PENGARUH MODEL BELAJAR KOOPERATIF DALAM PEMBELAJARAN SEPAK BOLA UNTUK MENINGKATKAN NILAI
KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA TUNARUNGU
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan Rekreasi
Oleh
FEBRIANA PRATIWI 0906172
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
PENGARUH MODEL BELAJAR KOOPERATIF DALAM PEMBELAJARAN SEPAK BOLA UNTUK MENINGKATKAN NILAI
KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA
Oleh:
FEBRIANA PRATIWI
Sebuah Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan Rekreasi
©Febriana Pratiwi 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Maret 2014
@Hak cipta dilindungi undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian
LEMBAR PENGESAHAN FEBRIANA PRATIWI
0906172
PENGARUH MODEL BELAJAR KOOPERATIF DALAM PEMBELAJARAN SEPAK BOLA UNTUK MENINGKATKAN NILAI
KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA TUNARUNGU
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING: Pembimbing I
Prof. Dr. Beltasar Tarigan, MS. AIFO NIP. 1956030319830331005
Pembimbing II
Dr. Nuryadi, M.Pd. NIP. 197101171998021001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRAK
Febriana Pratiwi. Nim 0906172. Skripsi:Pengaruh Model Belajar Kooperatif Dalam Pembelajaran Sepak Bola Untuk Meningkatkan Nilai Kerjasama Dan Hasil Belajar Siswa Tunarungu. Skripsi ini dibimbing oleh Pembimbing I Prof. Dr. Beltasar Tarigan, M.S AIFO. Pembimbing II Dr. Nuryadi, M.Pd
Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran, pengaruh model belajar kooperatif tipe TGT pada pembelajaran sepak bola dalam meningkatkan nilai kerjasama dan hasil belajar siswa tunarungu. Populasi adalah siswa-siswi di SLB Negeri Bagian B Cicendo Bandung, sedangkan sampel adalah siswa-siswi kelas VII, VIII, dan IX tahun ajaran 2013/2014 sebanyak 18 siswa, usia rata- rata 13- 16 tahun. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi, Persyaratan uji analisis data menggunakan uji normalitas data dengan rumus Chi Kuadrat, analisis untuk menguji hipotesis menggunakan rumus uji- t satu pihak. Hasil analisis menunjukkan nilai rata- rata pre-test kerjasama siswa dalam kategori kurang sekali yaitu 6,83, sedangkan rata-rata post-test berada dalam kategori cukup yaitu 9,33. Rata- rata nilai kerjasama pada saat pretest dan
post-test menunjukkan rata- rata peningkatan sebesar 2,5, dan nilai rata-rata pre-test hasil belajar siswa tunarungu berada dalam kategori kurang sekali yaitu 6,61,
sedangkan nilai rata- rata post test berada dalam kategori cukup yaitu 9,72. Rata- rata hasil belajar siswa pada saat pretest dan post-test menunjukkan rata- rata peningkatan sebesar 3,11. Kesimpulan bahwa (1) model belajar kooperatif tipe
TGT dalam pembelajaran sepak bola berpengaruh terhadap peningkatan nilai
DAFTAR ISI
ABSTRAK……….i
KATA PENGANTAR………..ii
UCAPAN TERIMAKASIH ………....iii
DAFTAR ISI……….v
B. Identifikasi Masalah………...5
C. Rumusan Masalah……….. 5
D. Tujuan Penelitian………6
E. Batasan Masalah……….6
F. Manfaat Penelitian………..7
G. Definisi Operasional………...7
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN……….9
A. Kajian Teoritis………9
1. Hakikat Pembelajaran Secara Umum……… 9
a. Pengertian Pembelajaran……….. 9
b. Ciri- ciri Pembelajaran………. 10
2. Konsep Pendidikan Jasmani………..11
a. Hakikat Pendidikan Jasmani………....11
b. Konsep Pembelajaran Pendidikan Jasmani……….. 12
3. Pengertian Pendidikan Jasmani Adaptif……….13
a. Tujuan Pendidikan Jasmani Adaptif……….13
b. Peran dan Fungsi Pendidikan Jasmani Adaptif ………14
4. Model- Model Belajar dalam Pendidikan Jasmani Adaptif……...14
a. Macam- Macam Model Belajar Pendidikan Jasmani……….. 14
5. Pengertian Permainan Sepak Bola………. 22
a. Pengertian Sepak Bola………..22
b. Karakteristik Gerak Permainan Sepak Bola……….23
6. Hasil Belajar dalam Pendidikan Jasmani Adaptif……….. 24
a. Perkembangan Kognitif………24
b. Perkembangan Afektif………..24
B. Anggapan Dasar……….. 27
C. Hipotesis Penelitian………. 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………...28
A.Desain dan Jenis Penelitian………...28
B.Lokasi Penelitian………...28
C.Populasi dan Sampel……….28
D.Variabel dan Paradigma Penelitian………...29
E.Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian………...31
F. Teknik Analisis Data……….38
G.Jadwal Pelaksanaan Penelitian………..40
BAB IV HASIL DAN DISKUSI TEMUAN………...42
A. Hasil Pengolahan Data dan Pembahasan…..………. 42
1. Hasil Pengolahan Data Nilai Kerjasama……….. 43
2. Hasil Pengolahan Data Hasil Belajar………... 45
B. Diskusi Temuan………..48
1. Model Belajar Kooperatif Tipe TGT dalam Pembelajaran Sepak Bola untuk Meningkatkan Nilai Kerjasama Siswa Tunarungu……….48
2. Model Belajar Kooperatif Tipe TGT dalam Pembelajaran Sepak Bola untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tunarungu…………..49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………... 51
A. Kesimpulan……….51
B. Saran………...51
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Contoh Perhitungan Poin Game dan Tournament untuk Empat Pemain..20
Tabel 2.2 Contoh Kriteria Penentuan Penghargaan Kelompok……… 21
Tabel 2.3 Indikator Nilai Kerjasama dalam Pembelajaran Sepak Bola……… 24
Tabel 2.4 Indikator Keterampilan dalam Pembelajaran Sepak Bola……… 26
Tabel 3.4 Format Lembar Observasi………. 31
Tabel 3.5 Kisi- Kisi Penilaian Kerjasama Siswa………...32
Tabel 3.6 Kisi- Kisi Penilaian Hasil Belajar Siswa………... 35
Tabel 3.7 Skor Kategori Skala Likert………37
Tabel 3.8 Kategorisasi Nilai Rata- Rata……… 38
Tabel 3.9 Rincian Kegiatan Pelaksanaan Penelitian………. 40
Tabel 4.1 Deskriptif Hasil Pre-test dan Post-test Nilai Kerjasama……….. 42
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Pre-test dan Post-test Nilai Kerjasama………….. 44
Tabel 4.3 Hasil Uji Pengaruh Satu Pihak (Uji-t) Nilai Kerjasama……… 45
Tabel 4.4 Deskriptif Hasil Pre-test dan Post-test Hasil Belajar……… 45
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Pre-test dan Post-test Hasil Belajar……… 47
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR BAGAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Anak- anak pada umumnya memiliki kecenderungan ingin selalu bergerak.
Bergerak bagi anak- anak merupakan salah satu bagian yang sangat penting di
dalam hidupnya. Berbagai bentuk dan corak gerakan yang diperoleh anak-
anak, merupakan dasar di dalam memasuki tahap- tahap perkembangannya, baik
perkembangan yang berhubungan dengan pengetahuan, nilai dan sikap, maupun
gerak itu sendiri (kognitif, afektif dan psikomotor). Oleh karena itu, kepada anak-
anak hendaknya diberikan kesempatan yang cukup untuk mencoba melakukan
berbagai bentuk gerakan, agar mereka memperoleh berbagai pengalaman.
Keberhasilan anak- anak dalam belajar keterampilan gerak, ditentukan oleh
faktor- faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi terjadinya perubahan pada
diri anak. Salah satu usaha untuk mewujudkan keberhasilan anak dalam belajar
keterampilan gerak, adalah melalui program pendidikan jasmani di sekolah.
Pendidikan jasmani berkontribusi membawa siswa semakin banyak tahu
tentang hakekat aktivitas jasmani, permainan, dan olahraga serta bersedia
beraktivitas jasmani di saat kini dan mendatang, yang berdampak pada
meningkatnya kebugaran siswa, sehingga dapat mengantarkan siswa meraih
kualitas hidup lebih baik.
Setiap anak berhak untuk mengaktualisasi diri melalui gerak tubuhnya, tak
terkecuali siswa dengan kebutuhan khusus atau disabilitas. Anak berkebutuhan
khusus (ABK) berhak untuk mendapatkan pembelajaran pendidikan jasmani
disetiap tingkat pendidikan. Tarigan (2008:12), mengemukakan bahwa:
Anak luar biasa dalam lingkungan pendidikan dapat diartikan seseorang yang memiliki ciri- ciri penyimpangan mental, fisik, emosi, tingkah laku yang membutuhkan modifikasi dan pelayanan khusus agar dapat berkembang secara maksimal semua potensi yang dimilikinya.
Dari penjelasan tersebut dapat digambarkan bahwa terdapat perbedaan fisik
dan mental antara anak normal dengan anak luar biasa. Anak luar biasa tidak bisa
atau berolahraga. Maka dari itu dibutuhkan suatu penyesuaian dalam pendidikan
jasmani bagi anak berkebutuhan khusus, yakni pendidikan jasmani adaptif.
Selain untuk mengembangkan fisiknya, pendidikan jasmani adaptif diberikan untuk mengembangkan mental siswa, dalam hal ini Tarigan (2008:15) menjelaskan tentang tujuan pendidikan jasmani adaptif adalah ‘Pendidikan jasmani adaptif bertujuan untuk merangsang perkembangan anak secara menyeluruh, dan diantara aspek penting yang dikembangkan adalah konsep diri yang positif’.
Pada dasarnya manusia melakukan kegiatan olahraga mempunyai maksud
dan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup. Artinya setiap manusia
mempunyai kesempatan yang sama untuk meningkatkan kualitas hidupnya, baik
untuk manusia normal maupun yang berkebutuhan khusus.
Program pembelajaran pendidikan jasmani adaptif yang diselenggarakan di
Sekolah Luar Biasa (SLB) melalui bentuk permainan dan olahraga, akan
memberikan sumbangan yang sangat besar bagi anak- anak sekolah luar biasa
terhadap pengembangan kemampuan atau kebugaran jasmaninya. Hal ini
merupakan sarana untuk memacu pengembangan kemampuan pengetahuan, nilai
dan sikapnya.
Dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani pada anak
berkebutuhan khusus harus disesuaikan dan dibedakan dengan anak normal,
pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani yang diberikan harus dikelola
melalui pengembangan jasmani secara efektif dan efisien menuju pembentukkan
manusia seutuhnya. Menurut Tarigan (2008:33) mengemukakan bahwa:
Siswa yang berkebutuhan khusus memiliki kemampuan gerak yang sangat terbatas dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani. Faktor penting yang harus diperhatikan dalam pembelajaran pendidikan jasmani adaptif adalah semua instruksi harus jelas dan isyarat- isyarat yang diberikan dapat dipahami dengan baik. Pada siswa yang mengalami gangguan pendengaran (tunarungu) proses komunikasi tidak lancar karena siswa tunarungu tidak mampu mendengar intsruksi yang disampaikan oleh guru pendidikan jasmani adaptif. Untuk memperlancar komunikasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani dengan siswa, para guru pendidikan jasmani dapat melakukannya dengan cara melalui isyarat- isyarat melalui tangan.
Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang dapat
kelainan pendengaran atau tunarungu. Dalam standar kompetensi, permainan
sepak bola merupakan mempraktikkan berbagai keterampilan permainan olahraga
dalam bentuk sederhana dan nilai- nilai yang terkandung di dalamnya.
Kompetensi dasar yang ingin dicapai dari permainan sepak bola ini meliputi
mempraktikkan keterampilan bermain salah satu permainan dan olahraga beregu
bola besar serta nilai kerjasama. Mengenai pengertian sepak bola Sucipto dkk.
(1997:7), menjelaskan bahwa:
Sepak bola merupakan permainan beregu, masing- masing regu terdiri dari sebelas pemain dan salah satunya penjaga gawang. Permainan ini hampir seluruhnya dimainkan dengan menggunakan tungkai, kecuali penjaga gawang yang dibolehkan menggunakan lengannya di daerah tendangan hukumannya.
Lebih lanjut Sucipto (1997:7), menjelaskan tujuan permainan sepak bola
adalah
Pemain memasukkan bola sebanyak- banyaknya ke gawang lawan dan berusaha menjaga gawangnya sendiri, agar tidak kemasukkan. Suatu regu dinyatakan menang apabila regu tersebut dapat memasukkan bola terbanyak ke gawang lawannya, dan apabila sama, maka permainan dinyatakan seri atau draw. Ciri dominan gerak dalam permainan sepak bola adalah berlari, melompat, menendang, melempar, dan menagkap.
Permainan sepak bola dilihat dari karakteristiknya merupakan permainan tim,
hal ini menuntut pemainnya untuk memiliki nilai kerjasama yang tinggi. Pada
umumnya siswa dengan kelainan pendengaran tergolong mudah untuk melakukan
aktivitas fisik, sebab secara fisik anggota tubuh mereka tidak mengalami
kekurangan. Namun, yang menjadi permasalahan dasar ialah hambatan anak
tunarungu yang tidak mampu menerima informasi secara verbal, sehingga sulit
untuk meningkatkan nilai kerjasama siswa tunarungu dalam pembelajaran sepak
bola. Hal ini berdampak terhadap hasil belajar siswa. Hasil belajar merupakan
satuan nilai yang menunjukkan keberhasilan selama proses pembelajaran.
Dalam upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran dibutuhkan model
belajar yang dapat membantu siswa tunarungu dalam meningkatkan nilai
kerjasama dan hasil belajar dalam pembelajaran sepak bola. Melalui model
pembelajaran yang tepat, dapat mempermudah guru dalam mencapai tujuan
untuk memberi pemahaman kepada siswa tujuan pembelajaran yang akan
disampaikan. Model pembelajaran yang tepat akan berdampak pada hasil belajar
yang diharapkan.
Salah satu model belajar yang dianggap tepat dalam pembelajaran sepak bola
untuk meningkatkan nilai kerjasama dan hasil belajar bagi siswa tunarungu ialah
melalui model belajar kooperatif. Menurut A. Suprijoyo (2012) ‘Pembelajaran
kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran atau serangkaian strategi yang
khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerjasama
selama proses pembelajaran’.
Selanjutnya menurut Slavin (2008) cooperative learning adalah ‘suatu model
pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil
secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok
heterogen’.
Tipe- tipe dalam model belajar kooperatif meliputi: (1) Student Team
Achievment Division (STAD), (2) Jigsaw, (3) Group Investigation (Investigasi
Kelompok), (4) Make a Match (Membuat Pasangan), dan (5) TGT (Team Games
Tournament), dan Think Pair Share.
Tipe Team Games Tournament (TGT) dianggap tepat untuk diterapkan dalam
pembelajaran sepak bola, mengingat karakteristik permainan sepak bola
merupakan permainan tim.
Model pembelajaran TGT adalah salah satu model pembelajaran kooperatif
yang mudah untuk diterapkan karena tidak memerlukan ruangan dan peralatan
khusus yang dikembangkan oleh DeVries dan Slavin.
TGT sebagai model baru, belum banyak yang mengetahui apalagi
menerapkan dalam pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif TGT
mempunyai banyak manfaat antara lain sebagai alternatif untuk menciptakan
kondisi yang variatif dalam kegiatan belajar mengajar, dapat membantu guru
untuk menyelesaikan masalah dalam pembelajaran, seperti rendahnya minat
belajar siswa, rendahnya aktivitas proses belajar siswa ataupun rendahnya hasil
status, juga melibatkan peran siswa sebagai ”tutor sebaya”, dan mengandung unsur reinforcement.
Jika pada siswa regular penerapan model belajar kooperatif dalam
pembelajaran sepak bola dapat dengan mudah dipahami siswa dan tugas gerak
dapat dengan mudah terpenuhi. Namun, tidak demikian bagi siswa adaptif. Dalam
pembelajaran sepak bola kerjasama tim merupakan faktor pendukung dalam
permainan. Bagi siswa adaptif dengan kelainan tunarungu hal ini sulit untuk
diterapkan, sebab mereka tidak dapat memberi dan menerima sinyal atau tanda
dalam bentuk verbal.
Oleh sebab itu penulis ingin mengetahui pengaruh model belajar kooperatif
tipe Team Games Tournament dalam pembelajaran sepak bola untuk
meningkatkan nilai kerjasama dan hasil belajar siswa tunarungu.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan di atas
maka identifikasi masalah yang dapat dipaparkan yaitu sebagai berikut :
1. Belum diajarkannya aktivitas permainan sepak bola di sekolah berdampak
terhadap rendahnya pengetahuan dan pemahaman siswa dalam melakukan
aktivitas permainan sepak bola dan kurangnya kemampuan siswa dalam
melaksanakan permainan sepak bola.
2. Minat guru yang kurang dalam mencari sumber belajar terkait model
pembelajaran TGT yang berakibat kurangnya pemahaman guru terhadap
model belajar kooperatif tipe Team Games Tournament dan dampaknya
terhadap pembelajaran sepak bola untuk meningkatkan nilai kerjasama dan
hasil belajar.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah penulis
ungkapkan maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah model belajar kooperatif tipe team games tournament dalam
pembelajaran sepak bola berpengaruh terhadap peningkatan kerjasama siswa
2. Apakah model belajar kooperatif tipe team games tournament dalam
pembelajaran sepak bola berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan rumusan masalah, maka
tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran, pengaruh model belajar
kooperatif dalam pembelajaran sepak bola untuk meningkatkan nilai kerjasama
bagi siswa tunarungu. Dan untuk mengkaji tentang pengaruh model belajar
kooperatif dalam pembelajaran sepak bola untuk meningkatkan hasil belajar bagi
siswa tunarungu.
E. Batasan Masalah
Untuk menghindari terjadinya penafsiran yang terlalu luas maka perlu adanya
batasan-batasan sehingga ruang lingkup penelitian jelas. Berdasarkan identifikasi
masalah di atas maka penulis membatasi penelitian sebagai berikut :
1. Model pembelajaran yang digunakan model belajar kooperatif tipe team
games tournament yaitu melalui pembagian kelompok- kelompok kecil
secara kolaboratif dan heterogen.
2. Permasalahan yang dijelaskan yaitu pengaruh model belajar kooperatif tipe
team games tournament dalam pembelajaran sepak bola untuk meningkatkan
nilai kerjasama dan hasil belajar siswa tunarungu.
3. Subjek penelitian ini adalah siswa- siswi SLB Negeri Bagian B Cicendo.
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian diharapkan dapat memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan pengetahuan dan sebagai
informasi untuk perkembangan ilmu pendidikan terutama pada penerapan
model- model pembelajaran untuk meningkatkan proses pembelajaran dan
hasil belajar siswa.
2. Secara Praktis
a. Bagi guru pendidikan jasmani, sebagai sumber informasi dan referensi dalam
pengembangan keilmuan dan menumbuhkan budaya meneliti agar terjadi
b. Bagi siswa, meningkatkan hasil belajar dan solidaritas siswa untuk
menemukan pengetahuan dan mengembangkan wawasan, meningkatkan
kemampuan menganalisis suatu masalah dalam pembelajaran melalui model
belajar kooperatif tipe team games tournament.
G. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya penafsiran yang salah dalam istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, baik judul maupun isi. Maka penulis menjabarkan
dalam definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh
pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau
murid (Sagala, 2006:61). Pembelajaran dalam penelitian ini yaitu pembelajaran
yang diterapkan dalam aktivitas permainan sepak bola bagi siswa tunarungu.
2. Model Kooperatif Team Games Tournament (TGT)
Pembelajaran kooperatif team games tournament merupakan model
pembelajaran mengutamakan adanya kerjasama antara siswa dalam kelompok
untuk mencapai tujuan pembelajaran dan melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, juga melibatkan peran siswa sebagai ”tutor sebaya”, dan mengandung unsur reinforcement (A Suprijoyo, 2012). Model belajar Team
Games Tournament dalam penelitian ini meliputi pengaruh model belajar TGT
dalam pembelajaran aktivitas permainan sepak bola siswa tunarungu.
3. Pendidikan jasmani adaptif
Pendidikan jasmani adaptif adalah suatu program pendidikan jasmani yang
disesuaikan untuk anak- anak yang memiliki kebutuhan khusus yakni anak luar
biasa.( Tarigan, 2008). Pendidikan jasmani adaptif dalam penelitian ini yaitu
proses pembelajaran pendidikan jasmani bagi siswa tunarungu.
4. Sepak Bola
Sepak bola merupakan permainan beregu, masing- masing regu terdiri dari
sebelas pemain dan salah satunya penjaga gawang. Permainan ini hampir
yang dibolehkan menggunakan lengannya di daerah tendangan hukumannya.
(Sucipto, 1999:7). Dalam penelitian ini sepak bola menjadi aktivitas yang akan
diberikan dalam pembelajaran pendidikan jasmani.
5. Tunarungu
Tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan
mendengar sebagian atau seluruhnya, diakibatkan tidak berfungsinya sebagian
atau seluruhnya indera pendengar. (Tarigan,2000:17). Pada penelitian ini siswa
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain dan Jenis Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah one group pre-test- post-test design.
Dalam desain penelitian one group pre-test- post-test design, masing- masing
kelompok sebelum diberi perlakuan dilakukan pre-test untuk mengetahui kondisi
awal sebelum diberi perlakuan. Melalui desain penelitian ini diharapkan hasil
perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan
keadaan sebelum diberi perlakuan.
Gambar 3.1 Desain Penelitian One Group Pre-test- Post-test Design
O1 = nilai pre-test (sebelum diberi
perlakuan)
O2 = nilai post-test (setelah diberi
perlakuan)
(Sumber: Sugiyono, 2012: 110)
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Luar Biasa Negeri Bagian B yang
terletak di Jalan Cicendo No 2 Kota Bandung. Penelitian berlangsung mulai
tanggal 26 Agustus 2013 sampai dengan 27 September 2013.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa- siswi Sekolah Luar Biasa Negeri
Bagian B. Menurut Sugiyono (2012:117) menyatakan bahwa “Populasi adalah wilayah generalisasi yang tediri atas: obyek/ subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.”
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini ialah siswa kelas VII, VIII, IX Sekolah Luar
Biasa Bagian B, sebanyak 18 orang yang teridiri atas siswa laki- laki dan
perempuan, usia 13- 16 tahun. Menurut Sugiyono (2012:118) menyatakan bahwa
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.”
3. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini digunakan teknik
Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu.
D. Variabel dan Paradigma Penelitian
1. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat variabel bebas dan variabel terikat. Menurut
Sugiyono (2012:61), bahwa:
a. Variabel bebas adalah merupakan variabel
yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel terikat.
b. Variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Dari penjelasan diatas maka penelitian ini bermaksud untuk mengungkap
fakta yang mengacu pada variabel bebas dan variabel terikat, yaitu:
Variabel Bebas (X) : Model belajar kooperatif tipe Team Game
Tournament
Variabel Terikat (Y1) : Meningkatkan nilai kerjasama
Variabel Terikat (Y2) : Meningkatkan hasil belajar
2. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian merupakan cara peneliti untuk memfokuskan variabel
yang akan diteiliti. Menurut Sugiyono (2012:65) mengemukakan bahwa “ suatu gejala itu dapat diklasifikasikan, dan hubungan gejala bersifat kausal (sebab
beberapa variabel saja. Pola hubungan antara varibel yang akan diteliti tersebut
selanjutnya disebut sebagai paradigma penelitian.”
Berdasarkan hal tersebut maka paradigma dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.2 Paradigma Penelitian Variabel X:
Model Belajar Kooperatif tipe Team
Games Tournament
Variabel Y1:
Meningkatkan nilai kerjasama
Pengaruh Model Belajar Kooperatif dalam Pembelajaran Sepak Bola
Variabel Y2:
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 1. Teknik Pengumpulan Data
Untuk melaksanakan penelitian dan memperoleh data, maka perlu ditentukan
teknik pengumpulan data yang akan digunakan. Adapun teknik pengumpulan data
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan observasi
berperanserta (participant observation). Menurut Sugiyono (2012:204)
“Observasi beperan serta adalah peneliti terlibat dengan kegiatan sehari- hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.”
Menurut Sugiyono (2012:172) menyatakan bahwa “ Observasi digunakan bila obyek penelitian bersifat perilaku manusia, proses kerja, gejala alam, responden
kecil.”
2. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar observasi dengan
skala pengukuran menggunakan skala likert. Di bawah ini akan diuraikan
karakteristik instrumen penelitian yang akan digunakan. Dalam penelitian ini
digunakan lembar observasi yang diharapkan sebagai alat ukur penelitian yang
digunakan untuk mencapai kebenaran atau mendekati kebenaran. Sehingga dari
lembar observasi ini diharapkan data utama yang berhubungan dengan masalah
penelitian dapat terpecahkan.
Langkah pengolahan data dari skor yang diperoleh pada lembar observasi
adalah dengan memberikan nilai bobot di setiap indikator. Cara pemberian nilai
untuk setiap indikator yang diamati mengikuti format penilaian lembar observasi.
Format penilaian observasi dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut ini
Tabel 3.4 Format Lembar Observasi
Selanjutnya, untuk mempermudah observer dalam memberikan penilaian,
maka dibutuhkan kisi- kisi instrumen. Kisi- kisi instrumen yang digunakan
disajikan dalam Tabel 3.5 dan Tabel 3.6 berikut ini:
Tabel 3.5 Kisi- Kisi Penilaian Kerjasama Siswa dalam Pembelajaran Sepak Bola
Indikator Deskripsi Tingkah Laku Penilaian
Mempertahankan Penguasaan Bola
1. Saling membantu
teman mengoperkan bola dengan akurat.
2. Saling membantu
teman menerima
deskripsi tingkah laku mempertahankan bola muncul.
Nilai 3: Jika 3 (tiga)
deskripsi tingkah laku mempertahankan bola muncul.
Nilai 2: Jika 2 (dua)
deskripsi tingkah laku mempertahankan bola muncul.
Nilai 1: Jika 1 (satu)
deskripsi tingkah laku mempertahankan bola muncul.
Mencari Ruang Kosong 1. Bekerjasama
membantu teman membatasi ruang gerak lawan.
2. Bergantian dengan
teman mengisi
deskripsi tingkah laku mencari ruang kosong muncul.
Nilai 3: Jika 3 (tiga)
deskripsi tingkah laku mencari ruang kosong muncul.
lawan.
deskripsi tingkah laku mencari ruang kosong muncul.
Nilai 1: Jika 1 (satu)
deskripsi tingkah laku mencari ruang kosong muncul.
Mendukung Pembawa Bola
1. Bergantian dengan teman mencari
3. Saling membantu teman mengoperkan bola dengan akurat. 4. Saling membantu
teman menerima bola dengan akurat.
Nilai 4: Jika Seluruh
deskripsi tingkah laku mendukung pembawa bola muncul.
Nilai 3: Jika 3 (tiga)
deskripsi tingkah laku mendukung pembawa bola muncul.
Nilai 2: Jika 2 (dua)
deskripsi tingkah laku mendukung pembawa bola muncul.
Nilai 1: Jika 1 (satu)
deskripsi tingkah laku mendukung pembawa bola muncul.
Menyerang Gawang 1. Bergantian
membantu teman memperluas sudut tembak.
2. Saling membantu
teman mencari
deskripsi tingkah laku menyerang gawang muncul.
Nilai 3: Jika 3 (tiga)
deskripsi tingkah laku menyerang gawang muncul.
lawan.
4. Bekerjasama
menciptakan ruang serangan.
deskripsi tingkah laku menyerang gawang muncul.
Nilai 1: Jika 1 (satu)
deskripsi tingkah laku menyerang gawang muncul.
Tabel 3.6 Kisi- Kisi Penilaian Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Sepak
Bola
Indikator Deskripsi Tingkah Laku Penilaian
Mempertahankan
3. Menggiring bola dengan
menggunakan kaki bagian dalam. 4. Menghalau bola dari
kejaran lawan.
Nilai 4: Jika Seluruh
deskripsi tingkah laku mempertahankan bola muncul.
Nilai 3: Jika 3 (tiga)
deskripsi tingkah laku mempertahankan bola muncul.
Nilai 2: Jika 2 (dua)
deskripsi tingkah laku mempertahankan bola muncul.
Nilai 1: Jika 1 (satu)
deskripsi tingkah laku mempertahankan bola muncul.
Mencari Ruang Kosong 1. Mengoper dan menerima bola
deskripsi tingkah laku mencari ruang kosong muncul.
Nilai 3: Jika 3 (tiga)
deskripsi tingkah laku mencari ruang kosong muncul.
Nilai 2: Jika 2 (dua)
Nilai 1: Jika 1 (satu)
deskripsi tingkah laku mencari ruang kosong muncul.
deskripsi tingkah laku mendukung pembawa bola muncul.
Nilai 3: Jika 3 (tiga)
deskripsi tingkah laku mendukung pembawa bola muncul.
Nilai 2: Jika 2 (dua)
deskripsi tingkah laku mendukung pembawa bola muncul.
Nilai 1: Jika 1 (satu)
deskripsi tingkah laku mendukung pembawa bola muncul.
Menyerang Gawang 1. Menembakkan bola ke gawang.
2. Mengecoh penjaga gawang.
3. Menggiring bola dengan cepat.
4. Mengoper dan menerima bola dengan akurat.
Nilai 4: Jika Seluruh
deskripsi tingkah laku menyerang gawang muncul.
Nilai 3: Jika 3 (tiga)
deskripsi tingkah laku menyerang gawang muncul.
Nilai 2: Jika 2 (dua)
Nilai 1: Jika 1 (satu)
deskripsi tingkah laku menyerang gawang muncul.
(Sumber: Diolah dari Beltasar Tarigan. 2001)
Lembar observasi yang digunakan menggunakan pengukuran skala Likert.
Menurut Sugiyono (2012: 134) menyatakan bahwa “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang
kejadian atau gejala sosial.”
Dalam menjawab skala Likert ini, observer hanya memberi tanda, misalnya
checklist atau tanda silang pada kemungkinan skala yang dipilihnya sesuai dengan
nilai yang akan diberikan.
Selanjutnya lembar observasi yang telah diisi observer perlu dilakukan
penilaian atau skoring. Untuk pemberian skor pada skala Likert didasarkan atas
empat katergori dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut ini:
Tabel 3.7 Skor Kategori Skala Likert
Sangat Baik Baik Tidak Baik Sangat Tidak Baik
4 3 2 1
(Sumber: Sugiyono. 2012)
3. Intepretasi Skor
Nilai rata- rata yang diperoleh dari lembar observasi. selanjutnya
diintepretasikan atau dikategorikan. Cara menggolongkan nilai rata- rata ke dalam
empat kategori. Kategori yang digunakan yaitu sangat baik, baik, cukup dan
kurang sekali.
Penentuan kategori ini dilakukan dengan menetapkan skor menjadi dua batas
tertinggi dan batas terendah. Hal tersebut dilakukan karena skor dua merupakan
nilai tengah yang terdapat pada rentang skor skala Likert. Kategorisasi
Tabel 3.8 Kategoriasi Nilai Rata- Rata
No Rentang Skor Kategori
1. 16 Sangat Baik
2. 12- 15 Baik
3. 8- 11 Cukup
4. 4- 7 Kurang Sekali
Tahapan selanjutnya yaitu menentukan atau menginterpretasikan sikap yang
muncul dalam kegiatan pembelajaran. Metode rating yang dijumlahkan
merupakan salah satu perhitungan yang digunakan untuk menentukan interpretasi
sikap yang muncul selama pembelajaran. Langkah pertama yang dilakukan yaitu
menjumlahkan skor dari setiap indikator dari suatu skala Likert.
Skala Likert yang berjumlah 4 indikator, akan menghasilkan nilai rata- rata
terendah sebesar 4 dan nilai rata- rata tertinggi berada di sekitar 16.
F. Teknik Analisis Data
Data yang telah didapat kemudian diolah dan dianalisis untuk dibuat
generalisasinya. Tujuan yang ingin dicapai dengan analisis data ini adalah untuk
mesederhanakan data ke dalam bentuk yang dapat dimengerti dan ditafsirkan,
sehingga hubungan- hubungan yang ada dalam variable dapat dipelajari dan diuji.
Untuk mesedeharnakan data dipakai ilmu statistik dengan bantuan program
statistik Microsoft Excel 2013.
Secara garis besar teknik analisis data meliputi langkah- langkah, sebagai
berikut:
1. Validitas Instrumen
Pengujian validitas skala yang digunakan pada lembar observasi ini dilakukan
berdasarkan judgemen pembimbing sehingga tidak dilakukan perhitungan uji coba
secara statistik. Uji coba yang dilakukan pada lembar observasi ini tebatas pada
2. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang kita olah
berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas yang
digunakan ialah dengan perhitungan Chi Kuadrat (χ2).
Dengan taraf nyata = 0, 05, dk = n- k. Selanjutnya, hasil perhitungan chi
kuadrat dibandingkan antara χ2 hitung dengan χ2 tabel. Jika χ2 hitung > χ2 tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, sebaliknya, jika χ2 hitung < χ2 tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak. Rumus perhitungan Chi Kuadrat:
Dengan:
χ2
= chi kuadrat
Oi = frekuensi hasil pengamatan
Ei = frekuensi yang diharapkan
(Sumber: Sugiyono, 2012)
3. Pengujian Hipotesis- Uji 1 Pihak
Pengujian hipotesis ini menggunakan uji satu pihak. Pengujian hipotesis satu
pihak merupakan proses pengujian generalisasi hasil penelitian yang didasarkan
pada satu sampel. Rumus uji t satu pihak adalah sebagai berikut:
t
(Sugiyono, 2012: 250)
Dimana:
t : nilai t yang dihitung
x : nilai rata-rata sampel µ : nilai yang dihipotesiskan
s : simpangan baku
Kesimpulan yang akan dihasilkan adalah apakah hipotesis yang diuji dapat
digeneralisasikan atau tidak, bila H1 diterima berarti pengujian hipotesis dapat
digeneralisasikan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan rumus
uji- t satu pihak, uji- t digunakan karena simpangan baku populasi belum
diketahui. Untuk mengetahui apakah hipotesis dapat digeneralisasikan yaitu
dengan membandingkan harga t hitung dengan t tabel dengan dk= n- 1 dan
α=0,05. Kriteria pengujian dalam penelitian ini adalah: Terima H1 bila harga thitung > ttabel
Dari kriteria tersebut dapat diuraiakan sebagai berikut:
Jika harga t hitung jatuh pada daerah penerimaan H1, maka H1 yang
menyatakan bahwa model belajar kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran sepak
bola dapat meningkatkan nilai kerjasama dan hasil belajar siswa tunarungu dapat
diterima dan digeneralisasikan.
G. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan mulai 26 Agustus 2013 sampai dengan 27
September 2013. Rincian kegiatan penelitian dapat dilihat pada Tabel 3. 9 berikut
ini:
Tabel 3. 9 Rincian Kegiatan Pelaksanaan Penelitian
Hari Waktu Tanggal Tempat Kegiatan
1
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data penelitian pada Bab IV, maka ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Model belajar kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran sepak bola
berpengaruh terhadap peningkatan kerjasama siswa tunarungu.
2. Model belajar kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran sepak bola
berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa tunarungu.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan yang telah
dikemukakan, berikut ini adalah beberapa saran yang diharapkan dapat menjadi
masukkan dan bahan pertimbangan terhadap pengaruh model belajar kooperatif
dalam pembelajaran sepak bola bagi siswa tunarungu, yaitu
1. Hendaknya guru menggunakan model belajar koopertaif tipe TGT dalam
pembelajaran sepak bola
2. Dalam menerapkan model belajar sebaiknya disesuaikan dengan
DAFTAR PUSTAKA
Syarifuddin Aip dan Muhadi. (1993). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Dirjen PT, Depdikbud.
Arikunto, S. (2008). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Bandung: Penerbit Rineka Cipta.
Azwar, S. (1999). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sagala (2006). Pengantar Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: P.T New Aqua Press.
Abduljabar, Bambang. (2010). Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual dalam
Pendidikan Jasmani. Bandung: Rizqi Press.
Suprijoyo, A. (2012). Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tarigan, Beltasar. (2009). Modul Pendidikan Jasmani Adaptif. Bandung: FPOK- UPI.
Isjoni. (2010). Cooperative Learning: Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.
Sucipto. (1997). Permainan Sepak Bola. Bandung: FPOK- UPI.
Riduwan. (2011). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Trianto. (2007). Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya.
Slavin, E Robert. (2008). Cooperative Learning. Bandung: Grafindo.
Abduljabar, Bambang (2011). Modul Pedagogi Olahraga Seri: Konsep dan
Pendekatan Pengajaran. Bandung: FPOK- UPI.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Darsono (2004). Konsep Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Ilmu.
Tarigan, Beltasar. (2009). Optimalisasi Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Berlandaskan Ilmu Faal Olahraga. Bandung: FPOK- UPI.
Juliantine, Tite dkk. (2011). Perencanaa Pembelajaran. Bandung: FPOK- UPI.
Schaum. (1961). Statistic. United Kingdom: McGraw Hill Book Company.
Suarjana. (2000). Cooperative Learning: Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
Subroto, Toto. (2010). Didaktik Metodik Pembelajaran Permainan. Bandung: FPOK- UPI.
Tarigan, Beltasar. (2001). Pendekatan Pembelajaran Taktis dalam Pembelajaran
Sepak Bola. Bandung: FPOK- UPI.
Nn. (2009). Model Pembelajaran Kooperatif Metode Team Games Tournament
(TGT).