• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat."

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD

(STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR IPS PADA POKOK BAHASAN MASALAH SOSIAL DI LINGKUNGAN SETEMPAT

(Penelitian Tindakan Kelas IV Semester II Tahun Ajaran 2013/2014 SDN 3 Cikidang

Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat )

ARTIKEL

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Anita Yuhesti

1003356

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

143/S/PGSD/REG/8/JULI/2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD

(STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR IPS PADA POKOK BAHASAN MASALAH SOSIAL DI LINGKUNGAN SETEMPAT

(Penelitian Tindakan Kelas IV Semester II Tahun Ajaran 2013/2014 SDN 3 Cikidang

Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat )

Oleh

Anita Yuhesti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salahsatu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

©Anita Yuhesti 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR IPS PADA POKOK BAHASAN MASALAH SOSIAL DI LINGKUNGAN SETEMPAT

(Penelitian Tindakan Kelas IV Semester II Tahun Ajaran 2013/2014 SDN 3 Cikidang

Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat )

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Dra. Hj. Kurniasih, M.Pd

NIP. 195906231985032003

Pembimbing II

Drs. Ruswandi Hermawan, M.Ed

NIP. 195910121981011002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Drs. Nana Djumhana, M.Pd

(4)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA POKOK BAHASAN

MASALAH SOSIAL DI LINGKUNGAN SETEMPAT

(Penelitian Tindakan Kelas IV Semester II Tahun Ajaran 2013/2014 SDN 3

Cikidang Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat )

Anita Yuhesti 1003356

ABSTRAK

Penelitian ini berawal dari hasil belajar siswa di pelajaran IPS yang rendah. Pembelajaran yang membosankan karena metode ceramah akan membuat siswa cepat merasa jenuh. Penggunaan model pembelajaran yang tepat diharapkan akan membuat siswa aktif dan dimudahkan dalam mengikuti pelajaran sehingga membuat hasil belajar siswa dapat meningkat. Hal ini yang membuat penulis melakukan penelitian terhadap hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD (Student Teams Achievement

Division) pada pelajaran IPS terutama pada pokok bahasan masalah sosial di

lingkungan setempat. Penelitian ini dilakukan di SDN 3 Cikidang Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan model cooperative learning tipe STAD

(Student Teams Achievement Division) untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada

(5)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

(6)

ABSTRACT

Background of this research is based on students learning outcome which is very low in social science subject. Lecturing is one of the methods that used in the learning process and this method considered as inappropriate to be implemented, because many students feel bored during the learning process. Using appropriate learning model students are expected to be more active and focus on the subject.

Moreover it can increase students’ learning outcomes. Based on those issues, the author conducted a study on students’ learning outcomes using cooperative

learning model STAD (Student Teams Achievement Division) in social studies, especially social problems in the local environment. This research was conducted at SDN 3 Cikidang, Lembang District,West Bandung. The purpose of this study was to determine the implementation of cooperative learning models STAD

(Student Teams Achievement Division) in improving students’ learning outcomes

on social science subject especially social problems in the local environment, and also to find out the planning, conducting, and results was obtained by the students. The participants of this research were fourth grade students which consist of 20 female and 20 male. Model of action research used by the author are Kemmis and Taggart model. This model conducted in three cycles, starting with planning, implementation, observation, and reflection. The data were collected with the test and non-test evaluation, using observations and field notes. The data were analyzed using several steps, selection of data, data classification, data display, and interpretation of the data. The result of study shown students’ learning outcome is increase. At the first cycle the average of student score was 66.11 and it increased to 84.85, while in the second cycle 98.18, and third cycle with the passing grade percentage of 100% or all students achieve different passing grade with cycle I only 24 students who reached the passing grade and second cycle only 31 students. Furthermore, this method is recommended to be used by the teacher because it makes students more fun and do not feel bored during teaching and learning process. Principal also should motivate teachers to be more innovative in implemented the learning model. For researcher who conducts study at the same field, depth study of STAD model is important before conducting research, setting the time also need to be considered in implementing STAD model.

(7)
(8)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN... i

ABSTRAK... ii

KATA PENGANTAR... iii

UCAPAN TERIMA KASIH... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR GRAFIK... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian... 8

E. Hipotesis Tindakan... 8

F. Definisi Operasional... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 10

A. Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD... 10

B. Mata Pelajaran IPS di Sekolah Dasar (SD)... 17

(9)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A. Metode dan Model Penelitian ... 25

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

C. Subjek Penelitian ... 27

D. Prosedur Penelitian... 27

E. Instrumen Penelitan ... 29

F. Analisis dan Interpretasi Data ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 32

A. Hasil Penelitian ... 32

B. Pembahasan ... 48

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI... 51

A. Simpulan ... 51

B. Rekomendasi ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(10)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil pra Siklus Siswa... 3

Tabel. 2.1 Langkah-langkah Cooperative Learning... 11

Tabel 2.2 Penghitungan Skor Perkembangan Individu... 15

Tabel 2.3 Tingkat Penghargaan Kelompok ... 15

(11)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

(12)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Perbandingan Nilai Rata-rata dan Presentase Kelulusan PraSiklus dan Siklus I ... 36

Grafik 4.2 Perbandingan Nilai Rata-rata dan Presentase Kelulusan Siklus I dan Siklus II ... 42

Grafik 4.3 Perbandingan Nilai Rata-rata dan Presentase Kelulusan Siklus II dan Siklus III ... 47

(13)

Anita Yuhesti, 2014

(14)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah Dasar merupakan jenjang pendidikan yang dianggap paling

dasar, karena awal untuk mendapatkan pendidikan formal yaitu SD. Dalam

UUSPN no. 20 Tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan formal adalah

jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan

dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Dari penjelasan tersebut

dapat disimpulkan bahwa SD merupakan jenjang pendidikan formal yang

pertama yang harus dilalui oleh peserta didik.

Dalam SK mendikbud dikatakan bahwa

Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa dalam mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, serta mempersiapkan siswa untuk melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.

Penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Dasar berpedoman pada tujuan

pendidikan nasional (pasal 2 Sekolah Dasar mendikbud no. 0487 tahun 1992

tentang sekolah dasar)

Di sekolah dasar itu sendiri kurikulum yang digunakan adalah

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di dalam KTSP tersebut mata

pelajaran IPS adalah salah satu mata pelajaran yang menjadi isi kurikulum

SD. Dalam kurikulum 2006 disebutkan bahwa mata pelajaran IPS di SD/MI

bertujuan agar peserta didik :

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat

(15)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,

inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi

dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Berdasarkan tujuan diatas, pembelajaran IPS di SD yang ideal itu

harus memberikan pengalaman langsung untuk mengembangkan sikap ingin

tahunya, seperti yang dikemukakan dalam kurikulum KTSP bahwa

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi.

Di masa yang akan datang siswa akan menghadapi tantangan berat

karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat.

Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan

pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial

masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.

Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan

terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan

dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan

peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam

pada bidang ilmu yang berkaitan.

Tetapi pada kenyataannya proses pembelajaran IPS di SD kebanyakan

hanya menggunakan metode ceramah, tidak sesuai dengan tujuan dari

pelajaran IPS, seperti yang terjadi di SDN 3 Cikidang Kecamatan Lembang

Kabupaten Bandung Barat, proses pembelajaran IPS di kelas IV tentang

masalah sosial di lingkungan setempat hanya disampaikan melalui ceramah

(16)

3

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

rendah. Banyak siswa yang nilainya di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum

(KKM).

Tabel 1.1 ( hasil pra siklus siswa )

NO Nama Siswa Nilai Siswa

1 AS 63

2 AH 20

3 ASP 50

4 AN 43

5 ALS 43

6 ASL 40

7 BCP 23

8 EM 36

9 GFA 56

10 HN 60

11 IMS 43

12 IN 43

13 JA 20

14 LAJ 56

15 ME 46

16 MFKU 50

17 MG 53

18 MRF 56

19 MR 36

20 MTG 40

(17)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

22 NNFA 36

23 NK 33

24 RSM 63

25 RM 20

26 RNR 26

27 SA 60

28 SJ 56

29 SF 23

30 SY 43

31 SO 33

32 SG 60

33 TA 36

34 TJ 53

35 UCM 23

36 WA 30

RATA-RATA 41,3

Dari hasil pra siklus yang dilakukan dapat dilihat nilai rata-rata siswa

memperoleh 41,3 dan tidak ada siswa yang mencapai nilai KKM sekolah

yaitu 70. Dari pengamatan yang telah dilakukan di kelas IV SDN 3 Cikidang,

keadaan faktual di lapangan sebagian besar siswa masih belum paham dalam

penguasaan materi IPS pokok bahasan masalah sosial di lingkungan setempat

disebabkan beberapa faktor, yaitu: (1) metode yang digunakan guru hanya

metode ceramah, (2) guru tidak menggunakan media dalam pembelajaran,(3)

siswa merasa bosan dan jenuh.

Dari masalah yang telah dijelaskan, maka dibutuhkan solusi untuk

mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan adalah

(18)

5

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Banyak sekali model pembelajaran yang dapat digolongkan menjadi

beberapa jenis menurut Anita Lie (2010:12) “ model pembelajaran, yaitu

pembelajaran individual (individualistic learning), pembelajaran kompetitif

(competitive learning) dan pembelajaran kooperatif (cooperative learning)”.

Dan salah satu model pembelajaran yang cocok dengan masalah diatas adalah

model pembelajaran cooperative learning.

Model pembelajaran ini merangsang siswa untuk berfikir kritis dan

memahami materi pelajaran dengan lebih baik. Siswa akan termotivasi untuk

mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman, dan belajar

bekerjasama dengan teman sekelompoknya. Dengan penggunaan model

cooperative learning, siswa dapat terlibat aktif pada proses pembelajaran

sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan

komunikasi yang berkualitas sehingga mampu meningkatkan hasil belajar

siswa. Dengan cooperative learning juga siswa dapat bekerjasama dengan

temannya untuk memecahkan masalah. Sehingga penggunaan cooperative

learning ini akan mengatasi masalah yang ada di kelas mengenai kurangnya

interaksi siswa dengan temannya. Pembagian kelompok dalam cooperative

learning dilakukan secara heterogen hal ini dapat menghilangkan rasa jenuh

siswa adalam pembelajaran IPS.

Model cooperative learning merupakan cara kerja sama antar siswa,

selain dapat mendorong tumbuhnya gagasan yang lebih bermutu dan

meningkatkan kreativitas siswa, juga merupakan nilai sosial bangsa Indonesia

yang perlu dipertahankan seperti “gotong royong”. Menurut Anita Lie (2007)

cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar kelompok, tetapi ada

unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang

dilakukan asal-asalan. Dengan kata lain cooperative learning adalah suatu

strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama

dalam bekerja dan membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang

(19)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

cooperative learning, yaitu student teams achievement division (STAD), teams games tournament (TGT), jigsaw, team assisted individualization

(TAI), cooperative reading ang composition (CIRC) dan group investigation

(GI). Dilihat dari masalah diatas maka tipe cooperative learning yang

digunakan adalah STAD (Student Teams Achievement Division).

Tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin. Tipe STAD

merupakan salah satu tipe cooperative learning yang mengelompokkan siswa

kedalam 4-5 orang yang terdiri dari siswa yang mempunyai kemampuan

akademik yang berbeda-beda, jenis kelamin yang berbeda, dan etnis yang

berbeda-beda pula. Dengan menggunakan tipe STAD diharapkan siswa dapat

memecahkan masalah secara bersama-sama dengan kelompoknya yang

mempunyai kemampauan akademik yang berbeda-beda. Model pembelajaran

kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk

membelajarkan kecakapan akademik (Academic Skill), sekaligus keterampilan sosial (social skill) termasuk interpersonal skill. Model

pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu alternatif yang

dapat diterapkan kepada siswa dalam rangka meningkatkan hasil belajar

siswa. Komponen yang terdapat dalam model cooperative learning tipe

STAD ada lima, yaitu presentasi kelas,pembagian tim, kuis skor kemajuan

individual dan rekognisi tim.

Keunggulan dari model pembelajaran cooperative tipe STAD adalah

kerja sama dalam kelompok dan dalam menentukan keberhasilan kelompok

tergantung keberhasilan individu, sehingga setiap anggota kelompok tidak

bisa menggantungkan pada anggota yang lain. Pembelajaran cooperative tipe

STAD menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling

memotivasi saling membantu dalam menguasai materi pembelajaran. Karena

pembagian kelompok yang heterogen siswa yang mempunyai kemampuan

(20)

7

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

telah didapat oleh mereka kepada temannya yang mempunyai kemampuan

akademik lebih rendah.

Berdasarkan uraian tersebut, perlu adanya pemecahan masalah di

kelas IV pada pokok bahasan masalah sosial di lingkungan setempat dengan

menggunakan model pembelajaran cooperative learning. Model ini dapat

dijadikan salah satu alternatif pemecahan masalah yang dihadapi oleh guru

dalam mengembangkan pembelajaran IPS agar lebih menarik minat dan

perhatian siswa, sekaligus memberikan makna bagi perubahan sikap dan

perilaku belajar siswa. Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas,

maka penelitian ini memfokuskan kajian pada judul : “PENERAPAN

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD

(STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA POKOK BAHASAN

MASALAH SOSIAL DI LINGKUNGAN SETEMPAT ”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah secara umum

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: : “bagaimanakah penerapan

model pembelajaran cooperative learning tipe STAD (Student Teams

Achievement Division) untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada pokok

bahasan masalah sosial di lingkungan setempat?”

Rumusan masalah tersebut dapat dikhususkan menjadi pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah langkah-langkah perencanaan pembelajaran pokok bahasan

masalah sosial di lingkungan setempat dengan menggunakan model

(21)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran pokok bahasan masalah sosial di

lingkungan setempat dengan menggunakan model pembelajaran cooperative

learning tipe STAD?

3. Bagaimanakah hasil belajar siswa pada pokok bahasan masalah sosial di

lingkungan setempat dengan menggunakan model pembelajaran cooperative

learning tipe STAD?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan

deskripsi tentang “bagaimana penerapan model pembelajaran cooperative

learning tipe STAD (Student Teams Achievement Division) untuk

meningkatkan hasil belajar IPS pada pokok bahasan masalah sosial di

lingkungan setempat”Adapun secara khusus penelitian ini bertujuan untuk

mendiskripsikan:

1. Langkah-langkah perencanaan pembelajaran pokok bahasan masalah sosial di

lingkungan setempat dengan menggunakan model pembelajaran cooperative

learning tipe STAD.

2. Pelaksanaan pembelajaran pokok bahasan masalah sosial di lingkungan

setempat dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe

STAD.

3. Hasil belajar siswa pada pokok bahasan masalah sosial di lingkungan

setempat dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe

STAD.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa, guru, maupun penulis.

1. Bagi siswa

PTK tentang penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD

(22)

9

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hasil belajar, minat, motivasi, perhatian dan tanggung jawab siswa dalam

proses pembelajaran

2. Bagi guru

Memberikan pengetahuan serta alternatif model pembelajaran sehingga guru

dapat melaksanakan model pembelajaran serupa untuk materi kajian yang

lain.

3. Bagi Sekolah

Penelitian Tindakan Kelas mengenai penerapan model pembelajaran

cooperative learning tipe STAD (Student Teams Achievement Division)

dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan kualitas sekolah menjadi lebih

baik

4. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat dijadikan acuan untuk dapat

diterapkan pada mata pelajaran atau pokok bahasan yang lain.

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan hasil kajian literatur, maka dengan menerapkan model

pembelajaran Cooperative Learning tipe Student Teams Achievement

Division (STAD) maka hasil belajar siswa kelas IV dalam pokok bahasan

masalah sosial di lingkungan setempat akan meningkat atau lebih baik.

F. Definisi Operasional

1. Cooperative Learning tipe STAD (Student Teams Achievement Division)

STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan salah satu

tipe dari cooperative learning yang paling sederhana.STAD terdiri atas lima

komponen utama yaitu presentasi kelas, pengelompokan, kuis, skor kemajuan

individual, rekognisi tim.

(23)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil belajar adalah kemampuan siswa melalui pembelajaran IPS.

Adapun dalam konteks penelitian ini adalah kemampuan-kemampuan siswa

sebagaimana tergambarkan dalam indikator capaian kompetensi sebagai

penjabaran dari Kompetensi Dasar 6 yaitu mengenal masalah sosial di

lingkungan setempat.

3. Masalah Sosial

Masalah sosial adalah suatu keadaan di masyarakat yang tidak normal

(24)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB II

Kajian Teori

A. Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD

1. Cooperative Learning

Menurut Rusman (2012:202) cooperative learning merupakan bentuk

pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai

enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Nurul Hayati (dalam Rusman 2012:204) mengemuakakan lima unsur

dasar model cooperative learning,yaitu:

a. Ketergantungan positif

Ketergantungan positif adalah bentuk kerja sama yang sangat erat akaitan

antara anggota kelompok. Kerjasama ini dibutuhkan untuk mencapai

tujuan. Siswa benar-benar mengerti bahwa kesuksesan kelompok

tergantung pada kesuksesan anggotanya.

b. Pertanggungjawaban individual

Kelompok tergantung pada cara belajar perseorangan seluruh anggota

kelompok. Pertanggungjawaban memfokuskan aktivitas kelompok dalam

menjelaskan konsep pada satu orang dan memastikan bahwa setiap siswa

dalam kelompok siap menghadapi aktivitas lain dimana seswa harus

meneriama tanpa pertolongan anggota kelompok.

c. Kemampuan bersosialisasi

Setiap siswa didalam kelompok dituntut untuk bekerjasama yang biasa

digunakan adalam aktivitas kelompok. Kelompok tiadak berfungsi secara

efektif jika siswa tidak memiliki kemampuan bersosialisasi yang

(25)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Tatap muka

Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan

berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberi siswa untuk bersinergi

yang menguntungkan semua anggota.

e. Evaluasi proses kelompok

Guru menjadwalkan waktu bagi kelompok untuk mengevaluasi proses

kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa

bekerjasama lebih efektif.

Tiga bentuk keterampilan kooperatif sebagaimana diungkapkan oleh

Lundgren (dalam Rusman 2012:210):

a. Keterampilan kooperatif tingkat awal

Menggunakan kesepakatan, menghargai kontribusi, mengambil giliran

dan berbagi tugas, berada dalam kelompok, berada dalam tugas,

mendorong partisipasi, mengundang orang lain untuk berbicara,

menyelesaikan tugas pada waktunya, adan menghormati perbedaan

individu.

b. Keterampilan kooperatif tingkat menengah

Menunjukan penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidaksetujuan

dengan cara yang dapat diterima, mendengarkan degan aktif, bertanya,

membuat ringkasan, menafsirkan, mengatur dan mengorganisir,

menerima, tanggung jawab, mengurangi ketegangan.

c. Keterampilan kooperatif tingkat akhir

Mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran,

menetapkan tujuan, dan berkompromi.

Langkah-langkah cooperative learning adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 ( Langkah-langkah cooperative learning )

(26)

12

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tahap 1

Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan

pelajaran yang akan dicapai

pada kegiatan pelajaran dan

menekankan pentingnya topik

yang akan dipelajari dan

memotivasi siswa belajar.

Tahap 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi

atau materi kepada siswa

denagn ajalan demonstrasi atau

melalui bahan bacaan.

Tahap 3

Mengorganisasikan siswa ke

dalam kelompok-kelompok

belajar

Guru menjelaskan kepada siswa

bagaimana caranya membentuk

kelompok belajar dan

membimbing setiap kelompok

agar melakukan transisi secara

efektif dan efisien

Tahap 4

Membimbing kelompok bekerja

dan belajar

Guru membibing

kelompok-kelompok belajar pada saat

mereka mengerjakan tugas

mereka

Tahap 5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil

belajar tentang materi yang teah

dipelajari atau masing-masing

kelompok mempresentasikan

hasil kerjanya

Tahap 6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk

menghargai baik upaya maupun

(27)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kelompok.

. Beberapa tipe cooperative learning, yaitu student teams achievement division

(STAD), teams games tournament (TGT), jigsaw, team assisted individualization

(TAI), cooperative reading ang composition (CIRC) dan group investigation (GI).

2. Student Teams Achievement Division (STAD)

Student Teams Achievement Division dikembangkan oleh Robert Slavin

dan teman-temannya. Model STAD merupakan variasi pembelajaran

kooperatif yang paing banyak diteliti. Di dalam STAD siswa dibagi menjadi

kelompok yang heterogen yaitu mulai dari kemampuan akademik, jenis

kelamin, rasa dan suku bangsa. Di dalam STAD siswa mungkin bekerjasama

berpasangan dan bertukar jawaban, mendiskusikan ketidaksamaan, dan

membantu satu sama lain. Karena skor kelompok didasarkan pada kemajuan

yang diperoleh siswa atas nilai sebelumnya, maka setiap siswa di dalam kelas

mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi “bintang” dalam

kelompok. STAD terdiri atas lima komponen utama 1) tahap penyajian

materi, 2) tahap kerja kelompok, 3) tahap tes indivisual, 4) tahap perhitungan

skor individual, 5) tahap rekognisi tim. Tahap-tahap model pembelajaran tipe

STAD sebagai berikut:

a. Penyajian materi

Tahap penyajian materi ini menggunakan waktu sekitar 20-45 menit.

Sebelum memulai pelajaran guru menjelaskan tujuan pelajaran,

memberikan motivasi untuk berkooperatif, menggali pengetahuan.

Dalam penyajian kelas dapat dilakukan tanya jawab atau disesuaikan

dengan isi bahan ajar.

b. Belajar Kelompok

(28)

14

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam setiap kegiatan kerja kelompok digunkan lembar kegiatan

dan kunci jawaban, dengan tujuan agar terjalin kerjasama diantara

anggota kelompoknya. Lembar kegiatan diserahkan pada saat kegiatan

belajar kelompok, sedangkan kunci jawaban diserahkan setelah kegiatan

kerja kelompok selesei dilaksanakan. Pada awal pelaksanaan kegiatan

kelompok dengan tipe STAD diperlukan adanya diskusi dengan siswa

tentang ketentuan-ketentuan yang berlaku di dalam kelompok kooperatif.

Hal-hal yang perlu dilakukan untuk menunjukan tanggung jawa terhadap

kelompoknya. Misalnya a) meyakinkan bahwa setiap anggota

kelompoknya telah mempelajari materi, (b) tidak seorangpun

menghentikan belajar sampai semua anggota menguasai materi, (c)

meminta bantuan kepada setiap anggota kelompoknya untuk

menyelesaikan masalah sebelum menanyakan kepada gurunya, (d) setiap

anggota kelompok berbicara secara sopan satu sama lain, saling

menghormati dan menghargai.

2) Pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok

Pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok dilakukan dengan

mempresentasikan hasil kegiatan kelompok didepan kelas oleh wakil dari

setiap kelompok. Pada tahap kegiatan ini diharapkan terjadi interaksi

antar anggota kelompok penyaji dengan anggota kelompok lain untuk

melengkapi jawaban kelompok tersebut. Kegiatan ini dilakukan secara

bergantian. Pada tahap ini pula dilakukan pemeriksaan hasil kegiatan

kelompok dengan memberikan kunci jawaban dan setiap kelompok

memeriksa sendiri hasil pekerjaannya serta memperbaiki jika masih

terdapat kesalahan-kesalahan.

c. Tes

1) Siswa mengerjakan soal-soal tes secara individual

Pada tahap ini setiap siswa harus memperhatikan kemampuannya dan

(29)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menjawab soal tes sesuai dengan kemmpuannya. Siswa dalam tahap ini

tidak diperkenankan kerjasama.

2) Pemeriksaan hasil tes

Pemeriksaan hasil tes dilakukan oleh guru, membuat daftar skor

peningkatan setiap individu yang kemudian dimasukan menjadi skor

kelompok. Peningkatan rata-rata skor setiap individual merupakan

sumbangan bagi kinerja pencapaian kelompok.

d. Penentuan skor peningkatan individual

Setelah diperoleh hasil kuis, kemudian dihitung skor peningkatan

individual berdasarkan selisih perolehan skor kuis terdahulu dengan kuis

yang terakhir. Berdasarkan skor peningkatan individual dihitung poin

perkembangan dengan menggunakan pedoman yang disusun oleh Slavin.

Tabel 2.2 ( Penghitungan skor perkembangan individu )

No Skor Tes Nilai

Perkembangan

1 Lebih dari 10 poin dibawah skor

awal 5

2 10 hingga 1 poin dibawah skor awal 10

3 Skor awal hingga 10 poin di atasnya 20

4 Lebih dari 10 poin diatas skor awal 30

5 Point sempurna 30

e. Penghargaan kelompok

Pemberian penghargaan kepada kelompok yang memperoleh

perkembangan kelompok tertinggi ditentukan dengan rumus sebagai

(30)

16

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Skor kelompok= jumlah total perkembangan anggota

Jumlah anggota kelompok yang ada

Berdasarkan poin perkembangan yang diperoleh terdapat tiga

penghargaan yang diberikan

Tabel 2.3 ( tingkat penghargaan kelompok )

No Perolehan Skor Predikat

1 15-19 Good Team

2 20-24 Great Team

3 25-30 Super Team

3. Tujuan

Tujuan utama cooperative learning adalah untuk memberikan siswa

pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan

supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan bermanfaat.

Adapun pengembangan pembelajaran cooperative memiliki tujuan diantaranya:

a. Pencapaian hasil belajar

Meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan

sosial, pembelajatan kooperatif juga bertujuan untuk meningkatkan

kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Efek penting yang kedua dari model cooperative learning ialah

penerimaan ayang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras,

budaya, tingkat sosial, kemampuan dan ketidakmampuan.

c. Pengembangan keterampilan sosial

Contoh dari keterampilan sosial disini adalah keterampilan bekerjasama.

(31)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menyelesaikan suatu masalah dengan cara bekerjasama bersama dengan

teman-teman satu kelompoknya.

4. Kelebihan dan Kekurangan cooperative learning tipe STAD

Setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan maupun kekurangan.

Berikut ini adalah kelebihan model pembelajaran cooperative learning tipe

STAD:

a. Semua siswa memilki kesempatan untuk menerima reward setelah

menyelesaikan tugas.

b. Semua siswa mempunyai kesempatan untuk mencapai hasil belajar yang

tinggi karena setiap siswa dituntut untuk bisa mencapai skor yang tinggi.

c. Reward yang diberikan kepada kelompok dapat digunakan untuk

memberikan motivasi kepada semua siswa

Sedangkan kelemahan model cooperative learning tipe STAD

a. Akan terjadi ketimpangan pada siswa yang mempunyai kemampuan

akademik tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan akademik

rendah. Karena peran siswa yang mempunyai kemampuan akademik

tinggi lebih dominan.

b. Untuk menyelesaikan tugas dengan cooperative learning akan memakan

waktu yang lebih lama.

5. Ciri-ciri cooperative learning tipe STAD

a. Bahan pelajaran disajikan oleh guru dan siswa harus mencurahkan

perhatiannya, karena hal itu akan mempengaruhi hasil kerja mereka di

dalam tim.

b. Anggota tim terdiri dari empat atau lima orang, mereka dikelompokan

secara heterogen dalam berbagai hal seperti kemampuan akademik, jenis

(32)

18

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Materi pelajaran disiapkan oelh guru dalam bentuk lembar kerja siswa

d. Penempatan siswa adalam tim lebih ditentukan oelh guru daripada

mereka memilih sendiri.

B. Mata Pelajaran IPS di Sekolah Dasar (SD) 1. Pengertian

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah perpaduan dari pilihan konsep ilmu

sosial seperti sejarah, geografi, ekonomi, antropologi, budaya dan sebagainya

yang diperuntukkan sebagai pembelajaran pada tingkat persekolahan.

IPS menurut Sapriya (2006:3) di tingkat persekolahan itu sendiri

mempunyai perbedaan makna khususnya antara IPS untuk SD dengan SMP

dan IPS untuk SMA. Pengertian IPS di persekolahan tersebut ada yang berarti

gabungan (paduan) dari sejumlah mata pelajaran atau disiplin ilmu.

Perbedaan ini dapat pula diidentifikasi dari perbedaan pendekatan yang

diterapkan pada masing-masing jenjang persekolahan tersebut.

2. Tujuan

Pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat

dan lingkungannya

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,

inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi

(33)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pembelajaran IPS diajarkan sejak pendidikan dasar. Hal ini karena

pembelajaran IPS merupakan bagian dari pembelajaran yang memberikan

kontribusi positif terhadap berbagai aktivitas manusia sehari-hari. Secara

mendasar pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang

melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. Lingkungan masyarakat

tempat anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat,

dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi pada

lingkungan sekitarnya.

3. Karakteristik

Kosasih Djahiri (dalam Sapriya, 2006:8) mengemukakan karakteristik

pembelajaran IPS sebagai berikut:

a. IPS berusaha mempertautkan teori ilmu dan fakta atau sebaliknya

(menelaah fakta dari segi ilmu)

b. Penelaahan dan pembahasan IPS tidak hanya dari satu bidang disiplin ilmu

saja, melainkan bersifat kooperhensif (meluas?dari berbagai ilmu sosial

lainnya, sehingga berbagai konsep ilmu secara terintegrasi terpadu)

digunakan untuk menelaah satu masalah/tema/topik. Pendekatan seperti ini

juga disebut sebagai pendekatan integrated, juga menggunakan pendekatan

broadfield, dan multiple resourcess (banyak sumber)

c. Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiri agar siswa

mampu mengembangkan berpikir kritis, rasional dan analitis.

d. Program pembelajaran disusun dengan meningkatkan/ menghubungkan

bahan-bahan dari berbagai disiplin ilmu sosial dan lainnya dengan

kehidupan nyata di masyarakat, pengalaman,permasalahan, kebutuhan dan

memproyeksikan kepada kehidupan dimasa depan baik dari lingkungan

fisik/alam maupun budayanya.

e. IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan sosial yang sangat labil,

(34)

20

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mantap dan aktif pada diri siswa memiliki kebiasaan dan kemahiran untuk

menelaah permasaahan kehidupan nyata pada masyarakat.

f. IPS mengutamakan hal-hal, arti dan penghayatan hubungan antar manusia

yang bersifat manusiawi.

g. Pembelajaran tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata, juga nilai

dan keterampilannya.

h. Berusaha untuk memuaskan setiap siswa yang berbeda melalui program

maupun pembelajarannya dalam arti memperhatikan minat siswa dan

masalah-masalah kemasyarakatan yang dekat dengan kehidupannya.

i. Dalam pengembangan program pembelajaran senantiasa melaksanakan

prinsip-prinsip, karakteristik dan pendekatan-pendekatan IPS itu sendiri.

Dari karakteristik IPS yang telah dikemukakan dapat didimpulkan bahwa

IPS berusaha mengaitkan ilmu teori dengan fakta atau kejadian yang

dialami sehari-hari dan menyiapkan siswa dalam menghadapi amasalah

sosial yang ada di masyarakat

4. Ruang Lingkup

Ruang Lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Manusia, tempat, dan lingkungan.

b. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan.

c. Sistem sosial dan budaya.

d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

5. Hasil Belajar IPS di Sekolah Dasar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:22). Sedangkan menurut

Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar

(35)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. keterampilan dan kebiasaan

b. pengetahuan dan pengarahan

c. sikap dan cita-cita.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa

setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat

mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil belajar dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pengajaran.

Secara operasional, meningkatkan hasil belajar dalam penelitian ini adalah

serangkaian proses kegiatan pembelajaran yang telah dicapai setiap peserta

didik dalam mata pelajaran Ilmu pengetahuan Sosial di kelas IV pokok

bahasan masalah sosial di lingkungan setempat.

6. Materi IPS di SD kelas IV

Dalam kurikulum 2006, materi IPS yang diberikan di kelas IV SD antara lain:

a. Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam

dan potensi lain didaerahnya

b. Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan

masyarakat

c. Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan

transportasi serta pengalaman menggunakannya

d. Mengenal permasalahan sosial di daerahnya

Salah satu pokok bahasan materi IPS di SD yaitu “ masalah sosial di lingkungan setempat” adapun materinya adalah sebagai berikut:

(36)

22

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Masalah sosial merupakan suatu keadaan di masyarakat yang tidak

normal atau tidak semestinya. Masalah sosial dapat terjadi pada masyarakat di

pedesaan maupun di perkotaan. Keadaan masyarakat di pedesaan dan di

perkotaan tentu berbeda. Pada umumnya masyarakat pedesaan masih

memegang erat nilai-nilai kerukunan, kebersamaan dan kepedulian. Sehingga

tidak heran sering kita jumpai adanya kerja bakti, saling memberi dan

menolong. Sedangkan masyarakat di kota hidup dalam suasana egois,

individu (sendiri-sendiri), kurang akrab serta kurang rukun. Kehidupan

semacam ini sebenarnya merupakan salah satu masalah sosial di wilayah

tersebut. Saat ini di negara kita masih banyak kita jumpai permasalahan

sosial, antara lain sebagai berikut:

1) Kenakalan Remaja

Pernahkah kalian melihat sekelompok anak remaja yang

kebut-kebutan di jalan?

Bagaimana perasaan kalian ketika melihat hal itu? Kebutkebutan bagi mereka

sendiri sangat berbahaya yakni dapat menimbulkan kecelakaan. Di samping

itu juga mengganggu dan membahayakan orang lain. Kenakalan remaja ialah

kegiatan atau perlakuan menyimpang yang dilakukan oleh remaja. Kenakalan

remaja dapat berbentuk lain seperti coret-coret dinding di jalan,

minum-minuman keras, berdandan yang tidak semestinya ataupun menggunakan

narkoba. Penyebab kenakalan remaja antara lain sebagai berikut :

a. Kurangnya perhatian dari orang tua

b. Pengaruh lingkungan pergaulan atau teman

c. Jauh dari kehidupan beragama

Upaya mengatasi kenakalan remaja diantaranya adalah:

a. memberi perhatian yang lebih dari orang tua

b. memilih teman dan pergaulan yang baik

(37)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. dengan bimbingan guru

2) Pengangguran

Pengangguran adalah orang dewasa yang tidak bekerja dan tidak

mendapatkan penghasilan. Jumlah pengangguran semakin banyak karena

jumlah lulusan sekolah lebih banyak dari pada jumlah lapangan pekerjaan.

Selain itu para pengusaha dihadapkan pada persoalan kenaikan tarif listrik

dan harga bahan bakar minyak yang mahal. Hal itu menyebabkan banyaknya

perusahaan yang tutup dan bangkrut, atau setidaknya mengurangi jumlah

karyawannya. Kamu bisa membayangkan jika orang tuamu tidak lagi bekerja

dan tidak punya penghasilan. Apa yang akan terjadi? Tentunya keluargamu

akan kesulitan memenuhi kebutuhan hidup baik makan, pakaian, biaya

sekolah serta kebutuhan yang lainnya. Itulah sebabnya pengangguran dapat

menimbulkan permasalahan sosial lainnya. Seperti kemiskinan, kejahatan,

perjudian, kelaparan, kurang gizi bahkan meningkatnya angka bunuh diri.

3) Masalah Sampah

Salah satu masalah sosial yang dihadapi masyarakat adalah sampah.

Masalah sampah sangat mengganggu, terutama kalau tidak dikelola dengan

baik.

Masyarakat kota dan daerah padat penduduk menghasilkan banyak sekali

sampah. Sampah segera menumpuk jika tidak segera diangkut ke Tempat

Pembuangan Akhir (TPA) sampah. Pemerintah, dalam hal ini adalah Dinas

Kebersihan, memikul tanggung jawab dalam mengelola sampah. Sampah

yang menumpuk menimbulkan bau tidak sedap. Penyebab dari masalah

sampah adalah buang sampah sembarangan, kurangnya tempat sampah,

kurangnya kesadaran manusia tentang akibat jika membuang sampah

(38)

24

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sampah yang ditumpuk dapat menjadi sumber berbagai penyakit menular.

Misalnya, muntah berak (muntaber), penyakit kulit, paru-paru, dan

pernapasan. Karena itu, kalau kamu perhatikan, di lingkungan tempat

tinggalmu ada selalu ada petugas sampah. Setiap bulan orang tuamu

membayar iuran sampah. Masalah lain berkaitan dengan sampah adalah

kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan. Di banyak tempat banyak

warga yang biasa membuang sampah ke sungai dan saluran air. Sungai dan

aliran air menjadi mampet. Akibatnya, sering terjadi banjir jika hujan lebat,

membuang sampah sembarangan juga menjadi sumber penyakit, banyak lalat,

menimbulkan bau yang tidak sedap dan tidak indah dipandang. Salah satu

upaya yang dilakukan agar masalah sampah ini terselesaikan adalah tidak

membuang sampah sembarangan. Tetapi harus pada tempat yang sudah

disediakan.

C. Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dalam mata pelajaran IPS di SD

Model pembelajaran cooperative learning tipe STAD dalam kompetensi

dasar pokok bahasan masalah sosial di lingkungan setempat adalah sebagai

berikut:

1. Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok. Satu kelompok terdiri

dari 4-6 orang secara heterogen.

2. Guru memberi bahan ajar pada tiap kelompok untuk didiskusikan

mengenai masalah sosial.

3. Guru membimbing siswa untuk berdiskusi dalam kelompoknya, dan

mengarahkan siswa yang mempunyai kemampuan akademiknya lebih

tinggi untuk menjelaskan kepada anggota lainnya sehingga seluruh

(39)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Guru memotivasi siswa kepada semua siswa bahwa mereka harus belajar

dalam kelompoknya untuk menguasai materi tersebut agar siswa dapat

mengerjakan LKS.

5. Guru meminta siswa kembali ketempat duduk masing-masing, dan guru

memberikan LKS.

6. Guru mengevaluasi hasil kerja siswa untuk memperoleh nilai kelompok

dan nilai kemajuan individu.

7. Guru memberikan reward/hadiah kepada siswa dan kelompok yang

(40)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Dalam bab IV ini akan disajikan hasil penelitian dan pembehasan dari

siklus I, siklus II, dan siklus III. Tiap siklus mendeskripsikan mengenai

perencanaan, pelaksanaan, hasil belajar, dan refleksi.

1. Siklus I

a. Perencanaan pembelajaran

Tahap perencanaan siklus I adalah menetapkan jadwal mata

pelajaran IPS untuk penelitian, yaitu hari Sabtu pada tanggal 17 Mei 2014.

Kegiatan selanjutnya adalah melakukan penelaahan terhadap program

pengajaran berdasarkan kurikulum KTSP 2006 untuk mempersiapkan

silabus pembelajaran IPS yang sesuai dengan materi. Kegiatan yang

direncanakan adalah pemberian materi mengenai Kompetensi Dasar yang

terdapat pada KTSP 2006 kelas IV, yaitu masalah sosial dilingkungan

setempat. Masalah sosial yang akan dibahas adalah masalah kenakalan

remaja, pengangguran dan masalah sampah. Pada siklus I ini siswa akan

belajar mengenai pengertian masalah sosial dilingkungan setempat,

bentuk-bentuk masalah sosial, contoh kenakalan remaja, dan upaya

mengatasi kenakalan remaja.

Komponen-komponen yang terdapat dalam rencana pelaksanaan

pembelajaran yang dibuat penulis adalah sebagai berikut:

1) Identitas RPP

2) Standar Kompetensi

3) Kompetensi Dasar

(41)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5) Tujuan Pembelajaran

6) Materi Pokok

7) Model, dan metode pembelajaran

8) Kegiatan Pembelajaran

9) Media dan sumber belajar.

Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun dalam

siklus I sistematikanya sama dengan RPP yang biasa disusun oleh guru

dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Namun, dalam konteks

pelaksanaan pembelajaran diterapkan langkah-langkah model

pembelajaran cooperative learning tipe Student Teams Achievement

Division (STAD).

(RPP siklus I terlampir halaman 56)

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian pada siklus I dilakukan pada hari Sabtu

tanggal 17 Mei 2014 pembelajaran berlangsung 70 menit dimulai dari

pukul 08.00-09.10 WIB. Kegiatan pembelajaran pada siklus I adalah

membahas pengertian masalah sosial dilingkungan setempat,

bentuk-bentuk masalah sosial, penyebab dan upaya mengatasi kemiskinan. Dari

jumlah siswa keseluruhan sebanyak 40 orang, ada siswa yang tidak hadir

sebanyak 4 orang, tim observer yang hadir dari teman sejawat sebanyak

empat orang. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama terbagi atas

tiga bagian yaitu pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup.

Pada saat pendahuluan, guru mengkondisikan siswa dengan

melihat tempat duduk siswa dan menyuruh siswa untuk membuka jaket

dan topi yang mereka gunakan. Setelah mengkondisikan siswa, guru

mengabsen kelas dengan menyebut nama siswa satu persatu dan yang

(42)

34

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menanyakan materi yang sudah dipelajari sebelumnya, setelah itu guru

menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan pada hari itu.

Pada saat proses pembelajaran kegiatan inti, langkah-langkah yang

digunakan adalah langkah-langkah model pembelajaran STAD. Guru

menyampaikan materi secara garis besar mengenai masalah sosial di

lingkungan setempat. Banyak siswa yang masih belum memperhatikan

penjelasan yang dipaparkan oleh guru, karena siswa banyak yang masih

mengobrol bersama teman-temannya.

Setelah itu siswa dibagi menjadi delapan kelompok, dibagi secara

heterogen, penamaan kelompok sudah ditentukan guru yaitu nama-nama

warna. Yaitu merah, kuning, hijau, biru, hitam abu-abu, putih, dan orange.

Satu kelompok beranggotakan lima orang. Namun ada kelompok yang

mempunyai anggota enam karena pada awalnya peneliti mengira jumlah

siswa 41 orang. Ketika pembelajaran peneliti menyadari bahwa siswa

tersebut telah pindah sekolah. Sehingga ada kelompok yang hanya

beranggotakan empat orang.

Masing-masing kelompok dibagikan satu LKS yang membahas

mengenai masalah sosial dilingkungan setempat khususnya mengenai

kenakalan remaja dan siswa ditugaskan untuk menjawab seluruh

pertanyaan yang ada pada LKS. Pada saat yang bersamaan, peneliti

memantau aktivitas siswa dan kelompoknya dan mengarahkan siswa untuk

menyampaikan hasil kerjanya di depan kelas dengan cara menunjuk

perwakilan tiap kelompok yang maju kedepan. Namun pada kegiatan

belajar kelompok, sebagian besar siswa masih kaku dalam bekerja sama

mengerjakan tugas kelompok mereka, dan siswa yang pintar masih

mendominasi kegiatan dalam kelompoknya.

Ketika perwakilan kelompok memaparkan hasil diskusi siswa

lainnya yang duduk tidak memperhatikan temannya didepan, sehingga

(43)

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusinya didepan kelas

guru mengkondisikan siswa untuk kembali dan duduk yang rapih.

Guru membagikan lembar evaluasi terkait dengan materi yang

telah diajarkan. Siswa yang telah selesai mengerjakan lembar evaluasi

sibuk mengobrol. Setelah semua siswa selesai mengerjakan evaluasi, guru

membimbing siswa untuk menukar jawaban dengan temannya untuk

menghitung skor hasil evaluasi. Ketika kegiatan ini berlangsung, kelas

menjadi ribut karena menanyakan kepastian jawaban kepada guru

satu-persatu sehingga guru kewalahan untuk menjawab semua pertanyaan yang

diajukan siswa. Setelah semua siswa memeriksa lembar jawaban

temannya, guru mengabsen setiap siswa dan siswa menyebutkan nilai yang

didapat temannya. Skor kelompok ditentukan oleh kriteria yang sesuai

dengan pedoman penghitungan skor pembelajaran model cooperative

learning tipe STAD. Skor tersebut menentukan kriteria super team,great

team, atau good team. Kelompok yang memperoleh super team berjumlah

enam kelompok yaitu kelompok merah, kelompok hijau, kelompok biru,

kelompok abu-abu, kelompok putih dan kelompok orange. dua kelompok

yang mendapatkan great team yaitu kelompok kuning dan kelompok

hitam. Guru membagikan reward kepada setiap kelompok dengan

membagikan kertas yang berbentuk bintang yang sudah diberi tanda super,

great, dan good team.

Saat kegiatan penutup, guru membimbing siswa menyimpulkan

materi yang sudah dipelajari, dan membahas kembali materi yang telah

dipelajari tadi. Guru memberikan tugas rumah dan memberitahu materi

yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya.

c. Hasil Belajar

Hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I yaitu

(44)

36

Anita Yuhesti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad (Student Teams

Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Pokok Bahasan Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

nilai rata-rata yang diperoleh kelas adalah 66,11. Skor ideal pada mata

pelajaran IPS adalah 100. Siswa yang mendapatkan nilai 20 yaitu nilai

terendah sebanyak 1 orang, siswa yang mendapatkan nilai 30 sebanyak 3

orang, siswa yang mendapat nilai 40 sebanyak 4 orang, siswa yang

mendapat 50 sebanyak 4 orang, siswa yang mendapat nilai 70 sebanyak 4

orang, siswa yang mendapat nilai 80 sebanyak 5 orang, siswa yang

mendapat nilai 90 sebanyak 7 orang, dan siswa yang mendapat nilai 100

sebanyak 6 orang. KKM yang sudah ditentukan sekolah untuk mata

pelajaran IPS di kelas IV adalah 70 sehingga siswa yang mendapat nilai

dibawah 70 dinyatakan belum tuntas. Siswa yang dinyatakan tuntas dalam

siklus I adalah 24 orang. Dan yang belum tuntas sebanyak 12 siswa

Grafik 4.1 ( Grafik perbandingan nilai rata-rata dan presentase

kelulusan prasiklus dan siklus I)

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat perbandingan hasil

belajar siswa pada saat pra siklus dengan siklus I. Pada saat pra siklus guru

Gambar

Tabel 1.1 ( hasil pra siklus siswa )
Tabel 2.2 ( Penghitungan skor perkembangan individu )
Tabel 2.3 ( tingkat penghargaan kelompok )
Grafik 4.1 ( Grafik perbandingan nilai rata-rata dan presentase
+4

Referensi

Dokumen terkait

Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Delay (latency) berdasarkan node juga dapat digambarkan dalam grafik pada Gambar 4.7 berdasarkan node dengan ukuran file yang berbeda.. Kinerja tiap node mendukung

Skripsi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.Universitas Sumatera Utara. Sriatun,O

Studi Komparasi Pertunjukan Sisingaan Lingkungan Seni Tresna Wangi dan Lingkungan Seni Pusaka Wangi di Kabupaten Subang.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Nilai daya dukung dan penurunan berdasarkan program Metode Elemen Hingga sebesar 285,46 ton dan 11,42 mm nilai ini tidak jauh berbeda dengan secara analitis.. Kata Kunci :

Data atau Variabel yang digunakan adalah perkiraan ( Estimasi ) pendapatan dari asset asset yang sudah ada pada Warnet MyNet untuk tahun 2008 ke depan yang beralamat di jalan Akses

Untuk menghitung daya dukung ultimate dan penurunan pondasi tiang pancang dari data Sondir dan SPT digunakan secara analitis dan menggunakan program Metode

ke lapangan (Gudang Produsen/Distributor) terhadap ketersedian barang yang ditawarkan dengan Jadwal Pelaksanaan yang akan ditentukan kemudian, jiika saudara tidak