YANG BERBEDA PADA SEMI CLOSED HOUSE Oleh
Khoirul Anam
Pertumbuhan broilerdipengaruhi oleh dua faktor yaitu genetik dan lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang memengaruhi pertumbuhan broiler adalah kepadatan kandang. Kepadatan kandang dapat memengaruhi suhu yang ada dalam kandang tersebut. Tingginya suhu dapat menurunkan jumlah oksigen yang sangat dibutuhkan dalam kelangsungan hidup ayam yang dipelihara dalam
kandang tersebut. Ketersediaan oksigen di dalam kandang memengaruhi sistem peredaran darah dan gambaran darah unggas.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui pengaruh kepadatan kandang terhadap gambaran darah broiler ; (2) mengetahui gambaran darah (total sel darah merah, nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin) broiler yang terbaik pada semi closed house (kandang semi tertutup) dengan kepadatan kandang yang berbeda.
Penelitian dilaksanakan selama 24 hari dari 16 Februari--7 Maret 2012, di kandang ayam milik PT. Rama Jaya Lampung Unit Candimas Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, dan analisis sampel darah di UPTD Balai
Laboratorium Kesehatan, Bandar Lampung.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Langkap (RAL), terdiri atas empat perlakuan, dengan lima ulangan, yaitu P1: kepadatan kandang 12 ekor m-2, P2: kepadatan kandang 15 ekor m-2, P3: kepadatan kandang 18 ekor m-2, dan P4: kepadatan kandang 21 ekor m-2. Data yang dihasilkan dianalisis sesuai dengan asumsi sidik ragam, apabila dari analisis asumsi sidik ragam pada taraf 5%. maka analisis dilanjutkan dengan uji Duncan (Steel dan Torrie, 1993).
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki
pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan sangat irit, siap dipotong pada umur muda, serta mampu menghasilkan kualitas daging yang bersih, berserat lunak dengan kandungan protein tinggi (Irawan,1996).
Dalam pemeliharaan broiler banyak faktor lingkungan yang memengaruhi diantaranya adalah kandang. Kandang merupakan tempat ayam tinggal dan beraktivitas sehingga kandang yang nyaman sangat berpengaruh terhadap pencapaian produktivitas yang baik.
Menurut Rasyaf (2001), kepadatan kandang yang sesuai akan meningkatkan performans broiler menjadi lebih baik. Hal ini karena kepadatan kandang berpengaruh pada kenyamanan ternak yang selanjutnya memengaruhi suhu dan kelembapan udara dalam kandang. Kepadatan kandang yang tinggi dapat menyebabkan suhu dalam kandang juga tinggi. Suhu yang tinggi dapat
mengganggu fungsi fisiologis dari organ–organ pernapasan dan peredaran darah. Tingginya suhu dapat menurunkan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
Semi close house (kandang semi tertutup) merupakan adopsi dari close house.
Bagian atas kandang dibuat plafon yang tujuannya untuk mengadopsi vakum udara pada sistem close house yang dikenal dengan tunnel system, menutupi sekeliling kandang dengan menggunakan layar dan kipas dipasang di kedua ujung kandang. Kandang ini merupakan kandang yang nyaman, bermutu baik untuk ternak unggas. Kandang ini menggunakan alat exhaust fan yang berfungsi untuk
menarik atau menyedot oksigen dan mengeluarkan karbondioksida, dan menggunakan alat cooling pad system (Priyo 2009).
Hasil penelitian Marlina (2011), kepadatan kandang ayam jantan tipe medium 16, 19, dan 22, ekor m-2 di kandang panggung sistem terbuka berpengaruh tidak nyata terhadap sel darah merah (SDM) dan hemoglobin.
Penggunaan semi close house pada peternakan ayam komersial sudah mulai dilakukan karena kepadatan ayam bisa ditingkatkan, suhu disesuaikan dengan kebutuhan hidup ayam, pertumbuhan ayam lebih baik, resiko terhadap penyakit sedikit. Namun, penggunaan kepadatan ayam dalam kandang masih beragam dimulai dari 12 ekor/m-2 sampai 18 ekor/m-2.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. mengetahui pengaruh kepadatan kandang terhadap gambaran darah broiler ; 2. mengetahui gambaran darah (total sel darah merah, nilai hematokrit, dan kadar
hemoglobin) broiler yang terbaik pada semi closed house (kandang semi tertutup) dengan kepadatan kandang yang berbeda.
C. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang penggunaan kepadatan kandang yang terbaik pada pemeliharaan broiler di semi closed house (kandang semi tertutup), khususnya mengenai gambaran darahnya (total sel darah merah, nilai hematokrit dan kadar hemoglobin).
D. Kerangka pemikiran
Pertumbuhan broiler dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu genetik 30% dan lingkungan 70% (Aksi Agraris Kanisius, 2003). Salah satu faktor lingkungan yang
Suhu yang tinggi dapat mengganggu fungsi fisiologis dari organ-organ pernapasan dan peredaran darah. Tingginya suhu dapat menurunkan jumlah oksigen yang sangat dibutuhkan dalam kelangsungan hidup ayam yang dipelihara dalam kandang tersebut. Ketersediaan oksigen di dalam kandang memengaruhi sistem peredaran dan gambaran darah unggas. Adanya perubahan fisiologis pada tubuh hewan menyebabkan gambaran darah juga mengalami perubahan (Sturkie, 1976)
Berdasarkan sistem ventilasi atau dinding kandang, ada kandang tertutup (closed house) dan kandang terbuka (open house). Kandang tertutup adalah kandang yang semua dinding kandangnya tertutup. Sistem ventilasi atau pergerakan udaranya tergantung sepenuhnya dan kipas yang dipasang. Kandang terbuka adalah semua dinding kandangnya terbuka serta kondisi dalam kandang sangat dipengaruhi oleh kondisi luar kandang (Sudaryani dan Santoso, 1999).
Kadar amoniak sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ayam. Daya ikat NH3 terhadap hemoglobin 12 kali lipat lebih kuat dari O2, karena berat jenis NH3 lebih besar dari oksigen. Hemoglobin berfungsi mengikat oksigen. Jika hemoglobin terlalu banyak mengikat NH3, kemampuan mengikat oksigen akan berkurang. Suprijatna dkk. (2005) menyatakan bahwa jumlah sel darah merah berkaitan dengan pengikatan oksigen oleh hemoglobin. Semakin banyak total sel darah merah maka frekuensi pernafasan akan semakin baik pula karena oksigen yang diikat oleh hemoglobin untuk diedarkan ke seluruh tubuh semakin banyak.
2,92x106 per mm3), jumlah sel darah putih (189,33 dan 234,76 x103 mm3), dan hemoglobin (7,18 dan 8,33 g%).
Schalms, dkk. (1986) menyatakan bahwa kadar hemoglobin normal pada ayam yaitu 7,0–13 g/dl. Menurut Azhar (2011), kadar atau jumlah hemoglobin pada ayam dan unggas lainnya (mg/100mL darah atau mg%) pada kisaran yang hampir sama dengan yang dimiliki mamalia, yaitu 11 mg% pada ayam.
Kepadatan kandang konvensional (open house) biasanya 10 ekor m-2, sedangkan pada close house mencapai 21 ekor m-2 (Suhaimi, 1997). Pada kenyataan di lapangan penggunaan kepadatan kandang broiler masih beragam, belum ada tingkat kepadatan yang optimal. Kepadatan yang berbeda pada kandang semi close house juga akan memengaruhi gambaran darah ayam. Oleh sebab itu, peneliti ini akan menggunakan berbagai kepadatan (12, 15, 18, 21 ekor m-2) di semi close house.
E. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penilitian adalah
1. ada pengaruh kepadatan kandang terhadap gambaran darah (total sel darah merah, nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin) broiler pada semi close house (kandang semi tertutup);
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Broiler
Broiler adalah ternak yang paling ekonomis dibandingkan dengan ternak lain. Daging broiler diperoleh, dipasarkan atau dikonsumsi dalam waktu yang relatif singkat (Murtidjo, 2001). Menurut Kartasudjana dan Suprijatna (2006), broiler adalah ayam-ayam muda jantan atau betina yang umumnya dipanen umur 5–6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging. Broiler mempunyai peranan yang penting sebagai sumber protein hewani asal ternak. Broiler mempunyai kelebihan bila dibandingan dengan ayam kampung yakni keempukan daging, kulit halus dan lunak, ujung tulang dada lunak, serta dada lebar dengan timbunan daging yang baik.
Broiler dibedakan menjadi dua bagian, yaitu broiler klasik dan broiler modern. Broiler klasik menggunakan bahan nutrisi pakan untuk mempertahankan hidup
(live ability rate), pada broiler modern disamping untuk mempertahankan hidup, juga untuk penampilan akhir (performance). Broiler modern mempunyai
pertumbuhan yang cepat dan bobot tubuh pada 28 hari sudah mencapai 1,2 kg (Unandar, 2003).
B. SemiClosed House (Kandang Semi Tertutup)
Semi closed house merupakan adopsi dari prinsip closed house. Semi closed house bentuknya seperti kandang terbuka, dinding dibuat belum permanen masih
menggunakan tirai atau terpal, bagian atas kandang dibuat plafon, dan menggunakan alat exhaust fan yang berfungsi untuk menarik atau menyedot
Menurut Sunanto (1997 ), teknologi closed house memang bisa menekan
kematian ayam karena teknologi ini mampu menjaga kondisi lingkungan kandang sesuai dengan kondisi optimum yang dibutuhkan ayam. Dengan keadaan seperti ini kematian akibat stres karena panas bisa ditekan. Penularan dan masuknya bibit penyakit ke kandang juga bisa dikurangi. Jadi kandang ini mampu meningkatkan daya tahan ayam terhadap serangan penyakit.
Menurut Charles (1997), kandang sistem closed house adalah memanjang, ada yang terbagi atas beberapa bagian atau pen, ada pula yang terbentuk ruangan luas tanpa disekat-sekat. Antar bagian kandang situasi dan kondisinya dibuat sama. Mengenai persyaratannya adalah suhu harus di bawah 300 C (berkisar 26--280C) dengan kelembaban 70--80%. Menurut PT. Lito Prima Mandiri (1997), ada dua tipe closed house system yaitu tunnel ventilation dengan evaporative cooler dan tunnel ventilation tanpa evaporative cooler.
Exhaust fan adalah alat untuk menarik atau menyedot oksigen (O2) masuk dari in let dan mengeluarkan gas karbondioksida (CO2) serta gas amonia dari dalam kandang ke luar kandang. Ukuran exhaust fan yang berdiameter 120 cm (48”) dan berkapasitas 30.000 m3/kipas dengan kemampuan memenuhi kebutuhan udara (O2) per kilogram bobot badan ayam hidup 8 m3/jam. Exhaust fan dipasang pada bagian sisi lebar kandang. Prinsip kerja exhaust fan agar suhu dalam kandang menjadi stabil sesuai kebutuhan ayam (Miku dan Sumiati, 2010).
Menurut Rosario (1997), cooling pad system memiliki kelebihan dalam
closed house yang banyak digunakan oleh industri perunggasan khususnya breeder. Kondisi lingkungan yang ideal untuk pertumbuhan ayam dewasa adalah
200-- 270 C dengan kelembaban relatif kurang dari 50%.
C. Kepadatan Kandang
Kepadatan kandang dapat memengaruhi keseragaman berat badan. Kandang yang terlalu padat menyebabkan ayam tidak mendapatkan pakan dan minum secara serentak. Selain itu, ketidakseragaman ini dapat menimbulkan perilaku dominasi pada sekelompok ayam. Menurut Suhaimi (1997), kepadatan kandang broiler di kandang konvensional (open house) biasanya 10 ekor m-2, sedangkan kepadatan kandang di closed house mencapai 21 ekor m-2. Kepadatan kandang optimal untuk ayam pedaging (broiler) di daerah subtropis adalah 15 ekor m-2. Menurut Creswell dan Hardjosworo (1979), untuk Indonesia kepadatan kandang yang optimal adalah 10 ekor m2.
Pengaturan kepadatan area brooder dilakukan dengan melebarkan chick guard. Pelebaran sebaiknya dilakukan seiring dengan pertambahan umur dan berat badan ayam. Pelebaran chick guard pada broiler dilakukan pada umur 3--4 hari,
selanjutnya setiap 3--4 hari sekali dan pada umur 14 hari ayam sudah menempati seluruh luasan kandang. Bersamaan dengan pelebaran kandang brooder, juga harus diikuti dengan pengaturan letak pemanas dan distribusi tempat ransum dan minum. Kepadatan kandang ayam dinyatakan sebagai satuan luas lantai per ekor. Luas lantai kandang setiap ekor ayam antara lain tergantung dari tipe lantai, tipe ayam, jenis kelamin, dan periode produksi (North dan Bell, 1990)
Menurut Meizwarni (1993), ukuran kandang yang disediakan tergantung dari beberapa faktor seperti macam kandang, ukuran ayam, suhu lingkungan serta keadaan ventilasi. Menurut Rasyaf ( 2001), kepadatan kandang berpengaruh terhadap kenyamanan ternak di dalam kandang. Pengaturan kepadatan kandang dilakukan sedemikian rupa untuk mengatasi kanibalisme akibat terlalu padatnya kandang. Hal ini juga bermanfaat untuk kenyamanan ayam. Kepadatan kandang juga berpengaruh terhadap produksi, performen, dan tingkat kenyamanan broiler (May dan Lott, 1992).
rendah, sebaliknya apabila suhu udara di dalam kandang semakin rendah, maka kepadatan kandang optimal semakin tinggi.
D. Gambaran Darah
Peredaran darah unggas tersusun oleh jantung sebagai pusat peredaran darah, dan pembuluh-pembuluh darah. Jantung unggas berbentuk kerucut dan terbungkus selaput perikardium. Jantung terdiri dari dua serambi yang berdinding tipis serta dua bilik yang dindingnya lebih tebal. Pembuluh-pembuluh darah dibedakan atas arteri dan vena. Arteri yang keluar dari bilik kiri ada tiga buah, yaitu dua arteri anonim yang bercabang lagi menjadi arteri - arteri vang memberi darah ke bagian kepala, otot terbang, dan anggota depan, dan sebuah aorta vang merupakan sisa dari arkus aortikus yang menuju ke kanan (arkus aortikus yang menuju ke kiri rnereduksi). Pembuluh nadi ini kemudian melingkari bronkus sebelah kanan dan membelok ke arah ekor menjadi aorta dorsalis (pembuluh nadi punggung). Pembuluh nadi yang keluar dari bilik kana hanya satu, yakni arteri pulmonis (pembuluh nadi paru -paru), yang kemudian bercabang menuju paru-paru kiri dan kanan. Darah yang kekurangan oksigen akan berwarna kebiru-biruan yang disebut sianosis. Darah dengan jumlah hemoglobin berkurang jauh dari standar karena pembentukan yang kurang memadai disebut anemia (Frandson, 1993).
Darah merupakan media transportasi yang membawa nutrisi dari saluran
hasil penelitian Marlina (2011) pada kepadatan kandang ayam jantan tipe medium 16, 19, dan 22, ekor m-2 di kandang panggung sistem terbuka berpengaruh tidak nyata terhadap sel darah merah, sel darah putih, dan hemoglobin.
a. Sel darah merah (SDM)
Menurut Hartono, dkk. (2002), darah tersusun atas cairan plasma, garam-garam, bahan kimia lainnya, sel darah merah, dan leukosit (sel darah putih). Jumlah sel darah merah dapat dijadikan sebagai parameter untuk mengetahui kesehatan probandus pada suatu saat. Sel darah merah adalah sel yang fungsinya mengangkut oksigen. Pembentukan sel darah merah pada hewan maupun manusia dewasa normalnya terjadi pada sumsum tulang merah, sedangkan pada janin atau fetus dihasilkan dalam hati, limpa, dan nodus limpatikus. Sel darah merah mamalia tidak berinti, tetapi sel darah merah muda memiliki inti.
Kebanyakan sel darah merah mengalami disentegrasi dan ditarik dari aliran darah oleh sistem retikuloendotelial. Pada proses ini dihasilkan pigmen empedu yang dinamakan bilirubin dan biliverdin. Apabila di dalam aliran darah banyak mengandung kedua bentuk pigmen itu maka membran mukosa mata dan mulut akan berwarna kuning, keadaan ini disebut ikterus (Hartono, dkk., 2002).
Menurut Smith (1988), nilai normal sel darah merah broiler sekitar
2,0 --3,2 x10 6 per mm 3, sedangkan menurut Sturkie (1976), rata-rata sel darah merah dalam kondisi normal pada ayam umur 26 hari adalah 2,77 x 106 per mm3. Hasil penilitian Marlina (2011) mununjukkan bahwa sel darah merah ayam jantan tipe medium yang dipelihara di kandang panggung dengan system ventilasi terbuka dan kepadatan kandang 16, 19, dan 22 ekor m-2 berkisar 2, 73 dan 2,92 x 106 per mm3.
b. Nilai Hematokrit
Nilai hematokrit adalah presentase volume endapan eritrosit setelah sampel darah dipisahkan dalam waktu dan kecepatan tertentu . Nilai hematokrit merupakan volume sel-sel eritrosit seluruhnya dalam 100 mL yang dinyatakan dalam persen. Nilai hematokrit merupakan cara yang paling sering digunakan untuk menentukan jumlah sel darah merah terlalu tinggi, terlalu rendah, atau normal (Azhar, 2009).
menjaga keseimbangan maka sumsum tulang belakang memproduksi sel–sel darah merah dalam jumlah banyak. Nilai hematokrit atau packed cell volume (PCV) pada ayam bervariasi mencapai 30--35% pada jantan dewasa dan 33--35% pada anak ayam; pada burung puyuh dewasa 53,1% pada jantan dan 48,7% pada betina (Azhar, 2009). Hasil penelitian Riduan (2011) menunjukkan bahwa rata– rata nilai hematokrit ayam jantan medium umur 5 minggu adalah 29,33 %--33,67%.
c. Hemoglobin
Hemoglobin merupakan zat padat dalam sel darah merah yang menyebabkan warna merah. Hemoglobin merupakan molekul protein pada sel darah merah. Adanya hemoglobin dalam sel darah merah memungkinkan timbulnya
kemampuan untuk mengangkut oksigen, serta menjadi timbulnya warna merah pada darah (Frandson, 1992). Fungsi dari hemoglobin adalah mengangkut CO2 dari jaringan, mengambil O2 dari paru-paru, memelihara keseimbangan asam-basa, dan merupakan sumber bilirubin. Jumlah hemoglobin di dalam darah dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, keadaan fisik, cuaca, tekanan udara, penyakit, dan jumlah sel darah merah. Kadar hemoglobin berbanding lurus dengan jumlah sel darah merah, semakin tinggi jumlah sel darah merah maka akan semakin tinggi pula kadar hemoglobin dalam sel darah merah tersebut (Haryono, 1978).
pigmen forpirin merah (heme) yang masing-masing mengandung iron dan globin yang merupakan protein globural dan terdiri dari empat asam amino.
Haemoglobin bergabung dengan oksigen didalam paru-paru yang kemudian terbentuk oksihaemoglobin yang selanjutnya melepaskan oksigen ke sel-sel jaringan didalam tubuh (Frandson, 1992).
III. BAHAN DAN METODE
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari 12 Februari--6 Maret 2012 yang bertempat di kandang ayam milik PT. Rama Jaya Lampung di Desa Candi Mas Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Sampel darah penelitian ini dianalisis di UPTD Balai Laboratorium Kesehatan, Jl. dr Sam Ratulangi No.103 Penengahan Bandar Lampung.
B. Bahan
a. Ayam
Ayam yang digunakan dalam penelitian ini adalah broiler strain Cobb umur 12 hari yang dipelihara sampai dengan umur 23 hari sebanyak 330 ekor. Bobot awal umur 12 hari rata-rata 367,29 ± 27,73 g/ekor, dan koefesien keragaman 7,56 %, sedangkan bobot awal DOC adalah 42,55 ± 3,13 g/ekor dengan koefesien keragaman 7,36 %.
b. Ransum
Comfeed Indonesia, Tbk. Ransum diberikan secara ad-libitum. Kandungan nutrisi ransum yang akan diberikan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan nutrisi ransum HI-PRO ® (umur 1--15 hari) dan BBR1 (Bestfeed ®) (umur 16--24 hari)
Kandungan nutrisi 611 HI-PRO BBR1 (Bestfeed) Air (%)
Protein (%) Lemak (%) Serat kasar** (%) Abu (%) Energi Metabolisme 9,59 22,05 6,81 4,90 5,07 2.830,00** 8,97 21,70 8,69 4,50 4,76 3.172,06* Sumber : Hasil analisis Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak,
Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung (2012) *Hasil analisis Laboratorium Politeknik Lampung (2012)
**Hasil analisis Balai Riset dan Standarisasi Industri Bandar Lampung (2012)
c. Kandang
Kandang yang digunakan pada penelitian ini adalah semi closed house yang menggunakan sekat kandang berukuran 1,6 x 0,6 m2 (setara 1 m2) dengan tinggi 60 cm sebanyak 20 petak.
d. Air minum
Air minum yang digunakan pada penelitian ini berasal dari air sumur bor yang diberikan secara ad libitum.
e. Vaksin, antibiotik, dan vitamin
sampai ayam dipanen. Pengaruh vaksin yang dilakukan saat penelitian di sajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Program vaksin yang diberikan selama pemeliharaan broiler
No Nama Vaksin Deskripsi Cara pemberian
1 2 3
4
Avinew ® Vaksimin AI® IBD Blend®
Medivac ®
Vaksin ND Vaksin AI Vaksin Gumboro
Vaksin ND
Spray Dilakukan di dalam box suntik dengan dosis 0,2 cc/ekor 1 vial vaksin ditambah susu skim 30 g/10 Liter air melalui air minum 1 vial vaksin ditambah susu skim 30 g/10 Liter air melalui air minum
f. Alkohol 70%
Alkohol digunakan untuk desinfeksi kulit bagian sayap broiler yang akan diambil sampel darahnya pada vena brachialis.
C. Alat Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. kandang yang menggunakan sekat kandang berukuran 1,6 x0,6 m2 sebanyak 20 petak;
2. tempat ransum, ada dua bentuk yaitu tempat ransum anak ayam (baby chick feeder) sebanyak 20 buah yang digunakan untuk ayam umur 1-14 hari dan tempat ransum gantung (hanging feeder) sebanyak 20 buah yang digunakan untuk ayam berumur 15-24 hari;
4. timbangan kapasitas 10 kg ketelitian 0,1 g sebanyak 1 buah yang digunakan untuk menimbang ayam dan ransum;
5. ember sebanyak 2 buah, bak air minum sebanyak 2 buah;
6. tempat air minum, menggunakan tempat air minum yang berbentuk tabung (gallon) sebanyak 20 buah,dan drinker otomatis:
7. tirai yang terbuat dari plastik sebanyak 10 buah; 8. hand sprayer sebanyak 2 buah;
9. bestasept ®;
10.bambu untuk membuat sekat-sekat pada kandang;
11.tabung darah yang mengandung Ethylen-Diamine-Tetraacetic-Acid (EDTA); 12.lampu pijar untuk penerangan sehingga ayam dapat makan pada malam hari; 13.gassolec untuk pemanas ayam umur 1-12 hari;
14.chickguard;
15.jets sprayer; 16.spray vaksin
17.alat-alat kebersihan; 18.spuit 3 cc;
19.kapas;
20.marina cooler untuk menyimpan sampel darah; 21.spectrofotometer (Mindray BC 2600);
22.thermohigrometer 1 buah;
D. Metode Penelitian
a. Rancangan perlakuan
Penelitian ini dilakukan secara eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri atas 4 perlakuan, setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali.
R1 : kepadatan kandang 12 ekor m-2. R2 : kepadatan kandang 15 ekor m-2. R3 : kepadatan kandang 18 ekor m-2. R4 : kepadatan kandang 21 ekor m-2.
b. Analisis data
Data yang dihasilkan dianalisis sidik ragam yang terlebih dahulu diuji normalitas, homogenitas, dan aditivitas. Apabila dari analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan terhadap kepadatan kandang nyata pada taraf 5 %, maka analisis dilanjutkan dengan uji Duncan (Steel dan Torrie, 1993).
E. Pelaksanaan Penelitian
acak 330 broiler diletakkan di 20 kandang penelitian dengan bobot tubuh yang hampir seragam, masing-masing kepadatan 12, 15, 18, dan 21 ekor per petak sebagai perlakuan.
Suhu dan kelembaban ruang kandang dan petak kandang diukur setiap hari, yaitu pada pukul 06.00, 12.00, dan 18.00 WIB. Sebelum perlakuan, dicari terlebih dahulu pola suhu ekstrim tertinggi maupun terendah dengan mengukur suhu dan kelembapan 1 jam sekali selama dua hari. Suhu (0C) dan kelembaban (%) lingkungan kandang diukur menggunakan thermohigrometer yang diletakkan pada bagian tengah kandang yang digantung sejajar dengan tinggi petak-petak kandang.
Program vaksin yang diberikan adalah (1) melakukan vaksin Avinew ® ND spray saat umur ayam 1 hari melalui spray yang dilakukan di dalam box; (2) melakukan vaksimin AI ® saat umur ayam berumur 7 hari melalui suntik di sekitar leher (subcutaneous) dengan dosis 0,2 cc/ekor; (3) melakukan vaksinasi gumboro (Gumboro IBD Blen®) + susu skim 30 g saat ayam berumur 12 hari melalui air minum; (4) melakukan vaksinasi Medivac® ND Clone + susu skim 30 g saat ayam berumur 19 hari melalui air minum.
Pengambilan darah broiler dilakukan pada umur 16 hari dan 23 hari, kecuali pengukuran nilai hematokrit hanya dilakukan pada umur 23 hari. Pada kepadatan kandang yang berbeda untuk pengukuran total sel darah merah, nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin diambil sampel sebanyak 10% dari jumlah ayam per petak. Pengambilan darah dilakukan melalui vena brachialis sekitar 1 cc. Darah
Tetraacetic Acid (EDTA) dan dihomogenkan dengan gerakan angka 8, setelah itu
tabung darah diletakkan dalam thermos yang telah diisi es. Hasil sampel darah yang diambil langsung dibawa ke UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Lampung untuk dianalisis sel darah merah, nilai hematokrit, dan hemoglobin.
F. Peubah yang Diamati
Sampel darah yang diambil kemudian dilakukan analisa untuk mengetahui jumlah sel darah merah, nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin. Analisa sampel darah dilakukan dengan menggunakan metode auto analizer. Prinsip metode ini adalah dengan membedakan sel-sel darah dan menghitung berdasarkan ukuran dan diameter dari sel-sel darah tersebut. Tahap yang dilakukan terdiri dari menghidupkan alat, pemeriksaan sampel, dan mematikan alat.
Tahap pertama dimulai dengan menyalakan alat dengan menekan tombol on/off yang berada pada bagian belakang alat dan menunggu sekitar 3 menit hingga stabil. Setelah alat stabil maka prosedur kedua dapat dilakukan.
Tahap kedua yaitu pemeriksaan sampel yang dilakukan dengan menekan tombol ID untuk memasukan nomor identitas darah, lalu menekan enter. Setelah identitas diisi, langkah selanjutnya adalah memasukkan sampel darah sampai ujung jarum menyentuh dasar tabung. Alat akan melakukan perhitungan secara otomatis terhadap sampel darah dan hasilnya akan keluar dalam waktu 60 detik. Setelah semua sampel diamati, maka prosedur ketiga dapat dilakukan.
perhitungan dengan menggunakan metode auto analizer berupa print out data jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, dan nilai hematrokit (UPTD Balai Laboratorium Kesehatan, 2012).
Oleh Khoirul Anam
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PETERNAKAN
pada
Jurusan Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
KHOIRUL ANAM
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Nama : Khoirul Anam
NPM : 0814061044
Jurusan : Peternakan Fakultas : Pertanian
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
drh. Madi Hartono, M.P. Ir. Tintin Kurtini, M.S. NIP 19660708 199203 1 004 NIP 19510922 198002 2 001
2. Ketua Jurusan Peternakan
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR TABEL ... xii
I. PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang dan Masalah ... 1
B. Tujuan Penelitian ... 3
C. Kegunaan Penelitian ... 3
D. Kerangka Pemikiran ... 3
E. Hipotesis... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6
A. Broiler………...…... 6
B. Semi Close House ... 7
C. Kepadatan Kandang ... ... 9
D. Gambaran Darah ... 12
a. Sel darah merah (SDM) ... 12
b. Nilai hematokrit ... 14
c. Hemoglobin ... 14
III. BAHAN DAN METODE ... 16
A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 16
B. Bahan dan Alat ... 16
a. Ayam ... 16
c. Kandang ... 17
d. Air Minum ... 17
e. Vaksin, Antibiotik, dan Vitamin ... 17
f. Alkohol 70% ... 18
C. Alat Penelitian ... 18
D. Metode Penelitian... 20
a. Rancangan perlakuan... 20
b. Rancangan percobaan... 20
E. Pelaksanaan Penelitian... 20
F. Peubah yang diamati... 22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24
A. Pengaruh Kepadatan Kandang terhadap Total Sel Darah Merah... 24
B. Pengaruh Kepadatan Kandang terhadap Nilai Hematokrit... 28
C. Pengaruh Kepadatan Kandang terhadap Kadar Hemoglobin... 30
V. SIMPULAN DAN SARAN... 33
A. Simpulan... 33
B. Saran... 33
DAFTAR PUSTAKA... 34
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 2003. Meningkatkan Produktivitas Ayam Pedaging. Agromedia Pustaka. Jakarta
Aksi Agraris Kanisius. 2003. Berternak Ayam Pedaging. Cetakan ke -18 Kanasius. Jakarta
Andriani , D. 2012. “Pengaruh Kepadatan Kandang Terhadap Performan Broiler di Semi Closed House”. Skripsi. Fakultas Pertanian Unila. Bandar Lampung Azhar, M. 2011. Fisiologi III dan IV. http://manusiaplanet.blogspot.com/2011/12/
fisiologi-iii-dan-iv.html. Diakses pada tanggal 20 Desember 2011
Charles. 1997. “Inilah Teknologi Closed House”. Majalah Infovet. Edisi 047 Creswell, D dan P.S. Hardjosworo. 1979. ”Bentuk Kandang Unggas dan
Kepadatan Kandang untuk Daerah Tropis”. Laporan Seminar Ilmu dan Industri Perunggasan II, Ciawi Bogor, Puslitbang Ternak, Bogor
Cravener, T.L., W.W. Roush and M.M. Mashaly. 1992. “Broiler production under varying population densities”. Poultry Science. Vol.71:427
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi keempat. Alih Bahasa oleh B. Srigandono dan Koen Praseno. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Fuad Y. 1986. Usaha Ternak Potong. Akademika Pressindo. Jakarta
Guyton, A. C. dan J.E Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Buku Ajar. Alih Bahasa Setiawan, I.,K.A. Tengadi, A. Santoso. Penerbitan Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Hartono, M., S, Suharyati, dan P.E, Santosa. 2002. Dasar Fisiologi Ternak. Penuntun Praktikum. Universitas Lampung. Bandar Lampung
Haryono, B. 1978. Hematologi Klinik. Bagian Kimia Medik Veteriner. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Kartasujana, R. dan E. Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta
Kusumawati, D. 2004. Bersahabat Dengan Hewan Coba. Gadjah Mada Press.Yogyakarta
May, J.D. and B.D. Lott. 1992. “Feed and Nater Consumtion Pattern of Broiler At High Temperatur”. Poultry Sci
Marlina, 2011. “Gambaran Darah Ayam Jantan Tipe Medium Pada Kandang Panggung Dengan Kepadatan Yang Berbeda”. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung
Meizwarni. 1993. ”Sistem Perkandangan”. Paper Fakultas Pasca Sarjana. Universitas Andalas. Padang
Miku, Y,F. dan Sumiati. 2010. “Manajemen Perkandangan Ayam Bibit Pedaging Strain Ross dan Strain Lohman di PT. Silga Perkasa Sukabumi-Jawa Barat”. Makalah Seminar PKL. Fakultas Peternakan. IPB. Bogor
Murtidjo, B.A. 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Cetakan Pertama. Kanisius. Jakarta
Nesheim, M.C.,R.E.Austic and L.E. Card. 1979. Poultry Production. 12 Edition. Lea and Febiger. Philadelphia
North, M. O. and D. D. Bell. 1990. Commercial Chicken Product Manual. 4th Ed. Van Nostrand Reinhold. New York
Poedjiadi, A.1994. Dasar-dasar Bsiokimia. Indonesia University Press. Jakarta Priyo. 2009. ”Menyiasati (Angin Mati)”. Artikel.
Blogspot(http://ilmupeternakan-priyo.blogspot.com/2009_05_01_archive.html). Diakses pada18 Desember 2011
PT. Charoen Pokhphand Indonesia. Tbk. 2003. Manual Broiler Manajeman CP 707. Jakarta
PT. Lito Prima Mandiri .1997. “Dengan Closed House Peternakan Lebih Menguntungkan”. Majalah Infovet. Edisi 047
Rasyaf, M. 2001. Beternak Ayam Pedaging. Cetakan Ke Sepuluh. Penebar Swadaya. Jakarta
Riduan, M. 2011. “Kajian Penggunaan Berbagai Dosis Senyawa Brusein-A Yang Dikapulasi Liposom Terhadap Gambaran Darah Ayam Jantan Tipe Medium”. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung
Rosario. 1997. “Teknologi baru harapan baru”. Majalah infovet. Edisi 047
Schalms,O.W., N.C. Jain, and E.J. Corel. 1986. Veterinary Haematology. 4th Ed. Philadelphia. Lea and Febiger
Smith, J. B, dan Mangkooewidjojo S. 1988. “Pemeliharaan, Pembiakan dan
Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis”. Universitas Indonesia, Jakarta. Avian Phisiology. Third Edition. Spinger Verlag. New York
Steel, R.G.D., and Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Diterjemahkan oleh Bambang Sumantri, PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Sturkie, P.D. 1976. Avian Phisiology. Third Edition. Spinger Verlag. New York Sudaryani, T. dan Santoso. 1999. Pembibitan Ayam Ras. Cetakan Ke-IV. Penebar
Swadaya. Jakarta
Suhaimi, Y.R. 1997. ”Tekhnologi Baru Harapan Baru”. Majalah Infovet. Edisi 047
Sunanto, S. 1997. “Teknologi Closed House dan Tantangan Globalisasi”. Majalah Infovet. Edisi 047
Suprijatna, E., U. Atmomarsono, dan K. Ruhyat. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penerbit Swadaya. Jakarta
Unandar, T. 2003. “Ada Apa dengan Broiler”. Makalah disampaikan dalam Temu Plasma Pintar. Bandar Lampung
UPTD Balai Laboratorium Kesehatan. 2012.Bandar Lampung
Penulis mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak drh. Madi Hartono, M.P.--selaku Pembimbing Utama --atas petunjuk, bimbingan, dan arahannya;
2. Ibu Ir. Tintin Kurtini, M.S.--selaku Pembimbing Anggota dan Pembimbing Akademik--atas bimbingan, petunjuk, dan sarannya;
3. Bapak drh. Purnama Edy Santosa, M.Si.--selaku Penguji Utama--atas bimbingan, saran, dan bantuannya;
4. Bapak Ir. Arif Qisthon, M.Si.--selaku Sekretaris Jurusan Peternakan--atas izin dan bimbingannya;
5. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S.--selaku Ketua Jurusan Peternakan--atas izin dan bimbingannya;
6. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S.--selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung--atas izin yang telah diberikan;
sayangnya, yang selalu tercurah tiada henti bagi penulis;
9. Teman seperjuangan selama penelitian (zulfadli, dwi andriani, nidia),
karyawan Candi Mas Farm, teman –teman angkatan’08 ( andi, esti, adit, ratih, arif,triyan, putri, cintia, adi,ana, neka,dwi jayanto, febri, yudi, oka, pram, satrio, dkk) , dan seluruh mahasiswa Jurusan Peternakan, Universitas Lampung atas motivasi, bantuan, kebersamaan, dan kasih sayang yang telah diberikan.
10.Teman-teman kostan (andri, adi, joni, suherman, nalfa, hestian) yang telah memberi semangat, keceriaan, dan rasa kekeluargaannya;
11.Seluruh staf Rama Jaya Farm Candimas yang telah memberikan izinnya, bantuan dan semangat kepada penulis selama melakukan penelitian;
12.Seluruh Mahasiswa Jurusan Peternakan, Universitas Lampung atas bantuan dan kebersamaannya selama ini.
Semoga semua yang diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dan rahmat dari Allah SWT dan penulis berharap karya ini dapat bermanfaat. Amin.
Bandar lampung, Agustus 2012 Penulis
Kerjakanlah yang anda bisa kerjakan, lakukan segala sesuatu dengan ketulusan ikhlas.
Sesungguhnya Allah Maha Kaya, Maha Pengasih, Penyayang dan Maha Tahu Segalanya.
”Berikan yang terbaik untuk mendapatkan yang terbaik”
”Jangan pernah takut untuk menjadi yang lebih baik”
(Khoirul Anam)
Allah menciptakan manusia tidak sempurna. Sebagai manusia yang mau berusaha,
sempurnakan lah diri kita untuk mencapai kesempurnaan itu, berusaha menjadikan kita
sebagai manusia yang utuh sebagai Ciptaan-Nya yang penuh kelebihan dibanding
kekurangan. Semangat !!!!
Puji syukur kehadirat Allah SWT, dengan segala kerendahan hati dan ketulusan hatiku,
kupersembahkan karya kecilku untuk:
Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Surahman dan Ibunda Sumarmi yang dengan sabar
telah membesarkan, mendidik, menyayangi dengan sepenuh hati, dan selalu berdoa untuk
keberhasilanku.
Adekku Amelia Heni .S. dan mbakku tersayang Siswati Handayani yang selalu dihatiku
Para Guru dan Dosen yang telah berjasa memberikan bimbingan dan ilmu yang sangat berharga.
1. Tim Penguji
Ketua : drh. Madi Hartono, M.P. ...
Sekretaris : Ir. Tintin Kurtini, M.S. ...
Penguji
Bukan Pembimbing : drh. Purnama Edy Santosa, M.Si. ...
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof.Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1 001
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Rejo Asri, Kecamatan Seputih Raman, Lampung Tengah pada 19 Oktober 1989, merupakan anak kedua dari dua bersaudara, putra pasangan Bapak Surahman dan Ibu Sumarmi.
Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan sekolah dasar pada 1996 di Sekolah Dasar Negeri 1 Rejo Asri, Kecamatan Seputih Raman, Lampung Tengah; Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Kotagajah, Lampung Tengah, diselesaikan pada 2005. Pada 2008 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Seputih Raman, Lampung Tengah.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kepadatan kandang (12, 15, 18, dan 21) ekor m-2 tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap sel darah merah, dan kadar hemoglobin broiler baik pada umur 16 maupun 23 hari, serta nilai hematokrit pada umur 23 hari.
B. Saran
Secara fisiologis, kepadatan kandang sampai dengan 21 ekor m-2 dalam