• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI REACT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP: Penelitian kuasi eksperimen terhadap siswa kelas VIII disalah satu SMP Negeri di Kabupaten Bandung Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI REACT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP: Penelitian kuasi eksperimen terhadap siswa kelas VIII disalah satu SMP Negeri di Kabupaten Bandung Barat."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

Mega Mustikawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI REACT DALAM MENINGKATKAN

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

(Penelitian kuasi eksperimen terhadap siswa kelas VIII disalah satu SMP Negeri di Kabupaten Bandung Barat)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

oleh

MEGA MUSTIKAWATI

0900354

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Mega Mustikawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI REACT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI

MATEMATIS SISWA SMP

Oleh

Mega Mustikawati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada

Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Mega Mustikawati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Mega Mustikawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

MEGA MUSTIKAWATI

PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI REACT DALAM MENINGKATKAN

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

(Penelitian kuasi eksperimen terhadap siswa kelas VIII disalah satu SMP Negeri di Kabupaten Bandung Barat)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING

Pembimbing I,

Dr. H. Endang Cahya MA, M.Si NIP. 196506221990011001

Pembimbing II,

Tia Purniati, S.Pd., M.Pd. NIP. 197703062006042001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Matematika

(4)

Mega Mustikawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ABSTRACT

Mega Mustikawati (0900354). The Application of Learning Mathematics with REACT strategy in Increasing the Mathematical Communication Ability of Junior High School Students

This research studied about “The Application of Learning Mathematics with REACT strategy in Increasing the Mathematical Communication Ability of Junior High School Students”. The method used in this research was quasi-experimental method using pretes-posttes control group design. The population in this research were the whole grade VIII in one of junior high schools in West Bandung Regency, while the sample were two classes of the population. Learning process in experiment class was conducted by REACT strategy, while the control class using conventional learning. The instruments in this study were a set of tools to test the ability of mathematical communication and questionnaire of students’ attitudes towards learning with REACT strategy. The results showed that students who learnt with REACT strategy had significantly increased the ability of mathematical communication better than students who got conventional learning. Based on the average results of the post-test and index gain, it showed that the mathematical communication skills of the students in experiment class were better than the students in control class. While the quality of its increase based on the average of the index gain of experiment class was in medium interpretation. Meanwhile, the results of the questionnaire showed that the processing of almost all the students gave positive attitudes towards learning mathematics with REACT strategy.

(5)

Mega Mustikawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ABSTRAK

Mega Mustikawati (0900354). Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Strategi REACT dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP.

Penelitian ini mengkaji tentang “Penerapan Pembelajaran Matematika dengan strategi

REACT dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP”. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen menggunakan desain kelompok kontrol pretes-postes (pretes-postes control group design). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII disalah satu SMPN di Kabupaten Bandung Barat, sedangkan sampel yang terpilih adalah dua kelas dari populasi. Pembelajaran di kelas eksperimen dilakukan dengan strategi REACT, sedangkan kelas kontrol menggunakan pembelajaran secara konvensional. Instrumen dalam penelitian ini meliputi seperangkat alat tes kemampuan komunikasi matematis dan angket sikap terhadap pembelajaran dengan strategi REACT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan strategi REACT secara signifikan memiliki peningkatan kemampuan komunikasi matematis yang lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional. Berdasarkan rata-rata hasil postes dan indeks gain, terlihat bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan siswa kelas kontrol. Adapun untuk kulitas peningkatannya berdasarkan rata-rata indeks gain kelas eksperimen peningkatannya berada pada interpretasi sedang. Sementara itu, hasil pengolahan angket menunjukkan bahwa hampir seluruhnya siswa memberikan sikap positif terhadap pembelajaran matematika dengan strategi REACT.

(6)

v Mega Mustikawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR ISI

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Komunikasi Matematis ... 8

B. Pembelajaran Matematika dengan Strategi REACT ... 11

1. Relating (mengaitkan) ... 12

D. Hubungan Antara Pembelajaran dengan Strategi REACT dengan Kemampuan Komunikasi Matematis ... 17

E. Hasil Penelitian yang Relevan ... 19

(7)

vi Mega Mustikawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian ... 21

B. Populasi dan Sampel Penelitian... 21

C. Variabel Penelitian ... 22

D. Instrumen Penelitian ... 22

1. Instrumen Data Kuantitatif ... 22

2. Instrumen Data Kualitatif ... 29

E. Perangkat Pembelajaran ... 30

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 30

2. Lembar Kegiatan Kelompok ... 30

F. Prosedur Penelitian ... 31

1. Tahap Persiapan ... 31

2. Tahap Pelaksanaan ... 31

3. Tahap Analisis Data ... 32

4. Tahap Penulisan Laporan ... 32

G. Teknik Analisis Data ... 33

1. Analisis Data Kuantitatif ... 33

2. Analisis Data Kualitatif ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 40

1. Analisis Data Kuantitatif ... 40

2. Analisis Data Kualitatif ... 50

B. Pembahasan ... 59

1. Kemampuan Komunikasi Matematis ... 59

2. Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Matematika dengan Strategi REACT ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65

LAMPIRAN ... 69

(8)

vii Mega Mustikawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 3.1 Kriteria Skor Kemampuan Komunikasi Matematis ... 23

Tabel 3.2 Klasifikasi Koefisien Korelasi ... 25

Tabel 3.3 Validitas Setiap Butir Soal ... 25

Tabel 3.4 Klasifikasi Reliabilitas... 26

Tabel 3.5 Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 27

Tabel 3.6 Indeks Kesukaran Setiap Butir Soal ... 27

Tabel 3.7 Klasifikasi Daya Pembeda ... 28

Tabel 3.8 Nilai Daya Pembeda Setiap Butir Soal ... 29

Tabel 3.9 Rekapitulasi Analisis Butir Soal ... 29

Tabel 3.10 Kriteria N-Gain (g) ... 36

Tabel 3.11 Kategori Jawaban Angket... 38

Tabel 3.12 Klasifikasi Kategori Angket ... 39

Tabel 4.1 Data Statistik Deskriptif Nilai Pretes ... 41

Tabel 4.2 Data Hasil Uji Normalitas Nilai Pretes ... 42

Tabel 4.3 Data Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Nilai Pretes ... 43

Tabel 4.4 Data Statistik Deskriptif Nilai Postes ... 44

Tabel 4.5 Data Statistik Deskriptif Indeks Gain ... 45

Tabel 4.6 Interpretasi Peningkatan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 45

Tabel 4.7 Data Hasil Uji Normalitas Indeks Gain ... 47

Tabel 4.8 Data Hasil Uji Homogenitas Varians Indeks Gain ... 48

Tabel 4.9 Data Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Indeks Gain ... 49

Tabel 4.10 Skor Data Angket Setiap Siswa dan Kategori Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Matematika dengan Strategi REACT... 51

(9)

viii Mega Mustikawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 4.8 Hasil Observasi Aktivitas Guru ... 55

(10)

ix Mega Mustikawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR DIAGRAM

halaman

Diagram 3.1 Diagram Alur Prosedur Penelitian ... 32

(11)

x Mega Mustikawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

LAMPIRAN A

Lampiran A.1 RPP Kelas Eksperimen ... 70

Lampiran A.2 RPP Kelas Kontrol ... 96

Lampiran A.3 Lembar Kegiatan Kelompok Kelas Eksperimen ... 116

Lampiran A.4 Lembar Kegiatan Siswa Kelas Kontrol ... 137

LAMPIRAN B Lampiran B.1 Kisi-kisi Soal Uji Instrumen/Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 145

Lampiran B.2 Kisi-kisi Soal Postes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 149

Lampiran B.3 Soal Uji Instrumen/Pretes ... 153

Lampiran B.4 Soal Postes ... 154

Lampiran B.5 Kisi-kisi Angket ... 155

Lampiran B.6 Angket ... 156

Lampiran B.7 Lembar Observasi ... 157

LAMPIRAN C Lampiran C.1 Skor Hasil Uji Coba Instrumen Tes ... 161

Lampiran C.2 Hasil Uji Instrumen dengan ANATES Versi 4.0 ... 162

LAMPIRAN D Lampiran D.1 Data Skor Pretes, Postes dan Indeks Gain Kelas Eksperimen... 167

Lampiran D.2 Data Skor Pretes, Postes dan Indeks Gain Kelas Kontrol ... 168

Lampiran D.3 Output Analisis Data Pretes dengan SPSS versi 20.0 for windows ... 169

Lampiran D.4 Output Analisis Data Postes dengan SPSS versi 20.0 for windows ... 171

(12)

xi Mega Mustikawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

LAMPIRAN E

Lampiran E.1 Rekapitulasi Skor Hasil Angket Setiap Siswa ... 175

Lampiran E.2 Rekapitulasi Hasil Lembar Observasi Guru ... 176

Lampiran E.3 Rekapitulasi Hasil Lembar Observasi Siswa ... 177

LAMPIRAN F Lampiran F.1 Contoh Jawaban Uji Instrumen ... 178

Lampiran F.2 Contoh Jawaban Pretes Kelas Eksperimen ... 179

Lampiran F.3 Contoh Jawaban Pretes Kelas Kontrol ... 180

Lampiran F.4 Contoh Jawaban Postes Kelas Eksperimen ... 181

Lampiran F.5 Contoh Jawaban Postes Kelas Kontrol ... 182

Lampiran F.6 Contoh Jawaban LKK Kelas Eksperimen ... 183

Lampiran F.7 Contoh Jawaban LKS Kelas Kontrol ... 204

Lampiran F.8 Contoh Isian Lembar Observasi Guru... 212

Lampiran F.9 Contoh Isian Lembar Observasi Siswa ... 214

Lampiran F.10 Contoh Jawaban Angket Siswa ... 216

LAMPIRAN G Lampiran G.1 Surat Izin Uji Instrumen dan Izin Penelitian ... 218

Lampiran G.2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Uji Instrumen dan Penelitian ... 219

Lampiran G.3 Kartu Bimbingan ... 220

(13)

1 Mega Mustikawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini, perkembangan zaman serta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

sangat berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya

manusia. Tanpa disadari kini Ilmu Pengetahuan dan Tekonologi semakin maju

pesat sehingga mendorong masyarakat di dunia khususnya di Indonesia untuk

selalu mengikuti arah perkembangan tersebut terutama dalam bidang pendidikan.

Menurut Haydar (2008), pendidikan merupakan hal yang sangat penting

dari kehidupan yang keberadaannya menuntut untuk selalu kita penuhi. Hal ini

dilakukan untuk mencetak manusia-manusia yang berkualitas yang dapat bersaing

di masa yang akan datang. Namun kenyataannya tingkat pendidikan di Indonesia

masih jauh dari yang diharapkan, hal ini terjadi karena sarana dan prasarana

pendidikan yang kurang menunjang proses kegiatan belajar dan mengajar dan

sumber daya manusia yang dalam hal ini adalah pendidik yang kurang berkualitas.

Haydar (2008) mengemukakan,

“Dalam perkembangannya sistem pendidikan di Indonesia selalu mengalami perubahan, mulai dari kurikulum yang digunakan hingga standar nilai kelulusan. Setiap tahun standar nilai kelulusan tersebut ditingkatkan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas, namun hal tersebut masih sangat sulit untuk dilakukan, terbukti pada tahun 2005 ribuan siswa SMP dinyatakan tidak lulus. Kebanyakan dari mereka tidak lulus pada mata pelajaran matematika”.

Surianta (2009) mengungkapkan bahwa sampai saat ini matematika masih

dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit, membosankan, bahkan menakutkan.

Mereka beranggapan bahwa matematika itu abstrak dan penuh dengan simbol.

Mereka tidak menyadari bahwa ke depannya matematika menjadi hal yang sangat

penting bagi kehidupan. Setiadi (2010:1) menyatakan bahwa matematika

merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir

dan beragumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah

(14)

2

Mega Mustikawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pengetahuan dan teknologi. Dengan mempelajari matematika maka kita berupaya

untuk selalu berpikir kritis, logis dan mampu mengkomunikasikannya dengan

baik. Oleh karena itu siswa haruslah memiliki kemampuan dasar matematika.

Sumarmo (Indrajaya, 2011:3) mengemukakan bahwa kemampuan dasar

matematika yang diharapkan dimiliki oleh siswa pada jenjang sekolah, dapat

diklasifikasikan dalam lima standar yaitu kemampuan: (1) mengenal, memahami

dan menerapkan konsep, prosedur, prinsip dan ide matematika, (2) menyelesaikan

masalah matematik (mathematical problem solving), (3) bernalar matematik

(mathematical reasoning), (4) melakukan koneksi matematik (mathematical

connection), dan (5) komunikasi matematik (mathematical communication).

Kemampuan komunikasi matematis merupakan salah satu kemampuan

dasar yang sangat penting untuk dimiliki siswa dan pendidik dalam kegiatan

belajar mengajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Darhim (2007:2) bahwa pada

hakikatnya proses belajar mengajar itu merupakan proses komunikasi antara guru

dan siswa. Pentingnya komunikasi juga diungkapkan oleh Kusumah (Asmida,

2009:5) yaitu komunikasi merupakan bagian yang sangat penting dalam

pembelajaran matematika. Melalui komunikasi ide-ide matematika dapat

diekploitasi dalam berbagai perspektif; cara berpikir siswa dapat dipertajam;

pertumbuhan pemahaman dapat diukur; pemikiran siswa dapat dikonsolidasikan

dan diorganisir; pengetahuan matematika dan pengembangan masalah siswa

dikonstruksi; penalaran siswa dapat ditingkatkan; dan komunitas siswa dapat

dibentuk.

Berdasarkan uraian di atas, mengingat kemampuan komunikasi matematis

penting maka peningkatan tersebut haruslah diperhatikan dalam pembelajaran.

Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran

matematika di SMP sampai saat ini belum memperlihatkan hasil yang

memuaskan. Hal ini dipertegas dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Qohar

(2010:5) yaitu terungkap bahwa siswa SMP masih kurang baik dalam melakukan

komunikasi, baik komunikasi melalui lisan atau tulisan. Terutama untuk siswa di

(15)

3

Mega Mustikawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kesulitan untuk mengungkapakan pendapatnya, walaupun sebenarnya ide dan

gagasan sudah ada di pikiran mereka.

Selanjutnya dalam penelitian Kusmaydi (2010:58) menyatakan bahwa dari

32 siswa SMP Negeri 3 Kundur 3 Utara kelas VIII memiliki rata-rata skor

kemampuan komunikasi matematis adalah 14,5 atau 53,70% dari skor ideal,

dengan skor ideal yaitu 27. Berdasarkan penelitiannya diperoleh skor terendah

adalah 9 dan skor tertinggi adalah 23 dari skor ideal. Adapun penelitian yang

dilakukan oleh Sulastri (2009:50) pada siswa SMP Negeri 2 Soreang kelas VIII

yaitu berdasarkan data hasil tes akhir kemampuan komunikasi matematis terlihat

dari 35 siswa memiliki rata-rata skor 50,54 atau 50,54% dari skor ideal dengan

skor ideal yaitu 100. Skor terendah yang diperoleh yaitu 16 dan skor tertinggi

yaitu 90 dari skor ideal. Dari perolehan rata-rata skor, tampak bahwa secara

umum siswa masih kurang dalam kemampuan komunikasi matematis. Hal ini

menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa SMP masih

kurang.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka masalah yang kerap terjadi

pada siswa SMP sampai saat ini yaitu sulitnya siswa dalam mengeluarkan atau

mengkomunikasikan ide dan gagasannya secara matematis. Hal tersebut dapat

terjadi karena proses belajar yang masih berpusat pada guru (teacher centered),

guru cenderung aktif sebagai sumber informasi dan siswa cenderung pasif dalam

menerima pelajaran atau dapat pula dikatakan sebagai pembelajaran secara

konvensional.

Terkait dengan masalah rendahnya kemampuan komunikasi matematis di

SMP, maka sudah saatnya untuk membenahi proses pembelajaran matematika

terutama mengenai strategi yang digunakan. Asmida (2009:7) menyatakan bahwa

rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa akan berimbas pada

rendahnya prestasi belajar siswa di sekolah. Salah satu upaya yang dapat

dilakukan dalam menyikapi masalah tersebut adalah melalui strategi pembelajaran

yang tepat.

Strategi pembelajaran dipandang memiliki peran strategis dalam upaya

(16)

4

Mega Mustikawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

melihat kondisi kebutuhan siswa, sehingga guru diharapkan mampu

menyampaikan materi dengan tepat tanpa mengakibatkan siswa mengalami

kebosanan. Strategi pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan kerjasama

akademik antar siswa, membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa

percaya diri, serta meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas individu

maupun kelompok. Kegiatan melalui aktivitas individu, dapat menjadikan siswa

berpikir sendiri terkait masalah yang diberikan tanpa terpengaruh dari pihak

manapun. Sedangkan dengan kegiatan belajar kelompok dapat terlihat adanya

interaksi antara siswa dengan siswa lainnya serta siswa dengan guru sehingga

terjadi komunikasi pembelajaran.

Menyadari pentingnya suatu strategi untuk meningkatkan kemampuan

komunikasi matematis, maka diperlukan adanya pembelajaran yang menekankan

pada belajar siswa aktif, dengan berbekal kemampuan komunikasi. Oleh karena

itu Asmida (2009:9) menyatakan diperlukan suatu strategi yang berorientasi pada

proses dan produk matematika, belajar tidak begitu saja menerima, belajar harus

bermakna, pengetahuan tidak diterima secara pasif, pengetahuan dikonstruksi

dengan refleksi aksi fisik dan mental siswa yang dilakukan dengan aktivitas dalam

pengetahuan baru yang diperoleh siswa dan belajar merupakan proses sosial yang

dihasilkan dari dialog dan diskusi antar siswa dengan guru dan siswa dengan

teman-temannya. Hal di atas dapat terwujud melalui suatu bentuk pembelajaran

alternatif yang dirancang sedemikian sehingga mencerminkan keterlibatan siswa

secara aktif dalam proses pembelajaran yaitu pembelajaran dengan strategi

REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transferring).

Strategi REACT memiliki lima komponen utama yaitu Relating,

Experiencing, Applying, Cooperating, dan Transferring. Selanjutnya Cord (1999)

menjelaskan lebih rinci kelima komponen tersebut yaitu Relating adalah

pembelajaran yang dimulai dengan cara mengkaitkan konsep-konsep baru yang

akan dipelajari dengan konsep-konsep yang telah dipelajari. Experiencing adalah

pembelajaran yang membuat siswa belajar dengan melakukan kegiatan matematik

melalui eksplorasi, pencarian, dan penemuan. Applying adalah pembelajaran yang

(17)

5

Mega Mustikawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

saling merespon, dan berkomunikasi dengan sesama teman. Transferring adalah

pembelajaran yang menggunakan pengetahuan baru didapatkan kedalam situasi

yang baru.

Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji

peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dalam pembelajaran matematika dengan strategi REACT yang dituangkan dalam judul “Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Strategi REACT dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, maka

rumusan masalah dari penelitian ini yaitu:

1. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang

memperoleh pembelajaran dengan strategi REACT lebih baik daripada siswa

yang memperoleh pembelajaran secara konvensional?

2. Bagaimana kualitas peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa

dengan strategi REACT?

3. Bagaimanakah sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan

strategi REACT?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah pada bagian sebelumnya, adapun tujuan

penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis

siswa yang memperoleh pembelajaran dengan strategi REACT lebih baik

daripada siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional.

2. Untuk mengetahui kualitas peningkatan kemampuan komunikasi matematis

siswa dengan strategi REACT.

3. Untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan

(18)

6

Mega Mustikawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan masukan yang

berarti bagi pihak-pihak berikut:

1. Bagi siswa diharapkan strategi REACT dapat meningkatkan kemampuan

komunikasi matematis.

2. Bagi guru diharapkan strategi REACT dapat menjadi salah satu sumber

alternatif dalam memilih dan mengembangkan pembelajaran dalam

meningkatkan kemampuan komunikasi matematis.

3. Bagi sekolah diharapkan strategi REACT dapat dijadikan sebagai salah satu

alternatif yang dapat diterapkan di sekolah dalam meningkatkan mutu

sekolah.

4. Bagi peneliti dan pembaca diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan

gambaran yang jelas tentang strategi REACT dalam pembelajaran

matematika guna meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

E. Definisi Operasional

1. Kemampuan Komunikasi Matematis

Herdian (2010) mengungkapkan bahwa kemampuan komunikasi

matematis adalah suatu kemampuan siswa dalam menyampaikan sesuatu

yang diketahuinya melalui peristiwa dialog yang terjadi di lingkungan kelas,

dimana terjadi pengalihan pesan. Adapun indikator kemampuan komunikasi

matematis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu (1) memunculkan model

konseptual seperti gambar, diagram, tabel, atau grafik (aspek drawing), (2)

membuat model matematis atau persamaan aljabar (aspek mathematical

expression), dan (3) memberikan penjelasan secara logis dan benar atau

argument verbal yang didasarkan pada analisis terhadap gambar dan

konsep-konsep formal (aspek written text) (Ansari dalam Novianti, 2012:17).

2. Strategi REACT

Cord (1999) mengungkapkan bahwa strategi REACT adalah strategi

dengan pendekatan kontekstual yang memiliki lima komponen utama yaitu

(19)

konsep-7

Mega Mustikawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

konsep baru yang akan dipelajari dengan konsep-konsep yang telah dipelajari,

Experiencing adalah pembelajaran yang membuat siswa belajar dengan

melakukan kegiatan matematik melalui eksplorasi, pencarian, dan penemuan,

Applying adalah pembelajaran yang membuat siswa mengaplikasikan konsep,

Cooperating saling berbagi, saling merespon, dan berkomunikasi dengan

sesama teman, sedangkan Transferring adalah pembelajaran yang

menggunakan pengetahuan baru didapatkan kedalam situasi yang baru.

3. Pembelajaran Secara Konvensional

Ruseffendi (Siregar, 2012:37) menyatakan bahwa pembelajaran secara

konvensional (biasa) pada umumnya mempunyai kekhasan tertentu, lebih

mengutamakan hasil daripada proses dan pengajaran yang berpusat pada

(20)

21 Mega Mustikawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi

eksperimen. Terpilihnya metode kuasi eksperimen karena peneliti tidak memilih

siswa untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, tetapi peneliti

menggunakan kelas yang ada. Menurut Ruseffendi (2005:52) pada penelitian

dengan metode kuasi eksperimen subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi

peneliti menerima keadaan subjek seadanya. Adapun desain penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah desain kelompok pretes-postes (pretes

-postes control group design). Dasar pertimbangan untuk memilih desain ini

adalah karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan

kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran

matematika dengan strategi REACT dan siswa yang memperoleh pembelajaran

secara konvensional. Dengan demikian, desain kelompok pretes-postes (pretes

-postes control group design) menurut (Ruseffendi, 2005:53) dapat digambarkan

sebagai berikut:

O X O

O O

Keterangan:

O : Pretesdan postes.

X : Kelas yang mendapat perlakuan pembelajaran dengan strategi REACT

dalam kelompok (kelas eksperimen).

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII disalah satu

SMPN di Kabupaten Bandung Barat. Sedangkan untuk sampelnya akan dipilih

dua kelas dari populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan

teknik Non probability sampling yaitu dengan Purposive Sampling. Menurut

(21)

22

Mega Mustikawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pertimbangan tertentu. Alasan pemilihan sampel dengan purposive sampling

karena kedua kelompok tidak dilakukan keacakan sesungguhnya, hanya

berdasarkan kelas yang ada.

C. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2011:61) variabel bebas (independent variable) adalah

variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel terikat (dependent variable). Sedangkan variabel terikat

(dependent variable) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat

karena adanya variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

penerapan pembelajaran matematika dengan strategi REACT, sedangkan variabel

terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan komunikasi matematis.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes dan

non-tes. Instrumen tes berupa instrumen data kuantitatif yaitu tes kemampuan

komunikasi matematis, sedangkan instrumen non-tes berupa instrumen data

kualitatif yaitu angket dan lembar observasi. Data-data tersebut diperlukan untuk

menguji hipotesis dan menarik kesimpulan. Oleh sebab itu dibuatlah seperangkat

instrumen yang terdiri dari instrumen data kuantitatif dan instrument data

kualitatif.

1. Instrumen Data Kuantitatif

a. Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

Tes kemampuan komunikasi matematis terdiri dari pretes dan

postes. Tes ini dikembangkan berdasarkan pada indikator kemampuan

komunikasi matematis. Tes yang digunakan adalah tes tertulis berbentuk

uraian (subjektif).

Pretes dan postes dilakukan untuk mengamati perbedaan hasil

belajar yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dilangsungkan

pada kelas eksperimen yang mendapat pembelajaran dengan strategi

(22)

23

Mega Mustikawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

konvensional. Pretes dilakukan pada awal pembelajaran yang bertujuan

untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberi perlakuan.

Sedangkan postes dilakukan di akhir pembelajaran yang bertujuan untuk

mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa setelah diberi

perlakuan.

Adapun kriteria pemberian skor untuk tes kemampuan komunikasi

matematis yang berpedoman pada Holistic Scoring Rubrics yang

dikemukakan oleh Cai, Lane, dan Jakabcsin (Ansari dalam Setiadi,

2010:39) yaitu:

Tabel 3.1

Kriteria Skor Kemampuan Komunikasi Matematis

Skor Menulis

0 Tidak ada jawaban, kalaupun ada menunjukkan tidak memahami konsep sehingga informasi yang diberikan tidak berarti apa-apa. 1 Hanya sedikit dari

2 Penjelasan secara matematis masuk 3 Penjelasan secara

matematis masuk

4 Penjelasan secara matematis masuk akal, benar, dan tersusun secara lengkap.

(23)

24

Mega Mustikawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sebelum instumen tes diberikan kepada siswa dalam proses

penelitian, instrumen tes terlebih dahulu dikonsultasikan kepada dosen

pembimbing kemudian diujicobakan kepada siswa di luar sampel yang

telah mempelajarai materi yang akan dijadikan sebagai penelitian.

Setelah data hasil uji coba diperoleh kemudian dianalisis untuk

mengetahui validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya

pembedanya dari soal-soal tersebut yaitu butir demi butir untuk diteliti

kualitasnya. Perhitungan yang dilakukan menggunakan bantuan program

Anates Versi 4.0.

1) Validitas

Suherman dan Kusumah (1990:135) mengemukakan bahwa suatu

alat evaluasi disebut valid (absah atau sahih) apabila alat tersebut mampu

mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Oleh karena itu

keabsahannya tergantung pada sejauh mana ketepatan alat evaluasi itu

dalam melaksanakan fungsinya.

Menurut Ruseffendi (2006:125) validitas suatu tes ialah ketetapan

tes itu mengukur apa yang semestinya diukur. Besarnya tingkat ketetapan

(koefisien) validitas ini berkisar antara -0,1 dan +0,1. Untuk

mendapatkan validitas butir soal bisa digunakan rumus Product Moment

Pearson (Suherman dan Kusumah, 1990:154), yaitu:

Keterangan:

: Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y.

: Skor siswa pada tiap butir soal.

: Skor total tiap siswa.

: Jumlah siswa.

Hasil perhitungan koefisien korelasi diinterpretasikan dengan

menggunakan kriteria pengklasifikasian dari Guilford (Suherman dan

(24)

25

Mega Mustikawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.2

Klasifikasi Koefisien Korelasi

Besarnya rxy Interpretasi

Validitas sangat tingggi (sangat baik) Validitas tinggi (baik)

Validitas sedang (cukup) Validitas rendah (kurang) Validitas sangat rendah

Tidak valid

Selanjutnya melalui uji validitas dengan menggunakan Anates

4.0, diperoleh hasil uji validitas tiap butir soal yang disajikan pada Tabel

3.3 berikut ini:

Tabel 3.3

Validitas Setiap Butir Soal

No Soal Koefisien Validitas

Signifikansi

Korelasi Interpretasi

1 0,66 signifikan Validitas tinggi (baik)

2 0,54 - Validitas sedang (cukup)

3 0,51 - Validitas sedang (cukup)

4 0,52 - Validitas sedang (cukup)

5 0,62 signifikan Validitas tinggi (baik)

Berdasarkan tabel 3.3 diatas, diperoleh bahwa hasil pengolahan

data untuk tiap butir soal yaitu soal nomor 1 dan 5 berkolerasi tinggi,

artinya soal nomor 1 dan 5 validitasnya tinggi (baik). Untuk soal nomor

2, 3, dan 4 berkolerasi sedang, artinya soal nomor 2, 3, dan 4 validitasnya

sedang (cukup).

2) Reliabilitas

Reliabilitas suatu alat ukur dimaksudkan sebagai suatu alat yang

memberikan hasil yang tetap sama (konsisten, ajeg), hasil pengukuran itu

harus tetap sama (relatif sama) jika pengukurannya diberikan pada

subyek yang sama meskipun dilakukan oleh orang, waktu dan tempat

yang berbeda, tidak terpengaruh oleh pelaku, situasi dan kondisi

(25)

26

Mega Mustikawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mencari koefisien reliabilitas bentuk uraian dikenal dengan rumus Alpha

(Suherman dan Kusumah, 1990:194), yaitu:

Keterangan:

r11 : Koefisien reliabilitas.

n : Banyak butir soal (item).

: Jumlah varians skor tiap item.

: Varians skor total.

Untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi dapat

digunakan tolak ukur yang dibuat oleh Guilford (Suherman dan

Kusumah, 1990:177) yaitu:

Tabel 3.4

Klasifikasi Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas ( ) Interpretasi

Derajat reliabilitas sangat rendah Derajat reliabilitas rendah Derajat reliabilitas sedang Derajat reliabilitas tinggi Derajat reliabilitas sangat tinggi

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan Anates 4.0,

diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,27. Dari Tabel 3.4 dapat diambil

kesimpulan bahwa soal tes kemampuan komunikasi matematis memiliki

derajat reliabilitas yang rendah atau secara keseluruhan butir soal

memiliki derajat reliabilitas rendah.

3) Indeks Kesukaran

Suherman dan Kusumah (1990:212) mengungkapkan bahwa

derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang

disebut Indeks Kesukaran. Bilangan tersebut adalah bilangan real pada

interval (kontinum) 0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks

kesukaran mendekati 0,00 berarti butir soal tersebut terlalu sukar,

sebaliknya soal dengan indeks kesukaran 1,00 berarti soal tersebu terlalu

(26)

27

Mega Mustikawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Rumus untuk menentukan indeks kesukaran (Sari, -:2) yaitu:

Keterangan:

TK : Indeks tingkat kesukaran butir soal.

SA : Jumlah skor kelompok atas.

SB : Jumlah skor kelompok bawah.

IA : Jumlah skor ideal kelompok atas.

IB : Jumlah skor ideal kelompok bawah.

Klasifikasi indeks kesukaran yang paling banyak digunakan

menurut Suherman dan Kusumah (1990:213) adalah:

Tabel 3.5

Klasifikasi Indeks Kesukaran

Indeks Kesukaran (IK) Klasifikasi

IK = 0,00 Soal terlalu sukar

0,00 < IK ≤ 0,30 Soal sukar

0,30 < IK ≤ 0,70 Soal sedang

0,70 < IK ≤ 1,00 Soal mudah

IK = 1,00 Soal terlalu mudah

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan Anates

4.0, diperoleh indeks kesukaran tiap butir soal tes yang terangkum dalam

Tabel 3.6 berikut ini:

Tabel 3.6

Indeks kesukaran Setiap Butir Soal

No Soal Indeks Kesukaran (IK/TK) Klasifikasi

1 0,56 Soal sedang

2 0,55 Soal sedang

3 0,69 Soal sedang

4 0,47 Soal sedang

5 0,59 Soal sedang

Dari tabel 3.6 diperoleh bahwa soal tes kemampuan komunikasi

matematis yang terdiri dari lima butir soal, kelima soal tersebut memiliki

(27)

28

Mega Mustikawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4) Daya Pembeda

Menurut Suherman dan Kusumah (1990:199-200) daya pembeda

dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal

tersebut mampu membedakan antara siswa yang mengetahui jawabannya

dengan benar dengan siswa yang tidak dapat menjawab soal tersebut atau

siswa yang menjawab salah. Dengan kata lain, daya pembeda suatu butir

soal adalah kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara siswa

yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.

Rumus untuk menentukan daya pembeda tiap butir soal menurut

Suherman (Sari, 2012:63) yaitu:

Keterangan:

DP : Daya Pembeda.

SA : Jumlah skor pada kelompok atas pada butir soal yang diolah.

SB : Jumlah skor pada kelompok bawah pada butir soal yang diolah.

IA : Jumlah skor ideal salah satu kelompok pada butir soal yang dipilih.

Klasifikasi untuk daya pembeda yang banyak digunakan menurut

Suherman dan Kusumah (1990:202) adalah:

Tabel 3.7

Klasifikasi Daya Pembeda

Daya Pembeda (DP) Klasifikasi

DP ൑ 0,00 Sangat jelek

0,00 < DP ൑ 0,20 Jelek

0,20 < DP ൑ 0,40 Cukup

0,40 < DP ൑ 0,70 Baik

0,70 < DP ൑ 1,00 Sangat baik

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan Anates

4.0 diperoleh daya pembeda tiap butir soal tes yang terangkum dalam

(28)

29

Mega Mustikawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.8

Nilai Daya Pembeda Setiap Butir Soal

No Soal Daya Pembeda (DP) Klasifikasi

1 0,30 cukup

2 0,40 cukup

3 0,43 baik

4 0,52 baik

5 0,55 baik

Berdasarkan Tabel 3.8 di atas, dapat diuraikan bahwa soal nomor 1

dan 2 memiliki daya pembeda cukup. Sedangkan soal nomor 3, 4, dan 5

memiliki daya pembeda baik.

Berikut ini ditampilkan secara keseluruhan analisis setiap soal

(rekapitulasi analisis butir soal) yaitu:

Reliabilitas: 0,27 (interpretasi rendah)

Tabel 3.9

Rekapitulasi Analisis Butir Soal

No Soal

Validitas Indeks Kesukaran Daya Pembeda

Keterangan Koefisien

Validitas Interpretasi IK Klasifikasi DP Klasifikasi

1 0,66 Baik 0,56 sedang 0,30 cukup Digunakan

2 0,54 Cukup 0,55 sedang 0,40 cukup Digunakan

3 0,51 Cukup 0,69 sedang 0,43 baik Digunakan

4 0,52 Cukup 0,47 Sedang 0,52 baik Digunakan

5 0,62 Baik 0,59 Sedang 0,55 baik Digunakan

Berdasarkan validitas butir soal, reliabilitas, daya pembeda dan

indeks kesukaran dari setiap butir soal yang diuji cobakan, maka semua

soal digunakan sebagai instrumen tes dalam penelitian ini.

2. Instrumen Data Kualitatif

a. Angket

Angket adalah sebuah daftar pertanyaan atau pernyataan yang

digunakan untuk mengukur sikap siswa terhadap pembelajaran dengan

strategi REACT. Pengisian angket tersebut diberikan kepada siswa kelas

eksperimen dan dilakukan pada akhir penelitian yaitu setelah siswa

melakukan postes. Skala yang digunakan dalam angket tersebut ialah

(29)

30

Mega Mustikawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tidak setuju, serta sangat tidak setuju. Pada skala ini tidak menggunakan

opsi netral seperti kurang setuju, agar sikap dari siswa tidak ada yang

menyatakan ragu-ragu.

b. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan suatu lembaran pengamatan

instrumen yang menyatakan data tentang sikap guru dan siswa dalam

kegiatan belajar dan mengajar yang bertujuan untuk mengetahui

keterlaksanaan pembelajaran dengan strategi REACT yang sedang

berlangsung. Observer dalam penelitian ini adalah rekan sesama

mahasiswa. Hasil dari observasi tersebut menjadi bahan evaluasi dan

bahan masukan bagi peneliti agar pertemuan-pertemuan berikutnya

menjadi lebih baik.

E. Perangkat Pembelajaran

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan rencana

kegiatan pembelajaran yang menggambarkan prosedur pembelajaran yang

dibuat oleh guru untuk setiap pertemuan sebagai persiapan mengajar,

sehingga pelaksanaan pembelajaran terorganisir, sistematis dan lebih terarah

serta dapat mencapai tujuan yang diinginkan dengan mengacu pada satu

kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi.

2. Lembar Kegiatan Kelompok (LKK)

Lembar Kegiatan Kelompok (LKK) merupakan panduan

pembelajaran yang didalamnya terdapat materi pelajaran dan

masalah-masalah yang harus dikerjakan oleh siswa pada kelas eksperimen, sedangkan

kelas kontrol menggunakan LKS yang berisi soal-soal latihan terhadap materi

yang telah dijelaskan oleh guru. LKK tersebut dimaksudkan untuk

memperlancar kegiatan belajar mengajar dan untuk mengembangkan

kemampuan komunikasi matematis siswa, dengan menggunakan LKK siswa

berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajarnya. LKK tersebut disusun sesuai

(30)

31

Mega Mustikawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

F. Prosedur Penelitian

Secara garis besar, penelitian ini dilakukan dalam empat tahap yaitu:

1. Tahap Persiapan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini yaitu:

a. Mengidentifikasi permasalahan mengenai bahan ajar, merencanakan

pembelajaran, serta alat dan bahan yang akan digunakan.

b. Melakukan observasi ke tempat penelitian sekaligus melakukan

perizinan tempat untuk penelitian.

c. Membuat instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran (RPP,

LKK, dan LKS).

d. Melakukan proses bimbingan dengan dosen pembimbing.

e. Melaksanakan uji coba instrumen penelitian kepada siswa di luar

sampel penelitian.

f. Menganalisis kualitas instrumen.

g. Merevisi instrumen penelitian (jika diperlukan).

h. Pemilihan sampel penelitian dari populasi yang telah ditentukan.

i. Menghubungi kembali pihak sekolah untuk teknis pelaksanaan

penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini yaitu:

a. Memberikan pretes terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran terhadap kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Untuk kelas eksperimen, pembelajaran dilakukan

dengan strategi REACT. Sedangkan untuk kelas kontrol,

pembelajaran dilakukan dengan pembelajaran secara konvensional.

c. Melakukan observasi yang dibantu oleh rekan mahasiswa.

d. Memberikanpostes terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol.

e. Memberikan angket pada pertemuan akhir yaitu setelah postes

(31)

32

Mega Mustikawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Tahap

Persiapan

· Identifikasi permasalahan. · Melakukan observasi

dan perizinan. · Membuat instrumen

penelitian, RPP, LKK, dan LKS.

· Melakukan bimbingan · Melaksanakan uji coba

instrumen. · Analisis kualitas

instrumen. · Merevisi instrumen · Memilih sampel dan

populasi.

· Menghubungi kembali pihak sekolah.

Tahap Pelaksanaan

· Memberikan pretes pada kelas eksperimen dan kontrol.

· Melaksanakan kegiatan pembelaran.

· Melakukan observasi. · Memberikanpostes

pada kelas eksperimen dan kontrol.

· Memberikan angket kepada siswa kelas

3. Tahap Analisis Data

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:

a. Mengumpulkan hasil data kuantitatif dan kualitatif dari dua kelas.

b. Mengolah dan menganalisis hasil data kuantitatif berupa pretes dan

postes.

c. Mengolah dan menganalisis data kualitatif berupa hasil angket dan

lembar observasi.

d. Mengkonsultasikan hasil pengolahan data dengan dosen

pembimbing.

4. Tahap Penulisan Laporan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini dalah:

a. Membuat kesimpulan hasil penelitian berdasarkan hipotesis yang

telah dirumuskan.

b. Menyusun laporan hasil penelitian.

c. Merevisi laporan setelah melakukan bimbingan.

Berikut ini disajikan diagram alur prosedur penelitian:

Diagram 3.1

(32)

33

Mega Mustikawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

G. Teknik Analisis Data

Pengumpulan data dilakukan pada setiap kegiatan siswa dan situasi yang

berkaitan dengan penelitian menggunakan instrumen berupa tes, angket dan

lembar observasi. Tes yang diberikan berupa pretes dan postes yang diberikan

pada dua kelas eksperimen. Angket hanya diberikan kepada kelas eksperimen

untuk melihat sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan strategi

REACT. Untuk menunjang kebenaran dari jawaban siswa terhadap pengisian

angket, maka dilengkapi dengan lembar observasi yang diisi oleh observer.

Setelah data terkumpul, kemudian data dikategorikan ke dalam jenis data

kuntitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil pretes dan

postes, sedangkan data kualitatif meliputi data hasil pengisian angket dan lembar

observasi. Selanjutnya data kuantitatif dan kualitatif tersebut dianalisis atau diolah

melalui langkah-langkah sebagai berikut.

1. Analisis Data Kuantitatif

Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan uji

statistik terhadap hasil data pretes dan postes yang kemudian diolah

menggunakan software SPSS versi 20.0 for windows. Analisis data yang

dilakukan yaitu.

a. Analisis Data Pretes

Pengolahan data pretes dilakukan untuk mengetahui kemampuan

awal kelas eksperimen dan kelas kontrol, apakah kedua kelas memiliki

kemampuan yang sama atau tidak. Tahap analisis data pretes yaitu:

1) Menganalisis Data secara Deskriptif

Sebelum melakukan pengujian terhadap data hasil pretes,

terlebih dahulu dilakukan perhitungan terhadap deskripsi data yang

meliputi nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata dan standar

deviasi (simpangan baku). Hal ini perlu dilakukan sebagai langkah

awal dalam melakukan pengujian hipotesis.

2) Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan uji statistik yang digunakan untuk

(33)

34

Mega Mustikawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov. Apabila hasil pengujian kedua kelas berdistribusi normal

maka selanjutnya dilakukan uji homogenitas, tetapi jika salah satu

atau kedua data tidak berdistribusi normal, maka pengujian

selanjutnya menggunakan statistik non-parametrik dengan uji Mann

Whitney.

3) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua

kelas memiliki varians yang sama atau tidak. Apabila kedua kelas

mempunyai varians yang sama maka kedua kelompok tersebut

homogen. Untuk melakukan uji homogenitas, digunakan uji

Levene’s.

4) Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui

apakah rata-rata skor pretes kedua kelas sama atau tidak. Ketentuan

pengujiannya yaitu:

a) Jika data berdistribusi normal dan memiliki varians yang

homogen, maka pengujian dilakukan menggunakan uji t.

b) Jika data berdistribusi normal tetapi tidak homogen, maka

pengujiannya dilakukan menggunakan uji t’.

b. Analisis Data Postes

Pengolahan data postes dilakukan untuk mengetahui apakah

kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang memperoleh

pembelajaran dengan strategi REACT lebih baik daripada siswa yang

memperoleh pembelajaran secara konvensional. Tahap analisis data

postesyaitu:

1) Menganalisis Data secara Deskriptif

Sebelum melakukan pengujian terhadap data hasil postes,

terlebih dahulu dilakukan perhitungan terhadap deskripsi data yang

(34)

35

Mega Mustikawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

deviasi (simpangan baku). Hal ini perlu dilakukan sebagai langkah

awal dalam melakukan pengujian hipotesis.

2) Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan uji statistik yang digunakan untuk

mengetahui apakah data kedua kelas berdistribusi normal atau tidak.

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov. Apabila hasil pengujian kedua kelas berdistribusi normal

maka selanjutnya dilakukan uji homogenitas, tetapi jika salah satu

atau kedua data tidak berdistribusi normal, maka pengujian

selanjutnya menggunakan statistik non-parametrik dengan uji Mann

Whitney.

3) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua

kelas memiliki varians yang sama atau tidak. Apabila kedua kelas

mempunyai varians yang sama maka kedua kelompok tersebut

homogen. Untuk melakukan uji homogenitas, digunakan uji

Levene’s.

4) Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui

apakah kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen

lebih baik daripada kelas kontrol atau tidak. Ketentuan pengujiannya

yaitu:

a) Jika data berdistribusi normal dan memiliki varians yang

homogen, maka pengujian dilakukan menggunakan uji t.

b) Jika data berdistribusi normal tetapi tidak homogen, maka

pengujiannya dilakukan menggunakan uji t’.

c. Analisis Data Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis

Apabila data hasil pretes kelas kontrol dan eksperimen

menunjukkan kemampuan yang sama, maka data yang digunakan untuk

(35)

36

Mega Mustikawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

postes. Akan tetapi, jika hasil pretes kelas kontrol dan eksperimen

menunjukkan kemampuan yang berbeda, maka data yang digunakan

adalah data indeks gain (gain ternormalisasi). Menurut Hake (Izzati,

2010:69) gain ternormalisasi (normalized gain) dihitung dengan rumus

berikut:

Adapun kriteria gain ternormalisasi menurut Hake (Meltzer dalam Izzati,

2010:69) yaitu:

Tabel 3.10 Kriteria N-Gain (g)

BesarGain (g) Interpretasi

g൒ 0,700 Tinggi

0,300 ൑g < 0,700 Sedang

g < 0,300 Rendah

Analisis dilakukan untuk melihat peningkatan kemampuan

komunikasi matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran

dengan strategi REACT dengan siswa yang memperoleh pembelajaran

secara konvensional. Tahap analisis data indeks gain yaitu:

1) Menganalisis Data secara Deskriptif

Sebelum melakukan pengujian terhadap data hasil indeks

gain, terlebih dahulu dilakukan perhitungan terhadap deskripsi data

yang meliputi nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata dan standar

deviasi (simpangan baku). Hal ini perlu dilakukan sebagai langkah

awal dalam melakukan pengujian hipotesis.

2) Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan uji statistik yang digunakan untuk

mengetahui apakah sebaran skor indeks gain berasal dari populasi

yang berdistribusi normal atau tidak normal. Uji normalitas

dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Apabila

kedua kelas memiliki indeks gain berdistribusi normal maka

(36)

37

Mega Mustikawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kedua data tidak berdistribusi normal, maka pengujian selanjutnya

menggunakan statistik nonparametrik dengan uji Mann Whitney.

3) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah indeks

gain kedua kelas memiliki varians yang sama atau tidak. Apabila

kedua kelas mempunyai varians yang sama maka kedua kelas

tersebut homogen. Untuk melakukan uji homogenitas, digunakan uji

Levene’s.

4) Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui

apakah kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen

lebih baik daripada kelas kontrol atau tidak. Ketentuan pengujiannya

yaitu:

a) Jika data berdistribusi normal dan memiliki varians yang

homogen, maka pengujian dilakukan menggunakan uji t.

b) Jika data berdistribusi normal tetapi tidak homogen, maka

pengujiannya dilakukan menggunakan uji t’.

Berikut ini disajikan diagram prosedur pengolahan data kuantitatif:

Data: Pretes,

Uji Perbedaan Dua Rata-rata (Uji t)

Uji Non-Parametrik (Mann Whitney)

Uji Perbedaan Dua Rata-rata (Uji t’)

(37)

38

Mega Mustikawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Analisis Data Kualitatif

Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data kualitatif yang

diperoleh sebagai berikut:

a. Angket

Menurut Suherman dan Kusumah (1990:235) dalam menganalisis

hasil angket, skala kualitatif ditransfer ke dalam skala kuantitatif. Untuk

pernyataan yang bersifat positif (favorable) kategori SS diberi skor

tertinggi, makin menuju ke STS skor yang diberikan berangsur-angsur

menurun. Sebaliknya untuk pernyataan yang bersifat negatif

(unfavorable) untuk kategori SS diberi skor terendah, makin menuju ke

STS skor yang diberikan berangsur-angsur makin tinggi.

Setiap jawaban siswa pada angket tersebut diberi bobot, dan

pembobotan yang dipakai menurut Suherman dan Kusumah (1990:236)

yaitu:

Tabel 3.11

Kategori Jawaban Angket

Jenis Pernyataan Skor

SS S TS STS

Favorable 5 4 2 1

Unfavorable 1 2 4 5

Setelah pengskoran, kemudian dilakukan pengolahan dengan cara

menentukan rata-rata skor siswa. Jika rata-rata skor siswa terhadap

pernyataan lebih besar dari 3, maka siswa memiliki sikap positif. Jika

rata-rata siswa kurang dari 3, maka siswa memiliki sikap negatif. Setelah

siswa ditentukan memiliki sikap positif atau negatif, maka langkah

selanjutnya adalah menentukan persentase banyaknya siswa yang

mendapatkan respon positif dengan banyaknya siswa secara keseluruhan

yang menjadi sampel penelitian. Persentase dalam angket dihitung

(38)

39

Mega Mustikawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Keterangan:

P : Persentase jawaban.

f : Frekuensi jawaban.

n : Banyaknya siswa (responden).

Persentase yang dihasilkan diinterpretasikan atau diklasifikasikan

menggunakan panduan berikut (Wahyudi, 2012:30).

Tabel 3.12

Klasifikasi Kategori Angket Besar Presentase Interpretasi

P = 0% Tak seorang pun

0% < P < 25% Sebagian kecil

25% ൑ P < 50% Hampir setengahnya

P = 50% Setengahnya

50% < P < 75% Sebagian besar 75% ൑ P < 100% Hampir seluruhnya

P = 100% Seluruhnya

b. Lembar Observasi

Data hasil observasi dianalisis dan diinterpretasikan berdasarkan

hasil pengamatan selama pembelajaran matematika dengan strategi

REACT. Pengolahan atau penganalisisan lembar observasi dilakukan

(39)

64 Mega Mustikawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan mengenai penerapan

pembelajaran matematika dengan strategi REACT dalam meningkatkan

kemampuan komunikasi matematis siswa di salah satu SMP Negeri di Kabupaten

Bandung Barat, diperoleh kesimpulan:

1. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh

pembelajaran dengan strategi REACT lebih baik daripada siswa yang

memperoleh pembelajaran secara konvensional.

2. Kualitas peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dengan

strategi REACT tergolong sedang.

3. Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan strategi REACT

menunjukkan sikap yang positif.

B. Saran

Berdasarkan uraian pada hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan,

mengenai penerapan pembelajaran matematika dengan strategi REACT untuk

meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa, saran yang dapat

disampaikan sebagai berikut:

1. Strategi REACT dapat dijadikan sabagai salah satu alternatif pembelajaran

matematika karena dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis

siswa SMP.

2. Penelitian selanjutnya mengenai strategi REACT dapat dilakukan pada

materi, indikator dan kompetensi matematika yang berbeda dengan subyek

(40)

65 Mega Mustikawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Asmida. (2009). Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui Pendekatan Realistik. Tesis PPS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

CORD. (1999). Teaching Mathematics Contextually. [Online]. Tersedia: http://www.cord.org/the-react-learning-strategy/ [23 Desember 2012].

Crawford, M. L. (2001). Teaching Contextually: Research, Rational, and Techniques for Improving Student Motivation and Achievement in

Mathematics Sciences. [Online]. Tersedia:

http://www.cord.org/contextual-classroom-resources/ [23 Desember 2012].

Dainah, E. (2012). Implementasi Model Pembelajaran Advance Organizer dengan Bantuan Macromedia Flash untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMA: Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas X

SMA Negeri 6 Bandung. [Online]. Tersedia:

http://repository.upi.edu/skripsiview.php?no_skripsi=11172 [10 Maret 2012].

Darhim. (2007). Workshop Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.

Haydar, L. (2008). Means End Analysis. [Online]. Tersedia: http://haydar198.multiply.com/journal/item/7/MEANS_END_ANALYSIS ?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem [14 Oktober 2011].

Herdian. (2010). Kemampuan Komunikasi Matematika. [Online]. Tersedia:

http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-komunikasi-matematis/ [24 Maret 2012].

Holil, A. (2012). Teori Bermakna Menurut Ausubel. [Online]. Tersedia:

http://sriwiyantispd.blogspot.com/2012/07/teori-belajar-bermakna-menurut-ausubel.html [23 Desember 2012].

Indrajaya U. (2011). Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas melalui Pembelajaran

Kooperatif Berbantuan Maple. [Online]. Tersedia:

(41)

66

Mega Mustikawati, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Izzati. (2010). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematika pada Tingkat Koneksi dan Analitis Siswa MTs Negeri melalui Pembelajaran Kolaboratif

MURDER. Tesis PPS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Kementrian Pendidikan Malaysia. (2001). Pembelajaran Secara Konstruktivisme. Malaysia: Pusat Perkembangan Kurikulum.

Kurniawan, I. (2011). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

dengan Metode Course Review Horay. Skripsi pada FPMIPA UPI.

Bandung: Tidak Diterbitkan.

Kusmaydi. (2010). Pembelajaran Matematika Realistik untuk Meningkatkan

Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP.

Tesis PPS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Novianti, D. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. Skripsi pada FPMIPA UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Qohar, A. (2010). Mengembangkan Kemampuan Pemahaman, Koneksi dan Komunikasi Matematis serta Kemandirian Belajar Matematis Siswa SMP melalui Reciprocal Teaching. Bandung: Disertasi PPS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Ruseffendi, E.T. (2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Rusmiati, S. (2010). Penerapan Model Missouri Mathematics Project (MMP) untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. Skripsi pada FPMIPA UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Safutra, N.Y. (2012). Pencapaian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP dalam

Pembelajaran Matematika dengan Strategi REACT. Skripsi pada

FPMIPA UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Gambar

Tabel 4.8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa .............................................
Tabel 3.1 Kriteria Skor Kemampuan Komunikasi Matematis
Tabel 3.2 Klasifikasi Koefisien Korelasi
Tabel 3.4 Klasifikasi Reliabilitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Field Ground Truthing Data Collector is one of the four key components of the NASA funded ICCaRS project, being developed in Southeast Michigan. The ICCaRS ground truthing

Dari uraian latar belakang, dapat dirumuskan penelitian sebagai berikut: bagaimana hubungan olahraga dan aktivitas harian dengan indeks massa tubuh pada

Seperti yang telah dijelaskan oleh Sugiyono (2014, hlm. 147) bahwa statistik deskriptif adalah statistik yang digunakn untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau

Kehidupan sosial kemasyarakatan yang kokoh dan berbudaya yang bercirikan tingginya pemanfaatan modal sosial dalam pembangunan, meningkatnya ketahanan keluarga,

Permintaan yang melebihi kapasitas akan membuat produk yang dibuat tidak akan.. selesai pada waktu yang telah disepakati, sehingga perusahaan

Kepala Bidang memparaf Surat Jawaban ke Gubernur diteruskan kepada Kepala BKD untuk diparaf diteruskan kepada SEKDA untuk ditandatangani.. surat jawaban

Dari hasil observasi dan perhitungan dengan menggunakan analisa sistem antrian, dapat diambil kesimpulan bahwa waktu Nasabah menunggu adalah 12 Menit.Hal ini terjadi bukan

Preprosthetic and oral soft tissue surgery.. Jainkittivong A, Langlais