• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KONEKSI MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI :Studi Kuasi Eksperimen pada Mahasiswa Program Studi Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Suba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KONEKSI MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI :Studi Kuasi Eksperimen pada Mahasiswa Program Studi Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Suba"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN --- ii

PERNYATAAN --- iii

ABSTRAK --- iv

KATA PENGANTAR --- v

PERSEMBAHAN --- vi

UCAPAN TERIMA KASIH --- vii

MOTTO --- ix

DAFTAR ISI --- x

DAFTAR TABEL --- xii

DAFTAR GAMBAR --- xiv

DAFTAR LAMPIRAN --- xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang --- 1

B. Rumusan Masalah --- 7

C. Tujuan Penelitian --- 8

D. Manfaat Penelitian --- 9

E. Hipotesis Penelitian --- 10

F. Definisi Operasional --- 10

BAB II LANDASAN TEORI A. Pemecahan Masalah Matematis --- 12

B. Koneksi Matematis --- 17

C. Pembelajaran Berbasis Masalah --- 20

D. Pembelajaran Konvensional --- 28

E. Sikap --- 30

F. Teori Belajar yang Mendukung --- 31

G. Penelitian yang Relevan --- 34

(2)

B. Populasi dan Sampel --- 38

C. Waktu Penelitian --- 40

D. Instrumen Penelitian --- 41

E. Pengembangan Bahan Ajar --- 53

F. Teknis Analisis Data --- 55

G. Prosedur Penelitian --- 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian --- 66

B. Pembahasan --- 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan --- 86

B. Saran --- 87

DAFTAR PUSTAKA --- 89

(3)

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1 Jadwal Rencana Kegiatan Penelitian --- 41

3.2 Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Koneksi Matematis --- 43

3.3 Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis --- 44

3.4 Klasifkasi Koefisien Validitas --- 46

3.5 Validitas Instrumen Kemampuan --- 47

3.6 Klasifikasi Derajat Reliabilitas --- 48

3.7 Derajat Reliabilitas Uji Coba Soal Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis --- 48

3.8 Klasifikasi Daya Pembeda --- 49

3.9 Daya Pembeda Uji Coba Soal Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis --- 50

3.10 Klasifikasi Indeks Kesukaran --- 51

3.11 Indeks Kesukaran Tes Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis -- 51

3.12 Kriteria Interpretasi Skor --- 63

4.1 Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol --- 67

4.2 Hasil Uji Normalitas Skor Pretes Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol --- 67

4.3 Hasil Uji Homgenitas Skor Pretes Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol --- 68

4.4 Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Skor Pretes Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol --- 70

(4)

4.6 Hasil Uji Normalitas Skor Gain Ternormalisasi Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol --- 74 4.7 Hasil Uji Homogenitas Skor Gain Ternormalisasi Kemampuan

Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol --- 76 4.8 Hasil Uji – t Skor Gain Ternormalisasi Kemampuan Pemecahan

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

3.1 Diagram Alur Analisis Data --- 62 3.2 Diagram Alur Prosedur Penelitian --- 65 4.1 Rata-rata Skor Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi

Matematis untuk Kelas Eksperimen dan Kontrol --- 71 4.2 Rata-rata Gain Ternormalisasi Kemampuan Pemecahan Masalah dan

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN B : INSTRUMEN PENELITIAN B.1 KISI – KISI INSTRUMEN TES KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KONEKSI MATEMATIS --- 143

B.2 INSTRUMEN TES KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KONEKSI MATEMATIS --- 145

B.3 ALTERNATIF JAWABAN --- 147

LAMPIRAN C : ANGKET C.1 KISI – KISI ANGKET RESPON MAHASISWA TERHADAP PERKULIAHAN --- 151

C.2 ANGKET RESPON MAHASISWA TERHADAP PERKULIAHAN --- 152

LAMPIRAN D : DATA UJI COBA D.1 DATA HASIL UJI COBA --- 154

(7)
(8)

1 1. BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan mata pelajaran yang senantiasa hadir pada setiap jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi. Berdasarkan PP Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 9 ayat (3) dikatakan bahwa kurikulum tingkat satuan pendidikan tinggi program Sarjana dan Diploma wajib memuat mata kuliah yang bermuatan kepribadian, kebudayaan, serta mata kuliah Statistika, dan/atau Matematika. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh banyaknya konstribusi matematika dalam berbagai bidang kehidupan, misalnya bidang teknologi informasi, industri, asuransi, keuangan, pertanian, sosial maupun teknik.

Matematika memberikan kontribusi dalam perkembangan ilmu komputer. Berbagai aplikasi dan program di komputer tidak lepas dari penerapan matematika sebagai dasar teorinya. Matematika diskrit merupakan salah satu dasar teori yang mendukung ilmu komputer.

(9)

boolean dan teori himpunan, sedangkan mata kuliah Matematika Diskrit meliputi kombinatorik, relasi dan fungsi, relasi rekursif (relasi berulang), prinsip sangkar burung merpati dan teori graf.

Dalam perkuliahan Matematika Diskrit, agar mahasiswa merasakan manfaat langsung dari mempelajari Matematika Diskrit, dosen dituntut untuk dapat mengarahkan mahasiswa agar dapat mengkoneksikan setiap materi dengan ilmu komputer. Koneksi yang dimaksud, misalnya dosen harus mampu menjelaskan bahwa materi relasi rekursif ada kaitannya dan banyak dipakai dalam pemrograman komputer atau teori graf merupakan materi dasar untuk mempelajari analisis jaringan. Di sisi lain, tuntutan tersebut memunculkan permasalahan yang sifatnya tidak rutin (seperti membuat suatu rute jaringan dengan menggukan konsep dalam matematika diskrit), sehingga dosen pun secara tidak langsung dituntut agar dapat mengarahkan mahasiswa untuk dapat memecahkan masalah tersebut.

(10)

bentuk: (1) ketidakseriusan mereka dalam mengikuti perkuliahan; (2) keengganan mereka dalam mengerjakan tugas; dan (3) ketidakaktifan mereka dalam perkuliahan.

Akibatnya, ketika mahasiswa dihadapkan dengan permasalahan yang tidak rutin mengenai materi dalam matematika diskrit dan diarahkan untuk dapat mengkoneksikannya dengan ilmu komputer, mereka mengalami kesulitan. Apalagi selama ini, pembelajaran yang dilakukan masih menggunakan pembelajaran konvensional, pembelajaran ini masih mengacu pada metode teacher centered, kesempatan mahasiswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya

sendiri menjadi sempit bahkan tidak ada. Sehingga proses berfikir mahasiswa dalam memecahkan masalah yang tidak rutin dan mengkoneksikan antar topik menjadi tidak optimal.

Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Committee on the Undergraduate Program in Mathematics (CUPM, 2004), yang mengatakan bahwa, di tingkat perguruan tinggi, mahasiswa seringkali secara keseluruhan tidak menyadari pentingnya hubungan-hubungan antara subjek matematika yang terpisah dengan disiplin lainnya. Mereka juga secara mengejutkan enggan atau tidak dapat menerapkan pengetahuan yang mereka peroleh dalam perkuliahan matematika kepada disiplin lainnya.

(11)

koneksi matematis yang memiliki kompleksitas tinggi merupakan dua di antara kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi.

Pemecahan masalah dapat dipandang sebagai kegiatan yang meliputi: mengidentifikasi kecukupan data untuk pemecahan masalah, membuat model matematis dari suatu situasi atau masalah sehari-hari dan menyelesaikannya, memilih dan menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah matematika dan atau di luar matematika, menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal, serta memeriksa kebenaran hasil atau jawaban, menerapkan matematika secara bermakna. Secara umum pemecahan masalah bersifat tidak rutin (Sumarmo,2010).

(12)

Jika dicermati permasalahan dalam pembelajaran yang timbul di berbagai jenjang sekolah, termasuk di jenjang pendidikan tinggi mempunyai bentuk kesamaan. Diantaranya pembelajaran masih didominasi model pembelajaran konvensional, yang umumnya dipacu oleh batas capaian kuantitas materi. Evaluasi lebih berfokus pada aspek kognitif yang relatif masih rendah, sebagai akibat jarangnya mahasiswa dihadapkan pada lingkungan belajar yang bernuasa tantangan dengan tuntutan tingkat kemampuan kognitif yang lebih tinggi. Akibatnya, pembelajaran konvensional tidak mampu mengembangkan kemampuan mahasiswa secara optimal.

(13)

Venkatachary (Dewanto, 2006) mengatakan bahwa pada dekade terakhir ini pendidikan tinggi mulai mengakomodasikan tujuan pembelajaran matematika yang memberi banyak kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan doing math, dengan lebih memfokuskan pada pemanfaatan lingkungan belajar

konstruktivisme, antara lain dengan Pembelajaran Berbasis Masalah, yang merupakan suatu strategi di kelas yang mengorganisasi pembelajaran sekitar aktivitas pemecahan masalah, memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk berpikir kritis, merepresentasikan (termasuk di dalamnya mengkoneksikan konsep matematika dengan konsep lain) ide-ide mereka, dan mengkomunikasikan kepada teman sebayanya. Berdasarkan pada hal tersebut, maka terdapat dugaan pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis adalah pembelajaran berbasis masalah.

(14)

Indonesia maupun di luar Indonesia, penelitian dengan menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam bidang matematika masih sangat sedikit (di Indonesia, Pembelajaran Berbasis Masalah mulai banyak diterapkan di dunia kedokteran, arsitektur, dan bahasa).

Berdasarkan kepada uraian di atas, diduga pembelajaran berbasis masalah dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi khususnya pemecahan masalah dan koneksi matematis mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer, sehingga secara tidak langsung diharapkan dapat diperoleh lulusan yang potensial dalam dunia kerja. Untuk menguji kebenaran dugaan tersebut, maka perlu diadakan penelitian. Oleh sebab itu dilakukan penelitian dengan judul: Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis Mahasiswa Program Studi Sistem Informasi (Studi Kuasi Eksperimen pada Mahasiswa Program Studi Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Subang).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah:

(15)

2. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis mahasiswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan mahasiswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?

3. Bagaimana kualitas peningkatan kemampuan koneksi matematis mahasiswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah dan mahasiswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?

4. Apakah peningkatan kemampuan koneksi matematis mahasiswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan mahasiswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?

5. Bagaimana sikap mahasiswa terhadap pembelajaran berbasis masalah?

C. Tujuan Penelitian

Bertolak dari permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui kualitas peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis mahasiswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah dan yang tidak memperoleh pembelajaran berbasis masalah.

2. Mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis mahasiswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan mahasiswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional.

(16)

4. Mengetahui apakah peningkatan kemampuan koneksi matematis mahasiswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan mahasiswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional.

5. Mengetahui sikap mahasiswa terhadap pembelajaran berbasis masalah.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti bagi kegiatan perkuliahan di kelas, khususnya dalam upaya peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis mahasiswa. Manfaat itu di antaranya adalah:

1. Untuk menjawab keingintahuan peneliti tentang pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis mahasiswa.

2. Bagi mahasiswa, memberikan pengalaman baru dalam perkuliahan matematika diskrit, karena sebelumnya belum pernah diterapkan perkuliahan dengan pendekatan berbasis masalah. Selain itu, dengan adanya penelitian ini mahasiswa mampu mengkoneksikan matematika diskrit dengan ilmu komputer.

3. Jika ternyata peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis mahasiswa signifikan, maka pembelajaran berbasis masalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam perkuliahan.

(17)

E. Hipotesis Penelitian

Sejalan dengan masalah penelitian yang diuraikan di atas, hipotesis penelitian adalah:

1. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis antara mahasiswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah dan mahasiswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

2. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan koneksi matematis antara mahasiswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah dan mahasiswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

F. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi perbedaan pandangan dalam peristilahan yang digunakan dalam penelitian ini, maka diberikan beberapa definisi operasional untuk istilah – istilah sebagai berikut:

1. Kemampuan pemecahan masalah matematis dalam penelitian ini ialah kemampuan mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh untuk menyelesaikan masalah. Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan ini meliputi: 1) mengidentifikasi kecukupan data untuk pemecahan masalah; 2) menjelaskan konsep yang sesuai dengan masalah; dan 3) menyelesaikan masalah.

(18)

meliputi:1) mengintegrasikan informasi; 2) membuat koneksi dalam dan/atau luar materi matematika; 3) menetapkan rumus (tools) yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah; dan 4) memecahkan masalah tidak rutin.

3. Pembelajaran Berbasis Masalah dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang dimulai dengan masalah kontekstual yang harus dipecahkan, kemudian mahasiswa menginterpretasi masalah tersebut, mengumpulkan informasi yang diperlukan, mengevaluasi alternatif solusi, dan mempresentasikan solusinya, sehingga secara keseluruhan mahasiswalah yang mengkonstruk sendiri pengetahuan mereka, dengan bantuan pengajar selaku fasilitator.

(19)

37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini berbentuk “Kuasi-Eksperimen”. Pada studi kuasi eksperimen, subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek apa adanya. Pemilihan studi ini didasarkan pertimbangan bahwa, kelas yang ada telah terbentuk sebelumnya dan tidak mungkin dilakukan pengelompokan mahasiswa secara acak.

Penelitian ini dilakukan terhadap dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelompok mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok mahasiswa yang yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Desain penelitian berbentuk Pre-test Post-test Control Group Design (Fraenkel, 1993) sebagai berikut:

R O X O

R O O

Keterangan :

R : Pengambilan Sampel secara Acak Kelas

X : Perlakuan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah O : Pre-test dan post-test berupa tes untuk mengetahui kemampuan pemecahan

(20)

Variabel bebas dari penelitian ini adalah pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran konvensional, sedangkan variabel terikat adalah kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis. Dalam penelitian ini yang melakukan pembelajaran pada seluruh kelompok adalah peneliti sendiri. Hal ini agar peneliti dapat terlibat langsung dalam penelitian dan dapat merasakan hal yang terjadi yang sesungguhnya di lapangan.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa program studi Sistem Informasi di Indonesia, yang setingkat mutunya dengan program studi Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Subang. Dalam hal ini yang dijadikan tolok ukur mutu program studi adalah nilai akreditasi program studi tersebut. Program studi Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Subang memiliki nilai akreditasi C dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT).

(21)

memiliki nilai akreditasi C. Pemilihan populasi mahasiswa didasarkan pada pendapat Dewanto (2006) yang mengatakan bahwa kemampuan mahasiswa dapat dioptimalkan dalam pembelajaran berbasis masalah.

Dari sekian banyak Universitas, dipilih program studi Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Subang, karena prodi ini mempunyai karakteristik yang serupa dengan populasi. Hal ini dapat dilihat dari hasil akreditasi BAN-PT prodi tersebut adalah C. Selain itu, peneliti berdomisili di Subang, sehingga dapat memudahkan komunikasi dengan responden penelitian. Serta karena keterbatasan tenaga, waktu, dan supaya biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan memilih Universitas lain.

(22)

Banyaknya mahasiswa pada kelompok kontrol adalah 16 orang dan kelas eksperimen adalah 18 orang. Hal ini, sesuai dengan yang disarankan oleh Roscoe (Sugiyono,2003) mengenai ukuran sampel untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, jumlah anggota sampelnya masing – masing adalah antara 10 sampai dengan 20.

Pokok bahasan mata kuliah Matematika Diskrit yang diambil dalam penelitian ini adalah Relasi Rekursif, Prinsip Sangkar Burung Merpati dan Teori Graf. Pemilihan materi tersebut didasarkan pada banyaknya koneksi matematis yang dimiliki oleh ketiga materi itu dengan disiplin ilmu lain, terutama Sistem Informasi, serta memerlukan pemecahan masalah yang sifatnya non rutin. Tingkatan kemampuan mahasiswa, dengan tingkat kategori tinggi, sedang, dan kurang, didasarkan atas kuis materi prasyarat dan pretest yang diberikan sebelum penelitian dilaksanakan. Tingkatan kemampuan mahasiswa ini sangat penting dan juga harus diperhatikan secara serius dalam penelitian pendidikan matematika (Dubinsky, 1994).

C. Waktu Penelitian

(23)

Tabel 3.1 Jadwal Rencana Kegiatan Penelitian

No Kegiatan Bulan

Des 2010 Jan Feb Mar Apr Mei Jun 1. Pembuatan Proposal

2. Seminar Proposal

3. Menyusun Instrumen

Penelitian dan bahan ajar

4. Pelaksanaan Perkuliahan

di kelas Eksperimen

5. Pengumpulan Data

6. Pengolahan Data

7. Penyelesaian Tesis

D. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua jenis instrumen, yaitu jenis tes dan non-tes. Instrumen jenis tes adalah instrumen kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis sedangkan instrumen jenis non-tes adalah angket respon mahasiswa dan wawancara. Masing-masing jenis instrumen tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis

(24)

pretes dan postes digunakan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum dan setelah diberikan perkuliahan.

Instrumen tes untuk mengukur kemampuan koneksi matematis disusun dalam bentuk soal uraian dan skor jawaban mahasiswa disusun berdasarkan indikator kemampuan koneksi matematis, sebagai berikut: a) mengintegrasikan informasi; b) membuat koneksi dalam dan antar materi matematika; c) menetapkan rumus (tools) yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah; dan d) memecahkan masalah tidak rutin.

Bahan tes diambil dari materi kuliah matematika diskrit semester genap dengan mengacu pada Kurikulum program studi Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Subang, pokok bahasan yang diambil dalam penelitian ini adalah relasi rekursif, prinsip sangkar burung merpati dan teori graf. Tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan koneksi matematis mahasiswa terdiri dari 4 butir soal. Dalam penyusunan soal tes, diawali dengan penyusunan kisi-kisi soal yang dilanjutkan dengan menyusun soal beserta alternatif kunci jawaban masing-masing butir soal. Secara lengkap, kisi-kisi dan instrumen tes koneksi matematis dapat dilihat berturut – turut pada Lampiran B.1 dan B.2.

(25)

Tabel 3.2 Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Koneksi Matematis

Kemampuan Menjawab Soal Skor

Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan

ketidakpahaman tentang konsep sehingga informasi yang diberikan tidak berarti apa-apa.

0

Hanya sedikit dari penjelasan yang benar. 1 Penjelasan secara matematis masuk akal namun hanya sebagian

lengkap dan benar.

2

Penjelasan secara matematis masuk akal dan benar, meskipun tidak tersusun secara logis atau terdapat sedikit kesalahan bahasa.

3

Penjelasan secara matematis masuk akal dan jelas serta tersusun secara logis dan sistematis.

4

Sumber, Izzati(2010)

Selain itu, untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis juga disusun suatu instrumen tes dalam bentuk uraian, sedangkan skor jawaban mahasiswa disusun berdasarkan indikator kemampuan pemecahan masalah matematis, sebagai berikut: (1) mengidentifikasi kecukupan data untuk pemecahan masalah (memahami masalah); (2) menjelaskan konsep yang sesuai dengan masalah; dan (3) menyelesaikan masalah. Bahan untuk tes ini, juga diambil dari materi kuliah matematika diskrit semester genap dengan pokok bahasan yang adalah relasi rekursif, prinsip sangkar burung merpati dan teori graf yang terdiri dari 4 butir soal. Dalam penyusunan soal tes, diawali dengan penyusunan kisi-kisi soal yang dilanjutkan dengan menyusun soal beserta alternatif kunci jawaban masing-masing butir soal. Secara lengkap, kisi-kisi dan instrumen tes pemecahan masalah matematis dapat dilihat berturut – turut pada Lampiran B.1 dan B.2.

(26)

masalah yang dibuat oleh Schoen dan Ochmke (Hotang,2010) dan pedoman penskoran yang dibuat oleh Chicago Public Schools Bureau of Student Assessment sebagai berikut:

Tabel 3.3. Pedoman Penskoran Pemecahan Masalah

Skor Memahami masalah Menjelaskan konsep Menyelesaikan

masalah

Data skor hasil tes kemampuan mahasiswa yang dijadikan uji coba disajikan pada Lampiran D.1. Selanjutnya, data yang diperoleh ini dianalisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda soalnya.

1.a. Analisis Validitas

(27)

memiliki validitas yang tinggi maka derajat ketepatan mengukurnya benar-benar baik.

Validitas suatu instrumen hendaknya dilihat dari berbagai aspek. Dalam penelitian ini, analisis validitas yang dilakukan meliputi validitas isi, validitas muka, validitas konstruk dan validitas butir soal. Validitas isi berkenaan dengan ketepatan materi yang dievaluasikan. Dengan kata lain, materi yang dipakai sebagai alat evaluasi merupakan sampel representatif dari pengetahuan yang harus dikuasai mahasiswa (Suherman dan Sukjaya, 1990). Validitas muka atau validitas tampilan, yaitu keabsahan susunan kalimat atau kata-kata dalam soal sehingga jelas pengertiannya atau tidak menimbulkan tafsiran lain (Suherman,dkk, 2003), termasuk juga kejelasan gambar dalam soal. Penilaian validitas isi dan validitas muka dilakukan oleh rekan tim dosen pengampu mata kuliah matematika diskrit pada Fakultas Ilmu Komputer Universitas Subang, yang hasilnya dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Validitas isi dan validitas muka yang dinilai adalah kesesuaian antara butir tes dengan kisi-kisi soal, penggunaan bahasa dalam soal, dan kebenaran materi atau konsep.

(28)

∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑ ∑

(Suherman dan Sukjaya, 1990) dengan: : koefisien validitas,

: skor butir soal, : skor total, n: jumlah siswa.

Hasil perhitungan koefisien korelasi diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien validitas yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.4. Klasifikasi Koefisien Validitas

Besarnya Interpretasi

0,80 < 1,00 Validitas sangat tinggi 0,60 < 0,80 Validitas tinggi 0,40 < 0,60 Validitas sedang 0,20 < 0,40 Validitas rendah 0,00 < 0,20 Validitas sangat rendah

0,00 Tidak valid Sumber: (Suherman dan Sukjaya, 1990)

(29)

Tabel 3.5. Validitas Instrumen Kemampuan Nomor

Soal Kemampuan

Besarnya

Interpretasi

1 Pemecahan Masalah Matematis 0,73 Validitas tinggi 2 Koneksi Matematis 0,89 Validitas sangat tinggi 3 Pemecahan Masalah Matematis 0,87 Validitas sangat tinggi 4 Koneksi Matematis 0,91 Validitas sangat tinggi 5 Koneksi Matematis 0,89 Validitas sangat tinggi 6 Pemecahan Masalah Matematis 0,91 Validitas sangat tinggi 7(a) Koneksi Matematis 0,87 Validitas sangat tinggi 7(b) Pemecahan Masalah Matematis 0,85 Validitas sangat tinggi

1.b. Analisis Reliabilitas

Selain validitas, reliabilitas juga mempengaruhi terhadap pemilihan instrumen. Reliabilitas suatu instrumen menunjukkan keajegan suatu instrument yang digunakan. Sebagaimana dikemukakan oleh Ruseffendi (1993), reliabilitas instrumen adalah ketetapan alat evaluasi dalam mengukur atau ketetapan siswa dalam menjawab alat evaluasi tersebut. Tes yang reliabel adalah tes yang menghasilkan skor yang konsisten (tidak berubah-ubah). Perhitungan reliabilitas menggunakan rumus Cronbach’s Alpha, sebagai berikut:

1 ∑

! , (Suherman dan Sukjaya, 1990),

dengan: r11: derajat reliabilitas,

n: jumlah butir soal,

" : variansi skor butir soal

(30)

Hasil derajat reliabilitas soal kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi derajat reliabilitas pada tabel berikut.

Tabel 3.6. Klasifikasi Derajat Reliabilitas

Besarnya $$ Interpretasi

0,20 Derajat reliabilitas sangat rendah 0,20 < 0,40 Derajat reliabilitas rendah

0,40 < 0,70 Derajat reliabilitas sedang 0,70 < 0,90 Derajat reliabilitas tinggi 0,90 < 1,00 Derajat reliabilitas sangat tinggi Sumber: (Suherman dan Sukjaya, 1990)

Perhitungan derajat reliabilitas dilakukan dengan menggunakan bantuan software Microsoft Excel dan hasil perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran D.2. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, derajat reliabilitas tes pemecahan masalah dan koneksi matematis dapat dilihat pada tabel 3.7 berikut:

Tabel 3.7. Derajat Reliabilitas Uji Coba Soal Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis

Jenis Tes Derajat

Reliabilitas Interpretasi

Pemecahan Masalah Matematis 0,67 Sedang Koneksi Matematis 0,71 Tinggi

1.c. Analisis Daya Pembeda

(31)

mengerjakan dengan baik, dan mahasiswa yang kurang tidak dapat mengerjakan dengan baik.

Daya pembeda dihitung dengan membagi mahasiswa ke dalam dua kelompok, yaitu: kelompok unggul/kelompok mahasiswa yang tergolong pandai dan kelompok asor/kelompok mahasiswa yang tergolong rendah. Untuk menentukan mahasiswa kelompok unggul dan mahasiswa kelompok asor, maka urutkan terlebih dahulu skor mahasiswa dari yang skor yang tertinggi hingga terendah. Diambil sebanyak 27% mahasiswa yang skornya tertinggi dan 27% mahasiswa yang skornya terendah. Penentuan kelompok unggul, kelompok asor dan daya pembeda masing-masing butir soal dilakukan dengan menggunakan bantuan Software Microsoft Excel. Rumus yang digunakan yaitu sebagai berikut (Depdiknas, 2003).

%& '))) '(+ ))))* (

Keterangan: DP = daya pembeda

XA = rata-rata kelompok atas

XB = rata-rata kelompok bawah

SA = skor maksimum yang telah ditetapkan

Hasil perhitungan Daya Pembeda diinterpretasikan menggunakan kriteria berikut :

Tabel 3.8. Klasifikasi Daya Pembeda

Daya Pembeda Evaluasi Butiran Soal

(32)

Berdasarkan hasil perhitungan pada Lampiran D.3 daya pembeda dari soal uji

coba pemecahan masalah dan koneksi matematis dapat dilihat pada Tabel 3.9 berikut:

Tabel 3.9. Daya Pembeda Uji Coba Soal Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis

Analisis indeks kesukaran setiap butir soal dihitung berdasarkan jawaban seluruh mahasiswa yang mengikuti tes. Analisis tingkat kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui sukar atau mudahnya soal yang digunakan. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks kesukaran adalah:

,- .*/0 .*1 .2/0 .21324 .2/0 .213 25 24

dengan, IK: Indeks Kesukaran,

67(: jumlah skor siswa kelompok atas pada butir soal yang diolah, 67*: jumlah skor siswa kelompok bawah pada butir soal yang diolah,

6+(: jumlah siswa kelompok atas, 6+*: jumlah siswa kelompok bawah,

(33)

Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasikan dengan menggunakan tabel berikut.

Tabel 3.10. Klasifikasi Indeks Kesukaran

Besarnya :; Interpretasi Sumber: (Suherman dan Sukjaya, 1990)

Hasil perhitungan tingkat kesukaran tiap butir soal tes kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis diperoleh dengan bantuan software Microsoft Excel dapat dilihat pada lampiran D.4 yang terangkum dalam Tabel 3.11 berikut ini:

Tabel 3.11. Indeks Kesukaran Tes Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis

Kemampuan yang

Diukur Nomor Soal Besarnya IK Interpretasi

Pemecahan Masalah

(34)

perkuliahan dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah. Kisi-kisi respon mahasiswa terhadap pendekatan pembelajaran berbasis masalah disajikan pada Lampiran C.1, sedangkan angket respon mahasiswa disajikan pada Lampiran C.2.

Angket ini diukur menggunakan skala Likert yang dibuat dalam bentuk pernyataan sebanyak 15 pernyataan yang terdiri dari 9 pernyataan positif dan 6 pernyataan negatif. Angket ini disusun berdasarkan indikator respon mahasiswa terhadap perkuliahan dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah dan respon mahasiswa terhadap soal – soal pemecahan masalah dan koneksi matematis yang diberikan pada lembar permasalahan. Sebelum digunakan, angket respon mahasiswa ini dimintai pertimbangan kepada teman-teman mahasiswa S2 Pendidikan Matematika dan dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk diberikan pertimbangan dan masukan-masukan mengenai validitas isi dan validitas muka. Skala respon ini tidak dilakukan uji coba terlebih dahulu, karena hanya untuk mengetahui respon mahasiswa terhadap perkuliahan matematika diskrit secara umum dan respon mahasiswa terhadap perkuliahan dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah.

3. Wawancara

(35)

penyimpangan dalam pengisian angket. Hal tersebut dilakukan agar terjadi sinkronisasi antara data angket dengan fakta sebenarnya. Sehingga tidak semua mahasiswa dipilih untuk diwawancarai. Mahasiswa yang dipilih untuk diwawancarai berasal dari kelas eksperimen. Banyaknya mahasiswa yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah empat orang, dua orang mewakili siswa berkemampuan pandai dan dua orang berkemampuan lemah.

E.Pengembangan Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan bagian yang sangat penting dari suatu proses pembelajaran secara keseluruhan. Karena penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis melalui pendekatan pembelajaran berbasis masalah, maka bahan ajar yang digunakan didesain secara khusus sesuai dengan tahapan pada pembelajaran berbasis masalah, dan dikembangkan sedemikian rupa sehingga dimungkinkan mencapai tujuan dari penelitian.

(36)

dalam bentuk lembar permasalahan pada lampiran A.2. Disamping itu, pada setiap akhir perkuliahan mahasiswa diberikan tugas individu untuk mengukur sampai sejauh mana kemampuan mereka dalam memecahkan masalah mengenai suatu materi tertentu. Tugas individu ini berikan dalam bentuk lembar tugas yang dapat dilihat pada lampiran A.2.

Untuk memudahkan pengajar melaksanakan perkuliahan sesuai dengan yang diharapkan dalam penelitian ini, disusun satuan acara perkuliahan (SAP) yang diberikan kepada mahasiswa kelas eksperimen (dapat dilihat pada lampiran A.1). Untuk kelas kontrol, kisi-kisi materi sama dengan kelas eksperimen, termasuk tujuan perkuliahan. Perbedaan kelas eksperimen dan kelas kontrol hanya terletak pada pendekatan mengajarnya. Satuan acara perkuliahan (SAP) yang disusun memuat: Standar kompetensi; Kompetensi dasar; Indikator; Materi; Pendekatan dan metode pembelajaran; Kegiatan pembelajaran; Penilaian dan Referensi yang digunakan

(37)

F. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan bantuan software SPSS dan software Microsoft Excel. Dalam pengujian hipotesis untuk pengolahan data dengan bantuan software SPSS, kriteria untuk menolak atau

menerima <= didasarkan harga > ?@ABC yaitu tolak HO , jika > ?@ABC D

E. Dalam program SPSS digunakan istilah significance (yang disingkat Sig)

untuk > ?@ABC, dengan kata lain > ?@ABC "FG.

1. Analisis Data Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi

Matematis

Data yang diperoleh dari hasil pretes, dihitung perbedaan rata - ratanya. Tujuannya adalah untuk mengetahui kemampuan awal kedua kelas apakah sama atau berbeda secara signifikan. Untuk mengetahui statistik apa yang digunakan untuk menguji perbedaan rata – rata, dilakukan uji normalitas dan homogenitas dengan bantuan software SPSS pada taraf signifikansi 5%.

a. Uji Normalitas

Hipotesis yang digunakan dalam uji normalitas adalah sebagai berikut: H0 : data berdistribusi normal

H1 : data tidak berdistribusi normal

Uji normalitas yang digunakan adalah uji kecocokan

χ

2 (Chi-kuadrat) dengan rumus

(38)

=

(

)

e e o

f f

f 2

2

χ (Ruseffendi, 1993 : 372)

dengan n : banyaknya skor atau banyaknya subjek fo : frekuensi observasi

fe : frekuensi ekspektasi

Nilai

χ

2 yang diperoleh dengan rumus di atas disebut sebagai

χ

2hitung

kemudian dibandingkan dengan

χ

2tabel dengan derajat kebebasan (dk) = J-3 dalam

hal ini J menyatakan banyaknya kelas interval. Jika

χ

2hitung <

χ

2tabel, maka dapat

dikatakan bahwa data tersebut berdistribusi normal. Dengan software SPSS, cara untuk mengeksplorasi asumsi normalitas adalah dengan uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov.

b. Uji Homogenitas

Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut: H0 : varians homogen

H1 : varians tidak homogen

Uji homogenitas antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah varians kedua kelompok sama atau berbeda. Uji statistiknya menggunakan Uji-F dengan rumus:

H !IJKILMJ

!IJNIO P

Nilai F yang diperoleh dengan rumus di atas, disebut dengan Fhitung, dari nilai

(39)

dkpenyebut = npenyebut – 1. Jika Fhitung < Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa kedua

distribusi memiliki varians yang tidak berbeda (Ruseffendi, 1993 : 374). Dengan bantuan software SPSS, cara untuk mengeksplorasi asumsi homogenitas adalah dengan uji Homogenitas yaitu uji Levene.

Jika hasil menunjukkan data berdistribusi normal dan homogen, selanjutnya dilakukan uji parametrik yaitu uji-t, namun jika data berdistribusi normal tapi tidak homogen digunakan uji-t. Selanjutnya, jika salah satu data atau keduanya tidak berdistribusi normal dilakukan uji non parametrik Mann Whitney. Perhitungan dilakukan dengan bantuan software SPSS.

2. Analisis Data Postes Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi

Matematis

2.a. Perhitungan Gain

Untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis mahasiswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka dilakukan analisis terhadap hasil tes awal dan tes akhir. Analisis dilakukan dengan menggunakan rumus gain ternormalisasi rata-rata (average normalized gain) oleh Hake (2007) dianggap lebih efektif sebagai berikut:

>

(40)

Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi sebagai berikut:

g > 0,7 : tinggi 0,3 < g ≤ 0,7 : sedang g 0,3 : rendah

Perhitungan gain ternormalisasi dilakukan dengan bantuan software Microsoft Excel.

2.b. Uji Normalitas

Hipotesis yang digunakan adalah: H0 : data berdistribusi normal

H1 : data tidak berdistribusi normal

Uji normalitas yang digunakan adalah uji kecocokan

χ

2 (Chi-kuadrat) dengan rumus

sebagai berikut:

=

(

)

e e o

f f

f 2

2

χ (Ruseffendi, 1993 : 372)

dengan n : banyaknya skor atau banyaknya subjek fo : frekuensi observasi

fe : frekuensi ekspektasi

nilai

χ

2yang diperoleh dengan rumus di atas disebut sebagai

χ

2hitung kemudian

dibandingkan dengan

χ

2tabel dengan derajat kebebasan (dk) = J-3 dalam hal ini J

menyatakan banyaknya kelas interval. Jika

χ

2hitung <

χ

2tabel, maka dapat dikatakan

(41)

mengeksplorasi asumsi normalitas adalah dengan uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov.

2.c. Uji Homogenitas

Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah: H0 : varians homogen

H1 : varians tidak homogen

Uji homogenitas antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah varians kedua kelompok sama atau berbeda. Uji statistiknya menggunakan Uji-F dengan rumus:

H !IJKILMJ

!IJNIO P

Nilai F yang diperoleh dengan rumus di atas, disebut dengan Fhitung, dari nilai yang

diperoleh dibandingkan dengan nilai Ftabel dengan dkpembilang = npembilang – 1 dan

dkpenyebut = npenyebut – 1. Jika Fhitung < Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa kedua

distribusi memiliki varians yang tidak berbeda (Ruseffendi, 1993 : 374). Dengan bantuan software SPSS, cara untuk mengeksplorasi asumsi homogenitas adalah dengan uji Homogenitas yaitu uji Levene.

2.d. Uji Perbedaan Rata-rata

(42)

Hipotesis yang akan diuji adalah:

(a) H0 : Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis mahasiswa yang

memperoleh pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah sama dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

H1 : Peningkatan pemecahan masalah matematis mahasiswa yang memperoleh

pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah lebih baik dari siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

(b) H0 : Peningkatan kemampuan koneksi matematis mahasiswa yang memperoleh

pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah sama dengan mahasiswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

H1 : Peningkatan koneksi matematis mahasiswa yang memperoleh

pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan mahasiswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

Jika populasi kedua kelompok berdistribusi normal dan homogen, maka uji statistik yang digunakan adalah uji-t, dengan rumus:

2

s : simpangan baku gabungan dari dua kelompok

(43)

" : varians sampel kelompok kontrol

n1 : banyaknya data sampel pada kelompok eksperimen n2 : banyaknya data sampel pada kelompok control

1

x : rata-rata sampel kelompok eksperimen

2

x : rata-rata sampel kelompok kontrol

Dengan bantuan software SPSS, cara untuk melakukan uji – t tersebut adalah dengan menggunakan independent sample t-test.

Jika data tidak berdistribusi normal, maka digunakan pengujian non-parametrik yaitu Uji Mann-Whitney (Uji-U). Rumus statistik uji yang digunakan adalah sebagai berikut:

U : Statistik uji Mann Whitney

n1, n2 : Ukuran sampel pada kelompok 1 dan kelompok 2

R1 : Jumlah ranking yang diberikan pada kelompok yang ukuran

sampelnya n1

R2 : Jumlah ranking yang diberikan pada kelompok yang ukuran sampelnya n2

(44)

distribusi normal distribusi tidak normal

di mana z : statistik uji z yang berdistribusi normal N(0,1)

Adapun diagram alur penganalisisan data yang dilakukan dalam penelitian ini, digambarkan pada diagram berikut :

Gambar 3.1. Diagram Alur Analisis Data

3. Data Angket Respon Mahasiswa

Data yang dikumpulkan dari angket respon mahasiswa, dianalisis dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a. Setiap butir skala respon yang terkumpul kemudian dihitung jumlah skornya. Pemberian skor pada skala respon ini menggunakan teknik menentukan nilai

Uji Uji t untuk sampel bebas

dengan asumsi varians tidak homogen (independent samples T Test equal variances not

(45)

skala dengan deviasi normal. Menurut Azwar (Hamidah,2010) tujuan penentuan nilai skala dengan deviasi normal adalah untuk memberikan bobot yang tertinggi bagi kategori jawaban respon setuju terhadap pernyataan positif dan sebaliknya dan memberikan bobot rendah bagi kategori jawaban yang respon tidak setuju terhadap pernyataan positif dan sebaliknya.

b. Kemudian menentukan skor ideal dari skala respon dan membandingkannya dengan skor respon mahasiswa per butir soal. Selanjutnya dihitung persentase skor kelompok responden, yang kemudian dilihat kriteria interpretasi skor berdasarkan kriteria Riduwan (Hamidah,2010). Adapun kriteria interpretasi skor yaitu disajikan pada Tabel 3.12.

Tabel 3.12. Kriteria Interpretasi Skor

Persentase Skor Kriteria Interpretasi

0%−20% Sangat Lemah

21%−40% Lemah

41%−60% Cukup

61% 80%− Kuat

81% 100%− Sangat Kuat

c. Data hasil skala respon ini juga dihitung persentase dari setiap tanggapan per-item pernyataan untuk mengetahui frekuensi masing-masing alternatif jawaban yang diberikan.

(46)

G. Prosedur Penelitian

Prosedur yang akan ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Melakukan kajian kepustakaan terhadap teori-teori yang berkaitan dengan

pembelajaran berbasis masalah serta penerapannya dalam pembelajaran .

2. Menyiapkan satuan acara perkuliahan, lembar permasalahan dan instrumen penelitian

3. Memvalidasi instrumen dan merevisinya.

4. Menganalisis hasil pre-test pemecahan masalah dan koneksi matematis untuk mengetahui kemampuan awal mahasiswa sebelum pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah dilaksanakan.

5. Melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

6. Memberikan post-test pada kedua kelas. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis mahasiswa, setelah pembelajaran berakhir.

7. Memberikan angket pada mahasiswa di kelas eksperimen, untuk mengetahui sikap mahasiswa terhadap perkuliahan dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah.

8. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh setelah penelitian berakhir.

(47)

Gambar 3.2 Diagram Alur Prosedur Penelitian

! " # $

(48)

86 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis temuan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Kualitas peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis mahasiswa yang mendapatkan perkuliahan dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah memiliki kategori sedang. Begitu pula dengan kualitas peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional memiliki kategori sedang.

2. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis antara mahasiswa yang mendapatkan perkuliahan dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah dan kemampuan pemecahan masalah matematis mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.

3. Kualitas peningkatan kemampuan koneksi matematis mahasiswa yang mendapatkan perkuliahan dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah memiliki kategori tinggi, sedangkan kualitas peningkatan kemampuan koneksi matematis mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional memiliki kategori sedang.

(49)

5. Secara umum, mahasiswa merespon positif terhadap perkuliahan. Rata-rata mahasiswa menunjukkan respon yang positif dan tergolong kuat.

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis temuan, maka untuk para pembaca dan untuk penelitian selanjutnya disampaikan saran sebagai berikut:

1. Perkuliahan dengan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah dapat menjadi salah satu alternatif pembelajaran di kelas karena PBM menyediakan suatu lingkungan belajar interaktif. Hanya perlu diperhatikan bahwa tidaklah mudah untuk memulai dengan masalah dalam mata kuliah matematika diskrit. 2. Untuk mata kuliah matematika diskrit, perkuliahan dengan PBM memakan waktu lebih lama dari pembelajaran konvensional. Jadi, disarankan PBM diterapkan pada mata kuliah yang esensial, sehingga konsep pada mata kuliah ini dapat lebih dipahami secara mendalam.

3. Mengingat mata kuliah matematika diskrit merupakan mata kuliah wajib pada program studi sistem informasi, bagi pengajar dianjurkan untuk lebih menekankan pada aspek koneksi matematika diskrit dengan sistem informasi sehingga mahasiswa merasakan kegunaan matematika diskrit dalam sistem informasi.

4. Membiasakan mahasiswa dengan memberikan masalah pada saat perkuliahan, mengingat dalam dunia nyata terdapat banyak masalah matematika diskrit terutama yang berkaitan dengan sistem informasi.

(50)

masalah, karena mahasiswalah yang harus mencari atau mengkonstruksi sendiri.

(51)

89

1. Daftar Pustaka

Arikunto, S. (2008). Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Arini, Sintri. (2009). Penerapan Model Computer Based Learning dalam Upaya

Meningkatkan Koneksi Matematis Siswa. Bandung : Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2009.

Buswel,H.M dan Matos Catherine.(2010).Using Problem Based Learningin Introductory Statistics. Georgia: Clayton State University

Committee on the Undergraduate Program in Mathematics (CUPM). (2004). Undergraduate Programs and Courses in the Mathematical Science: CUPM Curriculum Guide 2004. New York: The Mathematical Association of America. [ONLINE]. Tersedia : http://www.maa.org/cupm/ Depdiknas.(2005). Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Dewanto, S. P. (2006). Meningkatkan Kemampuan Multipel Representasi Mahasiswa melalui Problem-based Learning. Disertasi. PPS UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.

Duch, B.J. (2001a). Models for Problem-Based Instruction in Undergraduate Courses. Dalam B.J. Duch, S.E. Groh, dan D.E. Allen (Eds): The Power of Problem-Based Learning. Virginia: Stylus Publishing.

Duch, B.J., Groh, S.E., dan Allen, D.E. (2001). Why Problem-Based Learning: A Case Study of Institutional Change in Undergraduate Education. Dalam B.J. Duch, S.E. Groh, dan D.E. Allen (Eds): The Power of Problem-Based Learning. Virginia: Stylus Publishing.

Erickson, D.K. (1999). A Problem-Based Approach to Mathematics Instruction. The Mathematics Teacher. Reston, VA: NCTM

Duch, B.J. (2001a). Models for Problem-Based Instruction in Undergraduate Courses. Dalam B.J. Duch, S.E. Groh, dan D.E. Allen (Eds): The Power of Problem-Based Learning. Virginia: Stylus Publishing.

Famoso, M.G.(2005). Problem-based Learning: a Case Study in Computer Science. Spanyol: Formatex. [ONLINE]. Tersedia : http://www.formatex.org/micte2005

(52)

Geoghegan N. (2005). SEARCHING for Control in a Post-modern Mathematica classroom. The Mathematics Education into the 21st Century Project, Universiti Teknologi Malaysia. [Online]. Tersedia: http://math.unipa.it/~grim/21_project/21_malasya_2005

Hamidah. (2010). Pengaruh Model Pembelajaran ARIAS terhadap Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa SMP Ditinjau dari Tingkat Kecerdasan Emosional. Tesis. PPS UPI Bandung Tidak diterbitkan

Hake,R.R. (2007). Should we measure change? yes! tersedia: http://www.physics. indiana.Edu/~ hake/measchanges.pdf [27 Sep 2009]

Hotang,L.B. (2010). Pembelajaran Berbasis Fenomena pada Materi Kalor untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP. Tesis. PPs UPI Bandung . Tidak diterbitkan.

Hung, D. (2002). Situated Cognition and Problem-Based Learning: Implications for Learning and Instruction with Technology. Journal of Interactive Learning Research (2002) 13(4). [Online]. Tersedia: http://www.eric.ed.gov/ERICWebPortal/recordDetail?accno=EJ664833 Hutagalung, J.B. (2009). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan

Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw (Studi Eksperimen pada SMA Negeri 1 Kundur Kabupaten Karimun). Tesis. PPs UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Izzati, N. (2010). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis pada Tingkat Koneksi dan Analisis Siswa MTs Negeri Melalui Pembelajaran Kolaboratif MURDER. Tesis. PPs UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Kusuma, D.A. (2008). Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik dengan Menggunakan Pendekatan Konstruktivisme. [Online]. Tersedia: http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/06/meningkatkan-kemampuan-koneksi-matematik.pdf. [26 Oktober 2009]

Kusumah, Y.S. (2008). Konsep, Pengembangan, dan Implementasi Computer Based Learning Dalam Peningkatan Kemampuan High-Order Mathematical Thinking. Bandung: UPI Press.

Matlin, M.W. (2003). Cognition. Fifth Edition. New York, USA : John Wiley & Son.Inc.

(53)

iastate.edu/per/docs/Addendum_on_normalized_gain.pdf [9 Oktober 2006].

NCTM. (1989). Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston, VA : NCTM

Neyland, J. (1996). Teachers’ Knowledge: The Starting Point for a Critical Analysis of Mathematics Teaching. Philosophy of Mathematics Education Newsletter 9. [Online]. Tersedia: http://www.people.ex.ac.uk/PErnest/pome/pompart4.htm

Polya, G. (1957). "How to Solve It", 2nd ed., Princeton University Press, 1957, ISBN 0-691-08097-6. [online]. Tersedia: http://www.math.utah.edu/~pa/math/polya.html [14 April 2010].

Ramdhani, Neila. (2008).Sikap dan Beberapa Definisi Untuk Memahaminya. Yogyakarta: UGM. [Online]. Tersedia :

http://neila.staff.ugm.ac.id/wordpress/wp-content/uploads/2008/03/definisi.pdf

Ruseffendi, E.T. (1991). Penilaian Pendidikan dan Hasil Belajar Siswa Khususnya dalam Pengajaran Matematika. Bandung: Tidak diterbitkan.

Ruseffendi, E.T. (1993). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta Lainnya. Semarang : IKIP Semarang Press.

Savery, J.R. dan Duffy, T.M. (1996). PBL: An Instructional Model and is Constructivist Framework. Dalam Contructivist Learning Environments: Case Studies in Instructional Design. B.G. Wilson (ed). New Jersey: Educational Technology Publications

Schoenfeld, A. H. (1992). Learning to Think Mathematically: Problem Solving, Metacognition, and Sense-making in Mathematics. In D. Grouws (Ed.), Handbook of research on mathematics teaching and learning (pp. 334-370). New York: MacMillan.

Shadily, H & Echols, J.M. (1975). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta : Gramedia Shadiq, F. (2004). Penalaran, Pemecahan Masalah dan Komunikasi dalam

Pembelajaran Matematika. Depdiknas Dirjen Dikdasmen PPPG Matematika, Yogyakarta.

Siang, Jong Jek.(2002). Matematika Diskrit dan Aplikasinya pada Ilmu Komputer. Yogyakarta : Andi.

(54)

Suherman, E. dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: UPI.

Sumarmo, U.(2010). Berfikir dan Disposisi: Apa, Mengapa dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. FPMIPA UPI.: Tidak Diterbitkan

Venkatachary, R. (2004). Keeping the Promise of Rigour and Content in PBM Curriculum Design Issues in the One Day One Problem Pedagogy. Singapore: The Republic Polytechnic. [Online]. Tersedia: http://discovery.rp.edu.sg/home/ced/research/papers/rigourandcontentinPB M.pdf

Wahidin. (2010). Pengaruh Pembelajaran Berbantuan Alat Peraga terhadap KemampuanPenalaran dan pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP. Tesis. PPs UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Ward, J.D. dan Lee, C.L. (2002). A Review of Problem-Based Learning. Journal of Family and Consumer Sciences Education, Vol. 20, no.1.

Wood, T.; Cobb, P.; Yackel, E. (1995). Reflections on Learning and Teaching Mathematics in Elementary School. Dalam L. P. Steffe dan J.Gale (Eds) Constructivism in Education. Hillsdale, New Jersey: Lawrence Erlbaum.

Gambar

Tabel 3.1 Jadwal Rencana  Kegiatan Penelitian ----------------------------------------
Gambar 3.1 Diagram Alur Analisis Data  ----------------------------------------------------
Tabel 3.1 Jadwal Rencana Kegiatan Penelitian
Tabel 3.2 Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Koneksi Matematis  Kemampuan Menjawab Soal  Skor
+7

Referensi

Dokumen terkait

28) Memegang tali pusat dengan sarung tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut. 29) Mengeringkan bayi, mengganti

Virtual Memori adalah sebuah sistem yang digunakan oleh sistem operasi untuk menggunakan sebagian dari Memori Sekunder yaitu Harddisk seolah-olah ia menggunakannya

menyebutkan bahwa bullying adalah tindakan menyerang yang dilakukan secara sadar dan sengaja atau dimanipulasi oleh satu atau lebih banyak orang terhadap orang lain atau

Terdapat beberapa perbedaan deng;an penelitian yang akan dilakukan, yaitu penelitian ini fokus pada ketersediaan RTH publik yang mencakup luasan, sebaran dan jenis

Menurut Hidayat (2010:2) “website atau situs dapat diartikan sebagai kumpulan halaman-halaman yang digunakan untuk menampilkan informasi teks, gambar diam atau

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Pergerakan Lalu Lintas sebagai Arahan Pusat-Pusat Kegiatan Wilayah Kota Bogor

Problem-problem ini juga berdasarkan pada asumsi bahwa gerakan pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia disadari sedang mengalami stagansi atau lebih tepat time out, setelah

Ukuran perusahaan (Bank size) Ukuran perusahaan berupa aktiva perusahaan yang juga menggambarkan kesehatan suatu bank. Ukuran perusahaan diproksikan menggunakan total asset