• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTIAL LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA KONSEP TRANSPOR MEMBRAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTIAL LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA KONSEP TRANSPOR MEMBRAN."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulwahed, Mahmoud, & Nagy, Z.K. (2009). “Applying Kolb’s Experiential Learning Cycle for Laboratory Education”. Journal of Engineering Education. 283-294.

Andrian, T. (2006). Pengaruh Praktikum Terpadu dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Pencemaran Lingkungan. Skripsi FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Anderson, L.W., et al. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Education Objectives. Longman: New York

Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Arnold, S., et al. (2006). “Experiential Learning in Secondary Agricultural Education Classroom”. Journal of Southern Agricultural Education Research. 56, (1), 30-39.

Azizah, Z. U. (2011). Penerapan Pembelajaran Cooperative Script dengan Roundhouse untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi pada Siswa Kelas XIA5 SMAN 7 Malang. Skripsi FPMIPA Universitas Negeri Malang. Tidak diterbitkan

Barnes, C.L., et al. (2003) Integrated Undergraduate Research Experience for The Study of Brain Injury. The Journal of Undergraduate Neuroscience Education. 1, (2), A47-A52

Boediono dan Koster, W. (2004). Statistika dan Probabilitas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Campbell, N.A., Reece, J.B., dan Mitchel, L.G. (2000). Biologi Edisi 5: Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Chanchaichaovivat, et al. (2009). “Enhancing Conceptual Understanding and

(2)

Dahar, R. W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Depdiknas. (2006). Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan SMA/MA. Jakarta: BSNP

Dewi, L. P. (2010). Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA pada Praktikum Difusi Osmosis. Skripsi FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan

Dwidjosoeputro, D. (1983). Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia Ennis, R. H. (1985). “ At Outline of Goals for a Critical Thinking Curriculum”. In

Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia: ASCD Publication

Ennis, R. H. (1996). Critical Thinking. USA. Prentice Hall, Inc.

Fischer, A. (2008). Crtical Thinking (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Friedler, Y., et al. (1987). “High Student’s Difficulties in Understanding

Osmosis”. International Journal of Science Education. 9, 541-551.

Hamilton, J.G., et al. (2011). Experiential Learning: A Course Design Process for Critical Thinking. American Journal of Bussines Education. 12, (4), 1-12

Hassoubah, Z. I. (2008). Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis. Bandung: Nuansa Hurst, Kristine & Wajszczuk. (2010). “Do They Really Get It? Using the Kolb

LSI to Reach Every Student”. Journal of Singing. 66, (4), 421–427.

Kadir, M. A. A. (2007). “Critical thinking: A family resemblance in conceptions”.

Journal of Human and Development. 2, (1), 1-11.

Koentjaraningrat. (1990). Metode Penelitian Kemasyarakatan. Jakarta: Gramedia Kolb, D.A. (2008). “Experiential Learning Theory: A Dynamic, Holistic

(3)

Kolb, D.A. (1984). Experiential Learning: Experience as The Source of Learning and Development. New Jersev: Prentice Hall

Liliasari. (2002). “Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis dan Kreatif untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan Guru Kimia”.Jurnal Penelitian Pendidikan. 2, (2).

Lodish, H., et al. (2003) Molecular Cell Bioloy Fifth Edition. New York: WH Freeman&Company

Luckman, C. (1996). Defining Experiential Education. Journal of Experiential Education. 19, (1), 6-7

Muhfahruyin. (2009). Memberdayakan Kemampuan Berpikir Kritis. (Online). Tersedia: http://muhfahroyin.blogspot.com/2009/01/berpikir-kritis.html (16 November 2011)

Nugrahaeni, E. (2007). “Student Centered Learning dan Implikasinya terhadap Proses Pembelajaran.” Jurnal Pendidikan. 1, (8), 1-10

Nurhasanah, D. (2011). Penerapan Pembelajaran Experiential Kolb sebagai Upaya Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa SMP pada Materi Sistem Pencernaan. Skripsi FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan

Purwanto, M.N. (1997). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosdakarya. Cetakan ke-8

, M.N. (2006). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosdakarya. Cetakan ke-13

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sutarno, E. (2008). Penerapan Siklus Pembelajaran Experiential Learning untuk Meningkatkan Kompetensi Dasar Fisika Siswa Kelas X di SMA Negeri 2 Singaraja. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA

(4)

Winatasasmita, D. (1986). Materi Pokok Biologi Sel. Jakarta: Karunika Jakarta Universitas Terbuka

Wulan, S. (2009). “Variasi Metode Pembelajaran Difusi Osmosis”. Jurnal Didaktika. 1 (1), 136-143

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran biologi di SMA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Depdiknas, 2006) berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang alam secara sistematis, sehingga biologi bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan biologi di sekolah menengah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu pendidikan biologi menekankan pada pemberian pengalaman langsung agar dapat mengembangkan kompetensi peserta didik untuk menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Selain itu, pendidikan biologi diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat, sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang dirinya sendiri dan alam sekitar.

(6)

Penelitian sebelumnya mengenai metode pembelajaran yang digunakan pada konsep transpor membran diantaranya melalui kegiatan praktikum. Penelitian tersebut dilakukan oleh Dewi (2010) mengenai kegiatan praktikum difusi osmosis untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Penelitian tersebut mengemukakan bahwa keterampilan proses sains siswa mengalami peningkatan melalui kegiatan praktikum difusi dan osmosis. Selain itu Wulan (2009) meneliti variasi metode pembelajaran difusi osmosis di kelas XI-IA SMA Negeri 1 Ngluwar tahun pelajaran 2008/2009. Kesimpulan dari penelitian tersebut yaitu terjadi peningkatan pemahaman siswa mengenai konsep difusi dan osmosis melalui variasi metode pembelajaran ceramah, tanya jawab, penugasan, dan metode eksperimen. Penelitian yang telah dilakukan oleh Dewi (2010) dan Wulan (2009) di atas belum meliputi kompetensi dasar karena hanya terbatas pada konsep difusi dan osmosis saja. Sedangkan kompetensi dasar pada konsep transpor membran yaitu membandingkan mekanisme transpor pada membran meliputi difusi, osmosis, transpor aktif, endositosis, dan eksositosis (Depdiknas, 2006).

(7)

metode lain seperti metode demonstrasi, metode penugasan, dan metode tanya jawab sehingga proses pembelajaran dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Salah satu model pembelajaran yang dapat menggunakan berbagai macam variasi metode pembelajaran yaitu model experiential learning (Kolb, 2008). Model experiantial learning terdiri dari empat tahap pembelajaran dan di setiap tahapannya tersebut memungkinkan untuk dapat digunakan metode pembelajaran yang bervariasi. Diantaranya pada tahapan concrete experinece dapat diterapkan metode demonstrasi atau praktikum karena pada tahap ini digambarkan sebagai pengalaman nyata yang berperan sebagai titik fokus kepada siswa untuk belajar. Tahap kedua yaitu reflective observation memungkinkan diterapkannya metode diskusi. Zilbert dan Leske (Arnold et al., 2006) mengatakan pada tahap ini mendorong siswa untuk berpikir kritis tentang apa yang telah dialaminya secara nyata (pengalaman konkrit). Tahap ketiga yaitu abstract conceptualization, pada tahap ini metode ceramah pun bisa diterapkan. Metode ceramah dapat membantu siswa untuk membuat generalisasi tentang prinsip-prinsip yang berkaitan dengan pengalaman yang dialami siswa. Tahapan terakhir yaitu tahap active experimentation, tahap ini memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan percobaan aktif melalui kegiatan praktikum.

(8)

pembelajaran experiential learning dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa. Namun pada penelitian tersebut belum mengungkap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa seperti kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif. Liliasari (2002) berpendapat bahwa akibat adanya tuntutan era globalisasi yang semakin maju dan kompleks, maka dalam proses pendidikan sains harus mempersiapkan peserta didik yang berkualitas yaitu peserta didik yang sadar sains (scientific literacy), memiliki nilai, sikap dan keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills) sehingga akan muncul sumber daya manusia yang dapat berpikir kritis, berpikir kreatif, membuat keputusan, dan mampu memecahkan masalah. Menurut Hamilton et al. (2011) kemampuan berpikir kritis dilandasi oleh proses kognitif yang dapat dilihat dari penguasaan konsep siswa. Berdasarkan hal tersebut penguasaan konsep pun menjadi salah satu variabel yang seharusnya menjadi titik ukur penelitian-penelitian tersebut.

Penelitian mengenai model pembelajaran experiential learning

dikembangkan juga di negara Thailand oleh Chanchaichaovivat et al. (2009). Penelitian tersebut mengemukakan bahwa model experiential learning dapat meningkatkan prestasi siswa terutama dalam pembentukan dan penguasaan konsep serta kemampuan berpikir kritis.

(9)

kehidupan sehari-hari. Hal tersebut memungkinkan siswa untuk dapat belajar dari pengalamannya yang berhubungan dengan gejala-gejala transpor membran di lingkungan sekitarnya.

Berdasarkan masalah dan pernyataan-pernyataan yang diuraikan di atas, maka perlu untuk dilakukan penelitian mengenai model pembelajaran yang diterapkan pada konsep transpor membran dengan judul: “Pengaruh Model Pembelajaran

Experiential Learning terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA pada Konsep Transpor Membran”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh model pembelajaran

experiential learning terhadap penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa SMA pada konsep transpor membran?”

Rumusan masalah ini dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah penguasaan konsep siswa di kelas eksperimen yang mengggunakan model pembelajaran experiential learning dan di kelas kontrol dengan model pembelajaran secara konvensional sebelum dilakukan pembelajaran pada konsep transpor membran?

(10)

3. Bagaimanakah kemampuan berpikir kritis siswa di kelas eksperimen yang mengggunakan model pembelajaran experiential learning dan di kelas kontrol dengan model pembelajaran secara konvensional sebelum dilakukan pembelajaran pada konsep transpor membran?

4. Bagaimanakah kemampuan berpikir kritis siswa di kelas eksperimen yang mengggunakan model pembelajaran experiential learning dan di kelas kontrol dengan model pembelajaran secara konvensional setelah dilakukan pembelajaran pada konsep transpor membran?

5. Bagaimanakah tanggapan siswa mengenai penggunaan model pembelajaran

experiential learning terhadap penguasaan konsep siswa dan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi transpor membran?

6. Bagaimanakah korelasi antara kemampuan berpikir kritis dengan penguasaan konsep siswa?

C. Batasan Masalah

Penelitian ini diharapkan dapat fokus dan terarah pada ruang lingkup yang diteliti. Oleh karena itu perlu pembatasan masalah dalam penelitian yang meliputi: 1. Penguasaan konsep siswa yang diukur yaitu kemampuan siswa pada ranah kognitif berdasarkan taksonomi Bloom yang sudah direvisi. Penguasaan konsep siswa diukur melalui instrumen tes tertulis berupa soal pilihan ganda sebanyak soal yang mencakup jenjang C1 (mengingat), C2 (memahami), C3 (menerapkan), C4 (menganalisis), dan C5 (menilai).

(11)

berdasarkan indikator-indikator berpikir kritis menurut Ennis (1985) yang meliputi: (1) memfokuskan pertanyaan; (2) menganalisis argumen; (3) bertanya dan menjawab tentang suatu penjelasan dan pertanyaan yang menantang; (4) mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi; (5) membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi; (6) membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi; (7) membuat dan mempertimbangkan hasil keputusan; (8) mengidentifikasi istilah dan mempertimbangkan definisi; (9) mengidentifikasi asumsi; (10) memutuskan suatu tindakan.

D. Tujuan

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi transpor membran setelah menggunakan model pembelajaran experiential learning. Tujuan umum tersebut dijabarkan dalam beberapa tujuan khusus berikut ini:

1. Menganalisis penguasaan konsep siswa di kelas eksperimen yang mengggunakan model pembelajaran experiential learning dan di kelas kontrol dengan model pembelajaran secara konvensional sebelum dilakukan pembelajaran pada konsep transpor membran.

(12)

3. Menganalisis kemampuan berpikir kritis siswa di kelas eksperimen yang mengggunakan model pembelajaran experiential learning dan di kelas kontrol dengan model pembelajaran secara konvensional sebelum dilakukan pembelajaran pada konsep transpor membran.

4. Menganalisis kemampuan berpikir kritis siswa di kelas eksperimen yang mengggunakan model pembelajaran experiential learning dan di kelas kontrol dengan model pembelajaran secara konvensional setelah dilakukan pembelajaran pada konsep transpor membran.

5. Menjaring tanggapan siswa mengenai penggunaan model pembelajaran

experiential learning terhadap penguasaan konsep siswa dan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi transpor membran.

6. Mengetahui korelasi antara kemampuan berpikir kritis dengan penguasaan konsep siswa.

E. Manfaat

Setelah tujuan yang dirumuskan tercapai, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Model pembelajaran experiential learning diharapkan dapat dijadikan dasar pembentukan pengetahuan dan konsep siswa.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi pemilihan model pembelajaran yang diterapkan di dalam kelas oleh guru.

(13)

4. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai rujukan ataupun bahan pertimbangan untuk mengembangkan penelitian sejenis yang relevan.

F. Asumsi

Berikut adalah asumsi yang menjadi landasan dalam penelitian ini:

Experiential learning memiliki implikasi yang kuat untuk memungkinkan ruang yang seimbang pada setiap penangkapan, pemahaman, niat dan proses pembelajaran (Abdulwahed, 2009).

G. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian ini yaitu sebagai berikut:

“Terdapat perbedaan yang signifikan antara penguasaan konsep dan

(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Definisi Operasional

Berikut ini dikemukakan beberapa definisi operasional yang berkaitan dengan penjelasan tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian. Penjelasan beberapa istilah berikut dimaksudkan untuk menghindari berbagai penafsiran istilah yang digunakan dalam penelitian.

1. Model pembelajaran experiential learning yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu suatu model pembelajaran yang mengaktifkan siswa untuk membangun pengetahuan melalui pengalaman secara langsung. Model pembelajaran ini memiliki tahapan siklus yaitu: (1) concrete experience

(pengalaman konkrit) pada tahap ini siswa diberikan pengalaman konkrit oleh guru melalui kegiatan demonstrasi; (2) reflective observation (pengamatan reflektif) siswa diharuskan untuk melakukan pengamatan terhadap video animasi mengenai macam-macam transpor membran yang disajikan oleh guru; (3) abstract conceptualization (konsepsi abstrak) siswa diberikan tugas untuk mengerjakan LKS non eksperimen berisi soal-soal mengenai konsep transpor membran; (4) active experiment (percobaan aktif) siswa melakukan kegiatan praktikum secara berkelompok. Pembelajaran model experiential learning dilaksanakan di kelas eksperimen (Lampiran A1).

(15)

guru. Metode yang digunakan pada pembelajaran konvensional yaitu metode ceramah, diskusi, dan praktikum. Pembelajaran konvensional seperti ini dilaksanakan di kelas kontrol (Lampiran A2).

3. Penguasaan konsep siswa meliputi kemampuan siswa pada ranah kognitif berdasarkan taksonomi Bloom yang sudah direvisi (Anderson, 2001). Penguasaan konsep siswa diukur melalui instrumen tes tertulis berupa soal pilihan ganda sebanyak 20 soal yang mencakup jenjang C1 (mengingat), C2 (memahami), C3 (menerapkan), C4 (menganalisis), dan C5 (menilai) (Lampiran B1).

4. Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan siswa dalam menjawab soal-soal berpikir kritis menurut Ennis (1985) yang terdiri dari 10 soal uraian berdasarkan indikator berpikir kritis yang meliputi: (1) memfokuskan pertanyaan; (2) menganalisis argumen; (3) bertanya dan menjawab tentang suatu penjelasan dan pertanyaan yang menantang; (4) mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi; (5) membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi; (6) membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi; (7) membuat dan mempertimbangkan hasil keputusan; (8) mengidentifikasi istilah dan mempertimbangkan definisi; (9) mengidentifikasi asumsi; (10) memutuskan suatu tindakan (Lampiran B2).

B. Metode dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

(16)

karena terdapat beberapa faktor yang tidak dapat dikontrol dari subjek penelitian. Variabel bebas pada penelitian ini adalah model pembelajaran experiential learning, sedangkan variabel terikatnya adalah penguasaan konsep siswa dan kemampuan berpikir kritis siswa.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Nonequivalen Control Group Design. Pada desain ini baik kelompok eksperimen maupun kelas kontrol dipilih secara purposive dengan pertimbangan karakteristik siswa yang terdapat pada kedua kelas penelitian (Sugiyono, 2010). Kelas eksperimen yaitu kelas yang menggunakan model pembelajaran experiential learning dan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional (metode ceramah, diskusi, dan praktikum). Masing-masing kelompok diberikan tes kemampuan awal guna untuk mengetahui kemampuan siswa dalam penguasaan konsep dan berpikir kritis. Kemudian setelah kegiatan pembelajaran kedua kelas diberikan tes akhir. Desain penelitian ini dirancangkan sebagai berikut.

Tabel 3.1. Nonequivalen control group design

Kelompok Tes Awal O2 : Tes akhir kelompok eksperimen O3 : Tes awal kelompok kontrol O4 : Tes akhir kelompok kontrol

X : Pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran

experiential learning

(17)

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 4 Bandung semester ganjil tahun ajaran 2012-2013.

2. Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak dua kelas, yaitu kelas XI IPA 1 dan kelas XI IPA 2 di SMA Negeri 4 Bandung. Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara purposive karena karakteristik kelas yang beragam. Sampel kelas yang dipilih yaitu kelas yang memiliki karakteristik siswa yang aktif dalam setiap pembelajarannya. Dari dua kelas penelitian ditetapkan kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Penguasaan Konsep

Instrumen untuk mengukur penguasaan konsep siswa pada penelitian ini yaitu menggunakan soal dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 20 butir soal dengan lima alternatif jawaban. Soal pilihan ganda tersebut mencakup ranah kognitif jenjang C1 (mengingat), C2 (memahami), C3 (menerapkan), C4 (menganalisis), dan C5 (menilai). Tes penguasaan konsep ini diberikan pada saat pretest dan

(18)

2. Kemampuan Berpikir Kritis

Instrumen untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa pada penelitian ini yaitu menggunakan soal dalam bentuk uraian sebanyak 10 soal berdasarkan indikator menurut Ennis (1985) meliputi (1) memfokuskan pertanyaan; (2) menganalisis argumen; (3) bertanya dan menjawab tentang suatu penjelasan dan pertanyaan yang menantang; (4) mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi; (5) membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi; (6) membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi; (7) membuat dan mempertimbangkan hasil keputusan; (8) mengidentifikasi istilah dan mempertimbangkan definisi; (9) mengidentifikasi asumsi; (10) memutuskan suatu tindakan. Kemampuan berpikir kritis siswa diukur menggunakan rubrik penilaian (Lampiran B2).

3. Angket Respon Siswa

Instrumen untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran experiential learning yaitu menggunakan angket yang terdiri dari 14 pertanyaan yang berkaitan dengan respon siswa terhadap pembelajaran konsep transpor membran melalui model pembelajaran experiential learning, penguasan konsep melalui pembelajaran experiential learning, keterampilan berpikir kritis melalui model pembelajaran experiential learning, motivasi belajar melalui model pembelajaran

experiential learning, konsep transpor membran, dan soal-soal pretest dan posttest

(19)

4. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk melihat keterlaksanaan model pembelajaran experiential learning pada saat pembelajaran di kelas berlangsung. Lembar observasi ini di dalamnya berisi keterlaksanaan atau ketidakterlaksanaan tahapan-tahapan dalam kegiatan pembelajaran experiential learning. Lembar observasi ini dilakukan oleh observer sebanyak satu orang (Lampiran B4).

E. Teknik Pengumpulan Data

Tahapan pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan soal pretest penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis pada siswa untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum dilakukan pembelajaran.

2. Memberikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran experiential learning pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

3. Observer mengamati keterlaksanaan model pembelajaran experiential learning pada saat proses kegiatan pembelajaran berlangsung.

(20)

F. Prosedur Penelitian

Secara aris besar penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap tindak lanjut. Adapun secara terperinci pada setiap tahapan akan dijabarkan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Melakukan studi literatur. b. Pengajuan judul penelitian.

c. Penyusunan proposal penelitian atas bimbingan dosen pembimbing. d. Presentasi proposal penelitian pada saat seminar proposal.

e. Perbaikan proposal penelitian setelah mendapatkan berbagai saran dari dosen. f. Penyusunan instrumen penelitian meliputi tes pengusaan konsep berupa soal pilihan ganda sebanyak 20 soal, tes kemampuan berpikir kritis berupa soal uraian sebanyak 10 soal, dan angket respon siswa terdiri dari 14 pertanyaan. g. Judgement instrumen penelitian.

h. Uji coba instrumen penelitian untuk mengetahui tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas soal, dan reliabilitas soal.

i. Analisis hasil uji coba instrumen dan perbaikan instrumen berdasarkan hasil analisis uji coba instrumen (Lampiran C).

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memberikan pretest penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

(21)

metode ceramah dan diskusi, sedangkan pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran experiential learning.

c. Mengamati keterlaksanaan model pembelajaran experiential learning di kelas eksperimen oleh observer.

d. Memberikan posttest penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis pada kelas kontrol dan kelas ekperimen setelah pembelajaran.

e. Memberikan angket respon siswa terhadap model pembelajaran experiential learning kepada kelas eksperimen yang mengunakan model pembelajaran

experiential learning.

Tabel 3.2. Pelaksanaan model pembelajaran experiential learning dan model pembelajaran konvensional

Guru bersama siswa melakukan kegiatan demonstrasi tentang mekanisme transpor yang terjadi di sekitar lingkungan khususnya contoh peristiwa difusi dan osmosis seperti

menyemprotkan minyak wangi di ruangan, membuat teh manis, dan merendam umbi kentang dan daun kangkung di dalam larutan garam.

(a) (b)

Gambar 3.1. (a) Model proses osmosis pada bak kentang; (b) Demonstrasi Proses Difusi

pada Pembuatan Teh Manis

2. Tahap Reflective Observation

Guru menyajikan video animasi tentang mekanisme proses transpor membran kemudian siswa diminta untuk dapat memperhatikan video animasi tersebut.

1. Guru menyajikan materi tanspor membran melalui powerpoint.

2. Guru menjelaskan materi transpor membran dan siswa diminta untuk menyimak penjelasan dari guru.

3. Guru menyajikan video animasi mengenai mekanisme proses transpor membran.

4. Siswa diminta untuk mengamati video animasi tersebut.

5. Guru memberikan latihan soal mengenai materi transpor membran kemudian siswa diminta mengerjakan lembar latihan soal tersebut secara berdiskusi dengan teman sebangku.

(22)

Gambar 3.2. Siswa mengamati video animasi

3. Tahap Abstract Conceptualization

Guru memberikan latihan soal mengenai materi transpor membran kemudian siswa diminta mengerjakan lembar latihan soal tersebut secara berdiskusi dengan teman sebangku.

Gambar 3.3. Siswa berdiskusi mengerjakan lembar latihan soal

4. Tahap Active Experimentation

Siswa melakukan kegiatan praktikum untuk mengamati proses terjadinya osmosis.

Gambar 3.4. Siswa melakukan kegiatan praktikum

Gambar 3.5. Siswa dan guru membahas latihan soal

7. Siswa melakukan kegiatan praktikum untuk mengamati proses terjadinya osmosis.

(a)

(b)

Gambar 3.6. (a) Praktikum proses osmosis (b) Siswa melakukan kegiatan

(23)

(a) Tahap Tindak Lanjut

a. Pengolahan dan analisis data menggunakan uji statistik tentang uji perbedaan dua rata-rata dan uji korelasi (Lampiran E).

b. Pembahasan hasil analalisis data berdasarkan tujuan penelitian c. Penarikan kesimpulan

d. Penyusunan laporan penelitian berupa skripsi

G. Uji Coba Instrumen Penelitian

Setelah mendapatkan berbagai masukan dari dosen, instrumen yang telah dirancang terlebih dahulu diujicobakan kepada siswa yang telah mengalami pembelajaran tentang konsep transpor membran. Instrumen yang diujicobakan adalah soal penguasaan konsep berupa soal pilihan ganda dan soal kemampuan berpikir kritis berupa soal uraian. Uji coba digunakan untuk mengetahui informasi tentang tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas, dan realibilitas instrumen. Pengolahan dan analisis data hasil uji coba instrumen menggunakan software

ANATES Pilihan Ganda dan ANATES Uraian ver 4.0.9. Rekapitulasi pengolahan dan analisis hasil uji coba instrumen disajikan pada Tabel 3.2 dan Tabel 3.3 di bawah ini.

1. Hasil Uji Coba Instrumen Penguasaan Konsep

(24)

Tabel 3.3. Rekapitulasi hasil analisis uji coba instrumen penguasaan konsep

No. Soal

Tingkat

Kesukaran Daya Pembeda Validitas Keterangan Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria

1 45,00 Sedang 60,00 Baik 0,457 Cukup Pakai

2. Hasil Uji Coba Instrumen Berpikir Kritis

Tabel 3.4 berikut menunjukkan rekapitulasi hasil analisi uji coba instrumen kemampuan berpikir kritis siswa menggunakan software ANATES Uraian.

Tabel 3.4. Rekapitulasi hasil analisis uji coba instrumen berpikir kritis

No. Soal

Tingkat

Kesukaran Daya Pembeda Validitas Keterangan Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria

(25)

No. Soal

Tingkat

Kesukaran Daya Pembeda Validitas Keterangan Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria

7 66,67 Sedang 40,00 Cukup 0,594 Cukup Pakai kemampuan berpikir kritis, dan respon siswa. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji statistik terhadap hasil data pretest dan posttest penguasaan konsep serta kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen menggunakan software SPSS versi 16.0 for windows. Langkah-langkah pengolahan data tersebut akan dijabarkan sebagai berikut:

1. Tes Penguasaan Konsep

Mengolah data pretest dan posttest penguasaan konsep dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut:

a. Pemberian skor untuk prestest dan posstest pada setiap butir soal.

b. Menghitung skor total untuk pretest dan posttest dari seluruh butir soal pada setiap siswa.

c. Mengubah skor menjadi nilai dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Skor Siswa = � × 100%

(26)

Normalisasi Gain = ℎ – �

– �

e. Setelah mendapatkan nilai normalisasi gain, maka data tersebut ditafsirkan ke dalam beberapa kriteria menurut Meltzer dan Hake (Andrian, 2006) seperti pada Tabel 3.4 di bawah ini:

Tabel 3.5. Kategori indeks Gain menurut Meltzer dan Hake

Rentang Nilai Kategori

NG > 0,70 Tinggi

0,30 ≤ NG ≤ 0,70 Sedang

NG < 0,30 Rendah

f. Mengolah data pretest, posttest, dan indeks gain menggunakan software

SPSSversi 16.0 for windows 2. Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Mengolah data pretest dan posttest kemampuan berpikir kritis dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut:

a. Pemberian skor untuk prestest dan posstest pada setiap butir soal kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan rubrik penilaian.

b. Menghitung skor total untuk pretest dan posttest dari seluruh butir soal pada setiap siswa.

c. Mengubah skor menjadi nilai dengan menggunakan rumus yang telah dijabarkan sebelumnya pada pengolahan data penguasaan konsep.

d. Menghitung indeks gain dengan menggunakan rumus yang telah dijabarkan sebelumnya pada pengolahan data penguasaan konsep.

(27)

Persentase =

� � × 100%

f. Persentase berpikir kritis siswa tiap indikator dikategorikan berdasarkan kategori yang dikemukakan oleh Arikunto (2008) sebagai berikut:

Tabel 3.6. Kategori persentase berpikir kritis tiap indikator

Persentase (%) Kategori negatif mengenai pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran

experiential learning yang selanjutnya dibuat dalam bentuk persentase dari setiap butir pertanyaan. Perhitungan untuk persentase tersebut yaitu sebagai berikut:

Persentase Jawaban = ℎ � �

ℎ ℎ � × 100%

Setelah itu dilakukan penafsiran persentase jawaban berdasarkan kriteria yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1990) pada Tabel 3.7 di bawah ini.

Tabel 3.7 Kategori persentase angket

(28)

4. Analisis Uji Statistik

Analisis uji statistik digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan peningkatan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa yang signifikan setelah diterapkannya model pembelajaran experiential learning. Uji prasyarat dan uji statistik ini dibantu dengan menggunakan software SPSS versi 16.0 for windows.

a. Uji Prasyarat

1) Uji Normalitas

Pasangan hipotesis nol dan hipotesis tandingannya pada uji normalitas adalah sebagai berikut:

H0 : data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal

Uji statistik yang digunakan adalah uji Shapiro-Wilk dengan taraf signifikansi

(α) sebesar 0,05. Kriteria pengujiannya jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0

diterima, data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Namun jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak, H1 diterima data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal.

2) Uji Homogenitas

Pasangan hipotesis nol dan hipotesis tandingannya pada uji homogenitas adalah sebagai berikut:

(29)

Uji statistik yang digunakan adalah uji Test of Homogenity of Variance dengan taraf signifikansi (α) sebesar 0,05. Kriteria pengujiannya jika nilai

signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima, varians antara kelas kontrol dan kelas

ekperimen sama (homogen). Namun jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak, H1 diterima varians antara kelas kontrol dan kelas ekperimen tidak sama (heterogen).

b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

1) Uji Perbedaan Dua Rata-rata Parametrik

Berdasarkan hasil uji prasyarat, jika data berdistribusi normal dan homogen maka selanjutnya dilakukan uji statistik parametrik untuk mengetahui dua perbedaan rata-rata antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji statistik yang digunakan adalah uji Independent-Samples T Test. Pasangan hipotesis nol dan hipotesis tandingannya adalah sebagai berikut:

H0 : tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata data peningkatan (indeks gain) kelas kontrol dan kelas eksperimen.

H1 : terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata data peningkatan (indeks

gain) kelas kontrol dan kelas eksperimen.

(30)

2) Uji Perbedaan Dua Rata-rata Non-Parametrik

Berdasarkan hasil uji prasyarat, jika data berdistribusi tidak normal atau tidak homogen maka selanjutnya dilakukan uji statistik non-parametrik untuk mengetahui dua perbedaan rata-rata antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji statistik yang digunakan adalah uji U Mann-Whitney. Pasangan hipotesis nol dan hipotesis tandingannya adalah sebagai berikut:

H0 : tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata data peningkatan (indeks gain) kelas kontrol dan kelas eksperimen.

H1 : terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata data peningkatan (indeks

gain) kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Kriteria pengujiannya jika nilai Sig. (2-tailed) ≥ 0,05 maka H0 diterima, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata data peningkatan (indeks gain) kelas kontrol dan kelas eksperimen. Namun jika nilai Sig. (2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak, H1 diterima terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata data peningkatan (indeks gain) kelas kontrol dan kelas eksperimen.

3) Analisis Korelasi Kemampuan Berpikir Kritis dengan Penguasaan

Konsep

(31)

adalah uji Pearson Correlation karena jenis data dalam penelitian ini merupakan data interval atau data rasio.

Interpretasi dari besar koefisien korelasi diuraikan menurut Boediono dan Koster (2004) pada Tabel 3.7 di bawah ini:

Tabel 3.8. Interpretasi koefisien korelasi

Koefisien Korelasi Interpretasi

0,00 – 0,30 Sangat lemah

0,30 – 0,50 Lemah

0,50 – 0,70 Moderat

0,70 – 0,90 Kuat

0,90 – 1,00 Sangat Kuat

(32)

I. Alur Penelitian

Tes Penguasaan Konsep Tes Kemampuan Berpikir Kritis Pembelajaran Konvensional

Penyusunan RPP dan Instrumen

Judgement dan Uji Coba Instrument

Revisi Instrumen

Perizinan Penelitian

(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penguasaan konsep siswa di kelas eksperimen yang mengggunakan model pembelajaran experiential learning dan di kelas kontrol dengan model pembelajaran secara konvensional sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) dilakukan pembelajaran pada konsep transpor membran tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Namun rata-rata indeks gain penguasaan konsep siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajaran experiential learning lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran secara konvensional, yakni 0,56 untuk kelas eksperimen dan 0,47 untuk kelas kontrol.

Selain itu kemampuan berpikir kritis siswa di kelas eksperimen dan di kelas kontrol sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) dilakukan pembelajaran pun tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Akan tetapi rata-rata indeks gain kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol, yaitu 0,64 untuk kelas eksperimen dan 0,53 untuk kelas kontrol.

(34)

mengidentifikasi istilah dan mempertimbangkan definisi; (9) mengidentifikasi asumsi; (10) memutuskan suatu tindakan.

Respon siswa terhadap model pembelajaran experiential learning pada umumnya memberikan respon yang positif. Hasil analisis perhitungan koefisien korelasi antara kemampuan berpikir kritis dengan penguasaan konsep siswa pada kelas kontrol yaitu sebesar 0,602 termasuk ke dalam kategori moderat. Sedangkan pada kelas eksperimen yaitu sebesar 0,751 termasuk ke dalam kategori kuat.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan mengenai model pembelajaran

experiential learning dalam penelitian ini, maka terdapat beberapa saran yang disampaikan oleh peneliti, diantaranya:

1. Sebelum melakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

experiential learning, guru diharapkan memiliki pengetahuan yang lebih mengenai model yang hendak digunakan. Selain itu pada model pembelajaran

experiential learning, guru ditantang untuk dapat menyusun berbagai macam pengalaman belajar yang akan diberikan kepada siswa. Hal ini menyebabkan guru tersebut harus menyiapkan dan menyusun perangkat pembelajaran sebaik mungkin.

(35)

3. Iindikator memfokuskan pertanyaan pada penelitian ini masih banyak kekurangan, maka dari itu perlu kegiatan khusus untuk melatihkan siswa agar dapat mencapai indikator memfokuskan pertanyaan tersebut.

4. Penelitian mengenai pengaruh model pembelajaran experiential learning

(36)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Tujuan.. ... ... 7

E. Manfaat ... 8

F. Asumsi ... 9

G. Hipotesis ... 9

BAB II MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTIAL LEARNING, PENGUASAAN KONSEP, DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DALAM KONSEP TRANSPOR MEMBRAN A. Model Pembelajaran Experiential Learning ... 10

B. Penguasaan Konsep ... 15

C. Berpikir Kritis ... 19

(37)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Definisi Operasional ... 34

B. Metode dan Desain Penelitian ... 35

C. Populasi dan Sampel ... 37

D. Instrumen Penelitian ... 37

E. Teknik Pengumpulan Data ... 39

F. Prosedur Penelitian ... 40

G. Uji Coba Instrumen ... 43

H. Teknik Pengolahan Data ... 45

I. Alur Penelitian ... 52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 53

B. Pembahasan ... 66

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 83

B. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86

(38)

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1. Indikator Jenjang Kognitif Siswa ... 17

3.1. Nonequivalen Control Group Design ... 36

3.2 Pelaksanaan Model Pembelajaran Experiential Learning dan Model Pemebelajaran Konvensional ... 41

3.3. Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Penguasaan Konsep ... 44

3.4. Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Berpikir Kritis ... 44

3.5. Kategori Indeks Gain ... 46

3.6. Kategori Persentase Berpikir Kritis Tiap Indikator ... 47

3.7. Kategori Persentase Angket ... 47

3.8. Interpretasi Koefisien Korelasi ... 51

4.1. Rekapitulasi Nilai Pretest Penguasaan Konsep Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 53

4.2. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Nilai Pretest Penguasaan Konsep ... 54

4.3. Rekapitulasi Nilai Posttest Penguasaan Konsep Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 54

4.4. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Posttest Penguasaan Konsep ... 55

4.5. Rata-rata N-gain Penguasaan Konsep Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... ... 56

4.6. Persentase Ketercapaian Tiap Indikator Penguasaan Konsep ... 57

(39)

4.8. Rekapitulasi Nilai Pretest Berpikir Kritis Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen ... 59 4.9. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Nilai Pretest Berpikir Kritis ... 60 4.10. Rekapitulasi Nilai Pretest Berpikir Kritis Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen ... 61 4.11. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Nilai Postest Berpikir Kritis ... 61 4.12. Rata-rata N-gain Berpikir Kritis Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen . ... 62 4.13. Rata-rata Persentase Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Kontrol

dan Kelas Eksperimen ... 63 4.14. Data Rata-rata N-gain Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Indikator ... 64 4.15. Rekapitulasi Respon Positif dan Negatif Siswa Terhadap Pembelajaran

Experiential Learning ... 65 4.16. Hasil Analisis Korelasi dan Regresi Penguasaan Konsep dengan

(40)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1. Siklus Experiential Learningof Kolb ... 13

2.2. Difusi Dipermudah dengan Saluran Protein ... 23

2.3. Difusi Dipermudah dengan Protein Pembawa ... 24

2.4. Proses Osmosis ... 25

2.5. Osmosis pada Sel Hewan ... 26

2.6. Osmosis pada Sel Tumbuhan ... 26

2.7. Pompa Natrium Kalium pada Transpor Aktif ... 27

2.8. Kotranspor pada Transpor Aktif ... 28

2.9. Transpor Makromolekul Melewati Membran Plasma ... 29

3.1. (a) Model Proses Osmosis pada Bak Kentang ... 41

3.1. (b) Demonstrasi Proses Difusi pada Pembuatan Teh ... 41

3.2. Siswa Mengamati Video Animasi ... 42

3.3. Siswa Berdiskusi Mengerjakan Lembar Latihan Soal ... 42

3.4. Siswa Melakukan Kegiatan Praktikum ... 42

3.5. Siswa dan Guru Membahas Latihan Soal ... 42

3.6. Kegiatan Praktikum Proses Osmosis ... 42

3.7. Alur Penelitian ... 52

(41)
(42)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

A. PERANGKAT PEMBELAJARAN

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 90

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 96

3. Lembar Kerja Siswa (LKS Praktikum) ... 102

4. Lembar Latihan Soal Siswa ... 104

B.INSTRUMEN PENELITIAN 1. Kisi-kisi Soal Penguasaan Konsep ... 108

2. Kisi-kisi Soal Kemampuan Berpikir Kritis ... 121

3. Kisi-kisi Angket Respon Siswa ... 128

4. Lembar Observasi ... 131

C.HASIL ANALISIS UJI COBA 1. Hasil Analisis Uji Coba Soal Penguasaan Konsep ... 133

2. Hasil Analisis Uji Coba Soal Kemampuan Berpikir Kritis ... 137

D.PENGOLAHAN DATA 1. Data Penguasaan Konsep ... 139

2. Data Kemampuan Berpikir Kritis ... 143

(43)

E.ANALISIS UJI STATISTIK

1. Uji Statistik Data Penguasaan Konsep ... 167 2. Uji Statistik Data Berpikir Kritis ... 169 3. Uji Korelasi dan Regresi Pengusaan Konsep dengan Kemampuan

Berpikir Kritis ... 171

F. ADMINISTRASI PENELITIAN ... 173

Gambar

Tabel  3.2. Pelaksanaan model pembelajaran experiential learning dan model pembelajaran konvensional
Gambar 3.5.  Siswa dan guru membahas  latihan soal
Tabel 3.2 berikut menunjukkan rekapitulasi hasil analisis uji coba
Tabel 3.4 berikut menunjukkan rekapitulasi hasil analisi uji coba instrumen
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

dari kondisi tidak menyenangkan atau situasi negatif yang berada di dalam.. kendali dirinya dan membedakannya dari aspek situasi negatif

Jumlah Kepesertaan BPJS di Wiayah Kerja Puskesmas Talun Kenas Kecamatan STM Hilir, Pantai Labu Kecamatan Pantai Labu dan Batang Kuis Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Dari

Profil Resiliensi Siswa Yang Berlatar Belakang Orangtua Tunggal (Studi Deskriptif Pada Siswa SMP Negeri 18 Tasikmalaya TA 2013/ 2014)1. Universitas Pendidikan Indonesia |

kredit, laba bersih dan harga saham perusahaan mengalami kenaikan, namun. return saham BBCA mengalami kenaikan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.. Konsep dan

Hasil tersebut menunjukkan adanya perbedaan motivasi berprestasi yang signifikan antara mahasiswa dengan pusat kendali internal dan mahasiswa dengan pusat kendali

Relung makanan adalah kebiasaan makan suatu spesies ikan terhadap satu atau beberapa jenis makanan yang mengindikasikan adanya perbedaan sumberdaya makanan