• Tidak ada hasil yang ditemukan

BOKS RINGKASAN EKSEKUTIF PENELITIAN PERILAKU PEMBENTUKAN HARGA PRODUK MANUFAKTUR DI JAWA TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BOKS RINGKASAN EKSEKUTIF PENELITIAN PERILAKU PEMBENTUKAN HARGA PRODUK MANUFAKTUR DI JAWA TENGAH"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BOKS

RINGKASAN EKSEKUTIF

PENELITIAN PERILAKU PEMBENTUKAN HARGA

PRODUK MANUFAKTUR DI JAWA TENGAH

1. LATAR BELAKANG MASALAH

Upaya pengendalian harga dapat dimulai dari mencari sumber-sumber penyebab inflasi yang kemudian akan membawa dampak ke sektor riil maupun sektor moneter. Terdapat berbagai macam model untuk menguji perilaku inflasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Salah satu sumber penyebab inflasi adalah perkembangan

penawaran dan permintaan di sektor riil. Penyelarasan permintaan dan penawaran oleh karenanya menjadi penting. Oleh karena itu, model inflasi dapat diturunkan melalui

persamaan permintaan uang (money demand) maupun melalui sisi penawaran.

Pada sisi lain, potensi inflasi juga dapat dicermati dari sisi penawaran.

Mencermati potensi inflasi dari sisi penawaran, tidak saja masalah jumlah persediaan barang/jasa, namun juga perilaku distribusi barang/jasa tersebut. Nilai tambah yang tinggi sangat terkait dengan perilaku dan jalur distribusi dari suatu komoditas dan atau kebijakan. Oleh karena itu mencermati inflasi, tidak cukup dari satu model pengamatan pasar uang/permintaan, namun juga aspek penawaran barang dan jalur distribusinya. Hal tersebut disebabkan karena terbentuknya harga di pasar merupakan keseimbangan antara penawaran dan permintaan.

Kantor Bank Indonesia Semarang (2008) pernah melakukan kajian yang terkait dengan pembentukan harga atas komoditas-komoditas tersebut. Dalam mekanisme pasar, pihak-pihak yang terlibat dalam tata niaga adalah produsen, pedagang besar, dan pedagang ritel yang menjadi perantara terhadap konsumen akhir. Oleh karena itu, masalah pembentukan harga tidak hanya terbatas pada permintaan dan ketersediaan barang/jasa (penawaran) saja, tetapi juga menyangkut masalah proses pembentukan harga komoditas itu sendiri, distribusi (mekanisme jalur distribusi) maupun struktur pasar dari komoditas tersebut.

Mengingat banyaknya komoditas atau kelompok komoditas dalam keranjang inflasi, maka identifikasi perilaku pembentukan harga dalam penelitian ini akan

difokuskan pada kelompok komoditas manufaktur yang memiliki bobot yang signifikan dalam pembentukan inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut akan digunakan metode survei terhadap sejumlah pelaku usaha, yaitu produsen, pedagang besar dan pedagang ritel.

2. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian terhadap komoditas manufaktur ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai mekanisme dan perilaku pembentukan harga dari tingkat produsen sampai dengan pedagang eceran. Untuk itu, survei dilakukan kepada responden yang

(2)

mewakili produsen (perusahaan/industri manufaktur), pedagang besar (distributor), dan pedagang kecil (pengecer). Dari masing-masing level responden tersebut diharapkan dapat diidentifikasi mengenai perilaku pembentukan harga dan faktor-faktor yang dominan mempengaruhi perubahan harga. Secara spefisik, penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi perilaku produsen, distributor dan pengecer dalam penetapan harga produk manufaktur.

2. Menganalisis faktor-faktor yang menjadi dasar pertimbangan perubahan harga, baik di level produsen, distributor maupun pengecer.

3. Menganalisis kecepatan dan besaran perubahan harga dalam merespon perubahan faktor-faktor tersebut.

3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di 31 kabupaten/kota di Jawa Tengah, yang dapat dibagi menjadi wilayah Jateng Utara sebanyak 17 kabupaten/kota, yaitu Kota Semarang, Kab. Semarang, Kab. Grobogan, Kab. Kendal, Kab. Demak, Kab. Kudus, Kab. Pati, Kab Jepara, Kab Rembang, Kab. Blora, Kab. Batang, Kota Pekalongan, Kab. Pekalongan, Kab. Pemalang, Kota Tegal, Kab. Tegal, dan Kab. Brebes. Adapun lokadi di wilayah Jateng bagian Selatan sebanyak 17 kabupaten/kota, yaitu Kota Salatiga, Kab. Boyolali, Kota Surakarta, Kab. Sukoharjo, Kab. Klaten, Kab. Sragen, Kab. Karanganyar, Kab. Wonogiri, Kota Magelang, Kab. Magelang, Kab. Temanggung, Kab. Wonosobo, Kab. Purworejo, dan Kab. Kebumen. Sementara itu, pelaksanaan survei di wilayah eks Karesidenan Banyumas yangterdiri dari 4 kabupaten/kota dilakukan oleh Kantor Bank Indonesia Purwokerto.

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi dalam survei ini adalah pihak-pihak yang terlibat dalam tata niaga komoditas terpilih yang mencakup produsen, pedagang besar dan pedagang ritel. Responden penelitian ini harus mewakili: (a) kelompok produsen, yakni perusahaan penghasil barang manufaktur atau produsen yang menghasilkan barang secara pabrikan atau menggunakan mesin; (b) kelompok pedagang besar/distributor/grosir yang

melakukan penjualan atau pendistribusian barang dalam jumlah besar; dan (c) kelompok pedagang kecil/pengecer yang melakukan penjualan barang kepada pengguna akhir (konsumen).

Total responden yang dibutuhkan dalam survei di wilayah 31 kabupaten/kota di Jawa Tengah adalah sebanyak 750 responden untuk 50 komoditas terpilih, atau secara rata-rata sebanyak 15 responden per komoditas.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

(3)

responden (produsen, pedagang besar dan pedagang ritel) yang terkait dengan 50 komoditas terpilih, yang berdomisili di 31 kabupaten/kota di Jawa Tengah. 2. Data sekunder, yaitu dokumen dan atau data yang terkait dengan penelitian ini,

yaitu misalnya data mengenai lokasi responden dan titik-titik pertukaran untuk 50 komoditas terpilih yang diperoleh dari BPS dan instansi terkait.

3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

EditingData

Proses editing data dilakukan dalam 2 (dua) tahap, tahap pertama dilakukan

sebelum proses tabulasi (entry data) dan tahap kedua dilakukan sesudah proses

tabulasi. Editing data ditujukan sebagai bentuk quality control untuk mengurangi

kesalahan pada data secara individual dan untuk mempermudah pengolahannya.

Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan dua cara analisis deskriptif, yang bertujuan untuk menganalisis perilaku produsen, distributor dan pedagang ritel dalam melakukan penetapan harga, dan faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam melakukan perubahan harga.

4. HASIL PENELITIAN

Dalam menetapkan harga produk, ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan produsen, pedagang besar, dan pedagang eceran, yaitu:

a. Perilaku Pembentukan Harga

Salah satu metode penetapan harga yang dipilih oleh mayoritas responden adalah berdasarkan biaya langsung ditambah marjin keuntungan yang bervariasi. Selain itu, ada atau tidaknya kontrak menjadi salah satu faktor penting dalam

penentuan harga jual suatu produk(Gambar 1).

b. Faktor pembentuk harga

 Pada level produsen, biaya bahan baku menjadi faktor yang paling dominan

dalam pembentukan harga produknya, diikuti dengan biaya tenaga kerja

dan biaya overhead (Gambar 2).

 Pada level pedagang besar (distributor), pembentukan harga produknya

dipengaruhi oleh harga pokok produksi, biaya tenaga kerja, dan marjin keuntungan. Sementara itu, penetapan harga pada level pedagang eceran dipengaruhi oleh harga pokok produksi, marjin keuntungan, dan biaya

tenaga kerja(Gambar 3).

 Marjin keuntungan adalah keuntungan yang diharapkan oleh penjual dalam

menjual suatu produk. Responden produsen menyatakan bahwa marjin keuntungan menjadi faktor pembentuk harga yang dominan pada kelompok sandang (33,3%) dan kelompok kesehatan (26,9%). Responden pedagang besar menyatakan bahwa marjin keuntungan mempengaruhi pembentukan harga pada kelompok perumahan (18,7%) dan kelompok makanan jadi,

(4)

minuman, dan rokok (15,9%). Sementara itu, responden pedagang eceran menyatakan bahwa marjin keuntungan mempengaruhi pembentukan harga pada sub kelompok perumahan (19,4%) dan sandang (18,5%).

c. Pangsa Sumber Pembiayaan

Karakteristik responden di Jawa Tengah yang sebagian besar masih tradisional dan konvensional dalam menjalankan usahanya menyebabkan sumber

pembiayaan didominasi oleh dana pribadi/self financing Pembiayaan dari

perbankan dan laba ditahan menjadi alternatif lain untuk sumber pembiayaan para responden survei. Sementara itu, Pangsa pembiayaan yang dikuasai oleh pasar obligasi, pasar saham, dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) relatif

rendah di Jawa Tengah(Gambar 4).

d. Respon terhadap perubahan nilai tukar

 Sebanyak 91,8% responden produsen di Jawa Tengah menyatakan bahwa

perubahan nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar tidak berpengaruh terhadap harga jual produk, sisanya sebesar 8,2% produsen menyatakan perubahan nilai tukar berpengaruh terhadap harga jual produk. Responden produsen yang menyatakan bahwa perubahan nilai tukar Rupiah berpengaruh pada harga jual produk adalah produsen pada kelompok

sandang, kelompok makanan jadi dan kelompok transportasi(Gambar 5).

 Responden pedagang besar yang menyatakan bahwa perubahan nilai tukar

Rupiah terhadap US Dollar berpengaruh terhadap harga jual produk adalah sebesar 14,3%, dan sisanya 85,7% responden pedagang besar menyatakan perubahan nilai tukar tidak berpengaruh terhadap harga jual produk. Responden pedagang besar yang dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar adalah distributor dalam kelompok perumahan, kelompok makanan jadi, minuman, dan rokok, kelompok bahan makanan, kelompok pendidikan, dan

kelompok transportasi dan komunikasi (Gambar 6).

 Sementara itu, responden pedagang eceran yang menyatakan bahwa

perubahan nilai tukar berpengaruh terhadap harga jual produk adalah sebesar 13,3% dan sebanyak 86,7% pedagang eceran menyatakan bahwa perubahan nilai tukar tidak berpengaruh terhadap harga jual produk. Menurut responden pedagang eceran, kelompok transportasi dan komunikasi menjadi kelompok yang paling terimbas dengan perubahan nilai

tukar, selain itu kelompok sandang dan kelompok pendidikan(Gambar 7).

e. Pengaruh Inflasi

 Responden produsen yang menyatakan bahwa angka inflasi menjadi

pertimbangan bagi perusahaan untuk melakukan perubahan harga terutama produsen pada kelompok sandang (61,1% responden). Adapun responden produsen pada kelompok bahan makanan, kelompok kesehatan, dan kelompok makanan jadi, minuman, dan rokok relatif lebih banyak yang menyatakan bahwa angka inflasi tidak menjadi pertimbangan dalam

(5)

melakukan perubahan harga dibandingkan yang menjadikannya

pertimbangan(Gambar 8).

 Responden pedagang besar yang menyatakan bahwa angka inflasi menjadi

pertimbangan perusahaan untuk melakukan perubahan harga terutama pedagang besar pada kelompok transportasi dan komunikasi, kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, kelompok perumahan, dan

kelompok sandang (Gambar 9).

 Responden pedagang eceran yang menyatakan bahwa angka inflasi menjadi

pertimbangan dalam melakukan perubahan harga adalah pedagang eceran pada sub kelompok transportasi dan telekomunikasi, kelompok sandang,

dan kelompok pendidikan.(Gambar 10).

(Penelitian ini dilakukan oleh KBI Semarang, Agustus-Desember 2009. Pelaksanaan survei lapangan dibantu oleh P3M FE UNIKA Soegijapranata Semarang dan CEMSED FE UKSW Salatiga)

Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. 0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00% Bank LKBB Pasar

Obligasi Pasar Saham ditahanLaba Dana Sendiri Lainnya

PRODUSEN PEDAGANG BESAR PEDAGANG PENGECER

0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00% Bahan Makanan

MknnJadi, Minuman & Rokok Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan,Rekreasi & Olah Raga Transportasi & Komunikasi

Perjanjiantdk tertulis Perjanjiantertulis Tidak ada perjanjian

47.8% 18.0% 11.6% 7.2% 6.2% 9.3% 0.0% 10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 50.0% 60.0% Biaya bahan baku

Biaya tenaga kerja Biaya overhead Biaya distribusi Biaya pemasaran/iklan Marjin keuntungan

PRODUSEN

0.0% 10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 50.0% 60.0% 70.0% Harga pokok pembelian

Biaya tenaga kerja Biaya distribusi Biaya pemasaran/iklan Margin keuntungan Lainnya

(6)

Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9. Gambar 10.  0.0% 0.0% 25.0% 0.0% 0.0% 50.0% 25.0% 24.4% 11.1% 15.6% 6.7% 4.4% 37.8% 0.0% 0.0% 10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 50.0% 60.0% Bahan Makanan Kesehatan Makanan Jadi, Minuma Pendidikan,Rekreasi Perumahan Sandang Transportasi dan Kom

TIDAK YA 1.8% 5.5% 9.1% 21.8% 10.9% 23.6% 27.3% 15.9% 12.8% 13.9% 12.0% 17.0% 15.0% 13.4% 0.0% 5.0% 10.0% 15.0% 20.0% 25.0% 30.0% Bahan Makanan Kesehatan Makanan Jadi, Minuma Pendidikan,Rekreasi Perumahan Sandang Transportasi dan Kom

TIDAK YA 12.2% 9.8% 17.1% 12.2% 26.8% 9.8% 12.2% 22.0% 10.6% 17.1% 13.5% 16.7% 12.2% 7.8% 0.0% 5.0% 10.0% 15.0% 20.0% 25.0% 30.0% Bahan Makanan Kesehatan Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan …

Pendidikan,Rekreasi, dan Olah raga Perumahan Sandang Transportasi dan Komunikasi

TIDAK YA 0.0% 10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 50.0% 60.0% 70.0%

Ya Tidak selalu Tidak

0.0% 5.0% 10.0% 15.0% 20.0% 25.0% 30.0%

Ya Tidak selalu Tidak

0.0% 5.0% 10.0% 15.0% 20.0% 25.0% 30.0%

Gambar

Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4.0.00%10.00%20.00%30.00%40.00%50.00%60.00%70.00%80.00%BankLKBBPasar
Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9. Gambar 10. 0.0%0.0%25.0%0.0%0.0%50.0%25.0%24.4%11.1%15.6%6.7%4.4%37.8%0.0%0.0%10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 50.0% 60.0%Bahan MakananKesehatanMakanan Jadi, MinumaPendidikan,RekreasiPerumahanSandangTransportasi dan Kom

Referensi

Dokumen terkait

laba rugi Variable Costing, manajemen dapat memperoleh informasi discretionary fxed costs terpisah dari Committed fxed costs, sehingga pengendalian biaya tetap dalam jangka pendek

Sistem kerja dari usaha “CLEANSER CALL (Cleaning Service Panggilan) Berbasis Online” ini hanya dengan memesan kepada contact person melalui media online dan

It also shows that those methods which move into particular forms of sustainability assessment tend to focus on building the environmental capacity needed not only to qualify

Magelang atau Pendapatan Perkapita Indonesia, maka pendapatan petani kita masih jauh tertinggal. ANALISA USAHA

[r]

[r]

1) Air permukaan yang ada di muka bumi ini membentuk kumpulan butir-butir air sebagai awan, ditiup angin ke arah dataran, kemudian turun sebagai hujan. 2) Air hujan yang turun

[r]