• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi: Studi Pada SMA Al Ma’soem.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi: Studi Pada SMA Al Ma’soem."

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

Dwi Lestari Yuniawati, 2013

Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi

(Studi

Pada SMA Al Ma’soem

)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Administrasi Pendidikan

Oleh:

Dwi Lestari Yuniawati

0907152

JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

Manajemen Sekolah Berbasis Program

Akselerasi

Studi Pada SMA Al Ma’soem

Oleh

Dwi Lestari Yuniawati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Dwi Lestari Yuniawati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Dwi Lestari Yuniawati, 2013

Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

DWI LESTARI YUNIAWATI

(0907152)

MANAJEMEN SEKOLAH BERBASIS PROGRAM AKSELERASI

(Studi Pada SMA Al Ma’soem)

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Djam’an Satori, M.A NIP. 19500802 197303 1 002

Pembimbing II

____Dr. Nur Aedi, M.Pd____ NIP. 19720528 200501 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan

(4)
(5)

Dwi Lestari Yuniawati, 2013

Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Program akselerasi adalah pemberian pelayanan pendidikan sesuai potensi kecerdasan dan bakat istimewa yang dimiliki siswa, dengan memberi kesempatan untuk dapat menyelesaikan program dalam waktu yang lebih singkat. SMA Al Ma’soem Rancaekek merupakan salah satu sekolah yang menyelenggarakan program akselerasi. Penyelenggaraan program ini tentu membutuhkan manajemen (pengeloalaan) yang efektif dan efisien. Karena pengelolaan kelas akselerasi berbeda dengan pengelolaan kelas regular.

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai penyelenggaraan manajamen sekolah berbasis program akselerasi di SMA Al Ma’soem yang meliputi: (1) Perencanaan yang meliputi kurikulum, tenaga pendidik, sarana dan prasarana, pembiayaan, peserta didik, dan humas; (2) Sistem pengorganisasian; (3) Pelaksanaan pembelajaran didalam program akselerasi; dan (4) Evaluasi program akselerasi.

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan dengan wawancara, pengamatan, dokumen dan triangulasi. Data dianalisis dengan (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) penarikan simpulan. Kesabsahan data diperoleh dengan: (1) uji Credibility (Validitas internal); (2) transferability (validitas eksternal); (3) dependability (reliabilitas); dan (4) confirmability (objektivitas).

Hasil analisa menunjukkan bahwa manajemen pendidikan program akselerasi di SMA Al Ma’soem yang meliputi: (1) Perencanaan kurikulum yang digunakan adalah kurikulum berdeferensiasi. Kurikulum tersebut ditempuh hanya dalam dua tahun. Guru yang akan mengajar di kelas akselerasi di usahakan merupakan guru yang memiliki kemampuan, keahlian, kinerja yang lebih baik dari guru-guru yang lain. Untuk sarana dan prasarana pada program akselerasi tidak jauh berbeda dengan program reguler. Namun pada kelas akselerasi memiliki fasilitas tambahan seperti ada 1 unit komputer di tiap kelasnya. Sementara itu, pembiayaan program akselerasi di semuanya berasal dari orang tua siswa. Dalam penyaringan peserta didik, pihak sekolah menyeleksi melalui beberapa tahapan sehingga siswa yang diterima adalah siswa yang telah lulus dalam beberapa seleksi dan telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Program akselerasi ini dipromosikan bersamaan dengan penyebaran informasi tentang penerimaan siswa tahun ajaran baru secara umum; (2) Dalam pengorganisasian, belum adanya uraian tugas secara spesifik untuk pengelola program pendidikan akselerasi karena pengelolaan program akselerasi di satukan dengan pengelolaan sekolah secara keseluruhan; (3) Pelaksanaan pembelajaran program akselerasi berlangsung dengan baik dan telah disesuaikan dengan kalender akademis akselerasi. Selain itu fasilitas yang ada sudah cukup lengkap sehingga proses KBM dapat berjalan baik. Namun dengan jumlah siswa diatas 20 orang membuat kelas bersifat heterogen; (4) Evaluasi program melibatkan seluruh pengurus sekolah dari mulai staff, guru, ketua program, dan kepala sekolah selama satu tahun sekali.

Disarankan agar SMA Al Ma’soem terus meningkatkan kualitasnya maka sebaiknya pihak sekolah membuat sistem pengorganisasian khusus untuk program akselerasi. Hal ini di maksudkan agar pembagian tugas menjadi jelas, terstruktur, dan lebih terorganisir dengan baik. Selain itu di harapkan para guru lebih terampil dan kreatif dalam mengelola kelas.

(6)

intelligence and talents of students, giving the opportunity to be able to complete the

program in a shorter time. SMA Al Ma’soem Rancaekek is one of the schools offer

accelerated programs. This requires the implementation of program management are effective and efficient. Acceleration due to classroom management is different from the reluger classroom management.

Generally, this study aims to describe the implementation of school-based programs manajamen acceleration in SMA Al Ma'soem which includes: (1) that includes curriculum planning, teaching, infrastructure, finance, students, and public relations, (2) organizing systems, (3) Implementation of learning in an accelerated program, and (4) Evaluation of the accelerated program.

The method used in this research is descriptive method with qualitative approach . Data were collected through interviews , observations , documents and triangulation. Data were analyzed with (1) data reduction , (2) the presentation of the data , and (3) drawing conclusions . Kesabsahan the data obtained by : (1) test Credibility (internal validity) , (2) transferability (external validity) , (3) dependability (reliability), and (4) confirmability (objectivity).

The analysis shows that the management of the education program at the high school acceleration Al Ma'soem which includes : (1) Planning curriculum used is differentiated curriculum . The curriculum is all within two years . Teachers who will teach in class acceleration in trying a teacher has the ability, expertise, better performance than other teachers. For facilities and infrastructure on an accelerated program is not much different from the regular program. But in accelerated classes have additional facilities such as a computer there are 1 unit in each class. Meanwhile, in the accelerated program funding all comes from the parents. Learners in screening, selecting the school through several stages so that students who are enrolled are students who have passed the selection and few have met the requirements specified. This accelerated program is promoted in conjunction with the dissemination of information about the new school year admissions in general, (2) Within the organization, the lack of specific job descriptions for accelerated education program manager for the management of an accelerated program united with the management of the school as a whole, (3) Implementation accelerated learning program is progressing well and has adjusted to the academic calendar acceleration. In addition to the existing facilities are complete enough so that the learning process can be run well. However, the number of students over 20 people make heterogeneous classes, (4) Evaluation of the program involves the entire school board from starting staff , teachers , program chairman , and head of school for one year.

The suggestion from this study is that SMA Al Ma'soem improving the quality of the school then you should make a special organizing system for the accelerated program. This in intended to be a clear division of tasks, structured, and be well organized. In addition it is expected the more skilled and creative teachers in classroom management.

(7)

v Dwi Lestari Yuniawati, 2013

Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... 9 BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. B. Fokus Penelitian ... Error! Bookmark not defined. C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Asumsi Dasar Penelitian ... Error! Bookmark not defined. F. Struktur Organisasi Skripsi ... Error! Bookmark not defined. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Kajian Pustaka ... Error! Bookmark not defined. 1. Konsep Dasar Manajemen Sekolah ... Error! Bookmark not defined. 2. Konsep Dasar Program Akselerasi ... Error! Bookmark not defined. 3. Landasan Penyelengaaraan Program Akselerasi ... Error! Bookmark not

defined.

4. Manajemen Penyelenggaraan Program Akselerasi Error! Bookmark not defined.

(8)

C. Metode Penelitian dan Pendekatan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

D. Definisi Operasional ... Error! Bookmark not defined. E. Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined. F. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. G. Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. H. Uji Keabsahan Data ... Error! Bookmark not defined. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .... Error! Bookmark not defined.

A. Hasil Temuan Umum SMA Al Ma’soem Error! Bookmark not defined. B. Paparan Data Penelitian di SMA Al Ma’soem ... Error! Bookmark not defined.

1. Perencanaan Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi di SMA

Al Ma’soem ... Error! Bookmark not defined. 2. Pengorganisasian Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi di

SMA Al Ma’soem ... Error! Bookmark not defined. 3. Pelaksanaan Pembelajaran Akselerasi di SMA Al Ma’soem ... Error!

Bookmark not defined.

4. Evaluasi Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi di SMA Al

Ma’soem ... Error! Bookmark not defined. C. Hasil Temuan Penelitian di SMA Al Ma’soem ... Error! Bookmark not defined.

D. Pembahasan Hasil Temuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Perencanaan Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi .... Error!

Bookmark not defined.

2. Pengorganisasian Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Error! Bookmark not defined.

3. Pelaksanaan Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi ... Error! Bookmark not defined.

(9)
(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Karakteristik sistem pembelajaran tradisional dan sistem pembelajaran

akselerasi ... 49

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ...66 Tabel 4. 1 Data Siswa Akselerasi ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 2 Struktur Kurikulum Kelas Akselerasi SMA Al Ma’soem ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 3 Data Siswa Akselerasi 2012/2013 yang Masuk Ke PTN ... Error! Bookmark not defined.

(11)

ix Dwi Lestari Yuniawati, 2013

Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Pikir Penelitian... Error! Bookmark not defined. Gambar 3. 1 Macam-macam Teknik Observasi (Sugiyono, 2010: 311)... Error! Bookmark not defined.

Gambar 3. 2 Teknik Triangulasi ... Error! Bookmark not defined. Gambar 3. 3 Uji Keabsahan Data ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4. 1 Proses Rekrutment Siswa Akselerasi SMA Al Ma’soem ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4. 2 Struktur Organisasi SMA Al Ma’soem ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4. 3 Sistem Pelaporan Program Akselerasi di SMA Al Ma’soem ... Error! Bookmark not defined.

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

1. Pengkodean Aspek Penelitian ...150

2. Jadwal Penelitian ...151

3. Pedoman Wawancara ...152

4. Pedoman Observasi ...155

5. Pedoman Dokumentasi ...157

LAMPIRAN 2 1. Catatan Harian Wawancara ...159

LAMPIRAN 3 1. Struktur Organisasi SMA Al Ma’soem ...180

2. Daftar Siswa Akselerasi Kelas XII ...181

3. Daftar Siswa Akselerasi Kelas XI ...183

4. Staff Guru Al Ma’soem ...185

5. Pedoman Penyelenggaraan Program Akselerasi SMA Al Ma’soem ...188

6. Kalender Akademik ...192

7. Foto Keadaan Sekolah SMA Al Ma’soem ...194

LAMPIRAN 4 1. Surat-Surat ...197

(13)

1 Dwi Lestari Yuniawati, 2013

Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa: “Warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus” (pasal 5 ayat 4).

Begitu pula dalam pasal 12 ayat 1 pada poin (b) dan (f) dinyatakan bahwa: Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak: (b) mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya; (f) menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan.

Perhatian khusus kepada peserta didik yang berpotensi cerdas, dan/atau bakat istimewa selaras dengan fungsi utama pendidikan, yaitu mengembangkan potensi peserta didik secara utuh dan optimal. Pengembangan potensi tersebut memerlukan strategi yang sistematis dan terarah. Tanpa layanan pembinaan yang sistematis terhadap peserta didik yang berpotensi cerdas dan/atau bakat istimewa, bangsa Indonesia yang tidak terukur nilainya. Perhatian khusus tersebut tidak dimaksudkan melakukan diskriminasi, tetapi pemberian perhatian sesuai dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik.

Berdasarkan keputusan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Dan Penyelenggaraan Pendidikan Pasal 135 ayat 2 menyebutkan bahwa “Program pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa dapat berupa: a. program percepatan (akselerasi); dan/atau b. program pengayaan”.

(14)

mempertahankan mutu pendidikan sehingga mencapai hasil yang optimal. Dengan kata lain peserta didik dapat menyesuaikan cara belajarnya lebih cepat dari siswa lainnya (siswa yang mengikuti program reguler). (http://smpn1bpn.sch.id)

Program Akselerasi ini dikuatkan oleh SK Depdiknas No.423/948/4209.304/2002 yang menyebutkan bahwa:

Akselerasi adalah program percepatan belajar yang diselenggarakan secara khusus bagi siswa yang mempunyai kecerdasan tinggi dan mempunyai kemampuan sehingga dapat menyelesaikan studinya dengan waktu lebih cepat dari waktu yang telah ditetapkan untuk jenjang pendidikan yang sama.

Program akselerasi sangat esensial dalam menyediakan kesempatan pendidikan yang tepat bagi siswa yang cerdas. Esensi dari pendidikan kelas akselerasi pada dasarnya merupakan kelas homogen yang peserta didiknya berada di atas rata-rata peserta didik kelas pararelnya pada jenis dan jenjang sekolah yang sama (Ahmadi et al. 2011: iv)

Sementara itu, menurut Reni Akbar Hawadi (2004: 21) secara umum tujuan penyelenggaraan program percepatan belajar, yaitu memberikan pelayanan terhadap peserta didik yang memiliki karakteristik khusus dari aspek kognitif dan afektifnya, memenuhi hak asasinya selaku peserta didik sesuai dengan kebutuhan pendidikan dirinya, memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta didik, menyiapkan peserta didik sebagai pemimpin masa depan. Sementara itu, program percepatan belajar memiliki tujuan khusus, yaitu menghargai peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa untuk dapat menyelesaikan pendidikan lebih cepat, memacu kualitas/mutu siswa dalam meningkatkan kecerdasan spiritual, intelektual, dan emosionalnya secara seimbang, meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran peserta didik.

(15)

Siswa yang memiliki bakat istimewa dan kecerdasan luar biasa dapat menyelesaikan program belajar lebih awal dari waktu yang ditentukan, dengan ketentuan telah mengikuti pendidikan di SMA sekurang-kurangnya dua tahun. (dalam Hawadi, Reni Akbar 2004: 20)

Namun pada kenyataannya, pelaksanaan program akselerasi di Bandung hanya terdapat 2 SMA saja yang mengadakan program ini, diantaranya yaitu SMA Negeri 3 Bandung dan SMA Negeri 1 Margahayu. Sementara itu di Kabupaten Sumedang, SMA Al Ma’soem menjadi satu-satunya sekolah menengah atas yang menyelenggarakan program akselerasi. Hal ini disebabkan belum adanya pemahaman sekolah secara menyeluruh tentang tata cara melaksanakan program akselerasi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hawadi (2004: 15), jumlah peserta didik pada satuan SD, SMP dan SMA Negeri dan Swasta di Indonesia sangat besar, yaitu sekitar 36.075.608 orang (data persekolahan tahun 1999/2000). Dari jumlah tersebut terdapat 2% - 5% peserta didik digolongkan sebagai anak berbakat. Sementara itu, untuk tingkat SMA jumlah anak berbakat jauh lebih besar yaitu mencapai 8%. Jika diambil prosentase terendah, terdapat 2% dari jumlah tersebut digolongkan sebagai anak berbakat. Jika bakat dan potensi mereka dikelola dan dikembangkan secara optimal, maka sebanyak 770.000 anak berpotensi menjadi aset negara terpenting.

Sebagai tindak lanjut dalam memberikan perlakuan pendidikan khusus bagi anak berbakat, program akselerasi sangat essensial dalam menyikapi permasalahan di atas. Pendidikan khusus akan membantu memaksimalkan potensi yang dimiliki anak berbakat intelektual dan juga meningkatkan kemungkinan kontribusi mereka pada masyarakat sekitarnya. Melalui program akselerasi ini diharapkan siswa akan memasuki dunia professional pada usia yang lebih muda dan memperoleh kesempatan-kesempatan untuk bekerja produktif.

(16)

Dimana siswa dalam kelas akselerasi memiliki kemampuan lebih di banding siswa kelas regular serta menekankan perkembangan kreatif dan proses berpikir tinggi.

Hal ini karena manajemen diakui sebagai salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu lembaga pendidikan, diantaranya ditentukan oleh kualitas manajemen yang dijalankan. Fungsi sekolah yaitu sebagai pelaksana agar kegiatan belajar mengajar dapat terlaksana sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik jika seluruh komponen belajar sekolah terkondisi, artinya segala hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran terkondisi untuk melayani perbedaan sesuai dengan perkembangan peserta didik.

Selain manajemen sekolah yang baik, ada beberapa hal yang sangat penting yang menunjang program akselerasi, diantaranya sistem dan metode pembelajaran merupakan hal yang harus diperhatikan agar tujuan dari pembelajaran dapat dicapai dengan tepat. Selain itu guru juga memegang peranan penting, dimana seorang guru yang professional akan mampu menjadi fasilitator dalam memberikan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan peserta didik dengan baik. Dan yang tak kalah pentingnya adalah sarana dan prasarana yang menunjang dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

(17)

program tersebut. Dan sampai saat ini, program yang relatif siap untuk itu adalah akselerasi. (Ahmadi et al. 2011: 76)

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan penulis, pada kenyataannya pelaksanaan manajemen sekolah berbasis program akselerasi baru dilaksanakan oleh beberapa sekolah termasuk RSKM dan RSBI. Hal ini disebabkan masih rendahnya pemahaman orang tua siswa dan guru terhadap karakteristik siswa cerdas istimewa, kurangnya sosialisasi dari Dinas terkait tentang penyelenggaraan program akselerasi, belum adanya kurikulum tersosialisasi yang dapat dijadikan acuan bagi penyelenggaraan program akselerasi, serta sekolah kurang mensosialisaikan tentang keberadaan program akselerasi kepada masyarakat.

Setelah memaparkan masalah diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui kegiatan manajemen (pengelolaan) program akselerasi. Dalam hal ini penulis akan melakukan penelitian tentang pelaksanaan program akselerasi SMA Al Ma’soem. SMA Al Ma’soem terletak di Jl. Raya Cileunyi-Rancaekek No. 22 Rancaekek. Program penyelenggaraan kelas akselerasi ini diadakan sebagai bentuk kepedulian yang tinggi terhadap dunia pendidikan di tanah air, terutama kepedulian terhadap anak bangsa yang berkebutuhan khusus, agar mereka dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang di milikinya.

Disamping itu, ternyata lulusan siswa akselerasi SMA Al Ma’soem terbukti berkualitas. Hal ini dapat dilihat dari lulusannya, dimana 90% diantaranya masuk ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN) favorit seperti ITB, UIN, UNPAD, UPI, dan lain-lain. Selain itu siswa aksel SMA Al Ma’soem juga pernah menorehkan prestasi sangat membanggakan, dimana salah satu murid program akselerasinya yaitu Kevin Derrian Firdaus, siswa kelas XII Akselerasi SMA Al Ma’soem mengukir prestasi membanggakan dengan berhasil meraih Silver Medals Secondary & Special Award di ajang

International Islamic School Robot Olympiad (IISRO) 2012 yang digelar di

(18)

Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan di atas tentunya program tersebut tidak terlepas dari berbagai masalah yang terjadi dalam pelaksanaan di sekolah tersebut. Untuk itu peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh mengenai pengelolaan manajemen program akselerasi yang diterapkan di SMA Al Ma’soem mulai dari tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan hingga tahap evaluasinya. Sehingga judul penelitian yang ditetapkan yaitu “Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi (Studi Pada SMA SMA Al Ma’soem)”

B. Fokus Penelitian

Penetapan fokus penelitian dimasudkan untuk: (1) membatasi studi, dan (2) memenuhi kriteria memasukkan atau mengeluarkan suatu informasi yang baru diperoleh di lapangan (Moleong, 1994). Dengan penetapan fokus yang jelas dan mantap, peneliti dapat membuat keputusan yang tepat antara data mana yang harus dikumpulkan dan data mana yang harus dibuang, walaupun data itu menarik tetapi tidak relevan dengan cara mereduksi data. Penelitian difokuskan pada masalah perencanaan, sistem pengorganisasian, pelaksanaan pembelajaran, sistem pengawasan yang diterapkan di dalam program akselerasi di SMA Al Ma’soem. Fokus penelitian dijabarkan lebih lanjut melalui pertanyaan berikut ini:

1. Bagaimana perencanaan program manajemen sekolah berbasis akselerasi yang meliputi perencanaan kurikulum, perencananan tenaga pendidik, perencanaan sarana dan prasarana, perencanaan pembiayaan, perencanaan peserta didik, serta perencanaan humas di SMA Al Ma’soem?

2. Bagaimana pengorganisasian program manajemen sekolah berbasis akselerasi yang meliputi struktur organisasi serta pembagian TUPOKSI (tugas pokok dan fungsi) di SMA Al Ma’soem?

(19)

4. Bagaimana evaluasi program manajemen sekolah berbasis akselerasi yang meliputi jenis evaluasi, sistem pelaporan, serta out put siswa akselerasi di SMA Al Ma’soem?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitan ini, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini dikategorikan menjadi 2 bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk manajemen sekolah berbasis program akselerasi di SMA Al Ma’soem.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui bagaimana perencanaan program manajemen sekolah berbasis akselerasi yang meliputi perencanaan kurikulum, perencanana tenaga pendidik, perencanaan sarana dan prasarana, perencanaan pembiayaan, perencanaan peserta didik, serta perencanaan humas di SMA Al Ma’soem.

b. Untuk mengetahui bagaimana pengorganisasian program manajemen sekolah berbasis akselerasi yang meliputi struktur organisasi dan kejelasan tugasnya masing-masing di SMA Al Ma’soem.

c. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program manajemen sekolah berbasis akselerasi pelaksanaan program manajemen sekolah berbasis akselerasi yang meliputi pelaksanaan kurikulum, proses berlangsungnya KBM, penggunaan fasilitas yang ada, dan hambatan yang di hadapi guru serta siswa pada kelas akselerasi di SMA Al Ma’soem di SMA Al Ma’soem.

d. Untuk mengetahui bagaimana evaluasi program manajemen sekolah berbasis akselerasi yang meliputi sistem pelaporan, jenis evaluasi, serta

(20)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa sumbangan pemikiran kepada pengelola baik guru maupun staff yang ada di SMA Al Ma’soem untuk bahan memperbaiki atau meningkatkan manajemen program akselerasi.

1. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan informasi secara umum tentang perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi manajemen program akselerasi di SMA Al Ma’soem serta menyampaikan hambatan yang terdapat dalam pengelolaan akselerasi, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan kajian bagi penelitian selanjutnya.

2. Secara Operasional

a. Bagi Peneliti

Diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini akan menambah wawasan dan pengetahuan dalam pengembangan ilmu Administrasi Pendidikan khususnya dalam manajemen program akselerasi.

b. Bagi Lembaga

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih kepada kepala sekolah, ketua program akselerasi serta guru dalam peningkatan serta perbaikan pelayanan pendidikan yang di berikan kepada siswa serta semua pihak yang terkait.

c. Bagi Pendidikan

Diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini menjadi sumber rujukan tambahan dalam bidang konsep manajemen program akselerasi.

E. Asumsi Dasar Penelitian

(21)

permasalahan yang akan diteliti, yang mengarahkan penyelesaian permasalahan dalam memberikan sejumlah asumsi kuat mengenai kedudukan permasalahan.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka penulis menetapkan anggapan dasar sebagai berikut:

1. Peserta didik yang memiliki tingkat kecerdasan luar biasa mendapat perhatian dan pelajaran lebih khusus agar dapat dipacu perkembangan prestasi dan bakatnya tanpa mengganggu potensi peserta didik lainnya. (GBHN, 1998).

2. Pelaksanaan program akselerasi merupkan suatu bentuk inovasi dalam dunia pendidikan yang tujuannya untuk memberikan penghargaan (reward) dan perlindungan hak asasi untuk belajar lebih cepat sesuai dengan potensinya serta memacu kualitas siswa dalam menigkatkan kecerdasan spiritual, intelektual dan emosional secara berimbang.

3. Manajemen program akselerasi membutuhkan kegiatan perencanaan yang matang, pengorganisasian yang tepat, penggerakan yang dinamis oleh pemimpin yang handal dan berorientasi ke masa depan, serta pengawasan yang selalu bersifat rekonstruktif. Dengan adanya manajemen yang baik diharapkan tujuan dari program akselerasi dapat tercapai secara efektif dan efisien.

F. Struktur Organisasi Skripsi

(22)

Bab I Pendahuluan. Bab I merupakan pendahuluan dari penelitian, dalam Bab ini membahas mengenai latar belakang penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asusmsi dasar penelitian dan struktur organisasi skripsi.

Bab II Kajian Pustaka dan Kerangka Pemikiran Bab II mengemukakan suatu konsep atau teori yang relevan dengan judul penelitian yaitu memaparkan mengenai konsep manajemen sekolah berbasis program akselerasi mulai dari tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, hingga tahap evaluasi. Dalam bab ini juga terdapat studi terdahulu mengenai penyelenggaraan program akselerasi serta diuraikan mengenai kerangka pemikiran penelitian.

Bab III Metode Penelitian. Bab III ini mengemukakan mengenai metodologi penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang meliputi lokasi dan sumber data penelitian. Dalam bab ini juga memaparkan desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab IV ini mengemukakan mengenai deskripsi dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Meliputi hasil temuan umum penelitian, papran data penelitian, hasil temuan penelitian, serta pembahasannya.

(23)

58 Dwi Lestari Yuniawati, 2013

Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Sumber Data Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih oleh peneliti dalam penelitian ini SMA Al Ma’soem di Jl Raya Cileunyi-Rancaekek No. 22 Rancaekek. Alasan di pilihnya SMA Al Ma’soem sebagai lokasi penelitian adalah sebagai berikut:

a) SMA Al Ma’soem merupakan sekolah menengah atas di Kabupaten Sumedang yang mengadakan program manajemen sekolah berbasis akselerasi, sehingga sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh peneliti.

b) Sebagai salah satu SMA Swasta di Kabupaten Sumedang yang letaknya cukup strategis karena berada si jalur utama ke arah ibukota Bandung, maka sekolah ini menjadi pintu gerbang pendidikan di Kabupaten Sumedang sehingga dituntut memiliki keunggulan dalam berbagai hal. SMA Al Ma’soem menjadi pelopor penyelenggaran program akselerasi bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan istimewa di Kabupaten Sumedang.

c) SMA Al Ma’soem merupakan satu-satunya sekolah mengah atas swasta di Kabupaten Sumedang yang mengadakan program manajemen sekolah berbasis akselerasi.

2. Sumber Data Penelitian

Suharsimi Arikunto (Naharoh, 2008: 52) mengemukakan bahwa sumber data dalam suatu penelitian adalah subjek darimana data dapat diperoleh.

(24)

Maka data yang diperlukan untuk mengetahui bagaimanakah manajemen sekolah berbasis program akselerasi adalah data yang dikumpulkan melalui wawancara, observasi maupun studi dokumentasi sumber data adalah subjek dari mana data itu diperoleh.

Berdasarkan jenis data yang diperlukan, maka dalam penelitian ini, yang dijadikan partisipan oleh peneliti adalah sekelompok objek yang dijadikan sumber data dalam penelitian yang bentuknya dapat berupa manusia, benda-benda, dokumen-dokumen dan sebagainya. Dengan demikian berdasarkan tujuan serta permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka yang menjadi populasi yang akan di pilih adalah Kepala Sekolah, Wakasek Bid. Kurikulum, ketua program akselerasi Guru yang mengajar di kelas akselerasi, dan siswa kelas akselerasi SMA Al Ma’soem.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian pada penelitian kualitatif dirancang untuk mendapatkan pendalaman pemahaman terhadap situasi sosial tertentu pada sumber data penelitian, hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Nana Syaodih (2007: 99) bahwa penelitian kualitatif menggunakan desain penelitian studi kasus dalam arti penelitian difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan ingin dipahami secara mendalam dengan mengabaikan fenomena-fenomena lainnnya.

Berdasarkan pada pendapat di atas tentunya sangat penting untuk menentukan rancangan penelitian sebagai pedoman atau peta dalam melakukan penelitian agar benar-benar dapat terfokus pada fenomena atau

situation social yang ingin diteliti, adapun rancangan penelitian itu sendiri

(25)

Gambar 3. 1

Desain Penelitian

Sebagaimana telah disampaikan pada bagian kerangka pemikiran, desain penelitian ini dibuat berdasarkan pada fokus kajian yang ingin diteliti oleh peneliti. Dalam hal ini, permasalahan penyelenggaraan program pendidikan yaitu sebagaimana digambarkan di atas bahwa penyelenggaran program akselerasi membutuhkan manajemen yang efektif dan efisien mulai dari tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan hinga ketahap evaluasi.

Setelah ditentukan fokus penelitian, peneliti melakukan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi di lapangan dengan berdasar pada hasil kajian teoritis dan data studi pendahuluan sebelumnya. Setelah diperoleh data, maka data diklasifikasikan dan dianalisis dengan membandingkan antara teori dengan

Latar Belakang:

(26)

empirik. Hasil pengolahan data tersebut dijadikan sebagai temuan penelitian, hingga bisa menghasilkan rekomendasi bagi pihak-pihak terkait.

C. Metode Penelitian dan Pendekatan Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah seperangkat cara atau prosedur yang dipilih oleh untuk menyelesaikan penelitian yang dilakukan. Sugiyono (2011: 6) menyebutkan bahwa:

“Metode penelitian pendidikan diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan”.

Berdasarkan fokus penelitian yang ada yaitu ingin mengetahui bagaimanakah gambaran manajemen sekolah berbasis program akselerasi di SMA Al Ma’soem. Maka penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan mengungkapkan data empiris yang ada di lapangan dengan cara menguraikan dan menginterpretasikan suatu fenomena dengan apa adanya dan menghubungkan sebab-akibat terhadap sesuatu yang terjadi pada saat penelitian, agar diperoleh gambaran realita yang konkret mengenai hal yang diteliti. Dengan kata lain tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat suatu gambaran yang sistematis, faktual, dan akurat mengenai fenomena yang diteliti.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Arief Furchan (1999: 22) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah:

(27)

dan individu-individu dalam setting itu secara keseluruhan. Subjek penyelidikan baik berupa organisasi atau individu tidak mempersempit menjadi variabel yang terpisah atau menjadi hipotesa melainkan dipandang sebagai sebagian dari suatu keseluruhan.”

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif dengan alasan mengacu pada beberapa alasan sebagai mana yang dikemukakan oleh. Margono (2000: 37) antara lain:

1) Untuk menanggulangi banyaknya informasi yang hilang, seperti yang dialami oleh penelitian kualitatif sehingga intisari konsep yang ada pada data dapat diungkap.

2) Untuk menaggulangi kecenderungan menggali data empiris dengan tujuan membuktikan kebenaran hipotesis akibat dari adanya hipotesis yang disusun sebelumnya berdasarkan berfikir deduktif seperti dalam pemikiran kuantitatif.

3) Untuk menanggulangi kecenderungan pembatasan variable yang sebelumnya, seperti dalam penelitian kuantitatif padahal permasalahan dan variable dalam masalah sosial sangat kompleks.

4) Untuk menanggulangi adanya indeks-indeks kasar seperti dalam penelitian kuantitatif yang menggunakan pengukuran enumerasi (perhitungan) empiris, padahal inti sebenarnya berada pada konsep-konsep yang timbul dari data.

Penelitian kualitatif cenderung melakukan analisis yang bersifat induktif yang sangat menonjolkan perspektif subjektif dalam memecahkan suatu permasalahan. Penelitian kualitatif dalam penelitian ini diharapkan akan menggambarkan manajemen sekolah berbasis program akselerasi di tingkat sekolah menengah atas.

D. Definisi Operasional

(28)

Panggabean (1991: 10) mengemukakan alasan diperlukannya definisi operasional adalah :

a) Tuntutan adanya perbedaan setiap situasi. b) Perlu kriteria untuk pencatatan.

c) Sebuah konsep atau objek dapat memepunyai lebih dari satu pengertian. d) Mungkin diperlukan pengertian yang khas atau unik.

Untuk menghindari terjadinya kesalahan persepsi dan kesamaan konsep dalam mengartikan istilah dan memudahkan dalam menganalisis berkaitan dengan judul Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi di SMA Al Ma’soem agar terdapat keberagaman landasan berfikir antara peneliti dengan pembaca maka perlu dirumuskan pula definisi operasional dari penelitian ini yaitu :

1. Manajemen dalam penelitian ini upaya mengelola siswa yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa yang terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan, dan pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber-sumber lain untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Manajemen Sekolah adalah proses pendayagunaan sumber-sumber manusiawi di sekolah untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. 3. Program Akselerasi merupakan program pendidikan yang diberikan

secara khusus kepada kelompok siswa berbakat intelektual atau cerdas istimewa dan berbakat istimewa (CI-BI) dengan cara mempercepat penyelesaian kurikulum.

E. Instrumen Penelitian

Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian, yaitu, kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. (Sugiyono, 2011: 305)

(29)

fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan dari temuan di lapangan. Peneliti kualitatif adalah instrumen utama yang semestinya memiliki kapasitas intelektual yang tinggi terkait dengan kapasitas berfikir reflektif dan rasional yang digunakan saat perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan penelitian. (Djam’an Satori dan Aan Komariah, 2011: 69)

Kekuatan Peneliti sebagai instrumen menurut Djam’an Satori dan Aan Komariah (2011: 67) meliputi empat hal, yaitu: (1) kekuatan kan pemahaman metodologi kulaitatif dan wawasan bidang profesinya; (2) kekuatan dari sisi

personality; (3) kekuatan dari sisi kemapuan hubungan sosial (human

relation); dan (4) kekuatan dari sisi keterampilan berkomunikasi.

Dalam hal instrumen penelitian kualitatif, Sugiyono (2011:306) menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti.

Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian hipotesa yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat dipahami bahwa dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara. Menurut Nasution (1988) peneliti sebagai instrumen peneliti serasi dengan penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

(30)

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus

3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrument berupa teks atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia

4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita

5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika

6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau pelakan

7. Dalam penelitian dengan menggunakan test atau angket yang bersifat kuantitatif yang diutamakan adalah respon yang dapat dikuantifikasi agar dapat diolah secara statistik, sedangkan yang menyimpang dari itu tidak dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh, yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain dari pada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti

(31)

66 Dwi Lestari Yuniawati, 2013

Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN SKRIPSI

MANAJEMEN SEKOLAH BERBASIS PROGRAM AKSELERASI (Studi Pada SMA Al Ma’soem)

No Fokus

Penelitian Sub Fokus Deskripsi Indikator

Teknik

Kurikulum pendidikan khusus bagi Peserta Didik Cerdas Istimewa (PDCI) di kembangkan secara berdiferensiasi, mencakup 5 (lima) dimensi, yaitu:

o Wawancara 1) Wakasek

kurikulum memenuhi persyarat-an sebagai berikut:

1. Lulusan perguruan tinggi minimal S-1 yang sesuai dengan bidang ilmu yang diajarkan, serta berasal dari LPTK atau perguruan tinggi umum negeri atau swasta yang terakreditasi “A” atau setara dan memiliki akta mengajar.

(32)

pendidikan nasional.

3. Memiliki karakteristik umum yang dipersyaratkan dengan mengacu pada aspek kepribadian dan kompetensi guru. 4. Memiliki pengetahuan dan pemahaman

tentang karakteristik dan kebutuhan peserta didik kecerdasan istimewa.

5. Menguasai substansi mata pelajaran yang diampu.

6. Mampu mengelola proses pembelajaran peserta didik

7. Mampu mengembangkan materi, metode, produk dan lingkungan belajar untuk siswa cerdas istimewa.

8. Memahami psikologi perkembangan dan psikologi pendidikan.

9. Mampu mengembangkan kreativitas peserta didik.

10. Mampu berbahasa Inggris aktif dan menggunakan dalam kegiatan pembelajaran.

11. Dapat menggunakan perangkat komputer dan teknologi informasi lainnya dalam proses pembelajaran.

(33)

Prasarana prasarana untuk menunjang kegiatan belajar mengajar peserta didik kelas akselerasi

sarana penunjang kegiatan pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan peserta didik.

1) Sarana Belajar

(a) Sumber belajar seperti buku paket, buku pelengkap, buku referensi, buku bacaan, majalah, Koran, modul, lembar kerja, kaset video, VCD, dan sebagainya.

(b) Media pembelajaran seperti radio,

cassette recroder, TV, OHP, Wireless, Slide projector, LCD/ DVD/ VCD

player, komputer dan sebagainya. (c) Alat praktik dan alat peraga seperti

peta dinding, globe dan sebagainya. (d) Adanya sarana TIK berupa jaringan

internet yang dimanfaatkan untuk proses pembelajaran dan lain-lain. 2) Prasarana Belajar

(a) Ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang BK, ruang TU dan OSIS. (b) Ruang kelas dengan transformasi

tempat duduk yang mudah dipindah-pindah sesuai dengan keperluan.

(c) Ruang Lab IPA (Matematika, Fisika, Kimia, Biologi), Lab IPS, Lab Bahasa, Lab Komputer, ruang audio visual

oDokumentasi 2) Ketua

(34)

musholla/ tempat ibadah dan

1) Sekolah penyelenggara hendaknya berupaya menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dan tidak mengikat dengan berbagai pihak, misalnya pemerintah, masyarakat, dan lembaga terikat lainnya. 2) Peran aktif orang tua peserta didik

percepatan belajar dalam pengadaan dana sebagaimana halnya pembinaan kegiatan penunjang lainnya sebelumnya dengan nilai rata-rata 8,0. (b)Tes kemampuan akademis, dengan nilai

rata-rata minimal 8,0.

(c)Rapor, nilai rata-rata seluruh mata pelajaran tidak kurang dari 8,0.

(35)

program akselerasi. (b) Kreativitas.

(c) Keterikatan dengan tugas (task

commitment).

3) Kesehatan fisik yang ditunjukkan denga surat keterangan dari dokter.

4) Kesediaan calon peserta didik dan persetujuan orang tua/ wali.

f) Perencanaan

2) Pihak yang terlibat dalam sosialisasi program

3) Metode/cara yang di gunakan dalam proses sosialisasi

1) Penetapan siapa saja yang dilibatkan dalam pelaksanaan program akselerasi

2) Pembuatan struktur organisasi program akselerasi

3) Adanya pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang jelas

2) Adanya inovasi pembelajaran yang dilakukan guru dalam KBM

(36)

4) Solusi untuk kendala yang di hadapi siswa

1) Penilaian yang digunakan dalam pendidikan khusus bagi PDCI/ BI adalah penilaian otentik

2) Sekolah menetukan siapa saja yang dilibatkan dalam evaluasi program

3) Sekolah menentukan jenis sistem evaluasi yang di gunakan

4) Sistem pelaporan program akselerasi

o Wawancara 1) Guru

1) Pengukuran kualitas dan kompetensi lulusan dengan indikator sebagai berikut:

a) Out put atau kelulusan program akselerasi memiliki rata-rata nilai ujian nasional 7 (tujuh) atau lebih.

b) Memiliki keberhasilan yang tinggi, yaitu dapat diterima di PerguruanTinggi ternama (berkualitas).

c) Memiliki keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan YME.

d) Memiliki nasionalisme dan patriotisme yang tinggi.

e) Memiliki wawasan ilmu pengetahuan yang luas.

f) Memiliki motivasi dan komitmen yang tinggi untuk berprestasi.

(37)

i) Memiliki tanggung jawab yang tinggi. j) Memiliki kondisi fisik yang prima. k) Gemar membaca dan meneliti.

l) Memiki kemampuan berbahasa Inggris yang baik dan lancar.

(38)

F. Teknik Pengumpulan Data

Tahapan terpenting dari penelitian adalah pengumpulan data. Menurut Djam’an Satori dan Aan Komariah (2009: 103) pengumpulan data tidak lain dari suatu proses pengadaan data untuk keperluan penelitian.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data dapat dilakukan melalui setting berbagai sumber, dan berbagai cara. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi teknik wawancara, teknik observasi, teknik dokumentasi, dan tiangulasi.

1. Teknik Observasi

Observasi dalam kamus besar Bahasa Indonesia berarti pengamatan atau peninjauan secara cermat. Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti untuk melihat/terjun langsung ke lapangan. Senada dengan Djam’an Satori dan Aan komariah, (2011: 104) yang mengatakan bahwa:

“Metode pengamatan merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan”.

(39)

dahulu sebelum melakukan observasi sehingga akan menghasilkan data yang baik.

Alwasilah C, (dalam Djam’an Satori dan Aan Komariah 2011: 107) menjelaskan perlunya observasi dalam penelitian kualitatif, yaitu:

1. Perilaku responden secara alami sesungguhnya adalah manifestasi kode atau aturan dalam suatu budaya, bukan sekedar rutinitas kultural. Ini cenderung dianggap biasa-biasa saja terutama oleh anggota masyarakatnya sendiri. Mereka baru sadar akan kode dan aturan itu manakala dihadapkan pada peneliti dari luar budayanya sendiri.

2. Tugas peneliti kualitatif adalah mengeksplisitkan aturan dan kode itu sesuai dengan konteks keterjadian tingkah laku dalam persepsi responden.

3. Budaya adalah pengetahuan dan pengalaman kolektif para anggotanya. Untuk berfungsi maksimal dalam suatu budaya, setiap anggota masyarakat harus mempraktikan rutinitas budayanya sesuai dengan aturan-aturan tadi. Misalnya dalam budaya akademik Amerika, rutinitas itu antara lain empat hal, yaitu: presentasi di depan kelas, diskusi kelompok, partisipasi kelas, dan berkonsultasi.

Sanafiah Faisal (dalam Sugiyono, 2010: 310) mengklarifikasikan observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt observation dan

covert observation), dan observasi yang tidak terstruktur (unstructured

observation).

Selanjutnya Spradley (dalam Sugiyono, 2010:310) membagi observasi berpartisipasi menjadi empat, yaitu: passive participation, moderate

participation, active participation, dan complete participation. Untuk

(40)

Gambar 3. 2

Macam-macam Teknik Observasi (Sugiyono, 2010: 311)

a) Observasi partisipatif

Dalam observasi ini, peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya.

Susan Stainback (dalam Sugiyono, 2010: 311) menyatakan “In

participant observation, the researcher observes what people do,

listen to what they say, and participates in their activities” (dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka. Beberapa jenis observasi partisipatif adalah:

1) Partisipasi pasif (passive participations) : means the research is

present at the scene of action but does not interact or participate.

Jadi dalam hal ini peneliti datang ke tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.

2) Pertisipasi moderat (moderate participation) : means that the

researcher maintains a balance between being insider and being Teknik

Observasi

Observasi Moderat

Observasi Lengkap Observasi Aktif Observasi Pasif

(41)

outsider. Dalam observasi ini terdapat keseimbangan antara peneliti

menjadi orang dalam dengan orang luar. Peneliti dalam mengumpilkan data ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak semuanya.

3) Partisipasi aktif (active participation) : means that the researcher

generally does what other in the setting do, hadir dan melakukan

objek serupa dengan objek penelitiannya. Dalam observasi ini peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh nara sumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap.

4) Partisipasi lengkap (complete participation) : means the researcher

is a natural participant. This is the highest level of involvement.

Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data. Jadi suasananya sudah natural, peneliti tidak terlihat melakukan penelitian.

b) Observasi Terus Terang atau Tersamar

Suatu etika penelitian ilmiah menginginkan penelitian dilakukan secara terbuka. Peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Pada observasi tertutup, observer mengadakan pengamatan tanpa diketahui sebjeknya. Biasanya pengamatan seperti ini dilakukan oleh peneliti pada tempat-tempat umum seperti bioskop, taman, lapangan olah raga, tempat-tempat rapat umum, atau tempat-tempat umum lainnya. (Djam’an Satori dan Aan Komariah 2011: 119)

c) Observasi Tak Berstruktur

(42)

fokus penelitian belum pasti. Mungkin saja akan ditentukan observasi-observasi selanjutnya yang berkembang selama kegiatan observasi-observasi awal berlangsung. (Djam’an Satori dan Aan Komariah 2011: 120)

Maksud dari observasi tak berstruktur menurut Djam’an Satori dan Aan Komariah (2011: 120) adalah bahwa instrumen observasi tidak dipersiapkan secara sistematis dari awal karena peneliti belum tahu pasti apa yang akan terjadi, jenis data apa yang akan berkembang dan dengan cara apa data baru itu paling sesuai untuk dieksplorasi. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.

Mengetahui hal-hal aktual dari pelaku-pelaku sebenarnya, dari pembicaraannya, dari sikap dan perilakunya, hanya bisa dilakukan dengan observasi. Namun demikian, bukan berarti observasi sempurna tidak ada kelemahan dari sudut teknik penelitian. Berikut ini beberapa kelebihan dan kekurangan teknik observasi menurut Djam’an Satori dan Aan Komariah (2011: 125), yaitu:

a) Kelebihan observasi

(1) Peneliti mengetahui kejadian sebenarnya sehingga informasinya diperoleh langsung dan hasilnya akurat.

(2) Peneliti dapat mencatat kebenaran yang sedang terjadi.

(3) Peneliti dapat memahami substansi sehingga ia dapat belajar dari pengalaman yang sulit dilupakan.

(4) Memudahkan peneliti dalam memahami perilaku yang kompleks. (5) Bagi informan yang tidak memiliki waktu masih bisa memberikan

kontribusi dengan mengijinkan untuk diobservasi.

(6) Observasi memungkinkan pengumpulan data yang tidak mungkin dilakukan ileh teknik lain.

(43)

(2) Tergantung kepada kepiawaian pengamat. Jika pengamatnya kurang kualified dapat menimbulkan bias dan data bisa terdistorsi. (3) Observer apalagi yang dikenal dan disegani bisa mempengaruhi perilaku partisipan sehingga situasinya bisa menjadi di buat-buat dan kaku.

(4) Observer berperan serta kurang memiliki waktu untuk membuat catatan hasil pengamatannya.

(5) Mengahsilkan data yang banyak dan kadang tidak sistematis sehingga menyulitkan peneliti untuk menganalisisnya.

2. Teknik Wawancara

Wawancara adalah tanya jawab yang dilakukan oleh peneliti dan responden penelitian. Tanya jawab yang dilakukan bertujuan untuk mengambil keterangan, informasi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data melalui proses komunikasi secara langsung dengan sumber-sumber data.

Komunikasi yang dilakukan dalam bentuk dialog secara lisan atau sering disebut metode tanya jawab dengan sumber data penelitian. Mohamad Ali (1987: 83) mengemukakan bahwa wawancara adalah merupakan salah satu cara tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan sumber data.

Sementara itu, Sudjana (dalam Djam’an Satori dan Aan Komariah, 2011: 130) mendefinisikan wawancara sebagai proses pengumpulan data atau informasi melaui tatap muka antara pihak penanya (interviewer) dengan pihak yang ditanya atau penjawab (interviewee).

Esternberg (dalam Sugiyono, 2011: 319) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu:

a) Wawancara Terstruktur (Structured Interview)

(44)

melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.

b) Wawancara Semi Terstruktur (Semistructure Interview)

Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depth

interview, di mana dalam pelaksanaanya lebih bebas bila dibandingkan

dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya.

c) Wawancara Tidak Berstruktur (Unstructured Interview)

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Suatu wawancara merupakan proses interaksi dan komunikasi dimana sejumlah variabel memainkan peranan penting karena variabel tersebut dapat mempengaruhi dan menentukan hasil wawancara. Adapun variabel tersebut menurut Zuriah Nurul (2005: 179) yaitu: (1) pewawancara; (2) responden; (3) materi wawancara, dan (4) hubungan antara pewawancara dengan responden.

Dengan metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data dengan jalan tatap muka atau wawancara langsung dengan kepala sekolah, wakasek. Bagian kurikulum, ketua program akselerasi, guru dan siswa program akselerasi.

(45)

serta proses manajemen pembelajaran program akselerasi secara global.

b) Wawancara dengan guru pengajar sekaligus sebagai wali kelas di program akselerasi mengenai implementasi manajemen pembelajaran secara lebih rinci.

c) Wawancara dengan siswa program akselerasi mengenai pelaksanaan pembelajaran di kelas.

Dalam penelitian ini akan melakukan teknik wawancara semi berstruktur sebagai salah satu teknik pengumpulan data. Ini didasarkan pada instrumen dan metode penelitian yang dipakai oleh peneliti dimana data sangat bergantung pada pemahaman peneliti bukan berdasarkan pertanyaan-pertanyaan dalam angket dalam menemukan data.

Seperti halnya teknik observasi, teknik wawancara juga memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannya. Menurut Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi (2007: 97) ada beberapa kekurangan teknik wawancara, yaitu:

a) Kelebihan Teknik Wawancara

1) Sebagai salah satu teknik yang terbaik untuk menilai keadaan pribadi.

2) Tanpa mengenal batas umur dan pendidikan subyek, selama dapat memberikan jawaban.

3) Hampir seluruh penelitian sosial, selalu digunakan sebagai metode pelengkap.

4) Karena sifat keluwesan, metode wawancara cocok dipakai sebagai alat verfikisi data yang diperoleh dengan jalan observasi dan kuesioner.

b) Kekurangan Teknik Wawancara

(46)

3) Jalan dan isi wawancara sangat mudah dipengaruhi oleh keadaan-keadaan sekitar yang memberikan tekanan-tekanan yang mengganggu.

4) Perannya haruslah benar-benar menguasai bahasa subyek.

3. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi merupakan salah satu cara dalam mengumpulkan data penelitian secara tidak langsung, artinya data didapatkan melalui dokumen-dokumen pendukung yang berhubungan dengan data yang akan diteliti.

Menurut Robert C. Bogdan seperti yang dikutip, Sugiyono (2005: 82) mengemukakan bahwa dokumen merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu, bisa berbentuk tulisan, gambar, karya-karya monumental dari seseorang.

Studi dokumentasi merupakan suatu cara dalam memperoleh data dengan mengkaji dokumen tertulis, yang dapat berupa data, gambar, tabel, diagram. Dalam penelitian ini studi dokumentasi dilakukan dengan cara pengumpulan gambar-gambar dan dokumen tertulis yang menggambarkan kondisi faktual tentang manajemen akselerasi. Studi dokumen dalam penelitian kualitatif menjadi sumber data yang melengkapi pengumpulan data melalui observasi dan wawancara.

a) Kelebihan Dokumentasi

1) Pilihan alternatif, untuk subyek penelitian tertentu yang sukar atau tidak mungkin dijangkau, maka studi dokumentasi dapat memberikan jalan untuk melakukan penelitian (pengumpulan data).

2) Tidak reaktif, karena studi dokumentasi tidak dilakukan secara langsung dengan seorang, maka data yang diperlukan tidak terpengaruh oleh kehadiran peneliti atau pengumpul data.

(47)

4) Besar sampel, dengan dokumen-dokumen yang tersedia, teknik memungkinkan untuk mengambil sampel yang lebih besar dengan biaya yang relatif kecil.

b) Kekurangan Dokumentasi

1) Bias, biasanya data yang disajikan dalam dokumen bisa berlebihan atau tidak ada (disembunyikan).

2) Tersedia secara selektif, tidak semua dokumen dipelihara untuk dibaca ulang oleh orang lain. Tidak komplit, data yang terdapat dalam dokumen biasanya tidak lengkap.

3) Format tidak baku, format yang ada pada dokumen biasanya berbeda dengan format yang terdapat pada penelitian, disebabkan tujuan penulisan dokumen berbeda dengan tujuan penelitian.

4. Triangulasi

Triangulasi, merupakan teknik pengumpulan data yang menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi dilakukan dengan cara mengecek pada sumber yang sama dengan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian. (Moleong, 2004: 330).

Menurut Patton (1987: 331) langkah-langkah dalam triangulasi data adalah sebagai berikut :

a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara b) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakan secara pribadi

c) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

d) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.

(48)

Penelitian ini data diperoleh melalui teknik wawancara, lalu dicek dengan observasi dan dikumpulkan dokumentasi yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Jadi, dalam penelitian ini triangulasi dilakukan dengan menggunakan sumber lain yaitu membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan data yang berbeda.

Teknik triangulasi dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. 1

Teknik Triangulasi

G. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian merupakan salah satu langkah yang penting dan sangat menentukan. Analisis data adalah rangkaian kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode atau tanda dan mengkategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab. Lexy J Moleong (1989: 88) berpendapat:

(49)

Pada proses analisis data ini terdiri dari pengolahan data yang didapat oleh peneliti untuk ditarik kesimpulannya. Dari kesimpulan tersebut akan diperoleh makna yang dipergunakan untuk memecahkan suatu fokus permasalahan.

Tujuan analisis data dalam penelitian kualitatif adalah memperoleh makna, menghasilkan pengertian-pengertian, konsep-konsep serta mengembangkan hipotesis atau teori baru.

Proses analisis data dalam penelitian kualitatif berlangsung sebelum peneliti terjun ke lapangan, selama di lapangan, dan yang paling utama adalah analisis setelah peneliti menyelesaikan kegiatan pengumpulan data di lapangan. Setelah data diperoleh di lapangan, selanjutnya peneliti menguraikannya kedalam bentuk tertulis dan dirangkum kedalam bentuk tulisan yang lebih sistematis. Sehingga dari data tersebut dapat dijadikan landasan untuk melaksanakan proses penelitian selanjutnya. Orientasi adalah agar peneliti mengetahui makna dan fokus yang diteliti sehingga peneliti mampu menjawab masalah yang akan dipecahkan dalam fokus penelitian.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bersifat deskriptif maka digunakan analisa dan filosofis atau logika yaitu analisa induktif. Metode induktif adalah metode berfikir dengan mengambil kesimpulan dari data-data yang bersifat khusus. Seperti yang diungkapkan oleh Sutrisno (1986: 42) bahwa:

“Berfikir induktif berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa yang kongkrit, kemudian dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa yang khusus, kongkrit itu ditarik generalisasi-generalisasi yang mempunyai sifat umum”.

Dalam penelitian ini digunakan metode induktif untuk menarik suatu kesimpulan terhadap hal-hal atau peristiwa-peristiwa dari data yang telah dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi, yang bisa digeneralisasikan (ditarik kearah kesimpulan umum), maka jelas metode induktif ini untuk menilai fakta-fakta empiris yang ditemukan lalu dicocokan dengan teori-teori yang ada.

(50)

kesimpulan dan verifikasi. Adapun tahapan analisis data selama proses dilapangan bersamaan dengan pengumpulan data adalah sebagai berikut: 1) Reduksi Data (Data Reduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

b. Menyajikan Data (Data Display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data atau menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman (1984) menyatakan yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

c. Kesimpulan/Verifikasi (Conclusion/Verification)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan yang dibuat oleh peneliti apabila didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Berdasarkan pengalaman dari para peneliti kualitatif, masalah yang dihadapi oleh peneliti kualitatif dalam menganalisis data ialah belum adanya prosedur baku yang dijadikan pedoman dalam menganalisis data. Oleh karena itu, peneliti diharuskan mencari sendiri metode atau cara yang dianggap sesuai dengan penelitinya.

Gambar

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ..............................................................66
Gambar 3. 2 Teknik Triangulasi ............................ Error! Bookmark not defined
Gambar 3. 1
Tabel 3.1 KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN SKRIPSI
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pada tujuan penelitian, untuk mempermudah dan memperjelas penjabarannya, dalam penelitian ini akan dipaparkan hasil penelitian meliputi (1) Gambaran dan penjelasan

Untuk mempermudah siswa dalam memahami materi geometri khususnya pada pokok bahasan luas permukaan dan volume kubus dan balok perlu menggunakan strategi yang

27 Saya tidak perlu mempelajari atau memahami suatu pokok bahasan tertentu, yang saya perlukan adalah menghafalkan rumus sehingga saya dapat menggerjakan soal dengan

1) Spesifikasi pokok bahasan. Berfungsi membatasi ruang lingkup yang akan dia- jarkan sehingga jelas dan mudah dibandingkan dengan pokok bahasan lain dalam satu mata

Pendahuluan, pokok bahasan (Bentuk kata dan makna Kata dan Maknanya), tujuan dan pentingnya memahami , metode pembelajaran, kriteria

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah silabus pembelajaran kimia pada pokok bahasan struktur atom dan sistem periodik unsur dan analisis materi, lembar

Dasar Indikator Sub Pokok Bahasan Pengalaman Belajar Alokasi Waktu Memahami prosedur penyusunan laporan keuangan konsolidasi pada Tanggal Akuisisi.. Mengetahui

Menjelaskan dan membedakan perusahaan perorangan, firma, komanditer, koperasi & PT Setelah mempelajari pokok bahasan ini diharapkan mahasiswa