• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI FISIK SISWA : Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas X SMA Pasundan 2 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI FISIK SISWA : Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas X SMA Pasundan 2 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

081/S/PPB/2013

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL

UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI FISIK SISWA

(Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas X SMA Pasundan 2 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh :

AISHA NADYA 0806283

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

Aisha Nadya, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk meningkatkan penerimaan diri fisik siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL

UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI FISIK SISWA

(Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas X SMA Pasundan 2 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013)

Oleh Aisha Nadya

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Aisha Nadya 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

April 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Aisha Nadya 0806283

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL

UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI FISIK SISWA

(Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas X SMA Pasundan 2 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Dr. Hj. Nani M. Sugandhi, M.Pd. NIP. 19570830 198101 2 001

Pembimbing II

Dra. Hj. Setiawati , M.Pd. NIP. 119621112 198610 2 001

Mengetahui :

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

Aisha Nadya, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk meningkatkan penerimaan diri fisik siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI FISIK SISWA (Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas X

SMA Pasundan 2 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

THE PERSONAL GUIDANCE AND COUNSELING PROGRAM FOR INCREASING OF Physical self-acceptance STUDENTS

(Descriptive study of 10th grade students of SMA Pasundan 2 BandungYear 2012/2013)

Oleh:

Aisha Nadya (0806283) aisha_nadya@gmail.com

Pembimbing: Dr. Hj. Nani M. Sugandhi, M.Pd., nanilimatujuh@yahoo.co.id

Dra. Hj. Setiawati, M.Pd. atiesw@yahoo.com

Abstrak. Penelitian dilatarbelakangi oleh fenomena penerimaan diri fisik remaja atas ketidakpuasan keadaan fisik yang dialami. Bentuk fisik yang kurang ideal pada masa remaja dapat menimbulkan dampak psikologis tertentu. Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode deskriptif. Sampel penelitian adalah siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 143 siswa. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak (random sampling). Hasil penelitian diperoleh sebanyak 83,91% siswa termasuk kategori tinggi dan 16,09% kategori sedang. Program bimbingan pribadi sosial disusun untuk meningkatkan penerimaan diri fisik siswa. Rekomendasi penelitian memberikan implikasi kepada: konselor dan peneliti selanjutnya.

Kata Kunci :

Penerimaan diri fisik, bimbingan konseling

The study was based on phenomenon that is juvenile’s physical self-acceptance upon the change of their body shape. Not ideally proportional body shape on their age could evoke certain psychological impact. the study used quantitative approach with descriptive qualitative method. The sample of the study were 143 ten grade students of SMA Pasundan 2 Bandung academic year 2012/2013. The study used random sampling technique. The result of study showed that 83,91% students were high category and 16,09% students were medium category. Social personal guidance program in this study was a program that was directly arranged to develop students’ physical self-acceptance. The recommendation of the study gave implication to counselors and next researchers.

Keywords:

(5)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ...

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Metode Penelitian... ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Struktur Organisasi Penelitian ... 8

BAB II PENERIMAAN DIRI FISIK SISWA DAN PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL ... 9

A. Konsep Penerimaan Diri ... 9

1. Definisi Penerimaan Diri ... 11

2. Proses Penerimaan Diri ... 11

3. Aspek Penerimaan Diri ... 12

4. Jenis-jenis Penerimaan Diri ... 13

5. Faktor-faktor Penerimaan Diri ... 13

B. Konsep Dasar Remaja ... 16

C. Konsep Bimbingan Pribadi Sosial ... 20

1. Definisi Bimbingan dan Konseling ... 20

2. Definisi Bimingan Pribadi-Sosial ... 21

3. Tujuan Bimingan Pribadi-Sosial ... 23

4. Bidang Layanan Bimbingan Pribadi-Sosial ... 24

5. Prinsip Bimbingan Pribadi-Sosial ... 25

6. Program Bimbingan Pribadi-Sosial ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian ... 31

B. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 32

C. Definisi Operasional Variabel 1. Penerimaan Diri ... 33

2. Program Bimbingan Pribadi-Sosial ... 35

D. Instrumen Pengumpul Data ... 35

1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 35

(6)

Aisha Nadya, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk meningkatkan penerimaan diri fisik siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu viii

E. Uji Coba Alat Pengumpul Data ... 37

1. Uji Kelayakan Instrumen ... 38

2. Uji Keterbacaan Instrumen ... 38

3. Uji Validitas dan Reabilitas ... 39

F. Penyusunan Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Fisik Siswa ... 40

G. Analisis Data ... 40

1. Verifikasi Data ... 40

2. Penskoran ... 40

3. Analisis Data ... 43

H. Penyusunan Program Bimbingan Pribadi-Sosial untuk Mengembangkan Penerimaan Diri Fisik ... 43

I. Prosedur Penelitian ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Hasil Penelitian ... 46

1. Gambaran Penerimaan Diri Fisik Siswa Kelas X SMA Pasundan 2 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ... 46

B. Pembahasan ... 89

1. Gambaran Umum Penerimaan Diri Fisik Siswa Kelas X SMA Pasundan 2 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ... 89

2. Gambaran Penerimaan Diri Fisik Siswa Kelas X SMA Pasundan 2 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 berdasarkan Aspek dan Indikator ... 90

3. Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di SMA Pasundan 2 Bandung ... 93

C. Pengembangan Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Fisik Siswa Kelas X SMA Pasundan 2 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ... 95

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 118

A. Kesimpulan ... 119

B. Rekomendasi ... 120

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kondisi-kondisi yang menyebabkan remaja diterima atau ditolak

16

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penerimaan Diri Fisik 35

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penerimaan Diri Fisik Siswa 37

Tabel 3.3 Kategori Interpretasi Reliabilitas 40

Tabel 3.4 Pola Skor Alternatif Respons Model Summated Ratings (Likert) pada SKPSS

42 Tabel 4.1 Gambaran Penerimaan Diri Fisik

Siswa Kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

46 Tabel 4.2 Aspek Perasaan Sederajat Siswa Kelas X SMA Pasundan 2

Bandung

48 Tabel 4.3 Tingkat Pencapaian Perasaan Sederajat Siswa kelas X SMA

Pasundan 2 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013

49 Tabel 4.4 Aspek Perasaan Sederajat Indikator Menyadari Keterbatasan

Fisik Siswa Kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

49 Tabel 4.5 Aspek Perasaan Sederajat Indikator Menyadari Kelemahan

Fisik Siswa Kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

51 Tabel 4.6 Aspek Perasaan Sederajat Indikator Menghargai Kondisi Fisik

Diri Sendiri Siswa Kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

52 Tabel 4.7 Aspek Perilaku Percaya akan Kemampuan Diri Siswa Kelas X

SMA Pasundan 2 Bandung

53 Tabel 4.8 Tingkat Pencapaian Penerimaan Diri Fisik Aspek Percaya

Akan Kemampuan Diri Siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

55

Tabel 4.9 Aspek Percaya Akan Kemampuan Diri Indikator Percaya Diri Siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

55 Tabel 4.10 Aspek Percaya Akan Kemampuan Diri Indikator

Mengembangkan Sikap Positif Siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

57

Tabel 4.11 Aspek Percaya Akan Kemampuan Diri Indikator Menjadi Diri Sendiri Siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

58 Tabel 4.12 Aspek Bertanggungjawab

Siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

60 Tabel 4.13 Tingkat Pencapaian Penerimaan Diri Fisik Aspek

Bertanggungjawab Siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung 61 Tabel 4.14 Aspek Bertanggungjawab Indikator Menerima Kritik terhadap

Kondisi Fisik Siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

61 Tabel 4.15 Aspek Bertanggungjawab Indikator Menjaga Kesehatan Fisik

Siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

63 Tabel 4.16 Aspek Bertanggungjawab Indikator Pengembangan Diri Fisik

Siswa kelas X SMA Pasundan 2

64 Tabel 4.17 Aspek Orientasi Keluar Diri Siswa kelas X SMA Pasundan 2

Bandung

(8)

Aisha Nadya, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk meningkatkan penerimaan diri fisik siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu x

Tabel 4.18 Aspek Orientasi Keluar Diri Indikator Menyapa Terlebih dahulu

Siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

66

Tabel 4.19 Aspek Menyadari Keterbatasan Indikator Mensyukuri Kelebihan Fisik yang Dimiliki Siswa kelas X SMA Pasundan

67 Tabel 4.2 Aspek Bertanggung jawab Indikator Menjaga Kesehatan Fisik

Siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

68 Tabel 4.21 Aspek Bertanggungjawab Indikator Pengembangan Diri Fisik

Siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

70 Tabel 4.22 Aspek Berpendirian Siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung 71 Tabel 4.23 Tingkat Pencapaian Penerimaan Diri Fisik Aspek Berpendirian

Siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

72 Tabel 4.24 Aspek Berpendirian Indikator Memiliki Standar Diri

Siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

73 Tabel 4.25 Aspek Berpendirian Indikator Mampu Menyampaikan Aspirasi

Siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

74 Tabel 4.26 Aspek Menyadari Keterbatasan Siswa kelas X SMA Pasundan

2 Bandung

76 Tabel 4.27 Tingkat Pencapaian Penerimaan Diri Fisik Aspek Bertanggung

jawab Siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

77

Tabel 4.28 Aspek Menyadari Keterbatasan Indikator Mensyukuri Kelebihan Fisik yang Dimiliki Siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

78 80 Tabel 4.29 Aspek Menyadari Keterbatasan Indikator Mensyukuri

Kekurangan yang Dimiliki Siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

82

Tabel 4.30 Aspek Menyadari Keterbatasan Indikator Bersikap Realistik Siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

84 Tabel 4.31 Aspek Menerima Sifat Kemanusiaan Siswa kelas X SMA

Pasundan 2 Bandung

85

Tabel 4.32 Tingkat Pencapaian Penerimaan Diri Fisik Aspek Menerima Sifat Kemanusiaan Siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

86

Tabel 4.33 Aspek Mampu Menerima Sifat Kemanusiaan Indikator Mampu Mengelola Emosi Siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

87 Tabel 4.34 Aspek Mampu Menerima Sifat Kemanusiaan Indikator Mampu

Mengekspresikan Emosi Secara Proporsional Siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

(9)

DAFTAR GAMBAR Diagram 4.3 Persentase Aspek Perasaan Sederajat Indikator Satu

Menyadari Keterbatasan Fisik Siswa Kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

49

Diagram 4.4 Persentase Aspek Perasaan Sederajat Indikator Menyadari Kelemahan Fisik Siswa Kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

51 Diagram 4.5 Persentase Aspek Perasaan Sederajat Indikator Menghargai

Kondisi Fisik Diri Sendiri Siswa Kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

52

Diagram 4.6 Persentase Aspek Percaya Akan Kemampuan Diri Siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

53 Diagram 4.7 Persentase Aspek Percaya Akan Kemampuan Diri Indikator

Percaya Diri Siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

55 Diagram 4.8 Persentase Aspek Percaya Akan Kemampuan Diri Indikator

Mengembangkan Sikap Positif Siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

55

Diagram 4.9 Persentase Aspek Percaya Akan Kemampuan Diri Indikator Menjadi Diri Sendiri Siswa kelas X SMA Pasundan 2 Diagram 4.11 Persentase Aspek Bertanggung jawab Indikator Menerima

Kritik Terhadap Kondisi FisikSiswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

60

Diagram 4.12 Persentase Aspek Bertanggung jawab Indikator Menjaga Kesehatan Fisik Siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

61 Diagram 4.13 Persentase Aspek Bertanggung jawab Indikator

Pengembangan Diri Fsik Siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

61

Diagram 4.14 Persentase Aspek Orientasi Keluar Diri Siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

63 Diagram 4.15 Persentase Aspek Orientasi Keluar Diri Indikator Memulai

Hubungan Pertemanan

Siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

64

Diagram 4.16 Persentase Aspek Orientasi Keluar Diri Indikator Mempertahankan Persahabatan Siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

65

Diagram 4.17 Persentase Aspek Berpendirian Siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

(10)

Aisha Nadya, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk meningkatkan penerimaan diri fisik siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu xii

Kemampuan Menyapa Terlebih Dahulu Siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

Diagram 4.19 Persentase Aspek Menyadari Keterbatasan Siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

68 Diagram 4.20 Persentase Aspek Menyadari Keterbatasan Indikator

Mensyukuri Kelebihan Fisik yang Dimiliki Siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

69

Diagram 4.21 Persentase Aspek Menyadari Keterbatasan Indikator Mensyukuri Kekurangan yang Dimiliki Siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

70

Diagram 4.22 Persentase Aspek Menyadari Keterbatasan Indikator Bersikap Realistik Siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

71

Diagram 4.23 Aspek Menerima Sifat Kemanusiaan Siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

72 Diagram 4.24 Persentase Aspek Menyadari Keterbatasan Indikator

Mensyukuri Kelebihan Fisik yang Dimiliki Siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

73

Diagram 4.25 Persentase Aspek Menyadari Keterbatasan Indikator Mensyukuri Kekurangan yang Dimiliki Siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja dikenal sebagai salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia yang memiliki beberapa keunikan tersendiri. Keunikan tersebut bersumber dari kedudukan masa remaja sebagai periode transisional antara masa kanak-kanak dan masa dewasa atau yang lebih kita kenal dengan pubertas. Kita semua mengetahui bahwa antara anak-anak dengan orang dewasa ada beberapa perbedaan yang selain bersifat biologis atau fisiologis juga bersifat psikologis. (Agustiani, 2006: 25)

Masa ini sikap individu mengalami berbagai perubahan baik fisik maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, dimana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula dengan berkembangnya kapasitas reproduktif. Selain itu remaja juga berubah secara kognitif dan mulai mampu berpikir abstrak seperti orang dewasa. Pada periode ini pula remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa. (Al-mighwar, 2006 : 19)

Gunarsa (1991 : 73). menjelaskan bahwa masa remaja ditandai dengan terjadinya perubahan fisik yang disebabkan oleh mulai aktifnya kelenjar reproduksi dan hormon yang penting bagi pertumbuhan. Perubahan fisik tersebut membawa dampak pada perkembangan psikologis dan sosial remaja. perubahan perkembangan psikologis tampak pada keadaan emosional remaja yang mudah tersinggung, bergejolak, dan labil. Perkembangan sosial tampak terlihat dengan mulai tertariknya remaja pada aktivitas yang melibatkan orang-orang diluar lingkungan keluarga, terutama teman sebaya

(12)

2

Aisha Nadya, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk meningkatkan penerimaan diri fisik siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dimana jika individu tersebut gagal menyelesaikan krisis tersebut dapat menyebabkan masalah dalam self, salah satunya adalah self acceptance. Seringkali penyimpangan dari bentuk badan khas wanita atau khas laki-laki menimbulkan kegusaran batin yang cukup mendalam karena pada masa ini perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan dirinya. Apabila remaja gagal dalam menjalankan tugas perkembangan ini, maka akan menyebabkan masalah dalam self yaitu penerimaan diri fisiknya.

Tugas perkembangan yang harus dikuasai oleh remaja pada masa pubertas menurut Hurlock (1993: 10) yaitu menerima keadaan fisik dan menggunakan tubuh secara efektif, namun menerima perubahan fisik dan menggunakan tubuh secara efektif pada masa pubertas bukan hal yang mudah bagi remaja. Banyak remaja yang merasa tidak mampu menerima perubahan fisik yang terjadi, karena tidak puas dengan penampilan yang dimiliki. Alasan lain yang menyebabkan remaja tidak mampu menerima perubahan fisik pada masa pubertas karena konsep diri ideal yang dibentuk oleh seorang remaja berdasarkan kepada sumber individu ideal dalam kelompok. Selain itu, perasaan tidak puas terhadap keadaan fisik menunjukkan bahwa remaja menolak akan perubahan yang terjadi pada tubuh. Perubahan dalam bentuk perkembangan fisik dan psikis pada masa remaja merupakan kedua hal yang tidak dapat dipisahkan. Reaksi seorang remaj terhadap perubahan fisik pada masa remaja tergantung pada penerimaan diri dan penerimaan lingkungan dimana remaja tersebut berada. Bertambahnya ukuran tinggi dan berat badan yang kurang proporsional pada masa remaja dapat menimbulkan dampak psikologis tertentu, misalnya memiliki bentuk tubuh yang lebih gemuk atau lebih pendek dibandingkan dengan teman sebaya dapat menimbulkan perasaan malu, apalagi jika orang di sekitar remaja memberikan pandangan negatif seperti mengejek kondisi fisik yang dimiliki akan menimbulkan kecenderungan remaja untuk menolak tubuhnya dan menjadi rendah diri.

“Tumbuh itu ke atas, bukan ke samping”.

(13)

3

peduli pada penampilan dan image tubuhnya. Contohnya masyarakat akan lebih menyenangi produk yang menampilkan model yang cantik, tampan, langsing, dan menarik secara fisik. Pada media yang menampilkan keampuhan produk yang ditawarkan ternyata mendapatkan respon positif dari masyarakat baik kalangan tua maupun muda, baik pria maupun wanita.

Kehadiran media dan teknologi yang makin berkembang dapat membuat orang semakin stres ketika dirinya meletakkan penilaian dan penerimaan sosial di atas segala-galanya. Saat ini dengan kecanggihan teknologi, kita bisa membentuk gambar iklan menjadi sangat ideal dan sempurna. Sistem digital bisa mengoreksi, menghapus, atau menambah bagian tubuh yang tidak sempurna, seperti tahi lalat, tonjolan atau garis tubuh yang tidak simetris. Beberapa model iklan bahkan digambarkan tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Tayangan yang beredar di media massa terkadang menjadi konsumsi bagi remaja, yang pada kenyataannya remaja adalah masa yang penuh dengan perubahan.

Lustin Pikunas (Yusuf, 2010: 184) mengungkapkan dalam budaya Amerika, periode remaja dipandang sebagai masa “storm & stress”, frustasi dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta, dan perasaan teralienasi (tersisihkan) dari kehidupan sosial budaya orang dewasa. Akibat banyaknya tekanan dan problem dalam perkembangan remaja.

Masa remaja disebut juga sebagai masa dimulainya kesadaran akan penampilan fisik. Perubahan fisik tersebut menghasilkan bentuk tubuh yang tidak selalu sesuai dengan yang diidam-idamkan dan dipikirkan. Keadaan fisik yang baik dan memenuhi harapan remaja akan memberikan kepuasan, sedangkan keadaan fisik yang tidak sesuai dengan yang diharapkan menimbulkan kegusaran hati yang cukup mendalam karena pada masa remaja, perhatian pada fisik sangat besar (Mappiare, 1982 : 93)

(14)

4

Aisha Nadya, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk meningkatkan penerimaan diri fisik siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Permasalahan yang dihadapi oleh individu pada saat memasuki masa remaja adalah perubahan fisik yang begitu cepat. Suara membesar, proporsi tubuh tidak seimbang, dan perubahan dalam ciri primer atau sekunder. Perubahan ini banyak menimbulkan permasalahan, seperti malu karena sering diejek teman-teman di sekolah, merasa kurang percaya diri dengan kondisi fisik yang dimiliki.

Salah satu akibat dari perubahan fisik dalam perkembangan individu adalah kecanggungan yang dialami oleh individu terutama memasuki masa remaja, kecanggungan ini terjadi karena perubahan proporsi tubuh, permasalahan ini juga terkait dengan keterampilan dan perkembangan psikomotor yang dialami oleh individu.

Penelitian yang dilakukan oleh Roza Rahmayani (2010) di SMAN 1 Margahayu Kab. Bandung tahun ajaran 2010/2011 pada aspek body image diperoleh 26.04% siswa yang memiliki pikiran dan perasaan yang negatif mengenai gambaran tubuh, 21,81% mengalami ketidakpuasan terhadap beberapa bentuk tubuh, 32,12% pada aspek obsesif-komplusif yakni kecemasan yang ditunjukkan dengan perilaku obsesif-komplusif sekaitan dengan kekurangan yang ada pada tubuh dan 20,03 % pada aspek defesiensi dalam perilaku sosial yakni penurunan dalam perilaku sosial dikarenakan kekurangan yang ada pada tubuh.

Hasil penelitian menunjukkan 30-40% warga Amerika menderita gangguan kecemasan ringan mengenai penampilan, 1-2% dari populasinya mencemaskan penampilan yang kronis 70 % kasus BDD dimulai sejak remaja (Thompson, 2002).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SMA Pasundan 2 Bandung melalui metode wawancara dan observasi ditemukan masih banyak siswa yang sering mengeluhkan kondisi fisiknya, merasa terlalu gemuk, merasa terlalu kurus, tidak puas atas warna kulit yang dimiliki. Akibatnya siswa terlalu memperhatikan penampilan sedangkan kurang berkonsentrasi ketika kegiatan belajar mengajar di kelas

(15)

5

bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan sekolah, keluarga, serta masyarakat. Bimbingan dan konseling membantu siswa mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial. Konseling juga diartikan sebagai bantuan profesional terhadap individu agar mereka dapat mengembangkan potensi dan memecahkan setiap masalahnya, sehingga diharapkan dengan konseling dapat menerima kondisi fisiknya dan mengembangkannya secara optimal.

Perubahan dalam bentuk perkembangan fisik dan psikis pada masa remaja merupakan kedua hal yang tidak dapat dipisahkan. Reaksi seorang remaja terhadap perubahan fisik pada masa remaja tergantung pada penerimaan diri dan penerimaan lingkungan dimana remaja tersebut berada. Bertambahnya ukuran tinggi dan berat badan yang kurang proporsional pada masa remaja dapat menimbulkan dampak psikologis tertentu, misalnya memiliki bentuk tubuh yang lebih gemuk atau lebih pendek dibandingkan dengan teman sebaya dapat menimbulkan perasaan malu, apalagi jika orang di sekitar remaja memberikan pandangan negatif seperti mengejek kondisi fisik yang dimiliki akan menimbulkan kecenderungan remaja untuk menolak tubuhnya dan menjadi rendah diri.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka diambil judul penelitian “Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Fisik Siswa”

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

(16)

6

Aisha Nadya, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk meningkatkan penerimaan diri fisik siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Permasalahan remaja yang berhubungan dengan keadaan fisik timbul karena adanya kesadaran bahwa daya tarik fisik berperan penting dalam hubungan sosial. Para remaja menyadari lebih dari anak-pada anak, bahwa mereka yang menarik biasanya diperlakukan dengan lebih baik daripada mereka yang kurang menarik. Mereka juga menyadari bahwa daya tarik fisik berperan penting dalam pemilihan pemimpin. Akibatnya kalau mereka merasa bahwa dirinya tidak semenarik seperti yang diharapkan pada waktu pertumbuhan belum berakhir, maka mereka akan menacari jalan keluar untuk memperbaiki penampilannya agar dirinya dapat di terima di lingkungan.

Remaja mempunyai standar-standar tertentu tentang sosok fisik ideal yang mereka dambakan. Misalnya, standar cantik adalah postur tinggi, bertubuh langsing dan berkulit putih. Tidak semua remaja memiliki kondisi fisik yang ideal. Karenanya, remaja harus belajar menerima dan memanfaatkan seperti apapun kondisi fisiknya dengan mengoptimalkan perkembangannya seefektif mungkin. Remaja perlu menanamkan keyakinan bahwa keindahan lahiriah (fisik) bukanlah ukuran sesunguhnya dari sebuah kecantikan. Penelitian dibatasi pada segi penerimaan diri fisik, hal tersebut dilakukan karena tugas perkembangan pertama bagi rmaja adalah dapat menerima fisiknya.

Berdasarkan identifikasi diatas, maka perlu adanya bimbingan untuk meningkatkan penerimaan diri bagi siswa, hal tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki pribadi yang mampu menerima dirinya secara utuh baik kelebihan maupun kekurangannya.

Berdasarkan rumusan masalah maka diturunkan menjadi tiga pertanyaan penelitian, yaitu:

1. Bagaimana gambaran secara umum penerimaan diri fisik siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung?

2. Bagaimana gambaran setiap aspek penerimaan diri fisik siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung?

(17)

7

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran penerimaan diri fisik siswa sebagai dasar penyusunan program hipotetik SMA Pasundan 2 Bandung Kelas X Tahun Ajaran 2012-2013.

Sedangkan untuk lebih spesifiknya penelitian ini ditujukan untuk memperoleh data empiris tentang:

1. Deskripsi penerimaan diri fisik siswa SMA Pasundan 2 Bandung Kelas X Tahun Ajaran 2012-2013.

2. Gambaran setiap aspek penerimaan diri fisik siswa SMA Pasundan 2 Bandung Kelas X Tahun Ajaran 2012-2013 .

3. Tersusunnya Program bimbingan pribadi sosial yang secara hipotetik dapat meningkatkan penerimaan diri siswa SMA Pasundan 2 Bandung X Tahun Ajaran 2011-2012 .

D. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukannya pencatatan dan analisis data hasil penelitian secara eksak dengan menggunakan perhitungan-perhitungan statistik mengenai penerimaan diri fisik siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung.

Pendekatan metode deskriptif kuantitatif deselaraskan dengan variabel penelitian yang memusatkan diri pada masalah-masalah aktual dan fenomena yang terjadi pada saat sekarang dengan bentuk hasil penelitian berupa angka-angka yang memiliki makna

E. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini akan memberikan dukungan kepada pengembangan atau justifikasi terhadap teori yang telah ada dan juga dapat dijadikan dasar untuk merencanakan tindakan yang sesuai bagi guru pembimbing dalam mengembangkan program bimbingan dan konseling.

(18)

8

Aisha Nadya, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk meningkatkan penerimaan diri fisik siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

a. Bagi peneliti, dapat memperoleh bekal rancangan penanganan permasalahan penerimaan diri fisik siswa

b. Bagi sekolah, dapat dijadikan masukan dalam membantu siswa untuk dapat mengembangkan penerimaan diri fisik di lingkungan sekolah c. Bagi guru pembimbing, dapat mengetahui cara membantu siswa agar

dapat mengembangkan penerimaan diri fisik sehingga menunjang pencapaian keberhasilan siswa di sekolah baik akademik maupun non-akademik

F. Struktur Organisasi Skripsi

Penelitian ini dituliskan dalam lima bab, dengan sistematika sebagai berikut: Bab I Pendahuluan memaparkan latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, lokasi, sampel penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II kajian pustaka mrupakan konsep-konsep/teori-teori dalam bidang yang dikaji, Kerangka Pemikiran merupakan tahapan yang harus ditempuh untuk merumuskan hipotesis dengan mengkaji hubungan teoritis antar variabel penelitian, dan Hipotesis Penelitian merupakan jawaban sementara terhadap suatu masalah yang dirumuskan dalam penelitian.

Bab III Metode penelitian memaparkan lokasi penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, proses pengembangan instrument, teknik pengumpulan data dan analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian dan pembahasan menguraikan tentang pengolahan data, serta pembahasan hasil pengolahan data.

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Pasundan 2 Bandung yang beralamat di Jl. Cihampelas No 167.

2. Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X di SMA Pasundan 2 Bandung. Pertimbangan dalam menentukan populasi penelitian adalah:

1. Siswa kelas X adalah siswa pada tahap usia 15-16 yang berada rentang usia remaja

2. Siswa kelas X adalah masa remaja yang dihadapkan pada permasalahan mengenai perubahan bentuk fisik baik laki-laki dan perempuan serta mulai memperhatikan penampilan fisik yang ideal.

Sampel penelitian diambil secara acak (simple random sampling) yaitu semua populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Menurut Sugiono (2007:120) “simple random sampling dikatakan sederhana (simpel) karena cara pengambilan sampel dari semua anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi dan dilakukan karena anggota populasinya homogen. Secara operasional, penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan pendapat Surakhmad (1998:100) yaitu “bila populasi di bawah 100 dapat dipergunakan sampel sebesar 50%, dan jika berada di antara 100 sampai 1000, maka dipergunakan sampel sebesar 15% - 50% dari jumlah populasi”.

Penentuan jumlah sample dilakukan dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Riduwan (2006:65) yaitu sebagai berikut :

�= 15% + 1000− �

(20)

32

Aisha Nadya, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk meningkatkan penerimaan diri fisik siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dimana :

S = jumlah sampel yang diambil n = jumlah anggota populasi S = 15%+1000-231 (50%-15%)

1000-100 = 15%+ 769 (35%)

900

= 15% + (0.85) (35%) = 15% + 29,75% = 44,5 %

Dengan demikian sampel penelitian diperoleh sebesar 44.5% × 231 = 142,8 dibulatkan menjadi 148

Populasi kelas X SMA Pasundan 2 Bandung tahun ajaran 2012/2013 berjumlah 231 siswa, sehingga sampel yang diambil sebesar 44,5% yang berjumlah 143 siswa.

B. Pendekatan dan Metode Penelitian

Berdasarkan fokus masalah yang telah dirumuskan, pendekatan yang digunakan untuk meneliti penerimaan diri fisik pada siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung tahun ajaran 2012/2013 adalah pendekatan kuantitatif, yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan dan penganalisisan data hasil penelitian dengan menggunakan perhitungan-perhitungan statistik inferensial parametik, mulai dari pengumpulan data, penafsiran sampai penyajian hasilnya. Pendekatan kuantitatif digunakan sebagai dasar pengembangan program.

(21)

33

C. Definisi Operasional Variabel

1. Penerimaan Diri

Burn (1993:294) menyatakan penerimaan diri sebagai tidak adanya sikap sinis terhadap diri sendiri, dan dihubung-hubungkan dengan sikap penerimaan orang lain. Hal ini megindikasikan bahwa orang yang menerima dirinya sendiri memandang dunia ini sebagai sebuah tempat yang lebih menyenangkan dibandingkan dengan orang yang menolak dirinya sendiri dan kurang defensif terhadap orang-orang lain dan mengenali dirinya sendiri dikarenakan sikapnya

Evans (Hurlock, 1993 : 453) menggambarkan penerimaan diri melalui pemahaman dan proses mencakup:

a. Kesadaran diri (Self-awareness)

Kesehatan mental yang baik membutuhkan kesadaran dan pemahaman diri serta apresiasi dari kebutuhan dasar yang menggarisbawahi dan memotivasi tingkah laku individu.

b. Realisasi Diri (Self-Realization)

Individu merasa puas akan apa yang telah dilakukan dan dicapai sesuai dengan kemampuannya, mencerminkan individu yang mau menerima keadaan dirinya dan keterbatasannya. Realisasi diri merupakan proses pengembangan diri dalam membentuk faktor penerimaan diri bagi individu

Sheerer (Cronbach,1963 : 562) menjelaskan mengenai aspek penerimaan diri, yaitu:

a. Perasaan sederajat. Individu menganggap dirinya berharga sebagai manusia yang sederajat dengan orang lain, sehingga individu tidak merasa sebagai orang yang istimewa atau menyimpang dari orang lain. Individu merasa dirinya mempunyai kelemahan dan kelebihan seperti halnya orang lain.

(22)

34

Aisha Nadya, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk meningkatkan penerimaan diri fisik siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

percaya diri, lebih suka mengembangkan sikap baiknya dan mengeliminasi keburukannya , daripada ingin menjadi orang lain, individu akan puas menjadi diri sendiri.

c. Bertanggungjawab. Individu berani memikul tanggungjawab atas perilaku yang dimilikinya. Sifat ini tampak dari perilaku individu yang menerima kritik dan menjadikannya sebagai suatu masukan yang berharga untuk mengembangkan diri.

d. Orientasi keluar diri. Individu lebih mempunyai orientasi diri keluar daripada kedalam diri, tidak malu yang menyebabkan individu lebih suka memperhatikan dan toleran terhadap orang lain, sehingga akan mendapatkan penerimaan sosial dari lingkungan.

e. Berpendirian. Individu lebih suka mengikuti standarnya sendiri daripada mengikuti tekanan sosial. Individu yang mempunyai sikap dan kepercayaan diri atas tindakan yang diperbuatnya daripada mengikuti standar dari orang lain serta mempunyai ide, aspirasi, dan pengharapan diri.

f. Menyadari keterbatasan. Individu tidak menyalahkan diri akan keterbatasannya dan mengingkari kelebihannya. Individu cenderung mempunyai penilaian yang realistik tentang kelebihan dan kekurangannya.

g. Menerima sifat kemanusiaan. Individu tidak menyangkal atas emosi yang dimilikinya dan tidak merasa bersalah secara berlebihan. Individu mengenali perasaan marah, takut atau cemas tanpa menganggapnya sebagai suatu yang harus diingkari atau ditutupi.

(23)

35

Secara operasional penerimaan diri fisik dalam penelitian ini adalah respon siswa terhadap pernyataan tertulis yang dituangkan dalam bentuk instrumen penerimaan diri fisik.

2. Program Bimbingan dan Konseling

Program bimbingan adalah suatu rancangan kegiatan bimbingan dan konseling yang disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan tertentu dan dalam periode tertentu. Jika dikaitkan dengan bimbingan pribadi sosial, maka kegiatan bimbingan yang dimaksud merupakan jenis bimbingan dalam rangka pemberian bantuan kepada konseli yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang harus diatasi agar tidak menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembangan. Jika dikaitkan dengan perilaku penerimaan diri fisik , maka program bimbingannya adalah program yang disusun, direncanakan, dan dilaksanakan dalam rangka meningkatkan penerimaan diri fisik siswa.

D. Instrumen Pengumpulan Data

1. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Kisi-kisi instrumen untuk mengungkap penerimaan diri fisik siswa Kelas X SMA Pasundan 2 Bandung yang dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitian. Instrumen untuk mengukur penerimaan diri adalah kuisioner yang disusun dari pendapat Sheerer (Cronbach,1963 : 562). Instrumen ini terdiri dari tujuh indikator, yaitu perasaan sederajat, percaya akan kemempuan diri, bertanggungjawab, orientasi keluar diri, berpendirian, menyadari keterbatasan, dan menerima sifat kemanusiaan. Kisi-kisi instrumen dari penerimaan diri dapat dilihat pada tabel 3.1

Tabel 3.1

Tabel Kisi-kisi Instrumen Penerimaan Diri Fisik

Aspek Indikator No Item Jumlah

Positif Negatif 1. Perasaan sederajat a. Menyadari kelebihan

fisik.

1, 2, 3 4. 5. 6 6 b. Menyadari kelemahan

fisik.

(24)

36

Aisha Nadya, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk meningkatkan penerimaan diri fisik siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

fisik diri sendiri. 3. Bertanggungjawab a. Menerima kritik

terhadap kondisi fisik 4. Orientasi keluar diri a. Kemampuan

menyapa terlebih 5. Berpendirian a. Memiliki standar

diri

2. Penyusunan Butir-Butir Pernyataan

(25)

37

yang dapat mengungkap informasi yang diperlukan dari subjek penelitian untuk mencapai tujuan dari penelitian.

E. Uji Coba Alat Ukur

Angket sebagai alat pengumpul data, melalui beberapa tahap pengujian yang dapat diuarikan sebagai berikut.

1. Uji Kelayakan Instrumen

Penimbangan butir instrumen bertujuan mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari segi bahasa, konstruk, dan konten. Penimbang dilakukan oleh tiga dosen ahli/dosen dari Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB) untuk mengetahui kelayakan instrumen tersebut. Kelompok penilai terdiri dari Dr. Ipah Saripah, M.Pd., Dra. Hj. SW Indrawati , M.Pd., dan Drs. Sudaryat NA. Masukan dari tiga dosen ahli dijadikan landasan dalam penyempurnaan alat pengumpul data yang dibuat. Penilaian oleh tiga dosen ahli dilakukan dengan memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM). Item yang diberi nilai M menyatakan item dapat digunakan, dan item yang diberi nilai TM menyatakan dua kemungkinan yaitu item tidak dapat digunakan atau diperlukannya revisi pada item.

Berikut adalah kisi-kisi angket setelah melewati uji kelayakan instrumen. Tabel 3.2

Tabel Kisi-kisi Instrumen Penerimaan Diri Fisik Siswa

Aspek Indikator No Item Jumlah

Positif Negatif 1. Perasaan sederajat a. Menyadari kelebihan

fisik.

1, 2 - 3

b. Menyadari kelemahan fisik.

- 3, 4,5 2

(26)

38

Aisha Nadya, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk meningkatkan penerimaan diri fisik siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Bertanggungjawab a. Menerima kritik terhadap kondisi fisik

(27)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan penelitian dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut.

1. Kemampuan penerimaan diri fisik secara umum siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 pada umumnya lebih banyak berada pada kategori tinggi. Artinya, secara umum siswa menunjukkan sikap dengan indikasi 1) memiliki perasaan sederajat, 2) Percaya akan kemampuan diri, 3) bertanggung jawab, 4) berorientasi keluar diri, 5) berpendirian , 6) menyadari keterbatasan, dan 7) menerima sifat kemanusiaan. Tingkat pencapaian dari tiap aspek berada pada kategori tinggi. Pencapaian tiap indikator rata-rata berada pada kategori tinggi kecuali tiga indikator yaitu menyadari keterbatasan fisik, menyadari kelemahan fisik, dan bersikap realistik.

2. Hasil penelitian mengenai program bimbingan dan konseling di SMA Pasundan 2 Bandung, konselor melakukan beberapa tahap: a) Melakukan analisis kebutuhan siswa terhadap layanan bimbingan dan konseling dan disesuaikan dengan visi dan misi sekolah b) Melakukan evaluasi terhadap program pada tahun sebelumnya c) Penyususan program bimbingan dan konseling selama satu tahun pelajaran d) Sosialisasi program bimbingan dan konseling yang telah disusun kepada personel sekolah.

(28)

119

Aisha Nadya, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk meningkatkan penerimaan diri fisik siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dasar, layanan responsif, layanan perencanaan individual dan dukungan sistem

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dan kesimpulan penelitian, program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan penerimaan diri fisik sangat diperlukan. Sehubungan dengan hal tersebut, berikut akan dipaparkan rekomendasi kepada beberapa pihak yang secara langsung terkait kemungkinan upaya pengembangan dan penerapan temuan penelitian.

1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

a. Hasil penelitian menjadi salah satu rujukan evaluasi bagi pengembangan program bimbingan dan konseling selanjutnya.

b. Guru bimbingan dan konseling diharapkan dapat mengimplementasikan program bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan penerimaan diri fisik siswa.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Keterbatasan proses dan hasil penelitian ini tidak dapat dipisahkan dari keterbatasan penyusun skripsi dalam mengelola kegiatan penelitian. Oleh karena itu, kepada peneliti selanjutnya direkomendasikan untuk :

a. Membandingkan gambaran umum penerimaan diri fisik pada setiap jenjang kelas atau jenis kelamin sehingga gambaran yang dihasilkan cenderung dinamis dan menyeluruh.

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, H. (2006). Psikologi perkembangan pendekatan ekologi kaitannya dengan konsep diri, Bandung : PT.Refika Aditama.

Al-Mighwar, M. (2006). Psikologi remaja, Bandung : Pustaka Setia.

Burn, R.B (1993). Konsep Diri : Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku (diterjemahkan oleh Eddy). Jakarta : Arcan

Chaplin, J.P. (2004). Kamus Lengkap Psikologi(diterjemahkan oleh Kartini Kartono). Jakarta. PT. Rajagrafindopersada

Cronbach, L.J. (1963). Educational Psychology. New York: Harcourt, Brace & World, Inc.

Departemen Pendidikan Nasional (2007). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung: Jurusan Psikologi Pendidikan FIP UPI Bandung Bekerjasama dengan PB. ABKIN

Deswita. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Gunarsa, S.P. dan Gunarsa Y.S.D. (1991). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : Gunung Mulia

Hjelle, LA., & Ziegler, D.J. (1992). Personality theories. Singapore : McGraw Holl Book

Hurlock, E.B (1978). Development Psychology : a Life Span Approach. New York. Mc Graw-Hill Book Company

Hurlock E.B. (1993). Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Terjemahan Isti Widayanti). Jakarta: Erlangga.

Jersild, A.T. (1974). The Psychology of Adolescence. New York: Mc Millan Company

Mapiare, A. 1982. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Deharja Rosdakarya Monks, F.J., Knoers, A.M.P., dan Haditono, S.R. (2001). Psikologi

Perkembangan : Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta : GMUP

(30)

119

Aisha Nadya, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk meningkatkan penerimaan diri fisik siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Nurzakiah, Siti. (2010)) Teknik Self-Management dalam Mereduksi Body Dysmorphic Disorder (BDD) pada Remaja. Skripsi pada program sarjana Psikologi Pendidikan dan Bimbingan , UPI Bandung : (tidak diterbitkan)

Rahmayani, Roza. (2010) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Body Dysmorphic Disorder (BDD) pada siswa SMAN 1 Margahayu Kab. Bandung Tahun Ajaran 2010-2011. Skripsi pada program sarjana Psikologi Pendidikan dan Bimbingan , UPI Bandung : (tidak diterbitkan)

Riduwan. (2006). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula.(Edisi keenam). Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. (2007). Metode penelitian Pendekatan; Pendekatan Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suherman, Uman. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani.

Surakhmad, W. (1998). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik. Bandung: Tarsito.

Thompson, J.K., dan Altabe, M. (1990) “Body Image changes during early adulthood” International Journal of Eating Disorder vol 13 pp 323-328.

Winkel. (1991). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Yusuf, Syamsu. dan Nurihsan, Juntika. (2005). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rosda Karya

Yusuf, LN. Syamsu. (2006). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda.

Yusuf, Syamsu. dan Nurihsan, Juntika. (2008). Teori Kepribadian. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Gambar

Tabel 3.2 Tabel Kisi-kisi Instrumen

Referensi

Dokumen terkait

Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 huruf b mempunyai tugas melakukan urusan perencanaan, keuangan, akademik, kemahasiswaan, kepegawaian,

Untuk mempermudah kita dalam memahami cara kerja dari pemantau ruangan dan sistem keamanan ruangan penyimpanan barang-barang berharga dengan menggunakan mikrokontroler

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Persepsi masyarakat belum sepenuhnya paham dan mengerti dengan baik mengenai Geopark Gunung Sewu sebagai

Penentuan shio dalam program sederhana ini dilakukan dengan pertama kali dengan menginput tanggal, bulan dan tahun kelahiran kemudian dilakuakn perhitungan dengan cara

Jadi, perangkat transmisi Uplink berfungsi sebagai pemroses suara dan gambar televisi dari studio televisi ataupun sinyal baseband dari sentral Telekomunikasi untuk dijadikan

proses pembelajaran. Analisis dari hasil belajar peserta didik bermanfaat untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan peserta didik dalam memahami materi yang

Berdasarkan penjelasan yang telah di sampaikan oleh peneliti tentang penelitian yang akan dilaksanakan sesuai judul diatas, yang mempunyai tujuan untuk

Untuk menjawab permasalahan pertama dalam menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi kredit sektor konstruksi perbankan konvensional, penelitian ini menggunakan