• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Darah, Performa Dan Kualitas Daging Ayam Persilangan Kampung Broiler (Kb) Pada Kepadatan Kandang Berbeda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Profil Darah, Performa Dan Kualitas Daging Ayam Persilangan Kampung Broiler (Kb) Pada Kepadatan Kandang Berbeda"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL DARAH, PERFORMA DAN KUALITAS DAGING AYAM

PERSILANGAN KAMPUNG BROILER (KB) PADA

KEPADATAN KANDANG BERBEDA

ANDI TENRI BAU ASTUTI MAHMUD

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Profil Darah, Performa dan Kualitas Daging Ayam Persilangan Kampung Broiler (KB) pada Kepadatan Kandang Berbeda adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2016

Andi Tenri Bau Astuti Mahmud

(4)

RINGKASAN

ANDI TENRI BAU ASTUTI MAHMUD. Profil Darah, Performa dan Kualitas Daging Ayam Persilangan Kampung Broiler (KB) pada Kepadatan Kandang Berbeda. Dibimbing oleh RUDI AFNAN, DAMIANA RITA EKASTUTI dan IRMA ISNAFIA ARIEF.

Produksi daging ayam kampung di Indonesia masih tergolong rendah sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri. Penyebab rendahnya tingkat produksi daging ayam kampung karena pertumbuhan ayam kampung yang sangat lambat. Perbaikan mutu genetik ayam kampung dapat ditingkatkan melalui persilangan ayam kampung dengan ayam broiler parent stock yang diharapkan dapat meningkatkan produksi daging dan tekstur daging yang empuk dengan sistem ketahanan terhadap lingkungan suhu yang tinggi. Selain faktor genetik dan pakan, manajemen perkandangan mempunyai peranan yang besar dalam menentukan performa ayam dan keuntungan. Salah satu hal penting dalam pengelolaan kandang adalah menentukan tingkat kepadatan yang tepat.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kepadatan terhadap THI (temperatur humidity index), profil darah, performa dan kualitas daging pada ayam persilangan kampung broiler (KB). Sebanyak 90 DOC (day old chick) ayam hasil persilangan kampung broiler dipelihara di dalam petak kandang yang berukuran 1 x 1 m2. Tiap petak diisi 8, 10 dan 12 ekor ayam yang dipelihara selama 12 minggu. Ayam diberikan pakan ayam pedaging komersial. Pengambilan data performa dimulai pada umur DOC sampai 12 minggu. Sebanyak 30% ayam diambil secara acak pada minggu ke-10 dari setiap petak kandang untuk pengujian profil darah. Sebanyak 30% ayam diambil secara acak pada minggu ke-12 untuk dilakukan pemotongan kemudian dilakukan pengujian kualitas daging.

Hasil penelitian menunjukkan perbedaan tingkat kepadatan kandang ayam KB tidak berpengaruh nyata terhadap THI, profil darah (eritrosit, leukosit, hemoglobin, hematokrit, diferensiasi leukosit, Rasio H-L dan glukosa), performa (konsumsi pakan, konsumsi air minum, bobot badan, konversi pakan dan mortalitas) dan kualitas daging (kimia, fisik dan organoleptik). Kesimpulan penelitian ini yaitu pertumbuhan ayam KB yang optimal dicapai pada umur 9 minggu dan kadar kolesterol ayam KB lebih rendah dibandingkan ayam broiler dan ayam kampung.

(5)

SUMMARY

ANDI TENRI BAU ASTUTI MAHMUD. Blood Profile, Performance and Meat Quality of Crossed Kampung Broiler Chicken in Different Stocking Density. Dibimbing oleh RUDI AFNAN, DAMIANA RITA EKASTUTI dan IRMA ISNAFIA ARIEF.

Kampung chicken production in Indonesia is low so that it could not meet the national market demand. It caused by the slow growth of Kampung chicken. Genetic quality of Kampung chicken can be developed by crossing the Kampung chicken with Broiler chicken and it might increase the productivity, meat quality and adaptability to extreme environment. Caged system is other factor besides genetics and feed that can give big effect on Kampung chicken productivity and also determine the profit. One important factor in caged management is stocking density.

Research objective is to analyze the effect of stocking density on THI, blood profile, productivity and meat quality in crossbred of Kampung Broiler chicken (KB). Ninety DOC’s of crossed Kampung Broiler chicken were maintained in 3 caged that has same size of 1x1 m2. Each cage had 8, 10, and 12 chickens respectively and it was maintained for 12 week and feeding used commercial feed. Productivity parameter was recorded since DOC to 12 week. As much as 30% chicken was taken randomly and used as samples to analyze the blood profile in 10 weeks old and 30% chicken also was taken randomly and used as samples to analyze the meat quality in 12 weeks old.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

PROFIL DARAH, PERFORMA DAN KUALITAS DAGING AYAM

PERSILANGAN KAMPUNG BROILER (KB) PADA

KEPADATAN KANDANG BERBEDA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(8)

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Ir Niken Ulupi, MS

(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2015 ini ialah kepadatan kandang, dengan judul Profil Darah, Performa dan Kualitas Daging Ayam Persilangan Kampung Broiler (KB) pada Kepadatan Kandang yang Berbeda.

Terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya penulis ucapkan kepada Bapak Dr Rudi Afnan, SPtMScAgr, Ibu Dr drh Damiana Rita E, MS dan Ibu Dr Irma Isnafia Arief, SPtMSi selaku pembimbing yang telah membimbing, memberikan pengarahan dan dorongan semangat yang sangat berarti mulai dari penyusunan proposal sampai penulisan tesis. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Dr Ir Niken Ulupi, MS selaku penguji ujian tesis atas saran dan masukannya.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr Ir Salundik, MSi selaku Ketua Program Studi ITP beserta jajarannya Ibu Ade Sulastri dan Ibu Okta atas pelayanan prima selama studi.

Terima kasih kepada kedua orang tua (ayah H Ir Andi Mahmud T, MMA dan ibu Hj Dra Jumiaty S), adik (Andi Fitri Rahmadhany S.STP dan Andi Masyta Putri), sahabat dan keluarga yang selalu memberikan kasih sayang, doa, dorongan, motivasi dan pengertiannya selama ini. Kepada teman-teman mahasiswa pascasarjana ITP 2014 angkatan 51 terima kasih atas segenap bantuan dan kerjasamanya selama kuliah dan seluruh pihak yang telah memberikan doa dan dukungannya, penulis ucapkan terima kasih.

Semoga karya ilmiah ini dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi pembaca dan menambah khasanah keilmuan.

Bogor, Agustus 2016

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

2 METODE 4

Lokasi dan Waktu Penelitian 4

Bahan dan Peralatan 4

Prosedur Penelitian 5

Peubah yang Diamati 6

Prosedur Pengambilan Data 6

Rancangan Percobaan 11

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 12

THI (temperature humidity index) 12

Profil Darah 12

Diferensiasi Leukosit 13

Performa Ayam KB 14

Kualitas Kimia Daging 17

Kualitas Fisik Daging 18

Organoleptik Mutu Hedonik dan Hedonik 19

4 SIMPULAN DAN SARAN 20

Simpulan 20

Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 21

(12)

DAFTAR TABEL

1 Nilai THI (temperature humidity index) ayam KB pada kepadatan

kandang berbeda. 12

2 Nilai rata-rata profil darah ayam KB pada kepadatan kandang berbeda. 12 3 Nilai rata-rata diferensiasi leukosit ayam KB pada kepadatan kandang

berbeda. 13

4 Nilai rata-rata performa ayam KB pada kepadatan kandang berbeda 14 5 Nilai rata-rata kualitas kimia daging ayam KB pada kepadatan kandang

berbeda. 17

6 Nilai rata-rata kualitas fisik daging ayam KB pada kepadatan kandang

berbeda. 18

7 Nilai rata-rata organoleptik mutu hedonik dan hedonik ayam KB

pada kepadatan kandang 19

DAFTAR GAMBAR

1 Gambaran umum penelitian 3

2 Gambar ayam kampung, broiler dan hasil silangan 5 3 Pertambahan bobot badan (PBB) ayam jantan dan betina pada

kepadatan kandang berbeda 15

4 Bobot badan (BB) ayam jantan dan betina pada kepadatan kandang

berbeda 16

5 Konversi Pakan (FCR) ayam KB pada kepadatan kandang berbeda 16

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil analisis sidik ragam profil darah ayam KB pada kepadatan

kandang berbeda 24

2 Hasil analisis sidik ragam diferensiasi leukosit ayam KB pada

kepadatan kandang berbeda 25

3 Hasil analisis sidik ragam performa ayam KB pada kepadatan kandang

berbeda 26

4 Hasil analisis sidik ragam kualitas kimia daging ayam KB pada

kepadatan kandang berbeda 27

5 Hasil analisis sidik ragam kualitas fisik daging ayam KB pada

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Unggas merupakan ternak yang umum dipelihara masyarakat karena waktu pemeliharaan yang singkat. Salah satu produk utama unggas berupa daging. Permintaan daging unggas selalu meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan permintaan daging pada tahun 2012-2013 dari 2 658 123 ton menjadi 2 880 340 ton atau meningkat sebesar 8.36% (BPS 2014). Sebanyak 67.03% permintaan daging Indonesia pada tahun 2013 dipenuhi dari daging unggas yang terdiri atas ayam ras pedaging 52%, ayam lokal 11.10%, ayam ras petelur 2.68% dan itik 1.26% (BPS 2014). Berdasarkan data tersebut, daging unggas memberikan kontribusi yang besar dalam memenuhi kebutuhan daging nasional.

Ayam kampung merupakan ayam asli Indonesia berasal dari ayam hutan merah (Gallus-gallus) yang telah didomestikasi dan memiliki keunggulan cita rasa daging yang khas, dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar, lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca dibandingkan dengan ayam broiler. Menurut Aman (2011), konsumsi ayam kampung di Indonesia meningkat pada tahun 2001-2005 sebesar 4.5% (1.49 juta ton) dan tahun 2005-2009 meningkat menjadi 1.52 juta ton. Produksi daging ayam kampung di Indonesia masih tergolong rendah sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri. Penyebab rendahnya tingkat produksi daging ayam kampung karena pertumbuhan ayam kampung yang sangat lambat. Keunggulan ayam broiler yaitu tumbuh dengan cepat dan dipanen dalam waktu yang singkat. Keunggulan genetik yang dimiliki ayam broiler dan pemberian ransum yang baik mampu menampilkan performa produksi yang maksimal dibandingkan dengan ayam kampung.

Perbaikan mutu genetik ayam kampung dapat ditingkatkan melalui persilangan ayam kampung dengan ayam broiler parent stock yang diharapkan dapat meningkatkan produksi daging dan tekstur daging yang empuk dengan sistem ketahanan terhadap lingkungan suhu yang tinggi. Persilangan yang dilakukan Daryono et al. (2010) antara ayam pelung dengan ayam broiler parent stock menghasilkan anakan yang memiliki pertumbuhan yang cukup baik. Hasil persilangan memiliki rata-rata bobot badan pada umur 7 minggu sebesar 1200 gram. Daging ayam persilangan memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan ayam broiler (Daryono et al. 2012).

(14)

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kepadatan terhadap THI, profil darah, performa dan kualitas daging pada ayam persilangan kampung broiler (KB).

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tingkat kepadatan paling optimal berdasarkan THI, profil darah, performa dan kualitas daging, sehingga digunakan sebagai dasar dalam perbaikan aspek manajemen pemeliharaan.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian tahap awal adalah menyilangkan ayam kampung dan ayam broiler parent stock dengan ratio 1:6 (jantan:betina). Pengumpulan telur dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari. Telur disimpan pada ruangan tertutup dengan suhu 20 oC-25 oC selama ±5 hari. Proses penetasan telur ayam kampung broiler (KB) dilakukan dalam 2 tahap dengan menggunakan mesin tetas semi otomatis selama ±21 hari.

Pengelompokan ayam KB berdasarkan kepadatan kandang yang terbagi atas kepadatan rendah (8 ekor pen-1), kepadatan sedang (10 ekor pen-1) dan kepadatan tinggi (12 ekor pen-1). Pemeliharaan ayam KB dilakukan di dalam kandang selama 12 minggu. Kandang terdiri dari 9 petak berukuran 1x1 m2 masing-masing petak berisi satuan percobaan dengan kepadatan 8, 10 dan 12 ekor m-2. Pemberian pakan dan air minum dilakukan secara ad libitum setiap hari. Pengukuran THI (temperature humidity index) dan performa ayam KB (konsumsi pakan, konsumsi air minum, bobot badan, pertambahan bobot badan, konversi pakan dan mortalitas) selama 12 minggu pemeliharaan.

(15)

3

Populasi dalam kandang (ukuran 1x1 m2 pen-1)

Gambar 1. Gambaran umum penelitian

Penetasan Telur KB ±21 hari Persilangan

Kampung x Broiler

8 10 12

8 10 12

Performa Produksi

a. Konsumsi Pakan b. Konsumsi Air Minum c. Bobot Badan (BB) d. Pertambahan Bobot Badan (PBB) e. Konversi Pakan f. Mortalitas

Kualitas Daging

1. Kualitas Kimia 2. Kualitas Fisik 3. Kolesterol 4. Uji Organoleptik Profil darah

1. Jumlah Eritrosit 2. Jumlah Leukosit 3. Kadar Hemoglobin 4. Nilai Hematokrit 5. Diferensiasi Leukosit 6. Rasio H-L

7. Kadar Glukosa

8 10 12

Mikroklimat

THI (Temperature Humidity Index) Pengumpulan Telur

(16)

4

2

MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2015 sampai Desember 2015 melalui pengamatan lapangan dan laboratorium. Lokasi penelitian adalah Laboratorium Lapang Unit Unggas Blok B Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Uji profil darah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Uji glukosa darah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Nutrisi dan Nutrisi Ternak Daging dan Kerja Fakultas Peternakan IPB. Uji kualitas kimia daging dilaksanakan di Laboratorium LPPM (Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat) Pusat Antar Universitas IPB. Uji Kolesterol daging dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Balai Besar Industri Agro (BBIA). Uji kualitas fisik daging dilaksanakan di Laboratorium Ruminansia Besar Departemen IPTP Fakultas Peternakan IPB dan uji organoleptik dilaksanakan di Laboratorium Organoleptik IPTP Fakultas Peternakan IPB.

Bahan dan Peralatan Bahan

Bahan yang digunakan untuk penetasan dan pemeliharaan yaitu ayam kampung broiler (ayam KB), formalin, KMnO4, pakan komersial BR 11, air minum, sekam padi, vitamin, antibiotik, vaksin, desinfektan, bambu dan koran.

Bahan yang digunakan untuk analisis yaitu darah dan daging ayam kampung broiler (KB), kapas, disposable syringe, alkohol 70%, spoit, tissu, aquadest, larutan giemsa, larutan pengencer (BCB 0.3%), larutan H3Bo3, metanol, NaOH, selenium, H2SO4, HCL 0.1 N dan kertas saring.

Alat

Alat yang digunakan untuk penetasan dan pemeliharaan yaitu mesin tetas, termometer basah kering, exhaust fan, timbangan digital, tabung vacutainer, tempat pakan, tempat minum, kandang pemeliharaan, chick guard, feedtray dan lampu pijar.

Alat yang digunakan untuk analisis yaitu mikroskop, pH meter, aw meter, spektrofotometer, inkubator, timbangan neraca, oven, microcapillary hematokrit reader, eksikator, labu erlenmeyer, labu Kjeldahl, labu Soxhlet, cawan porselain, warner-blatzer shear force, gas chromatography dan tanur.

(17)

5 Prosedur Penelitian

Ayam Persilangan

Ayam KB merupakan ayam hasil persilangan ayam kampung jantan dengan ayam ras pedaging parent stock betina. Persilangan menunjukkan hasil lebih baik dibandingkan dengan ayam kampung dan ayam ras pedaging (broiler).

a b c

Gambar 2 Ayam kampung (a), ayam ras pedaging/broiler (b) ayam kampung broiler (KB) yang digunakan pada penelitian (c)

Sebanyak 90 DOC ayam silangan kampung broiler secara unsexed

dimasukkan ke dalam kandang tertutup. Kandang yang digunakan sebanyak 3 unit dengan kepadatan kandang yang berbeda-beda. Tiap kandang terdapat 3 petak (pen) yang berukuran 1 X 1 m2. Tiap petak masing-masing diisi 8, 10 dan 12 ekor ayam hasil persilangan kampung broiler. Ayam diberikan pakan ayam pedaging komersial. Pengambilan data THI dimulai pada minggu ke-3 dan performa dimulai pada umur DOC sampai 12 minggu.

(18)

6

Peubah yang Diamati Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah : 1. THI (temperature humidity index)

2. Profil darah meliputi jumlah eritrosit, jumlah leukosit, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, diferensiasi leukosit, rasio heterofil-limfosit dan kadar glukosa. 3. Performa ayam pedaging meliputi konsumsi pakan, konsumsi air minum, bobot

badan, pertambahan bobot badan, konversi pakan dan mortalitas.

4. Kualitas daging terdiri dari kualitas kimia daging meliputi kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar karbohidrat, kadar lemak dan kadar kolesterol. Kualitas fisik daging meliputi uji derajat keasaman (pH), daya ikat air (DIA), keempukan (tenderness), susut masak (cooking loss) dan water activity (aw). Uji organoleptik meliputi penampilan umum, warna, tekstur, aroma dan rasa.

Prosedur Pengambilan Data THI (Temperature Humidity Index)

Suhu basah dan suhu kering (THI) diukur menggunakan termometer basah kering. Pemasangan termometer basah kering berada 50 cm dari lantai kandang. Data diambil 3 kali dalam sehari yaitu pukul 07.00 WIB, 12.00 WIB dan 17.00 WIB. Rumus menghitung THI (temperature humidity index) (Tao and Xin 2003) adalah sebagai berikut:

THI = 0.85 Tdb + 0.15 Twb Keterangan :

THI = temperature humidity index (oC) Tdb = dry-buld termperature (oC) Twb = wet-buld temperature (oC)

Performa Produksi

a. Konsumsi pakan (g) dilakukan melalui penimbangan jumlah pakan yang diberikan dikurangi jumlah pakan yang sisa pada hari tersebut.

b. Konsumsi air minum dilakukan melalui pengukuran jumlah air minum yang diberikan dikurangi jumlah air minum yang tersisa pada hari tersebut.

c. Pertambahan bobot badan (PBB) dilakukan melalui penimbangan setiap minggu dan dihitung menggunakan rumus :

PBB = BBt– BBo Keterangan :

PBB = Pertambahan bobot badan (g) BBt = Bobot badan akhir (g)

(19)

7 d. Konversi pakan diukur dari jumlah pakan yang dikonsumsi selama penelitian

dibagi dengan pertambahan bobot badan yang diperoleh selama penelitian. e. Mortalitas dihitung berdasarkan jumlah ayam yang mati selama penelitian.

Profil Darah

a. Jumlah Eritrosit (Sikar et al. 1984). Darah dicampur dengan larutan pengencer (BCB 0.3%). Penghitungan banyaknya butir darah mm-3 menggunakan hemocytometer Neubauer (kamar hitung) di bawah mikroskop. b. Jumlah Leukosit (Sikar et al. 1984). Darah dicampur dengan larutan

pengencer (BCB 0.3%). Penghitungan banyaknya butir darah mm-3 menggunakan hemocytometer Neubauer (kamar hitung) di bawah mikroskop. c. Kadar Hemoglobin (Sastradipradja et al. 1989). Kadar hemoglobin dihitung

menggunakan metode Sahli. Perhitungan kadar hemoglobin dilakukan dengan membaca tinggi permukaan cairan pada tabung Sahli dengan melihat skala g % yang berarti banyaknya hemoglobin dalam gram 100 ml-1 darah.

d. Nilai Hematokrit (Sastradipradja et al. 1989). Nilai hematokrit ditentukan dengan metode mikrohematokrit. Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur % volume eritrosit (lapisan merah) dari darah dengan menggunakan alat baca mikrohematokrit (microcapillary hematokrit reader). e. Diferensiasi Leukosit. Preparat ulas dibuat, dikeringkan, kemudian difiksasi

dengan metanol selama 5 menit dan diwarnai dengan Giemsa selama 30 menit. Penghitungan dilakukan dalam seratus sel leukosit menggunakan mikroskop dengan perbesaran 1000x meliputi sel heterofil, basofil, eosinofil, limfosit dan monosit. Hasil yang diperoleh dinyatakan dalam persentase masing-masing jenis leukosit.

f. Rasio Heterofil-Limfosit didapat dari perbandingan persentase heterofil dengan limfosit.

g. Kadar Glukosa (Barham dan Trinder 1972) dilakukan menggunakan metode GOD-PAP yang diukur dengan spektrofotometer. Kadar glukosa darah diperoleh dengan membandingkan nilai absorbansi sampel dengan absorbansi standar kemudian dikalikan 100 mg dL-1 :

As

Kg = x 100 mg dL-1 Ast

Keterangan :

Kg = kadar glukosa darah/cairan amnion (mg dL-1) As = absorbansi sampel

(20)

8

Kualitas Daging 1. Kualitas Kimia Daging

Kadar air (AOAC 2005). Sampel ditimbang sebanyak 1 gram dalam cawan. Sampel dimasukkan ke oven suhu 105 °C selama 8 jam kemudian didinginkan dalam eksikator dan ditimbang. Kadar air dihitung dalam rumus

Kadar abu (AOAC 2005). Sampel ditimbang sebanyak 1 gram dalam cawan porselen. Sampel dibakar atau diabukan dalam tanur suhu 600 °C selama 2 jam atau sampai tidak berasap. Sampel kemudian ditimbang setelah didinginkan dalam eksikator. Kadar abu dihitung dalam rumus

s

Kadar protein (AOAC 2005). Sampel ditimbang sebanyak 0.25 g dan dimasukkan dalam labu Kjeldahl 100 mL. Sampel ditambahkan 0.25 g selenium dan 3 mL H2SO4 kemudian dilakukan destruksi selama 1 jam sampai larutan jernih. Setelah dingin, larutan ditambahkan 50 mL air destilat dan 20 mL NaOH 40% kemudian didestilasi. Hasil destilasi ditampung dalam Erlenmeyer yang berisi campuran 10 mL larutan H3Bo3 dan dua tetes Brom Cresol Green-Methyl

Red berwarna merah muda. Setelah volume destilat menjadi 10 mL dan berwarna kebiruan, destilasi dihentikan. Destilat kemudian dititrasi dengan HCl 0.1 N sampai berubah warna menjadi merah muda. Perlakuan yang sama dilakukan pada blanko. Kadar protein dihitung dengan rumus

Kadar protein = 6.25 × % nitrogen, dengan persentase nitrogen dapat dihitung dengan rumus

Keterangan:

S : Volume titran sampel (mL) W : Bobot sampel kering (g) B : Volume titran blanko (mL) N : Normalitas

(21)

9 s s

Kadar karbohidrat (AOAC 2005). Kadar karbohidrat dihitung dengan pengurangan hasil analisis proksimat lainnya yaitu kadar air, kadar abu, kadar protein dan kadar lemak.

2. Uji Kolesterol Daging

Kadar kolesterol daging diukur dengan metode AOAC (2005) dengan disaponifikasi pada suhu yang tinggi. Fraksi kolesterol yang tidak tersaponifikasi diekstraksi dengan toluene. Setelah itu, dilakukan derivatisasi ke dalam

trimethylsilyl (TMS) kemudian dihitung dengan gas chromatography. Analisis gas

chromatography ditempatkandengan cara memasukkan 1 mL volume derivatisasi ke dalam gas chromatography. Penentuan arah kolesterol tertinggi menggunakan pengukuran tinggi lebar atau digital integrator. Pengukuran dilakukan selama 16-18 menit. Area kolesterol teringgi dibagi dengan standar area kolesterol tertinggi internal untuk mendapatkan rasio respon standar. Respon standar diplotkan dengan 4 standar tertinggi (0.01-0.20 mg mL-1) terhadap konsentrasi kolesterol. Hasil derivatisasi diukur dengan rumus :

g sampel mL-1 derivatisasi = (W1/V1) x (V2/V3) Keterangan :

W1 = Berat sampel (g)

V1 = Volume toluene (100 mL) yang digunakan dalam ekstraksi V2 = Aliquot dan ekstrak (25 mL)

V3 = Volume DMF yang digunakan untuk melarutkan residu Setelah didapatkan banyaknya g sampel mL-1 derivatisasi, kadar kolesterol dihitung dengan rumus :

s ( s s )

s s s s s s

3. Kualitas Fisik Daging

Daging ayam KB yang digunakan pada penelitian ini dilakukan penyimpanan dalam freezer selama 7 hari sebelum dilakukan pengujian.

(22)

10

Daya ikat air (Soeparno 2005). Sebanyak 0.3 gram sampel ditekan dengan beban 35 kg. Setelah lima menit, daerah yang tertutup sampel daging dan luas daerah basah di sekitarnya ditandai dan diukur. Daerah basah merupakan luas lingkaran luar dikurangi luas lingkaran dalam diukur dengan planimeter dan diperoleh nilai mgH2O. Daya ikat air dihitung berdasarkan persentase antara area basah dari area total.

s

Nilai aw (Salejda et al. 2014). Nilai aw (water activity) diukur menggunakan

aw meter (Novasiana, Switzerland). Sampel dihaluskan terlebih dahulu sebelum dilakukan pengujian. Prosedur pengukuran nilai aw dilakukan sesuai dengan prosedur.

Susut masak (Soeparno 2005). Sampel seberat 10 gram dibersihkan dari jaringan ikat dan lemak kemudian direbus pada suhu 80 oC selama 60 menit kemudian didinginkan pada suhu ruang selama 30 menit. Sampel daging dilap dengan tissu untuk menyerap air pada permukaan daging dan selanjutnya sampel ditimbang.

Keempukan/tenderness (Bowker et al. 2014). Sampel daging paha dibentuk persegi empat dan arah serabut otot yang jelas. Daging dimasukkan ke dalam air mendidih hingga termometer menunjukkan angka 80 oC. Sampel dibentuk dengan correr mengikuti arah serat daging. Potongan daging diukur dengan alat Warner-Blatzer Shear Force untuk menentukan nilai daya putusnya yang dinyatakan dengan satuan kg cm-3.

4. Uji Organoleptik

Uji Organoleptik dilakukan dengan mutu hedonik dan hedonik menurut Arief et al. (2014) dengan jumlah panelis mahasiswa Fakultas Peternakan S1 yang sudah mendapatkan mata kuliah uji organoleptik dan mahasiswa S2 sebanyak 30 orang. Masing-masing panelis mendapat sampel daging dari semua perlakuan dan satu lembar kuesioner. Peubah yang diamati adalah penampilan umum, warna, tekstur, aroma dan rasa.

(23)

11 Rancangan Percobaan

Analisis Data

Penelitian untuk performa produksi dianalisis berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pada perlakuan kepadatan kandang ayam persilangan KB dengan 3 kelompok dan tiap kelompok masing-masing berisi 8, 10, dan 12 ekor ayam KB. Data yang diperoleh dianalisis sidik ragam berdasarkan RAK dengan model matematika yang digunakan yaitu :

Keterangan :

Yijk : Nilai pengamatan performa ayam persilangan pada perlakuan

kepadatan kandang taraf ke-i (8,10,12) dalam kelompok pemeliharaan taraf ke-j (1,2,3).

µ : Nilai tengah umum (rata-rata umum pengamatan).

i : Pengaruh performa ayam persilangan dari perlakuan kepadatan kandang taraf ke-i

bj : Pengaruh performa ayam persilangan dari kelompok pemeliharaan taraf ke-j

: Pengaruh galat percobaan dari perlakuan kepadatan kandang taraf ke-i pada kelompok taraf ke-j.

Penelitian untuk profil darah dan kualitas daging disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pada perlakuan kepadatan kandang ayam persilangan KB dengan 3 kali ulangan dan tiap ulangan masing-masing berisi 8, 10, dan 12 ekor ayam. Data yang diperoleh dianalisis sidik ragam berdasarkan RAL dengan model matamatika yang digunakan yaitu :

Keterangan :

Yijk : Nilai pengamatan profil darah dan kualitas daging ayam persilangan pada perlakuan kepadatan kandang taraf ke-i (8,10,12) dalam ulangan pemeliharaan taraf ke-j (1,2,3).

µ : Nilai tengah umum (rata-rata umum pengamatan).

i : Pengaruh profil darah dan kualitas daging ayam persilangan dari perlakuan kepadatan kandang taraf ke-i

: Pengaruh galat percobaan dari perlakuan kepadatan kandang taraf ke-i pada ulangan taraf ke-j.

Penelitian untuk parameter THI disusun secara deskriptif. Penelitian untuk uji organoleptik mutu hedonik dan hedonik disusun berdasarkan rancangan statistik non parametrik dengan metode Kruskal wallis (Walpole 1990).

(24)

12

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

THI (Temperature Humidity Index)

Suhu basah dan suhu kering (THI) merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kondisi fisiologi ternak. Rata-rata THI (temperature humidity index) pada ayam KB berdasarkan kepadatan kandang relatif sama sekitar 28.92-29.39 oC (Tabel 1). Hal ini menunjukkan kepadatan 8, 10 dan 12 ekor m-2 tidak berpengaruh terhadap THI. Nilai THI yang relatif sama dari kepadatan kandang memungkinkan untuk melakukan pemeliharaan sampai pada kepadatan 12 ekor m-2. Penelitian Joseph et al. (2012) menyebutkan nilai THI yang melebihi 20.8 oC pada ayam broiler akan menurunkan performa ayam.

Tabel 1 Nilai THI ayam KB pada kepadatan kandang berbeda.

Kepadatan Kandang Nilai THI (oC)

K1 (8 ekor m-2) 28.92±0.42

K2 (10 ekor m-2) 29.39±0.08

K3 (12 ekor m-2) 29.29±0.18

Profil Darah

Profil darah pada ayam akan mengalami perubahan seiring perubahan fisiologisnya. Perubahan profil darah tersebut dapat dilihat dari jumlah eritrosit, leukosit, hemoglobin (Hb), hematokrit dan rasio heterofil-limfosit serta kadar glukosa darah. Kepadatan kandang ayam KB tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap parameter profil darah. Hal ini karena kepadatan kandang yang berbeda memiliki nilai THI yang relatif sama sehingga status cekaman relatif sama (Tabel 1). Jumlah eritrosit dan leukosit yang diperoleh dalam penelitian ini pada semua perlakuan masih dalam kisaran normal. Jumlah eritrosit pada ayam berkisar antara 2.5-3.2 x 106 mm-3 (Swenson 1993) sedangkan jumlah normal leukosit sekitar 7 000-32 000 µl-1 (Coles 2006). Nurfaizin et al. (2014) melaporkan jumlah leukosit ayam broiler umur 5 minggu berdasarkan kepadatan kandang 8 ekor m-2 sebesar 7 766.67 µl-1.

(25)

13 Tabel 2 Nilai rata-rata profil darah ayam KB pada kepadatan kandang berbeda.

Parameter K1(8 ekor m-2) K2(10 ekor m-2) K3(12 ekor m-2) Eritrosit (juta mm-3) 3.05±0.52 2.99±0.54 3.10±0.33 Leukosit (ribu mm-3) 7.03±3.04 8.58±4.71 9.25±6.16 Hemoglobin (g dL-1) 11.03±2.56 12.03±1.12 10.95±2.05

Hematokrit (%) 25.69±1.57 26.83±2.00 26.79±4.49

Rasio Heterofil-Limfosit 0.73±0.21 0.80±0.50 0.84±0.26 Kadar Glukosa (mg dL-1) 219.29±19.20 220.99±20.26 225.42±27.97

Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepadatan pada ayam KB tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap rasio H-L dan kadar glukosa. Rasio H-L dan kadar glukosa relatif sama. Hal ini menunjukkan pemeliharaan ayam KB sampai kepadatan 12 ekor m-2 tidak mengalami cekaman berbeda dibandingkan kepadatan 8 ekor m-2 dan 10 ekor m-2. Nilai H-L ayam KB sekitar 0.73-0.84 (Tabel 2) lebih tinggi dari H-L ayam broiler yaitu 0.55 (Setiadi dan Sudarman 2005). Hal ini diduga karena ayam KB memiliki perbedaan genetik dengan ayam broiler dan ayam kampung.

Kadar glukosa pada setiap perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan nilai berkisar antara 219.29-225.97 mg dL-1. Nilai ini lebih rendah dari kadar glukosa broiler yaitu 230-370 mg dL-1 (Sulistyoningsih et al. 2014). Suchy et al. (2004) melakukan penelitian ayam petelur strain Moravia BSL berumur 25-50 minggu memperoleh nilai kadar glukosa pada kisaran 234-252 mg dL-1. Hal ini disebabkan lingkungan pemeliharaan yakni THI dan pakan yang diberikan relatif sama.

Diferensiasi Leukosit

(26)

14

Tabel 3 Nilai rata-rata diferensiasi leukosit ayam KB pada kepadatan kandang berbeda.

Diferensiasi Leukosit (%) K1(8 ekor m-2) K2(10 ekor m-2) K3(12 ekor m-2)

Limfosit 55.67±15.60 57.00±16.29 51.50±7.14

Heterofil 39.00±13.02 38.56±15.37 44.92±6.29

Monosit 3.00±0.89 2.56±1.01 2.00±1.21

Eosinofil 2.33±2.34 1.89±1.96 1.58±2.11

Basofil 0±0 0±0 0±0

Performa Ayam KB

Unggas merupakan hewan homeothermik sehingga harus mempertahankan suhu tubuhnya. Dalam mempertahankan suhu tubuh, unggas mengatur kecepatan metabolisme dan secara tidak langsung mengatur nafsu makan dan minum. Nilai performa ayam KB dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Nilai rata-rata performa selama 12 minggu pemeliharaan ayam KB pada kepadatan kandang berbeda.

Parameter K1(8 ekor m-2) K2(10 ekor m-2) K3(12 ekor m-2) Konsumsi Pakan

(g ekor-1) 5428.13±602.00 5463.68±668.94 5440.58±471.19 Konsumsi Minum

(ml ekor-1) 21414.58±1179.67 21009.98±4551.83

19723.69±3319.6 3 Bobot Badan

(g ekor-1) 2463.13±291.08 2565.75±259.75 2375.27±277.51 Pertambahan Bobot

Badan (g ekor-1) 2426.81±293.64 2528.20±258.67 2338.37±276.04

Konversi Pakan 2.24±0.20 2.18±0.11 2.34±0.08

Mortalitas (ekor) 5 5 3

Hasil sidik ragam menunjukkan tingkat kepadatan kandang ayam KB tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap jumlah konsumsi pakan, konsumsi air minum, bobot badan, pertambahan bobot badan, konversi pakan dan mortalitas (Tabel 4). Hal ini disebabkan karena kondisi THI pada kepadatan kandang memiliki nilai relatif sama, demikian juga nilai profil darahnya.

Konsumsi pakan dari ketiga perlakuan kepadatan kandang relatif sama sekitar 5428.13-5463.68 g ekor-1 untuk menghasilkan bobot badan sebanyak 2375.27-2565.75 g ekor-1 dengan konversi pakan sekitar 2.18-2.34. Penelitian Aryanti et al. (2013) melaporkan konsumsi pakan ayam kampung yaitu 3864 g ekor-1 untuk menghasilkan bobot badan 900 g ekor-1 dan konversi pakan 4.3 selama 10 minggu pemeliharaan. Hal ini menunjukkan performa ayam KB lebih baik daripada ayam kampung. Konversi pakan ayam KB tidak jauh berbeda dengan ayam broiler umur 6 minggu sebesar 2.2 (Sinurat et al. 2000).

(27)

15

respiratory disease (CRD). Penyakit CRD biasanya menyerang ayam ras pedaging pada umur 3-4 minggu.

Gambar 3 Nilai rata-rata pertambahan bobot badan (PBB) ayam KB jantan dan betina pada kepadatan kandang berbeda.

Pertambahan bobot badan yang optimal dicapai pada minggu ke-9 dan mengalami penurunan mulai minggu ke-10 (Gambar 3). Hal ini menunjukkan ayam KB sebaiknya dipelihara sampai umur 9 minggu dengan konversi pakan yakni 2.31 (Gambar 5) untuk mendapatkan tingkat pertumbuhan yang optimal. Pertambahan bobot badan lebih tinggi pada jantan dibandingkan betina walaupun secara statistik tidak berbeda nyata pada setiap perlakuan. Menurut Soeparno (2005), pertumbuhan jantan yang lebih cepat dipengaruhi oleh hormon androgen

yang merupakan hormon pengatur pertumbuhan. Androgen berfungsi sebagai pengatur stimulan pertumbuhan yang dihasilkan oleh sel-sel interstitial. Sekresi testosteron yang tinggi pada jantan menyebabkan ukuran tubuh ayam jantan lebih besar dibandingkan ayam betina. Hormon yang tinggi pada betina adalah hormon estrogen. Herren (2000) menyatakan hormon testosteron dengan kadar rendah meningkatkan pelebaran epifisis tulang dan membantu hormon pertumbuhan, sedangkan hormon estrogen menghambat pertumbuhan tulang. Pertumbuhan ternak jantan lebih cepat dibandingkan ternak betina terutama setelah pemunculan sifat-sifat kelamin sekunder akibat sekresi androgen tinggi.

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450

M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M11 M12

g

/ek

o

r

Umur (minggu)

Jantan 8 ekor Betina 8 ekor Jantan 10 ekor

(28)

16

Gambar 4 Nilai rata-rata bobot badan (BB) ayam KB jantan dan betina pada kepadatan kandang berbeda.

Gambar 5 Nilai rata-rata konversi pakan ayam KB pada kepadatan kandang berbeda.

Nilai bobot badan ayam KB pada minggu ke-12 untuk jantan sekitar 2568-2836 g ekor-1 sedangkan betina sekitar 2097-2336 g ekor-1 (Gambar 4). Bobot badan ayam jantan lebih tinggi dibandingkan dengan betina, tetapi secara statistik tidak berpengaruh nyata. Konversi pakan ayam KB pada umur 7 minggu yakni 2.15 (Gambar 5), dengan bobot badan sekitar 1000-1200 g ekor-1 dimana telah mencapai bobot potong. Broiler dipasarkan pada bobot hidup antara 1.2-1.6 kg per ekor dan dipanen pada umur 5-6 minggu (Rasyaf 2003).

0

Jantan 8 ekor Betina 8 ekor Jantan 10 ekor

Betina 10 ekor Jantan 12 ekor Betina 12 ekor

(29)

17 Kualitas Daging

Kualitas Kimia Daging

Komposisi kimia daging merupakan faktor yang sangat menentukan nilai nutrisi dan kualitas daging. Komponen kimia daging yang terbesar adalah air sekitar 65%-80%, protein sekitar 16%-23%, lemak sekitar 1%-4%, substansi non protein nitrogen sekitar 1.5% dan karbohidrat berkisar antara 0.5%-1.5% (Lawrie 2003). Nilai kualitas kimia daging paha ayam KB dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Nilai rata-rata kualitas kimia daging paha ayam KB pada kepadatan

kandang berbeda.

Parameter K1(8 ekor m-2) K2(10 ekor m-2) K3(12 ekor m-2)

Air (% bb) 76.28±0.16 76.41±0.08 76.42±0.06

Abu (% bb) 1.08±0.06 1.12±0.04 1.15±0.04

Protein (% bb) 19.93±0.46 19.81±0.73 19.35±1.46

Karbohidrat (% bb) 1.59±0.48 1.54±0.66 1.94±1.46

Lemak (% bb) 1.11±0.04 1.12±0.03 1.14±0.03

Kolesterol (mg 100 g-1) 18.30±4.98 20.97±1.40 19.63±2.58 bb : bobot basah

Hasil sidik ragam menunjukkan kepadatan kandang pada ayam KB tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap kualitas kimia daging (kadar air, abu, lemak, protein dan karbohidrat) pada bagian paha (Tabel 5). Hal ini disebabkan karena kandungan nutrisi pakan yang sama. Komposisi kimia daging ayam broiler yang dilaporkan Bianchi et al. (2007) yaitu air 75.24%, protein 22.92%, lemak 1.15% dan abu 1.45%. Bakrie et al. (2003) melaporkan komposisi kimia daging paha ayam buras umur 12 minggu yaitu kadar air (75.5%), protein (20.2%), abu (1.05%) dan lemak (1.70%). Penelitian ini menunjukkan nilai kualitas kimia daging yang tidak jauh berbeda dengan ayam buras. Kandungan lemak daging ayam KB lebih rendah dibandingkan ayam buras.

(30)

18

Kualitas Fisik Daging

Hasil sidik ragam menunjukkan kepadatan kandang pada ayam KB tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap nilai pH, daya ikat air, keempukan, susut masak dan aw (Tabel 6). Nilai yang relatif sama disebabkan kondisi ayam pada semua perlakuan relatif sama baik sebelum dan setelah pemotongan. Soeparno (2005) menyatakan kualitas daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan sesudah pemotongan. Faktor sebelum pemotongan antara lain genetik, bangsa, jenis kelamin, pakan, umur dan stres sedangkan faktor sesudah pemotongan antara lain cara pemotongan, lama penyimpanan, suhu penyimpanan dan metode pengolahan. Tabel 6 Nilai rata-rata kualitas fisik daging paha ayam KB pada kepadatan

Susut Masak (%) 34.46±5.73 34.60±6.69 36.19±5.80

aw (water activity) 0.86±0.01 0.87±0.01 0.87±0.01

Nilai pH daging paha ayam KB sekitar 5.9-6.0 (Tabel 6). Van Laack et al. (2000) melaporkan nilai pH daging ayam broiler berkisar antara 5.96-6.07. Daging ayam kampung memiliki nilai pH sekitar 5.91-5.93 (Dewi 2013). Hal ini menunjukkan pH ayam KB memiliki nilai yang tidak jauh berbeda dengan ayam kampung dan broiler. Nilai pH daging berpengaruh terhadap daya ikat air, apabila pH tinggi maka daya ikat air juga tinggi begitupun sebaliknya.

Nilai daya ikat air (DIA) pada penelitian ini sekitar 33.65%-34.28%. Buckle

et al. (2009) menyatakan rendahnya nilai pH daging mengakibatkan struktur daging terbuka sehingga menurunkan daya ikat air dan tingginya nilai pH daging mengakibatkan struktur daging tertutup sehingga daya ikat air tinggi. Daya ikat air menurun dari pH tinggi sekitar 7-10 sampai pada pH titik isoelektrik protein-protein daging antara 5.0-5.1 (Soeparno 2005).

Susut masak merupakan faktor fisik daging yang banyak dipengaruhi oleh kadar air dan juga berhubungan dengan keempukan daging. Nilai susut masak pada penelitian ini yaitu 34%-36% lebih tinggi dari ayam broiler umur 6 minggu yaitu 32.48% (Suradi 2006). Hal ini diduga karena adanya penyimpanan pada suhu dingin sehingga dapat mengurangi kandungan nutrisi daging. Lama penyimpanan daging ayam dalam refrigerator dapat meningkatkan persentase susut masak (Jaelani dkk, 2014). Semakin kecil nilai persentase susut masak, semakin baik kualitasnya karena jumlah nutrien yang keluar lebih sedikit. Nilai susut masak bervariasi antara 1.5%-54.5% (Soeparno 2005).

(31)

19 dan koagulasi. Secara fisik protein myofibril bereaksi akibat pemanasan sehingga terjadi pengerasan yang akan mempengaruhi keempukan daging.

Nilai aw yang diperoleh pada penelitian ini relatif sama dari tiga kepadatan yang berbeda (Tabel 6). Tingginya aktivitas air, maka jumlah air bebas meningkat dan dapat digunakan untuk aktivitas mikroorganisme (Kusnandar 2010).

Organoleptik Mutu Hedonik dan Hedonik

Organoleptik merupakan pengujian yang dilakukan dengan menggunakan alat indera. Penilaian organoleptik sangat banyak digunakan untuk menilai mutu dalam industri pangan. Penilaian organoleptik ini meliputi parameter warna, rasa, tekstur, penampilan umum dan aroma. Penilaian organoleptik secara mutu hedonik lebih kepada kesan baik atau buruknya produk tersebut sedangkan secara hedonik lebih pada tingkat kesukaan konsumen.

Tabel 7 Nilai rata-rata organoleptik daging paha ayam KB pada kepadatan kandang berbeda.

Organoleptik K1(8 ekor m-2) K2(10 ekor m-2) K3(12 ekor m-2)

Mutu Hedonik

Penampilan Umum 3.44±1.03 3.41±0.84 3.54±0.98

Warna 3.68±0.79 3.83±0.80 3.76±0.99

Tekstur 3.93±0.69 3.76±0.77 3.78±0.96

Aroma 3.85±0.85 3.80±0.95 3.68±1.01

Rasa 2.93±1.23 2.85±1.20 2.80±1.27

Hedonik

Penampilan Umum 3.24±1.09 3.34±1.02 3.24±0.97

Warna 2.93±0.93 3.17±1.05 3.10±1.14

Tekstur 3.10±0.77 3.15±0.79 3.20±1.17

Aroma 2.98±0.94 2.83±1.05 2.68±1.01

Rasa 3.00±1.00 2.85±1.06 2.80±1.08

(32)

20

Uji Kruskal-Wallis pengujian hedonik menunjukkan kepadatan kandang pada ayam KB tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap penampilan umum, tekstur, warna, aroma dan rasa (Tabel 7). Hasil penilaian panelis terhadap uji hedonik dari ketiga perlakuan kepadatan kandang berada pada skor 3 (suka). Hal ini menunjukkan sebagian besar panelis menyukai daging bagian paha pada ayam KB. Aroma, warna dan rasa merupakan salah satu pertimbangan panelis dalam menilai suatu bahan pangan. Aroma daging berkembang pada saat pemasakan dan juga memberikan cita rasa daging yang khas yang disebabkan kandungan lemak yang terdapat pada daging. Menurut Woelfel et al. (2002), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aroma, rasa, tekstur dan warna pada daging unggas yaitu umur, jenis kelamin, bangsa, lingkungan kandang, kondisi pemotongan, kandungan air daging dan lemak intramuskular.

4

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Perbedaan tingkat kepadatan kandang (8 ekor m-2, 10 ekor m-2 dan 12ekor m-2) tidak mempengaruhi THI, profil darah, performa dan kualitas daging ayam KB sehingga dapat dipelihara sampai pada kepadatan 12 ekor m-2. Pertumbuhan ayam KB yang optimal sampai pada umur 9 minggu. Kadar kolesterol ayam KB secara deskriptif lebih rendah dibandingkan ayam broiler dan ayam kampung.

Saran

Pemeliharaan ayam KB lebih baik dilakukan sampai umur 9 minggu. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk kepadatan kandang di atas 12 ekor m-2.

(33)

21

DAFTAR PUSTAKA

Abustam E. 2012. Ilmu Daging Aspek Produksi, Kimia, Biokimia, dan Kualitas. Cetakan 1. Masagena Press. Makassar.

[AOAC] Association Official Analitycal Chemistry. 2005. Official Method of Analysis. 18th Ed. Maryland (US) : AOAC International, Washington D.C. Aman Y. 2011. Ayam Kampung Unggul. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya.

Arief II, Suryati T, Afiyah DN, Wardhani DP. 2014. Physicochemical and organoleptic of beef sausages with teak leaf extract (Tectona grandis) addition as preservative and natural dye. International Food Research Journal 21(5) : 2024-2033.

Aryanti F, Aji MB, Budiono N. 2013. Pengaruh pemberian air gula merah

terhadap performans ayam kampung pedaging. Jurnal Sains Veteriner.

ISSN : 31 (2) : 0126-0421.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2014. Statistik Indonesia. Jakarta (ID) : Badan Pusat Statistik Indonesia.

Bakrie B, Andayani D, Yanis M, Zainuddin D. 2003. Pengaruh penambahan jamu ke dalam air minum terhadap preferensi konsumen dan mutu karkas ayam buras. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Puslitbang Peternakan.

Barham D, Trinder P. 1972. Enzymatic colorimetric test for determination of glucose in serum without deproteinisation. Analyst 97. Rajawali Nusindo. Bell DD, Weaver WD. 2002. Commercial Chicken Meat and Egg Production. 5 th

Ed. Springer Science+Business Media, Inc. Spring Street. New York (US). Bianchi M, Petracci M, Sirri F, Folegatti E, Franchini, Meluzzi A. 2007. The

influence of the season and market class of broiler chickens on breast meat quality traits. Poultry Science. 86 (5) : 959-963.

Bowker BC, Zhuang H, Buhr RJ. 2014. Impact of carcass scalding and chilling on muscle proteins and meat quality of broiler breast filleds. LWT-Food Science and Tecnology 59(1) : 156-162.

Buckle KA, Edwards RA, Fleet GH, Wootton M. 2009. Ilmu Pangan. Penerjemah Hari Purnomo dan Adiono. UI-Press, Jakarta.

Coles BH. 2006. Essential of Avian Medicine and Surgery. Blackwell Publishing, Iowa.

Dharmawan NS. 2002. Pengantar Patologi. Klinik Veteriner (Profil darah Klinik). Cetakan III. Pelawa Sari. Denpasar.

Daryono BS, Roosdianto I, Saragih HTSSG. 2010. Pewarisan karakter fenotip ayam (F1) hasil persiangan ayam pelung (Gallus gallus domesticus) dengan ayam cemani (Gallus gallus domesticus). Jurnal Veteriner. 11 (4) : 257-263. Daryono BS, Satriya R, Rohmah Z, Erwanto Y. 2012. Penguatan industri bibit unggas nasional melalui produksi indukan gama ayam lokal unggul. Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Tepat Guna. 1 (2) : 2089-2721.

Dewi SHC. 2013. Kualitas kimia daging ayam kampung dengan ransum berbasis konsentrat broiler. Jurnal Agri Sains. ISSN 2086-7719.Vol. 4 (6) : 1-8. Hadiwiyoto S. 1992. Buku Monograf. Kimia dan Teknologi Daging Unggas.

(34)

22

Herren R. 2000. The Science of Animal Agriculture. Ed ke-2. USA (US) : Delmar Publisher.

Ismoyowati, Widiyastuti T. 2003. Kandungan lemak dan kolesterol daging bagian dada dan paha berbagai unggas local. Animal Production. Vol. 5(2) : 79-82. Jaelani A, Dharmawati S, Wanda. 2014. Berbagai lama penyimpanan daging ayam broiler segar dalam kemasan plastik pada lemari es (suhu 4oc) dan pengaruhnya terhadap sifat fisik dan organoleptik. Ziraa’ah. ISSN 2355-3545. Vol 39(3) : 119-128.

Joseph LP, Dozier AW, Olanrewaju AH, Davis JD, Xin H, Gates RS. 2012. Effect of Temperature-Humidity Index on Live Performance in Broiler Chickens Grown From 49 To 63 Days of Age. USA. An ASABE Conference Presentation.

Kusnandar F. 2010. Kimia Pangan Komponen Makro. Dian Rakyat, Jakarta. Lawrie RA. 2003. Ilmu Daging. Penerjemah Aminuddin. UI-Press, Jakarta.

Lyon, BG, Smith DP, Lyon CE, Savage EM. 2004. Effects of diet and feed with drawal on the sensory descriptive and instrumental profiles of broiler breast fillets. Poultry Science. 83 (2) : 275-281.

Nurfaizin, Mahfudz LD, Atmomarsono U. 2014. Profil profil darah ayam broiler akibat pemeliharaan dengan kepadatan kandang dan penambahan jintan hitam (Nigella sativa l.) yang berbeda. Agromedia. Vol 32 (1) : 1-8.

Powell FL. 2000. Respiration. In Sturkie’s Avian Physiology. 5th Ed. GC Whittow Editor. San Diego. Academic Press.

Rasyaf M. 2003. Beternak Ayam Pedaging. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya. Salejda AM, Tril U, Krasnowska G. 2014. The effect of sea buckthorn

(Hippophae rhamnoides L.) berries on some quality characteristics of cooked pork sausages. International Scholarly and Scientific Research & Innovation 8(6) : 596-599.

Salma U, Miah AG, Maki T, Nishimura M, Tsujii H. 2007. Effect of dietary rhodobacter capsulatus on cholesterol concentration and fatty acid composition in broiler meat. Poultry Science. 86 (9) : 1920-1926.

Setiadi D, Sudarman A. 2005. Ekstrak daun beluntas (Pluchea indica less) sebagai obat antistres pada ayam broiler. Media Peternakan. ISSN 0126-0472 : Vol 28 (2) : 46-51.

Sastradipradja D, Sikar SHS, Wijayakusuma R, Ungerer T, Maad A, Nasution H, Suriawinata R, Hamzah R. 1989. Fisiologi Veteriner. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Sikar SHS, Suriawinata R, Ungerer T, Sastradipradja D. 1984. Larutan pengencer darah unggas untuk menghitung jumlah leukosit secara langsung. Jurusan fisiologi dan farmakologi. Fakultas Kedoteran Hewan. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Sinurat AP, Purwadaria T, Ketaren P, Zainuddin D, Kompiang IP. 2000. Pemanfaatan lumpur sawit untuk ransum unggas : lumpur sawit kering dan produk fermentasinya sebagai bahan pakan ayam broiler. JITV. 5(2) : 107-112.

Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan Ke-4. Yogyakarta (ID) : Gadjah Mada University Press.

(35)

23 Suchy P, Strakova E, Jarka B, Thiemel J, Vecerak V. 2004. Different between metabolic profiles of egg-type and meat-type hybrid hens. Czech Jurnal AnimalScience.49 (8) : 323-328.

Sulistyoningsih M, Dzakiy MA, Nurwahyunani A. 2014. Optimization of feed additive on body weight, abdominal fat and blood glucose levels broiler chicken. Bioma. Vol. 3(2) : 5-13.

Suradi K. 2006. Perubahan sifat fisik daging ayam broiler post mortem selama penyimpanan temperatur ruang. Jurnal Ilmu Ternak. Vol. (6) : 23-27.

Swenson MJ. 1993. Physiological Properties and Cellular and Chemical Constituents of Blood. In Dukes Physiology of Domestic Animals. 11th Ed. London. Cornell University Press.

Tao X, Xin H. 2003. Acute synergistic effects of air temperature, humidity and velocity on hemeostatis of market-size broiler. Transactions of the ASAE

46(2) : 491-497.

Van Laack RLJM, Liu CH, Smith MO, Loveday HD. 2000. Characteristics of pale, soft, exudative broiler breast meat. Poultry Science. 79 (7) : 1057-1061 Walpole RE. 1990. Pengantar Statistika. Jakarta (ID) : PT. Gramedia Pustaka

Utama

.

(36)

24

(37)

25 Lampiran 1 Hasil analisis sidik ragam profil darah ayam KB pada kepadatan

(38)

26

(39)

27 Lampiran 3 Hasil analisis sidik ragam performa ayam KB pada kepadatan

(40)

28

(41)

29 Lampiran 5 Hasil analisis sidik ragam kualitas fisik daging ayam KB pada

(42)

30

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ujung Pandang pada tanggal 14 Desember 1991 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak H. Ir. Andi Mahmud T, MMA dan ibu Hj. Dra. Jumiaty S. Pendidikan sarjana pada tahun 2010 penulis peroleh dari Program Studi Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin melalui jalur JPPB dan dinyatakan lulus pada bulan Juni 2014. Pada tahun 2014 penulis terdaftar sebagai mahasiswa program pascasarjana pada mayor Ilmu dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan Intitut Pertanian Bogor.

Gambar

Gambar 1. Gambaran umum penelitian
Gambar 2 Ayam kampung (a), ayam ras pedaging/broiler (b) ayam kampung
Tabel 2 Nilai rata-rata profil darah ayam KB pada kepadatan kandang berbeda.
Tabel 3 Nilai rata-rata diferensiasi leukosit ayam KB pada kepadatan kandang berbeda.
+5

Referensi

Dokumen terkait

am Malala (2013) memoir based on its structural elements and to describe the inequality of education for girl based on the feminist analysis that conducts feminist

Secara empiris penyaluran kredit merupakan sumbangan terbesar dalam perolehan laba, oleh karena itu kelayakan pemberian kredit lebih cermat dalam penerapan prinsip 5C

Dalam sebuah kelas yang terdiri dari 40 siswa, 26 diantaranya putra, akan dipilih 3 orang sebagai pengibar bendera dimana pembawa bendera selalu putriA. Dari 8 soal yang

Berdasarkan hasil dari analisis “regresi linear sederhana” dapat disimpulkan bahwa penerapan good corporate governance (GCG) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap

Analisis portofolio saham adalah analisis yang dilakukan dengan mendiversifikasikan atau mengkombinasikan saham-saham selektif dalam investasi untuk memperoleh keuntungan yang

Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengetahuan ibu hamil sebelum dan setelah diberikan penyuluhan tentang anemia gizi besi

Materi ajar pantun dalam buku siswa Bahasa Indonesia ada 12 materi. Materi cerpen yang relevan dengan KI-1 sikap spiritual ada 12 materi karena materi ajar tersebut

 Menampilkan pelafalan do’a sebelum dan sesudah belajar secara berulang-ulang baik secara berpasangan maupun berkelompok secara bergantian.  Non Tes (Unjuk kerja)