• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN KOOPERATIF BERORIENTASI HYPNOTEACHING DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA KRITIS SISWA KELAS VII : Penelitian Eksperimen di SMP Negeri 6 Subang Tahun Ajaran 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDEKATAN KOOPERATIF BERORIENTASI HYPNOTEACHING DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA KRITIS SISWA KELAS VII : Penelitian Eksperimen di SMP Negeri 6 Subang Tahun Ajaran 2014/2015."

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

PENDEKATAN KOOPERATIF BERORIENTASI HYPNOTEACHING DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA KRITIS SISWA KELAS VII (Penelitian Eksperimen di SMP Negeri 6 Subang Tahun Ajaran 2014/2015)

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

oleh

Rama Wijaya A. Rozak 1201026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

RAMA WIJAYA A. ROZAK

PENDEKATAN KOOPERATIF BERORIENTASI HYPNOTEACHING DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA KRITIS SISWA KELAS VII (Penelitian Eksperimen di SMP Negeri 6 Subang Tahun Ajaran 2014/2015)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Dr. Hj. Vismaia S. Damaianti, M.Pd NIP 196711031993032003

Pembimbing II

Dr. Hj. Yeti Mulyati, M.Pd NIP 196008091986012001

Mengetahui,

Ketua Jurusan/Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

(3)

i

PENDEKATAN KOOPERATIF BERORIENTASI HYPNOTEACHING DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA KRITIS SISWA SMP KELAS VII

(Penelitian Eksperimen di SMP Negeri 6 Subang Tahun Ajaran 2014/2015) oleh

Rama Wijaya A. Rozak 1201026

ABSTRAK

(4)

ii

PENDEKATAN KOOPERATIF BERORIENTASI HYPNOTEACHING DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA KRITIS SISWA SMP KELAS VII

(5)

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 11

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 12

D. Tujuan Penelitian ... 12

E. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II IHWAL PENDEKATAN KOOPERATIF, HYPNOTEACHING, DAN PEMBELAJARAN MEMBACA KRITIS ... 14

A. Pendekatan Kooperatif ... 14

1. Hakikat Pendekatan Kooperatif ... 14

2. Tujuan Pendekatan Kooperatif ... 19

3. Karakteristik Pendekatan Kooperatif ... 21

4. Unsur-Unsur Pendekatan Kooperatif ... 23

5. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran dalam Pendekatan Kooperatif ... 24

6. Metode-Metode Pembelajaran dalam Pendekatan Kooperatif ... 26

a. STAD (Studen Teams Achievement Division) ... 26

b. TGT (Team Game Tournament) ... 27

c. CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) ... 28

d. GI (Group Investigation) ... 28

(6)

viii

f. NHT (Numbered Head Together) ... 29

g. Two Stay Two Stray ... 30

7. Hakikat STAD dalam Pendekatan Kooperatif ... 30

B. Hipnosis dan Hypnoteaching ... 32

1. Ihwal Hipnosis ... 32

a. Pengertian Hipnosis ... 32

b. Analogi Kondisi Hipnosis ... 34

c. Cara Kerja Hipnosis Alam Bawah Sadar ... 35

d. Teori Pikiran ... 37

e. Sugestibilitas dan Sugesti ... 39

2. Ihwal Hypnoteaching ... 40

a. Pengertian Hypnoteaching (Hipnosis dalam Pengajaran) ... 40

b. Penerapan Hypnoteaching dalam Pembelajaran ... 42

c. Hypnoteaching dalam Pembelajaran Membaca Kritis ... 46

C. Hakikat Membaca Kritis ... 55

1. Pengertian Membaca Kritis ... 55

2. Tujuan Membaca Kritis ... 57

3. Manfaat Membaca Kritis ... 59

4. Langkah-Langkah Membaca Kritis ... 60

5. Strategi Membaca Kritis ... 66

a. MURDER (Mood, Understand, Read, Detect, Elaborate, and Review) ... 66

b. PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite,and Review) ... 68

D. Rasionalisasi Pendekatan Kooperatif Berorientasi Hypnoteaching dalam Pembelajaran Membaca Kritis ... 70

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 73

A. Metode dan Desain Penelitian ... 73

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 75

1. Populasi ... 75

2. Sampel ... 75

C. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ... 76

(7)

ix

2. Observasi ... 76

3. Kuesioner (Angket) ... 77

4. Dokumen ... 77

D. Definisi Operasional ... 77

E. Instrumen Penelitian ... 79

1. Instrumen Perlakuan ... 80

a. Ancangan Model Pembelajaran (Model Pembelajaran Kooperatif) ... 80

b. Penyusunan Desain Perencanaan Pembelajaran ... 84

c. Sintaks Pembelajaran Membaca Kritis dengan Pendekatan Kooperatif Berorientasi Hypnoteaching ... 94

d. Rancangan Pelaksanaan Penelitian Pembelajaran ... 97

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 110

a. Tes Membaca Kritis ... 110

1) Parameter Membaca Kritis ... 110

b. Observasi ... 116

c. Kuesioner (Angket) ... 117

3. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 120

a. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Perlakuan ... 121

b. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Pengumpulan Data ... 122

F. Teknik Pengolahan Data ... 122

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... . 125

A. Deskripsi Data Penelitian ... 125

1. Deskripsi Profil Kegiatan Membaca Kritis di SMP Negeri 6 Subang Kelas VII 125 2. Deskripsi Kemampuan Membaca Kritis Siswa di SMP Negeri 6 Subang Kelas VII 127 a. Nilai Pretest Kelas Eksperimen (VII C) dan Kelas Kontrol (VII B) ... 127

b. Nilai Posttest Kelas Eksperimen (VII C) dan Kelas Kontrol (VII B) ... 129

3. Deskripsi Proses Pembelajaran Membaca Kritis di Kelas Eksperimen ... 135

a. Proses Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Kritis dengan Pendekatan Kooperatif Berorientasi Hypnoteaching ... 135

(8)

x

4. Pengujian Hipotesis ... 171

a. Uji Persyaratan Analisis Data ... 171

1) Uji Normalitas Data ... 171

2) Uji Homogenitas Data ... 174

b. Pembuktian Hipotesis ... 176

1) Uji Sampel Tidak Berhubungan ... 176

2) Uji Dua Sampel Berpasangan ... 178

3) Uji Efek Perlakuan ... 180

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 180

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 185

A. Simpulan ... 185

B. Saran ... 187

DAFTAR PUSTAKA ... . 189

(9)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif dalam Pembelajaran Membaca Kritis ... 71 Gambar 2.2 Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif dalam Pembelajaran

Membaca Kritis ... 72 Gambar 3.1 Desain Metode Eksperimen Pretest-Posttest Control Group Design ... 74 Gambar 3.2 Ancangan Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Hypnoteaching

dalam Pembelajaran Membaca Kritis ... 93 Gambar 3.3 Sintaks Pembelajaran Membaca Kritis dengan Pendekatan

Kooperatif Berorientasi Hypnoteaching ... 94 Gambar 3.4 Sintaks Pembelajaran Membaca Kritis dengan Pendekatan

(10)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Desain Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Hypnoteaching dalam

Pembelajaran Membaca Kritis ... 86

Tabel 3.2 Rancangan Pelaksanaan Penelitian Pembelajaran ... 97

Tabel 3.3 Aspek Membaca Kritis dan Indikator ... 112

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Soal Membaca Kritis ... 114

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrumen Observasi ... 116

Tabel 3.6 Skala Likert ... 118

Tabel 3.7 Kisi-Kisi Penyusunan Instrumen Kuesioner (Angket) ... 119

Tabel 3.8 Kriteria Nilai Efek Perlakuan ... 124

Tabel 4.1 Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 127

Tabel 4.2 Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 129

Tabel 4.3 Frekuensi Nilai Pretest Kelas Eksperimen ... 132

Tabel 4.4 Frekuensi Nilai Pretest Kelas Kontrol ... 132

Tabel 4.5 Frekuensi Nilai Posttest Kelas Eksperimen ... 133

Tabel 4.6 Frekuensi Nilai Posttest Kelas Kontrol ... 134

Tabel 4.7 Jawaban Angket Aspek Pendekatan Kooperatif Dimensi Kerja Sama dan Berdemokrasi ... 150

Tabel 4.8 Jawaban Angket Aspek Hypnoteaching ... 152

Tabel 4.9 Jawaban Angket Aspek Pembelajaran Membaca Kritis ... 153

Tabel 4.10 Hitungan Variabel-Variabel Angket ... 155

Tabel 4.11 Rekapitulasi Angket Aspek Pendekatan Kooperatif (Kerja Sama) ... 157

Tabel 4.12 Rekapitulasi Angket Aspek Pendekatan Kooperatif (Berdemokrasi) ... 161

Tabel 4.13 Rekapitulasi Angket Aspek Hypnoteaching ... 164

Tabel 4.14 Rekapitulasi Angket Aspek Pembelajaran Membaca Kritis ... 167

Tabel 4.15 Uji Normalitas Pretest (Case Processing Summary) ... 171

Tabel 4.16 Uji Normalitas Pretest (Descriptives) ... 171

Tabel 4.17 Test of Normality Pretest ... 172

(11)

xiii

Tabel 4.19 Uji Normalitas Posttest (Descriptives) ... 173

Tabel 4.20 Test of Normality Posttest ... 174

Tabel 4.21 Test of Homogeneity of Variances (Pretest) ... 174

Tabel 4.22 Test of Homogeneity of Variances (Posttest) ... 175

Tabel 4.23 Group Statistics (Pretest) ... 176

Tabel 4.24 Independent Samples Test (Pretest) ... 176

Tabel 4.25 Group Statistics (Posttest) ... 177

Tabel 4.26 Independent Samples Test (Posttest) ... 177

Tabel 4.27 Paired Samples Statistics (Kelas Kontrol) ... 178

Tabel 4.28 Paired Samples Correlations (Kelas Kontrol) ... 178

Tabel 4.29 Paired Samples Test (Kelas Kontrol) ... 178

Tabel 4.30 Paired Samples Statistics (Kelas Eksperimen) ... 179

Tabel 4.31 Paires Samples Correlations (Kelas Eksperimen) ... 179

(12)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Penelitian Pembelajaran ... 191

Lampiran 2 Soal Pretest ... 225

Lampiran 3 Soal Latihan (Perlakuan Model) ... 229

Lampiran 4 Soal Posttest ... 231

Lampiran 5 Lembar Observasi ... 235

Lampiran 6 Lembar Angket Siswa ... 237

Lampiran 7 Foto-Foto ... 241

Lampiran 8 Surat Pengantar Penelitian ... 242

Lampiran 9 Uji Pakar Instrumen Penelitian ... 243

(13)

ϭ

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Penelitian

Membaca merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang diajarkan sejak peserta didik mengikuti pendidikan formal di bangku sekolah. Membaca pada dasarnya adalah suatu proses yang dilakukan pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media tulis. Pada tataran membaca yang lebih tinggi pembaca harus mampu memahami, menilai, menyimpulkan pendapat yang dikemukakan oleh penulisnya.

Membaca pada tingkat ini pembaca tidak cukup memahami apa yang tersurat, lebih dari itu ia dapat menghubungkan kemungkinan penulis berdasarkan pengalaman pembaca. Di samping itu, pengetahuan tentang teknik membaca sangat perlu

dipahami oleh pembaca agar dapat memahami isi bacaan dengan sebaik-baiknya

terutama dalam membaca kritis.

Membaca kritis dibutuhkan untuk mengetahui sudut pandang penulis tentang sesuatu, menemukan pola organisasi paragraf, dan menemukan gagasan umum dengan cepat. Membaca kritis merupakan bagian dari membaca interpretatif. Dalam membaca kritis, si pembaca harus secara teliti membaca bahan bacaannya tanpa melewatkan satu ide pokok atau gagasan utama dari tiap paragrafnya. Kemudian pembaca dituntut agar dapat memahami maksud penulis, organisasi dasar tulisan,

menilai penyajian penulis, menerapkan prinsip-prinsip membaca kritis, dan prinsip

-prinsip penilaian bahan bacaan (Tarigan, 1982: 90).

Seorang pembaca yang ideal bukanlah orang yang mampu membaca secara cepat dengan pemahaman yang rendah, bukan pula yang mampu memiliki pemahaman yang tinggi dengan kecepatan membaca yang rendah. Pembaca yang

mampu membaca cepat dengan pemahaman rendah adalah pembaca yang sia-sia

(14)

Ϯ

bahwa “Tingkat pemahaman terhadap bacaan juga salah satu indikator keefektifan membaca seseorang. Sehingga pembaca yang ideal yaitu, pembaca yang mampu membaca suatu bahan bacaan dengan cepat, dan mampu memahami apa yang telah dibacanya.

Seseorang yang dapat memahami suatu bacaan atau wacana, akan menemukan wujud skemata yang memberikan usulan yang memadai tentang suatu bacaan. Proses pemahaman suatu bacaan adalah menemukan konfigurasi skemata yang menawarkan uraian yang memadai tentang suatu bacaan. Sampai sekarang, konsep skema merupakan jalan yang paling memberikan harapan dari sudut wacana pada umumnya karena skemata merupakan bagian dari penyajian pengetahuan latar, luasnya pengetahuan, dan pengalaman pembaca.

Kegiatan membaca perlu dibiasakan sejak dini, yakni mulai dari anak mengenal huruf. Jadikanlah kegiatan membaca sebagai suatu kebutuhan dan menjadi

hal yang menyenangkan bagi siswa. “Anak-anak, setelah di sekolah, perlu sekali

-sekali dibawa ke perpustakaan. Anak perlu diajak dan ditunjukan cara membaca di ruangan baca di perpustakaan” (Tampubolon, 2008: 229). Membaca dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja asalkan ada keinginan, semangat, dan motivasi. Jika hal ini terwujud, diharapkan membaca dapat menjadi bagian dari kehidupan yang tidak dapat dipisahkan seperti sebuah slogan yang mengatakan “tiada hari tanpa membaca”. Namun kendala yang sering muncul yaitu motivasi siswa untuk membaca masih sangat kurang, terlebih membaca mengenai ilmu pengetahuan. Berbeda dengan

membaca majalah, tabloid, dan komik. “Masalah-masalah dalam membaca terutama

adalah yang berkaitan dengan kebiasaan-kebiasaan membaca, gerakan-gerakan mata,

motivasi, serta minat membaca” (Tampubolon, 2008: 8). Masalah besar yang dihadapi yaitu mencari cara untuk memotivasi siswa untuk gemar membaca atau minat membaca.

(15)

ϯ

mengatakan “Betapa pentingnya memiliki kemampuan membaca, sehubungan

dengan arus informasi yang semakin deras dalam berbagai bidang kehidupan masa

kini”. Masyarakat sekarang sedang dilanda gelombang informasi yang sangat deras

sehingga secara personal tiap orang perlu memiliki filter pemisah mana informasi yang bermanfaat dan mana yang sebaliknya. Oleh karena itu, sekolah memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan kecerdasan warganya melalui peningkatan budaya baca yang handal.

Mengantisipasi perubahan itu diperlukan minat membaca, kecepatan membaca dan kemampuan menarik simpulan atas gagasan yang ingin disampaikan penulisnya, agar dapat lebih jauh menggunakan ilmu pengetahuan dari bacaan untuk meningkatkan kemaslahatan hidupnya. Nurhadi (2005: 25) mengatakan “Ada indikator bahwa tingkat kemajuan suatu bangsa itu dapat diukur dari berapa banyak waktu sehari-hari yang digunakan warganya untuk membaca”. Hal itu sulit untuk direalisasikan karena budaya membaca siswa masih sangat kurang. Siswa tidak dibiasakan untuk membaca dalam kesehariannya. Siswa mau membaca bila ada tugas yang mengharuskan mereka membaca dan mencari suatu jawaban. Membaca merupakan keterampilan berbahasa yang kurang diminati oleh siswa.

Kendala yang sering muncul dalam pembelajaran membaca di sekolah yaitu berhubungan dengan motivasi belajar siswa, motivasi siswa untuk membaca masih sangat kurang. Nurhadi (2005: 25) mengatakan bahwa “Faktor yang melatarbelakangi kurangnya minat baca siswa adalah faktor kebiasaan, sarana, buku-buku yang dibaca, atau kurang adanya kesesuaian bahan bacaan yang tersedia dengan minat yang dimiliki”. Rendahnya minat baca siswa diantaranya disebabkan juga oleh faktor kurangnya latihan dan menguasai strategi membaca secara efektif.

(16)

ϰ

nyaring. “Kebiasaan memvokalkan teks bacaan inilah yang menjadi kebiasaan jelek yang menyangkut kecepatan maupun pemahaman bacaan” (Nurhadi, 2005: 26). Bila siswa membaca senyap, namun di dalam hati mereka tetap mendengarkan suaranya artinya mereka melakukan subvokalisasi. Tampubolon (2008: 10) menjelaskan beberapa kebiasaan membaca yang tidak efisien yaitu sebagai berikut.

1. Membaca dengan suara terdengar. 2. Membaca dengan suara seperti berbisik. 3. Membaca dengan bibir bergerak.

4. Membaca dengan kepala bergerak mengikuti baris bacaan (kepala perlu bergerak, misalnya, apabila hendak berpindah dari satu kolom atau halaman ke kolom atau halaman lainnya).

5. Membaca dengan menunjuk baris bacaan (kata demi kata) dengan jari, pensil, atau alat lainnya.

6. Membaca kata demi kata.

7. Susah mengadakan konsentrasi sewaktu membaca. 8. Cepat lupa isi bagian-bagian bacaan yang telah dibaca.

9. Tidak dapat dengan cepat menemukuan pikiran pokok dalam bacaan.

10.Tidak dapat dengan cepat menemukan informasi tertentu yang diperlukan dalam bacaan.

11.Jarang sekali (sedikit sekali waktu untuk) membaca.

(17)

ϱ

merupakan suatu kegiatan yang sulit. Setiap siswa akan berhadapan dengan ujian, mereka terbiasa menghafal materi pembelajaran yang telah disampaikan oleh gurunya.

Konsep tersebut tentu sudah salah karena siswa bukan dibiasakan membaca untuk memahami dan atau mengkritisi, melainkan membaca untuk menghafal. Menghafal itu dapat terlupakan dalam jangka waktu tertentu, berbeda bila siswa memahami konsep atau materi yang telah disampaikan. Seperti dijelaskan oleh Nurhadi (2005: 29) “Sebuah kesalahan besar jika membaca itu identik dengan proses

mengingat bahan bacaan”. Dengan memahami bahan bacaannya siswa secara

otomatis akan mengingatnya. “Membaca bukan saja proses mengingat, melainkan juga proses kerja mental yang melibatkan aspek-aspek berpikir kritis dan kreatif” (Nurhadi, 2005: 29). Pembaca yang baik adalah pembaca yang tahu mengelola bahan bacaan secara kritis dan kreatif. Dalam proses membaca, siswa diharapkan menganalisis, menimbang, menilai bacaan secara kritis.

Selain problematik dalam membaca yang telah dijelaskan tersebut, ada juga kendala lainnya dalam membaca yaitu minimnya pengetahuan tentang cara membaca yang efektif. Tampubolon (2008: 7) menjelaskan “Kemampuan membaca dapat ditingkatkan dengan penguasaan teknik-teknik membaca efesien dan efektif”.Secara teoretis, seorang siswa yang lamban dalam memahami teks-teks pada hakikatnya bukanlah pembaca yang kurang pintar, melainkan mungkin ia hanya seorang pembaca yang kurang efisien. Salah satu cara untuk mengatasinya dengan menerapkan teknik dan metode mengembangkan kemampuan membaca serta mengetahui variasi teknik sesuai dengan tujuan membaca.

(18)

ϲ

Guru dapat menumbuhkan minat membaca siswa, yaitu dengan adanya rangsangan untuk membaca bagi siswa dan model pembelajaran yang inovatif dan menarik. Hal demikian tidak akan mudah untuk dilakukan, bila dalam diri siswa sudah tidak ada motivasi untuk membaca. Penggunaan teknik yang menarik dapat meningkatkan minat belajar siswa. Oleh karena itu, perlu diadakan suatu teknik pembelajaran yang menarik sehingga siswa terpacu untuk membaca. Sebab, membaca merupakan keterampilan yang penting bagi siswa.

Dari berbagai kendala yang muncul dalam membaca maupun pembelajaran membaca, seperti minat dan motivasi membaca, sarana dan prasarana membaca, hambatan-hambatan dalam membaca, konsentrasi siswa dalam membaca, dan pengetahuan siswa tentang cara membaca yang efektif. Hal tersebut dapat ditanggulangi dengan pendekatan pembelajaran kooperatif dan hypnoteaching. Dalam pembelajaran kooperatif ini telah diwarnai dengan sistem hypnoteaching. Sehingga dipercaya dapat mengatasi berbagai kendala yang muncul tersebut.

Dengan pembelajaran kooperatif yang menghendaki siswa belajar dalam kelompok-kelompok belajar, dan siswa saling membelajarkan antara satu dengan yang lainnya. Dari sistem pembelajaran kooperatif yang digunakan dapat membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa. Karena proses pembelajaran tidak berpusat pada guru memberikan materi (ceramah), tapi siswa dengan kelompoknya belajar bersama dan saling memberikan pengetahuan. Sehingga akan timbul gairah untuk belajar. Selain itu, dengan pembelajaran kooperatif semua lapisan kemampuan siswa dapat berhasil dalam pembelajaran, seperti yang dijelaskan oleh Zubaedi (2014:

90) “Siswa dengan pencapaian tinggi, sedang, dan rendah semuanya berhasil meraih

pencapaian lebih baik dengan pembelajaran kooperatif”.

(19)

ϳ

demikian akan dinantikan kehadirannya di dalam kelas. Hal ini dapat terjadi apabila guru dan siswa telah menjalin kontak rasa. Hypnoteaching yang digunakan dalam penelitian pembelajaran ini mengajak siswa untuk berlatih konsentrasi dengan cara bermain, sehingga tanpa disadari oleh siswa, mereka sedang belajar dan berlatih namun dalam kemasan permainan. Hal tersebut membuat suasana pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan tidak membosankan bagi siswa. Selain itu, guru memberikan sugesti-sugesti positif kepada siswa, dengan berupa kisah-kisah yang dapat memotivasi siswa untuk lebih rajin belajar.

Pendekatan pembelajaran kooperatif yang dapat menarik minat dan motivasi belajar siswa diorientasikan dengan hypnoteaching yang dapat membuat proses pembelajaran lebih menyenangkan akan dapat menanggulangi berbagai kendala yang dijelaskan diawal. Pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching ini diterapkan dalam pembelajaran membaca kritis. Mengapa harus membaca kritis? Karena pembelajaran membaca atau kegiatan membaca tidak terbatas pada kemampuan mengingat, kegiatan membaca lebih dari hal tersebut. Untuk menjadi orang yang berhasil harus dapar meningkatkan kemampuan membaca ke jenjang membaca yang lebih tinggi, yaitu membaca kritis.

Terlepas dari problematik-problematik yang muncul dalam keterampilan membaca, membaca memiliki banyak manfaat bagi siswa. Ada banyak manfaat melatih keterampilan membaca terutama membaca kritis bagi siswa. Di antaranya dengan menguasai teknik membaca kritis siswa akan terbiasa untuk berpikir secara kritis dalam menerima informasi-informasi yang didapatkannya dalam bacaan. Siswa tidak serta-merta menerima/mengonfirmasi setiap data-data, fakta-fakta dan opini yang dimunculkan dalam bacaan. Siswa akan terbiasa untuk memilah informasi yang ia dapatkan dari hasil membacanya. Karena mereka membaca untuk memahami isi bacaan.

(20)

ϴ

Selain itu, siswa dibiasakan untuk berpikir kritis, mengkritisi dan mengolah setiap informasi yang ada dalam bacaan dengan pengalaman dan pengetahuan siswa dan berusaha mencari kebenaran atas informasi- informasi tersebut.

Kemampuan membaca kritis dapat diukur, yaitu dengan cara melakukan serangkaian latihan dan tes membaca. Tes tersebut yaitu membaca kritis suatu bahan baca, kemudian ada serangkaian tes tulis yang berupa tes objektif dan tes subjektif. Membaca kritis dilakukan dengan cara membaca senyap. Berdasarkan dari hasil tes kemampuan membaca dapat ditentukan kemampuan membaca tiap siswa, dan dapat menjadi bahan evaluasi bagi guru.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang membahas/meneliti tentang pembelajaran membaca kritis belum ada yang menggunakan teknik hypnoteaching. Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang membahas mengenai membaca kritis, sebagai berikut.

1. Upaya Penerapan Teknik Membaca Kritis dalam Meningkatkan Aktivitas dan Kemampuan Memahami Artikel Berita di Media Massa Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Singaraja.(Ida Bagus Sutresna)

2. Pembelajaran Membaca Kritis Teks Editorial dengan Menggunakan Teknik SQ3R pada Siswa Kelas IX IPA 4 SMAN 14 Garut Tahun Pelajaran 2011/2012 (Sri Cahyana)

Berikut dijelaskan lebih lanjut mengenai penelitian-penelitian terdahhulu yang

telah dilakukan tentang membaca kritis, sebagai berikut. Peneliti : Ida Bagus Sutresna

Judul : Upaya Penerapan Teknik Membaca Kritis dalam Meningkatkan Aktivitas dan Kemampuan Memahami Artikel Berita di Media Massa Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Singaraja

Pembahasan Hasil Penelitian:

(21)

ϵ

cukup), tindakan I mendapatkan nilai rata-rata 6,8 (kategori cukup), tindakan II mendapatkan nilai rata-rata 7,8 (kategori hampir baik). Sedangkan nilai prestasi belajarnya pada pratindakan adalah 6,80 (kategori cukup), tindakan I prestasi belajarnya berada pada nilai 7,0 (kategori lebih dari cukup), dan tindakan II prestasi belajar siswa berada pada nilai 8,15 (kategori baik). Peningkatan nilai aktivitas dari pratindakan sampai dengan tindakan II adalah 1,4 dan prestasi belajarnya 1,30. Sehubungan dengan temuan dalam penelitian ini, dapat direkomendasikan kepada guru-guru bahasa Indonesia dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran membaca kritis.

Persamaan:

Menggunakan media teks sebagai bahan pembelajaran membaca kritis. Kemudian melakukan penelitian untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam pembelajaran membaca kritis. Kemampuan awal siswa dalam membaca kritis diperlukan sebagai ukuran untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam pembelajaran membaca kritis.

Perbedaan:

Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu dari segi metode penelitan yang digunakan. Peneliti menggunakan metode true eksperimental design dengan jenis pretest-posttest control group design. Sedangkan penelitan di atas menggunakan PTK dengan dua kali siklus. Kemudian peneliti menggunakan dua metode pembelajaran yang saling bersinergi yaitu pendekatan kooperatif yang diwarnai oleh hypnoteaching. Dengan diwarnai oleh hypnoteaching, proses pembelajaran akan lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa. Karena dalam proses pembelajarannya selalu diwarnai dengan permainan-permainan dan terutama kepada pembawaan guru yang harus selalu ceria dalam mengajar. Kemudian menggunakan teknik membaca MURDER dan PQ4R dalam aktivitas membaca kritis siswa.

(22)

ϭϬ

Peneliti : Sri Cahyana

Judul : Pembelajaran Membaca Kritis Teks Editorial dengan Menggunakan Teknik SQ3R pada Siswa Kelas IX IPA 4 SMAN 14 Garut Tahun Pelajaran 2011/2012

Pembahasan Hasil Penelitian:

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai pembelajaran membaca kritis dengan menggunakan teknik SQ3R pada siswa kelas IX didapatkan hasil penelitian sebagai berikut.

Nilai Pretest

1 orang siswa mendapatkan nilai sangat baik yaitu 85, 1 orang siswa termasuk kategori baik dengan nilai 75 dan 70, 5 orang siswa termasuk kategori cukup dengan nilai 65, 10 orang siswa termasuk kategori cukup dengan nilai 60, tapi belum dapat melewati nilai standar kelulusan yaitu 65. Kemudian sebanyak 17 orang siswa termasuk ke dalam kategori nilai kurang yaitu 55-40, dan 1 orang siswa mendapat nilai 30 yang termasuk dalam kategori sangat kurang. Dari hasil nilai pretest tersebut hanya 8 orang siswa yang mampu melewati standar nilai kelulusan yaitu 65, sedangkan 28 orang siswa lainnya belum mampu melewati standar nilai kelulusan. \ Nilai Posttest

2 orang siswa termasuk kategori sangat baik dengan nilai 90 dan 85, 7 orang siswa termasuk kategori baik dengan perolehan nilai 75 dan 70, 11 orang siswa mendapat nilai 65 dengan kategori nilai cukup untuk melewati standar nilai kelulusan. Kemudian, 7 orang siswa mendapat nilai 60 dengan kategori nilai cukup, tapi belum dinyatakan lulus karena tidak melewati standar nilai kelulusan yaitu 65. Sedangkan sebanyak 9 orang siswa termasuk kategori kurang dengan nilai 55 dan 50. Dari hasil data posttest tersebut sebanyak 20 orang siswa dinyatakan lulus melewari standar nilai kelulusan, dan sisanya 16 orang siswa masih belum mampu untuk melewati standar nilai kelulusan.

(23)

ϭϭ

maka terdapat perbedaan kemampuan membaca kritis teks editorial antara sebelum dan sesudah digunakannya metode SQ3R pada siswa IX IPA 4 tahun pelajaran 2011/2012. Dengan demikian, data menunjukkan bahwa metode SQ3R efektif untuk meningkatkan kemampuan membaca kritis siswa kelas IX.

Persamaan:

Menggunakan media teks sebagai bahan pembelajaran membaca kritis. Kemudian metodologi penelitian yang digunakan sama yaitu true experimental. Mengukur tingkat keberhasilan pembelajaran membaca kritis dengan melihat pada nilai pretest dan posttest siswa.

Perbedaan:

Menggunakan metode SQ3R, sedangkan peneliti menggunakan metode/teknik membaca MURDER dan PQ4R. Kemudian peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif yang diwarnai atau berorientasi hypnoteaching. Penerapan dua model pembelajaran tersebut dimaksudkan untuk menambah warna dalam setiap proses pembelajaran. Dengan diwarnai hypnoteaching, pembelajaran di kelas menjadi lebih “hidup” dan menyenangkan bagi siswa. Sehingga tidak membuat siswa jenuh dan bosan selama mengikuti proses belajar mengajar.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah dijelaskan, dapat diidentifikasi masalah- masalah penelitian sebagai berikut.

1. Pembelajaran membaca di sekolah diidentikkan dengan kegiatan mengingat bahan bacaan.

2. Minat membaca siswa masih sangat kurang, terutama dalam membaca buku-buku ilmu pengetahuan.

3. Motivasi siswa untuk membaca masih sangat kurang. Kesadaran diri siswa untuk membaca/menambah pengetahuan didasarkan pada keterpaksaan.

(24)

ϭϮ

5. Minimnya pengetahuan siswa tentang cara membaca yang efektif.

6. Konsentrasi siswa terhadap bacaan tidak mampu bertahan dalam jangka waktu yang lama. Hal ini terjadi jika siswa dihadapkan pada bacaan yang panjang. 7. Hambatan-hambatan dalam membaca masih sering terlihat pada siswa. Seperti

membaca dengan bersuara, menggunakan bantuan alat untuk menunjuk bacaan, membaca dengan bergumam, dan lain-lain.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah penelitian yang telah dijelaskan, penulis merumuskan beberapa rumusan masalah dalam penelitian, sebagai berikut.

1. Bagaimana profil pembelajaran membaca kritis siswa SMP Negeri 6 Subang kelas

VII C?

2. Bagaimana kemampuan membaca kritis siswa di kelas eksperimen dan kelas

kontrol?

3. Bagaimana proses pembelajaran dengan pendekatan kooperatif berorientasi

hypnoteaching dalam pembelajaran membaca kritis?

4. Apakah pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching efektif dalam

meningkatkan kemampuan membaca kritis siswa?

5. Bagaimana respons siswa terhadap pendekatan kooperatif berorientasi

hypnoteaching dalam pembelajaran membaca kritis?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latarbelakang dan rumusan masalah penelitian yang telah dijelaskan, penulis merumuskan beberapa tujuan dalam penelitian, sebagai berikut.

1) Mendapatkan gambaran profil kegiatan membaca kritis siswa SMP Negeri 6

Subang kelas VII C.

2) Mendapatkan gambaran proses pembelajaran dengan pendekatan kooperatif

(25)

ϭϯ

3) Mendapatkan gambaran efektifitas pendekatan kooperatif berorientasi

hypnoteaching dalam pembelajaran membaca kritis.

4) Mendapatkan gambaran efektivitas pendekatan kooperatif berorientasi

hypnoteaching dalam meningkatkan kemampuan membaca kritis siswa.

5) Mendapatkan gambaran respons siswa terhadap pendekatan kooperatif

berorientasi hypnoteaching dalam pembelajaran membaca kritis.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk hal-hal berikut.

1. Pengembangan ilmu pengetahuan, yaitu menemukan atau mengembangkan model

pembelajaran kooperatif yang berorientasi pada hypnoteaching. Model ini dapat

menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan atau informasi dalam bidang pendidikan bahasa dan sastra Indonesia.

2. Penelitian ini memiliki potensi untuk menghasilkan suatu produk akhir sebuah model pembelajaran dalam pengajaran membaca kritis yang dapat dijadikan sebagai upaya meningkatkan kualitas pengajaran guru.

3. Penelitian ini mempunyai dampak terhadap keanekaragaman hasil penelitian yang tindak lanjutnya akan menjadi dasar dan pembanding bagi para peneliti berikutnya.

(26)

ϳϯ

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode eskperimen. Eksperimen adalah uji coba atau percobaan yang direncanakan atau bersisitem. Metode penelitian eksperimental dapat diartikan sebagai sebuah studi yang objektif, sistematis, dan terkontrol untuk memprediksi dan mengontrol fenomena. Oleh karena itu, tujuan penelitian eksperimental dimaksudkan untuk menguji hubungan kausalitas (Syamsuddin dan Vismaia, 2006: 151). Eksperimen sebuah penelitian yang dikondisikan (artificial condition). Kondisi penelitian diatur oleh peneliti secara penuh. Dengan demikian, metode penelitian eksperimen adalah penelitian untuk mengujicobakan sebuah perlakuan terhadap sebuah objek, serta membandingkanya dengan kelas kontrol.

Metode eksperimen ini mempunyai validitas yang sangat tinggi. Validitas ini untuk menguji seberapa jauh pengaruh variabel satu atau lebih terhadap variabel lain. Tujuan penelitian eksperimen adalah untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan sebab akibat dan berapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa kelompok eksperimen, serta menyediakan kontrol untuk perbandingan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian ekperimen model True Experimental Design. Dalam model ini menggunakan desain Pretest-Posttest Control Group Design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil pretest yang baik adalah apabila nilai kelompok/kelas eksperimen dan kontrol tidak berbeda secara signifikan.

(27)

ϳϰ

eksperimen dan kelompok kontrol merupakan kelompok yang akan diambil data penelitiannya, untuk kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan pendekatan koopertatif berorientasi hypnoteaching. Sedangkan kelompok kontrol tidak mendapatkan perlakuan dengan pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching.

(Sugiyono, 2011: 112-113) Gambar 3.1

Desain Metode Eksperimen Pretest-Posttest Control Group Design.

Keterangan:

R = kelompok/kelas eksperimen dan kontrol siswa SMP Negeri 6 Subang kelas VII diambil secara random.

O1 = kemampuan awal membaca kritis siswa sebelum diberikan perlakuan dengan pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching (kegiatan pretest kelas eksperimen),

O2 = kemampuan membaca kritis siswa kelas eksperimen setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching (kegiatan posttest kelas eksperimen).

O3 = kemampuan awal membaca kritis siswa kelas kontrol (kegiatan pretest kelas kontrol)

O4 = kemampuan membaca kritis siswa kelas kontrol yang tidak diberikan perlakuan dengan pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching (kegiatan posttest kelas kontrol)

X = treatment (perlakuan). Kelompok/kelas eksperimen diberi treatment, yaitu pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching dalam pembelajaran

R

O1

X

O2

(28)

ϳϱ

membaca kritis. Sedangkan kelompok kontrol tidak menggunakan pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching dalam pembelajaran membaca kritis.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi obyek benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah siswa-siswa SMP Negeri 6 Subang kelas VII. SMP Negeri 6 Subang memilik sebelas kelas dalam satu rombel (rombongan belajar), yaitu kelas VII A, kelas VII B, kelas kelas VII C, kelas VII D, kelas VII E, kelas VII F, kelas VII G, kelas VII H, kelas VII I, kelas VII J, dan kelas VII K.

2. Sampel

(29)

ϳϲ

hasil pengundian tersebut didapatkan hasil kelas VII C terpilih sebagai kelas eksperimen, dan kelas VII B terpilih sebagai kelas kontrol.

C. Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Terdapat dua hal utama untuk memperngaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan tiga cara yaitu 1) tes, 2) observasi, 3) kuesioner (angket), dan 4) dokumen. 1. Tes

Tes merupakan suatu alat ukur yang diberikan pada individu (responden) untuk mendapatkan jawaban-jawaban, baik secara tertulis maupun lisan, sehingga dapat diketahui kemampuan individu/responden yang bersangkutan (Suharsaputra, 2012: 95). Tes yang dilaksanakan dalam penelitian ini yaitu berupa tes membaca kritis dengan menjawab sepuluh pertanyaan pilihan ganda dan empat pertanyaan esai untuk pretest dan posttest. Pretest membaca kritis dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa, kemudian dilakukan posttest untuk mengetahui perkembangan kemampuan membaca kritis siswa setelah diberikan perlakuan.

2. Observasi

(30)

ϳϳ

selama proses pembelajaran, kegiatan berkelompok siswa, pasrtisipasi siswa dalam kegiatan diskusi.

3. Kuesioner (Angket)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Dalam penelitian ini, kuesioner (angket) dibagikan kepada siswa-siswa SMP Negeri 6 Subang kelas VII C yang telah ditetapkan menjadi sampel penelitian sebagai kelas eksperimen. Kuesioner yang dibagikan merupakan instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel yang akan diteliti yaitu pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching dalam pembelajaran membaca kritis.

4. Dokumen

Pada instrumen ini, peneliti memperoleh informasi (data) dari berbagai sumber tertulis atau dokumen yang ada pada responden. Sumber dokumen yang ada pada umumnya dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu dokumentasi resmi, termasuk surat keputusan, surat instruksi, dan surat bukti kegiatan yang dikeluarkan oleh kantor atau organisasi yang bersangkutan. Jika dalam ruang lingkup sekolah dapat berupa kurikulum, silabus, dan RPP yang digunakan oleh sekolah dan guru. Kemudian ada dokumentasi tidak resmi yang dapat berupa surat nota, surat pribadi yang memberikan informasi kuat terhadap suatu kejadian.

D. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat sejumlah istilah pokok yang perlu didefinisikan dengan maksud agar penelitian ini dapat dilakukan dan terarah fokus penelitiannya. Istilah-istilah yang perlu mendapat perhatian, didefinisikan sebagai berikut.

1. Pendekatan Kooperatif Berorientasi Hypnoteaching dalam Pembelajaran Membaca Kritis

(31)

ϳϴ

merupakan pendekatan koopertatif yang telah diwarnai oleh hypnoteaching. Hypnoteahcing yaitu suatu cara pembelajaran di dalam kelas dengan memberikan motivasi-motivasi positif yang bermanfaat untuk pembentukan dan pengembangan karakter siswa. Selain itu, guru berusaha menjadi pribadi yang diharapkan kedatangannya oleh siswa dalam setiap pembelajaran. Guru menjadi teman bagi siswa, guru berpenampilan menarik, memberikan suasana pembelajaran yang menggembirakan, dan lain-lain. Dalam proses pembelajarannya, siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4-6 orang siswa.

Pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching dalam pembelajaran membaca kritis yaitu pemberian motivasi belajar kepada siswa dalam pengajaran membaca kritis. Setiap sesi pembukaan pelajaran, guru memberikan motivasi -motivasi positif kepada siswa dapat berupa kata-kata yang membangun gairah belajar atau kisah-kisah yang menginspirasi siswa untuk belajar lebih giat. Kemudian di tengah-tengah proses pelajaran guru menyediakan waktu bagi siswa untuk bermain dan berlatih konsentrasi. Dalam kegiatan bermain dan berlatih konsentrasi tersebut guru memberikan lembar permainan pada setiap siswa yaitu berupa tebak gambar, tebak huruf, mencocokkan gambar, mencari angka secara berurutan, dll. Dengan kata lain, guru memberikan pembelajaran membaca kritis dengan suasana yang menyenangkan dan menarik bagi siswa.

2. Kemampuan Membaca Kritis

(32)

ϳϵ

kemampuan menginterpretasikan makna tersirat, kemampuan mengaplikasikan konsep -konsep dalam bacaan, kemampuan menganalisis bacaan, kemampuan membuat sintesis, dan kemampuan menilai isi bacaan.

E. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan insrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Menurut Nana Sudjana (dalam Suharsaputra, 2012: 94-95), dalam penyusunan instrumen penelitian ada beberapa yang harus diperhatikan yaitu :

1) Masalah dan variabel yang diteliti termasuk indikator variabel harus jelas dan spesifik sehingga dapat dengan mudah menetapkan jenis instrumen yang akan digunakan.

2) Sumber data/informasi, baik jumlah maupun keragamannya harus diketahui terlebih dahulu, sebagai bahan atau dasar dalam menentukan isi, bahasa, sistematika item dalam instrumen penelitian.

3) Keterandalan dalam instrumen itu sendiri sebagai alat pengumpulan data, baik dari keajegan, kesahihan maupun objektivitasnya.

4) Jenis data yang diharapkan dari penggunaan instrumen harus jelas, sehingga peneliti bisa memperkirakan cara analisis data guna pemecahan masalah penelitian.

5) Mudah dan praktis digunakan, akan tetapi dapat menghasilkan data yang diperlukan.

(33)

ϴϬ

1. Instrumen Perlakuan

a. Ancangan Model Pembelajaran (Model Pembelajaran Kooperatif)

ANCANGAN MODEL PEMBELAJARAN

(PENDEKATAN KOOPERATIF BERORIENTASI HYPNOTEACHING

DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA KRITIS)

A. RASIONAL DAN TUJUAN

Tujuan pembelajaran pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching dalam pembelajaran membaca kritis yaitu mengajak siswa untuk melakukan pembelajaran dengan suasana yang menyenangkan. Memberikan materi pelajaran dengan cara-cara yang kekinian, santai, menyenangkan, sehingga dapat menarik minat dan memotivasi siswa agar mau mengikuti pembelajaran dan mau mengikuti segala instruksi dari guru. Sehingga dengan sendirinya siswa menerima segala apa yang guru sampaikan (materi dan instruksi), yang berdampak pada perkembangan akademik siswa khususnya keterampilan membaca kritis siswa. Selain itu, sesuai dengan konsep dasar pembelajaran kooperatif yaitu mengenalkan, mengajarkan kepada siswa cara bersosial, berdemokrasi, menghargai pendapat orang lain, bertanggungjawab, bekerja sama, dan menghormati perbedaan individu. Sehingga diharapkan selain meningkat dari segi akademik, siswa juga mengalami peningkatan/perubahan dari segi sikap ke arah yang lebih baik.

B. PRINSIP DASAR MODEL KOOPERATIF

Prinsip-prinsip dasar model kooperatif menurut Nur (2000), yaitu sebagai berikut:

1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.

(34)

ϴϭ

3. Setiap anggota kelompok harus berbagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.

4. Setiap anggota kelompok akan dikenai evaluasi.

5. Setiap anggota kelompok berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

6. Setiap anggota kelompok akan dimintai mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

C. ANCANGAN MODEL PENDEKATAN KOOPERATIF BERORIENTASI

HYPNOTEACHING DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA KRITIS

1. Syntax

Syntax merupakan prosedur yang berupa langkah-langkah kegiatan pembelajaran. Langkah-langkah kegiatan dalam model pembelajaran membaca kritis secara kooperatif terdiri atas enam tahapan pokok, diadopsi dari langkah-langkah pembelajaran kooperatif Rusman (2013: 211) yaitu (1) orientasi (menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa), (2) menyajikan informasi, (3) Berkelompok (mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar), (4) Bimbingan (membimbing kelompok bekerja dan belajar), (5) evaluasi, (6) Reward (memberikan penghargaan kepada kelompok).

Tahap 1: Orientasi (menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa)

(35)

ϴϮ

Tahap 2: Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi, ceramah, atau melalui bahan bacaan. Mengomunikasikan konsep -konsep utama (membaca kritis), tugas, dan kegiatan yang akan dilaksanakan. Pada tahap ini dilakukan komunikasi intensif antara guru dan siswa hingga sampai pada pemahaman dan bekal yang cukup untuk melakukan kegiatan lanjutan.

Tahap 3: Berkelompok (mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar)

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar. Pembentukan kelompok dilakukan dengan cara demokratis, diundi, kelompok bermain, atau ditunjuk secara langsung, pembentukan kelompok dilakukan dengan cara yang menyenangkan. Kemudian guru membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien.

Tahap 4: Bimbingan (membimbing kelompok bekerja dan belajar)

Pada tahap bimbingan ini, guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas. Bobot pembelajaran berfokus pada siswa belajar, bukan pada guru mengajar. Guru hanya bertugas sebagai fasilitator, pembimbing, pendamping pada kegiatan belajar di kelas dan pada kegiatan diskusi kelompok.

Tahap 5: Evaluasi

(36)

ϴϯ

Tahap 6: Reward (memberikan penghargaan kepada kelompok)

Tahap reward yaitu guru memilih kelompok yang dinyatakan memberikan presentasi kelompok yang paling baik diantara kelompok-kelompok belajar yang lainnya. Kriteria pemilihannya dapat dilihat dari jawaban-jawaban yang diutarakan oleh kelompok dalam hasil diskusinya. Sistem penghargaan ini bukan untuk berkompetisi, tapi untuk memunculkan motivasi belajar siswa secara individu maupun berkelompok.

2. Sistem Sosial

Sistem sosial merupakan situasi, suasana, dan norma yang berlaku dalam model kooperatif dalam pembelajaran membaca kritis. Model ini diorganisasikan secara terstruktur yang ditunjukkan dengan peran dan fungsi guru maupun siswa dalam menciptakan situasi-kondisi dan kegiatan pembelajaran demi terbukanya peluang berpendapat dalam mengkritisi wacana yang diajukan kepada siswa. Untuk itu, pembelajaran dikembangkan dalam sistem yang demokratis, dialogis, kooperatif, dan bertanggungjawab.

3. Prinsip Reaksi

Prinsip reaksi merupakan pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang dan memperlakukan siswa. Termasuk di dalamnya adalah bagaimana guru memberi stimulus-respon terhadap siswa. Prinsip ini memberikan petunjuk bagaimana seharusnya guru menggunakan aturan permainan yang berlaku. Implementasinya adalah guru bersifat reflektif dengan peran dan fungsi pembimbing, pendamping, fasilitator, pengarah bagi berkembangnya pribadi siswa dan keberlangsungan kegiatan secara keseluruhan.

4. Sistem Pendukung

(37)

ϴϰ

konsep-konsep dasar membaca kritis, media pembelajaran, merupakan sarana yang dapat digunakan untuk mendukung pelaksanaan model kooperatif dalam pembelajaran membaca kritis.

5. Dampak Instruksional dan Pengiring

Dampak instruksional adalah hasil belajar yang dicapai secara langsung sebagaimana tujuan utama yang diharapkan, yaitu siswa (1) dapat memahami konsep -konsep dasar membaca kritis, (2) dapat menentukan makna-makna eksplisit dan implisit dalam wacana, (3) dapat mengkritisi konten isi dari wacana. Adapun dampak pengiring adalah hasil belajar lain yang dicapai karena proses pembelajaran yang ditempuh, yaitu berkembangnya (1) toleransi dan kerja sama, (2) kreatif, kerja keras, mandiri, (3) rasa percaya diri

b. Penyusunan Perencanaan Pembelajaran

Penyusunan Desain Pembelajaran

Penerapan Pendekatan Kooperatif Berorientasi Hypnoteaching dalam Pembelajaran Membaca Kritis

A. Landasan

1. Landasan Filosofis Pembelajaran : Konstruktivisme

2. Pendekatan Pembelajaran : Cooperative Learning dan Hypnoteaching B. Implementasi

1. persiapan/perencanaan a. merumuskan tujuan b. menentukan materi c. menentukan prosedur

(38)

ϴϱ

2. Proses Pembelajaran a. Syntax

1) Orientasi (menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa) 2) Menyajikan informasi

3) Berkelompok (mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar) 4) Bimbingan (membimbing kelompok bekerja dan belajar)

5) Evaluasi

6) Reward (memberikan penghargaan kepada kelompok) b. Sistem sosial: demokratis, dialogis, kooperatif,

c. Sistem reaksi: guru sebagai fasilitator, pembimbing, pendamping, pengarah d. Sistem pendukung: lembar kartu berkonsentrasi, lembar permainan membaca 3. Evaluasi

Proses: pengamatan

Hasil: tes individual dan kelompok

(39)

ϴϲ

Tabel 3.1

Desain Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Hypnoteaching dalam Pembelajaran Membaca Kritis

Tahapan siswa bersama-sama melakukan kegiatan persiapan memulai pembelajaran. Guru menjelaskan tujuan dari pembelajaran yang akan dilaksanakan, menjelaskan manfaat dari pembelajaran yang akan dilaksanakan. Kemudian guru memotivasi siswa untuk belajar dengan cara yang menyenangkan, yaitu bermain permainan konsentrasi (menebak gambar, mencocokkan

(40)

ϴϳ

gambar, mencari perbedaan gambar, dan lain-lain). Kemudian dengan cara bermain permaian membaca (mencari kata, menyusun kata, skemata, dan lain-lain). Permainan-permainan tersebut tidak serentak disajikan kepada siswa, tapi porsinya dibagi-bagi ke dalam beberapa pertemuan. Guru juga memotivasi siswa untuk belajar dengan cara menggugah siswa dengan kata-kata yang membangun atau dapat juga dengan membuat jargon-jargon yang sifatnya membangun motivasi belajar siswa.

Menyampai-kan Informasi

Menyajikan informasi

Guru menyampaikan informasi kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari dan harus dikuasai oleh siswa. Guru menyampaikan

Siswa mendengarkan materi yang disampaikan dengan tertib dan tenang. Siswa mengikuti seluruh instruksi yang diberikan oleh

Pembekalan

(41)

ϴϴ

informasi/materi dengan pembawaan yang santai tapi tegas. Penyampaian materi tentang membaca kritis dilakukan dengan cara bertahap dan disertai dengan contoh-contoh yang dapat memberikan pemahaman kepada siswa.

guru.

Berkelompok Kooperatif Membagi-bagi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar yang terdiri atas 4-5 orang siswa. Jumlah kelompok menyesuaikan dengan jumlah keseluruhan siswa di kelas. Pembagian kelompok belajar ini dilakukan dengan cara yang menyenangkan, dapat dilakukan dengan pembagian nomor kepada siswa, pembagian simbol-simbol kepada siswa, atau dapat dengan pemilihan langsung oleh guru.

Siswa mengikuti instruksi dari guru untuk berkelompok secara heterogen. Siswa dengan tertib berkelompok-kelompok sesuai dengan arahan guru. Setiap kelompok beranggotakan 4-5 orang siswa. Siswa berkumpul dengan kelompoknya dan bersiap untuk menerima materi yang akan diberikan oleh guru. Setiap kelompok menerima materi pembelajaran yang sama, setiap

(42)

ϴϵ

Pembentukan kelompok ini berasaskan kepada metode belajar STAD, yaitu kelompok heterogen dari aspek jenis kelamin, kemampuan akademis, bahasa, suku, dan lain-lain.

lembar materi yang dibagikan terdapat beberapa pertanyaan essai yang harus dijawab oleh kelompok dan disampaikan hasil jawaban kelompoknya dalam sesi selanjutnya.

telah disediakan oleh guru pembelajaran berfokus pada siswa belajar.

Siswa berdiskusi dengan anggota kelompoknya tentang wacana yang telah diberikan oleh guru. Siswa membaca dan berpikir kritis untuk dapat menjawab sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang telah dicantumkan oleh guru. Dalam tahap ini siswa berdiskusi, bersosialisasi, berpikir bersama untuk menentukan jawaban yang terbaik bagi kelompoknya. Setiap siswa ikut berperan serta dalam

Siswa belajar untuk berdiskusi dan menyampaikan

setiap pendapat yang dimilikinya dalam upaya menjawab

(43)

ϵϬ

merumuskan jawaban yang terbaik dari setiap pertanyaan yang disediakan oleh guru. Setiap siswa menuliskan jawaban-jawaban yang telah didiskusikan bersama dalam buku latihannya Evaluasi Penilaian Guru mulai menilai dari hasil

berdiskusi kelompok. Penilaian dilihat dari seberapa tepat persentase jawaban yang dipaparkan/disampai-kan oleh setiap kelompok. Guru menerima salinan jawaban dari setiap kelompok. Salinan jawaban tersebut digunakan oleh guru untuk menyamakan dengan jawaban dari setiap kelompok yang dipresentasikan. Guru memberikan jawaban yang paling tepat seusai semua kelompok mendapatkan

Setiap kelompok menyampaikan/ mempresentasikan jawaban dari hasil berdiskusi dengan anggota kelompoknya dengan alokasi waktu yang telah ditentukan oleh guru. Setiap kelompok mendapatkan kesempatan yang sama untuk menyampaikan jawaban hasil diskusinya. Setiap kelompok membuat dua salinan jawaban yang sama. Salinan yang pertama diserahkan kepada guru, sedangkan salinan yang kedua

(44)

ϵϭ

giliran untuk mempresentasikan jawaban dari hasil diskusinya.

menjadi bahan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Salinan pertama digunakan oleh guru untuk menyamakan jawaban dengan presentasi oleh siswa.

Pembahasan dan Reward

Pembahasan jawaban dan penghargaan

Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang dianggap paling mendekati jawaban benar dari jawaban yang diharapkan. Tahapan penghargaan ini juga menjadi tahap pembahasan jawaban dari setiap pertanyaan. Sehingga guru dan siswa dapat menentukan kelompok yang berhak mendapatkan penghargaan dari guru. Setiap jawaban yang disampaikan oleh kelompok dinilai satu persatu dan dicocokkan dengan jawaban yang telah dibuat oleh guru.

siswa memeriksa setiap jawaban yang dimilikinya dengan jawaban yang telah ditetapkan oleh guru. Siswa menilai kemampuan diri sendiri dari hasil pembahasan jawaban. Dari pembahasan jawaban, siswa ikut mengoreksi dan menuliskan jawaban yang tepat pada buku latihannya

(45)

ϵϮ

(46)

ϵϯ

Lebih lanjut, tahapan pembelajaran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3.2 Ancangan Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi

Hypnoteaching dalam Pembelajaran Membaca Kritis

Berdasarkan rancangan model pembelajaran kooperatif berorientasi hypnoteaching dalam pembelajaran membaca kritis yang telah dijelaskan, selanjutnya

1. Orientasi

 Apersepsi

 Memotivasi siswa

3. Berkelompok

 Berkelompok heterogen, tertib, dan dengan cara yang menyenangkan

2. Menyampaikan Informasi  Langkah-langkah

pembelajaran, konsep dasar, materi membaca kritis.

6. Pembahasan dan Reward

 Pembahasan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan

 Pemberian penghargaan

4. Membimbing

 Berdiskusi, berpikir bersama

 Berpikir kritis, menjawab pertanyaan

5. Evaluasi

 Penilaian

(47)

ϵϰ

rancangan dijabarkan dalam tiga komponen utama pembelajaran, yaitu meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evluasi pembelajaran. c. Sintaks Pembelajaran Membaca Kritis dengan Pendekatan Kooperatif

Berorientasi Hypnoteaching

Gambar 3.3 Sintaks Pembelajaran Membaca Kritis dengan Pendekatan Kooperatif Berorientasi Hypnoteaching

Tujuan

Materi

Proses Belajar Mengajar

Media dan Sumber Belajar

Evaluasi

Kompetensi membaca kritis siswa dengan menggunakan pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching.

Media dan sumber belajar terkait dengan materi membaca kritis dengan pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching.

Kegiatan pembelajaran dengan enam langkah: orientasi, menyampaikan informasi, berkelompok, membimbing, evaluasi, pembahasan dan penghargaan. Keterampilan membaca kritis (konsep, komponen, dan wacana) dengan pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching.

Jenis dan prosedur evaluasi proses dan hasil belajar.

Proses : pengamatan

(48)

ϵϱ

KEGIATAN

GURU KEGIATANTAHAP KEGIATAN SISWA

Orientasi

 Memberikan contoh-contoh dalam membaca kritis

 Mendengarkan setiap penjelasan dari guru

 Bertanya tentang konsep atau materi yang kurang dipahami

 Mencatat hal-hal yang dianggap penting

 Membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar heterogen

 Membagi kelompok dengan cara yang menyenangkan

 Berkelompok dengan siswa lainnya sesuai dengan

instruksi yang diberikan oleh guru

 Berkelompok dengan cara yang telah ditetapkan oleh guru

 Berkelompok dengan tertib dan tidak gaduh

 Bersiap menerima materi pembelajaran kelompok

 Mendengarkan setiap instruksi dari guru

 Menyiapkan diri untuk belajar dengan semangat

(49)

ϵϲ

Gambar 3.4 Sintaks Pembelajaran Membaca Kritis dengan Pendekatan

Kooperatif Berorientasi Hypnoteaching dalam Proses Belajar Mengajar

Membimbing

Evaluasi

Reward

 Berdiskusi dengan anggota kelompok

 Bersosialisasi,berkontribusi, dan berpendapat untuk menjawab pertanyaan

 Menghargai pendapat dari anggota kelompok

 Menghargai keputusan dari hasil berdiskusi kelompok

 Melakukan pemantauan terhadap kinerja kerja sama dan diskusi kelompok pertanyaan bersama dengan kelompok belajar siswa

 Memberikan jawaban yang diharapkan dari setiap pertanyaan

 Membahas pertanyaan -pertanyaan yang telah dikerjakan dalam kegiatan berdiskusi

 Berpartisipasi dalam kegiatan tanya jawab pembahasan pertanyaan

 Memaparkan jawaban dengan tertib dan sesuai dengan instruksi guru

 Menentukan kelompok yang menjawab pertanyaan dengan benar

 Menentukan bersama siswa, kelompok yang paling banyak menjawab dengan benar

 Memberikan penghargaan/ reward kepada kelompok yang paling banyak menjawab dengan benar

 Bersama-sama dengan guru menentukan kelompok yang berhak mendapatkan

penghargaan/reward dari guru berdasarkan jawaban -jawaban yang telah diberikan dari setiap kelompokl

(50)

ϵϳ

d. Rancangan Pelaksanaan Penelitian Pembelajaran

Tabel 3.2

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Orientasi 15 menit - Salam dan perkenalan kepada siswa

- menjelaskan tujuan penelitian - menjelaskan tujuan

pembelajaran

- siswa menjawab salam dan memperkenalkan diri (nama, alamat, asal SD, hobi dan cita-cita) secara bergantian di depan kelas.

- siswa mendengarkan informasi yang diberikan oleh guru Penjelasan

informasi

20 menit - menjelaskan langkah- langkah pembelajaran pertemuan pertama

- menjelaskan materi dasar tentang membaca (definisi membaca, tujuan membaca, dan manfaat membaca). Menjelaskan definisi

membaca dengan pemodelan

- siswa mendengarkan informasi yang diberikan oleh guru tentang langkah- langkah pembelajaran pada pertemuan pertama

- siswa berdiskusi mencari definisi membaca, tujuan membaca, dan manfaat waktu yang telah ditentukan dan disepakati bersama.

(51)

ϵϴ

konsentrasi. instruksi guru dalam aturan permainan berkonsentrasi.

Berkelompok 15 menit - membentuk kelompok belajar dengan cara diundi

menggunakan kertas undian yang telah diberi nama kelompok (pembagian kelompok berdasarkan nama yaitu UNGGUL,

TERAMPIL, PINTAR, CERDAS, MAHIR, RAJIN, dan SUKSES)

- memeriksa tiap kelompok belajar (kelompok belajar harus heterogen sesuai dengan metode cooperative learning).

- siswa mengambil kertas undian untuk pembagian kelompok belajar secara bergantian dan dengan tertib (pembagian kelompok berdasarkan nama yaitu UNGGUL, TERAMPIL, PINTAR, CERDAS, MAHIR, masing kelompok belajar. (guru hanya berperan sebagai fasilitator, pembimbing, dan pengarah untuk proses diskusi kerja kelompok) - mengondisikan suasana

belajar

(52)

ϵϵ

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Orientasi 10 menit - meminta siswa untuk berdoa terlebih dahulu

- memberikan salam kepada siswa

- absensi siswa

- mengulas pertemuan sebelumnya secara singkat - bertanya jawab dengan siswa

tentang pelajaran yang sebelumnya

- memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih rajin belajar

- menjelaskan tujuan pembelajaran

- siswa berdoa sebelum memulai pelajaran

- siswa menjawab salam dari guru

- siswa memberikan tanggapan untuk materi pelajaran pada pertemuan sebelumnya - siswa bertanya jawab dengan

guru untuk materi pada

30 menit - menjelaskan langkah- langkah pembelajaran pada

pertemuan kedua

- memberikan materi tentang membaca kritis (definisi, tujuan, manfaat, dan langkah-langkah membaca kritis) dan metode kooperatif dalam membaca kritis (MURDER dan PQ4R)

(53)

ϭϬϬ

- menjelaskan cara-cara pengerjaan/menjawab soal membaca kritis

- tanya jawab dengan siswa

Ice breaking 5 menit - bermain konsentrasi mata - mendengarkan instruksi aturan permainan Berkelompok 25 menit - meminta siswa untuk

berkelompok seperti yang telah ditetapkan pada pertemuan sebelumnya. - membagikan wacana pretest

pada masing- masing kelompok.

- meminta siswa untuk

mengerjakan soal pretest dan menjelaskan instruksi

pengerjaan (menuliskan jawaban di buku catatan, setiap anggota harus menuliskan jawaban, jawaban harus sama dalam satu kelompok, dikerjakan secara bersama-sama, harus menghargai perbedaan pendapat dan merumuskan jawaban yang paling tepat, alokasi waktu pengerjaan soal)

- siswa berdiskusi untuk mencari jawaban yang paling tepat dalam menjawab soal pretest

- setiap siswa mencatat

(54)

ϭϬϭ

- memberikan bimbingan dan pemantauan kepada masing-masing kelompok belajar. (guru hanya berperan sebagai fasilitator,

pembimbing, dan pengarah untuk proses diskusi kerja kelompok)

- siswa mendengarkan instruksi aturan permainan.

Evaluasi 40 menit - membahas soal pretest bersama-sama dengan siswa - setiap pertanyaan dijawab

oleh kelompok yang berbeda secara bergantian.

- memberikan kesempatan pada kelompok yang lainnya untuk menjawab pertanyaan - menjelaskan dengan jelas

jawaban yang benar memberikan jawaban dari hasil berdiskusi (membaca soal, memberikan jawaban, dan menjelaskan mengapa memilih jawaban tersebut) - tiap kelompok memberikan

jawaban dari hasil berdiskusi - mendengarkan dengan tertib

(55)

ϭϬϮ

- memberikan penilaian kepada setiap kelompok dalam memberikan jawaban Reward (kegiatan

- memberikan hadiah pada tiap siswa yang berani

memberikan jawabannya (dengan cara dipilih oleh guru)

- memberikan hadiah pada kelompok yang paling banyak menjawab dengan benar

- setiap siswa yang terpilih maju ke depan kelas untuk mendapatkan hadiah dari guru

- setiap kelompok yang

terpilih maju ke depan kelas untuk mendapatkan hadiah dari guru

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Orientasi 10 menit - memberikan salam kepada siswa

- absensi kehadiran siswa - mengulas dengan singkat

pelajaran pada pertemuan sebelumnya

- bertanya jawab dengan siswa tentang pelajaran pertemuan sebelumnya

- menjelaskan tujuan pembelajaran

Gambar

Gambar 3.1 Desain Metode Eksperimen Pretest-Posttest Control Group Design.
gambar, mencocokkan
Gambar 3.2 Ancangan Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Hypnoteaching dalam Pembelajaran Membaca Kritis
Gambar 3.3 Sintaks Pembelajaran Membaca Kritis dengan Pendekatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENERAPAN METODE READING, PRESENTING, AND QUESTIONING (RPQ) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA SMP.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Table 2.3 shows how the fiscal gap of $126.3m over 4 years has changed since the 2003-04 MYBU as a result of contributions from: Government responsibilities, including for

Assim, com vista a reduzir o potencial impacto esperado destes choques de preços, para o povo e para a economia de Timor-Leste, o Governo está a solicitar fundos adicionais, para

PENGARUH MOD IFIKASI PELURU TERHAD AP PEMBELAJARAN KETERAMPILAN GERAK D ASAR TOLAK PELURU PAD A SISWA SMK NEGERI 4 BAND UNG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kemampuan mahasiswa PPL dalam perencanaan Pembelajaran menurut persepsi guru pamong pada kriteria baik untuk indikator merencanakan pengelolaan, indikator

Dengan menu modul dan soal, para mahasiwa dapat mengerjakan soal-soal yang tersedia secara online dan fasilitas admin yang digunakan oleh seorang administrator untuk mengelola

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan komunikasi dalam keluarga peserta didik dan merumuskan layanan bimbingan kelompok yang layak untuk meningkatkan

Hubungan antara komunikasi positif dalam keluarga dengan asertivitas pada siswa SMP Negeri 2 Yogyakarta.. Yogyakarta: Jurnal Penelitian Fakultas Psikologi