• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL BELAJAR KOOPERATIF DALAM PEMBELAJARAN SEPAK BOLA UNTUK MENINGKATKAN NILAI KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA TUNARUNGU.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL BELAJAR KOOPERATIF DALAM PEMBELAJARAN SEPAK BOLA UNTUK MENINGKATKAN NILAI KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA TUNARUNGU."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL BELAJAR KOOPERATIF DALAM PEMBELAJARAN SEPAK BOLA UNTUK MENINGKATKAN NILAI

KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA TUNARUNGU

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan Rekreasi

Oleh

FEBRIANA PRATIWI 0906172

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

PENGARUH MODEL BELAJAR KOOPERATIF DALAM PEMBELAJARAN SEPAK BOLA UNTUK MENINGKATKAN NILAI

KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA

Oleh:

FEBRIANA PRATIWI

Sebuah Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan Rekreasi

©Febriana Pratiwi 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Maret 2014

@Hak cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian

(3)

LEMBAR PENGESAHAN FEBRIANA PRATIWI

0906172

PENGARUH MODEL BELAJAR KOOPERATIF DALAM PEMBELAJARAN SEPAK BOLA UNTUK MENINGKATKAN NILAI

KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA TUNARUNGU

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING: Pembimbing I

Prof. Dr. Beltasar Tarigan, MS. AIFO NIP. 1956030319830331005

Pembimbing II

Dr. Nuryadi, M.Pd. NIP. 197101171998021001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

ABSTRAK

Febriana Pratiwi. Nim 0906172. Skripsi:Pengaruh Model Belajar Kooperatif Dalam Pembelajaran Sepak Bola Untuk Meningkatkan Nilai Kerjasama Dan Hasil Belajar Siswa Tunarungu. Skripsi ini dibimbing oleh Pembimbing I Prof. Dr. Beltasar Tarigan, M.S AIFO. Pembimbing II Dr. Nuryadi, M.Pd

Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran, pengaruh model belajar kooperatif tipe TGT pada pembelajaran sepak bola dalam meningkatkan nilai kerjasama dan hasil belajar siswa tunarungu. Populasi adalah siswa-siswi di SLB Negeri Bagian B Cicendo Bandung, sedangkan sampel adalah siswa-siswi kelas VII, VIII, dan IX tahun ajaran 2013/2014 sebanyak 18 siswa, usia rata- rata 13- 16 tahun. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi, Persyaratan uji analisis data menggunakan uji normalitas data dengan rumus Chi Kuadrat, analisis untuk menguji hipotesis menggunakan rumus uji- t satu pihak. Hasil analisis menunjukkan nilai rata- rata pre-test kerjasama siswa dalam kategori kurang sekali yaitu 6,83, sedangkan rata-rata post-test berada dalam kategori cukup yaitu 9,33. Rata- rata nilai kerjasama pada saat pretest dan

post-test menunjukkan rata- rata peningkatan sebesar 2,5, dan nilai rata-rata pre-test hasil belajar siswa tunarungu berada dalam kategori kurang sekali yaitu 6,61,

sedangkan nilai rata- rata post test berada dalam kategori cukup yaitu 9,72. Rata- rata hasil belajar siswa pada saat pretest dan post-test menunjukkan rata- rata peningkatan sebesar 3,11. Kesimpulan bahwa (1) model belajar kooperatif tipe

TGT dalam pembelajaran sepak bola berpengaruh terhadap peningkatan nilai

(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK……….i

KATA PENGANTAR………..ii

UCAPAN TERIMAKASIH ………....iii

DAFTAR ISI……….v

B. Identifikasi Masalah………...5

C. Rumusan Masalah……….. 5

D. Tujuan Penelitian………6

E. Batasan Masalah……….6

F. Manfaat Penelitian………..7

G. Definisi Operasional………...7

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN……….9

A. Kajian Teoritis………9

1. Hakikat Pembelajaran Secara Umum……… 9

a. Pengertian Pembelajaran……….. 9

b. Ciri- ciri Pembelajaran………. 10

2. Konsep Pendidikan Jasmani………..11

a. Hakikat Pendidikan Jasmani………....11

b. Konsep Pembelajaran Pendidikan Jasmani……….. 12

3. Pengertian Pendidikan Jasmani Adaptif……….13

a. Tujuan Pendidikan Jasmani Adaptif……….13

b. Peran dan Fungsi Pendidikan Jasmani Adaptif ………14

4. Model- Model Belajar dalam Pendidikan Jasmani Adaptif……...14

a. Macam- Macam Model Belajar Pendidikan Jasmani……….. 14

5. Pengertian Permainan Sepak Bola………. 22

a. Pengertian Sepak Bola………..22

b. Karakteristik Gerak Permainan Sepak Bola……….23

6. Hasil Belajar dalam Pendidikan Jasmani Adaptif……….. 24

a. Perkembangan Kognitif………24

b. Perkembangan Afektif………..24

(6)

B. Anggapan Dasar……….. 27

C. Hipotesis Penelitian………. 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………...28

A.Desain dan Jenis Penelitian………...28

B.Lokasi Penelitian………...28

C.Populasi dan Sampel……….28

D.Variabel dan Paradigma Penelitian………...29

E.Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian………...31

F. Teknik Analisis Data……….38

G.Jadwal Pelaksanaan Penelitian………..40

BAB IV HASIL DAN DISKUSI TEMUAN………...42

A. Hasil Pengolahan Data dan Pembahasan…..………. 42

1. Hasil Pengolahan Data Nilai Kerjasama……….. 43

2. Hasil Pengolahan Data Hasil Belajar………... 45

B. Diskusi Temuan………..48

1. Model Belajar Kooperatif Tipe TGT dalam Pembelajaran Sepak Bola untuk Meningkatkan Nilai Kerjasama Siswa Tunarungu……….48

2. Model Belajar Kooperatif Tipe TGT dalam Pembelajaran Sepak Bola untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tunarungu…………..49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………... 51

A. Kesimpulan……….51

B. Saran………...51

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Contoh Perhitungan Poin Game dan Tournament untuk Empat Pemain..20

Tabel 2.2 Contoh Kriteria Penentuan Penghargaan Kelompok……… 21

Tabel 2.3 Indikator Nilai Kerjasama dalam Pembelajaran Sepak Bola……… 24

Tabel 2.4 Indikator Keterampilan dalam Pembelajaran Sepak Bola……… 26

Tabel 3.4 Format Lembar Observasi………. 31

Tabel 3.5 Kisi- Kisi Penilaian Kerjasama Siswa………...32

Tabel 3.6 Kisi- Kisi Penilaian Hasil Belajar Siswa………... 35

Tabel 3.7 Skor Kategori Skala Likert………37

Tabel 3.8 Kategorisasi Nilai Rata- Rata……… 38

Tabel 3.9 Rincian Kegiatan Pelaksanaan Penelitian………. 40

Tabel 4.1 Deskriptif Hasil Pre-test dan Post-test Nilai Kerjasama……….. 42

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Pre-test dan Post-test Nilai Kerjasama………….. 44

Tabel 4.3 Hasil Uji Pengaruh Satu Pihak (Uji-t) Nilai Kerjasama……… 45

Tabel 4.4 Deskriptif Hasil Pre-test dan Post-test Hasil Belajar……… 45

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Pre-test dan Post-test Hasil Belajar……… 47

(8)

DAFTAR GAMBAR

(9)

DAFTAR BAGAN

(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Anak- anak pada umumnya memiliki kecenderungan ingin selalu bergerak.

Bergerak bagi anak- anak merupakan salah satu bagian yang sangat penting di

dalam hidupnya. Berbagai bentuk dan corak gerakan yang diperoleh anak-

anak, merupakan dasar di dalam memasuki tahap- tahap perkembangannya, baik

perkembangan yang berhubungan dengan pengetahuan, nilai dan sikap, maupun

gerak itu sendiri (kognitif, afektif dan psikomotor). Oleh karena itu, kepada anak-

anak hendaknya diberikan kesempatan yang cukup untuk mencoba melakukan

berbagai bentuk gerakan, agar mereka memperoleh berbagai pengalaman.

Keberhasilan anak- anak dalam belajar keterampilan gerak, ditentukan oleh

faktor- faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi terjadinya perubahan pada

diri anak. Salah satu usaha untuk mewujudkan keberhasilan anak dalam belajar

keterampilan gerak, adalah melalui program pendidikan jasmani di sekolah.

Pendidikan jasmani berkontribusi membawa siswa semakin banyak tahu

tentang hakekat aktivitas jasmani, permainan, dan olahraga serta bersedia

beraktivitas jasmani di saat kini dan mendatang, yang berdampak pada

meningkatnya kebugaran siswa, sehingga dapat mengantarkan siswa meraih

kualitas hidup lebih baik.

Setiap anak berhak untuk mengaktualisasi diri melalui gerak tubuhnya, tak

terkecuali siswa dengan kebutuhan khusus atau disabilitas. Anak berkebutuhan

khusus (ABK) berhak untuk mendapatkan pembelajaran pendidikan jasmani

disetiap tingkat pendidikan. Tarigan (2008:12), mengemukakan bahwa:

Anak luar biasa dalam lingkungan pendidikan dapat diartikan seseorang yang memiliki ciri- ciri penyimpangan mental, fisik, emosi, tingkah laku yang membutuhkan modifikasi dan pelayanan khusus agar dapat berkembang secara maksimal semua potensi yang dimilikinya.

Dari penjelasan tersebut dapat digambarkan bahwa terdapat perbedaan fisik

dan mental antara anak normal dengan anak luar biasa. Anak luar biasa tidak bisa

(11)

atau berolahraga. Maka dari itu dibutuhkan suatu penyesuaian dalam pendidikan

jasmani bagi anak berkebutuhan khusus, yakni pendidikan jasmani adaptif.

Selain untuk mengembangkan fisiknya, pendidikan jasmani adaptif diberikan untuk mengembangkan mental siswa, dalam hal ini Tarigan (2008:15) menjelaskan tentang tujuan pendidikan jasmani adaptif adalah ‘Pendidikan jasmani adaptif bertujuan untuk merangsang perkembangan anak secara menyeluruh, dan diantara aspek penting yang dikembangkan adalah konsep diri yang positif’.

Pada dasarnya manusia melakukan kegiatan olahraga mempunyai maksud

dan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup. Artinya setiap manusia

mempunyai kesempatan yang sama untuk meningkatkan kualitas hidupnya, baik

untuk manusia normal maupun yang berkebutuhan khusus.

Program pembelajaran pendidikan jasmani adaptif yang diselenggarakan di

Sekolah Luar Biasa (SLB) melalui bentuk permainan dan olahraga, akan

memberikan sumbangan yang sangat besar bagi anak- anak sekolah luar biasa

terhadap pengembangan kemampuan atau kebugaran jasmaninya. Hal ini

merupakan sarana untuk memacu pengembangan kemampuan pengetahuan, nilai

dan sikapnya.

Dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani pada anak

berkebutuhan khusus harus disesuaikan dan dibedakan dengan anak normal,

pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani yang diberikan harus dikelola

melalui pengembangan jasmani secara efektif dan efisien menuju pembentukkan

manusia seutuhnya. Menurut Tarigan (2008:33) mengemukakan bahwa:

Siswa yang berkebutuhan khusus memiliki kemampuan gerak yang sangat terbatas dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani. Faktor penting yang harus diperhatikan dalam pembelajaran pendidikan jasmani adaptif adalah semua instruksi harus jelas dan isyarat- isyarat yang diberikan dapat dipahami dengan baik. Pada siswa yang mengalami gangguan pendengaran (tunarungu) proses komunikasi tidak lancar karena siswa tunarungu tidak mampu mendengar intsruksi yang disampaikan oleh guru pendidikan jasmani adaptif. Untuk memperlancar komunikasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani dengan siswa, para guru pendidikan jasmani dapat melakukannya dengan cara melalui isyarat- isyarat melalui tangan.

Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang dapat

(12)

kelainan pendengaran atau tunarungu. Dalam standar kompetensi, permainan

sepak bola merupakan mempraktikkan berbagai keterampilan permainan olahraga

dalam bentuk sederhana dan nilai- nilai yang terkandung di dalamnya.

Kompetensi dasar yang ingin dicapai dari permainan sepak bola ini meliputi

mempraktikkan keterampilan bermain salah satu permainan dan olahraga beregu

bola besar serta nilai kerjasama. Mengenai pengertian sepak bola Sucipto dkk.

(1997:7), menjelaskan bahwa:

Sepak bola merupakan permainan beregu, masing- masing regu terdiri dari sebelas pemain dan salah satunya penjaga gawang. Permainan ini hampir seluruhnya dimainkan dengan menggunakan tungkai, kecuali penjaga gawang yang dibolehkan menggunakan lengannya di daerah tendangan hukumannya.

Lebih lanjut Sucipto (1997:7), menjelaskan tujuan permainan sepak bola

adalah

Pemain memasukkan bola sebanyak- banyaknya ke gawang lawan dan berusaha menjaga gawangnya sendiri, agar tidak kemasukkan. Suatu regu dinyatakan menang apabila regu tersebut dapat memasukkan bola terbanyak ke gawang lawannya, dan apabila sama, maka permainan dinyatakan seri atau draw. Ciri dominan gerak dalam permainan sepak bola adalah berlari, melompat, menendang, melempar, dan menagkap.

Permainan sepak bola dilihat dari karakteristiknya merupakan permainan tim,

hal ini menuntut pemainnya untuk memiliki nilai kerjasama yang tinggi. Pada

umumnya siswa dengan kelainan pendengaran tergolong mudah untuk melakukan

aktivitas fisik, sebab secara fisik anggota tubuh mereka tidak mengalami

kekurangan. Namun, yang menjadi permasalahan dasar ialah hambatan anak

tunarungu yang tidak mampu menerima informasi secara verbal, sehingga sulit

untuk meningkatkan nilai kerjasama siswa tunarungu dalam pembelajaran sepak

bola. Hal ini berdampak terhadap hasil belajar siswa. Hasil belajar merupakan

satuan nilai yang menunjukkan keberhasilan selama proses pembelajaran.

Dalam upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran dibutuhkan model

belajar yang dapat membantu siswa tunarungu dalam meningkatkan nilai

kerjasama dan hasil belajar dalam pembelajaran sepak bola. Melalui model

pembelajaran yang tepat, dapat mempermudah guru dalam mencapai tujuan

(13)

untuk memberi pemahaman kepada siswa tujuan pembelajaran yang akan

disampaikan. Model pembelajaran yang tepat akan berdampak pada hasil belajar

yang diharapkan.

Salah satu model belajar yang dianggap tepat dalam pembelajaran sepak bola

untuk meningkatkan nilai kerjasama dan hasil belajar bagi siswa tunarungu ialah

melalui model belajar kooperatif. Menurut A. Suprijoyo (2012) ‘Pembelajaran

kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran atau serangkaian strategi yang

khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerjasama

selama proses pembelajaran’.

Selanjutnya menurut Slavin (2008) cooperative learning adalah ‘suatu model

pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil

secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok

heterogen’.

Tipe- tipe dalam model belajar kooperatif meliputi: (1) Student Team

Achievment Division (STAD), (2) Jigsaw, (3) Group Investigation (Investigasi

Kelompok), (4) Make a Match (Membuat Pasangan), dan (5) TGT (Team Games

Tournament), dan Think Pair Share.

Tipe Team Games Tournament (TGT) dianggap tepat untuk diterapkan dalam

pembelajaran sepak bola, mengingat karakteristik permainan sepak bola

merupakan permainan tim.

Model pembelajaran TGT adalah salah satu model pembelajaran kooperatif

yang mudah untuk diterapkan karena tidak memerlukan ruangan dan peralatan

khusus yang dikembangkan oleh DeVries dan Slavin.

TGT sebagai model baru, belum banyak yang mengetahui apalagi

menerapkan dalam pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif TGT

mempunyai banyak manfaat antara lain sebagai alternatif untuk menciptakan

kondisi yang variatif dalam kegiatan belajar mengajar, dapat membantu guru

untuk menyelesaikan masalah dalam pembelajaran, seperti rendahnya minat

belajar siswa, rendahnya aktivitas proses belajar siswa ataupun rendahnya hasil

(14)

status, juga melibatkan peran siswa sebagai ”tutor sebaya”, dan mengandung unsur reinforcement.

Jika pada siswa regular penerapan model belajar kooperatif dalam

pembelajaran sepak bola dapat dengan mudah dipahami siswa dan tugas gerak

dapat dengan mudah terpenuhi. Namun, tidak demikian bagi siswa adaptif. Dalam

pembelajaran sepak bola kerjasama tim merupakan faktor pendukung dalam

permainan. Bagi siswa adaptif dengan kelainan tunarungu hal ini sulit untuk

diterapkan, sebab mereka tidak dapat memberi dan menerima sinyal atau tanda

dalam bentuk verbal.

Oleh sebab itu penulis ingin mengetahui pengaruh model belajar kooperatif

tipe Team Games Tournament dalam pembelajaran sepak bola untuk

meningkatkan nilai kerjasama dan hasil belajar siswa tunarungu.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan di atas

maka identifikasi masalah yang dapat dipaparkan yaitu sebagai berikut :

1. Belum diajarkannya aktivitas permainan sepak bola di sekolah berdampak

terhadap rendahnya pengetahuan dan pemahaman siswa dalam melakukan

aktivitas permainan sepak bola dan kurangnya kemampuan siswa dalam

melaksanakan permainan sepak bola.

2. Minat guru yang kurang dalam mencari sumber belajar terkait model

pembelajaran TGT yang berakibat kurangnya pemahaman guru terhadap

model belajar kooperatif tipe Team Games Tournament dan dampaknya

terhadap pembelajaran sepak bola untuk meningkatkan nilai kerjasama dan

hasil belajar.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah penulis

ungkapkan maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah model belajar kooperatif tipe team games tournament dalam

pembelajaran sepak bola berpengaruh terhadap peningkatan kerjasama siswa

(15)

2. Apakah model belajar kooperatif tipe team games tournament dalam

pembelajaran sepak bola berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar

(16)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan rumusan masalah, maka

tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran, pengaruh model belajar

kooperatif dalam pembelajaran sepak bola untuk meningkatkan nilai kerjasama

bagi siswa tunarungu. Dan untuk mengkaji tentang pengaruh model belajar

kooperatif dalam pembelajaran sepak bola untuk meningkatkan hasil belajar bagi

siswa tunarungu.

E. Batasan Masalah

Untuk menghindari terjadinya penafsiran yang terlalu luas maka perlu adanya

batasan-batasan sehingga ruang lingkup penelitian jelas. Berdasarkan identifikasi

masalah di atas maka penulis membatasi penelitian sebagai berikut :

1. Model pembelajaran yang digunakan model belajar kooperatif tipe team

games tournament yaitu melalui pembagian kelompok- kelompok kecil

secara kolaboratif dan heterogen.

2. Permasalahan yang dijelaskan yaitu pengaruh model belajar kooperatif tipe

team games tournament dalam pembelajaran sepak bola untuk meningkatkan

nilai kerjasama dan hasil belajar siswa tunarungu.

3. Subjek penelitian ini adalah siswa- siswi SLB Negeri Bagian B Cicendo.

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian diharapkan dapat memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan pengetahuan dan sebagai

informasi untuk perkembangan ilmu pendidikan terutama pada penerapan

model- model pembelajaran untuk meningkatkan proses pembelajaran dan

hasil belajar siswa.

2. Secara Praktis

a. Bagi guru pendidikan jasmani, sebagai sumber informasi dan referensi dalam

pengembangan keilmuan dan menumbuhkan budaya meneliti agar terjadi

(17)

b. Bagi siswa, meningkatkan hasil belajar dan solidaritas siswa untuk

menemukan pengetahuan dan mengembangkan wawasan, meningkatkan

kemampuan menganalisis suatu masalah dalam pembelajaran melalui model

belajar kooperatif tipe team games tournament.

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya penafsiran yang salah dalam istilah yang

digunakan dalam penelitian ini, baik judul maupun isi. Maka penulis menjabarkan

dalam definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh

pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau

murid (Sagala, 2006:61). Pembelajaran dalam penelitian ini yaitu pembelajaran

yang diterapkan dalam aktivitas permainan sepak bola bagi siswa tunarungu.

2. Model Kooperatif Team Games Tournament (TGT)

Pembelajaran kooperatif team games tournament merupakan model

pembelajaran mengutamakan adanya kerjasama antara siswa dalam kelompok

untuk mencapai tujuan pembelajaran dan melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, juga melibatkan peran siswa sebagai ”tutor sebaya”, dan mengandung unsur reinforcement (A Suprijoyo, 2012). Model belajar Team

Games Tournament dalam penelitian ini meliputi pengaruh model belajar TGT

dalam pembelajaran aktivitas permainan sepak bola siswa tunarungu.

3. Pendidikan jasmani adaptif

Pendidikan jasmani adaptif adalah suatu program pendidikan jasmani yang

disesuaikan untuk anak- anak yang memiliki kebutuhan khusus yakni anak luar

biasa.( Tarigan, 2008). Pendidikan jasmani adaptif dalam penelitian ini yaitu

proses pembelajaran pendidikan jasmani bagi siswa tunarungu.

4. Sepak Bola

Sepak bola merupakan permainan beregu, masing- masing regu terdiri dari

sebelas pemain dan salah satunya penjaga gawang. Permainan ini hampir

(18)

yang dibolehkan menggunakan lengannya di daerah tendangan hukumannya.

(Sucipto, 1999:7). Dalam penelitian ini sepak bola menjadi aktivitas yang akan

diberikan dalam pembelajaran pendidikan jasmani.

5. Tunarungu

Tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan

mendengar sebagian atau seluruhnya, diakibatkan tidak berfungsinya sebagian

atau seluruhnya indera pendengar. (Tarigan,2000:17). Pada penelitian ini siswa

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain dan Jenis Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah one group pre-test- post-test design.

Dalam desain penelitian one group pre-test- post-test design, masing- masing

kelompok sebelum diberi perlakuan dilakukan pre-test untuk mengetahui kondisi

awal sebelum diberi perlakuan. Melalui desain penelitian ini diharapkan hasil

perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan

keadaan sebelum diberi perlakuan.

Gambar 3.1 Desain Penelitian One Group Pre-test- Post-test Design

O1 = nilai pre-test (sebelum diberi

perlakuan)

O2 = nilai post-test (setelah diberi

perlakuan)

(Sumber: Sugiyono, 2012: 110)

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Luar Biasa Negeri Bagian B yang

terletak di Jalan Cicendo No 2 Kota Bandung. Penelitian berlangsung mulai

tanggal 26 Agustus 2013 sampai dengan 27 September 2013.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa- siswi Sekolah Luar Biasa Negeri

Bagian B. Menurut Sugiyono (2012:117) menyatakan bahwa “Populasi adalah wilayah generalisasi yang tediri atas: obyek/ subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya.”

(20)

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini ialah siswa kelas VII, VIII, IX Sekolah Luar

Biasa Bagian B, sebanyak 18 orang yang teridiri atas siswa laki- laki dan

perempuan, usia 13- 16 tahun. Menurut Sugiyono (2012:118) menyatakan bahwa

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.”

3. Teknik Sampling

Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk

menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini digunakan teknik

Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu.

D. Variabel dan Paradigma Penelitian

1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat variabel bebas dan variabel terikat. Menurut

Sugiyono (2012:61), bahwa:

a. Variabel bebas adalah merupakan variabel

yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel terikat.

b. Variabel terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Dari penjelasan diatas maka penelitian ini bermaksud untuk mengungkap

fakta yang mengacu pada variabel bebas dan variabel terikat, yaitu:

Variabel Bebas (X) : Model belajar kooperatif tipe Team Game

Tournament

Variabel Terikat (Y1) : Meningkatkan nilai kerjasama

Variabel Terikat (Y2) : Meningkatkan hasil belajar

2. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian merupakan cara peneliti untuk memfokuskan variabel

yang akan diteiliti. Menurut Sugiyono (2012:65) mengemukakan bahwa “ suatu gejala itu dapat diklasifikasikan, dan hubungan gejala bersifat kausal (sebab

(21)

beberapa variabel saja. Pola hubungan antara varibel yang akan diteliti tersebut

selanjutnya disebut sebagai paradigma penelitian.”

Berdasarkan hal tersebut maka paradigma dalam penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.2 Paradigma Penelitian Variabel X:

Model Belajar Kooperatif tipe Team

Games Tournament

Variabel Y1:

Meningkatkan nilai kerjasama

Pengaruh Model Belajar Kooperatif dalam Pembelajaran Sepak Bola

Variabel Y2:

(22)

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 1. Teknik Pengumpulan Data

Untuk melaksanakan penelitian dan memperoleh data, maka perlu ditentukan

teknik pengumpulan data yang akan digunakan. Adapun teknik pengumpulan data

yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan observasi

berperanserta (participant observation). Menurut Sugiyono (2012:204)

“Observasi beperan serta adalah peneliti terlibat dengan kegiatan sehari- hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.”

Menurut Sugiyono (2012:172) menyatakan bahwa “ Observasi digunakan bila obyek penelitian bersifat perilaku manusia, proses kerja, gejala alam, responden

kecil.”

2. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar observasi dengan

skala pengukuran menggunakan skala likert. Di bawah ini akan diuraikan

karakteristik instrumen penelitian yang akan digunakan. Dalam penelitian ini

digunakan lembar observasi yang diharapkan sebagai alat ukur penelitian yang

digunakan untuk mencapai kebenaran atau mendekati kebenaran. Sehingga dari

lembar observasi ini diharapkan data utama yang berhubungan dengan masalah

penelitian dapat terpecahkan.

Langkah pengolahan data dari skor yang diperoleh pada lembar observasi

adalah dengan memberikan nilai bobot di setiap indikator. Cara pemberian nilai

untuk setiap indikator yang diamati mengikuti format penilaian lembar observasi.

Format penilaian observasi dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut ini

Tabel 3.4 Format Lembar Observasi

(23)

Selanjutnya, untuk mempermudah observer dalam memberikan penilaian,

maka dibutuhkan kisi- kisi instrumen. Kisi- kisi instrumen yang digunakan

disajikan dalam Tabel 3.5 dan Tabel 3.6 berikut ini:

Tabel 3.5 Kisi- Kisi Penilaian Kerjasama Siswa dalam Pembelajaran Sepak Bola

Indikator Deskripsi Tingkah Laku Penilaian

Mempertahankan Penguasaan Bola

1. Saling membantu

teman mengoperkan bola dengan akurat.

2. Saling membantu

teman menerima

deskripsi tingkah laku mempertahankan bola muncul.

Nilai 3: Jika 3 (tiga)

deskripsi tingkah laku mempertahankan bola muncul.

Nilai 2: Jika 2 (dua)

deskripsi tingkah laku mempertahankan bola muncul.

Nilai 1: Jika 1 (satu)

deskripsi tingkah laku mempertahankan bola muncul.

Mencari Ruang Kosong 1. Bekerjasama

membantu teman membatasi ruang gerak lawan.

2. Bergantian dengan

teman mengisi

deskripsi tingkah laku mencari ruang kosong muncul.

Nilai 3: Jika 3 (tiga)

deskripsi tingkah laku mencari ruang kosong muncul.

(24)

lawan.

deskripsi tingkah laku mencari ruang kosong muncul.

Nilai 1: Jika 1 (satu)

deskripsi tingkah laku mencari ruang kosong muncul.

Mendukung Pembawa Bola

1. Bergantian dengan teman mencari

3. Saling membantu teman mengoperkan bola dengan akurat. 4. Saling membantu

teman menerima bola dengan akurat.

Nilai 4: Jika Seluruh

deskripsi tingkah laku mendukung pembawa bola muncul.

Nilai 3: Jika 3 (tiga)

deskripsi tingkah laku mendukung pembawa bola muncul.

Nilai 2: Jika 2 (dua)

deskripsi tingkah laku mendukung pembawa bola muncul.

Nilai 1: Jika 1 (satu)

deskripsi tingkah laku mendukung pembawa bola muncul.

Menyerang Gawang 1. Bergantian

membantu teman memperluas sudut tembak.

2. Saling membantu

teman mencari

deskripsi tingkah laku menyerang gawang muncul.

Nilai 3: Jika 3 (tiga)

deskripsi tingkah laku menyerang gawang muncul.

(25)

lawan.

4. Bekerjasama

menciptakan ruang serangan.

deskripsi tingkah laku menyerang gawang muncul.

Nilai 1: Jika 1 (satu)

deskripsi tingkah laku menyerang gawang muncul.

(26)

Tabel 3.6 Kisi- Kisi Penilaian Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Sepak

Bola

Indikator Deskripsi Tingkah Laku Penilaian

Mempertahankan

3. Menggiring bola dengan

menggunakan kaki bagian dalam. 4. Menghalau bola dari

kejaran lawan.

Nilai 4: Jika Seluruh

deskripsi tingkah laku mempertahankan bola muncul.

Nilai 3: Jika 3 (tiga)

deskripsi tingkah laku mempertahankan bola muncul.

Nilai 2: Jika 2 (dua)

deskripsi tingkah laku mempertahankan bola muncul.

Nilai 1: Jika 1 (satu)

deskripsi tingkah laku mempertahankan bola muncul.

Mencari Ruang Kosong 1. Mengoper dan menerima bola

deskripsi tingkah laku mencari ruang kosong muncul.

Nilai 3: Jika 3 (tiga)

deskripsi tingkah laku mencari ruang kosong muncul.

Nilai 2: Jika 2 (dua)

(27)

Nilai 1: Jika 1 (satu)

deskripsi tingkah laku mencari ruang kosong muncul.

deskripsi tingkah laku mendukung pembawa bola muncul.

Nilai 3: Jika 3 (tiga)

deskripsi tingkah laku mendukung pembawa bola muncul.

Nilai 2: Jika 2 (dua)

deskripsi tingkah laku mendukung pembawa bola muncul.

Nilai 1: Jika 1 (satu)

deskripsi tingkah laku mendukung pembawa bola muncul.

Menyerang Gawang 1. Menembakkan bola ke gawang.

2. Mengecoh penjaga gawang.

3. Menggiring bola dengan cepat.

4. Mengoper dan menerima bola dengan akurat.

Nilai 4: Jika Seluruh

deskripsi tingkah laku menyerang gawang muncul.

Nilai 3: Jika 3 (tiga)

deskripsi tingkah laku menyerang gawang muncul.

Nilai 2: Jika 2 (dua)

(28)

Nilai 1: Jika 1 (satu)

deskripsi tingkah laku menyerang gawang muncul.

(Sumber: Diolah dari Beltasar Tarigan. 2001)

Lembar observasi yang digunakan menggunakan pengukuran skala Likert.

Menurut Sugiyono (2012: 134) menyatakan bahwa “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang

kejadian atau gejala sosial.”

Dalam menjawab skala Likert ini, observer hanya memberi tanda, misalnya

checklist atau tanda silang pada kemungkinan skala yang dipilihnya sesuai dengan

nilai yang akan diberikan.

Selanjutnya lembar observasi yang telah diisi observer perlu dilakukan

penilaian atau skoring. Untuk pemberian skor pada skala Likert didasarkan atas

empat katergori dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut ini:

Tabel 3.7 Skor Kategori Skala Likert

Sangat Baik Baik Tidak Baik Sangat Tidak Baik

4 3 2 1

(Sumber: Sugiyono. 2012)

3. Intepretasi Skor

Nilai rata- rata yang diperoleh dari lembar observasi. selanjutnya

diintepretasikan atau dikategorikan. Cara menggolongkan nilai rata- rata ke dalam

empat kategori. Kategori yang digunakan yaitu sangat baik, baik, cukup dan

kurang sekali.

Penentuan kategori ini dilakukan dengan menetapkan skor menjadi dua batas

tertinggi dan batas terendah. Hal tersebut dilakukan karena skor dua merupakan

nilai tengah yang terdapat pada rentang skor skala Likert. Kategorisasi

(29)

Tabel 3.8 Kategoriasi Nilai Rata- Rata

No Rentang Skor Kategori

1. 16 Sangat Baik

2. 12- 15 Baik

3. 8- 11 Cukup

4. 4- 7 Kurang Sekali

Tahapan selanjutnya yaitu menentukan atau menginterpretasikan sikap yang

muncul dalam kegiatan pembelajaran. Metode rating yang dijumlahkan

merupakan salah satu perhitungan yang digunakan untuk menentukan interpretasi

sikap yang muncul selama pembelajaran. Langkah pertama yang dilakukan yaitu

menjumlahkan skor dari setiap indikator dari suatu skala Likert.

Skala Likert yang berjumlah 4 indikator, akan menghasilkan nilai rata- rata

terendah sebesar 4 dan nilai rata- rata tertinggi berada di sekitar 16.

F. Teknik Analisis Data

Data yang telah didapat kemudian diolah dan dianalisis untuk dibuat

generalisasinya. Tujuan yang ingin dicapai dengan analisis data ini adalah untuk

mesederhanakan data ke dalam bentuk yang dapat dimengerti dan ditafsirkan,

sehingga hubungan- hubungan yang ada dalam variable dapat dipelajari dan diuji.

Untuk mesedeharnakan data dipakai ilmu statistik dengan bantuan program

statistik Microsoft Excel 2013.

Secara garis besar teknik analisis data meliputi langkah- langkah, sebagai

berikut:

1. Validitas Instrumen

Pengujian validitas skala yang digunakan pada lembar observasi ini dilakukan

berdasarkan judgemen pembimbing sehingga tidak dilakukan perhitungan uji coba

secara statistik. Uji coba yang dilakukan pada lembar observasi ini tebatas pada

(30)

2. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang kita olah

berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas yang

digunakan ialah dengan perhitungan Chi Kuadrat (χ2).

Dengan taraf nyata = 0, 05, dk = n- k. Selanjutnya, hasil perhitungan chi

kuadrat dibandingkan antara χ2 hitung dengan χ2 tabel. Jika χ2 hitung > χ2 tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, sebaliknya, jika χ2 hitung < χ2 tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak. Rumus perhitungan Chi Kuadrat:

Dengan:

χ2

= chi kuadrat

Oi = frekuensi hasil pengamatan

Ei = frekuensi yang diharapkan

(Sumber: Sugiyono, 2012)

3. Pengujian Hipotesis- Uji 1 Pihak

Pengujian hipotesis ini menggunakan uji satu pihak. Pengujian hipotesis satu

pihak merupakan proses pengujian generalisasi hasil penelitian yang didasarkan

pada satu sampel. Rumus uji t satu pihak adalah sebagai berikut:

t

(Sugiyono, 2012: 250)

Dimana:

t : nilai t yang dihitung

x : nilai rata-rata sampel µ : nilai yang dihipotesiskan

(31)

s : simpangan baku

Kesimpulan yang akan dihasilkan adalah apakah hipotesis yang diuji dapat

digeneralisasikan atau tidak, bila H1 diterima berarti pengujian hipotesis dapat

digeneralisasikan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan rumus

uji- t satu pihak, uji- t digunakan karena simpangan baku populasi belum

diketahui. Untuk mengetahui apakah hipotesis dapat digeneralisasikan yaitu

dengan membandingkan harga t hitung dengan t tabel dengan dk= n- 1 dan

α=0,05. Kriteria pengujian dalam penelitian ini adalah: Terima H1 bila harga thitung > ttabel

Dari kriteria tersebut dapat diuraiakan sebagai berikut:

Jika harga t hitung jatuh pada daerah penerimaan H1, maka H1 yang

menyatakan bahwa model belajar kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran sepak

bola dapat meningkatkan nilai kerjasama dan hasil belajar siswa tunarungu dapat

diterima dan digeneralisasikan.

G. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan mulai 26 Agustus 2013 sampai dengan 27

September 2013. Rincian kegiatan penelitian dapat dilihat pada Tabel 3. 9 berikut

ini:

Tabel 3. 9 Rincian Kegiatan Pelaksanaan Penelitian

Hari Waktu Tanggal Tempat Kegiatan

(32)
(33)

1

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data penelitian pada Bab IV, maka ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Model belajar kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran sepak bola

berpengaruh terhadap peningkatan kerjasama siswa tunarungu.

2. Model belajar kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran sepak bola

berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa tunarungu.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan yang telah

dikemukakan, berikut ini adalah beberapa saran yang diharapkan dapat menjadi

masukkan dan bahan pertimbangan terhadap pengaruh model belajar kooperatif

dalam pembelajaran sepak bola bagi siswa tunarungu, yaitu

1. Hendaknya guru menggunakan model belajar koopertaif tipe TGT dalam

pembelajaran sepak bola

2. Dalam menerapkan model belajar sebaiknya disesuaikan dengan

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Syarifuddin Aip dan Muhadi. (1993). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Dirjen PT, Depdikbud.

Arikunto, S. (2008). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Bandung: Penerbit Rineka Cipta.

Azwar, S. (1999). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sagala (2006). Pengantar Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: P.T New Aqua Press.

Abduljabar, Bambang. (2010). Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual dalam

Pendidikan Jasmani. Bandung: Rizqi Press.

Suprijoyo, A. (2012). Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tarigan, Beltasar. (2009). Modul Pendidikan Jasmani Adaptif. Bandung: FPOK- UPI.

Isjoni. (2010). Cooperative Learning: Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.

Sucipto. (1997). Permainan Sepak Bola. Bandung: FPOK- UPI.

Riduwan. (2011). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti

Pemula. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Trianto. (2007). Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya.

Slavin, E Robert. (2008). Cooperative Learning. Bandung: Grafindo.

Abduljabar, Bambang (2011). Modul Pedagogi Olahraga Seri: Konsep dan

Pendekatan Pengajaran. Bandung: FPOK- UPI.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

(35)

Darsono (2004). Konsep Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Ilmu.

Tarigan, Beltasar. (2009). Optimalisasi Pendidikan Jasmani dan Olahraga

Berlandaskan Ilmu Faal Olahraga. Bandung: FPOK- UPI.

Juliantine, Tite dkk. (2011). Perencanaa Pembelajaran. Bandung: FPOK- UPI.

Schaum. (1961). Statistic. United Kingdom: McGraw Hill Book Company.

Suarjana. (2000). Cooperative Learning: Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Subroto, Toto. (2010). Didaktik Metodik Pembelajaran Permainan. Bandung: FPOK- UPI.

Tarigan, Beltasar. (2001). Pendekatan Pembelajaran Taktis dalam Pembelajaran

Sepak Bola. Bandung: FPOK- UPI.

Nn. (2009). Model Pembelajaran Kooperatif Metode Team Games Tournament

(TGT).

Gambar

Gambar 3.2 Paradigma Penelitian……………………………………………...30
Gambar 3.1 Desain Penelitian One Group Pre-test- Post-test Design
Gambar 3.2 Paradigma Penelitian
Tabel 3.4 Format Lembar Observasi
+6

Referensi

Dokumen terkait

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber primer, yaitu.. guru pendidikan agama Islam di SMA Negeri 8 Bandar Lampung berjumlah

Purse Seine disebut juga “pukat cincin” karena alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin untuk mana “tali cincin” atau “tali kerut” di lalukan di dalamnya.

[r]

[r]

Jaringan syaraf tiruan merupakan salah satu sistem pemerosesan yang dirancang dan dilatih untuk memiliki kemampuan seperti yang dimiliki oleh manusia dalam menyelesaikan

(Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Sekolah Dasar Negeri Harapan 1-2 di Kecamatan Sukasari Kabupaten

Nilai Adjusted R Square yang didapat dari hasil pengujian Koefisien Determinan (R 2 ) terhadap kepuasan pelanggan sebesar 0,398 menjelaskan bahwa 39,8% kepuasan pelanggan

Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan.. Sistem Kardiovaskular