• Tidak ada hasil yang ditemukan

EMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SAINS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SD.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SAINS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SD."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Hipotesis ... 8

F. Asumsi ... 9

G. Definisi Operasional ... 9

H. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 10

BAB II PEMBELAJARAN KONSEP LISTRIK MENGGUNAKAN MODEL PBL DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ILMIAH SISWA ... 12

A. IPA Sekolah Dasar ... 12

(2)

D. Penguasaan Konsep Sains dan Sikap Ilmiah ... 26

E. Deskripsi Konsep Energi Listrik Kelas VI ... 31

F. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 39

A. Metode Penelitian ... 39

B. Desain Penelitian ... 39

C. Prosedur Penelitian ... 40

D. Populasi dan Sampel ... 44

E. Instrumen Penelitian ... 44

F. Analisis Instrumen Tes Penguasaan Konsep ... 51

G. Analisa Data ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67

A. Hasil Penelitian ... 67

1. Penguasaan Konsep Sains ... 67

2. Sikap Ilmiah Siswa ... 72

3. Gambaran Proses Pembelajaran Guru Menggunakan PBL 76

4. Kemampuan Guru Melaksanakan Aspek PBL ... 79

4. Tanggapan Guru tentang Pelaksanaan Model PBL ... 86

B. Pembahasan ... 87

1. Penguasaan Konsep Energi Listrik ... 87

(3)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 117

A. Kesimpulan ... 117

B. Saran-saran ... 117

DAFTAR PUSTAKA ... 119

LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran I A. Kisi-kisi Tes Penguasaan Konsep ... 124

B. Hasil Uji Validasi Instrumen Tes Penguasaan Konsep ... 140

C. Rekapitulasi Hasil Uji Validasi Instrumen Tes Penguasaan Konsep ... 149

D. Lembar Soal Tes Penguasaan Konsep Energi Listrik ... 151

E. Kisi-kisi Angket ... 159

F. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 164

Lampiran II A. Data Skor Tes Penguasaan Konsep ... 198

B. Rekapitulasi Skor dan Nilai Tes Penguasaan Konsep ... 206

C. Data Skor Sikap Ilmiah ... 210

D. Rekapitulasi Skor Sikap Ilmiah ... 218

E. Rekapitulasi Hasil Analisis Videograph Pelaksanaan Mengajar Guru .... 228

F. Hasil Wawancara Tanggapan Guru tentang PBL ... 236

(4)

A. SK Pembimbing Tesis

B. Surat Permohonan Izin Mengadakan Penelitian C. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian

RIWAYAT HIDUP

(5)
(6)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk sekolah dasar merupakan tujuan utama pembangunan pendidikan pada saat ini dan

pada waktu yang akan datang. Salah satu upaya peningkatan kualitas pendidikan adalah mengubah paradigma pendidikan sekolah dasar (SD) dari pengajaran yang

berpusat pada guru (teacher centered) ke arah pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Paradigma ini menuntut para guru agar lebih kreatif dalam mengembangkan pembelajaran, sehingga memungkinkan siswa dapat

berprestasi melalui kegiatan-kegiatan nyata yang menyenangkan dan mampu mengembangkan potensi siswa secara optimal.

Sampai saat ini, pembelajaran IPA masih didominasi oleh penggunaan pembelajaran konvensional dengan salah satu cirinya adalah lebih banyak mengunakan metode ceramah yang kegiatannya lebih berpusat pada guru.

Berdasarkan hasil penelitian Pusat Kurikulum Departeman Pendidikan Nasional (2007), ternyata metode ceramah dengan menulis di papan tulis merupakan

metode yang paling banyak digunakan. Dampak dari penggunaan metode tersebut yaitu aktivitas siswa dapat dikatakan hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. Banyak kritik yang ditujukan pada cara

guru mengajar yang terlalu menekankan pada penguasaan sejumlah informasi/konsep belaka. Penumpukkan informasi/konsep pada siswa dapat saja

(7)

2

hanya dikomunikasikan oleh guru pada siswa melalui satu arah seperti menuang air ke dalam sebuah gelas. Tidak dapat disangkal, bahwa konsep merupakan suatu

hal yang sangat penting, namun bukan terletak pada pada konsep itu sendiri, tetapi terletak pada bagaimana konsep itu dapat dipahami oleh siswa. Pentingnya

penguasaan konsep dalam kegiatan pembelajaran sangat mempengaruhi sikap, keputusan, dan cara-cara pemecahan masalah. Untuk itu yang terpenting terjadi belajar yang bermakna dan tidak hanya seperti menuang air dalam gelas pada

subyek didik.

Temuan Sliming (dalam Wahidin, 2006), yang meneliti perilaku mengajar

guru di Indonesia, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa siswa hanya menghapal konsep dan kurang mampu menggunakannya konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang

telah dimilikinya. Lebih jauh lagi, siswa kurang mampu menentukan masalah dan merumuskannya. Berbicara mengenai proses pembelajaran dan pengajaran IPA

yang sering membuat kita kecewa, apalagi dikaitkan dengan penguasaan siswa terhadap materi ajar. Penguasaan konsep selama ini dianggap sebagai bentuk hapalan pada sejumlah konsep atau materi ajar IPA. Padahal sesungguhnya

penguasaan konsep dalam IPA adalah penguasaan siswa terhadap dasar kualitatif di mana fakta-fakta saling berkaitan dengan kemampuannya untuk menggunakan

pengetahuan tersebut dalam situasi baru dalam kehidupan nyata.

Sains adalah ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan

(8)

terwujud produk sains. Kemudian dari proses dan produk tersebut harus berimplikasi terhadap sikap. Sikap tersebut harus dapat terwujud dalam kehidupan

sehari-hari yang disebut dengan sikap ilmiah sains (Winataputra, 1993).

Terkait dengan penjelasan di atas, mengajarkan konsep-konsep IPA tidak

hanya sebatas produk saja. Produk sains tersebut di antaranya termuat dalam buku teks pelajaran IPA, yang merupakan bahan ajar untuk diberikan guru kepada siswa di sekolah. Selain produk, yang lebih penting adalah membelajarkan siswa

pada proses, aplikasi, dan sikap. Proses sains adalah usaha membelajarkan untuk mendapatkan IPA itu sendiri menjadi miliknya. Aplikasi sains adalah penerapan

metode atau kerja ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari Sedangkan sikap merupakan wujud rasa ingin tahu siswa tentang obyek, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru

yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar.

Berdasarkan Standar Isi IPA dalam Kurikulum SD, pembelajaran IPA

diharapkan pola pembelajaran yang digunakan dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Menanamkan pada siswa sikap ilmiah dan melatih siswa untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya secara ilmiah

adalah tujuan utama dari pembelajaran IPA. Sehingga diharapkan siswa lebih aktif dalam belajarnya, dan dari hasil belajar tersebut siswa akan mampu

memecahkan masalah-masalah yang ditemukan melalui kerja ilmiah.

Hakikat tujuan pendidikan IPA adalah mengantarkan siswa menguasai konsep-konsep IPA dan keterkaitannya untuk memecahkan masalah terkait dalam

(9)

4

Seperti dijelaskan di atas, proses pembelajaran IPA, tidak cukup hanya menekankan pada produk, tetapi yang lebih penting adalah proses untuk tidak

sekedar tahu (knowing) dan hafal (memorizing) tentang konsep-konsep IPA, melainkan siswa memahami (understand) konsep-konsep IPA dan

menghubungkan keterkaitan suatu konsep dengan konsep lainnya (Wahyudi, 2002).

Jadi, jelas pembelajaran IPA menuntut guru untuk senantiasa

menggunakan model pembelajaran yang dapat melibatkan belajar siswa ke dalam dimensi produk, proses, dan sikap. Dengan menggunakan model pembelajaran

yang inovatif tersebut tujuan utama IPA dapat tercapai. Maka, untuk mencapai tujuan IPA tersebut dapat menggunakan model inovasi pembelajaran IPA yang dewasa ini dikembangkan yaitu model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem

Based Learning).

Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model pembelajaran

yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan pengajaran IPA di atas. Menurut Arends (2007), PBL sangat berguna untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa yang lebih tinggi dalam situasi yang berorientasi pada masalah belajar yang

bersifat kontekstual. Model pembelajaran ini cocok untuk materi pelajaran yang terkait erat dengan masalah nyata, meningkatkan keterampilan proses untuk

(10)

Dijelaskan juga oleh Holil (2008), bahwa PBL pada pelajaran IPA merupakan salah satu pembelajaran yang cukup menarik, karena: (1)

pembelajaran berbasis masalah mengajak siswa dalam penyelesaian kasus atau permasalahan yang berhubungan dengan IPA, (2) meningkatkan minat diskusi di

antara siswa dan mendorong kegiatan belajar, (3) membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya, yang berfungsi

untuk pengembangan pengetahuan dasar dan kompleks pada diri siswa.

Secara garis besar PBL merupakan model pembelajaran yang menyajikan

kepada siswa situasi masalah yang otentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. PBL tidak dirancang umtuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya

kepada siswa. PBL utamanya dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan

intelektual. Fokus pengajaran tidak begitu banyak pada apa yang sedang dilakukan siswa (perilaku mereka), melainkan kepada apa yang mereka pikirkan (kognisi mereka) pada saat mereka melakukan kegiatan belajar. Peran guru dalam

PBL terkadang melibatkan presentasi dan penjelasan sesuatu kepada siswa, namun yang lebih lazim guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator,

sehingga siswa belajar untuk berpikir dan memecahkan oleh mereka sendiri (Akinoglu dan Ozkardes, 2007; Arends, 2007; Tiwari, 2006).

Di Indonesia sudah banyak dilakukan penelitian terhadap model

(11)

6

peneliti yang melakukan penelitian model pembelajaran ini di tingkat SD. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Nurhasanah, Redjeki, dan Saefudin (2007) tentang

aplikasi PBL untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa SMA pada konsep sistem respirasi, dan hasilnya penguasaan siswa kelas PBL berbeda jauh di atas

siswa yang belajar model konvensional. Selain itu, penelitian yang dilakukan Sahara, Setiawan dan Hamidah (2004) tentang penerapan PBL dalam upaya peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis pada konsep

kalor di kelas X SMA, dan hasilnya ada peningkatan kemampuan cukup signifikan kelas PBL dibanding kelas non PBL.

Penelitian Adnyana (2004), dengan PBL dapat memberikan pengalaman belajar otentik dan keterampilan pemecahan masalah bagi siswa SMA, siswa belajar secara kooperatif menggali dan mengumpulkan informasi sebanyak

mungkin untuk memecahkan masalah. Ada lagi penelitian yang dilakukan Tiwari (2006), yang menyatakan bahwa ada peningkatan secara signifikan kemampuan

berpikir kritis mahasiswa keperawatan yang diajarkan melalui PBL dibandingkan siswa yang diajarkan dengan pembelajaran ceramah.

Berdasarkan kajian teoritis dan bukti empiris di atas, maka padapenelitian

ini difokuskan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh penggunaan model PBL dalam meningkatkan penguasaan konsep sains dan sikap ilmiah siswa kelas

VI SD dalam pelajaran IPA konsep energi listrik.

B. Rumusan Masalah

(12)

peningkatan penguasaan konsep sains tentang materi energi listrik dan sikap ilmiah siswa pada mata pelajaran IPA menggunakan model PBL dibanding

dengan model non PBL?”.

Rumusan masalah di atas dijabarkan ke dalam pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peningkatan penguasaan konsep sains siswa pada materi energi listrik di kelas yang menggunakan model PBL dibandingkan dengan

kelas yang menggunakan model non PBL?

2. Bagaimanakah peningkatan sikap ilmiah siswa pada kelas yang menggunakan

model PBL dibandingkan dengan kelas yang menggunakan model non PBL? 3. Bagaimanakah proses pembelajaran menggunakan model PBL dalam

peningkatan penguasaan konsep sains dan sikap ilmiah siswa?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep sains tentang materi energi listrik dan sikap

ilmiah siswa pada mata pelajaran IPA menggunakan model PBL dibanding dengan model non PBL.

Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui peningkatan penguasaan konsep sains siswa pada materi energi listrik di kelas yang menggunakan model PBL dibandingkan dengan kelas

yang menggunakan model non PBL.

(13)

8

3. Mengetahui proses pembelajaran menggunakan model PBL dalam peningkatan penguasaan konsep sains dan sikap ilmiah siswa.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi guru dalam memperbaiki proses dan hasil pembelajaran IPA di sekolah dasar dalam upaya meningkatkan

kualitas belajar siswa. Adapun manfaat lain dari penelitian ini yaitu:

1. Bagi guru, untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang penerapan model PBL di dalam kelas, sehingga dapat menambah wawasan guru untuk

melaksanakan pembelajaran IPA di sekolah dasar dalam rangka mengembangkan dan menanamkan sikap-sikap positif pada siswa terkait

dengan belajar melalui masalah.

2. Bagi siswa, melalui penggunaan model PBL ini lebih dapat meningkatkan motivasi belajar dan memiliki sikap ilmiah sehingga mampu memecahkan

permasalahan-permasalahan sederhana yang dihadapinya.

3. Bagi peneliti lain, temuan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai

langkah awal untuk kegiatan penelitian lebih lanjut.

E. Hipotesis

Berdasarkan rumusan penelitian yang dikemukakan di atas, maka hipotesis

yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan peningkatan penguasaan konsep sains siswa pada materi energi listrik di kelas yang menggunakan model PBL dibandingkan dengan

(14)

2. Terdapat perbedaan peningkatan sikap ilmiah siswa pada kelas yang menggunakan model PBL dibandingkan dengan kelas yang menggunakan

model non PBL.

F. Asumsi

Asumsi atau anggapan dasar yang diajukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. PBL dapat menumbuhkan siswa terampil menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari, karena dalam proses pembelajarannya dibangun proses

berpikir, kerja kelompok, berkomunikasi, dan saling memberi informasi (Akinoglu dan Ozkader, 2007).

2. PBL dapat memberikan kesempatan pada siswa bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data untuk memecahkan masalah melalui proses berpikir sistematis, analitis, sistematis dan logis dalam menemukan alternatif

pemecahan masalah (Sanjaya, 2006).

G. Definisi Operasional

Agar diperoleh kesamaan persepsi dan menghindari perbedaan penafsiran

dalam penelitian ini, maka perlu diberikan penjelasan tentang istilah yang digunakan. Berikut ini dijelaskan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian

ini.

(15)

10

belajar, peneyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan menganalisis proses pemecahan masalah.

2. Penguasaan konsep sains merupakan kemampuan siswa dalam memahami dan menguasai konsep-konsep sains yang terdapat dalam materi energi listrik

dengan benar, yang meliputi pokok bahasan: listrik statis, listrik dinamis,

sumber-sumber energi listrik, penghantar energi listrik, rangkaian listrik, penggunaan energi listrik, perubahan energi listrik, dan penghematan energi listrik.

3. Sikap ilmiah adalah tingkah laku yang ditunjukkan oleh siswa sebagai bentuk

kepribadian hasil berpikir dan belajar yang meliputi sikap ingin tahu (curiousity), sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru (originality), sikap kerja sama (cooperation), sikap bertanggung jawab (responsibility), sikap

berpikir bebas (independence in thinking), dan sikap kedisiplinan diri (self discipline).

H. Lokasi dan Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI, yang berada dua sekolah dasar negeri, yaitu SD Negeri Cisurupan 02 dan SD Negeri Balewangi 01 di Kecamatan

Cisurupan Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Adapun yang menjadi alasan kedua sekolah ini dijadikan lokasi penelitian adalah:

1. Kedua SD ini memiliki tingkat homogenitas yang relatif sama dilihat dari prestasi sekolah, tingkat pendidikan gurunya, latar belakang siswa, jumlah siswa, bangunan sekolah yang berada di ibu kota kecamatan.

(16)

kemampuan guru dan siswa, seperti: Kelompok Kerja Guru (KKG), Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S), kegiatan ekstra kurikuler bagi siswa,

dan lain-lain.

3. Sejak tahun 2007 kedua SD ini mendapat pembinaan badan dunia UNICEF

dalam program Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM), dan program Peran Serta Masyarakat (PSM).

(17)

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen digunakan untuk menjawab

pertanyaan penelitian penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa, hubungannya dengan pelaksanaan pembelajaran guru dilihat dari kemunculan indikator dalam

aspek PBL setiap pertemuan mengajar dan dilengkapi tanggapan guru dalam menggunakan model PBL pada pembelajaran IPA.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuasi eksperimen.

Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk desain kelompok acak pretest dan posttest dengan kelompok kontrol ”A randomized

pretest – posttest control group design” (Arikunto, 2006). Dalam pelaksanaanya,

terlebih dahulu dipilih secara acak kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Setelah didapat dua kelompok, kemudian dilakukan test awal dan angket sikap

ilmiah awal terhadap kedua kelompok tersebut. Selanjutnya, kedua kelompok diberi perlakuan yang berbeda berupa penggunaan model PBL untuk kelas

eksperimen dan penggunaan non PBL untuk kelas kontrol.

Setelah selesai kedua kelompok tersebut mendapatkan perlakuan, selanjutnya dilakukan tes akhir dan angket sikap ilmiah akhir terhadap kedua

(18)

bawah ini

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelas Eksperimen : X1 P X2

Kelas Kontrol : X1 O X2

Keterangan:

X1 = Tes awal tentang penguasaan konsep energi listrik. P = Perlakuan dengan model PBL

O = Perlakuan pembelajaran biasa.

X2 = Tes akhir penguasaan konsep energi listrik.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan, dan (3) tahap pengolahan dan analisis data. Secara garis besar tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Studi literatur berupa buku-buku yang membahas tentang model PBL, dan

studi lapangan untuk mengetahui proses pembelajaran yang selama ini dilaksanakan oleh guru di kelas.

b. Menentukan subjek penelitian, yaitu penelitian ini akan dilaksanakan pada

dua sekolah. SD pertama sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan model PBL, sedangkan SD kedua sebagai kelas kontrol dengan

menggunakan model non PBL.

(19)

41

model mengajar dengan menggunakan PBL.

d. Menyusun instrumen penelitian berupa instrumen tes (tes penguasaan

konsep), dan instrumen non tes (lembar observasi kegiatan guru mengajar dengan indikator PBL, pedoman wawancara tentang tanggapan guru, dan

angket sikap ilmiah siswa).

e. Penimbang instrumen (judgement) dari ahli. f. Uji validasi instrumen.

g. Analisis hasil uji coba instrumen. h. Revisi instrumen.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Pelaksanaan tes awal untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum dilaksanakan perlakuan.

b. Pemberian angket sikap ilmiah awal untuk mengetahui sikap awal siswa

sebelum dilaksanakan perlakuan

c. Pelaksanaan pembelajaran model PBL pada kelas eksperimen, dengan

langkah sebagai berikut:

1) Menentukan permasalahan pokok tentang energi listrik.

2) Menyiapkan peralatan dan logistik yang dibutuhkan dalam melakukan

percobaan yang berhubungan dengan energi listrik.

3) Melaksanakan proses di dalam kelas sebanyak empat kali pertemuan.

d. Pelaksanaan pembelajaran non PBL (pembelajaran biasa) di kelas kontrol. e. Observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen dan

(20)

oleh guru pada kedua kelas tersebut pada waktu guru melakukan perlakuan (pembelajaran).

f. Pelaksanaan tes akhir untuk mengetahui tingkat penguasaan konsep sains siswa pada kedua kelas tersebut.

g. Menyebarkan angket sikap pada siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui sikap ilmiah siswa setelah perlakuan.

h. Pelaksanaan wawancara pada guru di kelas eksperimen untuk mengetahui

tanggapan dan kesulitan yang dihadapi dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan model PBL pada konsep energi listrik.

3. Tahap Pengolahan Data dan Analisis Data.

a. Mengolah skor tes awal dan tes akhir penguasaan konsep energi listrik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menjadi nilai dengan menggunakan skala 100.

b. Memberi skor pada angket siswa kelas eksperimen.

c. Menghitung uji normalitas dan homogenitas data nilai penguasaan konsep

dan skor angket sikap sikap ilmiah siswa.

d. Melakukan uji komparasi tes awal dengan tes akhir pada kedua kelas, skor angket awal dan skor angket sikap ilmiah siswa, dan N-Gain dengan uji-t

(bila data normal) atau uji Mann-Whitney (bila data tidak normal).

e. Menganalisis hasil observasi dengan menggunakan software Videograph

(21)

43

Adapun alur untuk mewujudkan desain dan prosedur penelitian tersebut di atas ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Pembelajaran PBL Menyusun Instrumen

Uji Coba Instrumen

Studi Literatur Studi Lapangan

(22)

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri Cisurupan 02 dan SD Negeri Balewangi 01 Kecamatan Cisurupan

Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Jumlah siswa siswa kelas VI SD Negeri Cisurupan 02 sebanyak 66 orang dan SD Negeri Balewangi 01 sebanyak 62 orang.

Penarikan sampel dilakukan dengan cara acak sehingga diperoleh sampel yang terdiri dari satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Pengacakan dilakukan terhadap kelas populasi, bukan terhadap individu. Dari hasil pemilihan

secara acak, yang terpilih sebagai kelas eksperimen mempelajari konsep energi listrik dengan desain model PBL sebanyak 32 orang yaitu SD Negeri Cisurupan 02.

Sedangkan untuk kelas kontrol siswa mempelajari konsep energi listrik dengan model pembelajaran biasa (desain non PBL) sebanyak 31 orang yaitu SD Negeri Balewangi 01.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pembelajaran pada pokok bahasan energi listrik dikembangkan berdasarkan model PBL, artinya RPP yang dibuat guru mengikuti alur dari

sintaks PBL. RPP ini dibuat menjadi empat buah untuk empat kali pertemuan. Tiap pertemuan alokasi waktunya direncanakan selama 2 x 35 menit (2 jam pelajaran normal atau sekitar 70 menit). Adapun pokok bahasan setiap

(23)

45

a. Pertemuan I tentang: Listrik statis dan listrik dinamis.

b. Pertemuan II tentang: Sumber-sumber dan penghantar energi listrik.

c. Pertemuan III tentang: Rangkaian listrik dan perubahan energi listrik. d. Pertemuan IV tentang: Penggunaan dan penghematan energi listrik.

2. Tes Penguasaan Konsep

Tes penguasaan konsep ini dikonstruksi dalam bentuk tes obyektif pendekatan pilihan ganda dengan jumlah pilihan (option) sebanyak empat yang berjumlah 35 butir soal, dengan memperhatikan aspek atau ranah kognitif

mulai dari paling rendah ke yang paling tinggi. Tes penguasaan konsep yang digunakan ini telah dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya.

Setiap soal dibuat untuk menguji penguasaan siswa terhadap konsep-konsep yang tercakup dalam materi energi listrik dan penghematannya. Dengan demikian tes ini bersifat konseptual. Tes ini diberikan kepada siswa sebanyak

dua kali, yaitu pada saat tes awal sebelum pelaksanaan pembelajaran dengan tujuan untuk melihat kemampuan awal siswa terhadap konsep-konsep energi

listrik. Selanjutnya diberikan lagi pada tes akhir setelah pembelajaran energi listrik selesai dilaksanakan, yang bertujuan untuk mengukur penguasaan terhadap konsep yang telah diajarkan baik untuk PBL di kelas eksperimen

maupun non PBL di kelas kontrol.

Penyebaran tes penguasaan konsep ini disusun berdasarkan subkonsep,

indikator, dan aspek kognitif seperti pada tabel di bawah ini.

(24)

Subkonsep Indikator Aspek

- Mengelompokkan alat rumah tangga yang menggunakan energi listrik.

C2 1 5

- Mencontohkan percobaan seder-hana tentang gejala listrik statis.

C2 2

- Menjelaskan peristiwa penyebab benda dapat ditarik oleh benda lain pada gejala listrik statis.

C2 3, 4

- Menghitung besar tegangan ba-terai pada alat-alat elektronik.

C3 7

Sumber-sumber dan penghantar energi listrik.

- Mengelompokkan sumber-sumber energi listrik..

C2 5 6

- Menyebutkan bagian-bagian sum-ber energi listrik baterai.

C1 6

- Menyebutkan bagian-bagian dan fungsi dari akumulator (accu).

C1 8

- Menjelaskan fungsi dan ke-untungan dari sel surya.

C2 9

- Mengorganisasikan antara sum-ber-sumber energi yang dapat menghasilkan listrik.

C2 10

- Mengimplemantasikan konsep listrik kaitannya dengan peng-gunaan benda konduktor dan rangkaian listrik tertutup dan terbuka.

C4 11 9

- Menganalisis fenomena yang terjadi pada rangkaian listrik seri dan paralel.

C4 12, 13

- Mengorganisasikan konsep listrik pada rangkaian listrik seri dan paralel

C4 14, 15

- Mencontohkan dan menge-mukakan alasan tentang manfaat rangkaian listrik paralel dalam kehidupan sehari-hari.

C2 16,17

- Mendeteksi nyala lampu pada rangkaian seri dan rangkaian paralel.

C5 18, 19

(25)

47

Penggunaan dan penghematan energi listrik

- Memberikan tanggapan hal-hal dan fenomena yang berhubungan de-ngan aliran arus listrik.

C4 21, 22, 23

- Menggunakan perubahan energi listrik yang terjadi pada alat-alat elektronik.

C3 24, 25, 26

- Mengorganisasikan hubungan antara energi listrik dengan alat-alat listrik yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

C4 27, 28, 31, 32

- Mengkoreksi tentang peng-gunaan alat-alat listrik yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

C4 29, 30

- Memberi contoh sikap yang termasuk cara menghemat energi listrik.

C5 34, 35

3. Angket Sikap Ilmiah

Instrumen angket dibuat untuk pengumpulan data yang berkaitan dengan sikap ilmiah siswa sebelum dan sesudah penggunaan model PBL di kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Pernyataan yang dimuat dalam angket ini disusun berdasarkan tujuan dan indikator serta aspek sikap yang ingin dilihat, dan telah dilakukan judgement pada ahli untuk menentukan layak dan tidaknya

instrumen angkei ini. Adapun secara lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.3 Distribusi Pernyataan Angket Sikap Ilmiah

Tujuan Indikator Nomor

Sikap siswa terhadap rasa ingin tahu pada hal-hal yang akan dipelajari mengenai konsep listrik.

(26)

(1) (2) (3) (4) Mengetahui sikap

sis-wa untuk mendapatkan sesu-atu yang baru (originality) pada hal-hal yang dipela-jari mengenai konsep lis-trik.

Sikap siswa terhadap ingin mendapatkan sesu-kan dalam mempelajari konsep listrik.

Sikap siswa untuk bekerja sama memecahkan per-masalahan yang ditemu-kan dalam mempelajari konsep listrik.

3, 7, dan 17 3

Mengetahui sikap sis-wa tentang tanggung jawab (responsibility) dalam melaksanakan eksperimen sesuai de-ngan langkah yang telah ditetapkan.

Sikap siswa menunjukkan tanggung jawab dalam melaksanakan eksperimen sesuai dengan langkah yang telah ditetapkan. bebas dalam berdiskusi menjawab permasalahan bungan kedisiplinan diri melakukan eksperimen, berdiskusi, dan mempre-sentasikan hasil kerja kelompok.

13, 14, dan 20 3

Angket diberikan pada siswa sebanyak 32 orang di kelas eksperimen dan 31 orang di kelas kontrol untuk melihat sikap ilmiah siswa dalam belajar IPA konsep energi listrik menggunakan model PBL. Angket ini menggunakan skala

likert, setiap siswa diminta untuk menjawab pernyataan-pernyataan dengan

jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak

(27)

49

STS = 1 dan sebaliknya untuk pernyataan negatif beri skor SS = 1, S = 2, TS = 3 dan STS = 4.

4. Lembar Observasi

Lembar observasi ditujukan sebagai pedoman untuk melakukan observasi terhadap aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi ini

dibuat untuk melihat kemunculan indikator PBL di kedua kelas. Agar hasil observasi datanya lebih obyektif, maka observasi dilakukan dengan cara diambil gambar (direkam) kegiatan guru mengajar oleh kamera, kemudian

hasilnya dianalisis menggunakan videograph.

Hasil analisis dari lembar observasi ini akan dianalisis dan dikaitkan

sampai sejauh mana hubungan keterkaitan dan pengaruhnya terhadap peningkatan penguasaan konsep siswa sikap ilmiah siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.Adapun lembar observasi tersebut seperti pada

tabel di bawah ini.

Tabel 3.4 Aspek Kemunculan Indikator pada Model PBL

Sintaks PBL Indikator yang diperhatikan Ya Tidak

(1) (2) (3) (4)

1. Orintasi masalah Adanya kegiatan untuk memunculkan masalah sebagai topik pembelajaran, seperti: - Guru memunculkan wacana atau

pertanyaan sebagai permasalahan.

- Guru menjelaskan jenis dan bentuk eksperimen yang akan dilaksanakan siswa. - Guru bersama siswa merumuskan hipotesis

(28)

(1) (2) (3) (4) 2. Pengorgansasian

belajar siswa

Adanya kegiatan dalam pengelolaan kelas, seperti, seperti:

- Guru membentuk kelompok-kelompok belajar siswa atau tim-tim studi.

- Guru bersama siswa menentukan langkah-langkah untuk melakukan percobaan.

- Guru bersama siswa mempersiapkan peralatan (logistik) yang diperlukan untuk percobaan.

Adanya kegiatan melaksanakan percobaan sederhana, seperti:

- Siswa mengecek kelengkapan dari alat-alat yang akan digunakan eksperimen. - Siswa melaksanakan eksperimen sesuai

dengan langkah yang telah ditetapkan dalam LKS.

Adanya kegiatan melaporkan hasil percobaan sederhana, seperti:

- Guru membimbing siswa dalam menyimpulkan tentang keterkaitan antara hasil percobaan dengan permasalahan yang dibahas.

(29)

51

Adanya kegiatan pemecahan permasalahan hasil pembelajaran berupa:

- Siswa melaporkan hasil percobaannya baik secara tertulis maupun lisan kepada guru atau kelompok lain.

- Siswa mengkritisi hasil percobaan kelompok lain. mengaplikasikan hasil belajar dengan kondisi nyata dalam kehidupan sehari-hari.

6. Lembar Panduan Wawancara

Lembar panduan wawancara digunakan untuk memperoleh informasi tentang tanggapan guru berkenaan dengan pembelajaran energi listrik

menggunakan model PBL. Data hasil wawancara digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui observasi.

F. Analisis Instrumen Tes Penguasaan Konsep

Untuk mendapatkan data yang akurat dalam penelitian ini, maka dibutuhkan perangkat instrumen yang baik. Instrumen yang digunakan tersebut

perlu dianalisis dahulu sebelum digunakan, terutama instrumen tes penguasaan konsep.

Sebelum dipergunakan dalam penelitian, maka sebaiknya tes tersebut

di-jugdgement terlebih dahulu oleh ahli, selanjutnya diuji coba untuk mendapatkan

gambaran tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas, dan reliabilitasnya. Setelah

(30)

kesukaran, daya pembeda, dan klasifikasi soal berdasarkan subkonsep dari energi listrik.

1. Validitas

Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas setiap butir soal yang digunakan dalam penelitian,

diuji dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment (Arikunto, 2005).

Untuk mengetahui tingkat validitas suatu instrumen tes dapat dilakukan

dengan membandingkan antara thitung dengan ttabel dan berpedoman pada penafsiran, jika thitung > ttabel berarti data valid, dan jika thitung < ttabel berarti data

tidak valid.

Dari 55 item soal pilihan ganda yang direncanakan sebagai alat pengukuran penguasaan konsep, setelah dilakukan uji coba diperoleh hasilnya

seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes No.

Soal

Koefisien

Korelasi thitung ttabel

(31)
(32)

Berdasarkan hasil perhitungan validitas tes penguasaan konsep yang berjumlah 55 butir soal diperoleh 36 butir soal yang valid yaitu nomor: 2, 3, 5,

6, 7, 10, 11, 14, 15, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 30, 32, 33, 34, 35, 37, 39, 40, 41, 42, 43, 45, 46, 49, 51, 54, dan 55. Sedangkan 19 butir soal tidak

valid yaitu: 1, 4, 8, 9, 12, 13, 16, 17, 19, 29, 31, 36, 38, 44, 47, 48, 50, 52, dan 53. Selanjutnya soal yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebanyak 35 dari 36 butir soal, jadi ada yang tidak dipakai satu soal yaitu soal nomor 49.

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah ketepatan suatu tes apabila diteskan pada subyek yang sama, dan untuk mengetahui ketetapan ini pada dasarnya dilihat kesejajaran

hasil. Pengujian reliabilitas setiap butir soal yang digunakan dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment Setelah didapat koefisien korelasi, selanjutnya dihitung reliabilitas seluruh tes dengan

rumus Spearmen Brown (Akdon, 2008).

Untuk mengetahui tingkat reliabilitas (r11) suatu instrumen tes dapat

dilakukan dengan membandingkan antara r11 dengan rtabel dan berpedoman pada penafsiran, jika r11 > rtabel berarti data reliabel, dan jika thitung < ttabel berarti data tidak reliabel.

Dari 55 item soal pilihan ganda yang direncanakan sebagai alat pengukuran penguasaan konsep, setelah dilakukan uji coba diperoleh hasilnya

(33)

55

Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes

(34)

(1) (2) (3) (4) (5)

44 -0,012 -0,024 0,199 Tidak Reliabel

45 0,378 0,549 0,199 Reliabel

46 0,317 0,482 0,199 Reliabel

47 -0,104 -0,232 0,199 Tidak Reliabel

48 -0,077 -0,166 0,199 Tidak Reliabel

49 0,290 0,450 0,199 Reliabel

50 -0,012 -0,024 0,199 Tidak Reliabel

51 0,263 0,416 0,199 Reliabel

52 0,230 0,373 0,199 Reliabel

53 0,218 0,359 0,199 Reliabel

54 0,302 0,464 0,199 Reliabel

55 0,362 0,532 0,199 Reliabel

Berdasarkan hasil uji coba menggunakan bantuan program ANATES for

Window Versi 4.0 diperoleh data reliabilitas (r11) tes secara keseluruhan sebesar

0,81. Apabila diinterpretasikan reliabilitas tersebut sesuai tabel di bawah ini, maka termasuk kategori sangat tinggi..

Tabel 3.7 Kategori Reliabilitas Instrumen Tes Koefisien Kategori 0,80 < ≤ 1,00 Sangat tinggi 0,60 < ≤ 0,80 Tinggi 0,40 < ≤ 0,60 Cukup 0,20 < ≤ 0,40 Rendah 0,00 ≤ ≤ 0,20 Sangat rendah

(Arikunto, 2005)

Dari 55 butir soal yang diujikan, terdapat 46 butir soal termasuk kategori

reliabel, yaitu nomor: 2, 3, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 45, 46, 49, 51, 54, dan 55. Sedangkan yang tidak termasuk kategori reliabel

(35)

57

3. Tingkat Kesukaran

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaran setiap butir

soal (indeks kesukaran), yang akan digunakan dalam menentukan apakah butir soal itu termasuk dalam kelompok soal mudah, soal sedang, atau soal sukar.

Indeks kesukaran dihitung dengan menggunakan bantuan program ANATES

for Window Versi 4.0. Selanjutnya indeks kesukaran diklasifikasikan seperti

pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.8 Kategori Indeks Kesukaraan

Batasan Kategori

pengukuran penguasaan konsep, setelah dilakukan uji coba diperoleh tingkat kesukarannya seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.9 Hasil Uji Tingkat Kesukaraan No.

Soal

Jumlah

Jawaban Betul Kesukaran Kesimpulan

(36)
(37)

59

Berdasarkan kriteria tersebut, dari 55 buah soal tes penguasaan konsep sebanyak 1 butir soal termasuk kategori sangat mudah yaitu nomor 1. Yang

termasuk kategori sedang sebanyak 37 butir soal nomor: 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 18, 22, 23, 24, 25, 26, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 36, 37, 38, 39, 40,

41, 42, 43, 45, 49, 51, 52, dan 53. Sedangkan yang termasuk kategori sukar sebanyak 17 butir soal yaitu nomor: 6, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 27, 35, 44, 46, 47, 48, 50, 54, dan 55.

4. Daya Pembeda

Untuk mengetahui sebuah soal baik atau tidak, maka soal tersebut perlu dianalisis daya pembedanya. Daya pembeda adalah kemampuan soal untuk

dapat membedakan antara siswa yang mempunyai kemampuan dalam menjawab soal dengan siswa yang tidak mampu menjawab soal.

Hasil penghitungan daya pembeda diinterpretasikan seperti pada tabel di

bawah ini:

Tabel 3.10 Kategori Daya Pembeda Butir Soal Koefisien Kategori 0,70 < ≤ 1,00 Baik sekali 0,40 < ≤ 0,70 Baik 0,20 < ≤ 0,40 Cukup 0,00 ≤ ≤ 0,20 Jelek

(Arikunto, 2005)

Sama halnya seperti tingkat kesukaran, daya pembeda pun dihitung

(38)
(39)

61

(1) (2) (3)

44. 0,15 Jelek

45. 0,40 Cukup

46. 0,26 Cukup

47. -0,11 Jelek

48. -0,04 Jelek

49. 0,29 Cukup

50. -0,11 Jelek

51. 0,41 Baik

52. 0,26 Cukup

53. 0,15 Jelek

54. 0,34 Cukup

55. 0,33 Cukup

Berdasarkan hasil perhitungan tentang daya pembeda soal, dari 55 butir soal yang diujicobakan diperoleh 16 butir soal dengan kategori jelek

yaitu nomor: 1, 4, 8, 12, 13, 16, 17, 19, 31, 36, 38, 44, 47, 48, 50, dan 53. Yang termasuk kategori cukup berjumlah 26 butir soal yaitu nomor: 2, 5, 6, 9,

11, 14, 18, 20, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 35, 39, 40, 41, 45, 46, 49, 52, 54, dan 55. Sedangkan yang termasuk kategori baik berjumlah 13 butir soal yaitu nomor: 3, 7, 10, 15, 21, 30, 32, 33, 34, 37, 42, 43, dan 51.

Rekapitulasi hasil uji coba instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran I bagian B .

G. Analisis Data

Analisis data secara garis besar dilakukan dengan menggunakan penghitungan secara statistik. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil nilai tes penguasaan konsep dan skor angket sebelum dan sesudah perlakuan.

(40)

= −

− (Meltzer, 2002)

Keterangan:

: Hasil perhitungan N-Gain : Skor posttest (skor tes akhir)

: Skor pretest (skor tes awal) : Skor maksimal (skor ideal)

Setelah mendapat hasil perhitungan, kemudian dilihat kriterianya seperti

dijelaskan pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.12 Kategori N-Gain Batasan Kategori

g > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan uji statistik dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dan diolah dengan uji statistik deskriptif

Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk (Kolmogorov-Smirnov and Shapiro-Wilk descriptive statistic test) pada program SPSS Versi 17. Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

(41)

63

2. Uji Homogenitas

Untuk uji homogenitas yaitu menggunakan uji statistik deskriptif Leven

(Leven statistic descriptive test) pada program SPSS Versi 17. Adapun kriteria

pengujiannya adalah sebagai berikut:

Ho : angka signifikan (Sig) > 0,05 maka data homogen Hi : angka signifikan (Sig) < 0,05 maka data tidak homogen

3. Uji Komparasi

Uji komparasi dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil nilai tes awal dengan nilai tes akhir penguasaan konsep kelas eksperimen dan kelas kontrol,

skor angket sikap awal dan skor angket sikap akhir, dan N-Gain penguasaan konsep dan skor angket sikap ilmiah. Apabila data berdistribusi normal, uji komparasi menggunakan uji-t sampel berpasangan (paired sampel t-tes),

sedangkan apabila datanya tidak berdistribusi normal, uji komparasi menggunakan uji Mann-Whitney dan uji Wilcoxon (Mann-Whitney and Wilcoxon test) pada program Statistical Package for Social Sciences (SPSS)

V.17. Adapun kriteria uji komparasi ini menggunakan kriteria pengujian adalah sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil tes penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa sebelum dan sesudah pembelajaran ( Sig < ttabel ).

Ha : Terdapat perbedaan hasil tes penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa sebelum dan sesudah pembelajaran ( Sig > ttabel ).

(42)

baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol. Tingkat penguasaan ini dihitung kemudian dipersentasekan sesuai dengan subkonsep soal yang telah

ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

=∑ × 100%

Keterangan:

: Persentase sikap terhadap setiap pernyataan.

∑ : Jumlah jawaban siswa yang benar : Skor ideal

Hasil perhitungan tersebut diinterpretasikan seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.13 Kategori Tingkat Penguasaan Konsep

Batasan Kategori

T < 60% Kurang 60% ≤ T < 70% Cukup 70% ≤ T < 80% Baik

T ≥ 80% Baik sekali

5. Analisis Angket Sikap Ilmiah

Setelah data dianalisis dengan uji normalitas, selanjutnya pengolahan angket sikap ilmiah siswa dilakukan dengan melihat skor perolehan siswa

berdasarkan kelompok sikapnya yang terdiri atas: sikap rasa ingin tahu, sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru, sikap bekerja sama, sikap tanggung

(43)

65

tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Jawaban yang telah dikelompokkan tersebut dihitung persentasenya dengan rumus sebagai berikut:

= ∑

∑ × 100%

Keterangan:

: Persentase sikap terhadap setiap pernyataan.

∑ : Jumlah jawaban setiap kelompok sikap

∑ : Jumlah siswa

Kemudian untuk menentukan skor rata-rata jawaban siswa untuk setiap pernyataan digunakan rumus sebagai berikut:

=∑ ×

Keterangan:

: Skor rata-rata jawaban siswa untuk setiap pernyataan : Skor setiap kelompok

: Jumlah siswa

6. Analisis Observasi Kemampuan Guru Melaksanakan PBL

Untuk teknik pengolahan data observasi PBM guru menggunakan

videograph. Mula-mula video ditransfer ke bentuk digital, selanjutnya untuk

keperluan analisis video ditranskrip. Semua percakapan antara guru dengan siswa ditranskrip apa adanya tanpa diedit ataupun dipotong. Proses transkrip dan analisis dilakukan dengan menggunakan software videograph. Dengan

software ini peneliti bisa menganalisis setiap adegan sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Hasil pengkodean (coding) ditransfer ke dalam SPSS

(44)

Adapun yang menjadi inti dari analisis ini berupa kemunculan aspek PBL, dan hasilnya akan dipaparkan sampai sejauh mana hubungan keterkaitan dan

pengaruhnya terhadap peningkatan penguasaan konsep sains dan sikap ilmiah siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

(45)

117

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Penggunaan model PBL dapat meningkatkan penguasaan konsep sains siswa pada materi energi listrik di Kelas VI SD dengan N-Gain sebesar 0,53 yang termasuk kategori sedang. Sedangkan penggunaan model non PBL dapat

meningkatkan penguasaan konsep sains siswa pada materi energi listrik di Kelas VI SD dengan N-Gain sebesar 0,36 yang termasuk kategori sedang.

2. Penggunaan model PBL dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa Kelas VI SD dengan N-Gain sebesar 0,65 yang termasuk kategori sedang. Sebaliknya penggunaan model non PBL meningkatkan sikap ilmiah siswa Kelas VI SD

dengan N-Gain sebesar 0,19 yang termasuk kategori rendah.

3. Proses pembelajaran yang diterapkan di kelas eksperimen dapat

memunculkan aspek-aspek PBL karena guru yang melaksanakan proses pembelajaran di kelas tersebut telah mengikuti sintaks PBL secara berurutan, sehingga berpengaruh besar terhadap peningkatan penguasaan konsep sains

dan sikap ilmiah siswa SD.

B. Saran-saran

Berdasarkan hasil-hasil penelitian dalam penggunaan model PBL untuk meningkatkan kemampuan penguasaan konsep sains dan sikap ilmiah siswa di

(46)

1. Melaksanakan pembelajaran IPA menggunakan model PBL bukan merupakan hal yang mudah baik bagi guru maupun siswa. Oleh karena itu, agar

pelaksanaan PBL berhasil dengan baik perlu kesabaran pada saat-saat permulaan.

2. Tersedianya masalah untuk siswa merupakan syarat awal yang harus dipenuhi dalam PBL dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. Masalah yang relevan untuk meningkatkan penguasaan konsep

dan sikap ilmiah haruslah berupa masalah-masalah kontekstual (contextual problems).

3. Untuk dapat melaksanakan model PBL, guru harus memperhatikan: (a) sajian bahan ajar berupa masalah yang memicu terjadinya konflik kognitif di dalam diri siswa, (b) tidak perlu cepat-cepat memberi bantuan pada siswa, agar

perkembangan aktual siswa maksimal, (c) intervensi yang diberikan harus minimal dan ketika benar-benar dibutuhkan siswa, dan (d) agar intervensi

yang dilakukan efektif, perlu mengetahui pengetahuan siap siswa (prior

knowledge) dan mempertimbangkan berbagai alternatif solusi masalah yang

berada dalam koridor pengetahuan siswa.

(47)

119

DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, P.B. (2004). “Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Pembelajaran Biologi SMA”. Makalah pada Seminar Pembelajaran Kontekstual dalam Rangka Implementasi KBK. IKIP Singaraja.

Akdon. (2008). Aplikasi Statistik dan Metode Penelitian untuk Administrasi dan

Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.

Akinoglu, O. dan Ozkader, R.T. (2007). The Effect of Problem Based Active Learning in Science Education on Students’ Academic Achievement, Attitude and Cocept Learning. Eurasia Journal of Mathematics, Science &

Technology Education. 3, (1), 71-81

Amien, M. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan

Menggunakan Metode Discovery dan Inquairy, Bagian I. Jakarta:

Depdikbud.

Arend, R. (2007). Learning to Teach (Seventh Edition). New York: The Mc.Graw Hill Company.

Arend, R. (1997). Classroom Instructional Management. New York: Mc.Graw Hill Company.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Panduan Penyusunan KTSP Jenjang

Pendidikan Dasar. Jakarta: BSNP.

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Naskah Akademik: Kajian Kebijakan

Kurikulum Mata Pelajaran IPA. Jakarta: Pusat Kurikulum Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Asyik Belajar dengan PAKEM: IPA. Jakarta: Ditjen Dikdasmen.

Dewi, S. (2008). Keterampilan Proses Sains. Bandung: Tinta Emas Publishing. Djoyonegoro,W. (1992). “Pengajaran MIPA di SD dan Menengah Menyongsong

(48)

Edward, C.H. (1997). Promoting Student Inquairy. The Science Teacher Academic Research Library. Page 18. [Online] Tersedia: http://proquest.umi.com/pqdweb? Index=11&srchmode. [15 Mei 2009]

Fogarty, R. (1997). Problem Based Leraning and Multiple Intelligences

Classroom. Melbourne: Hawker Brownlow Education.

Hamalik, O. (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Sinar Grafika Offset

Holil, A. (2008). Menjadi Manusia Pembelaja (Pembelajaran Berbasis Masalah). [Online]. Tersedia: http: //www.garduguru.com/holil?html/ [11 Nopember 2008].

Ibrahim, M., dan Nur, M. (2000). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: University Press.

Indrawati. (1999). Model-model Pembelajaran IPA. Bandung: Depdikbud.

Iskandar. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan

Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press.

Jatmiko, B. (2007). “Kurikulum IPA Masa Depan”. Makalah pada Seminar Kurikulum Masa Depan. Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, Jakarta. Joyce, B., and Weil. (1992). Models of Teaching (Fourth Edition). Allyn and

Bacon Publishing Company: Messachussetts.

Meltzer, D.E. (2002). “The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: ‘hidden variable’ in Diagnostic Pretestt Scores”. American Journal of Physics. 70, (12), 1259-1267.

Muhibbinsyah. (2006). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rodakarya.

Mulyasa, E. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Suatu Panduan

Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nurhasanah., Redjeki, S., dan Saefudin (2007). “Pembelajaran Berbasis Masalah pada Sistem Respirasi untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa SMA”. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA. 2, (2), 296-310.

Nuriwati. (2008). Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Keterampilan Prediksi Inferensi Sains dan Pemahaman pada Materi

(49)

121

Poedjiadi, A. (2005). Sains Teknologi Masyarakat: Model Pembelajaran

Kontekstual Bermuatan Nilai. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Purwanto (2008). Ensiklopedi Eksperimen Sains Listrik dan Magnet. Bandung: PT. Kiblat Buku Utama.

Ratnaningsih, N. (2003). Pengembangan Kemampuan Berfikir Matematik Siswa

SMU Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis PPS UPI: Tidak

diterbitkan.

Riduwan. (2003). Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Rositawati, S., dan Muharam, A. (2008). Senang Belajar IPA untuk SD/MI Kelas VI. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.

Ruseffendi, E.T. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Sahara, L., Setiawan, A., dan Hamidah, I. (2008). “Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Berpikir Kritis Siswa pada Konsep Kalor”. Jurnal Penelitian

Pendidikan IPA. 2, (2). 143-156.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Santrock, J.W. (2004). Educational Psychologi, 2nd Edition. New York: Mc.Graw Hill Company.

Savery, J.R. and Duffy, T.M. (1991). “Problem Based Learning: An Instructional Model and Its Constructivist Framework”. Constructivis Learning

Environment. 3, (2). 135-148.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Suartini, K. (2007). Mari Mencoba Sains Listrik, Magnet, dan Energi (Mengenal

Sains dengan Bereksperimen). Bogor: CV. Regina Publishing & Printing.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sulistyorini, S. (2007). Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya

dalam KTSP.Semarang: Tiara Wacana.

(50)

Suparno, P. (2006). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Surapranata, S. (2004). Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi Hasil

Tes: Implementasi Kurikulum 2004.Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sururi dan Suharto, N. (2007). Belajar SPSS For Windows untuk Mengelola Data

Penelitian. Bandung: Dewa Ruchi.

Susilawati, S. (2004). Penerapan Problem Based Learning dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengajukan dan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa SLP Negeri di Bandung. Tesis PPs UPI. Bandung: tidak

diterbitkan.

Sutrisno, L., Kresnadi, H., dan Kartono. (2007). Pengembangan Pembelajaran

IPA SD. Jakarta: Ditjen Dikti.

Syaiful, S. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Syaodih. N.S. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tiwari, A. (2006). A Comparison of the Effect of Problem Based Learning and

Lecturing on the Development of Student’s Critical Thinking. [Online].

Tersedia: http://www.blackwell-synergy.com. [11 Nopember 2008]. Tobing, R.L. (1981). Model Mangajar IPA di Sekolah Lanjutan, Jakarta:

Depdikbud.

Torrance, E.P & Khatena, J. (1976). Creative Perception Inventory. Chicago: Stoelting Company.

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya: Prestasi Pustaka Publisher.

Uyanto, S. (2006). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Jakarta: Graha Ilmu.

Wahidin. (2006). Metode Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: Sangga Buana.

Wahyudi. (2002). Tinjauan Aspek Budaya pada Pembelajaran IPA: Pentingnya

Kurikulum IPA Berbasis Kebudayaan Lokal. [Online]. Tersedia:

http://depdiknas.go.id/jurnal/43/wahyudi.htmal [11 Nopember 2008]. Wartono. (2003). Strategi Belajar Mengajar. Malang: Universitas Negeri

(51)

123

Winataputra, U.S. (1993). Strategi Belajar Mengajar IPA. Jakarta: Depdikbud. Winkel, W.S. (1991). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.

Yuliati, L. (2005). Pemberdayaan Alat Peraga dalam Mengimplementasikan Model Konstruktivis untuk meningkatkan Pemahaman Konsep Optik pada

Siswa SMA. Bandung: Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA 10

November 2005.

Yusuf, S. dan Nurihsan, J. (2005). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Gambar

Tabel 3.1 Desain Penelitian
Gambar 3.1 Alur Penelitian
Tabel 3.2 Distribusi Soal Tes Penguasaan Konsep
gambar tentang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penguasaan konsep siswa di kelas eksperimen yang mengggunakan model pembelajaran experiential learning dan di kelas kontrol dengan model pembelajaran secara

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X peminatan IPS 1 (kelas eksperimen) yang berjumlah 40 siswa dan kelas X peminatan IPS 2 (kelas kontrol) yang berjumlah 39 siswa.

Learning lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa. Deskriptif skor awal kemampuan memecahkan masalah pada kelas eksperimen dengan menerapkan

Hasil analisis ini didasarkan pada data siswa tesawal dan tes akhir tentang penguasaan konsep, keterampilan proses dan sikap ilmiah tentang perpindahan energi panas

Selanjutnya, persentase kriteria “rendah” pada kelas kontrol lebih tinggi daripada kelas eksperimen, sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model problem solving

Dari hasil analisis uji statistik kualitas peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dilihat dari data indeks gain di atas dapat

Dari wawancara yang ditujukan pada 32 siswa dan diperjelas dengan hasil pengumpulan angket sederhana bahwa 32 siswa atau 100% menganggap bahwa pelajaran IPA sangat

Kemampuan pemecahan masalah (postes) siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat di lihat pada lampiran. Hasil yang diperoleh adalah, nilai rata-rata postes