• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis atas Tanggung Jawab Rumah Sakit dalam Melayani Pasien BPJS Kesehatan Dihubungkan dengan Ketersediaan Dana yang Diberikan oleh Pemerintah dalam Penanganan Pasien BPJS Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Juncto

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis atas Tanggung Jawab Rumah Sakit dalam Melayani Pasien BPJS Kesehatan Dihubungkan dengan Ketersediaan Dana yang Diberikan oleh Pemerintah dalam Penanganan Pasien BPJS Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Juncto"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN YURIDIS ATAS TANGGUNG JAWAB RUMAH SAKIT DALAM MELAYANI PASIEN BPJS KESEHATAN DIHUBUNGKAN DENGAN

KETERSEDIAAN DANA YANG DIBERIKAN OLEH PEMERINTAH DALAM PENANGANAN PASIEN BPJS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN JUNCTO

UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BPJS ABSTRAK

Kesehatan adalah hak dasar setiap individu, dan semua warga negara berhak mendapat pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin. Hak atas kesehatan ini bermakna bahwa pemerintah berkewajiban untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang sehat dan sejahtera. Upaya pemerintah untuk mensejahterakan kehidupan masyarakatnya dibuktikan dengan membentuk Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS). Hal tersebut menjadi bukti kuat bahwa pemerintah memiliki komitmen yang besar dalam mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat. Namun pada kenyataannya, upaya pemerintah untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang sejahtera belum dapat terpenuhi dengan baik. Hal ini terbukti dengan adanya begitu banyak masalah dalam program BPJS Kesehatan. Hal tersebut terjadi karena menyangkut dengan masalah ketersediaan dana yang diberikan oleh pemerintah dalam penanganan pasien BPJS. Dana yang diturunkan oleh pemerintah untuk pelayanan BPJS kesehatan cenderung minim sehingga menghambat rumah sakit untuk memberikan pelayanan yang maksimal untuk setiap pasien BPJS Kesehatan. Permasalahan mengenai tanggungjawab rumah sakit dalam melayani pasien BPJS Kesehatan merupakan hal yang perlu dikaji.

Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian bersifat yuridis normatif yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma hukum dalam hukum positif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan undang-undang yang mengacu pada hukum primer berupa Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang SJSN, Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang BPJS. Bahan hukum sekunder berupa buku-buku, pendapat para ahli dan jurnal-jurnal hukum. Melalui metode penelitian tersebut, maka penulis akan mendapatkan analisa mengenai tanggungjawab rumah sakit dalam melayani pasien BPJS Kesehatan dengan ketersediaan dana yang diberikan oleh pemerintah.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa peranan rumah sakit dalam melayani pasien BPJS Kesehatan dipengaruhi oleh dana yang diturunkan dari pemerintah dan kualitas SDM yang ada pada setiap rumah sakit. SDM tersebut berupa tenaga medis yang terstandarisasi yang dimiliki oleh setiap rumah sakit. Bentuk perlindungan hukum yang dapat diberikan dari pemerintah kepada rumah sakit atas ketersediaan dana yang diberikan oleh BPJS yaitu berupa ganti kerugian terhadap segala kerugian yang ditanggung oleh rumah sakit dalam melayani pasien BPJS Kesehatan.

(2)

JURIDICAL REVIEW AT THE RESPONSIBILITY OF HOSPITALS FOR SERVING HEALTH BPJS PATIENTS IN RELATION TO THE AVAILABILITY OF FUND THAT THE GOVERNMENT PROVIDES

IN HANDLING BPJS PATIENTS AS VIEWED FROM ACT NUMBER 36 YEARS 2009 ABOUT HEALTH AND

ACT NUMBER 24 YEARS 2011 ABOUT BPJS

ABSTRACT

Health is a basic right of each individual, and all citizens, including poor ones, have a right of receiving health services. The right of health means that the government is in obligation to realize people’s healthy and prosperous life. An attempt of the government to prosper its people’s life is by establishing Social Security Implementing Agency (BPJS). It is a strong evidence that the government has a firm commitment to realizing prosperity for the whole people. In fact, however, the government attempt to create people’s prosperous life has not been going on well. It is indicated by the numerous problems arising in the Health BPJS program. They are related particularly to the availability of fund that the government provides for handling BPJS patients. The fund allocated by the government for BPJS services inclines to be minimal and it prevent hospitals from providing maximal services to each Health BPJS patient. The problems on the responsibility of hospitals for serving Health BPJS patients are worth studying.

Research method used is juridical normative, which focus on investigating the implementation of legal norms in positive (prevailing) laws. The approach used was a legislation approach referring to primary law in the form of the book of the act Civil Law, act number 40 years 2004 about SJSN, act number 36 years 2009 about Health, act number 44 years 2009 about Hospital, act number 24 years 2011 about BPJS. The secondary legal materials were books, opinion experts, and legal journals. By the research method, the writer obtained an analysis of the responsibility of hospitals in serving Health BPJS patients with the availability of fund from the government.

The research findings concluded that hospitals’ role in serving Health BPJS patients was influenced by both the fund allocation and the quality HR of a hospital. The HR includes standardized medical staffs of the hospitals. A form of legal protection that the government may provide to hospitals over the fund availability that BPJS provides is in form of remunerations for all costs that the hospitals incur in serving Health BPJS patients.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul…….……… i

Lembar Pernyataan Keaslian…………..……….. ii

Lembar Persetujuan Panitia Ujian…………...……… iii

Lembar Persetujuan Pembimbing………….………... iv

Lembar Persetujuan Revisi……….... v

Abstrak….……….. vi

Abstract…………...………...………. vii

Kata Pengantar……...………. viii

Daftar Isi…...………. xii

Daftar Tabel……….. xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……….. 1

B. Identifikasi Masalah……… 11

C. Tujuan Penelitian………. 12

D. Kegunaan Penelitian……… 12

E. Kerangka Pemikiran……….………... 13

(4)

G. Sistematika Penulisan………... 21

BAB II KEDUDUKAN HUKUM RUMAH SAKIT DAN TANGGUNG JAWAB RUMAH SAKIT DALAM MELAYANI PASIEN BPJS KESEHATAN A. Transaksi Terapeutik Yang Melandasi Pelayanan Kesehatan………... 24

B. Kedudukan Hukum Rumah Sakit Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan 1. Sejarah Penyelenggaraan Rumah Sakit………... 27

2. Definisi Rumah Sakit……… 29

3. Tujuan Pengaturan Rumah Sakit………... 30

4. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit………... 33

5. Pengaturan Penyelenggaraan Rumah Sakit………..……. 35

6. Jenis Rumah Sakit………... 36

7. Klasifikasi Rumah Sakit Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014………... 38

C. Jenis Pelayanan yang Melandasi Pelayanan Kesehatan 1. Jenis Pelayanan Berdasarkan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan…………... 43

(5)

D. Tanggung Jawab Rumah Sakit Berdasarkan Undang-undang Nomor 44

Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit……….. 48

BAB III KETERSEDIAAN DANA TERKAIT PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN A. Deskripsi Mengenai BPJS Kesehatan………...... 53

1. Tugas BPJS Kesehatan……….. 56

2. Kewenangan BPJS Kesehatan………... 57

3. Hak BPJS Kesehatan………... 60

4. Kewajiban BPJS Kesehatan……….. 61

B. Perbedaan Antara BPJS dan JKN………... 65

C. Alokasi Dana APBN untuk Pelayanan Kesehatan 1. Tata Penganggaran APBN untuk Pelayanan Kesehatan………... 67

2. Tata Kelola Dana BPJS Kesehatan………... 71

3. Kondisi Praktik BPJS Kesehatan di Rumah Sakit……… 73

4. Kondisi Faktual Pasien BPJS Kesehatan……….. 80

BAB IV ANALISA TERHADAP TANGGUNG JAWAB RUMAH SAKIT

DALAM MELAYANI PASIEN BPJS KESEHATAN

DIHUBUNGKAN DENGAN KETERSEDIAAN DANA YANG

DIBERIKAN OLEH PEMERINTAH DALAM PENANGANAN

PASIEN BPJS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 36

TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN JO. UNDANG-UNDANG

(6)

A. Peran Rumah Sakit dalam Mewujudkan Pelayanan Kesehatan Melalui

Prosedur BPJS Kesehatan

1. Peran Rumah Sakit dalam Mewujudkan Pelayanan Kesehatan………… 83

2. Bentuk Subrogasi dalam Pelayanan BPJS Kesehatan………... 88

3. Situasi Praktik BPJS Kesehatan di Rumah Sakit……….. 93

4. Prosedur Penggunaan Pelayanan BPJS Kesehatan………... 95

5. Permasalahan BPJS Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan………... 99

B. Perlindungan Hukum Kepada Pihak Rumah Sakit Sebagai Penyedia Jasa Pelayanan Kesehatan atas Ketersediaan Dana Bagi Peserta BPJS Kesehatan... 102

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………... 111

B. Saran………...…… 112

Daftar Pustaka………. 113

(7)

DAFTAR TABEL DAN BAGAN

TABEL

1. Perbedaan antara BPJS dan JKN………. 66

2. Perbandingan besaran dana APBN untuk Kesehatan dan BPJS Kesehatan dari Tahun 2013-2016……… 69

3. Dasar upah perhitungan iuran BPJS tahun 2014……… 77

BAGAN 1. Besaran iuran peserta PBI, PPU, PBPU dan BP………... 79

2. Data Kepesertaan BPJS Kesehatan……….. 80

3. Prosedur Pelayanan bagi peserta BPJS Kesehatan………... 98

[image:7.612.113.532.182.622.2]
(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang. Masalah yang dihadapi oleh

negara berkembang, khususnya Indonesia adalah masalah kesehatan. Kesehatan

adalah hak dasar setiap individu, dan semua warga negara berhak mendapat

pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin. Pasal 28 H ayat (3) UUD 1945

menyatakan bahwa “setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan

pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat”. Masalah

kesehatan yang terdapat di Indonesia saat ini sangat beragam dan harus segera

diatasi dengan kerjasama yang kuat antara pemerintah, masyarakat, dan rumah

sakit. Kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan rumah sakit tersebut salah

satunya diwujudkan dengan cara mendirikan berbagai pelayanan kesehatan oleh

pemerintah. Pelayanan kesehatan yang bermutu akan menghasilkan kesehatan yang

maksimal dan menciptakan kehidupan masyarakat yang jauh dari penyakit.

Jaminan sosial ditinjau dari perspektif Hak Asasi Manusia (untuk

selanjutnya disebut HAM). HAM merupakan seperangkat hak yang melekat dalam

hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahluk yang diciptakan Tuhan yang

Maha Esa. Oleh karena itu, salah satu hak yang melekat pada perlindungan harkat

(9)

dilindungi, dihormati serta dijunjung tinggi oleh negara, hukum,

pemerintah, dan setiap individu. Di Indonesia, falsafah dan Pancasila terutama sila

ke-5 mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Hak atas kesehatan ini bermakna

bahwa pemerintah berkewajiban untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan

setiap individu untuk hidup sehat. Hal tersebut dilakukan dengan upaya

menyediakan sarana pelayanan kesehatan yang memadai dan pelayanan kesehatan

yang terjangkau bagi masyarakat.

Upaya pemerintah untuk menjalankan kewajibannya salah satunya dengan

menciptakan sistem jaminan sosial yang disebut dengan Jaminan Kesehatan

Nasional (selanjutnya disingkat dengan JKN). JKN adalah jaminan berupa

perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan

dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan

kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh

pemerintah. JKN merupakan penjabaran dari UUD 1945, hal ini menjadi salah satu

bukti yang kuat bahwa pemerintah memiliki komitmen yang besar dalam

mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh masyarakat. Upaya pemerintah

untuk menyelenggarakan sistem jaminan sosial secara menyeluruh bagi rakyat

Indonesia, yaitu dengan membentuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(selanjutnya disingkat BPJS). Pemerintah menetapkan jaminan sosial nasional bagi

(10)

BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan

program jaminan sosial. BPJS merupakan program negara yang bertujuan

memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat

dan berdasarkan prinsip kegotongroyongan, nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian,

akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan bersifat wajib dan amanat dan hasil

pengelolaan dana jaminan sosial seluruhnya untuk pengembangan program dan

untuk kepentingan peserta. Keberadaan BPJS dapat dinyatakan sebagai investasi

kesehatan bagi masyarakat Indonesia.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial, BUMN Persero penyelenggara jaminan sosial

terdiri PT ASKES, PT ASABRI, PT JAMSOSTEK, PT TASPEN. Keempat

BUMN sebagaimana dimaksud merupakan badan hukum privat. Keempat persero

tersebut mengemban misi yang sama, yaitu menyelenggarakan program jaminan

sosial untuk membangkitkan semangat para pekerja. Undang-undang BPJS telah

menetapkan PT JAMSOSTEK akan beralih menjadi BPJS Ketenagakerjaan dan PT

ASKES (Persero) akan beralih menjadi BPJS Kesehatan. Program JAMSOSTEK

diselenggarakan dengan pertimbangan selain untuk memberikan ketenangan kerja,

juga karena dianggap mempuyai dampak positif terhadap usaha-usaha peningkatan

disiplin dan produktifitas tenaga kerja. Program JAMSOSTEK diselenggarakan

untuk memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal

bagi tenaga kerja dan keluarganya. Begitu pula dengan Program ASKES dan

(11)

negeri sipil adalah insentif yang bertujuan untuk meningkatkan kegairahan bekerja.

Program ASABRI adalah bagian dari hak prajurit dan anggota POLRI atas

penghasilan yang layak.

Pengesahan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang BPJS pada

November 2011 menjadi satu bekal menuju sistem jaminan sosial bagi masyarakat

Indonesia. Undang-undang tersebut mengamanatkan peralihan empat badan

penyelenggara yaitu PT ASKES (Persero) beralih menjadi BPJS Kesehatan pada

Januari 2014, PT JAMSOSTEK (Persero) beralih menjadi BPJS Ketenagakerjaan

pada Juli 2014, sedangkan untuk PT ASABRI dan PT TASPEN akan beralih paling

lambat tahun 2029 melalui Peraturan Pemerintah. Kedua BPJS ini memiliki

amanah yang berbeda, BPJS Kesehatan akan memberikan jaminan kesehatan.

Sementara BPJS Ketenagakerjaan akan memberikan jaminan pensiun, jaminan hari

tua, jaminan kecelakaan kerja, dan jaminan kematian. BPJS adalah badan hukum

publik dan bertanggungjawab langsung kepada Presiden. BPJS berkedudukan dan

berkantor di pusat ibukota negara dengan kemungkinan untuk mendirikan kantor

perwakilan di Propinsi dan Kabupaten/Kota.

Rumah sakit adalah gedung tempat merawat orang sakit. Namun pada

kenyataannya, rumah sakit tidak selalu identik dengan orang yang sakit. Banyak

orang sehat yang datang ke rumah sakit untuk berbagai tujuan. Seperti contohnya,

untuk pemeriksaan kesehatan secara berkala, perawatan kecantikan, pemeriksaan

kandungan, pemberian imunisasi berkala kepada balita, dan masih banyak lagi.

(12)

sakit dan kenyataan yang sebenarnya dilapangan. Pengertian rumah sakit secara

umum adalah gedung tempat menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan

yang meliputi berbagai masalah kesehatan. Rumah sakit memiliki tanggung jawab

salah satunya untuk mengupayakan agar setiap pasien yang berobat dapat segera

pulih dari sakitnya tanpa menimbulkan kecacatan fisik atau kerugian pada pasien.

Upaya pemerintah untuk bekerjasama dengan rumah sakit dalam mewujudkan

jaminan kesehatan untuk masyarakat berupa BPJS Kesehatan ternyata banyak

ditemui permasalahan. Salah satunya adalah tanggung jawab rumah sakit yang pada

umumnya untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien, pada

kenyataannya berbenturan dengan dana yang diberikan oleh pemerintah. Dana

yang diturunkan oleh pemerintah cenderung minim, sehingga mempersulit rumah

sakit untuk memberikan pelayanan yang maksimal. Tentunya, permasalahan ini

sangat berdampak terhadap kepuasan pasien BPJS Kesehatan yang berobat pada

rumah sakit tersebut.

Pada hakikatnya, tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah terkait dengan

jaminan kesehatan adalah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang

sesuai dengan tujuan negara Indonesia. Namun, pada penerapan jaminan kesehatan

ini banyak ditemui individu yang menyalahgunakan fasilitas jaminan kesehatan

tersebut dengan cara yang tidak sehat dan menggunakannya secara melawan

hukum. Permasalahan ini timbul dikarenakan oleh banyak faktor, yakni salah

satunya adalah karena ketidakpuasan masyarakat terhadap pemberian pelayanan

(13)

oknum yang selalu disalahkan oleh masyarakat adalah pemerintah, karena

pemerintah memberikan dana yang sangat minim. Padahal, pada dasarnya

pemerintah telah berusaha untuk memberikan dana yang cukup melalui dana

APBN. Namun, pada kenyataannya, dana APBN yang diturunkan untuk kesehatan

hanya sebagian kecil dari seluruh dana APBN. Dana APBN tersebut lebih

diutamakan untuk subsidi pendidikan, subsidi minyak, subsidi air dan lainnya.

Keberadaan fenomena ini mengakibatkan subsidi kesehatan yang diberikan oleh

pemerintah menjadi terbatas dan hasilnya menjadi tidak maksimal sehingga pada

akhirnya menimbulkan banyak permasalahan didalamnya.

Salah satu contoh nyata permasalahan dalam BPJS Kesehatan yang timbul

saat ini terkait dengan peran rumah sakit adalah antrean yang menumpuk di rumah

sakit pemerintah. Fenomena tersebut terjadi karena belum semua rumah sakit

swasta mau kerjasama dengan BPJS Kesehatan akibat jumlah tarif yang ditetapkan

pemerintah masih terlalu kecil. Berdasarkan survey, sejauh ini terdapat 1.600

rumah sakit yang telah bergabung dengan BPJS. Dari jumlah tersebut, baru sekitar

800 rumah sakit swasta yang bergabung dengan pemerintah. Masuknya rumah sakit

swasta menjadi rumah sakit yang menerima pasien JKN ternyata tidak mudah,

karena tarif paket yang diterapkan pemerintah bersifat kasus per kasus. Jadi, yang

dilihat hanya hospital base saja. Upaya yang harus dilakukan untuk menanggulangi

masalah tersebut adalah dengan memperbaiki tarif Indonesian Case Based Group

(14)

INA CBG’s adalah sistem pengelompokan penyakit berdasarkan ciri klinis

yang sama dan sumber daya yang digunakan dalam pengobatan. Pengelompokan

ini ditujukan untuk pembiayaan kesehatan pada penyelenggaraan jaminan

kesehatan sebagai pola pembayaran yang bersifat prospektif. INA CBG’s

berwujud berupa sebuah aplikasi yang digunakan oleh rumah sakit untuk

mengajukan klaim pada pemerintah. Sedangkan, arti dari Case Base Groups itu

sendiri yaitu cara pembayaran perawatan pasien yang didasarkan kepada diagnosis

atau kasus yang relatif sama. Tarif INA CBG’s dibayarkan per periode pelayanan

kesehatan. Periode tersebut merupakan suatu rangkaian perawatan pasien sampai

dengan selesai. Peket pembayaran dengan tarif INA CBGs sudah termasuk

konsultasi dokter, pemeriksaan penunjang, obat, alat medis habis pakai, kamar

perawatan, dan biaya lainnya yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan

pasien. Rumah Sakit mendapatkan pembayaran berdasarkan rata-rata biaya yang

dihabiskan oleh untuk suatu kelompok diagnosis. Seperti contohnya, seorang

pasien yang menderita penyakit demam berdarah. Dengan demikian, sistem INA

CBG’s sudah menghitung layanan apa saja yang akan diterima oleh pasien tersebut

sampai dinyatakan sembuh dari penyakitnya.

Ada 3 tahapan Pemberi Pelayanan Kesehatan (disingkat dengan PPK),

PPK I adalah bentuk pelayanan kesehatan dasar yang diberikan dokter umum.

Dokter umum bekerja di puskesmas atau klinik mandiri yang bekerjasama dengan

BPJS. PPK II adalah pemberi pelayanan kesehatan spesialistik yang meliputi rumah

(15)

yang meliputi rumah sakit kelas A/B. Kompensasi yang diberikan untuk PPK I

disebut kapitasi, kapitasi adalah sejumlah uang yang dibayarkan dimuka untuk

pasien yang ditangani di PPK I. Untuk puskesmas, kapitasi yang diberikan adalah

Rp.3.000,00/pasien/bulan, sementara untuk klinik mandiri, kapitasi yang diberikan

adalah Rp.8.000,00/pasien/bulan.

Puskesmas / PPK I diberikan nilai kapitasi lebih rendah karena dokter dan

petugas yang bekerja di puskesmas telah digaji oleh pemerintah, obat-obatan

disediakan oleh negara, bangunan dan fasilitasnya pun telah disediakan oleh

pemerintah. Sementara itu, untuk klinik mandiri / klinik swasta, nilai kapitasi yang

diberikan harus cukup untuk sewa tempat, menyediakan fasilitas klinik (misal

ruang tunggu yang nyaman, laboratorium sederhana, apotik), listrik, internet, biaya

administrasi, gaji pegawai, serta obat, pemeriksaan lab DAN juga radiologi

sederhana untuk pasien peserta BPJS yang ditangani, sisa dari dana tersebut barulah

akan diberikan untuk dokter. Jadi, kualitas pelayanan kesehatan yang akan diterima

oleh pasien BPJS sangat bergantung dengan nilai kapitasi yang dibayarkan oleh

BPJS. Semakin kecil nilai kapitasinya, fasilitas yang dimiliki klinik akan sangat

terbatas dan obat yang diberikan pada pasien BPJS akan menjadi sedikit.

Kompensasi yang diterima rumah sakit selama perawatan pasien BPJS

didasarkan pada tarif INA CBGs. Berdasarkan skema pembayaran ini, rumah sakit

akan diberikan kompensasi berdasarkan kelompok diagnosis penyakit yang

dimiliki pasien. Kompensasi tersebut harus cukup untuk perawatan, pemeriksaan

(16)

digunakan dalam menetapkan kapitasi di PPK I, tidak digunakan dalam

menetapkan tarif INA CBGs. Walaupun rumah sakit swasta harus menyediakan

gedung perawatan, fasilitas, obat, membayar gaji dokter, perawat dan staff

pendukung sendiri, namun tarifnya disamakan dengan rumah sakit pemerintah

yang jelas diberikan subsidi oleh pemerintah.

Klasifikasi rumah sakit di Indonesia didasarkan pada jumlah tempat tidur,

ketersediaan dokter, serta fasilitas pendukung yang dimilikinya. Saat ini terdapat

2249 rumah sakit di Indonesia, sebanyak 1407 diantaranya adalah rumah sakit

swasta. Dibalik semua kecanggihan yang ada dalam rumah sakit swasta, tidak

semua rumah sakit swasta dapat menanggulangi seluruh pasien BPJS. Pemerintah

tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan yang baik tanpa melibatkan rumah

sakit swasta. Partisipasi rumah sakit swasta harus menjadi bagian dari implementasi

JKN. Tetapi pemaksaan jelas bukan solusi, intimidasi dicabutnya surat izin

operasional dan memaksa rumah sakit untuk menanggung kerugian besar tentunya

bukanlah solusi yang baik.

Pemerintah perlu secepatnya melakukan revisi tarif yang lebih masuk akal

sehingga tidak ada pihak yang dirugikan dalam implementasi JKN. Jika JKN ingin

berjalan dengan dengan sistem Case Based Group, maka rumah sakit swasta perlu

dihargai dengan adil. Pelayanan rumah sakit swasta yang diberikan pada pasien

benar-benar sesuai standar medis. Tanpa hal tersebut kebangkrutan infrastruktur

pelayanan kesehatan Indonesia menjadi sebuah hal yang sangat mungkin terjadi.

(17)

ekosistem yang sustainable sehingga pelayanan kesehatan di negara ini bisa terus

berkembang dengan aturan yang jelas, anggaran yang cukup, kompensasi yang

pantas dan tentunya keterbukaan untuk mau menerima masukan dari semua pihak

yang terlibat dalam penyelenggaraannya.

Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang timbul saat ini yaitu terkait

masalah tanggung jawab rumah sakit dan ketersediaan dana yang diberikan oleh

pemerintah dalam penanganan pasien BPJS. Kondisi jaminan sosial di Indonesia

saat ini dianggap belum memenuhi amanah UUD 1945 yang menyatakan bahwa

tujuan bangsa Indonesia yaitu untuk mensejahterakan kehidupan masyarakatnya.

Sejauh ini, belum ada penelitian yang membahas mengenai tanggung jawab rumah

sakit dalam melayani pasien BPJS dihubungkan dengan ketersediaan dana yang

diberikan oleh pemerintah dalam penanganan pasien BPJS. Adapun penelitian yang

mendekati topik penelitian penulis, seperti “Implementasi regulasi BPJS Kesehatan

terhadap pelayanan kesehatan bagi warga miskin di Kota Semarang” yang dibuat

oleh Pradika Yezi Anggoro dari Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang

pada tahun 2013. “Kualitas pelayanan pasien miskin pengguna BPJS Kesehatan di

RSUD Muara Teweh” yang dibuat oleh Dede Lesmana dari Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan (STIKES) Cahaya Bangsa, Banjarmasin pada tahun 2014. “Tinjauan

yuridis pelaksanaan kebijakan program BPJS Kesehatan terhadap pemenuhan hak

konstitusional dan perlindungan hukum bagi pesertanya ditinjau dari Hukum

Administrasi Negara” yang dibuat oleh Ferdinand Hamonangan dari Fakultas

(18)

Penulis menyatakan bahwa penelitian yang disebutkan tersebut memiliki

sudut pandang dan objek penelitian yang berbeda dengan yang dilakukan penulis

untuk penelitian ini. Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan diatas, penulis

bermaksud untuk membahas permasalahan yang berbeda dengan skripsi yang telah

ada dengan judul: “TINJAUAN YURIDIS ATAS TANGGUNG JAWAB

RUMAH SAKIT DALAM MELAYANI PASIEN BPJS KESEHATAN

DIHUBUNGKAN DENGAN KETERSEDIAAN DANA YANG DIBERIKAN

OLEH PEMERINTAH DALAM PENANGANAN PASIEN BPJS DITINJAU

DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG

KESEHATAN JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BPJS”.

B. Identifikasi Masalah

1. Bagaimana peran rumah sakit dalam mewujudkan pelayanan kesehatan

masyarakat yang diimplementasikan melalui Prosedur BPJS Kesehatan?

2. Bagaimana perlindungan hukum kepada pihak rumah sakit atas ketersediaan

(19)

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengkaji dan memahami peran rumah sakit dalam mewujudkan

pelayanan kesehatan masyarakat yang diimplementasikan melalui Prosedur

BPJS Kesehatan.

2. Untuk mengkaji dan memahami perlindungan hukum kepada pihak rumah sakit

atas ketersediaan dana bagi peserta BPJS Kesehatan.

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Akademisi, penelitian ini dilakukan dengan harapan agar dapat:

a. Secara teoritis diharapkan dapat memberi manfaat bagi pengemban ilmu

hukum khususnya di dalam bidang Hukum Perjanjian Kredit dan Jaminan

beserta Hukum Asuransi.

b. Memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya

terkait aspek hukum BPJS.

2. Kegunaan Praktis, penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam praktik antara

lain:

a. Sebagai sumber informasi bagi akademisi, penganut, masyarakat, pembuat

peraturan tentang BPJS.

b. Memberikan pedoman bagi Pemerintah khususnya BPJS dalam memenuhi

hak masyarakat.

c. Sebagai wacana yang dapat dibaca oleh mahasiswa hukum khususnya atau

(20)

E. Kerangka Pemikiran

Pelayanan dalam suatu negara merupakan bagian dari kontrak sosial antara

pemerintah dan masyarakat. Kontak sosial disebut juga dengan perjanjian

masyarakat. Teori kontrak sosial dikembangkan oleh Thomas Hobbes dan John

Locke berdasarkan pemikiran politik barat. Secara umum, teori kontrak sosial

menjelaskan bahwa terbentuknya negara adalah karena anggota masyarakat

mengadakan kontrak sosial untuk membentuk negara. Dalam teori ini, sumber

kewenangan adalah masyarakat itu sendiri. Kontrak sosial dilakukan untuk

menjamin keamanan dan kesejahteraan masyarakat yang disebabkan oleh

ketakutan masyarakat akan adanya ketidakseimbangan akibat perbenturan

kepentingan manusia jika tidak ada yang mengawasi.1 Teori kontrak sosial

berkembang dan dipengaruhi oleh pemikiran jaman pencerahan (enlightenment)

yang ditandai dengan rasionalisme, realisme, dan humanisme, yang menempatkan

manusia sebagai pusat gerak dunia. Pemikiran bahwa manusia adalah sumber

kewenangan secara jelas menunjukkan kepercayaan terhadap manusia untuk

mengelola dan mengatasi kehidupan politik dan bernegara. Keberadaan teori

kontrak sosial membuat pelayanan dalam suatu masyarakat menjadi hal yang

sangat essensial. Pemerintah menciptakan pelayanan terhadap masyarakat

bertujuan untuk mensejahterakan masyarakatnya. Pelayanan yang baik akan

mewujudkan kehidupan masyarakat yang sejahtera. Salah satu kewajiban

pemerintah adalah untuk mewujudkan kondisi masyarakat yang sehat. Upaya

(21)

pemerintah untuk mewujudkan kondisi masyarakat yang sehat adalah dengan

menciptakan program pelayanan kesehatan masyarakat yang disebut dengan

program BPJS. Program BPJS Kesehatan merupakan salah satu tanggung jawab

negara terhadap jaminan sosial sebagaimana diatur dalam UUD 1945 dan

Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

sebagai dasar yuridis penyelenggaraan program BPJS.

Program BPJS merupakan program negara yang bertujuan memberikan

kepastian perlindungan dan kesejehteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Setiap kegiatan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

dilaksanakan berdasarkan prinsip non-diskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan

dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan

ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional. Kesejahteraan sosial

menjadi judul khusus Bab XIV yang didalamnya memuat Pasal 33 UUD 1945

tentang sistem perekonomian dan Pasal 34 UUD 1945 tentang kepedulian negara

terhadap kelompok lemah (fakir miskin dan anak terlantar) serta sistem jaminan

sosial. Artinya, kesejahteraan sosial sebenarnya merupakan platform sistem

perekonomian dan sistem sosial di Indonesia. Sehingga, sejatinya Indonesia adalah

negara yang menganut faham “Negara Kesejahteraan” (welfare state) dengan

model “Negara Kesejahteraan Partisipatif” (participatory welfare state) yang

(22)

atau welfare pluralism. Model ini menekankan bahwa negara harus tetap ambil

bagian dalam penanganan masalah sosial dan penyelenggaraan jaminan sosial.2

Kesehatan merupakan hak asasi manusia. Hal tersebut merupakan salah

satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai cita-cita bangsa Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa

setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, salah satu

hak yang melekat pada perlindungan harkat dan martabat manusia adalah hak atas

jaminan sosial. Hal tersebut mutlak harus dimiliki oleh setiap manusia dan wajib

untuk dilindungi, dihormati serta dijunjung tinggi oleh negara, hukum, pemerintah,

dan setiap individu. Hak atas pelayanan kesehatan adalah bagian dari hukum.

Artinya setiap orang atau badan hukum atau bahkan negara sekalipun harus

menghormati dan berkewajiban memenuhi apa yang menjadi hak dari orang yang

seharusnya mendapatkan pelayanan kesehatan. Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945

merupakan bagian kontrak politik antara negara dengan rakyat dan juga moral

inspiration bagi para decision maker di daerah dalam membuat kebijakan publik

dibidang kesehatan. Salah satu tujuan diadakannya kontrak sosial sebagaimana

diatur pada pembukaan UUD 1945 alinea IV adalah memajukan kesejahteraan

umum. Oleh karena itu, pemberian jaminan pelayanan kesehatan merupakan sarana

untuk mencapai tujuan.

(23)

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan

sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Oleh karena itu,

perlu penelitian lebih lanjut agar pengaturannya lebih baik, hal ini berkaitan bahwa

Indonesia adalah Negara Hukum berdasarkan Pasal 1 ayat (3) UUD 1945. Sebagai

negara yang mendedikasikan diri sebagai Negara Hukum pada dasarnya dalam

melaksanakan semua tindakannya haruslah berlandaskan payung hukum yang jelas

dan hukum tersebut harus mampu memberi jawaban atas permasalahan serta

mewujudkan apa yang menjadi tujuan dari Negara Hukum. Hal ini sesuai dengan

pendapat Gustav Radbuch yaitu hukum harus mengandung tiga nilai identitas.

Ketiga nilai identitas tersebut diantaranya: Pertama, Asas Kepastian Hukum

(rechtmatigheid), asas ini meninjau dari sudut yuridis program BPJS yang

merupakan hak bagi setiap warga negara untuk memperoleh jaminan sosial

sebagaimana diatur dalam Pasal 28 H ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan bahwa

“setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan

dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat”. Kesadaran tentang

pentingnya jaminan sosial terus berkembang hingga pada Pasal 34 ayat (2) UUD

1945 yang menyebutkan bahwa negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi

(24)

Diterbitkannya Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial menjadi bukti kuat bahwa pemerintah memiliki

komitmen yang besar dalam mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh

masyarakat. Kedua, Asas Keadilan Hukum (gerectigheit), asas ini meninjau dari

sudut filosofis bahwa setiap warga negara pada dasarnya harus mendapatkan

keadilan sosial sebagaimana dasar negara Indonesia menyebutkan pada sila ke-5

Pancasila, oleh karena itu negara wajib untuk turut serta dalam penyelenggaraan

program BPJS tidak hanya dilakukan oleh pemerintah pusat tetapi juga

dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Ketiga, Asas Kemanfaatan Hukum

(zwechmatigheid) atau utility, asas ini meninjau dari sosiologis yang artinya

program BPJS harus bermanfaat bagi pesertanya untuk mencapai kesejahteraan

sesuai dengan cita-cita Negara Kesatuan Republik Indonesia.3

Dalam konsep negara kesejahteraan (welfare state), negara dituntut untuk

melakukan intervensi kebijakan untuk mendorong/menciptakan kesejahteraan yang

merata. Untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera sesuai dengan tujuan negara

kesejahteraan (welfare state), pada umumnya setiap negara akan melalui

tahapan-tahapan pembangunan, diantaranya: tahap univikasi, tahap industrialisasi dan tahap

kesejahteraan sosial.4 Hal yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada

masyarakat Indonesia akan menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi

negara, dan setiap upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga berarti

(25)

investasi bagi pembangunan negara. Upaya pembangunan harus dilandasi dengan

wawasan kesehatan dalam arti pembangunan nasional harus memperhatikan

kesehatan masyarakat dan merupakan tanggung jawab semua pihak baik

pemerintah maupun masyarakat.

F. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

yang bersifat yuridis normatif. Metode yuridis normatif adalah suatu penelitian yang

secara deduktif dimulai dari analisa terhadap pasal-pasal dalam peraturan

perundang-undangan yang mengatur pokok permasalahan yang diteliti.5 Metode

pendekatan yuridis normatif yang digunakan adalah pendekatan yang menggunakan

kaidah-kaidah serta perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah yang

diteliti yakni terkait permasalahan dalam BPJS Kesehatan. Penelitian ini mengkaji

bagaimana tanggung jawab rumah sakit dalam melayani pasien BPJS Kesehatan

dengan minimnya dana yang diberikan oleh pemerintah. Dalam penelitian ini,

penulis menggunakan pendekatan penelitian dan teknik pengumpulan data beserta

analisis data sebagai berikut:

5 Soerjono Soekanto dan Sri Madmuji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta:

(26)

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

pendekatan undang-undang (statute approach). Pendekatan ini dilakukan

dengan menelaah semua undang-undang dan peraturan yang berkaitan dengan

masalah di dalam penelitian ini. Konseptual (conceptual approach) yang

beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang

dalam ilmu hukum, akan menghasilkan pengertian hukum, konsep hukum, dan

asas-asas hukum yang relevan.6 Pendekatan yang dilakukan adalah dengan cara

meneliti bahan pustaka atau data sekunder yang berupa semua publikasi tentang

hukum meliputi buku, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum yang

berkaitan dengan penelitian ini.

2. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

a. Teknik Pengumpulan Data

Data sekunder diperoleh dengan cara sebagai berikut:

1) Studi Kepustakaan

Studi Kepustakaan dilakukan untuk mencari teori-teori,

pandangan-pandangan yang berkaitan dengan permasalahan yang

sedang diteliti. Penulis menggunakan teknik studi kepustakaan yang

(27)

merupakan data sekunder yang berasal dari berbagai bahan-bahan

hukum sebagai berikut:

a) Bahan Hukum Primer adalah bahan hukum yang terdiri atas

Peraturan Perundang-undangan yang diurut berdasarkan hierarki,

yaitu:

1)UUD 1945;

2)Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi

Manusia;

3)Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan;

dan

4)Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial.

b)Bahan Hukum Sekunder adalah bahan hukum yang terdiri atas

buku-buku (textbook) yang ditulis para ahli hukum yang

berpengaruh (de herseende leer), jurnal-jurnal hukum, pendapat

para sarjana, kasus-kasus hukum, yurisprudensi, dan hasil-hasil

symposium mutakhir yang berkaitan dengan topik penelitian.

c) Bahan Hukum Tersier adalah bahan hukum yang memberikan

petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan

bahan hukum sekunder, seperti kamus hukum, encyclopedia, dan

(28)

b. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian hukum ini

menggunakan cara analisis kualitatif. Teknik analisis data kualitatif

adalah proses analisis kualitatif yang mendasarkan pada adanya

hubungan variabel-variabel yang sedang diteliti sehingga dapat

digunakan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam penelitian.

Pada penelitian hukum yang berjenis normatif ini, bahan hukum primer,

sekunder, dan tersier tidak dapat lepas dari berbagai penafsiran hukum

yang dikenal dalam ilmu hukum yang diperoleh dengan cara membaca,

mengkaji, dan mempelajari bahan pustaka, baik berupa Peraturan

Perundang-undangan, artikel, internet, makalah, jurnal, dokumen, dan

data-data lain yang mempunyai kaitan dengan data penelitian ini.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai keseluruhan isi,

penulisan hukum ini akan dibagi menjadi lima bab, yaitu pendahuluan, tinjauan

pustaka, objek penelitian, pembahasan, serta penutup dengan menggunakan

(29)

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bagian ini penulis akan menjelaskan secara garis besar

mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan

penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, metode

penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : KEDUDUKAN HUKUM RUMAH SAKIT DAN

TANGGUNG JAWAB RUMAH SAKIT DALAM

MELAYANI PASIEN BPJS KESEHATAN

Pada bagian ini akan memberikan pemaparan secara umum

mengenai uraian teori, asas, norma, doktrin yang berkaitan

dengan tanggung jawab rumah sakit dalam melayani pasien

BPJS Kesehatan.

BAB III : PEMBERIAN DANA OLEH PEMERINTAH TERKAIT

PROGRAM BPJS KESEHATAN

Pada bagian ini akan membahas mengenai fakta-fakta,

data-data, serta permasalahan hukum terkait BPJS Kesehatan dan

pengaturan BPJS Kesehatan berdasarkan hukum positif

(30)

BAB IV : ANALISA TERHADAP TANGGUNG JAWAB RUMAH

SAKIT DALAM MELAYANI PASIEN BPJS

KESEHATAN DIHUBUNGKAN DENGAN

KETERSEDIAAN DANA YANG DIBERIKAN OLEH

PEMERINTAH DALAM PENANGANAN PASIEN BPJS

DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 36

TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN JUNCTO

UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2011

TENTANG BPJS

Pada bagian ini akan menjelaskan jawaban terhadap isi pokok

dari skripsi ini, yang dapat menjawab pertanyaan yang terdapat

dalam identifikasi masalah. Penulis akan melakukan suatu

kajian yang bersifat normatif berdasarkan ketentuan hukum

positif Indonesia, yakni Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009

Tentang Kesehatan dan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011

Tentang BPJS.

BAB V : PENUTUP

Pada bagian ini akan berisi kesimpulan dan saran yang berkaitan

(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan oleh penulis dalam bab-bab sebelumnya, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Peran rumah sakit dalam mewujudkan pelayanan kesehatan untuk pasien BPJS Kesehatan dipengaruhi oleh kualitas SDM yang ada pada setiap rumah sakit. Peranan rumah sakit tersebut berupa penyembuhan penyakit terhadap pasien (kuratif). Peranan rumah sakit untuk memberikan pelayanan kesehatan dipangaruhi juga oleh dana yang diberikan kepada pihak rumah sakit. Rumah sakit akan memberikan pelayanan yang maksimal apabila dana yang diberikan kepada rumah sakit mencukupi biaya pelayanan kesehatan.

(32)

B. Saran

1. Saran untuk Pemerintah

Pemerintah seharusnya menaikkan anggaran kesehatan yang diturunkan

dari APBN. Anggaran kesehatan yang diturunkan untuk BPJS harus masuk

akal dan sesuai dengan standar medis. Hal tersebut mempermudah BPJS

dan rumah sakit untuk memberikan pelayanan yang maksimal untuk setiap

pasien BPJS.

2. Saran untuk BPJS Kesehatan

BPJS seharusnya mendistribusikan dana APBN supaya mencukupi

kebutuhan setiap pasiennya.

3. Saran untuk Rumah Sakit

Rumah sakit seharusnya memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya

terhadap setiap pasien yang datang ke rumah sakit.

4. Saran untuk Pasien BPJS Kesehatan

Pasien BPJS rutin untuk membayar premi setiap bulannya. Pasien BPJS

yang ingin mendapatkan pelayanan yang baik tentunya harus menjalankan

(33)

KETERSEDIAAN DANA YANG DIBERIKAN OLEH PEMERINTAH DALAM

PENANGANAN PASIEN BPJS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 36

TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 24

TAHUN 2011 TENTANG BPJS

S K R I P S I

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna menempuh

Sidang Ujian Sarjana dan meraih gelar Sarjana Hukum

Oleh:

ARI MARIYANA ANGRIYANI

1387026

Pembimbing:

Dr. P. Lindawaty S. Sewu, SH., M.Hum., M.Kn

Dian Narwastuty, SH., M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

(34)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan segala

kasih karunia dan penyertaannya bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini yang diberi judul: “TINJAUAN YURIDIS ATAS TANGGUNG JAWAB RUMAH SAKIT DALAM MELAYANI PASIEN BPJS KESEHATAN

DIHUBUNGKAN DENGAN KETERSEDIAAN DANA YANG DIBERIKAN

OLEH PEMERINTAH DALAM PENANGANAN PASIEN BPJS DITINJAU

DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG

KESEHATAN JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2011

TENTANG BPJS”.

Penulisan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk penulisan tugas

akhir dalam memenuhi persyaratan Program Sarjana Hukum Fakultas Hukum Bisnis

dan Investasi Universitas Kristen Maranatha. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak

sempurna. Dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan, skripsi ini

dapat terselesaikan tepat waktu. Semoga segala keterbatasan dan kekurangan yang

penulis miliki dapat disempurnakan di masa yang akan datang.

Adapun skripsi ini mengupas masalah yang terkait dengan hak atas kesehatan

yang mutlak harus dimiliki oleh setiap warga negara Indonesia. Hak atas kesehatan ini

bermakna bahwa pemerintah berkewajiban untuk menciptakan kondisi yang

memungkinkan setiap individu untuk hidup sehat. Hal tersebut dilakukan dengan upaya

menyediakan sarana pelayanan kesehatan yang memadai dan pelayanan kesehatan

(35)

salah satunya dengan membentuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Pada

penerapannya di masyarakat, Program BPJS Kesehatan ini banyak ditemui

permasalahan. Salah satunya adalah tanggung jawab rumah sakit yang pada umumnya

untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien, pada kenyataannya

berbenturan dengan dana yang diberikan oleh pemerintah. Dana yang diturunkan oleh

pemerintah cenderung minim, sehingga mempersulit rumah sakit untuk memberikan

pelayanan yang maksimal.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak

yang telah membantu dan berkontribusi dalam penulisan skripsi ini sehingga dapat

diselesaikan tepat waktu. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. P. Lindawaty S. Sewu, S.H., M.Hum., M,Kn selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Kristen Maranatha dan sebagai dosen pembimbing penulis

yang dalam kesibukannya telah meluangkan waktu, memberi kritik, saran dan

masukan untuk membantu penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini tepat waktu.

2. Ibu dosen pembimbing II yang dalam kesibukannya telah meluangkan waktu,

tenaga, pikiran dan memberi dukungan moral untuk membantu dan

membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, serta nasehat dan

(36)

3. Bapak Christian Andersen, S.H., M.Kn selaku Pembantu Dekan Fakultas

Hukum Universitas Kristen Maranatha Bandung dan selaku dosen wali penulis

yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan motivasi kepada penulis selama

berada di Fakultas Hukum Universitas Kristen Maranatha.

4. Seluruh pimpinan dan staff pengajar Fakultas Hukum Universitas Kristen

Maranatha Bandung serta staff Tata Usaha Fakultas Hukum yang turut

membantu dalam pengurusan bentuk administrasipenulisan skripsi ini.

5. Teristimewa untuk kedua orang tua tersayang, Betman Siahaan dan Mantarya

Sianipar yang telah memberikan semangat, dukungan, doa, kepercayaan serta

limpahan kasih sayangnya kepada penulis selama menyelesaikan penulisan

skripsi ini.

6. Kakak penulis Herlina Siahaan, S.Kep., Ners dan adik penulis Berlan Fero

Maranatha yang telah memberikan semangat, dukungan, doa kepada penulis

selama menyelesaikan penulisan skripsi ini.

7. Sepupu penulis Rosalia Susanti Sianipar, S.Psi yang selalu mendengarkan

keluh kesah penulis dalam hal cita maupun cinta dan telah sedia kapanpun

penulis membutuhkan teman untuk berbagi cerita suka maupun duka dan

memberikan motivasi.

8. Sahabat penulis sejak SMP Cindy Imelda yang selalu menyediakan waktu

ketika penulis membutuhkan bantuan dan selalu mendukung penulis hingga

(37)

9. Teman seperjuangan penulis selama menulis skripsi Shinta Natasha, Nodika

Permata, dan Dina Pinkan yang telah memberikan semangat dan dukungan

moral, sehingga dapat bersama-sama dengan penulis menyelesaikan skripsi ini

tepat waktu.

10.Seluruh teman-teman penulis di Fakultas Hukum Universitas Kristen

Maranatha khususnya angkatan 2013, yang telah memberikan motivasi dan

dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi tepat waktu.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan dalam proses penulisan skripsi ini

dapat berguna, meskipun penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan

jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun

dalam penulisan skripsi ini akan penulis terima dengan senang hati. Penulis berharap

skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bandung, 4 November 2016

(38)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2015.

Charles J. P. Siregar, Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan, Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2003.

Hasbullah Thabrany, Jaminan Kesehatan Nasional, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015.

Hermien Hadiati Koeswadji, Hukum Kedokteran, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1998.

Hermien Hadiati Koeswadji, Makalah Simposium Hukum Kedokteran (Medical Law), Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional.

Munir Fuady, Perbuatan melawan hukum: pendekatan kontemporer, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2005.

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Edisi Revisi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013.

Salim HS, Perkembangan Hukum Kontrak di Luar KUH Perdata, Jakarta: Rajawali Press, 2006.

Sjahran Basah, Ilmu Negara, Bandung: Citra Aditya Bakti, Cetakan kesembilan, 2011.

Soehino, Ilmu Negara, Yogyakarta: Liberty, 2008.

Soerjono Soekanto dan Herkutanto, Pengantar Hukum Kesehatan, Bandung: Remadja Karya, 1987.

Soerjono Soekanto dan Sri Madmuji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan

Singkat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994.

Sri Siswati, Etika dan Hukum Kesehatan Dalam Perspektif Undang-undang

Kesehatan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013.

Sudarsono, Kamus Hukum Edisi Baru, Cetakan Kelima, Jakarta: Rineka Cipta, 2007.

Taadi NS, Hukum Kesehatan Pengantar Menuju Perawat Profesional, Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2009.

Tim Visi Yustisia, Hak dan Kewajiban Pekerja Kontrak, Jakarta: Visi Media, 2016.

(39)

Veronica Komalawati, Peranan Informed Consent Dalam Transaksi Terapeutik, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002.

Wirjono Prodjodikoro, Azas-azas hukum perjanjian, Bandung: Mandar Maju, 2000.

Zaeni Asyhadie, Aspek Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia, Mataram: Rajawali Pers, 2007.

PERUNDANG-UNDANGAN

Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

Undang-undang Dasar 1945.

Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran.

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.

Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

JURNAL

Budi Aji, Manuela De Allegri, Aurelia Souares, and Rainer Sauerborn, International Journal of Environmental Research and Public Health, The Impact of Health

Insurance Programs on Out-of-Pocket Expenditures in Indonesia: An Increase or a Decrease?, March 2013.

TESIS

Helmi Susanti, Tanggungjawab Rumah Sakit dalam Pelayanan Kesehatan yang

Bekerjasama dengan BPJS, Thesis (Masters), 2015.

INTERNET

http://ulfa-apbn.blogspot.co.id/

Gambar

TABEL

Referensi

Dokumen terkait

Untuk dapat menggunakan buku petunjuk ini dengan baik tentu harus disertai dengan materi praktikum yang telah tersedia dalam CD, materi praktikum multimedia ilmu

Asli Surat Pemyatdan Jaminan Purna Jual Terdiri Dari Garansi Produk dan Jaminan Pemeliharaan Produk; DOKUMEN TEKNIS KOMPUTER BRANDED3. Asli Spesifikasi Teknis Barang

The Transcript of Video Recording of English Teacher B (meeting 1) of SMA N 1 Welahan Jepara in Academic Year 2017/2018 in Teachig and Learning Process ... The Transcript of

Untuk mengetahui hasil penyebaran data maka dilakukan perhitungan interval dan persentase hasil kuesioner, kemudian nantinya persentase hasil kuesioner dapat

Aset keuangan tersedia untuk dijual merupakan aset yang ditetapkan sebagai tersedia untuk dijual atau tidak diklasifikasikan dalam kategori instrumen keuangan yang lain, dan

Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi siklus I yaitu melakukan pengamatan kepada peserta

Tingkat bagi hasil tidak berpengaruh positif signifikan terhadap ROA.Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis yang diajukan, karena hipotesis yang diajukan adalah

Analisis data dilakukan dengan dua cara analisis deskriptif, yang bertujuan untuk menganalisis perilaku produsen, distributor dan pedagang ritel dalam melakukan penetapan harga,