vi
B. Fokus Penelitian dan Pertanyaan Penelitian 3
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 6
E. Definisi Operasional 8
F. Kerangka Pikir 9
G. Premis 13
H. Metode Penelitian 15
I. Lokasi dan Unit Analisis 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA 16
A. Administrasi Pendidikan 16
B. Konsep Manajemen Mutu 22
C. Konsep dan Kebijakan Penjaminan Mutu( Quality Assurance) 33
D. Konsep dan Kebijakan SMM ISO 9001: 2008 45
E. Konsep Pelayanan Prima 71
F. Total Quality Manangement dan Total Quality Services 75
G. Konsep Manajemen Stratejik 81
H. Konsep Kepemimpinan 87
vii
BAB III PROSEDUR PENELITIAN 103
A. Pendekatan Penelitian 103
B. Teknik Pengumpulan Data 107
C. Sumber Data 108
D. Teknik Analisis Data 110
E. Langkah-Langkah Penelitian 112
F. Analisis Data 115
G. Keabsahan Data 117
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 119
A. Hasil Penelitian pada Pusdiklat 119
B. Pembahasan 122
1. Perencanaan Sumberdaya Dilakukan di Pusdiklat 122
2. Pelaksanaan Manajemen Mutu Diklat 166
3. Hasil Evaluasi Pelaksanaan Manajemen Mutu Diklat 186 4. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan Pusdiklat Pusdiklat Dalam Penerapan SMM ISO 90001: 2008
210
BAB V MODEL STRATEGI SISTEM MANAJEMEN DIKLAT 233
A. Premi yang Digunakan 233
B. Elemen-Elemen Konseptual Strategi Manajemen 236 C. Model Konseptual Strategi Manajemen Pusdiklat
D. Strategi dan Instrumen Pengembangan Sistem Diklat E. Validasi Strategi Pengembangan Manajemen Diklat
242 244 246 F. Implementasi Model Strategi Peningkatan Manajemen Diklat 247
BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI DAN DALIL 248
A. Kesimpulan 248
B. Implikasi 253
C. Rekomendasi 255
ix DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Hubungan Antara 8 Prinsip Manajemen Mutu dengan ISO 9001:
2000
52
Tabel 2.2 Kebijakan Penerapan SMM ISO 9000:2000 Pada Unit Utama Kemendiknas
70
Tabel 2.3 Perbandingan Kondisi Sebelum dan Sesudah Sertifikasi ISO 9000 pada PT. AGM
96
Tabel 2.4 Hasil Penelitian Terdahulu 99
Tabel 4.1 Indikator Peningkatan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dengan Memperhatikan Kelayakan Pusdiklat
123
Tabel 4.2 Indikator Peningkatan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dengan Memperhatikan Kelaikan Pusdiklat
124
Tabel 4.3 Hasil Rekap Analisis Kebutuhan Diklat tahun 2010 131 Tabel 4.4 Aktivitas Proses Persiapan Sampai Proses Sertifikasi SMM ISO
9001: 2000
158
Tabel 4.5 Hasil Pengolahan Data Lapangan 161
Tabel 4.6 Hasil Pengolahan Data Lapangan 167
Tabel 4.7 Tanggungjawab dan Wewenang dalam Konsep PDCA dan PDCS pada Penyelenggaraan Diklat
190
Tabel 4.8 Strategi Penerapan SMM ISO 9001: 2008 194
Tabel 4.9 Hasil Pengolahan Data Jawaban Peserta Diklat Terhadap Mutu Layanan Diklat
195
Tabel 4.10 Hasil Pengolahan Data Penyataan Strategi Peningkatan Mutu dengan Penerapan SMM ISO
196
Tabel 4.11 Hasil Pengolahan Tanggapan Peserta Diklat Kepemimpinan Terhadap Aspek Kekuatan dan kelemahan yang ada Selama Proses Diklat
197
x Aspek Kekuatan dan Kelemahan yang ada Selama Proses Diklat
Tabel 4.14 Hasil Analisa Lapangan Implementasi Strategi Peningkatan Mutu
204
Tabel 4.15 Hasil Analisa Lapangan Sumber Pengamatan dan Wawancara Dengan Kapus Diklat
205
Tabel 4.16 Hasil Analisis Lapangan Sumber Data Sekunder Renstra Pusdiklat
211
Tabel 4.17 Identifikasi Analisis Kekuatan dan Peluang Dengan Pendekatan 8 Prinsip SMM ISO dengan Strategi SO
220
Tabel 4.18 Identifikasi Analisis Kekuatan dan Ancaman dengan Pendekatan 8 Prinsip SMM ISO dengan Strategi ST
221
Tabel 4.19 Identifikasi Analisis Kelemahan dan Peluang Dengan Pendekatan 8 Prinsip SMM ISO dengan Strategi WO
222
Tabel 4.20 Identifikasi Analisis Kelemahan dan Ancaman Dengan Pendekatan 8 Prinsip SMM ISO dengan Strategi WT
223
Tabel 4.21 Keterkaitan 8 Prinsip Manajemen Mutu dengan Pilihan Strategi Untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Diklat di Pusdiklat dengan Strategi SO dan ST
225
Tabel 4.22 Keterkaitan 8 Prinsip Manajemen Mutu dengan Pilihan Strategi Untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Diklat di Pusdiklat dengan Strategi WO dan WT
xi DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian 11
Gambar 2.1 Internal Elemen of The System 18
Gambar 2.2 Model Sistem Sosial dari Lembaga Pendidikan dan Pelatihan 19
Gambar 2.3 Komponen- Komponen Sistem Diklat 31
Gambar 2.4 Model Analisis Posisi Internal Organisasi 37
Gambar 2.5 Indikator Mutu Manajemen Sistem 39
Gambar 2.6 Keterkaitan Sejarah Mutu dengan Perkembangan SMM ISO 46 Gambar 2.7 Keterkaitan Sistem Manajemen Mutu dengan Konsep Mutu 46
Gambar 2.8 Perkembangan SMM ISO Seri 9000 50
Gambar 2.9 Alur Proses Pelaksanaan Audit Internal 60 Gambar 2.10 Model Sistem Manajemen Mutu Berdasarkan Proses 69
Gambar 2.11 Siklus PDCA dan SDCA 69
Gambar 2.12 Lima Pilar Manajemen Mutu Terpadu 77
Gambar 2.13 Langkah – Langkah Penyusunan Perencanaan Strategik 83 Gambar 2.14 Penetapan Strategi Organisasi dari Hasil Analisis SWOT 85
Gambar 2.15 Proses Manajemen Strategik 87
Gambar 3.1 Sosial Setting 104
Gambar 3.2 Proses Triangulasi Sumber 110
Gambar 3.3 Proses Triangulasi Teknik 110
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Pusdiklat Berdasarkan Kepmen No 23/O/2005
122
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Pusdiklat Setelah Menerapkan SMM ISO 9001:2000
140
Gambar 4.3 10 Tahap Proses Menuju Sertifikasi SMM ISO 9001:2000 160 Gambar 4.4 Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dalam
Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Diklat
171
xii Gambar 4.8 Pandangan Terhadap Fungsi ,Tugas Inovasi dan Keizen 207
Gambar 4.9 Diagram Cartesius Analisis SWOT 214
Gambar 5.1 Konsep Model Strategi Peningkatan Manajemen Mutu Pusdiklat
xiii DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Riwayat Hidup 269
Lampiran 3 Pedoman Pengumpulan data dan Informasi 271
Lampiran 4 Data Hasil Kepuasan Pelanggan 277
Lampiran 4.1 Lampiran 4.2 Lampiran 4.3 Lampiran 4.4
Dokumentasi Fasilitas dan Kegiatan Pusdiklat Dokumentasi Kegiatan Audit ISO
Dokumentasi Sosialisasi Implementasi ISO Sertifikat ISO 9001:2008 Pusdiklat
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era global dan perkembangan iptek yang sangat cepat, intensitas tantangan pembangunan pendidikan nasional cenderung akan semakin meningkat dan komplek. Selain itu, dampak pelaksanaan otonomi daerah merupakan tantangan tersendiri dalam pelaksanaan kebijakan nasional pendidikan. Di tengah berbagai tantangan itu, Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) harus dapat meningkatkan kinerjanya dalam pemerataan dan perluasan akses; peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing, serta penatakelolaan yang baik, akuntabilitas, dan pencitraan publik.
2 bermuara pada meningkatnya mutu pendidikan secara nasional, yang tercermin dari output suatu lembaga pendidikan.
Lembaga pendidikan dan pelatihan (diklat) jelas mempunyai peran penting dalam membangun SDM pendidikan yang andal dan bermutu, sehingga dalam menjalankan perannya dapat memberi kontribusi yang signifikan bagi peningkatan mutu pendidikan bangsa. Tenaga pendidik merupakan ujung tombak dalam meningkatkan mutu pendidikan dilihat dari output pendidikan suatu lembaga pendidikan, peningkatan kemampuan dan profesionalisme. Aparatur Kemendiknas ini, akan memberi dampak yang amat penting dan bermakna bagi pembangunan pendidikan. Peningkatan kemampuan dan profesionalisme tenaga pendidik akan mendorong pada peningkatan pelayanan yang makin bermutu bagi terselenggaranya proses pendidikan yang makin baik dan bermutu.
Pusdiklat yang berada di bawah Kemdiknas jelas memegang peranan yang sangat penting, karena apa yang dilakukan oleh Pusdiklat dalam meningkatkan kemampuan aparatur tenaga Kemdiknas termasuk di dalamnya pendidik dan tenaga kependidikan. Jelas akan memberi dampak yang sangat luas terhadap pembangunan pendidikan nasional.Peningkatkan kemampuan dalam mengelola organisasi dan sistem manajemen mutu akan menjadi masalah mendasar yang perlu terus diperhatikan dalam meningkatkan mutu pelayanan diklat, karena jika hal tersebut tidak dilakukan maka Pusdiklat hanya akan menjadi bagian dari rutinitas kegiatan diklat yang tidak akan mendorong pada peningkatan mutu pendidikan secara nasional.
terus menerus dalam mengelola diklat guna menghasilkan lulusan diklat yang bermutu dan mampu mentransformasikan kemampuannya dalam tataran praktis proses pendidikan, sehingga upaya untuk membangun mutu pendidikan bangsa menjadi gerakan yang massif serta berdampak kuat bagi peningkatan mutu pendidikan.
Pusdiklat Pegawai Kemdiknas dengan mengemban tugas utama sebagai penjabaran dari Undang Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang memberikan dasar hukum untuk membangun pendidikan nasional. Pada Bab IX pasal 19 dinyatakan bahwa mutu pendidikan ditentukan oleh 8 (delapan) standar Nasional Pendidikan. Sebagai lembaga diklat di lingkungan Kementerian yang mendapat mandat untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah No 101 tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil. Pada pasal 1 ayat 1 yang tercantum dalam ketentuan umum adalah Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut diklat adalah meningkatkan kinerja PNS. Peningkatan efektifitas penyelenggaraan diklat di Pusdiklat Kemdiknas dilakukan dengan sistem manajemen diklat berbasis ISO 9001:2008.
Penerapan SMM ISO merupakan upaya peningkatan mutu dalam mengelola proses diklat bagi aparatur tenaga Kemdiknas termasuk didalamnya pendidik dan tenaga kependidikan di lingkungan Kemdiknas untuk unit utama, institusi pusat dan perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
B. Fokus Penelitian dan Pertanyaan Penelitian
4 terwujudnya peningkatan mutu sumberdaya manusia aparatur pendidikan di Indonesia. Peningkatan profesionalisme aparatur Pusdiklat Pegawai Kemdiknas dipandang sebagai bagian integral dari pembangunan pendidikan nasional yang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan Renstra Kementerian Pendidikan Nasional pada pilar pertama yaitu peningkatan mutu SDM aparatur, produktivitas dan perannya dalam mendukung Sistem Pendidikan Nasional.
Dasar hukum untuk peningkatan mutu aparatur adalah sesuai dengan peraturan pemerintah dalam peningkatan sumberdaya aparatur yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2000 tentang diklat jabatan PNS. Dasar pemikiran kebijakan diklat yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 ini adalah :
1. Diklat merupakan bagian integral dari sistem pembinaan PNS. 2. Diklat mempunyai keterkaitan dengan pengembangan karir PNS.
3. Sistem diklat meliputi proses identifikasi kebutuhan, perencanaan, penyelenggaraan dan evaluasi diklat.
4. Diklat diarahkan untuk mempersiapkan PNS agar memenuhi persyaratan jabatan yang ditentukan dan kebutuhan organisasi termasuk pengadaan kader pimpinan dan staf.
1. Bagaimana perencanaan sumberdaya dilakukan Pusdiklat Pegawai Kemendiknas dalam meningkatkan mutu pelayanan diklat dengan memperhatikan kelayakan dan kelaikannya?
2. Bagaimana pelaksanaan manajemen mutu diklat dengan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001: 2008 dengan penerapan 8 prinsip manajemen mutu ?
3. Bagaimana hasil evaluasi pelaksanaan manajemen mutu diklat dengan penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001: 2008 memberikan konstribusi terhadap peningkatan mutu diklat secara berkelanjutan?
4. Bagaimana kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi Pusdiklat dalam melaksanakan peningkatan pelayanan pendidikan dan pelatihan dengan penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001: 2008?
5. Bagaimana model strategi peningkatan manajemen mutu Pendidikan dan Pelatihan yang dapat mendorong peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008?
C. Tujuan Penelitian
Melalui deskripsi analisis dan pemaknaan atas studi lapangan penelitian ini ditujukan untuk mengetahui dan mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut :
6 2. Mengetahui sejauh mana penerapan manajemen mutu yang diwujudkan dengan pendekatan sistem manajemen mutu ISO 9001: 2008 mampu memberikan peningkatan mutu diklat secara berkelanjutan (continual improvement).
3. Mengetahui apakah implementasi strategi peningkatan manajemen mutu Pusdiklat yang diwujudkan dalam peningkatan pelayanan diklat dengan menggunakan pendekatan sistem manajemen mutu ISO 9001: 2008 efektif. 4. Melakukan analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (SWOT) yang
dihadapi Pusdiklat dalam melaksanakan peningkatan pelayanan Diklat dengan penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001: 2008 dan merumuskan strategi organisasi berdasarkan hasil analisis SWOT.
5. Mengembangkan model strategi peningkatan manajemen mutu Diklat yang dapat mendorong peningkatan mutu pelayanan Diklat di Pusdiklat Pegawai Kemendiknas melalui sistem manajemen mutu ISO 9001: 2008 dengan penerapan 8 (delapan) prinsip sistem manajemen mutu.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak-pihak yang berwenang atau yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan, untuk meningkatkan manajemen mutu diklat di lingkungan Kemdiknas. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini secara khusus adalah :
1. Penelitian ini memberikan manfaat kepada peneliti serta pejabat struktural dan pejabat fungsional (widyaiswara) di Pusdiklat untuk mengembangkan program diklat yang unggul dan mampu memberikan pelayanan yang bermutu.
2. Memberikan sumbangan pemikiran berupa model strategi peningkatan manajemen mutu diklat yang memenuhi kelayakan dan kelaikan dalam penyelenggaran diklat di Pusdiklat Pegawai Kemdiknas dengan memenuhi Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah No 101 tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil. Pada pasal 1 ayat 1 yang tercantum dalam ketentuan umum adalah Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil adalah untuk meningkatkan kinerja PNS.
3. Memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu manajemen mutu untuk penerapan di bidang pendidikan dan pelatihan terutama dari substansi Administrasi Pendidikan dalam mengembangkan kebijakan peningkatan mutu diklat.
8 b,pengembangan teori manajemen mutu pada diklat dan c. memberikan petunjuk praktis untuk mengimplementasikan SMM ISO 9001:2008 pada lembaga pendidikan dan pelatihan di Indonesia.
E. Definisi Operasional Penelitian
1. Manajemen Strategi Peningkatan Mutu Manajemen Diklat.
Manajemen strategi didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas fungsional akan memberikan kemampuan sebuah organisasi mencapai tujuannya(Fred.R.David:5). Strategi dirancang untuk mewujudkan misi dan dan tujuan organisasi, serta langkah-langkah untuk mencapai sasaran mutu organisasi (Pusdiklat Kemdiknas).
2. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000
pengusaha) dimana organisasi harus dapat memenuhinya dan memberikan kepuasan kepada pelanggannya.
Sistem Manajemen Mutu (SMM), mutu didefinisikan “kemampuan untuk memenuhi persyaratan-persyaratan”. Kebutuhan atau harapan yang ditetapkan secara langsung/eksplisit atau tidak langsung/implisit, oleh organisasi atau perorangan yang menerima suatu produk (pelanggan) berdasarkan karakteristik yang dimiliki oleh suatu produk.
Definisi mutu tersebut di atas merupakan jabaran identifikasi awal dari organisasi baik profit maupun non-profit untuk memberikan pelayanan terbaiknya kepada pelanggannya. Oleh sebab itu, organisasi harus mampu melakukan identifikasi kebutuhan dan harapan pelanggannya sehingga produk yang dihasilkan dapat diterima dengan baik oleh pelanggannya.
Berkaitan dengan penelitian ini yang dimaksud dengan produk adalah jasa diklat yang dilakukan oleh Pusdiklat Pegawai Kemdiknas.
3. Mutu Pendidikan dan Pelatihan
10 adalah kemampuan untuk memenuhi harapan pihak pelanggan dan stakeholder dengan memberikan kepuasan secara nyata dan bahkan melebihinya.
F. Kerangka Pikir Penelitian
Perubahan akibat globalisasi dewasa ini tampaknya memerlukan respons yang proaktif dan antisipatif dari dunia pendidikan. Upaya untuk meningkatkan kemampuan seluruh sumberdaya manusia pendidikan menjadi hal yang amat menentukan bagi terlaksananya pembangunan pendidikan yang bermutu. Tantangan perubahan yang terjadi dengan cepat perlu terus dipertimbangkan untuk dijadikan dorongan bagi peningkatan kualitas diklat melalui perbaikan yang terus menerus dalam kualitas kinerjanya, sehingga dapat menghasilkan output dan outcome yang mampu mentransformasikan dunia pendidikan ke arah yang lebih baik dan bermutu.
Lembaga diklat dituntut untuk creative dan inovative dalam melaksanakan tugasnya yang menunjukan keinginan untuk berubah, merupakan hal penting yang dapat mempengaruhi kinerja sumberdaya manusia dalam menerapkan/mengimplementasikan pada tataran teknis operasional. Hal ini tidak terlepas dari peran Pusdiklat sebagai organisasi pusat yang memberikan diklat kepada aparatur pegawai Kemendiknas yang amat penting bagi peningkatan mutu pendidikan.
Gambar 1.1, di atas yang merupakan kerangka pikir penelitian menunjukkan bahwa proses diklat terjadi melalui upaya transformasi input yakni peserta diklat serta sumberdaya lainnya yang dikelola melalui suatu manajemen diklat berbasis ISO 9001:2008 untuk menghasilkan output diklat yang bermutu serta memberi kepuasan pada lulusan diklat/alumni diklat. Pada output, adalah hasil dari penerapan 8 (delapan) prinsip sistem manajemen mutu ISO 9001:2008, peserta meningkat kompetensinya, serta memperoleh kepuasan atas pelayanan dari manajemen diklat. Tingkat kompetensi yang diperoleh selama diklat akan mendorong pada peran alumni dalam mengimplementasikan berbagai kemampuan sesuai dengan perannya masing-masing sehingga gerakan membangun mutu kinerja pada unit kerjanya semakin meningkat secara signifikan.
Keterkaitannya pertanyaan penelitian dengan kerangka pikir penelitian merupakan proses untuk menjawab permasalahan pada Pusdiklat Kemdiknas yang berupaya melakukan peningkatan mutu layanan diklat dengan menerapkan manajemen mutu diklat berbasis SMM ISO 9001:2008.
Keterkaitan Pertanyaan Penelitian dengan Kerangka Pikir Penelitian
13 strtategi peningkatan manajemen mutu diklat meliputi : formulasi strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi dengan pendekatan manajemen strategi yang berbasis SMM ISO 9001:2008 menghasilkan model Strategi Peningkatan Manajemen Mutu Diklat Pusdiklat Kemdiknas sebagai kebijakan strategis (policy strategy) untuk membangun lembaga diklat yang unggul.
G. Premis
Asumsi yang mendasari dari kerangka penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Lembaga pendidikan dan pelatihan maupun institusi pendidikan merupakan suatu model sistem terbuka (open system), dimana dalam model ini menekankan bahwa organisasi tidak hanya di pengaruhi lingkungan saja, tetapi bergantung pada lingkungannya dan organisasi mengambil input dari lingkungan kemudian melakukan trasformasi proses untuk menghasilkan output berupa produk atau jasa (Hoy, Wayne. K. 2008: 18)
2. Lembaga pendidikan merupakan model sistem sosial(sosial system model) merupakan 4 (empat) bagian elemen kunci internal, struktur, individu, iklim kondusif dan budaya, kekuasaan serta politik dan semuanya terkait dengan proses belajar dan mengajar (teaching-learning process).(Hoy, Wayne. K. 2008: 458)
3. Setiap organisasi memerlukan kompetensi utama yaitu inovasi (Peter F Drucker dalam Gaynor. 2002)
4. The purpose of educational change presumably is to help
schools/educational institution accomplish their goals more effectively by
replacing some structure, programs and/or practices with better one
(Michael Fullan The New Meaning of educational change 1991:15)
employees. It can provide clear guidance on attendance, punctuality,
concern about quality, and customer service. (John M. Ivancevich, 2007:45)
6. Leadership is seen as a process which recognizes the futility of separating people from each other and which seeks constantly to find new and effective
ways of integrating human activity, releasing skills and abilities and
empowering everyone to full and active leadership role (Patrick Whitaker,
Managing School Change, 1995:75)
Leadership is concerned with creating condition in which all members of
the organization can give of their best in a climate of commitment and
challenge (Patrick Whittaker, Managing School Change, 1995:74)
7. The successful management of teaching requires a constant attention to the organizational culture and climate within which it is set. (Patrick Whittaker,
Managing School Change, 1995:110)
8. Setiap orang punya kapabilitas kreatif yang dapat berkembang dan dikembangkan melalui pendidikan dan pelatihan serta lingkungan yang kondusif (Philip C. Wankat, Frank S. Oreovicz,1993) Teaching engineering, 1993. John W.Gardner.1981)
9. Identifying an organization’s existing vision, mission, objectives and
strategies is the logical starting point for strategic management.. Every
organization has a vision, mission, objectives, and strategy, even if these
elements are not consciously designed, written, or communicated. The
answer to where an organization is going can be determined largely bay
where the organization has been. ( Fred. R. David, 2007 :15)
10. Kebijakan mutu Pusdiklat Pegawai Kemdiknas adalah bertekad menerapkan
SMM ISO 9001:2008 untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan dalam hal ini peserta diklat dan stakeholders. Menurut Sallis.E (2007:7) bahwa: institusi pendidikan (diklat) disebut bermutu, dalam konsep Total Quality Management, harus memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Secara
15 spesifikasi yang diharapkan sesuai kebutuhan pelanggan/pengguna jasa diklat (quality in perception)
Sepuluh(10) premis sebagai dasar pertimbangan yang diajukan tersebut, maka peneliti menetapkan premis kebijakan strategis untuk peningkatan manajemen mutu diklat pada Pusdiklat Pegawai Kemdiknas akan dapat ditingkatkan berdasarkan model diklat dengan penerapan SMM ISO 9001:2008, apabila secara konsisten berkomitmen memenuhi 8 (delapan) prinsip manajemen mutu dengan melaksanakan kebijakan mutu (quality policy) dan sasaran mutu (quality objective) sebagai kebijakan organisasi, adanya kapasitas kepemimpinan yang andal, komitmen terhadap mutu tinggi, selalu berupaya untuk memenuhi kepuasan pelanggan dan bahkan melebihi harapannya. H. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan paradigma alamiah (naturalistic paradigm) dengan metode penelitian kualitatif, dimana dalam prosedur penelitian menggunakan data deskriptif. Strategi penelitian jenis studi kasus pada Pusdiklat Kemdiknas dengan "perspektif emic", yang merupakan proses sosial setting. Penelitian kualitatif, peneliti melakukan eksploratif dan memperdalam suatu fenomena sosial yang terdiri atas pelaku, ada kejadian, ada tempat dan ada waktu (Djaman’an Satori, 2009:22).
I. Lokasi dan Unit Analisis
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian pada dasarnya merupakan alat untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Usaha untuk memperoleh kebenaran diperlukan suatu cara pendekatan pada fakta-fakta empiris agar dapat difahami dalam suatu keteraturan, adapun pendekatan yang diambil peneliti adalah melalui model yang disebut paradigma. Paradigma, menurut Bogdan dan Biklen(1992:32), adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian. Menurut Patton yang dikutip oleh Lincoln dan Guba (1983:15), paradigma adalah suatu pandangan terhadap dunia dan alam sekitarnya, yang merupakan perspektif umum, suatu cara untuk menjabarkan masalah-masalah dunia nyata yang kompleks.
Penelitian ini menggunakan paradigma alamiah (naturalistic paradigm) dengan metode penelitian kualitatif. Penggunaan paradigma alamiah(naturalistic paradigm) dan pendekatan kualitatif serta strategi penelitian jenis studi kasus maka penelitian ini dimaksudkan untuk melihat gejala-gejala dari kerangka acuan si pelaku sendiri, yakni menafsirkan kegiatan atau kejadian dari sudut pandang pelaku yang disebut "perspektif emic". Menurut Sugiyono (2008:213) penelitian kualitatif harus bersifat
104 Menurut Djam’an Satori dan Aan K(2009:23) penelitian kualitatif adalah mengembangkan pertanyaan dasar tentang apa dan bagaimana kejadian itu terjadi, siapa yang terlibat dalam kejadian tersebut, kapan terjadinya dan dimana tempat kejadiaannya. Setting sosial itu digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1. Sosial Setting (Djam’an Satori dan Aan.Komariah. 2009:23)
ini, tanpa intervensi terhadap variabel-variabel proses yang sedang berlangsung apa adanya. Penelitian ini disebut pendekatan naturalistik, karena situasi lapangan penelitian bersifat "natural" atau wajar, sebagaimana adanya tanpa manipulasi, diatur dengan eksperimen atau test, penelitian ini bersifat deskriptif analitik evaluatif. Pada penelitian ini, maka apa yang terlaksana di lapangan dianalisis dan dievaluasi berdasarkan suatu kriteria tertentu sesuai dengan topik permasalah yang menjadi fokus.
Masalah penelitian merupakan fokus penelitian (Nasution 1988: 9-12), ciri-ciri dari penelitian kualitatif dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Sumber data ialah situasi wajar atau “natural setting” 2. Peneliti sebagai instrumen penelitian
3. Sangat deskriptif
4. Mementingkan proses maupun produk 5. Mencari makna
6. Mengutamakan data 7. Triangulasi
8. Menonjolkan rincian kontekstual
9. Subjek yang diteliti dipandang kedudukan sama dengan peneliti
10. Mengutamakan perspektif emic
11. Verifikasi
12.Purposif sampling
13. Menggunakan “audit trail” 14. Partisipasi tanpa mengganggu
15. Mengadakan analisis sejak awal penelitian disain penelitian tampil salam proses penelitian
Menurut Patton (1990: 40-41) Ciri-ciri pokok dari penelitian kualitatif (qualitative inquiry) adalah:
1. naturalistic inquiry. 2. inductive analysis. 3. holistic perspective. 4. qualitative data
5. personal contact and insight. 6. dynamic systems.
106 8. context Sensitivity.
9. emphatic Netrality. 10.design flexibility.
Berdasarkan pendapat di atas tampak bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang memerlukan kecermatan dalam pelaksanaannya, hal ini tidak lain karena setting alamiah perlu tetap terjaga agar data yang diperoleh benar-benar menunjukan kondisi lapangan yang sebenarnya. Selain itu analisis yang dilakukan bersifat induktif dari hal-hal khusus berdasarkan fakta lapangan untuk kemudian dipahami dan ditafsirkan dalam konteks keseluruhan kejadian yang bersifat holistik, serta data yang dikumpulkan merupakan data yang berkategori kualitatif.
Penelitian kualitatif juga suatu penelitian yang menunjukan penggunaan manusia sebagai alat dalam pengumpulan data dengan titik berat kepada proses ketimbang hasil dari suatu fenomena lapangan, karena apa yang terjadi di lapangan banyak yang sulit atau tidak mungkin diperkirakan sebelumnya maka desain penelitian ini bersifat fleksibel dalam arti memungkinkan untuk berubah sesuai dengan perkembangan yang terjadi.
Lima(5) jenis penelitian kualitatif menurut Djam’an Satori dan Aan Komariah (2009:33) yaitu: biografi, fenoma, grounded teori, ethografi dan studi kasus. Peneliti pada penelitian ini memilih jenis penelitian kualitatif dengan studi kasus.
B. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulkan data, pada penelitian ini memakai teknik wawancara terbuka, observasi langsung dan studi dokumen. Pengambilan data dilakukan dengan metode snowball sampling dengan proses jumlah kecil responden kemudian melibatkan
pihak yang terkait dengan responden awal untuk dijadikan responden dan seterusnya sehingga menjadi semakin besar seperti bola salju (snowball)
Data yang dihasilkan melalui wawancara atau observasi dari satu subjek, setelah diinterpretasi peneliti, kemudian diperiksakan kembali kepada subjek lain, dan seterusnya sampai menemui titik kejenuhan (saturated). Sumber data yang telah dimiliki telah dipandang cukup karena tidak ada lagi diperoleh informasi baru atas data yang sudah diperoleh.
Sumber data penelitian adalah keadaan dan lingkungan objek penelitian, subjek-subjek yang terlibat kegiatan, kontak sosial maupun berbagai aspek sosial yang melingkupinya. Hal-hal tersebut diamati secara langsung, diwawancarai serta dibaca dan ditelaah hasil pikirannya, baik dalam bentuk tulisan maupun lisan, atau yang dipahami orang-orang sekitarnya untuk kemudian dijadikan bahan pertanyaan pada subjek tersebut. Pengambilan data bercorak simultaneous cross sectional atau membercheek (dalam arti berbagai kegiatan kelakuan subjek penelitian tidak diambil
108 didasarkan pada pertimbangan banyaknya individu atau rincian rerata subjek penelitian, namun pada ciri-ciri penting berbagai kategori, kemudian menghubung-hubungkannya untuk menghasilkan inti teori yang dimunculkan (Miles &Hubermen 1992:20 dalam Djam’an Satori 2009:39).
Melalui teknik pengumpulan data simultaneous cross sectional atau member cheek, diharapkan dapat diperoleh secara lebih lengkap, lebih dalam dan dan lebih
dapat dipercaya, dan karenanya tujuan penelitian dapat tercapai. Hal ini dimungkinkan sebab dalam penelitian ini peneliti langsung berhadapan dengan sasaran penelitian. Sifat naturalistik, menjadikan peneliti berfungsi sebagai instrumen pengumpul data. Maka itu diperlukan kemampuan menyesuaikan diri dengan berbagai ragam realitas yang tidak dapat dikerjakan oleh instrumen non-human; seperti kuesioner dan semacamnya. Pada penelitian ini peneliti sendiri sebagai instrumen penelitian, diharapkan mampu menangkap makna, khususnya menghadapi nilai lokal yang berbeda dan bersifat khas. Melalui pengamatan langsung dengan instrumen penelitian peneliti sendiri, maka peneliti diharapkan mampu menangkap data yang bersifat perasaan, norma, nilai, keyakinan, kebiasaan, sikap mental serta perilaku responden.
C. Sumber Data
utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Sumber data utama untuk kepentingan penelitian ini adalah pejabat struktural di Pusdiklat, pihak-pihak yang berkepentingan dalam diklat aparatur yaitu pejabat di Lembaga Administrasi Negara (LAN), Widyaiswara dan pegawai lingkungan Pusdiklat Pegawai Kemendiknas, Bojongsari Depok serta peserta diklat. Sampel penelitian dengan metode ”snowball” akan berkembang seiring dengan berjalannya penelitian, disamping itu penelusuran dokumen yang diperlukan dalam memberikan pemahaman bagi tercapainya tujuan penelitian ini juga dilakukan, disamping suasana yang menjadi latar kegiatan pengawasan berjalan. Sumber data penelitian terdiri atas tiga bagian, yakni dokumen, manusia dan suasana (Sanusi Uwes,1999: 74).
Sumber data yang dikumpulkan dilakukan dengan proses observasi lapangan, melakukan studi dokumen, melakukan wawancara pada tahapan proses diklat dengan peserta diklat, pejabat struktural, Kepala Pusat dan hasil pendapat dan tanggapan terhadap objek penelitian kemudian dilakukan dengan teknik triangulasi dengan dua cara yaitu :
1. Proses Triangulasi Sumber 2. Proses Triangulasi Teknik
Gambar 3.2.
Gamba
D. Tehnik Analisis Data Pada penelitian in analisis saat memperta sectional", dan kedua m
analisis corak pertama, d hasil wawancara, hasil ob
Observasi Dokumen
Wawancara
.2. Proses Triangulasi Sumber Data Penelitian
bar 3.3. Proses Triangulasi Tehnik
ini terdapat dua corak yang akan diana rtajam keabsahan data, melalui "simult melalui interpretasi pada data searah kese , dilakukan penyusunan data, yakni penyus
observasi dan dokumen-dokumen berdasarka
110
tian
analisis. Pertama ultaneous cross
yang sesuai dengan masalah penelitian. Berdasarkan data yang diperoleh, dikembangkan penajaman data melalui pencarian data selanjutnya. Penelitian ini, data tidak dianggap sebagai error reality yang dipersalahkan oleh teori yang ada sebelumnya, tapi dianggap sebagai another reality (Stuart A. Schlegel, 1984:12). Miles dan Huberman 1992:20 (Djam’an Satori 2009:38) berpendapat ‘ dalam melakukan analis data dilakukan, 4 tahapan sebagai berikut: (1) proses memasuki lingkungan penelitian dan mengumpulkan data; (2) melakukan proses reduksi data dengan pemilihan, pemusatan perhatian, penyederhaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis dari lapangan;(3) penyajian data dengan mengolah informasi untuk penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan;(4) penarikan kesimpulan atau verifikasi dari hasil data yang telah dianalisis’.
Pada penelitian ini data dicatat apa adanya, tanpa intervensi dari teori atau paradigma peneliti selama ini yang dimiliki. Situasi wajar, apa adanya (natural setting) dijadikan bahan penelitian yang dimasuki peneliti tanpa intervensi situasi,
112 Berdasarkan kategorisasi dicari makna dalam inferensi, sehingga data tidak hanya sampai digambarkan tapi juga ditafsirkan. Kegiatan penelitian ini penulis memberikan interpretasi yang bersifat inovatif yakni mengembangkan ide-ide dengan argumen yang didasarkan pada data yang ditemukan. Bertolak dari cara itu, maka penemuan pada suatu waktu merupakan pedoman untuk langkah selanjutnya. Pengumpulan data lebih didasarkan pada pengembangan analisis dari data yang ditemukan sebelumnya. Triangulasi dilakukan pada objek lain mengenai hal yang sama, untuk menghilangkan bias pemahaman antara peneliti dengan pemahaman si pelaku. Metode pengecekan dilakukan dengan bentuk pertanyaan yang berbeda atau cara pengamatan yang berlainan. Tujuan hal ini terutama adalah membandingkan informasi yang didapat dari berbagai pihak, agar ada jaminan tentang tingkat kepercayaan data. Hal ini sekaligus mencegah subjektivitas peneliti (Nasution 2003:10). Hasil data dan analisis inilah yang kemudian dilaporkan sebagai hasil penelitian.
E. Langkah-langkah Penelitian
Berikut dikemukakan langkah-langkah penelitian yang dilakukan di lapangan, meliputi delapan tahap dari pra-survey sampai tahap pengujian kredibilitas data hasil penelitian.
1. Pra survey/orientasi
diiringi dialog dengan informan lain yang dipandang perlu dan dapat memberikan penambahan informasi guna lebih memberikan pemahaman akan masalah yang menjadi fokus penelitian.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan melalui para pejabat yang dapat memberikan pendalaman akan masalah yang menjadi fokus penelitian. Pada tahap ini, materi wawancara bersifat umum, kemudian tahap berikutnya wawancara akan lebih diarahkan pada fokus penelitian dan langsung menghubungi sumber-sumber yang berhubungan langsung (first hand). Kemudian data hasil wawancara dikomparasikan dengan studi dokumentasi dan observasi.
3. Diskusi
Diskusi dilakukan untuk menangkap ide-ide yang dikemukakan para responden yang diwawancarai, peneliti juga melakukan diskusi secara terus menerus dengan responden yang berada di Pusdiklat. Diskusi ini sifatnya berkelanjutan, selama terjun ke lapangan dan selama penulisan. Ini dilakukan juga untuk melakukan triangulasi data.
4. Triangulasi
114 Menurut Sugiyono(2008:273), triangulasi dilakukan untuk pengujian kredibilitas dilakukan dengan berbagai cara yaitu: triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi waktu pengumpulan data.
5. Membercheck
Membercheck dilakukan pada subjek wawancara melalui cara-cara sebagai
berikut: pertama langsung pada saat wawancara dalam bentuk penyampaian ide yang tertangkap peneliti saat wawancara. Kedua tidak langsung dalam bentuk penyampaian rangkuman hasil wawancara setelah peneliti mengetik dan menyusun menurut tertib masalah yang telah dirancang.
6. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dimaksudkan untuk menambah atau memperkuat apa yang terjadi, sebagai bahan untuk melakukan komparasi dengan hasil wawancara dan sejauh ada dokumentasi yang bisa diperoleh.
7. Observasi Langsung
F. Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif (Miles dan Hurberman,1992:20). Berdasarkan penulisan kembali baik dari alat rekaman maupun dari alat tulis, peneliti mengkategorisasi dan mengklasifikasi data. Pengolahan demikian dilakukan tidak secara simultan saat seluruh pendapat dari responden sudah terkumpul, tapi akan dilakukan setahap demi setahap, seiring dengan muncul dan berkembangnya masalah baru. Amat dimungkinkan subjek penelitian tidak mendapatkan materi wawancara yang sama. Hal ini berkaitan dengan pendalaman objek materi dari penelitian itu sendiri. Hasil tersebut kemudian dianalisis untuk melihat permasalahan secara mendalam.
Proses analisis data merupakan kegiatan telaah data yang terkumpul melalui observasi, wawancara mendalam maupun studi dokumen dan tertulis dalam catatan lapangan, transkrip wawancara maupun intisari dokumen untuk diketahui maknanya. Nasution (1996:126) mengemukakan, analisis data adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan, menyusun data berarti menggolongkan dalam pola, tema atau kategori, sebab tanpa kategori atau klasifikasi data akan terjadi keruwetan. Secara lebih rinci Bogdan dan Biklen (1992:153) menjelaskan sebagai berikut: "Data analysis is the process of systematically searching and arranging the interview transcripts, field notes, and other materials that you accumulate to increase
your own understanding of them and to enable you to present what you have discovered
to others". Dengan demikian, analisis data merupakan pencarian dan pengaturan
116 agar dapat dipresentasikan temuannya kepada orang lain. Berdasarkan pendapat tersebut, analisis data meliputi kegiatan mengerjakan data, menatanya, membaginya menjadi satuan-satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari pola, menemukan yang penting dan memilih apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang akan dilaporkan.
Selanjutnya analisis data penelitian dilakukan selama pengumpulan data dan setelah pengumpulan data. Miles dan Huberman (1992:73) menjelaskan bahwa, ana-lisis selama pengumpulan data memberikan kesempatan pada peneliti lapangan untuk berfikir tentang data yang ada dan mengembangkan strategi untuk mengumpulkan data baru yang biasanya kualitasnya lebih baik, melakukan koreksi terhadap informasi yang kurang jelas dan mengarahkan analisis yang sedang berjalan berkaitan dengan dampak pembangkitan kerja lapangan. Analisis selama dan sesudah pengumpulan data, cenderung menjadi sangat bermanfaat bilamana dasar datanya sangat lengkap serta penelitian berada dalam tahapan analisis.
muncul dari catatan-catatan di lapangan; catatan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi dirangkum dan dipilih hal-hal yang pokok serta difokuskan pada hai-hal yang penting, dengan perkataan lain; catatan lapangan (field note) disusun secara lebih sistematis, dicari tema-terna, (3) peneliti menelaah keseluruhan data dan mencatat kategori-kategori koding berdasarkan topik-topik atau pola-pola yang muncul secara teratur. Kategori koding ini ditulis dalam bentuk kalimat pendek. Data-data yang dicakup oleh kode tersebut diberi tanda garis bawah atau garis atas dengan Bolpoin atau pensil untuk menunjukkan satuan data yang termasuk dalam satu kategori koding, (4) setiap kategori yang ditemukan maupun satuan datanya masing-masing diberi nomor pasangan untuk memudahkan penemuannya, (5) penyajian data (display) sebagai sekumpulan informasi yang tersusun dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian data yang ditampilkan dalam bentuk naratif, (6) setelah peneliti menemukan pola, tema, hubungan, persamaan, dan hal-hal yang sering muncul, maka langkah berikutnya berupa penarikan kesimpulan yaitu pemaknaan terhadap temuan penelitian, dan peneliti selalu mengadakan verifikasi secara lebih mendalam dengan cara mencari data baru agar temuan lebih terjamin validitasnya. Untuk memastikan temuan itu benar, representatif atau merupakan kesimpulan gejala umum, maka harus diperiksa melalui keabsahan data.
G. Keabsahan Data
118 disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan paradigmanya sendiri (Moleong, 1996:173). Konsep tersebut di atas (validitas, reliabilitas) lazim digunakan pada penelitian non kualitatif:
Keabsahan (validasi) data diperlukan teknik pemeriksaan, sedangkan pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Pada pe-nelitian naturalistic/kualitatif terdapat empat kriteria yang digunakan untuk validasi data yaitu dengan menetapkan derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), ketergantungan/kehandalan (dependability), dan kepastian (conformability), (Nasution,1996:149-151). Validitas dan keabsahan data penelitian
BAB V
MODEL STRATEGI PENINGKATAN MANAJEMEN MUTU DIKLAT
A. Premis yang Digunakan
Sistem manajemen pada organisasi yang unggul harus mampu melakukan
perubahan, karena pengaruh lingkungan strategis yaitu faktor lingkungan internal
organisasi maupun faktor lingkungan eksternal organisasi. Sweeny (2002: 397) pada
bukunya yang berjudul Organization Behavior, Solution for Management, untuk
melakukan perubahan yang berhasil harus mampu menerapkan: “Creating Readiness for
Change”.
Proses perubahan pada organisasi harus mampu mengadopsi konsep organisasi belajar
(Learning Organizations) dengan pendekatan TQM. Sweeny untuk melakukan perubahan
dengan berhasil pemimpin organisasi, harus mampu mengkomunikasikan 5 (lima) dasar
pemikiran sebagai berikut:
1. Menetapkan fokus pada pelanggan dan berusaha memberikan kepuasan
pelanggan
2. Pemberdayaan karyawan untuk membangun produktifitas dan mencegah
penyimpangan
3. Berkembangnya organisasi karena perubahan
4. Adanya keterbukaan komunikasi
234
Menurut asumsi yang penulis tetapkan untuk keberhasilan penerapan model stategi
peningkatan manajemen mutu diklat di Pusdiklat dengan penerapan Sistem Manajemen
Mutu ISO. Peneliti mengajukan asumsi yang melandasi pengajuan konsep model sebagai
strategi konseptual dapat dijelaskan sebagai berikut :
Pertama, Pusdiklat Kemdiknas sebagai lembaga diklat aparatur pemerintah di bawah
Kementerian Pendidikan Nasional, memiliki potensi yang kuat untuk mengembangkan
dirinya. Hal ini terkait dengan tugas dan fungsinya berdasarkan perundang-undangan yang
berlaku, Peraturan Pemerintah No 101 tahun 2000, tentang pendidikan dan pelatihan
jabatan Pegawai Negeri Sipil dan Keputusan Menteri Nomor 23/O/2005 tentang organisasi
dan tata kerja pusat-pusat di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional, Pusdiklat
berkedudukan di bawah dan bertangggungjawab kepada Menteri melalui Sekretaris
Jenderal. Sebagai lembaga diklat yang strategis, maka perlu mengembangkan dirinya untuk
menjadi lembaga diklat yang unggul
Kedua, setiap usaha pengembangan peningkatan mutu manajemen diklat memerlukan
dukungan baik dari lingkungan internal maupun eksternal. Kemampuan kepemimpinan
merupakan faktor pendorong untuk mempercepat perubahan yang ada di Pusdiklat, untuk
memantapkan perubahan secara konstruktif maka diperlukan upaya penciptaan iklim kerja
yang kondusif. Komponen dari konsep dan instrumen kebijakan pengembangan yang
disusun dengan mengacu kepada renstra dan kebijakan Kemdiknas, renstra Pusdiklat dan
pemikiran kepala pusat dengan memberdayakan seluruh pejabat struktural dan fungsional
Ketiga, dari sisi kebutuhan organisasi, Pusdiklat Kemdiknas harus mampu melakukan
perubahan yang mampu memberikan nilai tambah dalam peningkatan kompetensi PNS di
lingkungan Kemdiknas pada unit utama, Perguruan tinggi seluruh Indonesia dan
pusat-pusat. Untuk itu menuntut dikembangkannya pemberdayaan potensi Pusdiklat dengan
mengadopsi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 sebagai sistem manajemen yang
berstandar internasional untuk kepentingan jangka pendek maupun jangka panjang
organisasi.
Keempat, dalam kerangka reformasi birokrasi di Kemdiknas, maka perbaikan dan
peningkatan mutu diklat yang diselenggarakan di Pusdiklat Kemdiknas perlu mendapatkan
dukungan secara penuh baik dari pengembangan sumberdaya yang meliputi: kompetensi
penyelengara dan widyaiswara, pengembangan program diklat dengan memanfaatkan
teknologi informasi komunikasi (TIK) dan pengembangan faslitas kampus yang
mendukung peningkatan mutu pelayanan dalam pengembangan program dan fasilitas yang
lebih moderen dan mampu memberikan sentuhan global.
Hasil penelitian yang dilakukan di Pusdiklat Pegawai Kementerian Pendidikan
Nasional, dengan penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008, bahwa untuk
membangun sistem penyelenggaraan diklat harus konsisten terhadap pedoman mutu yang
telah ditetapkan, prosedur mutu, kebijakan mutu dan sasaran mutu.
Delapan prinsip manajemen mutu merupakan indikator yang dilakukan untuk menilai
apakah sistem manajemen mutu yang telah diterapkan adalah efektif dengan dilakukan
236
Asumsi untuk mengembangkan model manajemen diklat Pusdiklat Kementerian
Pendidikan Nasional dengan Indikator C-I-P-O-Oc sebagai indikator mutu ( modifikasi
dari Abin Syamsudin, 2009) pada Bab II pada halaman 4. Dari hasil penelitian maka dapat
di kemukakan asumsi-asumsi tersebut diatas.
B. Elemen-Elemen Konseptual Strategi Manajemen
1. Contexts dan Input
Kapasitas Kepemimpinan,
Manajemen diklat dengan mengimplementasikan Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2008 dibutuhkan kepemimpinan visioner. Pemimpin yang visioner, dituntut
harus mampu menunjukkan komitmennya terhadap pencapaian tujuan organisasi yaitu
pencapaian visi dan misi.Penerapan SMM ISO 9001:2008, sesuai standar
internasional mengharuskan bahwa pimpinan harus menetapkan kebijakan mutu dan
sasaran mutu.
Pada klausul 5.1, bahwa untuk memberikan arah yang jelas terhadap organisasi yang
dipimpinnya, pemimpin harus mampu menunjukkan komitmen secara
sungguh-sungguh dan harus diikrarkan secara internal dan eksternal yaitu harus mampu
mengkomunikasikan dengan baik melalui proses secara lisan dan tertulis.
Klausul 5.1 yang dipersyaratkan oleh standar Internasional, dijelaskan: “ manajemen
puncak harus memberikan bukti dari komitmennya untuk pengembangan dan
penerapan sistem manajemen mutu dan terus-menerus meningkatkan keefektifannya”
1) berkomunikasi pada organisasi tentang pentingnya memenuhi persyaratan
pelanggan dan memenuhi peraturan dan hokum yang berlaku.
2) menetapkan kebijakan mutu dan sasaran mutu
3) memastikan sasaran mutu yang di buat efektif
4) melaksanakan tinjauan manajemen
5) memastikan tersedianya sumberdaya yang cukup.
Kapasitas kepemimpinan dengan penerapan standar Internasional SMM ISO
9001:2008 harus memiliki kriteria sebagai berikut :
a) Visioner, yang dicirikan dengan context:
1) memahami tentang masa depan kebijakan pendidikan nasional, tentang
visi, misi, strategi dan standar ambang
2) mampu menghadapi tantangan global di bidang kemajuan peningkatan
mutu pendidikan .
3) melaksanakan misi Pendidikan Nasional
4) berupaya mencapai tujuan pendidikan nasional sesuai yang
diamanatkan dalam renstra Pendidikan Nasional 2010-2014
b) Kecepatan dan ketepatan pengambilan keputusan, dicirikan sebagai
1) memahami masalah yang muncul di organisasinya maupun di
lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional.
2) mampu mengambil keputusan secara tepat dan akurat.
3) mampu menjabarkan renstra Kemdiknas Pusdiklat menjadi program
238
4) mengembangkan strategi pengembangan dan penyelenggaraan diklat
yang inovatif dan memiliki keunggulan tertentu.
5) mampu mengimplementasikan kebijakan secara tepat.
c) Kepemimpinannya adaptable dan transformasional yang bercirikan
sebagai:
1) memiliki keterampilan menjalin hubungan komunikasi (human
relation) dengan pelanggan dan stakeholders yang memuaskan dan
berhasil.
2) mampu menerapkan komunikasi yang efektif.
3) sigap menghadapi perubahan local, nasional dan global
4) proaktif dan Inovatif terhadap saran dan kritik yang disampaikan oleh
pelanggan dan stakeholders.
5) kemampuan adaptable yang tinggi, yaitu kemampuan untuk
menyesuaikan perubahan kebijakan yang bersifat nasional dengan
menyesuaikan dengan kondisi organisasinya, serta mampu memenuhi
tuntutan pelanggan dan stakeholders atas tugas dan tanggungjawabnya
dalam pengembangan dan penyelenggaraan diklat di Pusdiklat
Kemdiknas.
2. Proces
a. Mengembangkan proses produk jasa diklat yang unggul.
Untuk menghasilkan produk jasa diklat yang unggul dibutuhkan kriteria
1). Program diklat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pelanggan, untuk
menghasilkan program diklat yang sesuai dengan kebutuhan maka harus
dilakukan penyusunan program antara lain :
a) melaksanakan Training Needs Analisys (TNA) yang efektif.
b) melakukan evaluasi penyelenggaraan diklat apakah program yang
telah dilakukan dapat memenuhi harapan dan kepuasan pelanggan.
c) Program diklat yang diselenggarakan merupakan proses yang
relevansi untuk peningkatan kinerja institusi/institusi peserta diklat
d) mampu memberikan penyebaran atau distribusi pelayanan yang
merata kepada unit institusi yang harus dilayani oleh Pusdiklat.
e) hasil evaluasi dampak diklat memberikan konstribusi yang positip
terhadap peningkatan kinerja institusi/organisasi karena meningkatnya
kompetensi alumni peserta diklat.
2). Layanan kediklatan yang memenuhi standar
Pemberian layanan diklat yang memuaskan, maka lembaga diklat harus
memiliki 3 komponen utama yaitu :
a) kurikulum (program diklat) yang mengacu kepada
perundang-undangan dan peraturan yang berlaku.
b) kompetensi dan kualifikasi SDM dan Widyaiswara yang memenuhi
standar dalam penyelenggaraan diklat instansi pemerintah.
c) sarana dan prasarana yang memadai dengan persyaratan yang
240
persyaratan akreditasi lembaga diklat sesuai dengan peraturan kepala
LAN no2 tahun 2008 tentang pedoman akreditasi lembaga pendidikan
dan pelatihan pemerintah.
Pusdiklat Kemdiknas dalam penyelenggaraan diklat merupakan lembaga
diklat di bawah Kementerian Pendidikan Nasional untuk mendapatkan
penilaian “kelayakan” baik secara nasional maupun internasional, maka telah
dilakukan penilaian akreditasi oleh Lembaga Administrasi Negara dan Badan
Sertitifikasi SMM ISO 9001:2008.
Penilaian kelayakan sebagai lembaga diklat dilakukan oleh LAN sesuai
dengan peraturan kepala LAN No 2 tahun 2008 tentang Pedoman Akreditasi
Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah. Sedangkan penilaian secara
internasional dengan dilakukan sertifikasi Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2008 oleh PT TUV Rheinland Internasional yang berpusat di negara
Jerman.
3. Output
Kriteria output yang dihasilkan Pusdiklat Kemdiknas adalah :
a. Kompetensi alumni diklat
Penilaian kompetensi peserta diklat dilakukan sesuai dengan persyaratan
program dan kurikulum diklat yang ditetapkan oleh Instansi pembina yaitu
Lembaga Administrasi Negara berdasarkan keputusan Kepala LAN.
b. Pembinaan alumni.
Pembinaan alumni diklat Pusdiklat Kemdiknas, dilakukan dengan
mengembangkan jaringan komunikasi dengan Institusi unit utama dan pusat
dilakukan dengan pengiriman program diklat secara berkala setiap awal tahun.
c. Mengembangkan jaringan alumni.
Untuk peningkatan mutu diklat di Pusdiklat, maka pengembangan jaringan
alumni akan sangat membantu untuk menggali kebutuhan diklat yang
diperlukan oleh stakeholders. Dengan adanya ikatan alumni yang kuat akan
memberikan sumbangan pemikiran untuk penjaringan kebutuhan diklat dengan
TNA yang efektif.
Jalinan komunikasi dengan alumni dilakukan dengan pembangunan website
Pusdiklat sebagai sarana komunikasi untuk menginformasikan program diklat
yang ditawarkan dan memberikan informasi terkini program peningkatan mutu
yang di kembangkan di Pusdiklat.
4. Outcome
Mengukur outcome atau hasil pasca diklat, maka Pusdiklat setiap tahun harus
melakukan evaluasi dampak diklat kepada sampel alumni diklat yang dipilih secara
acak, berdasarkan jenis diklat yang di ikuti berdasarkan, dan mewakili setiap
propinsi di Indonesia. Selain berdasarkan evaluasi pasca diklat untuk mengukur
dampak ini setiap awal tahun di Pusdiklat dilakukan workshop analisis kebutuhan
diklat prajabatan dengan lingkungan Perguruan Tinggi dan Lembaga Penjaminan
242
penyelenggaraan diklat pada tahun yang lalu dan menginventarisasi permasalahan
yang muncul selama pelaksanaan diklat parajabatan di daerah, sekaligus untuk
mencari solusi secara bersama terhadap permasalahan yang muncul, sehingga
apabila muncul permasalahan yang sama pada saat diselenggarakan kepala LPMP
dapat mengatasi permasalahan dengan baik bersama mitra kerjanya Perguruan
tinggi yang bersangkutan.
C. Kerangka Konseptual Model Strategi Peningkatan Manajemen Mutu Pusdiklat
Berdasarkan asumsi-asumsi dan elemen-elemen, maka gambaran strategi
peningkatan mutu manajemen diklat dengan implementasi SMM ISO 9001:2008 di
gambarkan sebagai berikut seperti pada gambar 5.1.
Pada bagan tersebut menjelaskan bahwa untuk meningkatkan manajemen mutu
diklat perlu ada kemampuan kepemimpinan yang visioner yang mampu memberikan
dorongan untuk melihat kekuatan dan tantangan Pusdiklat ke depan sebagai lembaga
diklat yang strategis. Peningkatkan kompetensi SDM di lingkungan Kementerian
Pendidikan Nasional dengan implementasi manajemen mutu diklat dengan indikator
mutu C-I-P-O-Oc (Modifikasi dari Abin Syamsudin, 2009).
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008, merupakan indikator proses implementasi
manajemen mutu di organisasi dengan pendekatan TQM dan PDCA yang telah banyak
diterapkan oleh organisasi dan institusi pendidikan di seluruh dunia. Kerangka model
244
D. Strategi dan Instrumen Pengembangan Sistem Manajemen
Sesuai hasil analisis SWOT terhadap Pusdiklat dengan kekuatan strategis di bidang
pengembangan SDM Kemdiknas serta tantangan ke depan yang harus di hadapi, maka
manajemen Pusdiklat mengimplikasikan pilihan strategi penerapan system manajemen
mutu sebagai proses untuk melakukan strategi ready change dalam upaya penyelenggaraan
diklat yang mampu menyusun program unggulan dan mampu memberikan pelayanan
secara prima, sehingga peserta diklat yang datang ke Pusdiklat Kemdiknas memperolah
peningkatan kompentensi yang dibutuhkan dan memberikan evaluasi yang memuaskan,
sesuai dengan sasaran mutu yang direncanakan oleh Pusdiklat. Proses ini secara teoritik
menggambarkan perubahan organisasi untuk menuju excellence organization di butuhkan
transformasi sumberdaya secara menyeluruh, dengan membangun visi, misi, arah dan
kebijakan organisasi. Adapun dalam merumuskan strategi dengan mengunakan konsep dan
teori manajemen strategi, maka ada tiga tahapan proses dalam merumuskan suatu strategi
dalam organisasi yaitu: formulasi/perumusan strategi, implementasi/ penerapan strategi
dan evaluasi strategi dengan pendekatan manajemen strategi yang berbasis SMM ISO
9001:2008. Formulasi strategi meliputi pengembangan visi dan misi, pengembangan
kebijakan mutu, identifikasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan), identifikasi faktor
eksternal (peluang dan ancaman). Pada tahap implementasi strategi dilakukan dengan
menetapkan sasaran mutu, pemberian sosialisasi dan memotivasi karyawan,
mengalokasikan sumberdaya, sehingga formulasi strategi dapat dijalankan. Tahap
evaluasi strategi merupakan tahap untuk menilai apakah penerapan strategi yang telah
internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) telah
berubah atau tidak. Sedang dikaitkan dengan penerapan SMM ISO 9001:2008 apakah
sasaran mutu tercapai, apakah kepuasan pelanggan meningkat.
Ketiga Indikator ini dalam manajemen strategi sebagai bagian dari pengukuran kinerja
suatu organisasi . Hasil pengukuran kinerja tersebut apabila tidak tercapai sesuai dengan
sasaran mutu maka harus dilakukan tindakan koreksiatau perbaikan dan dipantau apakah
proses perbaikan tersebut telah direncanakan dengan baik dan dilakukan pengukuran
apakah efektif, apabila telah tercapai maka dilakukan upaya peningkatan kembali sehingga
standar mutu pencapaianya lebih meningkat lagi.
Proses menghasilkan model manajemen strategi peningkatan manajemen mutu diklat
Pusdiklat Kemdiknas, sebagai kebijakan strategik (strategic policy) untuk membangun
lembaga diklat yang unggul. Untuk percepatan perubahan maka seluruh bagian dan unit
kerja Pusdiklat, harus menstransformasikan strategi transformasi organisasi dengan
mengimplementasikan SMM ISO 2001:2008 melalui proses mengintegrasikan 8 (delapan)
prinsip manajemen mutu ISO 9001: 2008 ke dalam proses kegiatan diklat yang di
laksanakan Pusdiklat.
Model ini merupakan upaya Pusdiklat untuk mengembangkan sumberdaya yang ada
agar sebagai lembaga diklat dapat memberikan kontribusi secara nyata dalam rangka
meningkatan kompetensi aparatur di lingkungan Kemdiknas melalui program diklat yang
246
Model konseptual strategi peningkatan manajemen mutu Pusdiklat, menggambarkan
bahwa proses peningkatan mutu, merupakan proses jangka pendek, jangka menengah
dan jangka ISO panjang sesuai dengan tahapan seperti yang direncanakan pada Renstra
Pusdiklat 2010-2014. Pencapai tujuan renstra akan efektif kalau dikendalikan oleh
Sistem Manajemen Mutu 9001:2008 sebagai alat penjaminan mutu (quality assurance)
E. Validitas Strategi Pengembangan Manajemen Diklat
Untuk menguji apakah model strategi pengembangan manajemen diklat Pusdiklat
dengan penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 memberikan dampak yang
signifikan terhadap peningkatan mutu yang dirasakan, maka peneliti melakukan proses
penjaringan data dengan pemaparan konsep dengan metode Fokus Group
Discussion(FGD), dan melakukan “Triangulasi “pendapat dari masukan Kepala Pusat
Bapak Agus Dharma, PhD, lalu di dibandingkan dengan pendapat dari pejabat
struktural, Widyaiswara dan staf Pusdiklat diperoleh hasil sebagai berikut .
Pengembangan visi dan misi yang jelas, serta penerapan SMM ISO 9001:2000 dan
telah di up-grade ke versi ISO 9001:2008, telah memberikan pengalaman yang
berharga bagi Pusdiklat dalam melakukan perubahan sistem manajemen dalam upaya
peningkatan mutu layanan kediklatan.
Rumusan visi dan misi pusdiklat di kembangkan dalam kemasan pedonan mutu dan
menjadi komitmen seluruh manajemen Pusdiklat dan staf untuk mengimplementasikan
proses soasialisasi dengan menerbitkan buku saku standar sistem manajemen mutu ISO
9001:2008, Pusdiklat Pegawai Kementerian Pendidikan Nasional.
F. Implementasi Model Strategi Peningkatan Manajemen Mutu Diklat.
Hasil pengembangan model strategi peningkatan manajemen mutu Pusdiklat,
merupakan kerangka dasar untuk membangun Pusdiklat yang unggul apabila ke empat
premis yang diusulkan peneliti dapat dilaksanakan dengan baik.
Salah satu faktor pendukung yang sangat kuat adalah adanya sistem komunikasi
internal yang efektif, komunikasi internal merupakan faktor yang sangat menentukan.
Sistem manajemen mutu, menuntut organisasi untuk mengembangkan sistem
komunikasi internal yang mudah diakses dan mudah untuk dilakukan mampu telusur
apabila terjadi masalah dengan keputusan yang telah ditetapkan.
Konsep pengembangan sistem komunikasi internal dan ekternal akan sangat efektif
apabila dalam prosesnya dibantu dengan penggunaan teknologi informasi dan
261
DAFTAR PUSTAKA
Atmodiwirio,S.2005. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta; Ardadizya Jaya.
Bass, B.M. 1985. Leadership and Performance Beyond the Expectations, Pree Press New York.
Bass B.M. dan Avolio, B.J. 1993. Transformational Leadership dan Organizational Culture. Public Administration Querterly, 17(1): 112-17
Bogdan, R.C and Biklen, S.K.1992.Qualitative Research for Education; An Introduction to Theory and Methods; Boston; Allyn and Bacon.
Boone,L.E, David,L.K.1984. Principles of Management. New York; Random House. Bhote, K. R. 1996. Beyond Customer Satisfaction to Customer Loyalty - The Key to
Greater Profitability, New York; American Management Association.
Castetter,W.B.1996. The Personnel Function in Educational Administration, New York; Mc.Millan. Publishing.Co.Inc.
Creech.B.1996. Lima Pilar Manajemen Mutu Terpadu. Jakarta; Bina Rupa Aksara Danuwijaya, M. 2004. Manajemen Keuangan Sekolah. Jakarta; Uhamka Press
David,R.F.2007. Strategic Management, Concepts and Cases. New Yersey; Pearson Education Inc.
David, R.F 2009. Manajemen Strategis Konsep, (alih bahasa Sunardi,D), Jakarta; Salemba.
Decenzo,David, A,Robbins,Stephen P.1999. Human Resource Management. New York; John Willey and Sons, Inc.
Domigo, R.T. 1997. Quality Means Survival. Singapore; Prentice Hall Simon & Schuster.
Depdiknas,2001. Peraturan Pemerintah No 101 tahun 2001. Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil.Jakarta.
Depdiknas,2005. Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005. Standar Nasional Pendidikan. Depdiknas. Jakarta
Depdiknas.2009. Peraturan Menteri No 63 tahun 2009. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan
Drucker,P. F.1995. Leader of The Future. SanFrancisco; Jossey- Bass Publishers. Engkoswara. 2001. Paradigma Manajemen Pendidikan Menyonsong Otonomi Daerah.
Bandung; Yayasan Amal Keluarga.
Edward.S. 2006.Total Quality Manajemen in Education. Jogjakarta; IRCi SoD.
Fullan,Michael.1991. The New Meaning of Educational Change. New York; Teacher College Press.
Franco, EA. (1991). Training, Quizon City; kalayan Press Mktg Ent Inc. Gaynor.2002. Innovation by Design. New York; Amacon.
Gasperz,V.1997. Manajemen Kualitas Dalam Industri Jasa. Jakarta; Gramedia Pustaka Utama.
Gasperz, V.2001. Total Quality Management. Jakarta; Gramedia Pustaka Utama. Gasperz,V.2001. ISO 9001:2000 and Continual Quality Improvement. Jakarta;
Gramedia Pustaka Utama.
Gibson, Ivancevich, Donnelly, 1996, Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses,
( Alih Bahasa Nunuk Adiarni), Jakarta; Penerbit Binarupa Aksara.
Gibson.1988. Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses. Alih Bahasa Nunuk Ardiani. Jakarta; Binarupa Aksara
Gomes, Faustino Cardoso. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta; Andi Offset
Hartanto,F.M. 1991. Kepemimpinan Transformasional dalam Upaya Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja di Indonesia, Makalah Seminar Depnaker.Jakarta.
Hoy,Wayne. K.Cecil .G. Miskel.2008. Educational Administration 8 th Edition. Hasibuan,M.1994. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta; CV. Haji Masagung. Hasibuan,SP,M.2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta; Bumi Aksara. Ibrahim,A.2003.Pemberdayaan Sumberdaya Manusia dan Implementasi nya, Bandung;
Program Pasca Sarjana Unpad.
Ivancevich, John. 2007. Human Resource Management, 10th ed. Mc. Graw Hill. Jeff,D.Graff. Katherine,A,Lawrence.2002. Creativity at Work.