dan perempuan 24 orang. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 1 Oktober 2013 sampai dengan 13 Nopember 2014. Tindakan dilaksanakan selama tiga siklus. Setiap siklus terdir i dari tiga pertemuan. Berdasarkan hasil temuan penelitian diketahui bahwa penerapan metode brainstorming dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan kreativitas siswa terjadi peningkatan pada aktifitas guru dan siswa dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Kreativitas siswa mengalami peningkatan dalam tiap siklus. Kreativitas siswa yaitu berupa perhatian, keberanian dalam mengemukakan ide-ide atau pendapat dan keberanian dalam bertanya dan menjawab pertanyaan. Dengan penerapan metode brainstorming dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan kreativitas siswa, guru mampu membangkitkan dan meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif, sehingga kreativitas siswa menjadi meningkat.

(5)

ABSTRACT

Sentosa, NIM: 1204855. Thesis title “APPLICATION METHOD BRAINSTORMING IN

SOCIAL STUDIES TO INCREASE STUDENT CREATIVITY (Classroom Action Reseach in SMP Negeri I Kutabuluh)” Supervised by Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd. as a supervisor I and Dr. Cecep Darmawan, M.Si as supervisor II.

This research was motivated by the weakness problem in the learning process of social studies that resulted in students’ low creativities. The issues examined in this study were how the initial overview of social studies learning before the brainstorming method was implemented, how brainstorming method was implemented in the social studies learning to enhance students’ creativities, how the effectiveness of the brainstorming method in the social studies learning to enhance students' creativities and what efforts were made to overcome those obstacles in the implementation of brainstorming method in social studies learning to enhance students' creativities. These problems must be resolved because the creativity of learning is one that must be considered in the process of social studies learning. This study aimed to describe the initial overview, the implementation, the effectiveness and how to overcome the obstacles that arise in the implementation of brainstorming methods in social studies learning to enhance students' creativities. The theory used in this study was the theory of creativity operated by Parnes who said that the characteristics of creativity are fluency, flexibility, originality, and sensitivity of detail. The approach used in this study was a qualitative approach to classroom action research method. This research was conducted at SMP Negeri I Kuta Buluh, Karo Regency, North Sumatra Province. The subjects of this research were a social studies teacher and 36 students of class VIIIA consisting of 12 boys and 24 girls. The study conducted from October 1, 2013 until 13 November 2014. The actions carried out for three cycles. Each cycle consisted of three meetings. Based on the research findings, it was known that the implementation of brainstorming method in social studies learning to enhance students' creativity showed enhancement in the activities of teachers and students in the planning, implementation and evaluation of learning. Creativity of students had increased in each cycle. Creativities of the students were seen in the form of attention, courage in expressing ideas or opinions and courage in asking and answering questions. With the application of the brainstorming method in social studies learning to enhance students' creativity, the teacher was able to generate and increase students’ activeness, so that the creativity of the students were increased.

(6)

34 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan , Metode, Teknik Pengumpulan Data

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yakni

sebuah proses inkuiri yang menyelidiki masalah-masalah sosial dan kemanusiaan dengan

tradisi metodologi yang berbeda , (Creswell dalam Wiriaatmadja 2012:8). Menurut

Bogdan dan Taylor dalam Meleong, (2005:4) bahwa pendekatan kualitatif adalah prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan pelaku yang diamati. Sementara menurut Denzin dan Lincol, (2005:5)

menyebutkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar

alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan

melibatkan berbagai metode yang ada.

Adapun menurut Creswell (2010 :4) pendekatan kualitatif merupakan

metode-metode untuk mengesplorasi makna yang dianggap berasal dari masalah sosial atau

kemanusiaan. Proses penelitian ini melibatkan upaya-upaya penting seperti mengajukan

pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari para

partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema

tema yang umum dan menafsirkan makna data.

Penelitian kualitatif juga bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk

kata-kata atau gambar (atau keduanya), sehingga tidak menekankan angka dan lebih

menekankan pada proses daripada produk. Analisis data dalam kualitatif dilakukan secara

induktif. Yang lebih penting dari pada penelitian kualitatif adalah menekankan pada

makan (arti) data dibalik yang diamati. Adapun menurut Sudjana (2004:200) Penelitian

kualitatif tidak dimulai dari teori yang dipersiapkan sebelumnya, tetapi dimulai dari

lapangan berdasakan lingkungan alami. Data dan informasi lapangan ditarik makna dan

konsepnya melalui penerapan deskriptif analitik tanpa menggunakan enumerasi dan

statistic sebab lebih mengutamakan proses terjadiya suatu perisriwa dan tingkah laku

dalam situasi alami. Generalisasi tidak perlu dilakukan sebab deskripsi dan interpretasi

terjadi dalam konteks ruang, waktu dan situasi tertentu.

Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif, yaitu metode yang tidak

(7)

variable-variabel yang diteliti. Hal ini bukan berarti pendekatan kualitatif sama sekali

tidak menggunakan dukungan kuantitatif akan tetapi penekanannya tidak pada pengujian

hipotesis melainkan pada usaha menjawab pertanyaan penelitian melalui cara-cara berpikir

formal dan argumentatif. Banyak penelitian kualitatif merupakan penelitian sampel kecil.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas

(PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari classroom action research

yaitu satu action research yang dilakukan di kelas. Penelitian tindakan kelas adalah

penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri,

dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga proses pembelajaran

dapat berjalan dengan baik, dan hasil belajar siswa meningkat.

Penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasi

kondisi praktek pembelajaran dan belajar dari pengalaman mereka sendiri, dapat

mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka dan melihat

pengaruh nyata dari upaya itu Wiriaatmadja (2006:13).

Menurut Kemmis (1983) dalam Wiriaatmadja, mengartikan bahwa penelitian

tindakan kelas adalah sebuah bentuk inkuiri replektif yang dilakukan secara kemitraan

mengenai situasi social tertentu ( termasuk pendidikan ) untuk meningkatkan rasionalitas

dan keadilan dari: (a) kegiatan praktek social dan pendidikan mereka (b) Pemahaman

mereka mengenai kegiatan praktek pendidikan (c) situasi yang memungkinkan

terlaksanannya kegiatan praktek ini.

Sedangkan menurut pandangan Hopkins (dalam Wiriaatmadja 2005:11) penelitian

tindakan merupakan penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan

tindakan substantif, suatu tindakan inkuiri atau suatu usaha seseorang untuk memahami

apa yang sedang terjadi sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.

Oleh karena itu guru dapat melakukan penelitian tindakan kelas ini untuk mengetahui

kelemahan dan kekurangan dalam proses belajar mengajar sehingga kekurangan tersebut

dapat diperbaiki.

Penelitian tindakan kelas terutama memanfaatkan data pengamatan dan prilaku

seseorang. Penelitian tindakan kelas menelaah ada tidaknya kemajuan, sementara itu

kegiatan proses pembelajaran tetap berjalan. Informasi-informasi dikumpulkan, diolah,

(8)

pristiwa ke peristiwa. Tujuannya adalah memberikan masukan bagi pengembalian

keputuasan praktis dalam situasi konkrit dan validasi teori atau hipotesis yang dihasilkan

tidak tergantung hanya pada uji kebenaran ilmiah semata, namun lebih-lebih manfaatnya

dalam membantu orang untuk bertindak lebih terampil dan lebih intelitjen dalam

menghadapi berbagai permasalahan penelitian.

Adapun yang menjadi karakteristik PTK dan yang membedakannya dengan

penelitian yang lain dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai berikut:

1. Masalah dalam PTK dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri guru bahwa

praktek yang dilakukannya selama ini di kelas mempunyai masalah yang perlu

diselesaikan.

2. Self-reflective inquiry atau penelitian melalui refleksi diri, merupakan ciri PTK

yang paling esensial.

3. Penelitian tindakan kelas dapat dilakukan di dalam kelas, sehingga fokus penelitian

adalah kegiatan pembelajaran berupa prilaku guru dan siswa dalam melakukan

interaksi belajar mengajar.

4. Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran. Perbaikan

dilakukan secara bertahap dan terus menerus, selama kegiatan penelitian

dilakukan.

(Hamzah, dkk 2011:41)

Akhirnya hakekat dari penelitian tindakan kelas adalah suatu usaha berupa tindakan atau intervensi yang dilakukan dengan prosedur terencana dan sistematis untuk memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapi guru di kelas (Depdikbud,1996). Karenanya, seperti juga kata Sudjana dan Ibrahim (1989: 198), penelitian ini lebih menekankan segi proses, bukan hasil dari kegiatan suatu pembelajaran.

C. Teknik pengumpulan data

Proses pengumpulan data adalah keterangan yang berhubungan dengan penelitian, data

yang dimaksud berupa data hasil pengamatan, pencatatan atau data yang telah siap untuk

disajikan. Untuk memperoleh data maka dibutuhkan beberapa macam metode atau teknik

pengumpulan data agar bukti-bukti atau fakta yang diperoleh berfungsi sebagai data yang

objektif dan valid.Data yang dihimpun dalam penelitian ini adalah:

a. Pelaksanaan proses pembelajaran dengan mengimplementasikan penerapan metode

brainstorming pada mata pelajaran IPS di SMP. Informasi tentang data tersebut

(9)

teknik pengumpulan datanya melalui observasi, wawancara, pedoman wawancara,

dan pedoman study dokumentasi.

b. Unjuk kerja guru dalam penerapan metode brainstorming pada mata pelajaran IPS

di SMP. Informasi tentang data tersebut bersumber dari guru yang menggunakan

teknik pengumpulan datanya melalui teknik observasi dan diskusi balikan dengan

alat bantunya pedoman observasi.

c. Hambatan dan kesulitan guru dalam penerapan metode brainstorming pada mata

pelajaran IPS di SMP.

d. Upaya yang dilakukan guru dalam penerapan metode brainstorming pada mata

pelajaran IPS di SMP. Informasi tentang data tersebut bersunber dari guru yang

menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi dan siskusi balikan serta

wawancara dengan alat bantunya adalah pedoman observasi dan diskusi balikan.

Ada beberapa teknik pengumpulan data yaitu:

1. Observasi

Observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian ketika peneliti atau

pengamat melihat situasi penelitian. Observasi sangat sesuai digunakan dalam penelitian

yang behubungan dengan kondisi/interaksi belajar mengajar, tingkah laku, dan interaksi

kelompok (Hamjah dkk, 2011: 90).

Manfaat observasi dalam penelitian akan terwujud apabila masukan balik atau

feedback dilakukan dengan cermat yaitu dengan cara:

 Dilakukan dalam waktu 24 jam sesudah kegiatan tindakan dilakukan

 Berdasarkan catatan lapangan yang ditulis dengan sistematis dan cermat

 Berdasarkan data factual

 Data factual ditafsirkan berdasarkan criteria yang telah disetujui

 Penafsiran diberikan pertama kali oleh guru yang diobservasi

 Untuk selanjutnya dirundingkan bersama mitra peneliti lainnya dalam diskusi dua arah

(10)

Peneliti dalam hal ini berusaha untuk objektif dalam mengumpulkan data, tidak

mengkritik apalagi menghakimi pola guru mitra yang belum berhasil, tetapi lebih bersifat

persuasive dan tetap berpegang pada prinsip bahwa penelitian tindakan kelas dengan

penerapan metode brainstorming diarahkan untuk memperbaiki pembelajaran IPS di SMP

Negeri 1 Kutabuluh

Tiga fase esensial dalam mengobservasi kelas adalah pertemuan, perencanaan, dan

diskusi balikan. Guru dan peneliti akan mempelajari bersama hasil observasi, menyepakati

hasil pengamatan yang berbentuk kekurangan atau keberhasilan untuk dijadikan catatan

lapangan, dan mendiskusikan langkah-langkah berikutnya. Tiga fase observasi dapat

dilihat dalam bagan dibawah ini:

Gambar: 3.1

Bagan Alur Obesrvasi Kelas

Sumber: Wiriaatmadja (2012:106)

2. Wawancara

Salah satu cara untuk mengumpulkan data ialah dengan jalan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan kepada subjek penelitian. Instrumen ini digunakan untuk

mendapatkan informasi mengenai fakta, keyakinan, peasaan, niat dan sebagainya.

Menurut Denzin dalam Geotz dan Le Compe (1984) dalam Wiriaatmadja 2011:117

wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada

orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang

perlu.

Sedangkan menurut Hopkins (1993:125 dalam Wiriatmadja 2011:117) Wawancara

adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat dari sudut Diskusi

Balikan

Observasi

Kelas

Perencanaan

(11)

pandang orang lain. Orang-orang yang diwawancarai adalah beberapa siswa, teman

sejawat, kepala sekolah, orang tua siswa dan lain-lain.

Menurut Lincoln dan Guba (Moleong, 2001:135) menjelaskan bahwa maksud

mengadakan wawancara adalah untuk mengontruksi mengenai orang, kejadian,

kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain.

3. Dokumen

Ada beberapa macam dokumen yang dapat membantu kita dalam menumpulkan

data penelitian yang ada kaitannya dengan permasalahan dalam penelitian tindakan

kelas, misalnya:

 Silabi dan rencana pelajaran

 Laporan diskusi tentang kurikulum

 Berbagai macam ujian dan tes

 Laporan tugas siswa

 Bagian-bagian dari buku teks yang digunakan dalam pembelajaran

 Contoh essay yang ditulis oleh siswa (Ellot,1991:78 dalam Wiriaatmadja 2005:121

4. Bahan Audio-visual

Agar mempunyai alat pencatatan untuk menggambarkan apa yang sedang terjadi di

kelas pada waktu pembelajaran dalam rangka penelitian tindakan kelas, maka untuk

menangkap suasana kelas, detail tentang peristiwa-peristiwa penting/khusus yang terjadi

atau ilustrasi episode tertentu, alat-alat elektronik ini dapat saja digunakan untuk

membantu mendeskripsikan apa yang dicatat di lapangan, apabila memungkinkan.

Gambar-gambar foto, cuplikan rekan tape atau slide, berguna juga dalam

wawancara, baik untuk melalui topik pembicaraan maupun untuk meningkatkan agar

tidak menyimpang dari tujuan wawancara. Alat video kalau digunakan sebaiknya kamera

buakan dipegang oleh yang berperan menyajikan pembelajaran melainkan oleh mitra

peneliti atau sejawat lainnya, serta tidak mengganggu jalannya pembelajaran di kelas

karena siswa tidak terpikat kepada kesibukan rekan video daripada berpartisipasi dalam

pembelajaran itu sendiri (Elliot, 1991: 79: Hopkins 1993:142 dalam Wiriaatmadja

(12)

5. Angket

Selain hal diatas, teknik pengumpulan data juga dilakukan melalui angket, untuk

mengukur kreativitas siswa. Metode angket merupakan pernyataan yang disusun dengan

kalimat pernyataan dengan opsi jawaban yang tersedia (Gulo 2005:122). Cara

pengambilan data dengan menggunakan angket adalah dengan meminta subjek penelitian

untuk mengisi daftar pernyataan yang dibuat berdasarkan pada indikator-indikator

kreativitas.

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, dimana responden

memilih salah satu jawaban yang tersedia. Angket dinyatakan dalam bentuk pernyataan

untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolaknya melalui

rintangan nilai tertentu yang disusun berdasarkan model Likert (Sudjana, 2005: 80). Model

ini memberikan kemudahan bagi responden untuk memberikan jawaban karena hanya

dengan memberikan tanda check atau silang.

Pernyataan dalam angket kreativitas disusun dengan mengacu pada indikator-indikator

kreativitas yaitu sebagai berikut :

Variabel kelancaran. Indikatornya meliputi keterampilan berpikir lancar

Variabel kelenturan. Indikatornya meliputi keterampilan berpikir luwes

Variabel keaslian. Indikatornya meliputi keterampilan berpikir rasional

Variabel penguraian. Indikatornya meliputi keterampilan memperinci atau mengelaborasi

Guliford (dalam Munandar, 2009)

Skala yang digunakan dalam angket ini adalah skala likert dengan memodifikasi

penghilangan jawaban tengah yang tujuannya untuk mengurangi kecendrungan subjek

memilih jawaban aman yaitu jawaban sedang atau tidak punya pendapat, terutama bagi

mereka yang ragu-ragu.Skala ini menggunakan empat kategori jawaban yaitu :

Sangat sesuai (SS)

Sesuai (S)

Tidak sesuai (TS)

Sangat tidak sesuai (STS)

Dari tiap indikator yang ada dibuat pernyataan dalam dua bentuk yaitu bentuk Favourabel

dan Unfavourabel. Favourabel adalah pernyatan yang mendukung dan positif sedangkan

anfavourabel adalah pernyataan yang yang tidak mendukung dan negative.

(13)

Tabel 3.1

Skoring untuk item favourabel dan unfavourabel

Kategori jawaban Jawaban Favourabel

Skoring Unfavourabel

SS 4 1

S 3 2

TS 2 3

STS 1 4

Subjek yang memiliki skor yang tinggi memiliki kreativitas yang tinggi dan subjek yang

memberikan skor yang rendah memiliki kreativitas yang rendah.

Data kreativitas siswa diolah dengan menghitung persentase siswa yang kreatif

dengan penerapan metode brainstorming dalam pembelajaran IPS sesuai dengan indikator

dengan rumusan:

F

P = X 100 % N

Keterangan:

P = persentase jumlah siswa yang terlibat

F= Jumlah siswa yang terlibat

N= jumlah siswa

Menurut Suharsimi Arikunto 1996 interprestasi kreativitas siswa adalah sebagai

berikut:

81 - 100 % = tinggi sekali ( TS)

61 - 80 % = Tinggi (T)

41 - 60 % = sedang (S)

21 - 40 % = rendah (R)

Teknik analisa data kualitatif dalam penelitian ini dengan mempedomani tahap

analisis yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (dalam Madya 2006:76) yakni ada

tiga komponen yang perlu dilakukan menganalisis data kualitatif yakni mereduksi data,

(14)

Jadi target ketercapaian dalam pembelajaran IPS pada semua indikator yang

sudah ditetapkan, yaitu 80% artinya kreativitas siswa dalam pembelajaran IPS, tercapai.

Tabel: 3.2

Sebaran item kreativitas Pembelajaran IPS

(15)

D. Indikator Keberhasilan Penelitian

Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah:

1. Adanya peningkatan kriteria pada setiap aspek kemampuan kreativitas peserta

didik dari sebelum tindakan diberikan dan sesudah tindakan diberikan dengan

penerapan metode brainstorming dalam pembelajaran IPS.

2. Adanya kerjasama kelompok dalam mengerjakan tugas-tugas secara tepat waktu

meningkatkan kreativitas peserta didik, indikator keberhasilannya jika dalam

proses pembelajaran di setiap tindakan 75% peserta didik dapat meningkatkan

kreativitasnya.

3. Di setiap akhir pembelajaran guru mengadakan tes evaluasi, indikator

keberhasilannya, jika setiap tindakan peserta didik yang yang dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar ≥75 sebanyak 80% dari 36 jumlah peserta didik.

4. Terlaksananya tahap-tahap metode pembelajaran brainstorming yang telah

ditetapkan.

E. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di SMP Negeri 1 Kutabuluh, beralamat di Desa

Kutabuluh Kecamatan Kutabuluh Kabupaten Karo Propinsi Sumatera Utara. Alasan

peneliti memilih lokasi ini adalah untuk memudahkan pengumpulan data penelitian serta

proses observasi, hal ini disebabkan karena peneliti adalah salah seorang guru pada

sekolah tersebut sehingga secara langsung maupun tidak langsung peneliti lebih

menguasai karakter dan fenomena yang terjadi pada objek penelitian, selain itu

kemudahan untuk kerja sama dengan tenaga pendidik dalam melaksanakan proses

pembelajaran yang telah disetting sebelumnya sehingga diharapkan diperoleh hasi

penelitian yang optimal.

2. Subjek Penelitian

Subyek Penelitian pendekatan kualitatif untuk penelitian kelas berupa peristiwa

manusia, dan situasi yang diamati (Hopkins, 1993). Dalam penelitian ini yang menjadi

subjek penelitian ini adalah para siswa kelas VIIIA dengan guru-guru IPS di SMP Negeri

1 Kutabuluh serta proses-proses interaktif yang terjadi anatara guru dengan siswa dan

(16)

F. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan ini dilakukan secara partisipatori dan kolaborasi dengan guru

yang proses pelaksaannya dilakukan secara siklus. Siklus ini tidak hanya berlangsung satu

kali, tapi beberapa kali hingga mencapai tujuan yang diinginkan, yakni perubahan

perbaikan dalam pembelajaran IPS yang menjadi kepedulian penelitian ini. Prosedur dasar

yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam berbentuk siklus yang mengacu pada

model Kemmis Mc Taggart (Wiriaatmaja,2011:66) yang meliputi tahap perencanaan

(plan), pelaksanaan (act), pengamatan (observer), dan refleksi (reflect).

Sebelum tahap-tahap siklus dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan study

kelayakan penelitian pendahuluan (orientasi) untuk mengidentifikasi dan mengangkat

masalah ide yang tepat dalam kemampuan guru mengembangkan kreativitas siswa dalam

metode brainstorming pada mata pelajaran IPS di SMP. Pada kegiatan ini, guru sudah

terlibat secara aktif dan intensif dalam rangkaian kegiatan penelitian.

Secara garis besar pelaksanaan tindakan ini dilakukan melalui lima tahap yaitu

tahap orientasi, perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Berdasarkan hal tersebut,

skema sistematis model pengembangan penelitian tindakan kelas ini penulis gambarkan

(17)

Gambar 3.2 Penelitian Tindakan Model Spiral

(Adaptasi dari Kemmis dan Taggart, 1988 (dalam Wiriaatmajda, 2012:66)

P

L

A

N

OBSERVE

AC

T

RE

F

L

E

C

T

RE

V

IS

E

D

P

L

A

N

OBSERVE

A

C

T

RE

F

L

E

C

(18)

Prosedur penelitian dalam bagan tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Perencanaan

Perencanaan yaitu kegiatan yang dilakukan dalam menyusun rencana tindakan

yang hendak dilaksanakan di kelas. Rencana disusun secara fleksibel, karena untuk

mengakomodir berbagai kemungkinan yang dapat terjadi ketika tindakan dilaksanakan.

Perencanaan disusun secara partisipatif, kolaboratif dan reflektif antara peneliti dengan

guru mitra, agar tindakan dapat lebih terarah pada sasaran yang hendak dicapai dengan

didasari pertimbangan apakah tindakan yang dilaksanakan tersebut mungkin untuk dapat

dilaksanakan scara efektif dalam berbagai situasi kelas. Tahapan yang dilaksanakan dalam

tahap perencanaan meliputi identifikasi masalah, analisis masalah, perumusan masalah dan

formulasi tindakan.

2. Pelaksanaan (tindakan)

Pelaksanaan (tindakan) yaitu kegiatan pembelajaran yang dilakukan berdasarkan

rencana yang telah disepakati sebelumnya antara peneliti dengan guru mitra. Kegiatan

pelaksanaan tindakan adalah pelaksanaan pembelajaran IPS di kelas VIIIA SMP Negeri 1

Kutabuluh. Yang sesuai dengan perencanaan sebelumnya antara peneliti dengan guru

mitra. Tindakan ini dilakukan untuk memperbaiki keadaan atau proses pembelajaran dan

hasil belajar siswa.Tindakan juga diarahkan untuk memperbaiki keadaan pembelajaran

IPS sebelumnya, untuk meningkatkan kualitas dan mencari cara cara penyelesaian

masalah yang dihadapi dalam pembelajaran di kelas.

3. Obervasi

Observasi yaitu kegiatan mengamati, mengenali sambil mendokumentasikan

(mencatat dan merekam terhadap proses, hasil, dan pengaruh dan masalah baru yang

mungkin ada dan muncul selama tindakan dilakukan). Hasil observasi akan dijadikan

bahan analisis dan dasar refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan bagi

penyusunan rencana tindakan selanjutnya. Peneliti melakukan observasi terhadap

penerapan metode brainstorming yang dilakukan guru mitra dalam rangka mengumpulkan

data, selanjutnya dianalisis dalam diskusi balikan sesudah pembelajaran selesai.

6. Refleksi

Refleksi meliputi kegiatan analisis, sintesis, penafsiran (penginterpretasian),

(19)

perencanaan yang telah dilaksanakan, yang akan diperguanakan untuk memperbaiki

kinerja guru mitra pada pertemuan selanjutnya. Refleksi merupakan upaya mengkaji apa

yang telah terjadi , apa yang telah dihasilkan atau yang belum berhasil dituntaskan dengan

tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan

langkah lebih lanjut dalam upaya pencapaian tujuan penelitian ini. Dengan kata lain

refleksi merupakan kajian terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan

sementara, dan untuk menentukan tindak lanjut dalam rangka pencapaian berbagai tujuan

lainnya.

Refleksi juga merupakan merenungkan sambil mengevaluasi tentang apa-apa saja

rencana dan tindakan yang sudah tercapai dan apa yang belum dan sempat dilakukan pada

satu siklus. Refleksi dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru mitra.

Berangkat dari hasil refleksi ini, peneliti bersama guru mitra merumuskan kembali rencana

pembelajaran untuk ditindaklanjuti pada siklus berikutnya.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan keputusan mengenai cara menampilkan data dalam tabel,

matriks atau bentuk ceritra. Analisis data dilakukan sejak awal yaitu sejak tahap orientasi

lapangan, seperti yang dikatakan Miles Huberman (dalam Wiriaatmadja, 2012: 139) bahwa “…the ideal model for data collection and analysis is one that interweaves them from the beginning”. Yang artinya, model ideal dari pengumpulan data dan analisis adalah

yang secara bergantian berlangsung sejak awal.

Adapun analisis data yang digunakan adalah metode analisis yang dikembangkan

oleh Walcoot (dalam Wiriaatmadja. 2012:136). Dengan tahapannya adalah:

1. Membuat sketsa gagasan yaitu dengan memberi tekanan pada deskripsi informasi

yang berhubungan dengan keterampilann peserta didik untuk menggali dan

merefleksikan pengalamannya menjadi sumber pembelajaran IPS

2. Diplay Data (penyajian data) yaitu membuat tabel, peta, bagan, dan perbandingan

dengan ukuran baku/standar sumber pembelajaran IPS. Setelah mereduksi terhadap

data yang dikumpulkan maka peneliti menyajikan data dalam bentuk deskripsi yang

berdasarkan aspek-aspek yang diteliti dan disusun berturut-turut mengenai

implementasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru mitra dari tahap persiapan atau

(20)

3. Mereduksi data adalah sebagai proses pemilihan, pemusatan, dan perhatian pada penyederhanaan. Pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari pencatatan tertulis di lapangan. Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup

banyak sehingga diperlukan pencatatan secara teliti dan rinci. Untuk itu diperlukan

rangkuman dan pemilahan hal-hal yang pokok dan penting.

Hal ini sejalan dengan teknik analisis data model interaktif Miles Huberman,

analisis data kualitatif dengan model interaktif. Analisis interaktif terdiri dari tiga

komponen, yaitu: reduksi data, paparan data, dan penarikan kesimpulan. Analisis ini

dilakukan pada setiap refleksi sehingga hasil dari analisis tersebut dapat diproleh alternatif

pemecahan masalah untuk menentukan rencana tindakan selanjutnya.

Komponen-komponen analisis data model interaktif tergambar dalam bagan dibawah ini:

Gambar: 3.3 Teknik Analisis Data

Sumber: Bugin. B. (2003 :69)

Analisis data di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Reduksi data (data reduction ) yaitu kegiatan mengikhtiarkan hasil pengumpulan data selengkap mungkin, dan memilah-milahnya ke dalam satuan konsep tertentu, kategori tertentu atau tema tertentu.

2. Display data yaitu dengan membuat table, diagram, sketsa, synopsis, matriks, peta, bagan, angka-angka, perbandingan untuk memudahkan upaya pamaparan dan penegasan kesimpulan.

DATA

COLLECTION

DATA

DISPLAY

DATA

REDUCTION

CONCLUTION

DRAWING&

(21)

3. Pemaparan dan penegasan kesimpulan (conclusion drawing and verification ) yaitu kegiatan menyimpulkan data yang mengacu pada hasil reduksi data dan display data.

H. Uji Validitas Data

Validitas data adalah suatu kegiatan pengujian terhadap keobjektifan dan

keabsahan data. Uji validasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Member Check

Member check adalah memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi

data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari nara sumber Wiriaatmadja.

(2012:168), seperti kepala sekolah, guru, teman sejawat guru, siswa, pegawai administrasi

sekolah, dan orang tua siswa apakah keterangan, informasi, atau penjelasan itu tetap

sifatnya atau berubah sehingga dapat dipastikan data itu terperiksa kebenarannya. Member

chek dilakukan dilakukan untuk mengecek kebenaran dan kesahihan data temuan

penelitian, yakni dengan cara mengonfirmasikan dengan sumber data (Miles& Huberman

dalam Rochmadi, 1997:35; Muhadjir N, 2002:45). Dalam proses ini data atau informasi

yang diperoleh dikonfirmasikan dengan guru kelas melalui kegiatan diskusi pada setiap

akhir pelaksaan tindakan.

2. Audit Trail,

Audit Trail adalah mengecek kebenaran hasil penelitian sementara, beserta

prosedur dan metode pengumpulan datanya, dengan mengonfirmasikan pada bukti temuan

yang telah diperiksa dan dicek kesahihannya pada sumber data tangan pertama (Nasution,

dalam unardi,2003:112). Diskusi juga dilakukan dengan pembimbing, teman mahasiswa

S2 IPS, atau siapa saja yang dianggap berkompetensi.

3. Ekpert Opinion,

dilakukan dengan cara mengkunsultasikan hasil temuan dengan para ahli (Nasution

dalam Rochmadi, 1997:35). Dalam kegiatan ini, peneliti mengkonsultasikan hasil temuan

penelitian kepada pembimbing untuk memperoleh arahan dan masukan sehingga validasi

temuan penelitian dapat dipertanggungjawabkan.

4. Menggunakan bahan refrensi, adalah adanya pendukung untuk membuktikan data

yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh, data hasil wawacara perlu

didukung dengan adanya rekaman wawancara, foto-foto dan film hasil perekaman

(22)

I. Interpretasi

Pada tahap ini peneliti berusaha menginterpretasikan temuan-temuan penelitian

atau hasil penelitian dengan merujuk atau menghubungkan dengan teori dan norma-norma

lainnya yang telah diterima secara umum. Selain itu, setiap temuan lapangan yang

diperoleh dari catatan lapangan dan beberapa instruman lainnya tentang pelaksanaan

metode brainstorming pada mata pelajaran IPS, duhubungka pula dengan hasil temuan

para peneliti atau penulis sebelumnya sebagai rujukan. Semua interpretasi diatas dijadikan

bahan dalam memperbaikai atau djadikan tolak ukur untuk melakukan tindakan

berikutnya yang berkaitan dengan kinerja guru, aktivitas siswa atau kegiatan sekolah

(23)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil yang diperoleh selama penelitian yang dilanjutkan dengan

analisis data dan refleksi terhadap proses pelaksanaan tindakan, maka penerapan metode

brainstorming dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan kreativitas siswa kelas VIII A

di SMP Negeri 1 Kutabuluh dapat dipetik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Kesimpulan Umum

Berdasarkan hasil yang diperoleh selama penelitian maka diperoleh kesimpulan

umum yaitu, dengan penerapan metode brainstorming dalam pembelajaran IPS dapat

meningkatkan kreativitas siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1 Kutabuluh. Kreativitas belajar

tersebut berupa perhatian, keberanian mengemukakan pendapat, serta kerjasama semakin

meningkat. Penerapan metode brainstorming menyebabkan keberanian peserta didik

dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan serta banyak ide-ide peserta didik yang

menyebabkan peserta didik makin bertanggung jawab. Penerapan metode brainstorming

menyebabkan peserta didik bebas menyumbangkan ide-ide baru dan tidak perlu merasa

takut salah.

2. Kesimpulan Khusus

Adapun secara khusus, kesimpulan dari penerapan metode brainstorming dalam

pembelajaran IPS adalah

a. Sebelum pengenalan penerapan metode brainstorming dalam pembelajaran IPS,

pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah dan tanya jawab. Peran guru terlihat

sangat mendominasi. Guru hanya memberikan banyak materi tanpa mengoptimalkan

kemampuan serta partisipasi aktif siswa. Guru bersikap kurang tegas terhadap peserta

didik yang tidak memperhatikan penjelasan guru, sehingga banyak peserta didik yang

melakukan aktifitas lain selama pembelajaran. Peserta didik kurang berani dalam

mengemukakan pendapat atau menyampaikan ide-ide karena takut salah. Hal tersebut

menyebabkan kreativitas siswa dalam pembelajaran IPS tidak berkembang atau tidak

(24)

b. Pelaksanaan metode brainstorming dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan

kreativitas siswa dilaksanakan dalam tiga siklus. Dalam setiap siklus tindakan, terdiri

dari perencanaan (plan), pelaksanaan (act), pengamatan (observe), dan refleksi

(reflect). Dalam setiap pelaksanaan kegiatan pembelajaran terdiri dari tiga kegiatan

yaitu :

1. Kegiatan Pendahuluan.

Kegiatan pendahuluan diawali dengan guru memberikan apersepsi dan

mengkondisikan kesiapan kelas dalam pembelajaran seperti mengabsen ,

memeriksa kebersihan kelas.Memberikan informasi dan motivasi dengan cara

guru menjelaskan masalah yang dihadapi beserta latar belakangnya dan mengajak

peserta didik untuk aktif dalam mengembangkan pikirannya. Guru

mengonfirmasikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

2. Kegiatan Inti.

Guru menjelaskan konsep secara umum masalah penyimpangan sosial. Dalam

kegiatan inti Guru menjelaskan tentang mekanisme brainstorming. Guru membagi

kelas menjadi 6 kelompok. Dengan dibimbing guru, peserta didik disuruh

mengemukakan ide atau sarannya serta memberikan kesempatan kepada peserta

didik untuk menuliskan idenya di papan tulis sesuai dengan materi pembelajaran

yaitu penyimpangan sosial di keluarga dan masyarakat.Pada saat memberikan

saran, guru tidak boleh mengkritik. Pimpinan kelompok dan siswa hanya boleh

bertanya untuk meminta penjelasan. Hal ini dubuat agar kreativita siswa tidak

terhambat. Semua siswa disuruh mendiskusikan dan mengevaluasi semua gagasan

yang diinverntarisasi serta memperjelas kalimat dan menyimpulkan materi yang

telah ditentukan. Guru melakukan penilaian terhadap proses dan hasil

brainstorming atau yang dikemukakan peserta didik disertai posttes sebagai

umpan balik dengan memberikan beberapa pertanyaan.

3. Kegiatan penutup

Dalam kegiatan penutup dengan dibimbing oleh guru, peserta didik

menyimpulkan materi pelajaran yang telah dibahas. Guru melakukan penilaian

terhadap proses dan hasil brainstorming disertai post test sebagai umpan balik.

Pada bagian akhir guru menugaskan peserta didik mengumpulkan laporan

(25)

menugaskan siswa untuk mempelajari topik pembelajaran yang akan dibahas pada

pertemuan berikutnya.

c. Penerapan metode brainstorming dalam pembelajaran IPS sangat efektif untuk

meningkatkan kreativitas siswa. Hal ini terbukti dengan banyaknya siswa yang

mengajukan banyak pertanyaan, menjawab sejumlah pertanyaan yang diajukan guru

dan temannya, mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah, lancar

mengungkapkan gagasan-gagasannya, siswa banyak memberikan macam-macam

penafsiran (interpretasi) terhadap suatu masalah. Selain itu Tiap-tiap kelompok

bekerja sama untuk menemukan penyelesaian suatu masalah dengan cara baru dan

senang menganalisa situasi. Di samping itu mereka mereka menanggapi

pertanyaan-pertanyaan secara bergairah, aktif dan bersemangat dalam menyelesaikan tugas yang

diberikan guru, dan mereka memiliki kemampuan mendeteksi, mengenali, dan

memahami serta menanggapi suatu pernyataan, situasi atau masalah. Dan yang paling

penting mereka menjadi mandiri dalam mengikuti pembelajaran IPS.

d. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam penerapan metode

brainstorming dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan kreativitas siswa adalah

sebagai berikut:

1.Guru berusaha memahami betul tentang makna dan langkah-langkah metode

brainstorming, dengan demikian dapat dapat memberikan pengarahan kepada

peserta didik.

2.Guru memberikan masalah yang dapat merangsang pikiran siswa, sehingga siswa

berusaha berpikir dan dapat meningkatkan kreativitas siswa.

3.Guru berusaha untuk lebih professional dalammenciptakan suasana pembelajaran

yang kondusif, terutama dalam hal pengelolaan kelas.

4.Selama proses pembelajaran berlangsung guru harus berpedoman pada perangkat

pembelajaran, agar tidak mengalami kesulitan dalam mengalokasikan waktu

sehingga pembelajaran dapat dilaksanakan sesuai rencana

5.Guru harus berusaha untuk menumbuhkan kepercayaan diri peserta didik, sehingga

mereka yakin dan tidak takut salah dalam menyampaikan pendapatnya.

6.Guru berusaha untuk lebih kreatif dalam mencari dan memanfaatkan media cetak

(26)

B.Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan diatas, dan dalam upaya meningkatkan kualitas dan

perbaikan proses pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kutabuluh, khususnya kemampuan

guru dalam menerapkan metode brainstorming, maka beberapa rekomendasi dapat

disampaikan sebagai berikut:

1. Bagi Guru

a.Guru hendaknya mempersiapkan materi, media, dan perencanaan pembelajaran secara

matang, agar dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas dapat berjalan sesuai rencana

yang telah disusun, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

b.Agar penerapan metode brainstorming dalam pembelajaran IPS dapat berlangsung

dengan baik, guru hendaknya dapat lebih meningkatkan perannya sebagi motivator,

evaluator, dan fasilitator selama proses pembelajaran berlangsung, terutama berkaitan

dengan keterampilan membimbing kelompok kecil agar menjadikan kelompok diskusi

lebih terkontrol dalam melakukan proses pembelajaran.

c.Dalam melakukan evaluasi pembelajaran,guru jangan hanya berorientasi pada tes

kemampuan kognitif tetapi juga mengadakan penilaian terhadap afektif dan psikomotor

peserta didik.

2. Bagi Siswa

a. Siswa hendaknya melakukan persiapan yang matang sebelum pelaksanaan pembelajaran

IPS dengan menggunakan metode brainstorming, yaitu dengan membaca materi yang

akan dibahas baik dari buku paket maupun sumber lain yang relevan.

b. Siswa diharapkan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, sehingga dapat

meningkatkan kreativitas yang didasarkan pada kebutuhan dan tujuan yang ingin

dicapai olehnya.

3. Bagi Sekolah

Pihak sekolah dalam hal ini terutama kepala sekolah selayaknya selalu

memberikan dorongan dan dukungan dalam upaya peningkatan kualitas kinerja guru

dalam mengajar dengan berbagai cara seperti pelatihan-pelatihan atau

penataran-penataran. Sekolah hendaknya lebih meningkatkan dukungannya terhadap pelaksanaan

pembelajaran dengan menggunakan metode brainstorming. Dukungan yang diberikan

(27)

mendukung terlaksananya proses pembelajaran dengan menerapkan metode

brainstorming.

4.Bagi Peneliti Selanjutnya

Kepada para peneliti selanjutnya sudah tentu dapat mengadakan penelitian sejenis

dengan variasi variable, sehingga dapat dipakai sebagai bahan studi yang lebih baik dan

bermanfaat. Serta lebih memperhatikan proses pembelajaran bukan hasil daripada

pembelajaran itu sendiri, serta memilih alat ukur yang benar-benar valid untuk mengetahui

(28)

113

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Al Muchtar, S (2004) Epistomologi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Bandung: Gelar Pustaka Mandiri.

__________, (2008) Strategi Pembelajaran IPS Bandung UPI.

Ardian, (2007) Pengembangan Model Pembelajaran Brainstorming Untuk Meningkatkan Kreativitas Mahasiswa Pada Mata Kuliah Praktik. UNY Yokyakarta.

Banks, J&A Clegg A. (1975). Teaching Strategies For the Social Studies Inquiri, Valuing and Decision Making.New York. White Plan.

Bachman, E (2005). Metode Berpikir Kritis dan Inovatif. Jakarta: Pustaka Publisher.

Bean R. (1993). Cara Mengembangkan Kreativitas Anak. Terjemahan Meitasari .Tjandrasa.1995. Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Budiningsih Asri, (2005) Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:PT Rineka Cipta.

Bungin, B. (2003). Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Craft,A.2000. Membangun Kreativitas Anak. Terjemahan M. Chairul Annam.2003. Jakarta: Inisiasi Press.

Dahar W R. 2006. Teori-Teori Belajar&Pembelajaran. Jakarta:Erlangga.

Filsaisme, D. K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta: Preastasi Pustaka.

Hasan, S Hamid. (1995). Pendidikan Ilmu Sosial. Depdikbud Ditjen Pendidikan Tinggi Jakarta: Proyek Pendidikan Tenaga Pendidikan.

Hassoubah Zaleka, Izhab. (2004). Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis. Bandung: Nuansa Indah.

Ibrahim, Syaodih N. S (2003). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Komalasari Kokom. (2010). Pembelajaran kontekstual Konsep Dan Aplikasi. Bandung: Reflika Aditama.

Munandar, Utami S.C (1987). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah Jakarta:PT Gramedia.

_________________ (2009). Pengembangan kreativitas Anak berbakat. Jakarta:Rineka Cipta.

(29)

Mulyasa,E (2005). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran kreatif dan Menyenangkan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mutakim Awan. (1998). Ilmu Pengetahuan Sosial.Bandung: Genesindo.

Nasution,S. (1988). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar Jakarta:Sinar Baru Algesindo.

Nasution ,S (1992).Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar Jakarta:Sinar Baru Algesindo.

National Council For the Social Studies.(1944). The Curriculum Standard For Social Studies. Washington DC: NCSS.

Nursito. (1999). Kiat Menggali Kreativitas. Yokjakarta: Mitra Gama Media.

Rawlinson Geoffrey, (1989). Berpikir Kreatif & Sumbang Saran. Jakarta: Gower Publishing- Binarupa Aksara.

Rachmawati, Y dan Kurniati, E. (2010). Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak. Jakarta: Kencana.

Roestiyah NK, (2012). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Rineka Cipta.

Rohani, Ahmad, (1997). Media Instruksional Edukatif. Jakarta:Rineka Cipta.

Sagala, Syaiful. (2007). Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alpabeta.

Sardiman A.M. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.

Schunk H Dale. (2012). Learning Theoris. Yokyakarta.: Pustaka pelajar.

Semiawan, C.Munandar,S.C.U.(1990). Memupuk Bakat danKreativitas Siswa Sekolah Menengah. (Petunjuk bagi Guru dan orang tua). Jakarta:PT Gramedia.

Suciati, dkk. (2007). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka.

Suparman Atwi. (1997). Model-Model Pembelajaran Interaktif. Bandung: Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI.

Sugiono, (2008). Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. bandung:Alpabeta.

Sujana, Nana Ibrahim, (2001). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:Sinar Baru Algesindo.

Supriyadi, Dedi. (1994). Kreativitas, Kebudayaan & Perkembangan Iptek. Bandung: Alpabeta.

(30)

Smith K.M dkk. (2010). Teori Pembelajaran dan Pengajaran.Mengukur Kesuksesan Anda dalam Proses Belajar Mengajar Bersama Psikologi Pendidikan Dunia.Yokjakarta:Mirzan Media Pustaka.

Sanjaya Wina, (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan Jakarta:Kencana Pranada Media.

Sapriya, (2011).Pendidikan IPS.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

Sudjana N. (2009). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Sinar Bumi.

_________.(2011). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

Sumantri,M,N.(2001). Menggagas Pembaruan IPS.Bandung:Remaja Rosdakarya.

Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi pustaka.

Uno B Hamzah dkk. (2011). Menjadi Peneliti PTK Yang Profesional.Jakarta:Bumi Aksara.

Wahab Azis Abdul. (2009). Metode dan Model-Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung:Alpabeta

Wiriaatmaja, R. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas.Bandung:Remaja Rosdakarya.

Yoni Acep, (2012). Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yokyakarta:Famolia Pustaka Keluarga.

B. JURNAL, TESIS, DAN DISERTASI

Al Mukhtar. S. (2001). Pengembangan Kemampuan Berpikir dan Nilai Dalam Pendidikan IPS: Suatu Studi Sosial Budaya Pendidikan, Disertasi PPS IKIP bandung: Tidak dipublikasikan.

Barus A. Penerapan Model Pembelajaran Braintorming Untuk Meningkatkan Hasil Belajar, Kemampuan Kritis dan Kreatif Siswa SMK-2 Kabanjahe Pada Materi Trigonometri: Suara Pendidikan ISSN 0852-016X.

Mariana M Deties. (2010). Pengaruh Metode Problem Solving Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Tesis pada Sps UPI Bandung:tidak dipubilkasikan.

(31)

Ony Prawiyanto. (2012).” Model Bimbingan Belajar Behavioristik Untuk Meningkatkan Kreativitas Belajar Siswa”. Jurnal Bimbingan Konseling 1 (1) (2012) ISSN 2252-6889.

Rohmad Junaidi. (2011). Penerapan Model Make A Match Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa (Penelitian Tindakan kelas Pada Siswa kelas VIII Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 25 Jakarta.Tesis Pada SPs UPI Bandung:Tidak dipublikasikan.

Sastromihardjo Andoyo. (2007). Kreatifitas Siswa Sekolah Menengah Pertama Dalam Berbahasa Indonesia Tulis (Study kasus tentang Kreativitas Siswa kelas 2 SMPN 1 Lembang Kabupaten bandung dalam menulis argumentasi). Disertasi Universitas Negeri Malang.Tidak dipublikasikan.

Supardan D. (2000). Kreativitas Guru Sejarah ( Study Deskriptif Analitik Terhadap Guru dan Implikasinya Untuk Program Pengembangan Kreativitas Guru Sejarah Sekolah Menengah Umum Di kotamadya Bandung). Tesis PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

__________.(2001). Kreativitas Guru Sejarah dalam Proses Pembelajaran (Jurnal Historia). Bandung : Jurusan Pendidikan sejarah.

Wardani N S. (2011). “Upaya Meningkatkan Kreativitas Siswa Dalam Pembelajaran IPS

SD Melalui Diskusi Kelompok”.Widya Sari Vol.13 N0.1 Januari 2011:1-20.

Welu F. (2009). Pembelajaran Terpadu Model Shared Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa (Penelitian Tindakan kelas Dengan Tema Peristiwa Alam, Aktivitas Ekonomi Serta Ilmu Pengetahuan Dan Tegnologi IPTEK ) Pada kelas IVB SDN Ende7-Flores-NTT).Tesis Pada SPs UPI Bandung:Tidak dipublikasikan.

C.Dokumen-

Depdiknas, (1997). Pengembangan Kurikulum Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G). Departemen Pendidikan dan kebudayaan.

_________, (2006) Model pembelajaran terpadu IPS SMP/MT/SMPLB. Jakarta, Badan Peneltian dan Pengembangan Pendidikan Nasional. Pusat Kurikulum.

Tim Penyusun Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (2012).Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Bandung:UPI Bandung.

D. INTERNET

(32)

Degeng, I Nyoman S. (2008). Komparasi pembelajaran Behavioristik dengan Konstrukstivistik. Kurikulum dan pembelajaran.Posted on Desember 14 th (Online). Tersedia: http://www.google.co.id (17 desember 2009)

Harris, R. 1998.Introduction to Creative Thinking, (Online), (http://www.Virtualsalt com /crebook1.html.diakses 3 Desember 2004

Martiningsih, (2007). Jenis-Jenis Metode Pembelajaran, www.martiningsih-online.com, diakses juni 2013

Myrmel, M. K. (2003). Effek of Using Creative Problem Solving in Eight Grade Tegnology Education Class At Hopkins North Junior High School. Research Paper to Submittedin Partial Fulfillment of The Requirenment for Master of Science Degree. The Graduate Scholl University of Wincinsin: Stout [Online]. Tersedia: http://www.scirus.com

Roestiyah. (2001). Metode diskusi Dalam pembelajaran, www.belajar mengajar online.co.id, diakses pada juni 2013

Smalling,R.L.1993.CreativeThinking,(Online),(http://www.geotcities.com/joyfullyserving /pages/creative.html.diakses 3 Desember 2004

Fajar Laode,Riki. (2011). Model-Model Pembelajaran konsep Dasar IPS. [online] tersedia :http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2200377 model-model-pembelajaran-konsep-dasar/#ixzzlkfnI8pj2.[25 Februari 2012]

Siti Masyitoh, Oim dkk. (2010). Model Pembelajaran Curah Pendapat Untuk meningkatkan Partisipasi dan keterampilan Sosial mahasiswa. [online]

Gambar

Tabel 3.1 Skoring untuk item favourabel dan unfavourabel
Gambar 3.2 Penelitian Tindakan Model Spiral

Referensi

Dokumen terkait

Asosiasi antara PAM dengan Kemampuan Berpikir Kritis Uji Homogenitas Varians Populasi Skor Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Berdasarkan PAM Siswa dan Model

syuf’ah padanya dikarenakan benda tersebut benda yang tidak bisa dibagi, dengan keadaan tersebut kita selaku warga muslim yang sudah mengetahui bahwa persepsi

Delta Modulasi adalah salah satu modul yang ada dalam praktikum Dasar Telekomunikasi, dimana dalam Modul Praktikum tersebut mahasiswa/i diajak untuk mengetahui pengaruh keluaran

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL ) / MAGANG PT.POS INDONESIA

dimaksud dalam huruf a dan huruf b serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (4) Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara,

Lahan kering umumnya terdapat didataran tinggi (daerah pegunungan) yang ditandai dengan topografinya yang bergelombang dan merupakan daerah penerima dan peresap air hujan yang

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, data yang telah direduksi akan

Nilai laju penurunan temperatur hasil pengujian dengan pemakaian swirl fan pada rentang daya input 95 s/d 120 Watt dan variasi kecepatan 2,8; 4,3 dan 6,6 m/s lebih besar