STRATEGI PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL
KEPALA SEKOLAH MENENGAH UMUM ( SMU )
OLEH PENGAWAS SEKOLAH
(Studi Deskripsi Analitis tentang Strategi Peningkatan Kemampuan Profesional Kcpala SMU di Kota Bandung)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar
Magister Pendidikan Program Administrasi Pendidikan
Oleh
JAJA JAHARI NIM. 989621
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDDXAN
PERNYATAAN
Dengan ini saya raenyatakan bahwa tesis dengan judul:
STRATEGI PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL KEPALA
SEKOLAH UMUM (SMU) OLEH PENGAWAS SEKOLAH ( Studi Deskripsi Analitis tentang Strategi Peningkatan Kemampuan Profesional Kepala
SMU di Kota Bandung) ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri , dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan
cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko /sangsi yang
dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran
terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain
terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, 30 April 2001
YangjnenabuaJ perfiyataan
LEMBAR PERSETUJUAN
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
Prof.Dr.H. Tp. Abin Syamsuddin Makmun MA
ND?>d0188292
Pembimbing II
rof.Dr. H.Moch. roucUl Anwar MPd.
PERSETUJUAN KETUA PROGRAM
DISETUJUI OLEH
KETUA PROGRAM ADMTNISTRASI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDH)IKAN INDONESIA
Prof. DR. H Xbjn Syamsuddin Makmun MA
ABSTRACT
The Strategy of the Development of Senior High School Head master Professional Capability By Supervisor.
(Descriptive Study about Senior High School (SMU) Headmasters
in Bandung)
By. Drs. H. Jaja Jahari
Supervising is a strategic way in developing human resources in the world of education, the headmaster is the important one who is a leader in the lowest unit.
Therefore, the headmaster must have a professional capability which is necessary in
education development.
Supervisor is important in the supervising program by giving directions,
guidance, examples, and suggestions to the headmaster directly. The writer has desire
to find whether this effort effective or not. The writer uses a qualitative approach with
the case study onthe supervisor and headmaster in Bandung. The data collected from
interview, observation, and documentation study from human instrument. The steps
are the data information analisis, the interpretation and elaboration, chatagorisation
and unity, triangulation and member check.The writer found that the effort of supervisor is not effective . The way of
supervising is still monotenous which is followed by the limitation of supervisors, the
scientific activity of headmaster, and fund in the supervising program.
It is suggested to do some modifications in supervising system, add the member of supervisors . support the willingness of the headmaster to develop their
A BSTRAK
Strategi Pembinaan Kemampuan Profesional Kepala Sekolah Menengah
Umum (SMU) oleh Pengawas Sekolah
( Studi Deskripsi Analitis tentang Strategi Peningkatan Kemampuan Profesional
Kepala SMUdi Kota Bandung)
Oleh : Drs. H. Jaja Jahari
Pembinaan merupakan sarana yang strategis dalam pengembangan sumber
daya manusia yang terlibat dalam dunia pendidikan, terutama pemegang kendali mutu
di unit yang paling bawah yaitu Kepala Sekolah. Oleh karena iru Kepala Sekolah
harus mempunyai sikap profesional yang sangat diperlukan untuk memajukan
pendidikan apaiagi dalam mcngisi abad global dan era informasi yang tidak dapat
dibendung seperti sekarang ini. Dalam rangka mewujudkan sikap profesional Kepala
Sekolah, maka Pengawas Sekolah berperanan penting membantu mewujudkannya,
karena Pengawaslah yang memberikan arahan, bimbingan, contoh dan saran-saran
secara langsung kepada Kepala Sekolah. Berdasarkan pemikiran tersebut, penulis
tertarik untuk meneiiti bagaimana usaha Pengawas Sekolah membina kemampuan
profesional Kepala Sekolah di kota Bandung Jawa Barat . Sesuai dengan studi
deskripsi, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus pada
Pengawas Sekolah dan Kepala SMU Negeri dan Swasta di Kota Bandung. Data
dikumpulkan dengan teknik wawancara, observasi dan studi dokumentasi dengan alat
yang digunakan dalam pengumpulan data adalah manusia (human instrument),
dibantu dengan alat bantu buku catatan dan tape recorder. Data tersebut dianalisis
dengan mengikuti langkah : analisis informasi data, interpretasi dan elaborasi,
katagorisasi dan unitasi, triangulasi dan member check.
Dari analisis tersebut ditemukan bahwa usaha pembinaan kemampuan
profesional Kepala Sekolah yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah belum efektif,
masih banyak Kepala Sekolah yang standar mutunya rendah walaupun usaha'
pembinaan terus dilakukan. Cara-cara pembinaan yang cenderung monoion
mengakibatkan kinerja Kepala Sekolah juga monoton disamping beberapa kendala
seperti kurangnya tenaga pengawas, masih terbatasnya kegiatan ilmiah bagi Kepala
Sekolah, kreativitas yang hampir mandeg, kompensasi yang belum memadai dan dana
pembinaan yang masih kecil.
Berdasarkan hal-hal diatas maka, usaha pembinaan kemampuan profesional
Kepala Sekolah disarankan untuk adanya modifikasi pembinaan dengan sistem yang
dapat disesuaikan dengan kondisi saat ini, penambahan jumlah tenaga pengawas
,adanya kesadaran dari Kepala Sekolah untuk terus meningkatkan kemampuannya,
perhatian terhadap kesejahteraan Kepala Sekolah dan Pengawas baik lahir maupun
D AFTARISI
Halaman
ABSTRAK .*.
KATA PENGANTAR m
DAFTARISI vn
DAFTARTABEL x
DAFTARGAMBAR x1.
DAFTAR LAMPIRAN xu
BAB I
PENDAHULUAN
l
A.
Tatar Belakang Masalah
1
B.
Rumusan dan Batasan Masalah
9
C.
Paradigma Penelitian
^
D.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
13
E.
Anggapan Dasar dan Pertanyaan Penelitian
14
F. Sistimatika Pembahasan I7
BAB II
LANDASAN TEORITIS
i9
A.
Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan
19
1. Konsep Dasar dan Definisi Administrasi
Pendidikan2. Kegiatan dalam Admkinistrasi Pendidikan
22
3. Unsur-unsuir dalam Admnistrasi Pendidikan.. 24
B.
Konsep Pembinaan
25
1
Pengertian Pembinaan
25
2.
Prinsip Pembinaan
29
3.
Fungsi Pembinaan dan Pengawasan
31
4.
Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang
33
Pembina / Pengawas
24
C.
Kemampuan Profesional Kepala Sekolah
35
1.
Tugas dan Fungsi Kepala Sekolah
37
2. Profesionalisasi Kepala Sekolah 28
3.
Pekerjaan Kepala Sekolah sebagai Profesi....
48
p.
Hasil Penelitian Lain yang Relevan
55
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
58
A.
Data yang Diperlukan
58
C. Metoda Penelitian 63
D. Sumber dan Alat Pengumpul Data 63
E. Tahap Pelaksanaan Penelitian 64
F. Validitas Penelitian 65
G. Pengolahan dan Analisis Data 66
BAB IV HASIL PENELITIAN 68
A. Persepsi Pengawas dalam Pembinaan Kemampuan Kepala Sekolah yang Dilaksanakan Pengawas,
Kendala dan Solusinya 68
1. Persepsi Pengawas dalam Membina
Kemampuan Profesional Kepala Sekolah 69 2. Usaha Pengawas Pembina dalam Pembinaan
Kemampuan Profesional Kepala Sekolah 70
3. Kendala-kendala Pengawas dan Solusi yang
Dilakukarmya dalam Pembinaan
Kemampuan Profesional Kepala Sekolah 79
B. Pelaksanaan Tugas Pengawas dalam Membina
Kemampuan Profesional Kepala Sekolah 85 1 Kegiatan yang Dilakukan Pengawas 85
2. Kegiatan yang Diterima oleh Kepala Sekolah dalam Rangka Pembinaan Kemampuan
Profesional Kepala Sekolah 88 C. Persepsi Kepala Sekolah terhadap Tugas ,
Kegiatan dan Pembinaan yang Diterima serta
Kendala-kendalanya 91
1. Persepsi Kepala Sekolah terhadap Tugasnya.. 91
2. Kegiatan-kegiatan yang Diterima Kepala
Sekolah dari Pengawas 93
3. Kendala-kendala yang Dihadapi Kepala
Sekolah dalam Melaksanakan Tugas 93
BABV POKOK-POKOK TEMUAN PEMBAHASAN DAN
IMPLIKASI HASIL PENELITIAN 95
A. Pokok-pokok Temuan Penelitian 95
1. Persepsi Pengawas Selaku Pembina Kemampuan Profesional Kepala Sekolah,
Usaha , Kendala dan Metoda Pembinaan
2.
Pelaksanaan
Tugas
Pengawas
dalam
. Pembinaan Kemampuan Profesional Kepala
Sekolah 9g
3.
Persepsi Kepala Sekolah terhadap Tugas dan
Pembinaan Kemampuan Profesional Kepala
Sekolah yang Diterima 103
B. Pembahasan Temuan Penelitian 104
1. Persepsi Pengawas, Usaha , Kendala dan
Metoda Pembinaan Kemampuan Profesional
Kepala Sekolah 108
2.
Pelaksanaan
Tugas
Pengawas
dalam
Membantu
Peningkatan
Kemampuan
Profesional Kepala Sekolah 109
3..
Persepsi Kepala Sekolah terhadap Tugas,
Kegiatan , Pembinaan yang Diterima dan Hambatan yang Dihadapi dalam Pelaksanaan
Tugas 1H
C. Implikasi Temuan Penelitian 112
1. Perlunya Penambahan Pengawas 115
2. Pembinaan Kepala Sekolah dalam Bentuk
Kegiatan Ilmiah 115
3. Penyediaan Buku Bacaan Ilmiah 116
4.
Peningkatan Kreatifitas dan Motivasi Kerja...
117
5. Ketepatan dalam Mengatur Mutasi dan
Rotasi Kepala Sekolah 118
6. Peningkatan Sistem Pembinaan dan
Penilaian Kinerja Kepala Sekolah 119
7. Kompensasi 122
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 124
A. Kesimpulan 124
B. Rekomendasi 127
DAFTAR PUSTAKA 129
LAMPIRAN-LAMPIRAN
135
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
165
DAFTAR TABEL
[image:10.595.73.472.158.693.2]Halaman
Tabel 1.1
Klasifikasi SMU Program IPA Kota Bandung
Tahun Pelajaran 1999/2000 7
Daftar Kalsifikasi Sampel Pengawas
59
Daftar Sampel Sekolah dan Klasifikasinya
61
Daftar Ciri Pemih'han Sampel
69
Tabel3.I Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 4.1
Tabel 5.1
Perbandingan Jumlah Pengawas dan Sekolah
Binaan
80 Data Perolehan NEM Rata-rata SMU Jurusan
DAFTAR GAMBAR
[image:11.595.45.483.151.753.2]Halaman
Gambar 1.1
PComponen Sekolah sebagai Organisasi
4
Gambar 1.2
Paradigma Penelitian
12
Gambar 2.3
Wilayah Kerja Administrasi Pendidikan
23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
membentuk masyarakat dunia yang saling bergantung. Tatanan dunia
mulai mengalami perubahan secara struktural menuju era globalisasi
dalam berbagai bidang kehidupan. . Tatanan dunia saat mi ditandai oleh
persaingan antar bangsa, stabilitas kehidupan suatu bangsa dan hubungan
antar bangsa akan memainkan peranan penting.
Bagi bangsa Indonesia, abad 21 adalah abad perubahan besar,
terutama perubahan dari masyarakat agraris menuju masyarakat industn
dan informasi dengan pola-pola kehidupan yang berbeda. HAR. Tilaar
(1998 :4) mengidentifikasikan berbagai kekuatan global :
Kekuatan global pada umumnya bermuara pada empat kekuatan
yakni (1) kemajuan Iptek terutama dalam bidang informasi serta
inovasi-inovasi baru didalam teknologi yang mempermudah
kehidupan manusia, (2) perdagangan bebas yang ditunjang oleh
kemajuan Iptek (3) kerjasama regional dan internasional vang telah
menyatukan kehidupan bangsa-bangsa tanpa mengenal bates negara
dan (4) menmgkatnya kesadaran hak azasi manusia serta kewajiban
manusia dalam kehidupan bersama dan sejalan dengan itu semakin
meningkatnya kesadaran bersama dalam demokrasi.
Sumber daya manusia yang siap dalam menghadapi era
globalisasi tersebut harus memiliki pendidikan yang tinggi dengan
Sementara saat ini masih terdapat sumber daya manusia yang
lemah dengan pendidikan yang rendah, ekonomi yang) kurang dan
bahkan akhlak yang kurang baik.
Tujuan pendidikan Sekolah Menengah dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2 tahun 1989 pasal 15
adalah,
Pendidikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan
meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan
mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial,
budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan
lebih ianjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi.
Lebih Ianjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 1990
pasai 2 antara lain dinyatakan bahwa :
Tujuan pendidikan menengah adalah : (l)meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. (2)
meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam
mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial,
budaya dan alam sekitarnya.
Karena itu maka jenjang pendidikan SMU merupakan jenjang vital untuk menyiapkan sumber daya manusia yang siap fisik dan mental yang ditunjang pengetahuan yang tinggi dalam menghadapi era
globalisasi tersebut.
Keberhasilan jenjang pendidikan SMU sesuai tujuan diatas
tingginya perolehan NEM, dan keberhasilan sekolah menghantarkan
lulusannya masuk perguruan tinggi baik negeri, swasta
maupun
sekolah di
luar negeri, serta kecilnya resiko terjadinya perilaku
menyimpang para pelajar dalam bentuk kenakalan remaja serta tingginya prestasi siswa dalam bidang lain diluar kurikulum ( ekstrakurikuler ) yang diindikasikan dengan pencapaian kejuaraan
dalam berbagai event
Diantara yang paling berperan dalam keberhasilan siswa tersebut
adalah Kepala Sekolah. Menurut Dedi Supriadi ( 1998 : 346 ) "Erat hubungannya antara mutu Kepala Sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah dan
menurunnya perilaku nakai siswa ".
Keberhasilan diatas akan tercapai apabila semua unsur yang ada didalam sistem organisasi sekolah berjalan dengan baik. Gambaran
komponen yang ada dalam sekolah sebagai organisasi adalah sebagai
Gambar 1.1 Komponen Sekolah sebagai Organisasi
Menurut C. Turney dalam The School Manager
Secara konsepsional, yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Menengah Umum adalah
Kepala Sekolah. la harus bertanggung jawab atas pengelolaan pendidikan secara mikro, yaitu tahapan yang membahas dan melaksanakan proses belajar mengajar , dimana guru sebagai pengelola
28 tahun 1990 disebutkan bahwa " Kepala Sekolah bertanggung jawab
atas penyeienggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah,
pembinaan tenaga kependidikan lainnya dan pendayagunaan serta
pemeliharaan saranaserta prasarana ".
Kepala Sekolah yang baik dan berhasil adalah mereka yang
memiliki kemampuan profesional tinggi. Direktur Pendidikan Menengah
Umum Depdikbud dalam Rambu-rambu Pemlaian Pelaksanaan Tugas
Kepala Sekolah di Lingkungan Dikmenum (1999 : 1 ) menyatakan
bahwa:
Kepala Sekolah adalah Guru Pegawai Negeri Sipil vang diberi
tugas tambahan sebagai Kepala sekolah perlu senantiasa
meningkatkan kemampuan, pengabdian, dan kreativitasnya agar
dapat melaksanakan tugas secara profesional.
Profesional menurut Dedi Supriadi (1998 : 95) "... menunjuk
kepada penampilan seseorang yang sesuai dengan tuntutan yang
seharusnya". Diantara penanggungjawab pengendalian dan penilaian
pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah adalah Para Pengawas
yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Kantor
Wilayah Departemen Pendidikan Nasional. Menurut Keputusan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 118 tahun 1996,
tanggung jawab Pengawas Sekolah adalah :
(1) Melaksanakan pengawasan penyelenggaraan pendidikan di
sekolah sesuai dengan penugasannya pada Taman
Sekolah Tingkat Pertama/Madrasah Tsanawiyah atau Sekolah
Tingkat Atas/ Madrasah Aliyah/Sekolah Luar Biasa.
(2)
Meningkatkan kualitas proses belajar mengajar/bimbingan dan hasil
prestasi belajar/bimbingan siswa dalam rangka pencapaian tujuan
pendidikan.
Sedangkan Wewenang Pengawas Sekolah adalah:
(1) memilih dan menentukan metode kerja untuk mencapai hasil
yang optimal dalam melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya
sesuai dengan kode etik profesi.Menetapkan tingkat kinerja guru
dan tenaga lain yang diawasi
serta faktor-faktor
yang
mempengaruhi, (2) Menentukan dan atau mengusulkan program
pembinaan serta melakukan pembinaan ,Adapun Perincian tugas pengawas menurut Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0304 / O / 1984 adalah
(1) menyusun rencana kegiatan tahunan pengawas jenis sekolah yang
menjadi tanggung jawabnya ( 2 ) membantu pelaksanaan kurikulum yang meliputi isi, metoda pengajaran, penggunaan alat bantu
pengajaran dan evaluasi agar berlangsung sesuai dengan ketentuan
yang berlaku (3) membimbing tenaga teknis sekolah agar terpenuhi
persyaratan formal yang berlaku dan dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku (4) membantu pengadaan,
penggunaan dan pemeliharaan sarana sekolah sesuai dengan ketentuan
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta menjaga agar
fasilitas sarana sekolah memenuhi persyaratan yang berlaku (5)
membimbing tata usaha sekolah yang meliputi urusan kepegawaian,
urusan keuangan, dan urusan perkantoran agar berjalan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku (6) menjalin hubungan kerjasama sekolah
dengan instansi pemerintah dan organisasi masyarakat antara lain
pemerintah daerah dan BP3 (7) menilai hasil pelaksanaan kurikulum
berdasarkan ketentuan yang berlaku dan ketepatan waktu
(8)
menyusun pelaksanaan kegiatan sekolah antara lain kalenderpendidikan, penerimaan siswa baru , mutasi siswa , evaluasi belajar
tahap akhir , pembagian rapot dan kegiatan insidental lainnya (9)
menilai pemanfaatan sarana sekolah (10) menilai efesiensi dan
instansi pemerintah, dunia usaha dan BP3 (12) mempersiapkan daftar
penilaian pelaksanaan pekerjaan Kepala sekolah (13) menyampaikan
laporan hasil pelaksanaan tugasnya kepada Kepala Kantor Wilayah
untuk perhatian Kepala Bidang yang relevan.
Di Kota Bandung terdapat 26 SMU Negeri dan 114 SMU Swasta
yang dalam rangka memudahkan pembinaan wilayah dibagi empat rayon
yaitu rayon Utara, Selatan , Barat, dan Timur . Di kota Bandung ini terdapat
sekolah-sekolah yang bermutu baik, yang lulusannya memperoleh rata-rata
NEM baik dan prcsentase melanjutkan ke perguraan tinggi baik negeri,
maupun swasta cukup tinggi. Artinya sekolah - sekolah tersebut mempunyai
indikator keberhasilan pelaksanaan tujuan pendidikan SMU cukup baik.
Sementara itu masih terdapat sekolah yang mutunya masih belum baik
dengan indikator sederhana perolehan NEM siswa rendah dan proscntase
melanjutkan ke perguruan tinggi negeri dan swasta yang berkualitas masih
[image:19.595.103.499.289.675.2]rendah, seperti yang terlihat dalam tabel berikut:
Tabel 1.1
Klasifikasi SMU Program IPA Kota Bandung tahun Pelajaran 1999/ 2000.
No
i
[ . Klasifikasi
Jumlah
Status Sekolah j Baik
! SekaliBaik Sedang Kurang Kurang
Sekali
1. Negeri i 0 *>
10 11 2 25
2. Swasta 1 5 9 8 71 94
Diantara faktor yang menjadi pendukung keberhasS
dengan mutu baik antara lain input uswa ke sekolah tersebut, juga sudah
cukup baik bila dilihat dari passing grade NEM pada saat penerimaan.
Kepala Sekolah SMU Negeri dan beberapa SMU swasta
di
Bandung pada umumnya merupakan jenjang lanjutan dan atau terakhir
Kepala Sekolah sebelum masa pensiun atau sebelum meniti karier lebih tinggi
di jabatan struktural. Kepala sekolah umumnya sudah menjadi Kepala
Sekolah di luar kota Bandung Sedangkan Kepala-Kepala SMJ swasta pada
umumnya terpilih dari Guru-guru senior di sekolahnya atau memang terpilih
oleh Yayasan yang menaungi sekolah tersebut. Optimalisasi Peran Kepala
Sekolah dan kemampuan dasar Kepala Sekolah dalam pencapaian
keberhasilan kepemimpinannya dapat diperoleh melalui pendidikan formal,
pengalaman kerja dan pembinaan dari atasan.
Dalam tata struktur organisasi Departemen Pendidikan Nasional,
terdapat dua jenis jabatan yakni jabatan struktural dan jabatan fungsional.
Kepala Sekolah secara struktural bertanggung jawab Kepada Kepala Bidang
Dikmenum Kanwil dan secara fungsional, pembinaannya adalah menjadi
tanggung jawab para Pengawas, dimana Pengawas adalah jabatan fungsional.
Dengan demikian saiah satu penunjang keberhasilan seorang Kepala Sekolah
adalah efektif tidaknya pola pembinaan yang diberikan oleh para Pengawas
Penelitian tentang strategi pembinaan yang dilakukan Para Pengawas
Sekolah diharapkan mampu memberikan konstribusi yang maksimal terhadap
peningkatan mutu profesional Kepala Sekolah yang pada ujungnya terhadap
pemngkatan mutu Pendidikan Nasional untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa
B. Rumusan dan Pembatasan Masalah.
Rumusan dan batasan masalah dalam penelitian ini difokuskan untuk :
1. Memperoleh gambaran seperti apa Persepsi Pengawas dalam
pembinaan Kemampuan Kepala Sekolah
2. Bagaimana Pelaksanaan tugas Pengawas dalam membina
kemampuan profesional Kepala Sekolah, bagaimana pula kendala
dan solusi yang dilaksanakannya .
3. Bagaimana Persepsi Kepala Sekolah terhadap tugas, kegiatan dan
pembinaan yang diterima serta kendala-kendalanya .
Dari rumusan masalah diatas, penelitian ini akan dibatasi pada :
1. Gambaran
Persepsi Pengawas dalam pembinaan Kemampuan
Kepala Sekolah .
2. Pelaksanaan tugas Pengawas
dalam
membina
kemampuan
profesional Kepala Sekolah, kendala yang dihadapi dan solusinya.
3. Bagaimana Persepsi Kepala Sekolah terhadap tugas, kegiatan dan
C. Paiadigma Penman
\^^<swl^
Kepala Sekolah SMU mempunyai peranan yang sangat besar
dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, karena itu ia harus
memiliki kemampuan sebagai Administrator, Educator, Mananger,
Supervisor, Leader, Inovator, Motivator, Organisator, Technical Skill,
Human Skill, dan Conceptual Skill.
Terdapat kesenjangan diantara Kepala Sekolah dalam
melaksanakan tugasnya yaitu masih terdapat yang kurang Inovatif dan
kurang Profesional , karena itu diperlukan pembinaan yang lebih
mtensif baik melalui institusi maupun pribadi Kepala Sekolah tersebut
sehingga dapat meningkatkan kemampuan profesionalnya, yang
diantara pembinanya adalah Pengawas Sekolah.
Pada dasarnya pembinaan yang dilakukan tersebut adalah
membantu Kepala Sekolah dalam mengembangkan kemampuan dasar
yang paling pokok yaitu kemampuan profesional, kemampuan pribadi
dan kemampuan sosialnya yang akan tercermin dalam kualitas kinerja
yang ditampilkan Kepala Sekolah dalam melaksanakan tugasnya
sehari-hari.
Untuk mengetahui sampai seberapa jauh pembinaan dan strategi
apa yang tepat dilakukan oleh para Pengawas terhadap Kepala Sekolah
variabel kemampuan profesional Kepala Sekolah dan variabel strategi
pembinaan Pengawas.
Untuk memberikan gambaran tentang strategi pembinaan yang
diberikan oleh Pengawas Sekolah terhadap Kepala Sekolah, maka
diperlukan acuan penelitian yang akan dibahas lebih rinci dalam bentuk
'anulignui Penelitiiiu
KEPAI
SEKOI
! FKNOMENA
i t kurang Inovatif (masih banyak Kepala sekolah yang
kcmainpuannya rendah)
kurang Profesional (masih banyak sekolah angka Nl'M nya rendah, siswanya belum mampu masuk ks I' IN' atau PT Swasta yam> baik.
KESKN.IANGAN
— *
f
...J
r
KEMAMPUAN PROFESIONAL
IIA HA TAN
Kepala Sekolah yang mempunyai
kemampuan sebagai:
Administrator, Educator, Manager, Supervisor, Leader, Inovator, Monivatoi , 1'echnical ski'ls. Human skills
Conceptual skills, ProfeMjnal,(taping dan Beeing.
Gambar.? : Paradigma Fenelitiaii
PEMBINAAN
PENGAWAS
INSTITIIS1
[image:24.842.86.786.75.468.2]D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan penelitian i
a. Tujuan Umum:
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
gambaran tentang usaha apa yang telah dilakukan Pengawas
Sekolah dalam melaksanakan peranannya sebagai Pembina Pengembang, Pelindung Kepala Sekolah, serta peningkatan mutu
dan pelayanan Pendidikan.
Disainping itu untuk mengetahui
strategi dan pelaksanaan pengawasan dalam meningkatkan
kemampuan profesional Kepala Sekolah di kota Bandung yang
pada gilirannya akan berpengaruh terhadap usaha mencerdaskan
kehidupan bangsa.
b. Tujuan Khusus :
Bertitik tolak dari tujuan umum diatas dan sebagai jawaban
dari rumusan masalah penelitian , maka tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan, menganalisis, dan mencari makna terhadap usaha-usaha yang dilakukan Pengawas Sekolah sebagai Pembina, pengembang, pelindung Kepala Sekolah serta
meningkatkan mutu dan pelayanan sekolah , khususnya SMU di
Adapun hal-hal yang ingin dideskripsikan dan dianalisis
ac'alah:
1. Persepsi
Pengawas
dalam
pembinaan
Kemampuan
Profesional Kepala Sekolah.
2. Pelaksanaan tugas pengawas dalam membina kemampuan
profesional Kepala Sekolah, kendala dan solusinya
3. Persepsi Kepala Sekolah terhadap tugas, kegiatan dan
pembinaan yang diterima serta kendala-kendalanya
2. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
masukan dalam upaya :
a. Meningkatkan kemampuan profesional Kepala SMU melalui
pembinaan yang efektif dan efisien oleh Pengawas.
b. Meningkatkan pembinaan Kepala SMU melalui strategi yang tepat
dan telah teruji.
E. Anggapan Dasar dan Pertanyaan Penelitian
Anggapan dasar adalah titik tolak pemikiran yang kebenarannva
diterima oleh peneliti. Hal ini diperlukan untuk memperkuat penelitian
wilayah pengambilan data dan instrumen pengambilan data yang
diperlukan.
Sebagai landasan untuk keyakinan kokohnya penelitian ini
antara lain adalah:
1. AttyResmiati(1998):
Efektivitas Pembinaan oleh Kepala Sekolah dilihat dari
Kualitas Kineija Guru Sekolah Dasar di Kotamadva Bandung
diketahui bahwa :keterampilan manajerial Kepala Sekolah dasar
negeri di Kodya Bandung adalah : 12,25 %sangat kurang, 21 57
%kurang, 32,6 %cukup, 20,83 %baik dan 12,75 %'sangat
baik. Sedangkan keterampilan teknis yang dimiliki oleh Kepala
SD tersebut adalah 23,29 % sangat kurang, 21,32 % kurang,
25,25 %cukup, i5,2 %baik dan 14,94 %sangat baik
2. C. Turney, N. Hatton, Ka.Laws, K. Sinclair, dan D. Smith (1992):
Kepala sekolah sebagai pemimpin di organisasi sekolah ia
menjadi pemain kunci, dengan pengertian bukan bekerja sendiri
tetapi justru hams mampu menempatkan dirinya sebagai
pemimpin yang baik, manager yang baik, yaitu Kepala Sekolah
yang mampu meniabarkan proses manajemen dari perencanaan
(planning), organisasi
(organiting),
memberikan
motivasi
(motivating), kemampuan mengawasi ( controlling) dengan
komunikasi yang baik. Disamping itu ia juga harus mempunyai
kemampuan technical skill, human skill, dan conceptual skill
yang diperolehnya dari keinginan pengembangan ilmu dengan
berbagai cara3. Direktur Pendidikan Menengah Umum Depdikbud (1999).
Guru Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas tambahan
sebagai Kepala sekaolah perlui senantiasa meningkatkan
4. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 118
tahun 1984:
Pengawas Sekolah adalah Pegawai Negeri sipil yang diberi
tugas tanggung jawab, dan wewenang secara penuh oleh pejabat
yang berwenang untuk melakukan pengawasan pendidikan di
sekolah dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi
teknis pendidikan dan administrasinya pada satuan pendidikan
pra sekolah, dasar dan menengah
Dari beberapa pendapat diatas, penulis merumuskan pertanyaan
penelitian : Bagaimana strategi pembinaan para pengawas kepada
Kepala Sekolah, agar diperoleh Kepala SMU yang ideal yakni yang
mempunyai kemampuan profesional, sehingga pada akhirnya sekolah
yang dipimpinnya menghasilkan siswa dengan perolehan NEM tinggi,
Prosentase masuk perguruan tinggi negeri dan atau swasta yang bermutu
baik juga tinggi, angka kenakalan siswa rendah dan disiplin sekolah baik.
Secara lebih rinci permasalahan tersebut dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana persepsi Pengawas dalam pembinaan kemampuan
profesional Kepala Sekolah, bagaimana pula kendala dan solusi yang
dilaksanakannya.
2. Bagaimana
pelaksanaan
tugas
Pengawas
dalam
membina
kemampuan profesional Kepala Sekolah.
3. Bagaimana pula persepsi Kepala sekolah terhadap tugas, kegiatan,
F. Sistematika Pembahasan
Agar memudahkan mengikuti jalan pikiran penulis, maka penulisan
i
ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:
Bab pertama . Merupakan bab pendahuluan. Dalam bab ini
diutarakan gambaran umum tentang latar belakang masalah, rumusan
dan batasan masalah, paradigma penelitian, tujuan dan kegunaan
penelitian , anggapan dasar dan pertanyaan penelitian serta sistematika
penelitan.
Bab kedua.
Berisi uraian tentang teori-teori dasar yang ada
kaitannya dengan pembinaan profesional Kepala Sekolah. Pembahasan
dimulai dengan sub bab pertama konsep pembinaan Kepala Sekolah
oleh
Pengawas
Sekolah,
pengertian
pembinaan,
prinsip
pembinaan,fungsi pembinaan dan pengawasan, tugas, tanggung jawab,
dan wewenang Pembina/Pengawas. Sub bab kediia tentang Kemampuan
profesional Kepala Sekolah , yang meliputi tugas dan fungsi Kepala
Sekolah , profesionalisasi Kepala Sekolah, dan pekerjaan Kepala
Sekolah sebagai profesi. Pada sub bab ketiga berisi hasil penelitian yang
relevan.
Bab ketiga. Dalam bab ini di kemukakan prosedur penelitian yang
meliputi ; data yang diperlukan, populasi dan sampel penelitian, metoda
penelitian, sumber dan alat pengumpul data, tahap pelaksanaan
penelitian, validasi penelitian ,pengolahan dan analisis data.
Bab keempat. Bab ini berisi hasil penelitian, yang meliputi sub bab
satu Persepsi Pengawas dalam Pembinaan Kemampuan Profesional
Kepala Sekolah yang dilaksanakan oleh Pengawas, Kendala dan
solusinya, yang berisi tentang persepsi Pengawas dalam membina
kemampuan profesional Kepala Sekolah, usaha Pengawas Pembina
dalam pembinaan kemampuan Profesional Kepala Sekalah, dan
kemampuan profesional Kepala Sekolah. Sub bab dua berisi tentang
pelaksanaan tugas Pengawas dalam membina kemampuan Profesional
Kepala Sekolah, yang berisi Kegiatan yang dilakukan Pengawas,
Kegiatan yang diterima Kepala Sekolah dalam rangka Pembinaan
Kemampuan Profesional Kepala Sekolah, Sub bab tiga berisi Persepsi
Kepala Sekolah terhadap tugas, kegiatan, dan pembinaan yang diterima
serta kendala-kendalanya, berisi tentang Persepsi Kepala Sekolah
terhadap Tugasnya, Kegiatan-kegiatan yang diterima dari Pengawas
Pembina, dan Kendala-kendala yang Dihadapi Kepala Sekolah dalam
Pelaksanaan Tugas.Bab
kelima Dalam bab ini dibahas Pokok-pokok temuan
pembahasan dan implikasi hasil penelitian.
Bab keenam
Pada bab akhir ini dikemukakan beberapa
kesimpulan tentang kemampuan profesional Kepala sekolah dan strategi
pembinaan pengawas sekolah , kemudian rekcmendasi untuk Kepaia
sekolah itu sendiri, bagi para Pengawas Sekolah dan pembuat
BAB in
METODOLOGI PENELITIAN
A. Data Yang Diperlukan
Yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sejumlah data yang
dikembangkan berdasarkan permasalahan yang menjadi fokus penelitian,
selanjutnya dijabarkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian
seperti yang telah dikeinukakan dalam bab satu.
Adapun data yang diperlukan untuk penelitian ini adalah hal-hal
sebagai berikut:
1. Aspek-aspek pembinaan Kepala Sekolah, yang mencakup : rencana
pembinaan Kepala Sekolah oleh Pengawas dalam rangka
meningkatkan kemampuan profesional.
2. Tujuan pembinaan, baik tujuan umum maupun khusus.
3. Kegiatan pembinaan yang mencakup : bentuk pembinaan yang
dirancang dan dilakukan oleh Pengawas atau lembaga yang
berkompeten.
4. Kecenderungan kemampuan Kepala Sekolah , yang meliputi :
kemampuan dalam melakukan tugas sebagai educator, manajer,
administrator,supervisor, inovator dan sebagai leader.
5. Rencana strategi pembinaan Kepala sekolah selanjutnya, yang
dilakukan olehPengawas.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dan sampel dalam penelitian ini meliputi subyek yang
memiliki karakter yang sesuai dengan pengembangan kegiatan
pembinaan kemampuan profesional Kepala Sekolah. Oleh karena itu
populasi dan sampel yang dipakai dalam penelitian ini bersifat purposif
yang disebut purposif sampling. Menumt Nasution (1991) "sampling
purposif dilakukan dengan mengambil orang-orang yang terpilih betul
oleh si peneliti menumt ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sampel itu ".
Maksudnya adalah tidak seluruh Pengawas Pembina dijadikan sampel,
tetapi dipilih yang dianggap mewakili yaitu seorang koordinator Pengawas di Kota Bandung, seorang Pengawas dan seorang mantan
pengawas yang diharapkan dapat memberikan masukan-masukan untuk
berbagai rencana pembinaan Kepala Sekolah yang lebih bermutu,
[image:33.595.137.491.293.682.2]sebagaimana terlihat dalam tabel berikut:
Tabel 3.1
Daftar Kalsifikasi Sampel Pengawas
No Klasifikasi Pengawas Jumlah
1. Koordinator Pengawas 1
2. Anggota Pengawas 1
3. Mantan Pengawas 1
Ketiga katagori diatas ( Koordinator pengawas, Pengawas dan
Mantan Pengawas) dianggap mewakili kelompoknya masing-masing.
Demikian pula tidak semua Kepala Sekolah yang ada di Kota
Bandung dijadikan sampel tetapi akan digolongkan kepada Kepala
Sekolah yang memimpin sekolah yang dianggap maju ( bermutu ), yang
sedang dan masih rendah serta yang mutunya masih rendah sekali baik sekolah negeri maupun swasta. Sedangkan sampel penelitian ini terdiri
dari masing-masing seorang Kepala Sekolah negeri dan swasta yang
mewakili sekolah baik yaitu kepala SMUN 3 terietak di rayon Bandung
Utara dan SMU Krida Nusantara terietak di Rayon Bandung Timur,
seorang Kepala Sekolah negeri dan swasta yang mewakili sekolah
sedang yaitu Kepala SMUN 11 yang terietak di Rayon Bandung
Selatan dan SMU BPK 2 Penabur yang terietak di Rayon Bandung Barat
seorang Kepala Sekolah negeri dan swasta yang mewakili sekolah kurang yaitu Kepala SMUN 6 yang terietak di Rayon Bandung Barat dan
Kepala SMU PGII 1 yang terietak di Rayon Bandung Utara, seorang
Kepala Sekolah negeri dan swasta yang mewakili sekolah kurang sekali yaitu Kepala SMUN 25 yang terietak di Rayon Bandung Timur dan Kepala SMU Pasundan 1 yang terietak di Rayon Bandung Selatan,
berdasarkan peroleh angka NEM tahun pelajaran 1999 - 2000. Lebih
Tabel 3.2
Daftar Sampel Sekolah dan Klasifikasinya
No Klasifikasi Status Sekolah Nama Sekolah Rayon
1. Baik Negeri SMUN 3 Bandung Utara
Swasta
SMU Krida
Nusantara Bandung Timur
2. 3edang Negeri SMUN 11 Bandung Selatan
Swasta
SMU BPK2
Penabur Bandung Barat
3. Kurang Negeri SMUN 6 Bandung Barat
Swasta SMU PGII1 Bandung Utara
4. Kurang
Sekali Negeri SMUN 25 Bandung Timur
Swasta SMU Pasundan 1 Bandung Selatan
Beberapa alasan mengapa mengambil sampel seperti diatas
adalah pertama Kepala Sekolah yang akan diteliti , memimnin sekolah
dengan mempunyai perbedaan-perbedaan yang nyata seperti daerah
dimana sekolah itu berada, fasilitas sekolah yang dimiliki dan jumlah
NEM masuk siswa. Kedua sekolah-sekolah diatas dianggap mewakili
sekolah-sekolah yang lainnya ketiga sekolah-sekolah diatas (temtama
swasta) dianggap mewakili lembaga-lembaga penyelenggara
dianggap sebagai penyelenggara sekolah berciri nasional, SMU BPK 2 Penabur dianggap penyelenggara sekolah berciri agama Kristen, SMU
PGII 1 penyelenggara sekolah berciri agama Islam dan SMU Pasundan 1
penyelenggara sekolah berciri budaya/suku Sunda. Keempat karena keterbatasan kemampuan , waktu dan dana yang tersedia serta
kemunkinan kemudahan yang akan didapat di lapangan. Agar mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang permasalahan yang
dikemukakan, maka dalam penelitian ini pengambilan data akan
dilakukan secara snow ball, artinya dan satu informan dikembangkan dengan menghubungi informan lainnya agar data yang diperoleh
[image:36.595.122.486.299.671.2]menjadi lebih lengkap.
Tabel 3.3
Daftar Ciri Pemilihan Sampel
No Dasar Pemilihan Keterangan Jumlah
1. Letak Sekolah
(Rayon)
Bandung Utara 2
Bandung Selatan 2
Bandung Timur 2
Bandung Selatan 2
2. Klasifikasi Baik 2
Sedang 2
Kurang 2
Kurang Sekali 2
Ciri sekolah /
penyelengara
Pemerintah 4
Swasta, Nasional 1
Swasta,Islam 1
Swasta. Kristen 1
C. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini akan digunakan metode deskriptif analisis,
yaitu dengan cara mendeskripsikan aspek-aspek yang dibina oleh
Pengawas terhadap Kepala Sekolah, kemudian mendeskripsikan tujuan
dilakukannya pembinaan terhadap aspek-aspek tersebut, selanjutnya
mendeskripsikan bentuk kegiatan pembinaan kemampuan profesional
Kepala Sekolah dan pada akhimya mendeskripsikan strategi pembinaan
kemampuan Profesional Kepala Sekolah.
Untuk memperoleh data tentang hal-hal diatas peneliti mengadakan wawancara dengan Pengawas Sekolah , dan Kepala sekolah
yang dipilih.
Data yang diperoleh di lapangan. dianalisis lebih Ianjut dengan menggunakan teknik analisis kualitatif (akan diuraikan kemudian),
kemudian disimpulkan sebagai kesimpulan penelitian.
D. Sumber Dan Alat Pengumpul Data
Yang dimaksud dengan sumber data disini adalah data yang bersumber dari manusia maupun dokumen yang memunkinkan dapat
diperoleh dengan menggunakan alat dan teknik tertentu.
Adapun alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan menggunakan berbagai
^ *• * i v ,
Untuk memperoleh data yang berkenaan dengan aspek-aspek
yang dibina terhadap Kepala Sekolah, peneliti akan mengadak^studi
dokumentasi terhadap rencana pembinaan yang terdapat dalam program
pembinaan Pengawas maupun lembaga yang terkait. Kemudian
dilanjutkan dengan wawancara terhadap Kepala sekolah. Sedangkan
untuk memperoleh data tentang kegiatan pembinaan, peneliti akan
mengadakan wawancara dengan Koordinator Pengawas Kota Bandung ,
anggota Pengawas, mantan Pengawas dan Kepala Sekolah yang telah
ditentukan.
E. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini akan dilasanakan dalam beberapa tahapan, yaitu
tahap orientasi, eksplorasi dan member chek.
Dalam tahap orientasi peneliti mengadakan observasi dan
pembicaraan dengan Pengawas Sekolah,dan Kepala Sekolah,
selanjutnya mengkonsultasikannya dengan Dosen Pembimbing.
Tahap eksplorasi akan dilakukan peneliti dengan mulai
mengumpulkan data awal dengan mewawancarai, Kordinator Pengawas,
anggota Pengawas dan Kepala sekolah, mengenai proses pembinaan
kemampuan profesional Kepala Sekolah.
Tahap member chek, yaitu setelah peneliti mengadakan
laporan lapangan sementara yang akan dicek kebenarannya oleh subyek
penelitian, yang bertujuan untuk menguji validitas, releabilitas, dan
obyektivitas data yang diperoleh. Dengan kata lain data yang telah
terkumpul dikonfirmasikan kepada subyek penelitian untuk menguji
kebenaran data. Selanjutnya hasil ini dikonsultasikan dengan dosen
Pembimbing untuk memperoleh saran dan informasi yang lebih luas.
Dari hasil konsultasi ini peneliti akan menggali lebih dalam data yang
kurang lengkap.
F. Validitas Penelitian
Untuk membuktikan apa yang diamati sesuai dengan apa yang
ada di lapangan, rnaka diadakan uji validitas.
Validasi ini dapat
dilakukan
untuk menggali kembali atau menyempumakan apa yang
belum didapat.
Berdasarkan data yang telah dihimpun dilakukan proses
triangulasi, yaitu mencocokkan data dan menafsirkannya dengan cara
membandingkannya dengan data atau pendapat yang diperoleh dari sumber lain yang bukan menjadi populasi atau sampel penelitian.
Sumber informasi yang dimaksud dapat saja diambil dari mantan Kepala
Sekolah,
mantan Pengawas dan/ atau Ahli pendidikan yang dipilih
(catatan yang diperoleh dilapangan), apakah apa yang dilaporkan peneliti
sesuai dengan maksud subyek peneliti (informan). Selanjutnya data dan
tafsiran data dibicarakan dengan Pembimbing untuk keperiuan analisis
selanjutnya.
G. Pengolahan dan Analisis Data
Atas dasar konsep analisis data kualitatif, maka data yang
diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan mengikuti pedeman sebagai
berikut.
Selama proses pengumpulan data, peneliti membuat catatan
lapangan secara lengkap dan baik, kemudian data hasil observasi,
wawancara ataupun hasil studi dokumentasi dirangkum, untuk kemudian
diadakan member chek terhadap rangkuman laporan hasil penelitian
kepada beberapa informan, serta mengadakan audit trail terhadap
rangkuman hasil studi dokumentasi dan sekaligus mengadakan
triangulasi untuk mendapatkan keabsahan data, yang dari hasil ini
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya untuk sesuai dengan yang
dimaksud subyek penelitian.
Akhimya peneliti membenkan komentar secara umum terhadap
hasil penelitian dimaksud dan pada bagian-bagian tertentu diberikan
Setelah seluruh data terkumpul, diadakan reduksi data dengan
merangkum laporan lapangan tersebut dan selanjutnya mencatat hal-hal
pokok sesuai dengan fokus penelitian.
Hasil dari laporan tersebut disusun secara sistematis berdasarkan
katagori dan klasifikasi tertentu , akhimya membuat display data dalam
bentuk uraian (deskripsi) sehingga hubungan data yang satu dengan yang
BABV
POKOK-POKOK TEMUAN, PEMBAHASAN DAN TMPLTKASI HASIL PENELITIAN
Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab empat , maka dalam bab lima ini akan disajikan secara ringkas tentang :
A. Pokok-pokok temuan penelitian
B. Pembahasan temuan penelitian
C. Implikasi temuan.
Pokok-pokok temuan penelitian ini dimaksudkan sebagai kesimpulan
sementara hasil penelitian, yang kemudian akan dibahas serta dilihat
implikasinya bagi usaha pembinaan kemampuan profesional Kepala Sekolah.
A. Pokok-pokok Temuan Penelitian
I. Persepsi Pengawas Selaku Pembina Kemampuan Profesional Kepala
Sekolah, Usaha, Kendala, dan Metode Pembinaan Kemampuan
Profesional Kepala Sekolah
Berdasarkan hasil temuan peneliti, menunjukan bahwa usaha
yang telah dilakukan para pengawas pembina di Kota Bandung, jika
ditinjau dari tugasnya sebagai Pembina Kepala Sekolah, maka
terdapat kecenderungan-kecendemngan sebagai berikut:
a. Pemahaman Pengawas Pembina terhadap tugasnya sebagai
Pembina Kepala Sekolah pada dasamya sudah dipahami,
walaupun perlu
ditingkatkan
lagi
temtama
kemampuan
memberikan motivasi dan peningkatan kreativitas. Secara nyata
dapat dilihat dari program yang dibuat dan kenyataan dilapangan
serta penelitian dokumentasi yangada.
Pada dasamya ide peningkatan kemampuan profesional Kepala Sekolah mempakan prioritas utama yang hams dikerjakan karena mempakan kebutuhan yang sangat mendesak
temtama dalam menghadapi era globalisasi saat ini.
Karena Kepala Sekolah mempakan ujung tombak dalam
pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan maka sehamsnya ia mempunyai kemampuan dan kreativitas optimal yang mampu
menyesuaikan dengan misi dan visi yang dibuat serta kemajuan teknologi dan ams informasi yang semakin canggih.
b. Usaha yang dilakukan Pengawas dalam meningkatkan kemampuan profesional Kepala Sekolah dilakukan dengan
berbagai cara antara lain adalah :
berhubungan dengan penyelenggaraan sekolah\\ (termasuk
/ / '
administrasi dan kepemimpinan sekolah), \b-J':'"•'J' 2) menyelenggarakan diskusi sesama Kepala Sekolah dalam
forum K3S atau dalam forum MKS
3) memberikan kesempatan melanjutkan pendidikan
4) memberikan perhatian jika Kepala Sekolah mendapat
masalah/ancaman.
c. Hambatan-hambatan yang dihadapi Pengawas dalam membina
Kemampuan profesional Kepala Sekolah antara lain adalah
1) terbatasnya j umlah Pengawas
2) terbatasnya jumlah buku pegangan termasuk jurnal-jurnal
kependidikan
3) kemampuan kepala sekolah yang belum merata
4) jumlah dana masih belum memadai
5) peran lembaga yang mewadahi Kepala sekolah seperti K3S
dan MKS belum optimal dipakai, apalagi PGRI yang belum
menyentuh pada daerah Kepala SMU.
2. Pelaksanaan Tugas Pengawas
dalam Pembinaan Kemampuan
Profesional Kepala Sekolah.
Pelaksanaan tugas pengawas dalam pembinaan kemampuan
profesional kepala SMU di Kota Bandung menumt pengamatan dan
hasil penelitian penulis di lapangan adalah :
a. Tugas pembinaan
Pembinaan yang dilakukan pengawas adalah; Pengawas
datang ke sekolah antara dua sampai empat kali dalam satu tahun
dengan memberikan pengarahan yang sesuai dengan thema
pembinaan saat itu seperti pengarahan masalah Penerimaan Siswa
Bam pada awal tahun, informasi dan bimbingan pelaksanaan
ulangan umum pada menjelang akhir cawu dan Ebta/Ebtanas pada
menjelang akhir tahun. Kunjungan pembinaan disesuaikan dengan
kebutuhan sekolah yang bersangkutan , artinya jika suatu sekolah membutuhkan bimbingan khusus maka Pengawas akan datang lebih sering, dan sebaliknya jika sekolah sudah dianggap cukup,
maka kunjungan dilakukan secukupnya saja.
Dalam pembinaan langsung di sekolah tidak jarang
pengawas memberikan cara mengajar bagi gum artinya pengawas masuk ke kelas, demikian juga bimbingan administrasi baik untuk
b. Pengembangan Kepala Sekolah
Usaha Pengawas untuk meningkatkan kinerja Kepala
Sekolah agar lebih profesional adalah dengan menilai mereka
seberapa besar kemajuan yang telah dicapainya, termasuk
penilaian terhadap gum-gum dibawah binaan Kepala Sekolah
yang bersangkutan.
Untuk memperdalam wawasan Kepala
Sekolah diadakan diskusi-diskusi melalui fomm K3S minimal
satu bulan dua kali. Pembahasan materi diskusi dapar berupa
hasil pengalaman Kepala Sekolah yang bam mengikuti penataran
atau pengalaman di lapangan. Pengawas juga akan memberikan
izin bagi Kepala Sekolah yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, walaupun sampai saat ini beasiswa
masih belum ada. Menyinggung keberadaan K3S dan PGRI, sampai saat ini kedua lembaga itu masih dibutuhkan akan tetapi hendaknya memakai paradigma bam yaitu lebih profesional dan mengakar.
c. Periindungan Kepala Sekolah
Apabila teriadi hal-hal khusus (tawuran siswa,
ancaman,pemogokan dll) yang perlu penanganan secara damrat
dan mendesak maka pengawas memberikan saran-saran dan
diambil oleh Kepala Sekolah bekerjasama dengan Ka Kandep
Diknas s
d. Peningkatan Mutu Kepala Sekolah.
Untuk meningkatkan mutu , setiap calon Kepala Sekolah
hams mengikuti pelatihan calon Kepala Sekolah, dan pada saat
telah menjabat ia mengikuti berbagai seminar, lokakarya dan
diklat-diklat resmi lainnya.
Untuk meningkatkan wawasan Kepala Sekolah dilengkapi
juga dengan buku-buku peraturan, dan buku-buku pengetahuan
lain yang menunjang karier mereka, walaupun jumlah dan
kualitas buku itu hams ditingkatkan lagi temtama buku-buku
yang berhubungan dengan pendidikan modem.
Supervisi akademik dilakukan oleh pengawas agar tetap
terjaga mutu yang diinginkan.
Sisi lain untuk meningkatkan mutu ini adalah dengan cara
mutasi dan/atau rotasi jabatan antar Kepala Sekolah yang
dilakukan antara dua sampai tiga tahun sekali. Peraturan masa
jabatan Kepala Sekolah yang empat tahun dalam satu periode dan dapat diperpanjang untuk empat tahun lagi jika memenuhi
syarat belum dapat dilakukan secara penuh, karena masih dalam
masa transisi yang diharapkan akan dapat berjalan lancar pada
IU1
Sementara itu peranan pengawas bagi peningkatan mutu
ini sangat menentukan karena itu untuk menjadi pengawas
pembina sebaiknya dari mantan Kepala Sekolah sedangkan untuk
pengawas mata pelajaran dapat diangkat gum yang senior baik
dari segi ilmumaupun usia.
e. Pelayanan Pendidikan
Pelayanan pendidikan yang dilakukan pengawas untuk
Kepala Sekolah dilakukan dengan menyediakan waktu khusus
jika Kepala Sekolah memerlukan, menyampaikan informasi baik
langsung dengan lisan maupun secara tertulis melalui pos atau
melalui kandepDiknas.
Sementara itu untuk meningkatkan kesejahteraan Kepala
Sekolah gaji yang diterima saat ini temtama untuk Kepala
Sekolah swasta tertentu hams dinaikan karena tidak sesuai lagi
dengan volume pekerjaan yang dilakukan apalagi kehamsan
memuaskan staikholder yang juga memerlukan biaya tertentu.
f Penilaian Kepala Sekolah
Penilaian Kepala Sekolah dilakukan dengan memakai
instrumen khusus dan baku yang perlu penyempumaan untuk
melakukan kajian terhadap instrumen ini yang diharapkan dapat
meningkatkan mutu Kepala Sekolah dimasa yailg akan datang.
Selain penilaian yang dilakukan dengan melalui instrumen baku
ini, dilakukan juga supervisi langsung ke sekolah yang hasilnya
dituangkan dalam format DP3.
3. Persepsi Kepala Sekolah terhadap Tugas dan Pembinaan kemampuan
Profesional Kepala Sekolah yang Diterima
Dari hasil penelitian ini terungkap bahwa pada umumnya para
Kepala Sekolah telah memahami akan tugas dan tanggung jawab yang
dipikulnya sebagai seorang edukator, manager, administrator ,
supervisor, leader, inovator dan motivator, akan tetapi dalam pelaksanaannya hams tems dibina dan dikembangkan. Mereka
melakukan tugas yang diembannya sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki dan cenderung kaku artinya masih belum dilengkapi dengan kreativitas bam baik hasil temuannya maupun meniru/mengambil dari
orang lain.
menyelenggarakan acara-acara ilmiah serta pemngkatan mutu pada
umumnya. i
Bantuan dana yang diterima oleh Kepala Sekolah dari Pengawas
tidak ada temtama untuk Kepala Sekolah swasta, sementara dari Diknas
sendiri masih sangat terbatas, karena itu untuk meningkatkan dirinya
para Kepala Sekolah hams mempunyai dana sendiri atau mencari
sendiri. Dana ini diperlukan antara lain untuk mengikuti berbagai acara
ilmiah seperti seminar , lokakarya mernbeli buku dll.
Latihan-latihan peningkatan kreativitas seperti out bond
tampaknya diperlukan untuk meningkatan mutu dan sekaligus
memberikan refresing yang produktif.
B. Pembahasan Temuan Penelitian
Pengembangan sumber daya dalam bidang pendidikan di
sekolah hendaknya dapat dilaksanakan secara seksama dengan melihat
permasalahan-permasalan dan keterbatasan-keterbatasan yang ada.
Kegiatan itu diarahkan untuk meningkatkan kemampuan profesional
manusia mengarah pada peningkatan dan pengembangan profesional
tenaga kependidikan yang sesuai dengan :
1. Undang - Undang Dasar 1945 temtama Bab XHI pasal 31 Ayat 1 :
"Tiap- tiap warga negara berhak mendapat pengajaran, Ayat 2 :
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang".
2. Ketetapan MPR RI nomor IV /MPR /1999, temtama Bab IV huruf E
nomor 2 :
Meningkatkan akademik dan profesional serta meningkatkan jaminan kesejahteraan tenaga kependidikan sehingga tenaga
pendidik mampu berfungsi secara optimal temtama dalam peningkatan pendidikan watak dan budi pekerti agar dapat mengembalikan wibawa lembaga dan tenaga kependidikan.
3. Undang-undang nomor 2 tahun 1989 , tentang Sistem Pendidikan
Nasional temtama pasal 31 nomor 4 :
Setiap tenaga kependidikan berkewajiban untuk meningkatkan kemampuan profesional sesuai dengan tuntutan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
pembangunan bangsa.
4. Keputusann Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 103a/I/199 8,
tentang Kebijaksanaan Umum Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan temtama bidang Pendidikan dasar dan Menengah nomor
19 yakni:
lomba bidang studi/ilmiah dan keterampilan komputer tingkat
nasional, dan mengikuti olimpiade intemasional.i
5. SK Menpan nomor 118/1996, tentang Jabatan fungsional Pengawas Sekolah dan angka kredirnya, temtama bab II pasal 3 nomor (1) :
"Pengawas sekolah mempunyai tugas untuk menilai dan membina
penyelenggaraan pendidikan pada sejumlah sekolah tertentu baik
negeri maupun swasta yang menjadi tangguiigjawabnya" .
Pentingnya pembinaan kemampuan Profesional Kepala Sekolah ini disebabkan oleh tuntutan zaman yang mengharuskan untuk itu, masa globalisasi , era informasi dan kemajuan teknologi saat ini menuntut setiap Kepala Sekolah untuk selalu meningkatkan kemampuan profesionalnya; semua ini menuntut pembahan semua
aspek kehidupan . Hal ini sesuai dengan hakikat manusia yang memiliki potensi dan mencari nilai untuk identitas diri. Mardiatmadja (1986 : 20) mengemukakan bahwa " potensi manusia dapat dikembangkan secara optimal sesuai dengan hakikatnya sebagai
makhluk ciptaan Tuhan dan sebagai manusiayang beradab" .
Pembinaan kemampuan profesional Kepala Sekolah
pendidikan yang diinginkan, sebab Kepala Sekolah yang profesional
diharapkan akan mampu melaksanakan tugas dengan baik, mampu
menyelesaikan masalah yang dihadapi , mempunyai kemandirian, mempunyai kreativitas yang tinggi, motivasi yang besar dan mempunyai kemampuan inovasi yang memadai, yang pada akhimya akan meningkatkan mutu pendidikan yang diharapkan.
Usaha yang hams dilaksanakan oleh Pengawas dan Instansi
terkait dalam meningkatkan kemampuan profesional Kepala Sekolah
seperti dengan meningkatkan kreativitas, mengikutkan seminar dan
lokakarya pendidikan modem, melengkapi bacaan dan pengetahuan
umum modem termasuk mengakses dari internet mempakan hal yang sehamsnya segera dapat diwujudkan. Demikian pula usaha kemitraan
dengan berbagai pihak yang peduli pada pendidikan seperti penerbit, pemsahan-pemsahaan alat pendidikan dan dengan lembaga-lembaga
pelatihan akan sangat berguna bagi Kepala Sekolah untuk
meningkatkan mutu ini. Pembinaan profesional Kepala Sekolah ini
hams dilaksanakan secara berkesinambungan , kekeluargaan tetapi
tetap menunjukan kesungguhan.
Persoalan pokok yang perlu mendapatkan perhatian khusus
dalam mensukeskan pembinaan kemampuan Kepala Sekolah ini adalah kondisi sekolah yang belum merata, baik dari segi mutu, kondisi
kerja Kepala Sekolah, kreativitas, keterampilan dan wawasan setiap
Kepala Sekolah yang masih belum maksimal harus segera ditingkatkan dengan sungguh-sungguh dan dengan carayang baik dan
benar.
2. Pelaksanaan Tugas Pengawas dalam Membantu Peningkatan
Kemampuan Profesional Kepala Sekolah.
Pelaksanaan tugas Pengawas dalam membantu peningkatan
kemampuan profesional Kepala Sekolah di Kota Bandung belum
dapat dilaksanakan secara optimal. Hal ini karena disamping
keterbatasan jumlah pengawas saat ini, keterbatasan dana, juga
keberadaan sekolah yang mutunya rendah masih banyak yaitu dari
119 buah SMU negeri dan swasta program IPA di Kota Bandung
maka yang mendapatkan klasifikasi A baik sekali dengan rata-rata
NEM diatas 7.50 hanya ada satu (0,84 %), kalisifikasi B, baik dengan
rata-rata NEM 6.50 -7,49 terdapat tujuh buah (5,88 %), klasifikasi C,
sedang dengan rata-rata NEM 5,50-6,49 terdapat 19 buah (15,97 %),
kalisifikasi D, kurang dengan rata -rata NEM 4.50 - 5,59 terdapat 19
buah ( 15,97 %) dan klasifikasi E, kurang sekali dengan rata-rata
NEM kurang dan 4,49 terdapat 73 buah (61,34 %) sebagaimana
Dengan melaksanakan pembinaan secara baik dan tems
menems serta dengan metode yang tepat maka kemunkinan
pemngkatan mutu akan dapat dicapai dengan mudah dan dengan
hasil optimal.
3. Persepsi Kepala Sekolah terhadap Tugas, Kegiatan, dan Pembinaan yang Diterima serta Hambatan yang Dihadapi dalam Pelaksanaan
Tugas.
Dari hasil penelitian ini temngkap bahwa pada umumnya Kepala Sekolah telah menyadari tugas dan wewenangnya sebagai pemimpin sekolah (pendidikan). Mereka mengerti bahwa kepemimpinan mereka akan sangat berpengaruh terhadap kemajuan
dan kemunduran sekolah yang dipimpinnya., sebagaimana diungkap
oleh Dadi Permadi (1998 : 5) bahwa " faktor kepemimpinan Kepala
Sekolah khususnya atau managemen sekolah memberi konstribusi
berarti bagi peningkatan hasil belajar dan kestabilan perolehan hasil
belajar" . Hal ini berarti tanpa manajemen yang baik mustahil hasil
belajar bisa meningkat serta bisa dipertahankan. Lebih Ianjut Dadi
Permadi menyampaikan bahwa:
faktor-faktor penyebab kegagalan Kepala Sekolah mengembangkan sekolah nya antara lain bukan hanya
disebabkan oleh kerana kurangnya fasilitas, namun lebih
Kepala Sekolah temtama dalam memanfaatkan sumber daya
baik orang maupun barangsecaramaksimal.
i
Jadi jelas bahwa pemahaman Kepala Sekolah terhadap tugas
dan wewenangnya saja tidak cukup tanpa dibarengi oleh peningkatan
kualitas diri dengan berbagai kegiatan yang konstruktif seperti penambahan wawasan dan pelatihan-pelatihan yang menunjang pekerjaan yang ditekuninya. Untuk terlaksananya hal ini pembinaan
dari pengawas dan instansi terkait lainnya sangat dibutuhkan.
Pembinaan yang dilakukan oleh Pengawas hendaknya dapat
memberikan bantuan dan berbagai segi temtama dalam
menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi Kepala Sekolah sehari-hari. Motivasi, bimbingan, teguran dan dorongan dari Pengawas akan berguna untuk meningkatan mutu ini, akan tetapi hal
ini akan sulit dapat dilaksanakan mengingat berbagai hambatan yang
selama ini dihadapi seperti kemampuan Kepala Sekolah yang masih rendah, kurangnya kegiatan ilmiah yang dapat menunjang pekerjaan,
kurangnya dana untuk membiayai berbagai kegiatan dan wawasan
C. Implikasi Temuan Penelitian
Jika dilihat dari pembinaan kemampuan profesional Kepala
sekolah oleh pengawas di Kota Bandung, dan berdasarkan wawancara
dengan Kepala Sekolah, dengan Kepala Bidang Dikmenum Depdiknas
Propinsi Jawa Barat dan dengan mantan Pengawas Sekolah, serta hasil
yang dicapai oleh sekolah dengan standar NEM yang diperoleh, maka
pembinaan kemampuan ini belum berhasil dengan baik .
Kegiatan profesional pada dasamya mempakan kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai profesi tertentu, yang
didasarkan pada pendidikan dan latihan khusus yang dapat memberikan pelayanan berdasarkan keahlian serta memperoleh balikan baik bempa material maupun moril. Eric Hoyle (1980 : 34) mengemukakan bahwa konsep profesional mencakup dua dimensi utama yaitu : "...the improvement of status and the improvement of practice".
Dimensi pertama mempakan upaya dari orang-orang berwenang
yang terorganisasi unmk memenuhi kriteria profesi yang ideal, atau
upaya mempertahankan serta membina posisi yang telah mapan melalui
latihan dan pemngkatan kontrol. Dimensi kedua mempakan
penyempumaan yang dilakukan secara tems menems terhadap
keterampilan dan pengetahuan dari orang-orang yang melaksanakan.
Dengan demikian implementasi dari pembinaan profesional
perkembangan yang terjadi, dan dapat dipadukan dengan misi dan visi
sekolah, karena itu Kepala Sekolah harus mempunyai visi yang utuh
yang digambarkan oleh Dadi Permadi (1988 : 59) sebagai berikut:
(1) Dia hams orang yang beragama dan taat akan agama yang
dianutnya (2) Dia hams mempunyai niat yang baik sebagai Kepala
Sekolah
(3) Dia mempunyai keyakinan bahwa bekerja
dilingkungan sekolah adalah panggilan jiwanya (4) Dia punya
keinginan untuk memajukan sekolah (5) Dia tidak terlalu berambisi pada imbalan materi dari hasil pekerjaannyaLebih Ianjut Dadi Permadi (1998 : 59) menyampaikan bahwa
visi sekolah tentang sekolahnya dipengamhi oleh beberapa faktor antara lain " Pengalaman hidup , pendidikan atau pelatihan , pengalaman
profesional , interaksi dan komunikasi" .
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tuntutan untuk
menjadikan suatu pekerjaan profesional dituntut syarat-syarat atau kompetensi tertentu. Oteng Sutisna ( 1987 : 4) menyampaikan bahwa :
Dalam melakukan perbuatan profesional, maka seseorang hams
memiliki kemampuan perilaku yang memunkinkan ia menjalankan
tugas kewajibannya dengan cara yang paling diingini. Wibawa,
kemampuan, kecakapan, keahlian menjalankan tugas dengan cara yang paling diingini disebutkan paling potensi yang hams dimiliki
seseorang.
Dengan demikian agar Kepala Sekolah memenuhi
kesempatan mengikuti pendidikan yang lebih tinggi, dan diberikan
motivasi yang akan menrngfcatkan mutu mereka.
Melihat uraian tersebut diatas, menumt peneliti beberapa hal
yang hams diperhatikan adalah :
1. Perlu penambahan pengawas
Menumt peraturan yang ada seorang pengawas maksimal
membina 15 sekolah dengan tipe yang tidak sama. Apabila melihat jumlah pengawas pembina yang ada di Kota 3andung sebanyak enam
orang maka masih dibutuhkan tiga orang lagi pengawas pembina
untuk mengawasi 140 SMU negeri maupun swasta dan jika melihat
jumlah pengawas mata pelajaran yang hanya lima orang untuk 13
mata pelajaran yang berbeda maka dibutuhkan 8 orang lagi
pengawas mata pelajaran. Jadi tidak heran dalam pembinaan
sekolah-sekolah masih belum merata, bahkan masih ada sekolah-sekolah negeri yang
dikunjungi oleh pengawas hanya satu kali dalam satu tahun pelajaran
(temtama tahun pelajaran 1999-2000). Penambahan pengawas
memang tidak sederhana, karena hams dicari orang yang memang
telah memenuhi syarat-syarat tertentu untuk itu, belum lagi
2. Pembinaan Kepala sekolah dalam bentuk kegiatan ilmiah
\\ 3E;, r^ ,\' /
Di kota Bandung kemampuan Kepala Sekolah masih>^^1usT^J^y/'
merata, masih banyak Kepala Sekolah yang jarang mengikuti kegiatan ilmiah seperti penataran kepemimpinan, seminar
kependidikan., loka karya dll, belum lagi kemampuan managerial
yang juga masih rendah. Kegiatan yang ada dalam K3S masih
bersifat mtin pekerjaan Kepala Sekolah, sementara untuk
peningkatan wawasan keilmuan masih sangatjarang.
Penyelenggaraan kegiatan ilmiah yang dikoordinir oleh
Pengawas atau oleh K3S dengan menghadirkan para pakar dalam
berbagai disiplin ilmu seyogyanya sering dilakukan, apalagi
menghadapi era global dan era informasi seperti sekarang ini.
Pelatihan-pelatihan Kepala Sekolah yang selama ini diterima
oleh Kepala sekolah negeri seyogyanya juga dapat diberikan secara
merata untuk Kepala Sekolah swasta yang jumlah nya lebih banyak
dan lebih bervariatif.
3. Penyediaan buku bacaan ilmiah
Buku adalah sumber ilmu pengetahuan, membaca adalah
kunci ilmu pengetahuan. Menumt pengamatan peneliti ,para Kepala
sekolah masih sangat sedikit mempunyai buku ilmu pengetahuan
dengan kependidikan modem. Karena itu perlu dicarikan solusi
pengadaan buku yang murah dan mudah dan dibangkitkan lagi gairah
membaca sehingga Kepala Sekolah tidak banyak tertinggal.
4. Peningkatan Kreativitas dan Motivasi Kerja
Wongkar (1990) seperti yang ditulis oleh Dadi Permadi
(1998 : 3), menyampaikan periunya Kepala Sekolah dilatih atau
dibina karena beberapa hal sebagai berikut:
a. Kepala sekolah belum bisa menjawab tantangan kedmamikaan perubahan yang terjadi di masyarakat .
Perencanaan pendidikan belum diterapkan dengan baik di sekolah.
b. Kepala Sekolah tidak responsif terhadap gejolak pembahan yang begitu cepat, mereka merasakan seolah-olah kekurang berhasilan sekolahnya bukan menjadi tanggung jawabnya. c. Kelemahan kemampuan Kepala Sekolah dalam aspek
prosedural antara lain kelemahan dalam bidang analisis , merancang dan mengambil keputusan terhadap alokasi sumber-sumber, penyusunan pedoman, perincian program,
dan program evaluasi.
d. Kelemahan aspek subtansial , antara lain kelemahan Kepala Sekolah dalam kemampuan generalisasi, mengingat sifat
perencanaan pendidikan yang multidisipliner dan
interdisipliner.
e. Sikap ragu-ragu dan ketidak raguan dalam memahami realitas
yang dapat diidentifikasikan , mempengamhi kemampuan keputusan apalagi keputusan yang bersifat futuristis.
Kreativitas Kepala Sekolah sebagai pemimpin tertinggi di
sekolah akan sangat mempengamhi keberadaan sekolah , baik
pembinaan sumber daya lain yang ada dilingkungan sekolah tersebut.
Kemandegan kreativitas Kepala Sekolah saat ini lebih'disebabkan
antara lain karena terlalu lama menjabat, kurangnya membaca
buku-buku ilmiah, kurangnya mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah, dan
motivasi kerja yang menumn. Jika hal-hal ini dibiarkan maka akan
terjadi kemunduran mutu sekolah d